Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masalah Pengungsi adalah masalah klasik, karena keberadaannya dan
terjadi dalam setiap peradaban manusia. Keberadaan pengungsi juga sudah ada
sejak zaman dahulu, bahkan mengenai pengungsian juga diceritakan dalam
ajaran-ajaran agama, selain itu juga dalam sejarah perpindahan penduduk dari
Inggris ke Amerika, pengungsian akibat perang, dan lainnya. 4 Penanggulangan
masalah pengungsi sebetulnya telah lama menjadi perhatian Perserikatan BangsaBangsa (PBB). Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah suatu organisasi Internasional
yang bersifat Global yang terpenting masa kini. 5 Salah satu tujuan Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB adalah mengusahakan
mengusahakan kerjasama Internasional dalam memecahkan permasalahan yang
bersifat ekonomi, sosial, kebudayaan dan kemanusiaan serta mengajukan dan
mendorong penghormatan hak asasi dan kebebasan dasar manusia. 6 Pada Tahun
1946 PBB telah mengesahkan pembentukan sebuah badan khusus (speciallized
agency) yaitu Internastional Refugee Organization (IRO) yang mengambil alih
peran “ The United Nations Relief an Rehabilitation Agency (UNRRA)”. 7
United Nation High Commissioner for Refugees yang merupakan Komisi
Tinggi untuk PBB ini bermarkas di Jenewa, Swiss. Badan ini didirikan pada
4


Achmad Romsan,dkk. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan
Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional. Jakarta : UNHCR. Hal 55
5
F. Sugeng Istanto. Hukum Internasional. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. 1998 hal 127
6
Achmad Romsan,dkk. Op.Cit. hal 130
7
Ibid hal. 163

1
Universitas Sumatera Utara

2

tanggal 14 Desember 1950, bertujuan untuk melindungi dan memberikan bantuan
kepada pengungsi berdasarkan pemintaan sebuah pemerintah atau PBB, kemudian
untuk mendampingi para pengungsi tersebut dalam proses pemindahan tempat
menetap mereka ke tempat yang baru. 8 United Nation High Commissioner for
Refugees, disingkat dengan UNHCR, didirikan sehubungan dengan meningkatnya
jumlah manusia yang meninggalkan negara asalnya karena khawatir akan

memperoleh tekanan-tekanan hidup yang diakibatkan perbedaan-perbedaan
dengan pihak pemegang kuasa, diantaranya perbedaan ras, agama, dan pendirian
politik. 9
Perlindungan pengungsi yang diberikan oleh UNHCR, dimulai dengan
memastikan bahwa pengungsi dan pencari suaka terlindung dari refoulement
(yakni dari pemulangan kembali secara paksa ke tempat asal mereka dimana
hidup atau kebebasan mereka terancam bahaya atau penganiayaan). Perlindungan
pengungsi lebih jauh mencakup proses verifikasi identitas pencari suaka atau
pengungsi agar mereka dapat terdaftar dan dokumentasi individual dapat
dikeluarkan. Bagi mereka yang mendapatkan status pengungsi, UNHCR akan
mencarikan satu dari tiga solusi jangka panjang yang memungkinkan:
Penempatan Negara Ketiga, Pemulangan Sukarela (apabila konflik di negara asal
telah berakhir), atau integrasi lokal. 10
Di Indonesia, penanganan masalah pengungsi masih diberikan mandat
kepada UNHCR. Hal tersebut karena Indonesia belum menjadi Negara Pihak dari

8

https://id.wikipedia.org/wiki/Komisioner_Tinggi_PBB_untuk_Pengungsi diakses pada 01 Maret
2016 17:14

9
M. Hutauruk, S.H., 1989. Kenallah PBB. Jakarta : Erlangga. Hal. 23
10
http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr diakses 01 Maret 2016 18:39

Universitas Sumatera Utara

3

Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967.11 Walaupun
Indonesia belum menjadi Negara Pihak dalam Konvensi dan Protokol tersebut,
data sampai dengan akhir Februari 2015 sejumlah 4400 pengungsi yang sebagian
besar datang dari Afganistan (40%), Myanmar (17%), Palestina (8%), dan
Somalia (7%) terdaftar di UNHCR Jakarta.

