Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk Multi Item (Studi Kasus: Pabrik Syahfira Bakery) Chapter III IV

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mewawancarai pemilik pabrik secara
langsung dan mendapatkan data sekunder dari pabrik tersebut. Adapun data yang
didapat dari pabrik tersebut adalah:
1.

Jenis bahan baku utama untuk pembuatan roti pada yang ada pada pabrik
Syahfira Bakery yaitu tepung, gula, pelembut, pengembag, dan mentega.

2.

Jumlah persediaan masing-masing jenis bahan baku selama 1 tahun dari bulan
Januari 2016 – Desember 2016.

3.

Biaya pemesanan bahan baku selama 1 tahun untuk tiap jenis bahan baku.


4.

Biaya penyimpanan bahan baku per unit selama 1 tahun tiap jenis bahan
baku.

3.1.1 Jumlah Persediaan Bahan Baku Pada Tahun 2016
Jumlah persediaan bahan baku selama 1 tahun dari bulan Januari 2016-Desember
2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Tabel Persediaan Bahan Baku pada Pabrik Syahfira Bakery
Tahun 2016
Jumlah Persediaan
Bulan

Tepung

Gula

Pelembut


Pengembang

Mentega

(kg)

(kg)

(kg)

(kg)

(kg)

(1)

(2)

(3)


(4)

(5)

(6)

Januari

7.250

24.40

60

125

1.230

Februari


6.300

2.625

64

128

1.100

Universitas Sumatera Utara

23

(1)

(2)

(3)


(4)

(5)

(6)

Maret

7.000

2.300

60

110

1.300

April


6.475

2.300

70

120

1.240

Mei

6.325

2.775

75

125


1.225

Juni

7.500

2.025

69

126

1.325

Juli

5.920

2.010


60

100

985

Agustus

4.500

1.950

80

90

900

September


3.900

2.000

70

87

870

Oktober

4.000

2.150

75

90


880

November

5.850

2.400

68

125

1.300

Desember

7.250

2.200


80

1.230

Jumlah

72.270

130
1.356

831
27.175
Sumber: Pabrik Syahfira Bakery Medan

13.585

3.1.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku
Besarnya biaya pemesanan diketahui dari rincian biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Biaya pemesanan bahan baku pada
Syahfira Bakery Medan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku pada Pabrik Syahfira Bakery
Tahun 2016
Jenis Biaya

Biaya (Rp)

Biaya Administrasi dan Umum

35.000,00

Jumlah

35.000,00

Sumber: Pabrik Syahfira Bakery Medan
Biaya pemesanan ini bersifat konstan, dimana besarnya tidak tergantung dari
besarnya nilai atau banyaknya bahan yang dipesan sehingga setiap item
persediaan di Syahfira Bakery Medan membutuhkan biaya pemesanan yang sama.

Universitas Sumatera Utara

24

3.1.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku
Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul karena disimpannya suatu barang.
Biaya penyimpanan ini bergantung pada jumlah barang yang disimpan tanpa
memperhitungkan batas kadaluarsa. Pada Pabrik Syahfira Bakery besarnya biaya
penyimpanan adalah sebesar 3% dari harga bahan baku per kilogram.
Tabel 3.3 Biaya Penyimpanan Baku Pada Pabrik Syahfira Bakery
Tahun 2016
Jenis bahan baku

Biaya penyimpanan
per kg (Rp)

Tepung

194,4

Gula

309

Pelembut

2.400

Pengembang

2.400

Mentega

320,01

Sumber: Pabrik Syahfira Bakery Medan

3.2 Pengolahan Data

Di dalam pengolahan data terdapat beberapa langkah yang dilakukan yaitu:
1.

Menguji kenormalan data dengan uji normalitas lilliefors.

2.

Menentukan pemesanan yang ekonomis menggunakan metode EOQ

3.

Menentukan banyaknya persediaan pengaman (Safety Stock).

4.

Mementukan titik pemesanan bahan baku kembali (Reorder Point)

5.

Menentukan total biaya persediahan bahan baku (Total Inventory Cost)
menggunakan metode EOQ

6.

Membandingkan total biaya persediaan bahan baku pada pabrik Syahfira
dengan total biaya persediaan bahan baku menurut EOQ.

Universitas Sumatera Utara

25

3.2.1 Uji Kenormalan Data Dengan Uji Lilliefors
Data persediaan bahan baku di Pabrik Syahfira Bakery pada tahun 2016 diuji
kenormalannya dengan menggunakan uji Normalitas Lilliefors.

1.

Uji Normalitas Lilliefors Untuk Tepung

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0

: persediaan bahan baku tepung berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1

: persediaan bahan baku tepung berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal

a.

Rata-rata persediaan bahan baku tepung:
�=

12
�=1 �


72.270
�=
12

� = 6.022,5
b.

