Collaborative Governance dalam Program CERDAS (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) di Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan pelayanan dasar yang dilaksanakan pemerintah dan
merupakan hak warga negara untuk mendapatkannya. Salah satu bentuk investasi
negara demi keberlanjutan nya adalah sumber daya manusia yang terdidik. Upaya
pemerintah dalam melaksanakan pendidikan terus dilakukan, terutama dalam
meningkatkan sarana

dan prasarana pendidikan, tenaga pendidik yang

berkualitas, dan akses pendidikan yang merata kepada semua lapisan masyarakat
dengan memberikan bantuan pendanaan.
Pemahaman masyarakat sudah mulai berkembang terkait pelayanan publik
yang lebih baik lagi disamping adanya tuntutan global. Maka dari itu pemerintah
diharuskan melakukan improvisasi dalam melakukan pelayanan kepada publik
terlebih pelayanan dasar yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat seperti
pendidikan. Pentingnya arti pendidikan membuat negara maju dan negara
berkembang untuk bersama-sama membuat komitmen bersama dalam United
Nations Summit yang dilaksanakan di New York tanggal 25-27 September 2015

dan menghsilkan dokumen Sustainabe Development Goal’s (SDG’s). Satu dari
tujuh belas komitmen tersebut adalah tentang pendidikan, sebagai berikut:
“Kami berkomitmen untuk menyediakan pendidikan
berkualitas yang inklusif dan merata pada setiap levelnya
masa kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah,
pendidikan tinggi, dan training teknis dan kejuruan. Setiap
orang, tanpa melihat jenis kelamin, usia, bangsa, suku, dan
orang dengan disabilitas, migran, masyarakat adat, anakanak dan remaja, khususnya yang berada dalam situasi
rentan, harus memiliki akses terhadap kesempatan belajar
yang sepanjang hidup yang dapat membantu mereka untuk

13

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan
untuk memanfaatkan kesempatan dan untuk berpartisipasi
penuh dalam masyarakat. Kami akan berusaha untuk
menyediakan bagi anak-anak dan remaja kita lingkungan
yang membina agar hak dan kapabilitas mereka terealisasi,

membantu negara-negara kita untuk menuai deviden
demografis termasuk melalui sekolah yang aman dan
masyarakat dan keluarga yang kohesif. ” (Dokumen 17
Goals SDG’s).
Komitmen diatas merupakan salah satu bentuk tuntutan global agar negara
maju dan berkembang bersama-sama menyediakan akses pendidikan yang
berkualitas.Penyediaan pendidikan yang berkualitas dapat bisa di lihat dari sisi
ketersediaan sarana dan prasarana yang baik, dan tenaga pendidik yang
berkompeten. Semua hal tersebut di penuhi melalui ketersediaan fiskal daerah dan
bantuan dari pemerintah pusat. Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di
kabupaten/kota disusun dan mengacu pada kebijakan pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan tingkat provinsi dan nasional. Sumber pendanaan
pelayanan pendidikan kabupaten/kota berasal dari APBD dan APBN.
Alokasi anggran pendidikan lebih spesifik dituangkan dalam pasal 49 UU
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu dana pendidikan selain gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Alokasi anggaran pendidikan melalui
belanja Pemerintah Pusat meningkat dari Rp 96.5 triliun pada tahun 2010 menjadi
Rp 154.2 triliun pada tahun 2015. Alokasi anggaran pendidikan pada Pemerintah
Pusat digunakan antara lain untuk penyediaan beasiswa untuk siswa kurang

mampu, rehabilitasi ruang kelas, pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas
baru, serta pembangunan sarana dan prasarana pendukung dan pemberian
tunjangan profesi guru. Sebagian besar anggaran pendidikan yang disalurkan ke
daerah melalui DAU, Tunjangan Profesi Guru, dan BOS. Sedangkan DAK
ditetapkan

berdasarkan

kesepakatan

antara

Pemerintah

dengan

DPR.

