Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

BAB II
Tinjauan Umum Pengungsi dalam Hukum Internasional

A. Pengertian Pengungsi
Terdapat 3(tiga) istilah yang perlu dijelaskan lebih dahulu untuk
menempatkan istilah pengungsi tepat pada tempatnya. Istilah-Istilah tersebut antara
lain ; suaka, pencari suaka, dan pengungsi. Suaka adalah penganugrahan
perlindungan dalam wilayah suatu negara kepada orang-orang dari negara lain yang
datang ke negara bersangkutan karena menghindari pengejaran atau bahaya besar.
Pada draft yang dibuat oleh UNHCR suaka diartikan sebagai pengakuan secara
resmi oleh negara bahwa seseorang adalah pengungsi dan memiliki hak dan
kewajiban tertentu. Pada perlindungan suaka terdapat aspek penting yakni
terdapatnya Prinsip non-refoulement. Prinsip tersebut merupakan aspek penting dan
menjadi dasar hukum fundamental dari hukum pengungsi. Konsep dari prinsip
tersebut intinya melarang negara-negara untuk memulangkan/ mengembalikan/
mengusir seseorang/ sekelompok orang diwilayahnya dimana nyawa ataupun
kebebasan mereka terancam. 25
Dasar hukum permohonan suaka berdalih adanya rasa takut atau ancaman
terhadap keselamatan diri dari penganiayaan/ penyiksaan. Alasan tambahan dari
permohonan suaka adalah adanya cukup alasan/bukti bahwa yang bersangkutan
terancam keselamatannya karena suatu alasan yang telah ditentukan hukum


25

Wagiman.Hukum Pengungsi Internasional. 2012. Sinar Grafika. Jakarta.92

16
Universitas Sumatera Utara

17

Internasional,

seperti

hal-hal

bersifat

rasial,


agama,

kebangsaan,

keanggotaanya dalam suatu kelompok sosial atau kelompok politik.
Seringkali pengungsi sekaligus merupakan pencari suaka, akan tetapi pencari
suaka ada juga yang tidak mendapatkan status pengungsi. Hal tersebut terjadi
karena mereka tidak mempunyai pilihan hidup lain selain keluar dari negaranya.
Setiap manusia, memiliki hak inherent untuk hidup yang harus dilindungi oleh
hukum. Tidak seorang pun dapat dengan sewenang-wenang dirampas haknya untuk
hidup sehubungan dengan hal itu, orang-orang yang meninggalkan negaranya
akibat tekanan yang mereka terima dari negaranya.

1.

Pengertian Secara Umum
Refugee merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang dalam Bahasa

Indonesia disebut pengungsi. Pengungsi adalah satu status yang diakui oleh
Hukum Internasional dan/atau nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya

sebagai pengungsi akan menerima kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta
hak-hak dan perlindungan atas hak-haknya itu yang diakui oleh Hukum
Internsional dan/atau nasional.

26

Pengertian pengungsi (refugee) yaitu : “The

word refugee is frequently used by the media, politicians and the general public to
describe anyone who has been obliged to abandon his or her usual place of
residence. Normally, when the word is used in this general manner little effort is
made to distinguish between people who have had to leave their own country and
those who have been displaced whitin their homeland Nor is much attention paid
to the causes of flight. Whether people are escaping from persecution, political
26

Sulaiman Hamid. 2002. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 39

Universitas Sumatera Utara


18

violence, communal conflict, ecological disaster or proverty, they are all assumed
to qualify for the title of refugee.”

27

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengungsi diartikan sebagai
orang yang mencari tempat yang aman keteika daerahnya ada bahaya yang
mengancam. Dalam terminologi bahasa Indonesia pengungsi tidak mencakup baik
geografisnya maupun prasyarat penyebabnya. Dalam Black’s Law Dictionary
pengungsi diartikan sebagai “A person who arrives in a country to settle there
permanently; a person who immigrates.” Dalam The Concise Oxpord Dictonary,
pengungsi diartikan sebagai “A person taking refuge, esp. In a foreign country
from war or persecution or natural disaster.” Sedangkan dalam Longman
Dictionary of Contemporary English mendefinisikan pengungsi dalam arti “A
person who has been driven from his country for political reason or during war.”
Sementara itu, pada Wedbster Ninth New Collegate Dictionary, pengungsi
diartikan dengan “ One who flees to a foreign country or power to escape danger
or persecution.” Jika merujuk pada Kamus Bahasa Indonesia diatas, istilah

pengungsi berbeda. 28
Dari pengertian diatas, dapat kita ketahui bahwa pengungsi secara umum
dapat diartikan pengungsi merupakan orang-orang yang keluar/melarikan diri dari
tempat asal/negaranya karena beberapa alasan seperti ; penganiayaan, kekerasan
politik, konflik komunal, bencana alam. Pada umumnya, pengungsi ini banyak
akibat negara asalnya terjadi konflik. Orang-orang yang disebut pengungsi ini
melarikan diri dari negara asalnya untuk mendapatkan keamanan dari negara lain
27
28