Standar Deviasi persediaan Bahan Baku Tepung
Tabel 3.4 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Tepung


(1)



(2)



(3)

�−�
(4)

�−�

Januari

7250

6.022,5

1.227,5

1.506.756,25

Februari

6300

6.022,5

277,5

77.006,25

Maret

7000

6.022,5

977,5

955.506,25

April

6475

6.022,5

452,5

204.756,25

Mei

6325

6.022,5

302,5

91.506,25

Juni

7500

6.022,5

1.477,5

2.183.006,25

Juli

5920

6.022,5

-102,5

10.506,25

Bulan

(5)

Universitas Sumatera Utara

26

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Agustus

4500

6.022,5

-1.522,5

2.318.006,25

September

3900

6.022,5

-2.122,5

4.505.006,25

Oktober

4000

6.022,5

-2.022,5

4.090.506,25

November

5850

6.022,5

-172,5

29.756,25

Desember

7250

6.022,5

1.227,5

1.506.756,25

Jumlah

72.270


�−1

12
�=1

=



17.479.075

2

=

17.479.075
11

=

1.589.006,818
= 1.260,56

c.

Hitung

1

2

3

4

5

6

7

8

=





dengan rumus:



7.250 − 6.022,5
= 0,97
1.260.56
6.300 − 6.022,5
=
= 0,22
1.260.56
7.000 − 6.022,5
=
= 0,77
1.260.56
6.475 − 6.022,5
= 0,36
=
1.260.56
6.325 − 6.022,5
=
= 0,24
1.260.56
7.500 − 6.022,5
=
= 1,17
1.260.56
5.920 − 6.022,5
= −0,08
=
1.260.56
4.500 − 6.022,5
= −1,21
=
1.260.56

=

Universitas Sumatera Utara

27

9

3.900 − 6.022,5
= −1,68
1.260.56
4.000 − 6.022,5
= −1.60
=
1.260.56
5.850 − 6.022,5
= −0,14
=
1.260.56
7.250 − 6.022,5
=
= 0,97
1.260.56

=

10

11

12

d.

e.

Tentukan nilai
� dimana � = 1, 2, … , 12 dengan menggunakan daftar luas
≤ � diperoleh:
di bawah kurva normal
� =
1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=

≤ 0,97 = 0,834

≤ 0,22 = 0,5871

≤ 0,77 = 0,7794

≤ 0,36 = 0,6406

≤ 0,24 = 0,5948

≤ 1,17 = 0,8790

≤ −0,08 = 0,4681

≤ −1,21 = 0,1131

10

=

11

=

12

=

≤ −1,68 = 0,0465

≤ −1,60 = 0,0548

≤ −0,14 = 0,4443

≤ 0,97 = 0,8340

Menghitung proporsi

1

=
=





1, 2, … , �
1, 2, … , ≤



yang lebih kecil atau sama dengan




yaitu:

10
= 0,8333
12

Universitas Sumatera Utara

28

f.

2

=

6
= 0,5000
12

3

=

9
= 0,7500
12

4

=

8
= 0,6667
12

5

=

7
= 0,5883
12

6

=

12
= 1,0000
12

7

=

5
= 0,4167
12

8

=

3
= 0,2500
12

9

=

1
= 0,0833
12

10 =

2
= 0,1667
12

11

=

4
= 0,3333
12

12

=

11
= 0,9167
12

Menghitung selisih
1
2
3
4
5
6
7















1
2
3
4
5
6
7







untuk � = 1, 2, 3, … , 12 diperoleh:

= 0,834 − 0,8333 = 0,0007

= 0,5871 − 0,5000 = 0,0871

= 0,7794 − 0,7500 = 0,0294

= 0,6406 − 0,6667 = 0,0261

= 0,5948 − 0,5883 = 0,0115

= 0,8790 − 1,0000 = 0,121

= 0,4681 − 0,4167 = 0,0541

Universitas Sumatera Utara

29

8
9
10
11
12



8



9



= 0,1131 − 0,2500 = 0,1369

= 0,0465 − 0,0833 = 0,0368

10



11



12

= 0,0548 − 0,1667 = 0,1119

= 0,4443 − 0,3333 = 0,111
= 0,83400,9167 = 0,0827

Tabel 3.5 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Tepung

1



7.250

��

0,97

F ��

0,834

S ��

0,8333

|� �� − � �� |

2

6.300

0,22

0,5871

0,5000

0,0871

3

7.000

0,77

0,7794

0,7500

0,0294

4

6.475

0,36

0,6406

0,6667

0,0261

5

6.325

0,24

0,5948

0,5883

0,0115

6

7.500

1,17

0,8790

1,0000

0,121

7

5.920

-0,08

0,4681

0,4167

0,0541

8

4.500

-1,21

0,1131

0,2500

0,1369

9

3.900

-1,68

0,0465

0,0833

0,0368

10

4.000

-1,60

0,0548

0,1667

0,1119

11

5.850

-0,14

0,3333

0,111

12

7.250

0,97

0,9167

0,0827

No

0,4443
0,8340

0,0007

Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa:
0

=

0

=

� �







= 0,1369

, diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata

∝= 0,05 dan � = 12
� �

=

ℎ� ��

0,05 12

<

= 0,242

, sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat

disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku tepung pada januari sampai
dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.

Universitas Sumatera Utara

30

2.

Uji normalitas lilliefors untuk gula

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0

: persediaan bahan baku gula berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1

:persediaan bahan baku gula berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal

a.

Rata-Rata Persediaan Bahan Baku Gula:
�=

12
�=1 �


27.175
�=
12

� = 2.264,583
b.

Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Gula
Tabel 3.6 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Gula


Januari



2440



2264,583

�−�

175,417

30771,124

Februari

2625

2264,583

360,417

129900,414

Maret

2300

2264,583

35,417

1254,364

April

2300

2264,583

35,417

1254,364

Mei

2775

2264,583

510,417

260525,514

Juni

2025

2264,583

-239,583

57400,014

Juli

2010

2264,583

-254,583

64812,504

Agustus

1950

2264,583

-314,583

98962,464

September

2000

2264,583

-264,583

70004,164

Oktober

2150

2264,583

-114,583

13129,264

November

2400

2264,583

135,417

18337,764

Desember

2200

2264,583

-64,583

4170,964

Jumlah

27175

Bulan

�−�

750522,92

Universitas Sumatera Utara

31


�−1

12
�=1

=



2

=

750.522,92
11

=

68.229,35636

= 261,207

c.

Hitung




=

1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=



dengan rumus:



2.440 − 2.264,583
= 0,67
261,207

2.625 − 2.264,583
= 1,37
261,207
2.300 − 2.264,583
= 0,13
261,207
2.300 − 2.264,583
= 0,13
261,207
2.775 − 2.264,583
= 1,95
261,207

2.025 − 2.264,583
= −0,91
261,207

2.010 − 2.264,583
= −0,97
261,207
1.950 − 2.264,583
= −1,20
261,207

2.000 − 2.264,583
= −1,01
261,207

10

=

11

=

12

=

2.400 − 2.264,583
= −0,43
522,812905

2.200 − 2.264,583
= 0,51
261,207

3.500 − 2.264,583
= −0,24
261,207

Universitas Sumatera Utara

32

d.

e.

Tentukan nilai
� dimana � = 1, 2, … , 12 dengan menggunakan daftar luas
≤ � diperoleh:
di bawah kurva normal
� =
1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=

≤ 0,67 = 0,7486

≤ 1,37 = 0,9147

≤ 0,13 = 0,5517

≤ 0,13 = 0,5517

≤ 1,95 = 0,9744

≤ −0,91 = 0,1814
≤ −0,97 = 0,166

≤ −1,20 = 0,1151

10

=

11

=

12

=

≤ −1,01 = 0,1562

≤ −0,43 = 0,3336

≤ 0,51 = 0,695

≤ 0,24 = 0,4052
1, 2, … , �

Menghitung proporsi


=





1, 2, … , ≤



1

= 10 = 0,8333

2

=

11
= 0,9167
12

3

=

8
= 0,6667
12

4

=

8
= 0,6667
12

5

=

12
= 1,0000
12

6

=

4
= 0,3333
12

yang lebih kecil atau sama dengan




yaitu:

Universitas Sumatera Utara

33

f.

7

=

3
= 0,25
12

8

=

1
= 0,0833
12

9

=

2
= 0,1667
12

10 =

5
= 0,4167
12

11

=

9
= 0,75
12

12

=

6
= 0,5
12

Menghitung selisih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

























1
2
3
4
5
6
7
8
9







untuk � = 1, 2, 3, … , 12 diperoleh:

= 0,7486 − 0,8333 = 0,0847
= 0,9147 − 0,9167 = 0,002

= 0,5517 − 0,6667 = 0,115

= 0,5517 − 0,6667 = 0,115
= 0,9744 − 1 = 0,0256

= 0,1814 − 0,3333 = 0,1519

= 0,166 − 0,25 = 0,084

= 0,1151 − 0,0833 = 0,0318

= 0,1562 − 0,1667 = 0,0105

10
11

12

= 0,3336 − 0,4167 = 0,0831

= 0,695 − 0,75 = 0,055

= 0,4052 − 0,5 = 0,0948

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 3.7 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Gula

1



2440

��

0,67

F ��

0,7486

S ��

0,8333

|� �� − � �� |

2

2625

1,37

0,9147

0,9167

0,002

3

2300

0,13

0,5517

0,6667

0,115

4

2300

0,13

0,5517

0,6667

0,115

5

2775

1,95

0,9744

1

0,0256

6

2025

-0,91

0,1814

0,3333

0,1519

7

2010

-0,97

0,166

0,25

0,084

8

1950

-1,20

0,1151

0,0833

0,0318

9

2000

-1,01

0,1562

0,1667

0,0105

10

2150

-0,43

0,3336

0,4167

0,0831

11

2400

0,51

0,695

0,75

0,055

12

2200

-0,24

0,4052

0,5

0,0948

No

0,0847

Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa:
0

=

0

=

� �







= 0,1519

, diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata

∝= 0,05 dan � = 12
� �

=

ℎ� ��

0,05 12

<

= 0,242

, sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat

disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku gula pada Januari sampai dengan
Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.

3.

Uji normalitas lilliefors untuk pelembut

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:Hipotesis:
H0

: persediaan bahan baku pelembut berasal dari populasi berdistribusi
normal.

H1

: persediaan bahan baku pelembut berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal

Universitas Sumatera Utara

35

a.

Rata-rata persediaan bahan baku pelembut:
�=

12
�=1 �


831
�=
12

� = 69,25
b.