12

Penanganan dan Perlindungan yang diberikan oleh UNHCR kepada pencari
suaka, pengungsi, atau pengungsi dalam negeri itu sendiri serta orang-orang yang
tidak memiliki kewarganegaraan. Diantara orang-orang tersebut, UNHCR

memberikan perhatian besar kepada para wanita, ibu yang tidak didampingi
suaminya, anak-anak di bawah 18 tahun, orang tua atau manula, serta orang
cacat. 13
Anak-anak sebagai golongan yang rentan, perlindungannya diatur dalam
Hukum Internasional, yaitu Konvensi Hak Anak. Konvensi dalam praktek
pembuatan perjanjian Internasional biasanya digunakan untuk perjanjianperjanjian yang para pihaknya mencakup sebgaian besar negara-negara di dunia
atau bisa disebut perjanjian multilateral. Konvensi umumnya memberikan
kesempatan kepada seluruh masyarakat Internasional untuk partisipasi secara luas
dan pada umumnya konvensi berisikan ketentua, kaedah, dan prinsip hukum
umum yang berlaku ke seluruh masyarakat Internasional.

14

Konvensi Hak Anak

adalah perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis diantara berbagai

11

http://www.unhcr.or.id/id/unhcr-ambassador-id diakses 01 Maret 2016 18 :48

http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi diakses 01 Maret 2016 18:49
13
http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu diakses pada 01 Maret 2016 19:08
14
Kholis Roisah. Hukum Perjanjian Internasional Teori dan Praktek. Setara Press. Malang. 2015 hal.
6
12

Universitas Sumatera Utara

4

negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan anak-anak.

15

Dalam

Konvensi Hak Anak, memberikan definisi anak secara umum sebagai manusia
yang umurnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan

terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam
perundangan nasional.

16

Ada 4(empat) Prinsip yang terkandung dalam Konvensi

Hak Anak, yaitu :
a. Non Diskriminasi
Prinsip non-diskriminasi artinya semua hak yang diakui dan terkandung
dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa
pembedaan apapun. Prinsip ini tercermin dari prinsip universalitas
HAM. Dalam Pasal 2 ayat (1) Konvensi Hak Anak, menyatakan bahwa
negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang
dinyatakan dalam konvensi tanpa diskriminasi.
b. Yang terbaik bagi anak (best interests of the child)
Maksudnya adalah, dalam setiap tindakan yang menyangkut anak, maka
apa yang terbaik bagi anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama.
Prinsip ini berada dalam Pasal 3 ayat (1) Konvensi Hak Anak, dimana
semua tindakan yang menyangkut anak-anak, kepentingan terbaik anak

haruslah menjadi pertimbagan utama.
c. Kelangsungan

Hidup

dan

Perkembangan

Anak

(Survival

and

Development)
Hal ini bahwa, hak anak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus
diakui
15
16


dan

bahwa

hak

anak

atas

kelangsungan

hidup

dan

Ima Susilowati, dkk. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF. Hal 2
Ibid hal 3


Universitas Sumatera Utara

5

perkembangannya harus dijamin. Prinsip ini mencerminkan prinsip
indivisibility HAM. Hal ini juga diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Konvensi
Hak Anak, bahwa negara akan menjamin sampai batas maksimal
kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Segala potensi yang akan
membahayakan anak,harus diminimalisir dari semua lingkungan
kehidupan anak, baik di rumah maupun sekolah.
d. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child)
Maksudnya bahwa, pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal
yang mempengaruhi kehidupannya , perlu diperhatikan dalam setiap
pengambilan keputusan. Prinsip ini mengacu pada Pasal 12 Konvensi
Hak Anak. Dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi tersebut menyatakan
bahwa negara peserta akan menjamin hak anak yang berkemampuan
untuk menyatakan secara bebas pandangannya sendiri dengan
mempunyai nilai yang sesuai dengan usia dan kepentingan dari anak
yang bersangkutan. 17


Pengungsi Anak (Child Refugees) merupakan kelompok yang paling rentan
yang patut mendapatkan perlakuan serta perhatian khusus. Perlindungan terhadap
pengungsi anak telah diatur dalam Konvensi Hak Anak 1989 yaitu dalam Pasal
22 Konvensi Hak Anak.
Pasal 22 Konvensi Hak Anak 1989 menyatakan :
(1)

Negara-negara perserta akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
menjamin bahwa seorang anak yang sedang mengusahakan status