Ibid. Hal 40
Wagiman.Op.Cit. Hal 97

Universitas Sumatera Utara

19

yang tidak didapat di negaranya serta agar tidak terlibat dalam konflik yang
sedang terjadi di negara asal. Lain hal dengan bencana alam, pengungsi yang
diakibatkan bencana alam mengungsi karena mereka membutuhkan bantuan dari

orang-orang ataupun negara-negara lain untuk membantu mereka. Pengungsi
akibat bencana alam, misalnya tsunami sangat membutuhkan bantuan, hal tersebut
karena banyak harta, pekerjaan, keluarga mereka yang bisa saja habis dihancurkan
oleh ombak tersebut.

2. Pendapat Para Ahli
a. Malcom Proudfoot
Malcom memberikan pengertian pengungsi dengan melihat keadaan para
pengungsi akibat perang Dunia II. Dari komentar Malcom, dapat ditarik suatu
gambaran tenteng pengertian pengungsi sebagai berikut :
“ These forced movements, ...Were the result of the persecution, forcible
deportation, or flight of Jews and the political opponent of the
authoritarians governments; the transference of ethnic population back to
their homeland or to the newly created provinces acquired by war or treaty;
the arbitrary rearrangement of prewar boundaries of sovereign state; the
mass flight of civilians under the terror of bombardment from the air and
under the threat or pressure of the advance or retreat of armies over
immense area of Europe; the forced removal of populations from coastal or
defense area under military dictation; and the deportations for forced
labour to bolster the German war effort ”


Universitas Sumatera Utara

20

“ Gerakan-gerakan paksa , ... Apakah hasil penganiayaan , deportasi paksa ,
atau penerbangan dari Yahudi dan lawan politik pemerintah otoriter ;
pemindahan penduduk etnis kembali ke tanah air mereka atau ke provinsi baru
yang timbul akibat perang atau perjanjian ; penataan ulang sewenang-wenang
batas sebelum perang dari negara yang berdaulat ; perpindahan penduduk
secara besar-besaran akibat adanya serangan udara dan adanya tekanan atau
ancaman dari para militer dibeberapa wilayah Eropa ; pemindahan paksa
penduduk dari daerah pesisir atau pertahanan di bawah perintah militer ; dan
deportasi tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang Jerman " 29

Dari terjemahan pendapat yang dikemukakan oleh Malcom, pengungsi
adalah orang-orang yang terpaksa pindah dari tempat asalnya ke tempat lain.
Orang-orang yang terpaksa pindah ini, seperti yang sebelumnya sudah
dikemukakan mempunyai alasan untuk pindah agar mendapatkan keamanan dari
tempat yang baru.


b. Pietro Verri
Pengertian Pengungsi menurut Pietro Verri dikutip dari Pasal 1 UN
Convention on The Status of Refugees tahun 1951 yang berbunyi “[It] applies to
any person who has fled the country of his nationality to avoid persecution or the
threat of persecution.” Dari Pasal tersebut, pietro berpendapat bahwa pengungsi
adalah orang-orang yang meninggalkan negaranya karena adanya rasa ketakkutan
akan penyiksaan atau ancaman penyiksaan. Jadi terhadap mereka yang mengungsi
29

Acmad Romsan. Op.Cit hal 36

Universitas Sumatera Utara

21

masih dalam lingkup wilayahnya/ wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai
pengungsi menurut Konvensi Tahun 1951. 30

c. Enny Soeprapto

Pengungsi adalah suatu status yang diakui oleh hukum Internasional dan/atau
nasional. Seseorang yang telah diakui statusnya sebagai pengungsi akan menerima
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan serta hak-hak dan perlindungan atas hakhaknya yang diakui oleh Hukum Internasional dan/atau nasional. Sebelum
seorang pengungsi diakui statusnya sebagai pengungsi, pertama-tama ia
merupakan pencari suaka. Status sebagai pengungsi merupakan tahap berikut dari
protes kepergian atau beradanya seseorang di luar negeri tempat tinggalnya dulu.
Ia menjadi pengungsi setelah diakuinya status oleh instrumen internasional
dan/atau nasional. 31

3.

