Analisis Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 439 K Pid 2010 Atas Tuduhan Penipuan Yang Dilakukan Oleh Oknum Notaris

ABSTRAK
Seharusnya seorang Notaris yang menjalankan jabatan Notaris tidak dapat
dihukum oleh karena atau berdasarkan perbuatan yang dilakukannya menurut
undang-undang yaitu melakukan perbuatan mengkonstatir maksud/kehendak dari
pihak-pihak yang menghendaki perbuatan hukum yang mereka lakukan dapat
dibuktikan dengan akta otentik, sepanjang dalam melaksanakan jabatannya telah
mengikuti prosedur yang ditentukan oleh Undang-undang (lihat khususnya Pasal 16
dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang berkaitan dengan
kewajiban dan larangan. Sehingga perlu dikaji mengenai bentuk-bentuk perbuatan
Notaris yang dapat dikelompokkan sebagai tindak pidana penipuan, mengenai
pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusan No. 439 K/Pid/2010 atas tuduhan
penipuan yang dilakukan oleh Notaris, serta perlindungan hukum bagi Notaris atas
tuduhan penipuan yang dilakukan Notaris dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yang
bersifat deskriptif analisis, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data
sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai data utama. Datadata yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan ditafsirkan secara logis,
sistematis dengan menggunakan metode berpikir deduktif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perbuatan Notaris yang dapat
dikelompokkan sebagai perbuatan pidana penipuan yaitu tindakan menggunakan
nama palsu (valsche naam), menggunakan martabat/kedudukan palsu (valsche

hoedanigheid), menggunakan tipu muslihat (listige kunstgreoen) dan rangkaian
kebohongan (zamenweefsel van verdichtsels). Pertimbangan Mahkamah Agung
dalam putusan Nomor 439 K/Pid/2010 atas tuduhan penipuan yang dilakukan oleh
Notaris adalah terdakwa BN telah melanggar ketentuan Pasal 378 KUHPidana jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. Perlindungan bagi Notaris atas tuduhan tindak
pidana penipuan dalam menjalankan tugas dan kewenangannya adalah Seorang
Notaris tidak bisa diminta pertanggung jawaban pidana atas akta yang dibuatnya bila
ia telah melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan tugasnya selaku notaris, hal ini dilegitimasi dalam Pasal 266 KUHP.
Seorang Notaris tidak bisa dihukum pidana atas Pasal 266 KUHP ini karena ia telah
menjalankan tugasnya dengan benar. Posisi seorang Notaris pada Pasal 266 KUHP
adalah orang yang disuruh (manus ministra), dan dalam hukum pidana orang yang
disuruh tidak bisa diminta pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya.
Kata Kunci : Notaris, Pertanggungjawaban Jabatan, Tindak Pidana Penipuan.

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT


A Notary, In doing his job as a Notary, cannot be punished because he does
his job according to law. He only bridges the wish of the parties that their legal act
can be proved by authentic certificates, and only does his job according to the
procedures stipulated in law (see Article 16 and Article 17 of Law No. 30/2004,
concerning obligation and prohibition). Therefore, it is necessary to analyze a
Notary’s actions which can be categorized as fraud, consideration of the Supreme
Notary, and legal protection for a Notary who is accused of conducting fraud in
doing his job and authority.
The research used judicial normative with descriptive analytic approach. The
data were gathered by using secondary data which consisted of primary, secondary,
and tertiary legal materials as the main data. The gathered data were then processed,
analyzed, and interpreted systematically by using deductive thinking method.
The result of the research showed that a Notary’s action which could be
categorized as fraud were using false name (valsche naam), using false
status/position (valsche hoedanigheid), using cunning tricks (listige kunstgreoen),
and conducting a series of falsehood (zamenweefsel vanvedichtsels). The
consideration of the Supreme Court in the Ruling No. 439 K/Pid/2010 on the charge
of fraud by a Notary was the accused BN who had violated the law in Article 378 of
the Penal Code, in conjunction with Article 55, paragraph 1 of the Penal Code. The

legal protection for a Notary on conducting fraud in his job and authority is that a
Notary cannot be asked for his responsibility for the deeds he has written when he
does his job as a Notary according to the prevailing legal provisions, rules and
regulations. This case has been legitimated in Article 266 of the Penal Code. A
Notary cannot be punished for violating Article 266 of the Penal Code because he
has done his job properly. The position of a Notary in Article 266 of the Penal Code
is as a person who is asked for (manus ministra), and in the criminal law, a person
who is asked for doing something cannot be asked for his responsibility for what he
has done.
Keywords: Notary, Responsibility for Position, Fraud

ii

Universitas Sumatera Utara