Evaluasi Kesesuaian Dosis Obat Antihipertensi pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Januari - Juni 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat
menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan
bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes, RI., 2013). Hipertensi dapat
mengakibatkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner (PJK),
gangguan ginjal. Penurunan tekanan darah secara farmakologis yang efektif dapat
mencegah kerusakan pembuluh darah dan terbukti menurunkan tingkat morbiditas
dan mortalitas (Lim, 2009).
Pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah
dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama
makin berat komplikasi yang dapat ditimbulkan. Peneliti-peneliti selama ini
membuktikan bahwa hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi
ginjal. Variabilitas tekanan darah berperan penting sebagai penyebab kerusakan
target organ (Tessy, 2006). Obat-obat yang diekskresikan melalui ginjal akan
terakumulasi dengan adanya gangguan fungsi ginjal yang dapat menimbulkan
efek toksik dan bisa menurunkan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akhirnya

dapat memperburuk kondisi ginjal dan akan mengalami perpanjangan waktu
paruh eliminasi serta perubahan volume distribusi (Dipiro, et al., 2008).

1
Universitas Sumatera Utara

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya
(Kemenkes, RI., 2013). Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2009
menunjukkan jumlah kematian penyakit tidak menular tertinggi umumnya terjadi
pada kasus komplikasi diantaranya pada kasus jantung dan ginjal hipertensi
(16,66%), ginjal hipertensi (14,86%) dan hipertensi esensial (3,33%).
Penyakit ginjal dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan sebaliknya
hipertensi dalam jangka waktu lama dapat mengganggu ginjal. Kedua keadaan ini
sukar untuk dibedakan terutama pada penyakit ginjal menahun. Hipertensi dapat
menyebabkan penyakit ginjal dan meningkatkan tekanan darah. Untuk
mengetahui kedua keadaan ini diperlukan adanya catatan rekam medik jangka
panjang (Tessy, 2006).
Hasil penelitian Ginting (2008), menunjukkan bahwa pada tahun 20042007 mengenai karakteristik penderita gagal ginjal kronik yang di rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berjumlah 934 orang,
dimana pada tahun 2004 terdapat 116 orang (12,5%), tahun 2005 terdapat 189
orang (20,2%), tahun 2006 terdapat 275 orang (29,4%) dan tahun 2007 terdapat
354 orang (37,9%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romauli (2009),
karakteristik penderita gangguan ginjal kronik yang dirawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008 berjumlah
148 orang yaitu pada tahun 2007 terdapat 80 orang (54,1%) dan tahun 2008
terdapat 68 orang (45,9%).

2
Universitas Sumatera Utara

Penyakit gangguan ginjal kronik mempengaruhi tekanan darah, jika
mengalami tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dalam jangka waktu
yang lama akan mengakibatkan pembuluh darah ginjal menjadi menyempit
sehingga fungsi ginjal terganggu (Wilson, 2006). Beberapa penelitian yang terkait
dengan penyesuaian dosis obat pada pasien gangguan ginjal kronik telah
dilakukan, terdapat beberapa metode untuk memperkirakan aturan dosis yang
tepat untuk penderita dengan kerusakan ginjal. Penyesuaian dosis pada pasien
dengan kerusakan ginjal didasarkan pada klirens obat pada penderita (Hassan, et

al., 2009).
Ketika fungsi ginjal berkurang, dosis obat harus disesuaikan dan obat
nefrotoksik dihindari (Geerts, et al., 2012). Salah satu indikator agar tercapai
terapi pengobatan terutama bagi pasien dengan gangguan fisiologi yang berat
seperti gangguan ginjal kronik adalah ketepatan dalam pemberian dosis (Munar
dan Sing, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan Fransiska (2014), bahwa studi
kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien Gangguan Ginjal
Kronik yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
periode September 2013-Maret 2014 berjumlah 123 orang, dimana 49 orang
(39,8%) pasien JAMKESMAS dan 74 orang (60,2%) pasien BPJS, telah baik dan
sesuai dengan yang direkomendasikan berdasarkan pedoman standar pengobatan
di RSUP H. Adam Malik Medan dan menurut National Kidney Foundation/
Kidney Dialysis Outcome Quality Initiative (NKF/KDOQI).
Hipertensi yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit
ginjal akut serta penyakit ginjal kronik (chronic kidney disease, CKD) karena