17

Ibid hal 6-7

Universitas Sumatera Utara

6

pengungsi atau yang dianggap seorang pengungsi sesuai dengan undangundang dan prosedur-prosedur Internasional dan Nasional yang berlaku
apakah akan didampingi atau tidak didampingi oleh orangtuanya atau oleh

orang

lain,

memperoleh

perlindungan

yang

layak

dan

bantuan

kemanusiaan dalam menikmati hak-hak yang berlaku yang ditetapkan
dalam Konvensi yang sekarang dan dalam piranti-piranti kemanusiaan atau
hak-hak

asasi

Internasional

lainnya

dimana

negara-negara

yang

bersangkutan itu merupakan peserta.
(2)

Untuk tujuan ini, negara-negara peserta akan mengadakan bila dianggap
tepat, kerja sama dalam setip usaha yang dilakukan PBB dan lembagalembaga antar-pemerintah dan non-pemerintah lainnya yang layak bekerja
sama dengan PBB untuk melindungi dan membantu anak seperti itu dan
untuk mencari orangtuanya atau anggota-anggota keluarga lainnya dari
setiap anak pengungsi, guna mendapat informasi yang diperlukan bagi
penyatuan dengan keluarganya. Jika tidak ada orangtua atau anggotaanggota keluarga yang dapat ditemukan, anak yang bersangkutan akan
diberikan perlindungan yang sama seperti setiap anak lain yang sementara
atau secara tetap kehilangan lingkungan keluarga karena alasan apapun,
seperti yang dinyatakan dalam Konvensi yang sekarang. 18
Dari Pasal 22 tersebut, dapat kita ketahui bahwa peran dari negara-negara

peserta sangat penting dalam pemenuhan hak-hak pengungsi anak. Pengungsi
anak yang berada dalam tanggung jawab negara-negara perserta diberikan
bantuan serta perlindungan yang layak. Negara-negara perserta juga dapat
18

Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989

Universitas Sumatera Utara

7

mengadakan kerjasama dengan organisasi yang berkaitan untuk memberikan
bantuan dan perlindungan kepada pengungsi anak. Walaupun demikian, Pasal 22
tersebut belum menjelaskan secara rinci mengenai hak-hak pengungsi anak serta
bentuk-bentuk perlindungan yang akan diberikan yang akan diberikan negaranegara peserta untuk pengungsi anak. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan
perlakuan antara negara-negara yang menjadi tempat pengungsi anak berada.
Banyak hal dan permasalahan yang dilalui oleh pengungsi anak, mulai dari
perjalanan hingga sampai ke tempat pengungsian. Bahkan setelah sampai di
pengungsian pun masih muncul berbagai masalah mulai dari kekurangan pangan,
tempat, serta kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Pengungsi Anak Suriah
misalnya, anak-anak tersebut harus tidur di tenda-tenda darurat, kolong jembatan,
ataupun di bawah pohon, serta di atas tanah basah. 19 Pengungsi anak juga
memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang lain. Pengungsi anak juga berhak
menikmati masa anak-anak mereka seperti anak pada umumnya. Hak-hak anak
yang terdapat dalam Konvensi Hak Anak juga seharusnya dinikmati oleh anakanak yang berada di pengungsian.
Pada dasarnya anak-anak baik pengungsi anak maupun yang tidak, memiliki
hak-hak yang mendasar yang melekat pada dirinya, seperti hak untuk menikmati
kesehatan 20, mendapatkan taraf hidup yang layak 21, mendapatkan pendidikan22,
hak bermain 23, serta hak untuk terbebas dari eksploitasi 24. Anak-anak berhak
19

http://arrahmahnews.com/2016/02/25/mimpi-buruk-anak-anak-pengungsi-suriah/ diakses pada
tanggal 01 Maret 2016 20:49 gambaran anak-anak suriah di beberapa negara akibat konflik yang
mencengkram negara mereka
20
Pasal 24 Konvensi Hak anak
21
Pasal 27 Konvensi Hak Anak
22
Pasal 28 Konvensi Hak Anak
23
Pasal 31 Konvensi Hak Anak

