Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012 Chapter III V

BAB III
MEDOTE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian assosiatif research. Karena
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
variabel harga minyak dunia dan kurs Rupiah (Rp) / Dollar (US$) terhadap
IHSG, dan juga menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan
menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
a.

Tempat Penelitian
Penelitian

dilakukan

di

BEI


melalui

situs

www.opec.org,

www.bi.go.id, www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com
b.

Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu dimulai dari bulan Januari 2014 sampai
bulan Juni 2014.

3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian yang ditetapkan oleh penulis adalah meliputi
pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan harga minyak dunia, terhadap
pergerakan IHSG selama periode Januari 2009 – Desember 2012 di Bursa Efek
Indonesia.


Universitas Sumatera Utara

3.4. Definisi Operasional Variable
Variabel-variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi variabel
dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), sebagai berikut:
a.

Variabel terikat atau “dependent variabel” yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Variabel IHSG adalah
indikator pasar modal Indonesia yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia, dimana data pergerakan IHSG diukur dari perubahan
IHSG. Dalam hal ini data IHSG telah disusun dan diperhitungkan
serta merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun
pergerakan harga saham di BEI. Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data IHSG bulanan selama 4 tahun mulai Januari
2009 sampai Desember 2012 yang dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:

Pergerakan IHSG =


IHSGt – IHSGt-1
IHSGt-1

Di mana:
IHSG t

= Indeks Harga Saham Gabungan pada bulan t

IHSG t-1

= Indeks Harga Saham Gabungan pada bula t - 1

Apabila nilai selisih IHSG positif, pergerakan IHSG disebut menguat
dan jika negatif, maka pergerakan IHSG disebut melemah.

Universitas Sumatera Utara

b.


Variabel bebas atau “independent variabel” merupakan variabel yang
dapat mempengaruhi variabel terikat “dependent variabel”. Variabelvariabel bebas “independent variabel(X)” adalah faktor ekstern yang
mempunyai pengaruh besar terhadap indeks harga saham gabungan
(Y) yang terdiri dari:
1.

Variabel harga minyak dunia merupakan harga minyak mentah
dunia yang ditentukan oleh pasar dunia dimana minyak dunia
diperdagangkan. Harga minyak dunia biasanya dihitung dalam
US$ per barel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data harga minyak dunia bulanan selama periode tahun 20092012.
Data pergerakan harga minyak dunia diukur dari perubahan
harga minyak dunia yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Perubahan harga minyak dunia =

HMt − HMt−1
HMt−1

Di mana:

HM t

= Harga Minyak pada bulan t

HM t-1

= Harga Minyak pada bulan t-1

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan
harga minyak dunia yang diambil dari data yang dipublikasikan
OPEC melalui website www.opec.org.

Universitas Sumatera Utara

2.

Variabel Nilai Tukar, merupakan penentuan jumlah unit dari
suatu mata uang yang dapat dibeli dengan satu unit mata uang
lain (Brigham, 2006:365), maksudnya mengukur nilai suatu
valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Dalam

penelitian ini, satuan ukur yang digunakan adalah besarnya Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS pada penutupan perdagangan
valuta asing tiap bulan dalam satuan rupiah selama tahun 20092012.
Data perubahan nilai mata uang Rupiah terhadap USD dapat
dihitung dengan rumus (Madura, 2006:123):

Perubahan Nilai Tukar =

NTt – NTt-1
NTt-1

Di mana:
NT t

= Nilai Tukar pada bulan t

NT t-1 = Nilai Tukar pada bulan t-1

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 72). Karena
yang menjadi obyek penelitian adalah IHSG, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah periode indeks harga saham gabungan dari 1 Januari 2009
sampai 31 Desember 2012.

Universitas Sumatera Utara

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2005: 73). Sementara penentuan sampel dalam
penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik
penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Jadi, Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah seluruh data Indeks
Harga Saham Gabungan yang menggunakan data bulanan selama periode 2009–
2012. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel (n) selama periode
penelitian sebanyak 48 sampel. Peneliti menetapkan pengambilan data secara
bulanan mulai Januari 2009 – Desember 2012 dengan 3 (tiga) alasan, yakni:
a.

Selama periode ini, terdapat pergerakan IHSG, harga minyak dunia, dan

nilai tukar yang konstan dan yang sangat fluktuatif.

b.

Dalam periode ini perekonomian Indonesia yang direfleksikan oleh IHSG
mencatat periode ini sebagai tahun prestasi akibat meningkatnya harga
minyak dunia secara tajam sekaligus tahun keterpurukan karena krisis yang
melanda pasar finansial global.

c.

Selama periode ini IHSG, harga minyak dunia, dan nilai tukar mengalami
volatilitas yang tinggi akibat krisis finansial global dan kebijakan Bank
Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian.

