Evaluasi Kesesuaian Dosis Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Juni 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
Gangguan ginjal kronik adalah salah satu penyakit yang tidak menular dan
merupakan keadaan gangguan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan tidak dapat kembali ke keadaan semula (Romauli, 2009).
Kriteria penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage)
yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Manifestasinya adalah
kelainan patologis dan terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests) serta
laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan,
dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Suwitra, 2006).
Tanda-tanda dan gejala dari penyakit gangguan ginjal kronik meliputi
nokturia, edema, anemia, gangguan elektrolit, hipertensi, penyakit tulang (renal
osteodystrophy), perubahan neurologis (misalnya lethargia, gangguan mental),

gangguan fungsi otot (misalnya kram otot, kaki pegal) dan uraemia (misalnya
nafsu makan berkurang, mual, muntah, pruritus) yang menggambarkan kadar urea
darah yang tinggi, sering digunakan sebagai kata lain untuk gagal ginjal (akut

1

Universitas Sumatera Utara

maupun kronis) (Aslam, dkk., 2003).
Dewasa ini, prevalensi penyakit gangguan ginjal kronik semakin
meningkat setiap tahunnya di negara-negara berkembang. Menurut hasil
penelitian Hallan dan kawan-kawan pada tahun 2006 menyatakan bahwa,
prevalensi dari gangguan ginjal kronik pada populasi umum Eropa yaitu sebesar
10,2%, dan prevalensi Amerika Serikat yaitu sebesar 11,5% (Hallan SI, et al.,
2006). Berdasarkan data United State Renal Data System (USRDS) tahun 2013
diperkirakan lebih dari 20 juta (atau lebih dari 10%) orang dewasa di Amerika
Serikat yang mengalami penyakit ginjal kronik per tahunnya. Kasus penyakit
ginjal di dunia per tahun meningkat sebanyak lebih dari 50%. Berdasarkan hasil
survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menunjukkan bahwa
12,5% (sekitar 25 juta penduduk) dari populasi penduduk Indonesia yang

mengalami penurunan fungsi ginjal (PERNEFRI, 2009). Beberapa tahun
belakangan ini, penderita gagal ginjal di Indonesia saat ini terbilang tinggi,
mencapai 300.000 orang namun belum semua pasien dapat ditangani oleh para
tenaga medis, diperkirakan baru sekitar 25.000 orang pasien saja yang dapat
ditangani, artinya ada lebih dari 80 persen pasien yang belum mendapat
pengobatan (Susalit, 2012).
Antibiotika merupakan suatu kelompok obat yang paling sering digunakan
saat ini. Penggunaan antibiotika yang berlebihan dan tidak tepat guna pada
beberapa kasus, menyebabkan masalah kekebalan antimikrobial. Penggunaan
lebih dari satu antibiotika untuk pengobatan infeksi masih merupakan suatu
masalah kontroversial hingga saat ini (Aslam, dkk.,2003). Antibiotika adalah zat
yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat menghambat atau membasmi mikroba

2

Universitas Sumatera Utara

jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik

untuk hospesnya (Abidin, 2010).
Penyesuaian dosis obat sangat penting untuk obat dengan rasio toksikterapetik yang sempit, atau yang sedang menderita penyakit ginjal. Pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal, dosis antibiotik disesuaikan dengan tingkat
bersihan kreatinin. Pada umumnya dengan bersihan kreatinin 40–60ml/menit
dosis pemeliharaan akanditurunkan 50% dari dosis lazim. Bila bersihan
kreatininnya 10–40ml/menit, selain dosis pemeliharaannya diturunkan 50% perlu
juga memperpanjang jarak pemberian menjadi dua kali lipat serta usahakan untuk
menghindari obat yang bersifat nefrotoksis pada pasien gangguan ginjal. Daftar
antibiotik dengan eliminasi utama melalui ginjal dan yang memerlukan
penyesuaian dosis antara lain: sebagian besar ß-laktam, aminoglikosida,
Trimethoprim sulfamethoxazole, monobaktam, ciprofloksasin, levofloksasin,
gatifloksasin, gemifloksasin, vankomisin, nitrofurantoin,fosfomisin, tetrasiklin,
daptomisin, karbapenem, polimiksin B, colistin, dan flusitosin (Kemenkes.,
2011).Pada umumnya antibiotika golongan beta-laktam menyebabkan efek
samping yang paling jarang dan paling ringan (Aslam, dkk, 2003).
Dalam beberapa penelitian yang terkait dengan penyesuaian dosis
obat pada pasien gangguan ginjal kronik, terdapat beberapa metode untuk
memperkirakan aturan dosis yang tepat untuk penderita dengan kerusakan ginjal.
Penyesuaian dosis pada penderita dengan kerusakan ginjal didasarkan pada klirens
obat penderita tersebut. Dua pendekatan farmakokinetika yang umum untuk