3
Universitas Sumatera Utara


dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi
kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik (Guyton dan Hall, 2006).
Pedoman penggunaan obat antihipertensi dalam tatalaksana untuk menjamin
penggunaan obat yang rasional pada penderita hipertensi. Penggunaan obat yang
rasional sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan pada pasien
(Suyono dan Lyswanti, 2008).
Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan
Pharmaceutical Care yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah terkait obat. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah
sakit dituntut untuk merealisasikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik demi
kepentingan dan kesejahteraan pasien. Pola pelayanan ini dilakukan dengan
pemantauan terapi obat yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan obat
secara rasional (efektif, aman, bermutu dan terjangkau) serta memastikan
ketepatan pemberian dosis obat pada pasien (Kemenkes, RI., 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin membuktikan
bagaimana gambaran Evaluasi Kesesuaian Dosis Obat Antihipertensi Pada Pasien
Gangguan Ginjal Kronik di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni
2015. Pelayanan kesehatan yang lebih baik akan terwujud dengan adanya peran
tenaga kesehatan pada penanganan permasalahan terkait dengan obat dan
mengevaluasi pola peresepan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal

kronik.

4
Universitas Sumatera Utara

1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini menggambarkan tentang evaluasi kesesuaian dosis obat
antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik di RSUD Dr. Pirngadi Medan
periode Januari - Juni 2015. Dalam hal ini faktor resiko berupa karakteristik
pasien (usia, jenis kelamin, stadium yang diderita, jenis obat antihipertensi)
merupakan

variable

bebas

dan

persentase


penggunaan

golongan

obat

antihipertensi sebagai variable terikat. Pengamatan dilakukan rentang waktu
Januari - Juni 2015.
Adapun mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai
berikut (Gambar 1.1):
Variabel bebas

Variabel terikat

Karakteristik Pasien:

Pola Peresepan:

a. Usia
e

b. Jenis Kelamin

a. Persentase Penggunaan
Golongan Obat

c. Stadium GGK yang diderita

Antihipertensi

d. Jenis Obat Antihipertensi

b. Kesesuaian dosis
antihipertensi

1.Sesuai
2.Tidak sesuai

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Evaluasi Kesesuaian Dosis Obat
Antihipertensi pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Periode Januari - Juni 2015.


5
Universitas Sumatera Utara

1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a.

bagaimana persentase penggunaan golongan obat antihipertensi pada pasien
gangguan ginjal kronik di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni
2015 dan menurut National Kidney Foundation (NKF) 2004?

b.

bagaimana kesesuaian dosis obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal
kronik di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni 2015 dan menurut
National Kidney Foundation (NKF) 2004?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah:
a.

penggunaan golongan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik
di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni 2015 adalah tinggi dan
menurut National Kidney Foundation (NKF) 2004.

b.

kesesuaian dosis obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik di
RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni 2015 adalah tinggi dan
menurut National Kidney Foundation (NKF) 2004.

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
a.

persentase penggunaan golongan obat antihipertensi pada pasien gangguan
ginjal kronik di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni 2015 dan

menurut National Kidney Foundation (NKF) 2004.

6
Universitas Sumatera Utara

b.

kesesuaian dosis obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik di
RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni 2015 dan menurut National
Kidney Foundation (NKF) 2004.

1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat memberi gambaran mengenai
kesesuaian dosis obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik di RSUD
Dr. Pirngadi Medan periode Januari - Juni 2015 untuk menjamin penggunaan
obat antihipertensi yang rasional dan sangat penting untuk meningkatkan
keberhasilan pengobatan pasien.

7
Universitas Sumatera Utara