(kemenkeu.go.id)


14

Universitas Sumatera Utara

Namun, kanyataan di lapangan masih banyak ditemukan gedung sekolah
dan prasarana sekolah yang rusak sehingga mengurangi kenyamanan siswa dan
tenaga pendidik dalam menjalankan proses belajar mengajar. Di samping itu
masih banyak terdapat kasus anak putus sekolah padahal anggaran negara untuk
pendidikan sudah lebih dari cukup yaitu sebesar 20%. Kerusakan ruang kelas
sudah pasti mengganggu proses berjalannya pendidikan seperti yang diberitakan
salah satu media masa nasional bahwa dari 1.8 juta ruang kelas, hanya 466.000
ruangan dalam kondisi baik. Selanjutnya dari 212.000 sekolah, ada 100.000
sekolah

yang

belum

memiliki


anggaran

untuk

perawatan

pendidikan.

(Kompas.com 5/10/2016).
Selanjutnya menurut data Decentralized Basic Education 1 (DBE 1)
Provinsi Sumatera Utara melalui kerjasama USAID dengan lima kabuaten/kota
yang

sudah

memiliki

Sistem

Informasi


Perencanaan

Pendidikan

Kabupaten/Kota(SIPPK)(Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Utara, Kota Tanjung
Balai, Kota Tebing Tinggi, dan Kabupaten Deli Serdang) tentang persentase ruang
kelas rusak di kelime kabupaten/kota tersebut, adalah sebagai berikut:
Diagram 1.1.1
Distribusi Sekolah (SD/MI) Menurut Persentase Ruang Kelas Rusak Berat

400
350
300
250
200
150
100
50
0

(1) RK Rusak (2) RK Rusak (3) RK Rusak (4) RK Rusak (5) RK Rusak
Berat 80% ke Berat 60% - Berat 40% - Berat 20% dibawah
atas (121)
80% (61)
60% (164)
40% (59)
20%(364)

Sumber: Dokumen laporan akhir DBE1 untu Provinsi Sumatera Utara

15

Universitas Sumatera Utara

Menurut data UNICEF tahun 2015 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak
dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah
dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).Data
statistik tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok
anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar
berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke

jenjang selanjutnya. Tingkat putus sekolah anak SD di desa 3:1 dibandingkan
dengan di daerah perkotaan.
Masih banyaknya ruang kelas yang rusak membuktikan bahwa banyaknya
anggaran yang di alokasikan untuk pendidikan tidak bisa sepenuhnya mengatasi
permasalahan ketersediaan aset yang layak pakai dalam pendidikan. Peran serta
masyarakat dan pihak swasta sangat dibuthkan. Pemerintah tidak bisa
menyediakan pelayanan di sektor pendidikan dengan baik tanpa bantuan dari
masyarakat dan swasta. Hal ini mengacu kepada konsep asli masyarakat Indonesia
yaitu gotong royong. Maka dari itu pemerintah diharuskan melakukan berbagai
inovasi. Pemerintah, masyarakat, dan swasta harus berkolaborasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Agrawal dan Lemos
dalam Subarsono (2016:176), mendefenisikan collaborative governance tidak
hanya berbatas pada stakeholder yang terdiri dari pemerintah dan non pemerintah
tetapi juga terbentuk atas adanya multipartner governance yang meliputi sektor
privat/swsta, masyarakat dan komunitas sipil dan terbangun atas sinergi peran
stekholder dan penyusunan rencana yang bersifat hybrid seperti halnya kerjasama
publik-privat-sosial. Konsep dari good governance meliputi tiga institusi dominan
yaitu state (negara atau pemerintahan), private (sektor swasta dan dunia usaha),
dan society (masyarakat), yang saling berinteraksi menajalankan fungsinya
masing-masing (Syafri 2012: 177).

Dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentantg Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4 ayat 6 menegaskan bahwa
pendidikan

diselenggarakan

dengan

memberdayakan

semua

komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional tertera peran masyarakat

16

Universitas Sumatera Utara


dalam pendidikan yang artinya adalah pendidikan tidak menjadi urusan
pemerintah semata, namun peran serta masyarakat dan pihak swasta.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang menyelenggarakan pendidikan dengan mengikutsertakan
masyarakat dan sektor swasta. Pada tahun 2004 Deli Serdang telah di mekarkan
menjadi dua wilayah yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang
Bedagai. Wilayah administratif Kabupaten Deli Serdang memiliki 22 kecamatan,
14 kelurahan, dan 380 desa. Penyelenggaraan pendidikan dengan Program
CERDAS (percepatan rehabiltasi dan apresiasi sekolah) merupakan program yang
di laksanakan pada tahun 2004 yang berlatar belakang keterbatasan Pemerintah
Daerah dalam kemampuan finansial pasca pemerintahan dibagi menjadi dua. Pada
tahun 2004 Dana Alokasi Umum (DAU) tidak lebih dari Rp 5 miliar dan
kemampuan APBD Kabupaten Deli Serdang hanya mampu merehabilitasi 10
sekolah. (Model Kolaborasi Pembangunan Pendidikan dengan Pemberdayaan
Masyarakat Kabupaten Deli Serdang).
Program CERDAS telah berhasil masuk dalam TOP 99 Inovasi pada tahun
2016, yaitu suatu penyelenggaraan penghargaan tehadap lembaga, kementerian,
dan pemerintah daerah yang berhasil menciptakan inovasi pelayanan publik oleh
Kementrian


Pendayagunaan

Aparatur

Negara-Reformasi

dan

Birokrasi

(Kemenpan-RB). Disamping pengharggan tersebut Kabupaten Deli Serdang juga
pernah mendapatkan pernghargaan IGA (Inovation Goverment Award) tahun
2011 yang ketika itu diserahkan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi kepada
Pemkab Deli-serdang yang diwakili oleh Wakil Bupati Deliserdang, H Zainuddin
Mars di Jakarta(kompas.com).
Walaupun sudah berjalan selama 10 tahun dan mendapatkan penghargaan
tingkat nasional, kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan konsep kolaborasi
seperti yang dicanangkan pertama kali. Masih ada terdapat sekolah yang
memerlukan perhatian dari pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Seperti
prasarana sekolah yang kurang mendukung. Disamping itu paradigma masyarakat
yang masih beranggapan bahwa pendidikan merupakan tugas pemerintah
sehingga masyarakat kurang peduli dengan sekolah.

17

Universitas Sumatera Utara

Dalam

penyelenggaraan

pendidikan

di

Kabupaten

Deli

Serdang

dilaksanakan oleh tiga pilar yaitu Pemerintah Daerah, Gerakan Masyarakat Peduli
Pendidikan (GMPP), dan Asosiasi Pengusaha Peduli Pendidikan (APPP).
Keberlangsungan kolaborasi menjadi salah satu yang akan menjadi fokus karena
bertolak belakang dengan konsep kolaborasi CERDAS seperti yang dicanangkan
pertama kali.
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Collaborative

Governance

dalam

Program

CERDAS

(Percepatan

Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) di Dinas Pendidikan Kabupaten Deli
Serdang”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Collaborative Governance dalam
Program CERDAS (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) di Dinas
Pendidikan Kabupaten Deli Serdang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Collaborative Governance
dalam Program CERDAS (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) di
Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Secara akademis, penelitian ini merupkan salah satu syarat dalam
menyelesaikan program studi sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta meningkatkan kemampuan berpikir
penulis secara ilmiah, sistematis, dan membuat karya tulis ilmiah
berdasarkan kajian teori.

18

Universitas Sumatera Utara

b. Secara praktis, sebagai masukan pemikiran bagi Dinas Pendidikan
Kabupaten Deli Serdang.
c. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis dan pembaca tentangCollaborative Governance dalam program
CERDAS (Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi Sekolah) di Dinas
Pendidikan Kabupaten Deli Serdang.

19

Universitas Sumatera Utara