3

Universitas Sumatera Utara

penyesuaian dosis meliputi metode yang didasarkan atas tingkat bersihan kreatinin
dan metode yang didasarkan atas waktu paruh eliminasi (Hassan, et al., 2009).
Penerapan farmakokinetika bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
terapi atau menurunkan efek samping dan toksisitas pada pasien. Penyesuaian
dosis berupa penurunan terhadap total dosis pemeliharaan seringkali diperlukan.
Perubahan dosis yang sering kali dijumpai adalah penurunan dosis obat atau
perpanjangan interval pemberian obat atau gabungan keduanya (Shargel dan Yu,
1999).Untuk memilih dan menentukan dosis obat diperlukan pengetahuan tentang
perubahan fisiologi yang terjadi pada lanjut usia, (seperti menurunnya fungsi
ginjal, dengan akibat menurunnya klirens obat) dan frekuensi efek samping obat
yang lebih tinggi (Aslam, dkk., 2003).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
untuk melihat tingkat kesesuaian dosis penggunaan antibiotika pada pasien yang
mengalami gangguan ginjal kronik yang dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik
Medan.


1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkandi atas maka kerangka pikir
penelitian yang akan dilakukan variabel bebasnya (independent variable) adalah
karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, stadium yang diderita, jenis antibiotika)
dan persentase penggunaan antibiotika serta kesesuaian dosis antibiotika sebagai
variabel terikatnya (dependent variable). Dalam pengamatan digunakan rentang
waktu yaitu selama periode Januari – Juni 2014.

4

Universitas Sumatera Utara

Gambaran kerangka pikir penelitian ini selengkapnya dapat dilihat sebagai
berikut (Gambar 1.1):
Variabel bebas

Variabel terikat
Persentase penggunaan
jenis antibiotika


Karakteristik Pasien:
Usia
Jenis kelamin
Stadium Gangguan Ginjal Kronik
Jenis Antibiotika

Kesesuaian dosis
antibiotika
1. Sesuai
2. Tidak sesuai

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Evaluasi Kesesuaian Dosis
Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Di
RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari – Juni 2014.

1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah adalah:
a. apakah


terdapatperbedaan

persentase

penggunaan

antibiotika

pada

pengobatanpasien gangguan ginjal kronikdi RSUP Haji Adam Malik
Medanpada periode Januari – Juni 2014?
b. apakah terdapat perbedaan kesesuaian dosis penggunaan antibiotika yang
diberikan pada pasien gangguan ginjal kronikdi RSUP Haji Adam Malik
Medanpada periode Januari – Juni 2014 berdasarkan karakteristik usia, jenis
kelamin dan stadium gagal ginjal kronik?

1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:


5

Universitas Sumatera Utara

a. terdapat perbedaan persentase penggunaan antibiotika pada pengobatan pasien
gangguan ginjal kronikdi RSUP Haji Adam Malik Medanpada periode Januari
– Juni 2014.
b. tidakterdapat perbedaan kesesuaian dosis penggunaan antibiotika yang
diberikan pada pasien gangguan ginjal kronikdi RSUP Haji Adam Malik
Medanpada periode Januari – Juni 2014 berdasarkan karakteristik usia, jenis
kelamin dan stadium gagal ginjal kronik.

1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. persentase penggunaan antibiotika pada pengobatan pasien gangguan ginjal
kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan padaperiode Januari – Juni 2014.
b. persentase kesesuaian dosis penggunaan antibiotika yang diberikan pada pasien
gangguan ginjal kronik diRSUP Haji Adam Malik Medanpada periodeJanuari
– Juni 2014 berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin dan stadium

gangguan ginjal kronik.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk memberi gambaran
tentang adanya evaluasi kesesuaian dosis penggunaan antibiotika pada pasien
gangguan ginjal kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode Januari –
Juni 2014 untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kefarmasian di RSUP Haji Adam
Malik Medan.

6

Universitas Sumatera Utara