Standar deviasi persediaan bahan baku pelembut
Tabel 3.8 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku pelembut


Januari



60



69,25

�−�
-9,25

85,5625

Februari

64

69,25

-5,25

27,5625

Maret

60

69,25

-9,25

85,5625

April

70

69,25

0,75

0,5625

Mei

75

69,25

5,75

33,0625

Juni

69

69,25

-0,25

0,0625

Juli

60

69,25

-9,25

85,5625

Agustus

80

69,25

10,75

115,5625

September

70

69,25

0,75

0,5625

Oktober

75

69,25

5,75

33,0625

November

68

69,25

-1,25

1,5625

Desember

80

69,25

10,75

115,5625

Jumlah

831

Bulan


�−1

584,25

=

12
�=1

=

584,25
11

=

53,11363636



�−�

2

= 7,29

Universitas Sumatera Utara

36

c.

Hitung


d.



=

1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=



dengan rumus:



60 − 69,25
= −1,26
7,29

64 − 69,25
= −0,72
7,29

60 − 69,25
= −1,26
7,29
70 − 69,25
= 0,10
7,29
75 − 69,25
= 0,78
7,29

69 − 69,25
= −0,03
7,29

60 − 69,25
= −1,26
7,29
80 − 69,25
= 1,47
7,29

70 − 69,25
= 0,10
7,29

10

=

11

=

12

=

75 − 69,25
= 0,78
7,29

68 − 69,25
= −0,17
7,29
80 − 69,25
= 1,47
7,29

Tentukan nilai
� dimana � = 1, 2, … , 12 dengan menggunakan daftar luas
≤ � diperoleh:
di bawah kurva normal
� =
1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

≤ −1,26 = 0,1038

≤ −0,72 = 0,2358

≤ −1,26 = 0,1038
≤ 0,10 = 0,5398

≤ 0,78 = 0,7823

Universitas Sumatera Utara

37

e.

6

=

7

=

8

=

9

=

≤ −0,03 = 0,488

≤ −1,26 = 0,1038
≤ 1,47 = 0,9292

10

=

11

=

12

=

≤ 0,10 = 0,5398

≤ 0,78 = 0,7823

≤ −0,17 = 0,4325

≤ 1,47 = 0, 9292
1, 2, … , �

Menghitung proporsi


=





1, 2, … , ≤



1

=

3
= 0,2500
12

2

=

4
= 0,3333
12

3

=

3
= 0,2500
12

4

=

8
= 0,6667
12

5

=

10
= 0,8333
12

6

=

6
= 0,5000
12

7

=

3
= 0,2500
12

8

=

12
= 0,1000
12

9

=

8
= 0,6667
12

10 =

10
= 0,8333
12

yang lebih kecil atau sama dengan




yaitu:

Universitas Sumatera Utara

38

f.

11

=

5
= 0,4167
12

12

=

12
= 1,0000
12

Menghitung selisih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12



1



2



3



4



5



6



7



8



9













untuk � = 1, 2, 3, … , 12 diperoleh:

= 0,1038 − 0,2500 = 0,1462

= 0,2358 − 0,3333 = 0,0975

= 0,1038 − 0,2500 = 0,1462

= 0,5398 − 0,6667 = 0,1269

= 0,7823 − 0,8333 = 0,051
= 0,488 − 0,5000 = 0,012

= 0,1038 − 0,2500 = 0,1462

= 0,9292 − 1,0000 = 0,0708

= 0,5398 − 0,6667 = 0,1269

10

11
12

= 0,7823 − 0,8333 = 0,051

= 0,4325 − 0,4167 = 0,0158

= 0, 9292 − 1,0000 = 0,0708

Tabel 3.9 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Pelembut

(1)



(2)

��

(3)

F ��
(4)

S ��
(5)

|� �� − � �� |

1

60

-1,26

0,1038

0,2500

0,1462

2

64

-0,72

0,2358

0,3333

0,0975

3

60

-1,26

0,1038

0,2500

0,1462

4

70

0,10

0,5398

0,6667

0,1269

5

75

0,78

0,7823

0,8333

0,051

No

(6)

Universitas Sumatera Utara

39

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

6

69

-0,03

0,488

0,5000

0,012

7

60

-1,26

0,1038

0,2500

0,1462

8

80

1,47

0,9292

1,0000

0,0708

9

70

0,10

0,5398

0,6667

0,1269

10

75

0,78

0,7823

0,8333

0,051

11

68

-0,17

0,4325

0,4167

0,0158

12

80

1,47

0, 9292

1,0000

0,0708

Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa:
0

=

0

=

� �







= 0,1462

, diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata

∝= 0,05 dan � = 12
� �

=

ℎ� ��

0,05 12

<

= 0,242

, sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat

disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku pelembut pada januari sampai
dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.

4.

Uji normalitas lilliefors untuk pengembang

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0

: persediaan bahan baku pengembang berasal dari populasi berdistribusi
normal.

H1

: persediaan bahan baku pengembang berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal

a.

Rata-rata persediaan bahan baku pengembang:
�=

12
�=1 �


1.356
�=
12
� = 113

Universitas Sumatera Utara

40

b.

Standar deviasi persediaan bahan baku pengembang
Tabel 3.10 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku pengembang

Januari



125



113

�−�
12

�−�

Februari

128

113

15

225

Maret

110

113

-3

9

April

120

113

7

49

Mei

125

113

12

144

Juni

126

113

13

169

Juli

100

113

-13

169

Agustus

90

113

-23

529

September

87

113

-26

676

Oktober

90

113

-23

529

November

125

113

12

144

Desember

130

113

17

289

Jumlah

1.356

Bulan


�−1

3.076

=

12
�=1

=

3.076
11

=

279,6363636



144



2

= 16,7223

c.