3.6. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan
data sekunder. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka
yang sifatnya dapat dihitung jumlahnya dengan


metode statistik, sedangkan

data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

Universitas Sumatera Utara

dalam bentuk yang sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi data harga minyak dunia yang
dipulikasikan oleh OPEC melalui situs www.opec.org, dan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika yang didapat dari publikasi Bank Indonesia melalui
website www.bi.go.id, dan data pergerakan indeks harga saham gabungan
yang diperoleh melalui situs www.finance.yahoo.com.

3.7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang
dipublikasikan untuk medapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui
data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia,
Bursa Efek Indonesia, dan OPEC (Organization of Petroleum Exporting
Countries).


3.8. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

3.8.1.Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data
yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara
objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang
dibahas.

Universitas Sumatera Utara

3.8.2.Metode Analisis Statistik
1.

Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis

model) adalah metode analisis data dengan satu variabel terikat dan lebih

dari satu variabel bebas. Secara umum analisis ini dilakukan untuk menguji
adanya ketergantungan variabel terikat dengan variabel bebas. Uji hipotesis
tentang kekuatan variabel independen (Harga Minyak Dunia (US$) dan
Nilai Tukar Rupiah/US$) terhadap IHSG.
Berikut persamaan dari metode regresi linear berganda yang
digunakan pada penelitian ini:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Di mana:
Y = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
a = konstanta
X 1 = Harga Minyak Dunia
X 2 = Nilai Tukar Rupiah/US$
b 1 , b 2 , = koefisien regresi untuk X 1 dan X 2 ,
e = disturbance error (faktor pengganggu/residual)

Universitas Sumatera Utara

2.

Pengujian Asumsi Klasik
Menentukan ketepatan model regresi perlu dilakukan pengujian atas

beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi sebagai berikut:
a.

Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
Ghozali (2005: 110). Sedangkan dasar pengambilan keputusan dalam
deteksi normalitas:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Uji kenormalan data juga dapat dilakukan dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai standar residual hasil persamaan
regresi. Apabila probabilitas hasil Uji Kolmogorov-Smirnov lebih
besar dari 5%, maka data berdistribusi normal, dan demikian
sebaliknya.
b.

Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005: 91), uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atas
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

Universitas Sumatera Utara

bebas multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen.
Uji Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance
lebih besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 5, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada data yang akan
diolah.
c.

Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang yang kuat baik
positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel
penelitian (Umar, 2008:182). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa autokorelasi antara satu dengan yang lainnya.
Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu
model regresi, maka dilakukan dengan menggunakan uji DurbinWatson (DW) yang diberi simbol d.
Tabel 3.1
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi
Tolak
0 < d < dl
positif
Tidak ada autokorelasi
No decision
dl ≤ d ≤ du
positif
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi,
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
positif atau negatif
Sumber: Umar (2008 : 185)
Keterangan: du = batas atas, dl = batas bawah

Universitas Sumatera Utara

d.

Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain Ghozali (2005: 105). Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

3.

Pengujian Hipotesis
Pengujian

hipotesis

digunakan

untuk

memperkirakan

secara

kuantitatif pengaruh atau hubungan dari beberapa variabel independen
secara bersama-sama (simultan) maupun secara individu (parsial) terhadap
variabel dependen.

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji

hipotesis yang telah dirumuskan di muka dengan menggunakan alat bantu
Statistics Package for Social Science (SPSS).
a.

Uji – F (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua

variabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model
penelitian terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : b i = 0, artinya harga minyak dunia dan nilai tukar secara simultan
berpengaruh tidak signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Ha : b i ≠ 0, artinya harga minyak dunia dan nilai tukar secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek
Indonesia.
Pada penelitian ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel pada
tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penelitian hipotesis pada uji-F ini
adalah: Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel dan Ha diterima jika F hitung >
F tabel.
b.

Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu

variabel independen secara parsial terhadap variasi variabel dependen.
Bentuk pengujian hipotesis secara parsial:
1.

Pengaruh harga minyak dunia terhadap pergerakan IHSG
H 0 : b 1 = 0, artinya harga minyak dunia berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek
Indonesia.
H a : b 1 ≠ 0, artinya harga minyak dunia berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

2.

Pengaruh nilai tukar terhadap pergerakan IHSG
H 0 : b 2 = 0, artinya nilai tukar berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Ha : b2

≠ 0, artinya nilai tukar berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Pada penelitian ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada
tingkat signifikan (α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada
uji-t ini adalah :
H a ditolak (H 0 diterima) jika : - t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
H a diterima (H 0 ditolak) jika : - t tabel > - t hitung atau t hitung > t tabel

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum
4.1.1.Sejarah Pasar Modal Di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali
pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
Bursa efek (pasar modal) yang terbesar di Indonesia adalah Bursa Efek
Jakarta (BEJ) yang juga dikenal dengan nama asingnya sebagai Jakarta Stock
Exchange (JSX) dan Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange
(SSX) yang kini telah bergabung dan diresmikan menjadi Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Sekuritas yang diperdagangkan di BEI adalah saham preferen (preferred stock),
saham biasa (common stock), hak (rights), dan obligasi konvertibel (convertible
bonds).
Secara singkat, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:
1.