Universitas Sumatera Utara

8

untuk mendapatkan perlindungan khusus terutama pengungsi anak yang terlantar
akibat bencana alam maupun bencana buatan (bencana buatan seperti perang dan
konflik antar negara). Anak-anak maupun pengungsi anak juga berhak untuk
berkumpul kembali dengan orang tua maupun keluarganya. Berkumpul dengan
keluarga, terutama bagi anak-anak pengungsi akan sedikit mengobati kesunyian
ataupun kesepiannya apabila selama di tempat pengungsian tidak bersama dengan
orang tua ataupun keluarganya. Banyak anak-anak yang datang ke tempat
pengungsian tanpa didampingi oleh orang tuanya melainkan orang-orang dewasa
yang bersama-sama dengan pengungsi anak membawa mereka ke tempat
pengungsian.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana pengaturan tentang pengungsi menurut hukum internasional?
2. Bagaimana perlindungan hak-hak anak menurut hukum internasional?
3. Bagaimana perlindungan pengungsi anak menurut konvensi hak-hak anak
oleh UNHCR (United Nation High Commissioner For Refugees)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun Tujuan dan Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Objektif
24

Pasal 36 Konvensi Hak Anak

Universitas Sumatera Utara

9

1) Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan terhadap pengungsi
yang merupakan anak-anak yang belum mampu bertindak selayaknya
orang dewasa
2) Untuk mengetahui bagaimana perlindungan pengungsi anak menurut
Konvensi Hak Anak dan bentuk-bentuk perlindungannya

b. Tujuan Subjektif
1) Untuk menambah dan wawasan peneliti dalam bidang pengungsi yang
termasuk dalam cakupan Hukum Internasional khususnya tentang
perlindungan pengungsi anak yang berkaitan dengan hak-hak anak
dalam Konvensi Hak Anak.
2) Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar sarjana
dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
hukum khususnya hukum Internasional mengenai pengungsi dan
perlindungan terhadap pengungsi anak.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan membantu memberikan pemahamanpemahaman bagi pihak-pihak yang ingin membahas lebih lanjut tentang
pengungsi

terutama perlindungannya bagi

pengungsi

anak,

dan

menjadikan hasil penelitian ini menjadi acuan untuk meneliti lebih jauh
lagi tentang topik ini.

Universitas Sumatera Utara

10

D. Keaslian Penulisan
Judul “Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak
Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United
Nations High Commisioner For Refugees)” yang diangkat dalam skripsi ini
merupakan karya asli penulis. Judul tersebut belum pernah ditulis dan diangkat
untuk menjadi tugas akhir di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Judul tersebut juga telah diperiksa dalam data arsip skripsi departemen hukum
Internasional dan telah dinyatakan belum pernah ditulis serta belum ada judul
yang sama oleh staff perpustakaan Fakultas Hukum Sumatera Utara. Dalam
penulisan ini, penulis menyusun melalui buku-buku referensi yang berkaitan,
media elektronik, dan jurnal.
Adapun judul yang memiliki kemiripan adalah “Tinjauan Hukum
Internasional Terhadap Pengusiran Pencari Suaka Asal Timur Tengah Oleh
Australia Tahun 2014 Menurut Konvensi Pengungsi Tahun 1951.” Judul
tersebut hanya menjelaskan bagian kecil dari pengungsi dan lebih fokus
terhadap permasalah pencari suaka, sedangkan dalam judul yang diangkat
penulis, penulis lebih fokus terhadap perlindungan pengungsi anak yang
berkaitan dengan Konvensi Hak Anak.

E. Tinjauan Kepustakaan
Pokok pembahasan tentang Pengungsi Anak sebenarnya dapat ditinjau dari sisi
Hak Asasi Manusia, Humaniter dan Hukum Pengungsi itu sendiri. Pengungsi

Universitas Sumatera Utara

11

perlu sebuah perlindungan terutama perlindungan terhadap ancaman dari luar.
Begitu pula anak-anak terutama anak-anak yang ditetapkan sebagai pengungsi
anak, mereka perlu perlindungan khusus serta bantuan dari orang dewasa.
Anak-anak juga memiliki hak serta kebebasan yang sama sperti orang dewasa.
Walaupun anak memiliki hak dan kebebasan layaknya orang dewasa, mereka
juga masih rentan sehingga masih memerlukan perlindungan. Konvensi Hak
Anak memusatkan perhatian terhadap kepentingan yang terbaik bagi anak serta
untuk melindungi anak agar terhindar dari bentuk ekploitasi. Dalam penulisan
skripsi ini, penulis data-data yang relevan, seperti :
1. Bahan-bahan tulisan yang bersumber dari hukum Internasional, seperti
konvensi dan protocol, serta aturan-aturan yang berhubungan dengan
pengungsi anak (baik pengungsi maupun anak)
2. Bahan-bahan sekunder seperti buku, jurnal, artikel, dan lainnya yang
mendukung serta memberikan penjelasan lebih lanjut tentang pengungsi
anak.