Hitung

1

=
=



dengan rumus:




125 − 113
= 0,71
16,7223

Universitas Sumatera Utara

41

d.

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=

128 − 113
= 0,89
16,7223

110 − 113
= −0,17
16,7223

120 − 113
= 0,41
16,7223
125 − 113
= 0,71
16,7223
126 − 113
= 0,77
16,7223

100 − 113
= −0,77
16,7223

90 − 113
= −1,37
16,7223

87 − 113
= −1,55
16,7223

10

=

11

=

12

=

90 − 113
= −1,37
16,7223
125 − 113
= 0,71
16,7223

130 − 113
= 1,01
16,7223

Tentukan nilai
� dimana � = 1, 2, … , 12 dengan menggunakan daftar luas
≤ � diperoleh:
di bawah kurva normal
� =
1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

≤ 0,71 = 0,7611

≤ 0,89 = 0,8133

≤ −0,17 = 0,4325
≤ 0,41 = 0,6591

≤ 0,71 = 0,7611

≤ 0,77 = 0,7794

≤ −0,77 = 0,2206

≤ −1,37 = 0,0853

Universitas Sumatera Utara

42

9

e.

≤ −1,55 = 0,0606

=

10

=

11

=

12

=

≤ −1,37 = 0,0853

≤ 0,71 = 0,7611

≤ 1,01 = 0,8438

Menghitung proporsi




=



1, 2, … , �

1, 2, … , ≤



1

=

9
= 0,75
12

2

=

11
= 0,916667
12

3

=

5
= 0,416667
12

4

=

6
= 0,5
12

5

=

9
= 0,75
12

6

=

10
= 0,833333
12

7

=

4
= 0,333333
12

8

=

3
= 0,25
12

9

=

1
= 0,083333
12

10 =

3
= 0,25
12

11

=

9
= 0,75
12

12

=

12
=1
12

yang lebih kecil atau sama dengan




yaitu:

Universitas Sumatera Utara

43

f.

Menghitung selisih


1



2



3



4



5



6



7



8
9
10



11
12







1
2
3
4
5
6
7
8
9







untuk � = 1, 2, 3, … , 12 diperoleh:

= 0,7611 − 0,75 = 0,0111

= 0,8133 − 0,9166 = 0,1033

= 0,4325 − 0,4166 = 0,0158
= 0,6591 − 0,5 = 0,1591

= 0,7611 − 0,75 = 0,0111

= 0,7794 − 0,83333 = 0,5393

= 0,2206 − 0,33333 = 0,11273

= 0,0853 − 0,25 = 0,1467

= 0,0606 − 0,08333 = 0,02273

10
11
12

= 0,0853 − 0,25 = 0,1467

= 0,7611 − 0,75 = 0,0111

= 0,8438 − 1 = 0,1562

Tabel 3.11 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku
Pengembang

(1)



(2)

��

(3)

F ��
(4)

S ��
(5)

|� �� − � �� |

1

125

0,717605

0,7611

0,75

0,0111

2

128

0,897006

0,8133

0,9166

0,1033

3

110

-0,1794

0,4325

0,4166

0,0158

4

120

0,41860

0,6591

0,5

0,1591

5

125

0,71760

0,7611

0,75

0,0111

6

126

0,77740

0,7794

0,8333

0,0539

7

100

-0,77741

0,2206

0,3333

0,1127

8

90

-1,37541

0,0853

0,25

0,1647

9

87

-1,55481

0,0606

0,08333

0,0227

No

(6)

Universitas Sumatera Utara

44

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

10

90

-1,37541

0,0853

0,25

0,1647

11

125

0,717605

0,7611

0,75

0,0111

12

130

1,016607

0,8438

1

0,1562

Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa:
0

=

0

=

� �







= 0,1647

, diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata

∝= 0,05 dan � = 12
� �

=

ℎ� ��

0,05 12

<

= 0,242

, sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat

disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku pengembang pada januari
sampai dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.

5. Uji normalitas lilliefors untuk mentega
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0

: persediaan bahan baku mentega berasal dari populasi berdistribusi
normal.

H1

: persediaan bahan baku mentega berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal

a.

Rata-rata persediaan bahan baku mentega:
�=

12
�=1 �


13.585
�=
12

� = 1.132,08

Universitas Sumatera Utara

45

b. Standar deviasi persediaan bahan baku mentega
Tabel 3.12 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Mentega


Januari



1230



1132,083

�−�

97,917

9587,738889

Februari

1100

1132,083

-32,083

1029,318889

Maret

1300

1132,083

167,917

28196,11889

April

1240

1132,083

107,917

11646,07889

Mei

1225

1132,083

92,917

8633,568889

Juni

1325

1132,083

192,917

37216,96889

Juli

985

1132,083

-147,083

21633,40889

Agustus

900

1132,083

-232,083

53862,51889

September

870

1132,083

-262,083

68687,49889

Oktober

880

1132,083

-252,083

63545,83889

November

1300

1132,083

167,917

28196,11889

Desember

1230

1132,083

97,917

9587,738889

Jumlah

13.585

Bulan


�−1

12
�=1

=



�−�

341.822,9167

2

=

341.822,9167
11

=

31.074,81061

= 176,28

c.