Periode Pertama (1912-1942)
a.

14 Desember 1912: Asosiasi “Vereniging voor Effectenhandel” berdiri
di Jakarta (terdiri dari 13 broker).

b.

1 Januari 1925: Pasar modal di Surabaya dibuka.

c.

1 Agustus 1925: Menyusul pasar modal di Semarang.

d.

Saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya dalam Dutch East
Indies Trading yang diperdagangkan.

e.

2.

Beroperasi sampai tahun 1942 pada saat kedatangan Jepang.

Periode Kedua (1952-1960)
a.

3 Juni 1952: BEJ dibuka kembali berdasarkan Kepmenkeu No.
289737/U.U. tanggal 1 November 1951.

b.

Surat berharga yang diperdagangkan berupa obligasi perusahaan
Belanda dan obligasi pemerintah Indonesia.

c.

Mulai tahun 1960 sekuritas-sekuritas perusahaan Belanda tidak
diperdagangkan lagi akibat nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda oleh pemerintah Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

3.

Periode Ketiga (1977-1988)
a.

Keppres No. 52 tahun 1976 menetapkan pendirian Pasar Modal,
pembentukan BAPEPAM, dan PT Danareksa.

b.

10 Agustus 1977: BEJ diresmikan kembali.

c.

PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di
BEJ.

d.

4.

5.

Sampai dengan tahun 1988 hanya 24 perusahaan yang listing di BEJ.

Periode Keempat (1988-1995)
a.

Tahun 1988-1996: 238 perusahaan listing di BEJ.

b.

Pada periode ini, IPO menjadi peristiwa nasional.

c.

Peningkatan di pasar modal disebabkan karena:
1.

Permintaan dari investor asing

2.

Pakto 88

3.

Perubahan generasi.

Periode Kelima (Mulai 1995)
a.

Karena peningkatan kegiatan transaksi melebihi kapasitas manual,
maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi
di bursa

b.

Jika sebelumnya di lantai bursa terlihat 2 deret antrian (jual-beli) yang
panjang untuk masing-masing transaksi dan tercatat di papan tulis.

Universitas Sumatera Utara

6.

Periode Keenam (Mulai Agustus 1997)
a.

Tingginya suku bunga SBI berakibat menurunnya IHSG sejak bulan
Agustus s.d. akhir tahun 1997.

b.

3 September 1997: Pemerintah tidak memberlakukan lagi pembatasan
49% pemilikan asing di pasar modal.

c.

1 November 1997: Pemerintah melikuidasi 16 bank swasta.

d.

30 November 2007: BEJ dan BES digabung dan berganti nama
menjadi BEI.

Struktur Pasar Modal di Indonesia tertinggi berada pada menteri Keuangan
menunjuk Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk
melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal
dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar,
efisien serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal.

Sejarah BAPEPAM
a.

Tahun 1975: Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) didirikan.

b.

Peranan BAPEPAM pada saat itu adalah untuk melaksanakan jalannya
kegiatan pasar modal dan meregulasinya.

c.

Pada tahun 1990 melalui Keppres No. 53 tahun 1990 BAPEPAM diubah
sebagai Badan Pengawas Pasar Modal yang berfungsi sebagai regulator,
pengkoordinasi semua bursa-bursa pasar modal di Indonesia, dan pengawas
jalannya pasar modal.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2.Prosedur Pendaftaran Sekuritas di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Perusahaan yang akan going publik dapat mengikuti prosedur yang terdiri
dari tiga tahapan utama;
1.

Persiapan diri.

2.

Memperoleh ijin registrasi dari BAPEPAM.

3.

Melakukan penawaran perdana ke publik (initial public offering) dan
memasuki pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya di bursa.

4.1.3.Prosedur Transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Transaksi perdagangan di BEI menggunakan order-driven market system
dan system lelang kontinyu (continous auction system). Dengan order-driven
market system berarti bahwa pembeli dan penjual sekuritas yang ingin melakukan
transaksi harus melalui broker. Investor tidak dapat langsung melakukan transaksi
di lantai bursa. Hanya broker yang dapat melakukan transaksi jual dan beli
berdasarkan order dari investor. Disamping itu, broker juga dapat melakukan
transaksi untuk membentuk portofolionya sendiri. Masing-masing perusahaan
broker mempunyai staff yagn ditugaskan di bursa. Staf ini disebut dengan
Securities Dealer-Broker Representative.
Sistem lelang kontinyu maksudnya harga transaksi ditentukan oleh
penawaran dan permintaan dari investor. Untuk system manual, harga penjualan
terendah dan harga penawaran tertinggi dari investor diumumkan oleh broker di
bursa, seperti dipasar lelang. Harga transaksi ditentukan jika ada pertemuan antara
harga penawaran dan permintaan. Kemudian order ini akan diproses oleh