Pengertian Pengungsi Dalam Instrumen Internasional dan Regional 32
Berikut ini akan dijelaskan pengertian pengungsi (refugee) menurut

instrumen-instrumen Internasional maupun regional.
a. Instumen Internasional
1) Menurut Statuta UNHCR
Instumen ini disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam resolusi 428(V),
bukn Desember 1959. Secara garis besar Statuta UNHCR ini terdiri dari
tiga bab yaitu :

30

Ibid hal. 37
Sri Badini Amidjojo. Perlindungan Terhadap Pengungsi Berdasarkan Konvensi Jenewa 1951.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manuisa RI. 2004
32
Acmad Romsan. Op.Cit hal 37
31

Universitas Sumatera Utara

22

a) Ketentuan-ketentuan umum
b) Fungsi UNHCR
c) Organisasi dan Keuangan
Dalam fungsi UNHCR yang disebutkan dalam Statuta, tercermin di
definisi yang diberikan terhadap pengungsi dan juga tugas-tugas yang
diemban oleh Badan ini, yaitu ; memberikan bantuan serta perlindungan
secara


Internasional

terhadap

orang-orang

yang

terpaksa

pergi

meninggalkan negara asalnya, karena adanya rasa ketakutan yang sangat
akan persekusi. Ketakutan itu bisa didasarkan kepada ras, agama,
kebangsaan, juga mungkin karena keanggotaan pada salah satu kelompok
sosial ataupun karena pendapat politik. Juga mereka tidak dapat atau
tidak bermaksud untuk melindungi diri dari perlindungan negara tersebut,
atau untuk kembali, karena adanya rasa ketakutan akan persekusi. 33
2) Menurut Konvensi Tahun 1951 Tentang Status Pengungsi (The 1951
Convention Relating to the Status of Refugees)
Secara umum pengertian pengungsi dapat dilihat dalam ketentuan Pasal I
A ayat (2) sebagai berikut :
“ As a result of events occuring before 1 January 1951 and owing to well
founded fear of being persecuted for reason of race, religion, nationality,
membership of particular social group or political opinion, is outside the
country of his nationality and is unable or, owing to such fear, is
unwilling to avail himself of protection of thet country; or who, not
having a nationality and being outside the country of his former habitual
33

Acmad Romsan. Op.Cit. hal. 39

Universitas Sumatera Utara

23

residence as a result of such events, is unable or, owing to such fear, is
unwilling to return to it”
Jadi berdasarkan konvensi tersebut, pengungsi merupakan orang-orang yang
berada diluar negaranya dan terpaksa meinggalkan negara mereka karena adanya
peristiwa yang terjadi sebelum tanggal 1 Januari 1951 dan adanya rasa takutakan
penganiayaan, baik karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok
tertentu maupun pendapat politik yang dianut mereka. Rasa takut akan adanya
penganiayaan ini menjadi dasar UNHCR untuk menentukan apakah seseorang itu
termasuk dalam kategori pengungsi atau tidak. 34
3) Menurut Protocol Tanggal 31 Januari 1967 tentang Status Pengungsi
(Protocol Relating to the Status of Refugees of 31 January 1967)
Dalam Pasal 1 ayat (2) Protokol tersebut, pengungsi dapat diartikan
sebagai berikut :
“For the purpose of the present Protocol, the term ‘refugee’ shall, except
as regards the application of paragraph 3 of this Article, mean any
person within the definition of Article 1 of the Convention as if the words
‘ as a result of events occuring before 1 January 1951 and ...’ and the
words ‘ ... a result of such events: in Article 1A (2) were comitted.”
Jadi, adanya perluasan mengenai definisi pengungsi dalam Konvensi 1951
sebagai akibat dari adanya pengungsi baru disepanjang 1950-1960 an. Karena itu,
negara-negara yang ikut dalam protokol ini menerapkan definisi pengungsi menurut
Konvensi 1951, namun tanpa adanya batasan waktu. 35