Hitung


=

1

=

2

=



dengan rumus:




1.230 − 1.132,08
= 0,55
176,28

1.100 − 1.132,08
= −0,18
176,28

Universitas Sumatera Utara

46

d.

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=

1.300 − 1.132,08
= 0,95
176,28

1.240 − 1.132,08
= 0,61
176,28
1.225 − 1.132,08
= 0,52
1176,28
1.325 − 1.132,08
= 1,09
176,28
985 − 1.132,08
= −0,83
176,28

900 − 1.132,08
= −1,31
176,28

870 − 1.132,08
= −1,48
176,28

10

=

11

=

12

=

880 − 1.132,08
= −1,43
176,28

1.300 − 1.132,08
= 0,95
176,28

1.230 − 1.132,08
= 0,55
176,28

Tentukan nilai
� dimana � = 1, 2, … , 12 dengan menggunakan daftar luas
di bawah kurva normal
≤ � diperoleh:
� =
1

=

2

=

3

=

4

=

5

=

6

=

7

=

8

=

9

=

≤ 0,55 = 0,7088

≤ −0,18 = 0,4286
≤ 0,95 = 0,8289

≤ 0,61 = 0,7291

≤ 0,52 = 0,6985

≤ 1,09 = 0,8621

≤ −0,83 = 0,2033

≤ −1,31 = 0,0951

≤ −1,48 = 0,0694

Universitas Sumatera Utara

47

e.

10

=

11

=

12

=

≤ −1,43 = 0,0764

≤ 0,95 = 0,8289

≤ 0,55 = 0,7088

Menghitung proporsi




=



1, 2, … , �

yang lebih kecil atau sama dengan

1, 2, … , ≤



1

=

8
= 0,6667
12

2

=

65
= 0,4167
12

3

=

11
= 0,9167
12

4

=

9
= 0,75
12

5

=

6
= 0,50
12

6

=

12
= 1,0000
12

7

=

4
= 0,3333
12

8

=

3
= 0,2500
12

9

=

1
= 0,0833
12

10 =

2
= 0,1667
12

11

=

11
= 0,9167
12

12

=

8
= 0,6667
12





yaitu:

Universitas Sumatera Utara

48

f.

Menghitung selisih


1



2



3



4



5



6



7



8
9
10



11
12







1
2
3
4
5
6
7
8
9







untuk � = 1, 2, 3, … , 12 diperoleh:

= 0,7088 − 0,6667 = 0,0421

= 0,4286 − 0,4167 = 0,0119

= 0,8289 − 0,9167 = 0,0878
= 0,7291 − 0,75 = 0,0209
= 0,6985 − 0,5 = 0,1985

= 0,8621 − 1,0000 = 0,1379

= 0,2033 − 0,3333 = 0,1300

= 0,0951 − 0,2500 = 0,1549

= 0,0694 − 0,0833 = 0,0139

10
11
12

= 0,0764 − 0,1667 = 0,0903

= 0,8289 − 0,9167 = 0,0878

= 0,7088 − 0,6667 = 0,0421

Tabel 3.13 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Mentega

(1)



(2)

��

(3)

F ��
(4)

S ��
(5)

|� �� − � �� |

1

1230

0,55

0,7088

0,6667

0,0421

2

1100

-0,18

0,4286

0,4167

0,0119

3

1300

0,95

0,8289

0,9167

0,0878

4

1240

0,61

0,7291

0,75

0,0209

5

1225

0,52

0,6985

0,50

0,1985

6

1325

1,09

0,8621

1,0000

0,1379

7

985

-0,83

0,2033

0,3333

0,1300

8

900

-1,31

0,0951

0,2500

0,1549

9

870

-1,48

0,0694

0,0833

0,0139

10

880

-1,43

0,0764

0,1667

0,0903

No

(6)

Universitas Sumatera Utara

49

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

11

1300

0,95

0,8289

0,9167

0,0878

12

1230

0,55

0,7088

0,6667

0,0421

Dari tabel 3.13 dapat dilihat bahwa:
0

=

0

=

� �







= 0,1985

, diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata

∝= 0,05 dan � = 12
� �

=

ℎ� ��

0,05 12

<

= 0,242

, sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat

disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku mentega pada januari sampai
dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.

3.2.2 penentuan pemesanan yang ekonomis dengan metode Economic Order
Quantity (EOQ)
Untuk menentukan pemesanan yang ekonomis dengan metode Economic Order
Quantity (EOQ) (menggunakan rumus 2.16):
=

2

a. Untuk Tepung

=

=
=

2

2

72.270 35.000
194,4

26.023.148,15

= 5.101,28 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk tepung adalah 5.101 kg.

Universitas Sumatera Utara

50

Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
=

=

72.270
= 14,16
5.101,28

b. Untuk Gula

=

=
=

2

2

27.175 35.000
309

6.156.148,867

= 2.481,15 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk gula adalah 2.481 kg
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
=

=

27.175
= 10,95
2.481,15

c. Untuk Pelembut

=

=
=

2

2

831 35.000
2.400

24.237,5

= 155,68 kg

Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk pelembut adalah 156 kg
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
=

=

831
= 5,33
155,68

Universitas Sumatera Utara

51

d. Untuk Pengembang

=

=
=

2

2

1.356 35.000
2.400

39.550

= 198,87 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk pengembang adalah 199 kg.
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
=

1.356
= 6,81
198,87

=

e. Untuk mentega

=

=
=

2

2

13.585 35.000
320,01

2.971.625,887

= 1.723,84 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk mentega adalah 1.724 kg.
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
=

=

13.585
= 7,88
1.723,84

Universitas Sumatera Utara

52

3.2.3 Penentuan Banyaknya Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman (safety stock) sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan
karena berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinann terjadinya
kekurangan

barang,

sehingga

memperlancar

kegiatan

penjualan.