Universitas Sumatera Utara

computer. Sistem lelang ini akan terus dilakukan secara kontinyu selama jam
kerja bursa sampai ditemukan harga kesepakatan.
Umumnya transaksi yang terjadi di bursa bukan merupakan transaksi tunai.
Pembayaran dan penyerahan sertifikat diatur pada hari kelima atau hari ke T+4
setelah transaksi terjadi. PT. Kliring Pinjaman Efek Indonesia (KPEI) ditujukan
untuk mengumpulkan pembayaran dan melakukan penyerahan sertifikat.

4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Deskriptif
Hasil estimasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1.

Deskripsi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2009-2012.
Tabel 4.1
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Perbulan
Periode 2009 – 2012
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

2009
-0,0168
-0,0354
0,1156
0,2013
0,1126
0,0574
0,1463
0,0079
0,0538
-0,0405
0,0203
0,0491

Tahun
2010
2011
0,0302
-0,0795
-0,0237
0,0179
0,0896
0,0600
0,0698
0,0383
-0,0587
0,0045
0,0417
0,0134
0,0534
0,0623
0,0041
-0,0700
0,1361
-0,0762
0,0383
0,0681
-0,0286
-0,0200
0,0488
0,0288

2012
0,0313
0,0110
0,0342
0,0144
-0,0832
0,0320
0,0472
-0,0198
0,0498
0,0206
-0,0170
0,0095

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 menunjukkan perubahan IHSG di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2009-2012. Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap IHSG
selama tahun 2009-2012, ditemukan adanya perubahan indeks yang bernilai
positif (+) maupun negatif (-). Apabila perubahan indeks positif, menunjukkan
bahwa IHSG mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Apabila perubahan
indeks bernilai negatif, menunjukkan bahwa IHSG mengalami penurunan dari
bulan sebelumnya. IHSG mencatat kenaikan terbesar selama periode 2009-2012
sebesar 0,2013 atau 20,13% yang terjadi pada bulan April 2009. Sedangkan
penurunan IHSG selama periode 2009-2012 terbesar terjadi pada bulan Mei 2012
sebesar -0,0832 atau -8,32%.
Pada tahun 2009, Perubahan indeks terbesar yang bernilai positif terjadi
pada bulan April sebesar 0,2013 atau 20,13% yang menjadi kenaikan terbesar
selama periode 2009-2012. Sedangkan perubahan indeks terbesar yang bernilai
negatif terjadi pada bulan Oktober sebesar -0,0405 atau sebesar -4,05%.
Pada tahun 2010, perubahan indeks terbesar yang bernilai positif terjadi
pada bulan September sebesar 0,1361 atau 13,61%. Sedangkan perubahan indeks
terbesar yang bernilai negatif terjadi pada bulan Mei sebesar -0,0587 atau sebesar
-5,87%.
Pada tahun 2011, kenaikan IHSG terbesar terjadi pada bulan Oktober
sebesar 0,0681 atau 6,81%, sedangkan penurunan IHSG paling besar terjadi pada
bulan Januari sebesar -0,0795 atau sebesar -7,95%.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 2012, perubahan indeks terbesar yang bernilai postif terjadi pada
bulan September sebesar 0,0498 atau sebesar 4.98%. Sedangkan perubahan indeks
yang terbesar yang bernilai negatif terjadi pada bulan Mei sebesar -0,0832 atau
sebesar -8,32% yang menjadi penurunan IHSG terbesar selama periode 20092012.
2.

Deskripsi Perubahan Harga Minyak Dunia periode tahun 2009-2012.
Tabel 4.2
Perubahan Harga Minyak Dunia Perbulan
Periode 2009-2012
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Tahun
2009
0,0762
-0,0031
0,1055
0,0965
0,1351
0,1997
-0,0551
0,1047
-0,0586
0,0819
0,0498
-0,0299

2010
0,0270
-0,0397
0,0578
0,0663
-0,0953
-0,0205
-0,0060
0,0226
0,0065
0,0701
0,0372
0,0692

2011
0,0482
0,0804
0,0952
0,0751
-0,0690
-0,0082
0,0237
-0,0475
0,0121
-0,0123
0,0357
-0,0249

2012
0,0946
0,0058
-0,0162
-0,0830
0,0052
-0,0076
0,0014
0,0044
-0,0071
0,0102
0,0127
-0,0105