F. Metode Penelitian
Metode Penulisan merupakan suatu sistem dan suatu proses yang mutlak
dan harus dilakukan dalam suatu kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang
didasari pada metode, sistematika serta pemikiran tertetu yang bertujuan untuk
memperlajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisisnya.

Universitas Sumatera Utara

12

1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan penelitian hukum ini, jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan
penelitian kepustakaan yaitu penelitian terhadap sumber-sumber data
yang berfokus pada norma (law in the book).

2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara
yuridis yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan hukum primer
dalam penelitian ini antara lain :
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal
28G ayat (2)
2) Konvensi Tentang Status Pengungsi Tahun 1951 ( The 1951
Convention Relating to the Status of Refugees)
3) Protokol Tahun 1967 tentang Status Pengungsi ( The 1967
Protocol Relating to the Status of Refugees)
4) Statuta United Nations High Commissioner for Refugees
(UNHCR)
5) Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 (Convention On The
Rights of The Child)
6) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Imigrasi
7) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi

Universitas Sumatera Utara

13

b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder ialah bahan hukum yang tidak mengikat
yang dapat mebantu memberi penjelasan terhadap bahan hukum
primer yang terdiri dari buku, artikel, internet, surat kabar, majalah,
tabloid, serta jurnal hukum.

c) Bahan Hukum Tersier
Selain bahan hukum primer dan sekunder, penelitian ini juga
menggunakan bahan hukum tersier berupa Kamus Bahasa InggrisIndonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan hukum berjudul “ Tinjauan Hukum Terhadap
Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20
Nopember 1989 Oleh UNHCR ( United Nations High Commisioner For
Refugees) “ adalah sebagai berikut :
BAB I

: Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Keaslian

Penulisan,

Tinjauan

Kepustakaan,

Metode

Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II

:

Tinjauan

Umum

Terhadap

Pengungsi

dalam

Hukum

Internasional. Dalam bab ini berisikan 3 hal, antara lain;

Universitas Sumatera Utara

14

Pengertian Pengungsi, Syarat Pengungsi, serta Tugas dan
Peranan United Nations High Commissioner of Refugees (
UNHCR ) dalam Perlindungan Pengungsi. Dalam bab ini
dibahas hal-hal yang berhubungan dengan pengungsi dan
perlindungannya sesuai dengan hukum Internasional.

BAB III

: Pengaturan Hak-Hak Anak dalam Hukum Internasional.
Dalam bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan hak
anak yang telah disetujui masyarakat Interasional. Adapun
hal-hal yang termuat dalam bab ini antara lain ; Instrumen
Penting Hukum Internasional dalam Perlindungan Hak Anak,
Convention on the Rights of Child sebagai acuan
Internasional

dalam

Perlindungan

Hak

Anak,

serta

Pentingnya Perlindungan Hak Anak.

BAB IV

: Perlindungan Pengungsi Anak dalam Konvensi Hak-Hak
Anak. Inti dari penulisan ini terletak dalam BAB IV ini,
dalam bab ini diulas lebih khusus tentang perlindungan
pengungsi anak. Dalam bab ini terdiri dari ; Pengungsi Anak
dan Berbagai Permasalahan yang Dihadapi, Pengaturan
Hukum Internasional terhadap Pengungsi Anak, BentukBentuk Perlindungan dalam Konvensi Hak-Hak Anak
terhadap Pengungsi Anak.

Universitas Sumatera Utara

15

BAB V

: Penutup. Dalam bagian ini berisikan kesimpulan yang
merupakan pernyataan singkat atau ulasan singkat atas
temuan penelititan yang merupakan jawaban atas rumusan
masalah

yang

diangkat

mengenai

“Tinjauan

Hukum

Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi
Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR ( United
Nations High Commisioner For Refugees)” yang sudah
dibahas dari bab-bab lainnya. Selain itu, pada bab ini juga
berisikan saran yang diberikan berdasarkan persoalanpersoalan yang timbul dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

0 98 86

Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

7 112 91

Upaya United Nations High Commissioner For Refugees (UNHCR) dalam menangani pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2013

1 29 111

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 27 99

PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 1979-1996 OLEH UNHCR (UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES) DITINJAU DARI KONVENSI WINA 1951 DAN UNDANG-UNDANG N.

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 27

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

0 0 18