34
35

Ibid hal 40-41
Ibid hal 42

Universitas Sumatera Utara

24

4) Menurut Deklarasi Perserikatan Bangs-Bangsa tahun 1967 tentang
Asilum Teritorial ( UN Declaration on Territorial Asylum 1967)
Dalam deklarasi Suaka Teritorial tahun 1967 ini, memperluas efektifitas
perlindungan Internasional terhadap para pengungsi. Perlindungan itu
dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen hukum Internasional untuk
para pengungsi dan juga untuk memastikan bahwa mereka diperlakukan
sesuai dengan instrumen-instrumen khususnya yang berkaitan dengan hak
untuk bekerja, jaminan sosial, serta akses terhadap dokumen perjalanan. UN
Declaration on Territorial Asylum 1967 ini hanya terdiri dari 4 Pasal.
Deklarasi ini, di bagian Pembukaan, merujuk kepada Pasal 14 Universal
Declaration of Human Rights yang menyatakan bahwa :
a) Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries asylum
from persecution.
b) This right may not be revoked in the case of prosecutions genuinely
arising from non-political crimes or from acts contrary to the purpose
and principles of the United Nations.
Deklarasi tahun 1967 juga merujuk kepada Pasal 13 ayat (2) dari Universal
Declaration of Human Rights yang menyatakan: “Everyone has the right to leave
any country, including his own, and to return to his country.” 36

b. Instrumen Regional
Ada beberapa instrumen regional yang secara khusus mengatur tentang
pengungsi :
36

Ibid hal 43

Universitas Sumatera Utara

25

1) Organization of African Unity (OAU) Convention
Definisi pengungsi menurut OAU masih tetap berpegang kepada definisi
yang diberikan oleh Konvensi tahun 1951. Hal ini karena, pengesahan
terhadap naskah Konvensi OAU dilakukan dalam tahun 1969 dengan
merujuk kepada Konvensi Tahun 1951 tentang status pengungsi. Akan
tetapi ada tambahan yang merupakan hal yang sesuai dengan karakteristik
di Afrika yaitu orang-orang yang terpaksa meninggalkan negara-negara
mereka karena : “owing to external aggression, occupation, foreign
domination or events seriously disturbing public order in either part or
the whole of his country of origin or nationality”
Dengan demikian, orang-orang yang pergi meninggalkan negara tempat
asal mereka karena adanya bencara perang saudara, kekerasan, dan juga
adanya perang, berhak untuk mendapatkan status sebagai pengungsi. 37
2) Menurut Negara-Negara Amerika Latin
Dalam Deklarasi Kartagena, memuat definisi sama dengan yang ada
dalam Konvensi OAU. Deklarasi Kartagena ini sangat penting, disamping
Konvensi 1951 dan Konvensi OAU, karena telah memberikan
rekomendasi, bahwa definisi pengungsi yang dipergunakan di kawasan
harus memasukkan orang-orang yang pergi meninggalkan negara mereka
dengan alasan jiwanya terancam, keamanan, serta kebebasan karena
adanya kekerasan, agresi pihak asing, konflik internal, pelanggaran HAM
yang berat, ataupun karena adanya hal-hal lain sehingga ketertiban umum

37

Ibid hal 44

Universitas Sumatera Utara

26

terganggu. Secara lengkap rekomendasi itu dituangkan dalam poin berikut
:
“To reiterate that, in view of the experience gained from the massive
flows of the refugees on the Central American area, it is necessary to
consider enlarging the concept of the refugee, bearing in mind, as far as
appropriate and in the light of the situation prevaling in the religion, the
precedent of the OAU Convention (article 1, paragraph 2) and the
doctrine employed in the reports of the Inter-American Commission on
Human Right. Hence the definition or concept of a refugee to be
recommended for use in the region is one which, in addition to containing
the elements of the 1951 Convention and the 1967 Protocol, includes
among refugees person who have fled their country because their lives,
safety or freedom have been threatened by generalized violence, foreign
aggresion, internal conflicts, massive violation of Human Right or other
circumstances which have seriously disturbed public order” 38

B. Syarat Pengungsi
1. Pengaturan tentang Pengungsi
Ada beberapa Insrumen Internasional yang mengatur standar baku terhadap
perlakuan untuk para pengungsi. Pengaturan tersebut antara lain:
a. Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol tahun 1967 tentang
Status Pengungsi 39