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan perubahan harga minyak dunia selama periode
tahun 2009-2012. Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap harga
minyak dunia selama tahun 2009-2012, ditemukan adanya perubahan harga yang
bernilai positif (+) maupun negatif (-). Apabila perubahan harga positif,
menunjukkan bahwa harga minyak dunia mengalami kenaikan dari bulan
sebelumnya. Apabila perubahan harga bernilai negatif, menunjukkan bahwa harga
minyak dunia mengalami penurunan dari bulan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Perubahan harga minyak dunia perbulan mencatat kenaikan terbesar selama
periode 2009-2012 sebesar 0,1997 atau 19,97% yang terjadi pada bulan Juni tahun
2009. Sedangkan penurunan harga minyak dunia terbesar selama periode 20092012 terjadi pada Mei 2010 sebesar -0,0953 atau -9,53%.
Pada tahun 2009, perubahan harga terbesar yang bernilai positif terjadi pada
bulan Juni sebesar 0,1997 atau 19,97% yang menjadi kenaikan terbesar selama
periode 2009-2012. Sedangkan perubahan harga minyak dunia terbesar yang
bernilai negatif terjadi pada bulan September sebesar -0,0586 atau sebesar -5,86%.
Pada tahun 2010, perubahan harga minyak dunia terbesar yang bernilai
positif terjadi pada bulan Oktober sebesar 0,0701 atau 7,01%. Sedangkan
perubahan harga minyak dunia terbesar yang bernilai negatif terjadi pada bulan
Mei sebesar -0,0953 atau sebesar -9,53% yang menjadi penurunan harga minyak
dunia terbesar selama periode 2009-2012.
Pada tahun 2011, Kenaikan harga minyak dunia terbesar yang bernilai
positif terjadi pada bulan Maret sebesar 0,0952 atau 9,52%. Sedangkan penurunan
harga minyak dunia terjadi pada bulan Mei sebesar -0,0690 atau -6,90%.
Pada tahun 2012, perubahan harga terbesar yang bernilai positif terjadi pada
bulan Januari sebesar 0,0946 atau sebesar 9,46%. Sedangkan penurunan harga
minyak dunia terbesar terjadi pada bulan April sebesar -0,0830 atau sebesar
-8,30%.

Universitas Sumatera Utara

3.

Deskripsi Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar periode tahun 2009-2012.
Tabel 4.3
Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Perbulan
Periode 2009 – 2012
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Tahun
2009
-0,0205
0,0638
-0,0003
-0,0696
-0,0574
-0,0184
-0,0096
-0,0125
-0,0104
-0,0412
0,0003
-0,0013

2010
-0,0193
0,0076
-0,0198
-0,0149
0,0162
-0,0033
-0,0102
-0,0082
0,0006
-0,0056
0,0012
0,0093

2011
0,0020
-0,0139
-0,0181
-0,0116
-0,0111
0,0010
-0,0038
0,0002
0,0272
0,0147
0,0146
0,0073

2012
0,0021
-0,0090
0,0158
0,0007
0,0131
0,0174
0,0004
0,0036
0,0075
0,0033
0,0031
0,0013

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Tabel 4.3 menggambarkan perubahan nilai tukar selama periode tahun
2009-2012. Pada pengamatan data bulanan yang dilakukan terhadap nilai tukar
selama tahun 2009-2012, bahwa nilai tukar berfluktuasi setiap bulannya. Nilai
tukar tersebut diukur dengan perbandingan nilai tukar harian Rupiah terhadap US
Dollar yang dikalkulasikan menjadi rata-rata bulanan. Perubahan nilai tukar
Rupiah terhadap US Dollar tersebut juga dapat bernilai positif atau negatif.
Apabila perubahan nilai tukar bernilai positif, maka Rupiah mengalami depresiasi
atau melemah terhadap US Dollar. Sedangkan jika perubahan nilai tukar bernilai
negatif, maka Rupiah mengalami apresiasi atau menguat nilainya terhadap US
Dollar.

Universitas Sumatera Utara

Apresiasi terbesar nilai tukar sepanjang tahun 2009-2012, terjadi pada bulan
April 2009 dimana perubahan nilai tukar sebesar -0,0696 atau -6,96%. Dan
depresiasi terbesar dari nilai tukar terjadi pada bulan Februari

2009 dimana

perubahan nilai tukar sebesar 0,0638 atau 6,38% .
Pada tahun 2009, apresiasi nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan April yaitu
sebesar -0,0696 atau -6,96% yang menjadi apresiasi terbesar nilai tukar sepanjang
tahun 2009-2012. Sedangkan depresiasi nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan
Februari yaitu sebesar 0,0638 atau 6,38% yang menjadi depresiasi terbesar nilai
tukar sepanjang tahun 2009-2012.
Pada tahun 2010, apresiasi nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan Maret
yaitu sebesar -0,0198 atau -1,98%. Sedangkan depresiasi nilai tukar tertinggi
terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 0,0162 atau 1,62%.
Pada tahun 2011, apresiasi nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan Maret
yaitu sebesar -0,0181 atau -1,81%. Sedangkan depresiasi nilai tukar tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar 0,0272 atau 2,72%.
Pada tahun 2012, Nilai tukar cenderung mengalami depresiasi . Hal itu
terlihat pada Tabel 4.3 banyaknya perubahan nilai tukar yang bernilai positif.
Adapun apresiasi nilai tukar hanya terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar
-0,0090 atau -0,90%. Sedangkan depresiasi nilai tukar tertinggi terjadi pada bulan
Juni yaitu sebesar 0,0174 atau 1,74%.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2.Analisis Statistik
1.