Untuk

menentukan banyaknya persediaan pengaman dipelukan standar deviasi
pemakaian masing-masing bahan pada tahun 2016 dan juga faktor pengaman



perhitungayang digunakan pabrik. Pabrik mengharapkan terjadinya stock out
hanya 5% dan apabila dilihat dari tabel berdistribusi normal (tabel Z terlampir)
didapat nilai error yang diharapkan 5% maka nilai faktor pengaman (Z) yang
digunakan adalah 1,65.
Untuk menentukan banyaknya persediaan pengaman (menggunakan rumus 2.17)
a. Safety Stock Untuk Tepung
=�

= 1.260,56

1,65

= 2.079,92 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk tepung yaitu sebesar 2.080 kg.

b. Safety Stock Untuk Gula
=�

= 261,207

1,65

= 430,99 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk gula yaitu sebesar 431 kg.

c. Safety Stock Untuk Pelembut
=�

= 7,29

1,65

= 12,02 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk pelembut yaitu sebesar 12 kg.

Universitas Sumatera Utara

53

d. Safety Stock Untuk Pengembang
=�

= 16,7223

1,65

= 27,59 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk pengembang yaitu sebesar 27 kg.

e. Safety Stock Untuk Mentega
=�

= 176,28

1,65

= 290,86 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk mentega yaitu sebesar 290 kg.

Dari perhitungan safety stock, dapat diketahui besarnya jumlah persediaaan yang
dapat dicadangkan sebagai pengaman untuk kelangsungan proses produksi dari
risiko kehabisan bahan baku (stock out).

3.2.4 Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Reorder point/titik pemesanan kembali merupakan saat atau waktu tertentu
dimana perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan baku kembali sebelum
persediaan yang ada di gudang habis. Dalam perhitungan reorder point, pabrik
perlu mempertimbangkan juga tentang lead time atau waktu tunggu. Pada pabrik
Syahfira Bakery, lead time yang terjadi saat melakukan pembelian bahan baku
adalah 1 hari.
Berdasarkan perhitungan EOQ, maka penentuan reorder point pada pabrik
Syahfira Bakery adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

54

a. Reorder Point untuk tepung
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D

= jumlah pemakaian bahan baku

jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=

72.270
317

= 227,98
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
=

+

= 227,98 1 + 2.079,92
= 2.307,9 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan tepung yang
ada di gudang mencapai jumlah 2.308 kg, maka pabrik harus melakukan
pemesanan persediaan tepung untuk bulan berikutnya

b. Reorder Point untuk gula
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D

= jumlah pemakaian bahan baku

jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari

Universitas Sumatera Utara

55

=

27.175
317

= 85,73
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
=

+

= 85,73

1 + 430,99

= 516,72 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan gula yang ada
di gudang mencapai jumlah 517 kg, maka pabrik harus melakukan pemesanan
persediaan gula untuk bulan berikutnya

c. Reorder Point untuk pelembut
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D

= jumlah pemakaian bahan baku

jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=

813
317

= 2,56
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
=

+

= 2,56 1 + 12,02
= 14,58 kg

Universitas Sumatera Utara

56

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan pelembut
yang ada di gudang mencapai jumlah 14 kg, maka pabrik harus melakukan
pemesanan persediaan tepung untuk bulan berikutnya

d. Reorder Point untuk pengembang
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D

= jumlah pemakaian bahan baku

jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=

1.356
317

= 4,28
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
=

+

= 4,28 1 + 27,59
= 31,87 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan pengembang
yang ada di gudang mencapai jumlah 32 kg, maka pabrik harus melakukan
pemesanan persediaan pengembang untuk bulan berikutnya

e. Reorder Point untuk mentega
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=

Universitas Sumatera Utara

57

Dimana:
D

= jumlah pemakaian bahan baku

jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=

13.585
317

= 42,85
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
=

+

= 42,85

1 + 290,86

= 333,71 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan mentega yang
ada di gudang mencapai jumlah 334 kg, maka pabrik harus melakukan pemesanan
persediaan mentega untuk bulan berikutnya

3.2.5 Penentuan Total Biaya Persediaan Bahan Baku
untuk menentukan total biaya persediaan bahan baku dengan metode EOQ
(menggunakan rumus 2.9)