Uji Asumsi Klasik
Kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu sebagai

berikut :
a)

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik hendaknya datanya
berdistribusi normal atau mendekati normal.
Harga minyak dunia, nilai tukar rupiah dan Pergerakan IHSG
berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dengan cara melakukan Uji
Kolmogrov Smirnov sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Indeks
Perubahan
Harga Minyak
Dunia
48

Indeks
Perubahan
Nilai Tukar
Rupiah
48

,023256

-,003244

,026046

,0596369

,0201323

,0587025

,112

,133

,103

Positive

,112

,117

,103

Negative

N
Normal Parameters(a,b)

Mean
Std. Deviation

Most Extreme
Differences

Absolute

Indeks
Pergerakan
IHSG
48

-,056

-,133

-,083

Kolmogorov-Smirnov Z

,775

,923

,714

Asymp. Sig. (2-tailed)

,585

,362

,688

a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara

Menurut Umar, (2008:181) bahwa, apabila pada hasil Uji Kolmogrov
Smirnov, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 ( α = 5% , tingkat
signifikan) maka data berdistribusi normal. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat,
probabilitas hasil Uji Kolmogrov Smirnov yaitu 0,585 (harga minyak dunia),
0,362 (nilai tukar rupiah), 0,688 (IHSG) lebih besar dari 0,05. Sehingga model
regresi yang didapat adalah berdistribusi normal. Selain Uji Kolmogrov Smirnov,
uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual.
Observed Cum Prob
0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

0.0

borP muC detcepxE

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: IndeksPergerakanIHSG

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Gambar 4.1
Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal,
karena data menyebar di sekitar garis diagonal. Menurut Umar (2008:181), bahwa
apabila data menyebar di sekitar garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi
normalitas.

b)

Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi
Heterokedastisitas yaitu dengan mengamati Grafik Scatterplot.
Regression Studentized Residual
-3

-2

-1

0

1

2

3

dezidradnatS noissergeR
eulaV detciderP

-4

-2

0

2

4

Scatterplot

Dependent

Variable:

IndeksPergerakanIHSG

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Gambar 4.2
Hasil Scatterplot

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Gambar 4.2 yang didapat dari analisis dengan bantuan program
Software SPSS (Statistic Package for the Social Science) for Windows, maka
diketahui bahwa model tidak terkena heterokedastisitas karena data penelitian
yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola. Selain analisis grafik
Scatterplot, untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat diketahui
dengan menggunakan Park Test.
Tabel 4.5
Hasil Uji Park
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Model

1

B
-5,963

Std. Error
3,635

Lnx1

-,600

,565

Lnx2

,626

,506

(Constant)

Standardized
Coefficients

t

Beta

Sig.

B
-1,640

Std. Error
,132

-,303

-1,062

,313

,353

1,237

,244

a Dependent Variable: Lnei2

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa model tidak terkena
heterokedastitas karena nilai signifikan (Sig.) semua variabel lebih besar dari 0,05
( α = 5% tingkat signifikan).

c)

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linear terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang
ada pada variabel-variabel penelitian. Untuk mengetahui apakah model terkena
autokorelasi atau tidak, dapat dilakukan dengan melakukan Runs Test.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6
Hasil Uji Runs Test
Runs Test

Test Value(a)

Unstandardized
Residual
,00419

Cases < Test Value

24

Cases >= Test Value

24

Total Cases

48

Number of Runs
Z

31
1,605

Asymp. Sig. (2-tailed)

,109

a Median

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
signifikan 0,109 diatas 0,05 ( α = 5% tingkat signifikan), maka hipotesis nol
diterima dimana nilai residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar
residual. Selain menggunakan Runs Test, autokorelasi dapat dideteksi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW).
Tabel 4.7
Hasil uji Durbin-Watson (DW)
Model Summary(b)
Adjusted R
Std. Error of
R
R Square
Square
the Estimate
Durbin-Watson
,503(a)
,253
,220
,0518598
2,221
a Predictors: (Constant), Indeks Perubahan Nilai Tukar Rupiah, Indeks Perubahan Harga Minyak
Dunia
b Dependent Variable: Indeks Pergerakan IHSG
Model
1

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Pada Tabel 4.7, terlihat bahwa nilai DW sebesar 2,221, dengan jumlah data
(n= 48) dan jumlah variabel bebas (k=2). Maka berdasarkan DW-tabel; du (DW
batas atas) = 1,424 ; 4 - du = 4 – 1,424 = 2,576. Karena 1,424 < 2,221 < 2,576,
maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi positif atau negatif. Sehingga

Universitas Sumatera Utara

keputusan tidak ditolak. Untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel 3.1 yang terdapat
pada BAB III tentang Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi.

d)

Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas. Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala multikolineritas dapat dilihat dari besarnya nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) pada Tabel 4.11
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
1

(Constant)

Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
,021
,008

Standardized
Coefficients
Beta

Indeks
Perubahan
Harga
,033
,144
Minyak
Dunia
Indeks
Perubahan
-1,418
,427
Nilai Tukar
Rupiah
a Dependent Variable: Indeks Pergerakan IHSG

Collinearity
Statistics
Tolerance

VIF

t
2,571

Sig.
,014

,033

,226

,822

,775

1,290

-,486

-3,323

,002

,775

1,290

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa model tidak terdapat masalah
multikolonieritas, karena pada semua variabel, nilai Tolerance > 0.1 dan
Variance Inflation Factor (VIF) < 5.

Universitas Sumatera Utara

2.

Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4.9 berikut ini menunjukkan hasil estimasi regresi melalui
pengolahan data dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package
for the Social Science) for Windows.
Tabel 4.9
Hasil Estimasi Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Model
B
1

Std. Error

(Constant)

,021
Indeks
Perubahan Harga
,033
Minyak Dunia
Indeks
Perubahan Nilai
-1,418
Tukar Rupiah
a Dependent Variable: Indeks Pergerakan IHSG

Beta

t

,008

Sig.

2,571

,014

,144

,033

,226

,822

,427

-,486

-3,323

,002

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Pengolahan data tersebut mengasilkan suatu model Regresi Linier Berganda
sebagai berikut :
Y = 0,021 + 0,033X 1 – 1,418X 2 + e
Persamaan Regresi Linier Berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh
Perubahan Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan maupun
secara parsial terhadap Pergerakan IHSG yang bertujuan untuk menguji hipotesis
yang diajukan penulis.
Hasil regresi berganda dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Konstansa sebesar 0,021, menyatakan bahwa apabila tidak ada variabel harga
minyak dunia dan nilai tukar maka pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia
adalah sebesar 0,021.

Universitas Sumatera Utara

b) Harga Minyak Dunia yang diukur melalui perubahan harga minyak dunia
mempunyai nilai sebesar 0,033, menyatakan bahwa apabila harga minyak
dunia naik sebesar 1 maka IHSG di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar
0,033. Dan apabila harga minyak dunia turun sebesar 1 maka IHSG di BEI
juga akan turun sebesar 0,033.
c) Nilai Tukar yang diukur melalui perubahan nilai tukar mempunyai nilai
sebesar -1,418, menyatakan bahwa apabila nilai tukar naik sebesar 1, maka
IHSG di Bursa Efek Indonesia akan turun sebesar 1,418. Dan apabila nilai
tukar turun sebesar 1, maka IHSG di Bursa Efek Indonesia akan naik sebesar
1,418.
Penulis melakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan analisis
regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian
yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau perkiraan yang efisien dan
tidak bias.

3.

Hasil Pengujian Hipotesis

1.

Uji Simultan (Uji-F)
Uji Simultan (Uji-F) dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi

dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengestimasi. Uji-F memperlihatkan
bahwa Harga minyak dunia dan Nilai Tukar secara simultan mempengaruhi
Pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Hal ini
dilihat dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada tingkat signifikan (α )
= 5%. F hitung dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10
Uji-F
ANOVAb
Model
1

Regression
Residual

Sum of
Squares
,041
,121

2

Mean
Square
,020

45

,003

df

F
7,611

Sig (a)
,001

Total

,162
47
a Predictors: (Constant), Indeks Perubahan Nilai Tukar Rupiah, Indeks Perubahan Harga Minyak
Dunia
b Dependent Variable: Indeks Pergerakan IHSG

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa harga minyak dunia dan nilai tukar secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di BEI selama periode 2009-2012. Hal ini dapat dilihat dari:
F hitung = 7,611 > F tabel = 3,20
Sig. tabel 0,001 < (α ) = 0,05
Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
(F tabel dapat diperoleh dari tabel F dimana: df pembilang = k-1, df penyebut = n-k,
dimana k=3, n=48)

2.