Total biaya = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
=

+

2

a. Untuk tepung
=
=

+

2

72.270
5.101,28
35.000 +
194,4
5.101,28
2

= 495.846,1406 + 495.844,416
= �. 991.690,5566

Universitas Sumatera Utara

58

Maka diperoleh total biaya persediaan untuk tepung adalah Rp. 991.690,5566

b. Untuk gula
=
=

+

2

27.175
2.481,15
35.000 +
309
2.481,15
2

= 383.340,3865 + 383.337,675
= �. 766.678,0615

Maka diperoleh total biaya persediaan untuk gula adalah Rp. 766.678,0615

c. Untuk pelembut
=
=

+

2

155,68
831
35.000 +
2.400
2
155,68

= 186.825,5396 + 186.816
= �. 373.641,5396

Maka diperoleh total biaya persediaan untuk pelembut adalah Rp. 373.641,5396

d. Untuk pengembang
=
=

+

2

1.356
198,87
35.000 +
2.400
198,87
2

= 238.648,3633 + 238.644
= �. 477.292,3633

Maka diperoleh total biaya persediaan untuk pengembang adalah Rp.
477.292,3633

e. Untuk mentega
=

+

2

Universitas Sumatera Utara

59

=

13.585
1,723,84
35.000 +
320,01
1.723,84
2

= 275.823,1622 + 275.823,0192
= �. 515.646,1814

Maka diperoleh total biaya persediaan untuk mentega adalah Rp. 515.646,1814

Disamping itu, perusahaan juga memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan
total biaya persediaan (menggunakan rumus 2.6)
+ �

=

Dengan menggunakan rumusan diatas maka dapat dihitung biaya persediaan
bahan baku perusahaan sebagai berikut:
a. Untuk tepung
=

+ �

= 6022,5 x 194,4 + 12

35.000

= 1.170.774 + 420.000
= �. 1.590.774
b. Untuk gula
=

+ �

= 2.264,583 x 309 + 12 35.000
= 699.755,22 + 420.000
= �. 1.119.755,22
c. Untuk pelembut
=

+ �

= 69,25 x 2.400 + 12 35.000
= 166.200 + 420.000
= �. 586.200

Universitas Sumatera Utara

60

d. Untuk pengembang
=

+ �

= 113 x 2.400 + 12

35.000

= 271.200 + 420.000
= �. 691.200
e. Untuk mentega
=

+ �

= 1.132,08 x 320,01 + 12 35.000
= 362.276,9208 + 420.000
= �. 782.276,9208
Maka dapat disimpulkan banyaknya pemesanan ekonomis (Economic Order
Quantity), banyaknya persediaan pengaman (safety stock), titik pemesanan
kembali (reorder point), dan total biaya persediaan masing-masing roti dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.14 Tabel Pemesanan Ekonomis Menurut EOQ Tahun 2016
EOQ

Safety Stock

Reorder

Total biaya

(kg)

(kg)

Point (kg)

persediaan (Rp)

Tepung

5.101

2.078

2.307,9

Rp. 991.690,5566

Gula

2.481

430

516

Rp. 766.678,0615

Pelembut

156

12

14,58

Rp. 373.641,5396

Pengembang

199

28

31,87

Rp.477.292,3633

Mentega

1.723,84

291

333,71

Rp.515.646,1814

Bahan baku

Jumlah

Rp. 3.160.948,702

Adapun perbandingan Total Inventory Cost (TIC) persediaan menurut perusahaan
dengan Total Inventory Cost (TIC) berdasarkan metode EOQ dapat dilihat pada
tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 3.15 Perbandingan Biaya Bahan Baku Syahfira Bakery Dengan
Metode Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2016
TICc Pabrik

TIC EOQ

Selisih

Rp. 4.770.206,141

Rp. 3.160.948,702

Rp. 1.609.257,439

Berdasarkan hasil perhitungan EOQ tabel 3.15 ternyata diperoleh total biaya
persediaan yang lebih kecil di bandingkan dengan total biaya pesediaan yang
selama ini dikeluarkan pabrik. Total biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik
Syahfira Bakery sebesar Rp. 4.770.206,141 sedangkan menurut EOQ sebesar Rp.
3.160.948,702 dan dapat dilakukan penghematan sebesar Rp. 1.609.257,439 dari
biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik Syahfira Bakery. Terjadinya
penghematan biaya persediaan di dukung oleh adanya jumlah pemesanan optimal,
safety stock, dan reorder point yang merupakan faktor pendukung yang membuat
frekuensi pemesanan bahan baku menjadi lebih kecil dan dan mengakibatkan
terjadinya penghematan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian persediaan bahan baku bedasarkan metode Economic Order
Quantity (EOQ) lebih optimal dan ekonomis dibandingkan dengan metode yang
diterapkan perusahaan. Sehingga diperoleh metode perhitungan yang lebih efektif
dan efisien dalam menentukan persediaan optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya selisih perhitungan Total Inventory Cost (TIC) antara metode perusahaan
dengan metode EOQ. Dimana total biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik
Syahfira Bakery sebesar Rp. 4.770.206,141 sedangkan menurut EOQ) sebesar Rp.
3.160.948,702 dan dapat dilakukan penghematan sebesar Rp. 1.609.257,439 dari
biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik Syahfira Bakery.

4.2 Saran
1. bagi pihak Pabrik Syahfira Bakery kedepannya dapat mempertimbangkan
untuk menggunakan metode EOQ dalam melakukan pembelian persediaan
bahan baku untuk pembuatan roti karena dengan metode EOQ pabrik
dapat melakukan penghematan biaya persediaan sehingga penghematan
yang diperoleh pabrik dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain.
2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mencoba menggunakan metode EOQ
dengan menggunakan software-software lain yang mendukung agar lebih
akurat.

Universitas Sumatera Utara