Uji Parsial (Uji – t)
Uji Secara Parsial (Uji-t) dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel

bebas secara parsial atau terpisah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
secara parsial antara harga minyak dunia dan nilai tukar terhadap IHSG di BEI,
yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada tingkat signifikan (α )
= 5%. Nilai t hitung dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11
Hasil Uji-t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Model
B
1

(Constant)

Std. Error
,008

,021
Indeks
Perubahan Harga
,033
Minyak Dunia
Indeks
Perubahan Nilai
-1,418
Tukar Rupiah
a Dependent Variable: IndeksPergerakanIHSG

Beta

t
2,571

Sig.
,014

,144

,033

,226

,822

,427

-,486

-3,323

,002

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Dalam Uji-t, suatu variabel bebas memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap variabel terikat jika:
-t tabel > -t hitung atau t hitung > t tabel
(t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikan 2,5% dengan derajat
kebebasan df = n-k, dimana n=48, k=3)
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa:
1.

Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap pergerakan IHSG di BEI selama 2009-2012. Hal ini dilihat dari:
t hitung = 0,226 < t tabel = 2,014
Sig.tabel = 0,822 > (α ) = 0,05; Sehingga Ha ditolak dan Ho diterima.
2.

Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pergerakan IHSG di BEI selama periode 2009-2012. Hal ini dilihat dari:
-t tabel = -2,014 > -t hitung = -3,323
Sig.tabel = 0,002 < (α ) = 0,05; Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

Universitas Sumatera Utara

4.3. Pembahasan
1.

Pengaruh Harga Minyak Dunia Terhadap Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga minyak dunia secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2012.
Secara parsial, harga minyak dunia berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap pergerakan IHSG di BEI selama 2009-2012. Korelasi positif yang kuat
terus tampak antara harga minyak dan bursa saham secara global termasuk bursa
saham di Indonesia. Hal ini terjadi karena Investor pasar modal menganggap
bahwa naiknya harga-harga energi merupakan pertanda meningkatnya permintaan
global, yang berarti membaiknya pemulihan ekonomi global pasca krisis.
Sebaliknya, harga energi yang turun mencerminkan melemahnya pemulihan
ekonomi global. Dengan begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi
terhadap membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan
otomatis harga sahamnya akan ikut naik. Hasil penelitian ini memperkuat hasil
penelitian Gunawan (2010). Hasil penelitiannya menyatakan harga minyak dunia
secara simultan berpengaruh dan signifikan terhadap Pergerakan IHSG. Secara
parsial, harga minyak dunia berpengaruh tidak signifikan terhadap pergerakan
IHSG.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tukar secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2012. Secara parsial,
nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG di BEI
selama periode 2009-2012. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang
menyatakan bahwa terdepriasinya kurs rupiah terhadap mata uang asing
khususnya dollar Amerika memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar
modal. Ketika mata uang terdepriasi, hal ini mengakibatkan naiknya biaya bahan
baku terhadap sebagian besar perusahaan yang mengimpor dari luar negeri.
Kenaikan ini mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Hal ini akan mendorong
investor untuk melakukan aksi jual terhadap harga saham-saham yang
dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut tentunya akan
mendorong penurunan IHSG. Selain itu sebagian investor asing juga akan
berlogika untuk keluar dari BEI (www.pojoksaham.com). Hal ini menunjukan
bahwa kurs rupiah memiliki pengaruh terhadap indeks harga saham gabungan.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Setyawan (2007). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perubahan kurs terbukti sebagai driver penggerak IHSG
selama tahun 2006. Jadi, apabila perubahan kurs rupiah terhadap US$ bernilai
positif maka memiliki pengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG, dan apabila
perubahan kurs rupiah terhadap US$ bernilai negatif maka memiliki pengaruh
positif terhadap pergerakan IHSG.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia dan

Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode 2009–20012 ini menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Perubahan harga minyak dunia dan nilai tukar Rupiah/US$ secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012.

2.

Secara parsial, perubahan harga minyak dunia berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2009-2012, sedangkan perubahan nilai tukar
Rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2009-2012.

Universitas Sumatera Utara

B.

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1.

Investor disarankan memperhatikan informasi mengenai harga minyak
dunia dan Nilai Tukar Rupiah/US$, karena dengan adanya informasi
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi pergerakan IHSG di BEI
yang kemudian untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan
investasinya. Karena dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara
simultan atau secara bersama-sama harga minyak dunia dan nilai tukar
rupiah mempengaruhi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia.

2.

Pemerintah dan Lembaga terkait, khususnya Bank Indonesia yang
berwenang hendaknya dapat selalu mengeluarkan kebijakan yang benarbenar dapat menjaga stabilitas perekonomian demi menghindari fluktuasi
faktor-faktor makro, seperti harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah yang
dapat merugikan para pelaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat luas.
Terutama dalam kebijakan moneter tentang nilai tukar rupiah, karena dalam
penelitian ini variable nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap
pergerakan saham, yang berarti bahwa jika nilai tukar depresiasi maka
IHSG akan mengalami penurunan, sebaliknya jika nilai tukar apresiasi maka
IHSG akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 13

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 2

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 9

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

1 1 14

Analisis Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia Dan Nilai Tukar Rupiah Us Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012

0 0 3

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 1 10

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

0 0 9