38
39

Ibid hal 46
Ibid hal 87

Universitas Sumatera Utara

27

Secara garis besar, Konvensi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967
mengandung 3(tiga) ketentuan, yaitu:
1) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan definisi, siapa saja yang
tidak termasuk dalam pengertian pengungsi
2) Ketentuan yang mengatr tentang status hukum pengungsi termasuk
hak-hak dan kewajiban-kewajiban pengungsi di Negara mereka
menetap
3) Ketentuan lain yang berkaitan dengan penerapan instrumen pengungsi
baik dari sudut prosedur administratif maupun diplomatik
b. Konvensi tahun 1954 (Convention Relating to the Status of stateless
Person) 40
Konvensi ini mengatur tentang orang-orang yang tidak memiliki
kewarganegaraaan. Konvensi ini hanya berlaku terhadap orang-orang
yang pada saat itu belum menerima bantuan perlindungan dari lembagalembaga atau badan-badan dan PBB. Konvensi ini tidak berlaku terhdap
orang-orang yang telah diakui sebagai warga negara oleh sebuah badan
yang berwenang dalam negara itu, sehingga orang itu memiliki hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang sama dengan warga negara di negara itu.
c. The Convention on the Reduction of Statelessness 41
Konvensi ini secara garis besar mengatur tentang pengurangan terhadap
jumlah orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Konvensi ini
juga mengatur tentang hilangnya status kewarganegaraan dari orang-

40
41

Ibid hal 90
Ibid hal 92

Universitas Sumatera Utara

28

orang yang tidak memiliki warga negara melalui perkawinan, berakhirnya
perkawinan, atau karena mendapatkan status kewarganegaraan lainnya.
d. The Fourth Geneva Convention Relative to the Protection of Civilian
Persons in Time of War (1949) 42
Konvensi ini merupakan Konvensi keempat dari 3(tiga) Konvensi Jenewa
lainnya yang mengatur tentang perlindungan korban perang. Di dalam
Konvensi ini yang berkaitan dengan pengungsi diatur dalam Bagian II,
berjudul “Aliens in the Territory of a Part to the Conflict”. Dalam Pasal
44 disebutkan bahwa negara yang bertikai tidak boleh memperlakukan
para pengungsi yang tidak mendapatkan perlindungan dari suatu negara
seperti musuh dari negara mana ia bermusuhan.
e. The United Nations Declaration on Teritorial Asylum (1967) 43
Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan di negara lain
karena adanya persekusi dan juga merupakan hak setiap orang untuk
kembali dan pergi meninggalkan negaranya, maka disahkanlah Deklarasi
Suaka Teritorial. Deklarasi Suaka Teritorial ini sangat penting bagi
pengungsi mengingat diantara mereka itu mungkin saja terdapat orangorang yang mencari suaka (Asylum Seekers)

2. Status dan Syarat Pengungsi
Status Pengungsi merupakan Ketetapan/Declarator yang hanya menyatakan
apa yang sebenarnya sudah ada. Ini berbeda dengan konstitutp yang menciptakan
status yang baru. Dengan kata lain, seseorang tidak menjadi pengungsi sebab
42
43

Ibid hal 93
Ibid

Universitas Sumatera Utara

29

pengakuan akan tetapi pengakuan ada karena orang tersebut sudah pengungsi.
Kriteria untuk dapat disebut sebagai pengungsi adalah :
a. Has a well founded fear of persecution because of his/her : race, religion,
nationality, membership in a particular social group or politican opinion
b. Is outside his/her country of origin
c. Is unable or unwilling to avail hilm/herselft of the protection of that or to
return there for fear of persecution country
Selain itu juga, terdapat 2(dua) terminologi pengungsi, yaitu:
a. Mandate Refugee (Pengungsi Mandat)
Hal tersebut didasarkan oleh faktor apabila suatu negara belum menjadi
peserta pada Konvensi 1951. Status penetapan pengungsi dilakukan oleh
wakil-wakil UNHCR yang berada di negara tersebut dan untuk hal yang
demikian dinamakan pengungsi mandate karena penetapannya ditentukan
oleh UNHCR.
b. Convention Refugee (Pengungsi Konvensi)
Pada pengungsi Konvensi, prosedur penetapan status diserahkan kepada
negara yang sudah menjadi peserta Konvensi tersebut dan tetap
bekerjasama dengan UNHCR setempat. Biasanya negara tersebut
membentuk suatu panitia khusus yang terdiri dari instansi-instansi yang
ada hubungannya dengan masalah pengungsi. 44

44

Wagiman. Op.Cit hal 139

Universitas Sumatera Utara

30

Penentuan seseorang menjadi pengungsi sebenarnya merupakan suatu proses
yang terjadi dalam 2 tahap, yaitu:
a. Penemuan atau penetapan yang menentukan bahwa dari fakta yang ada
memang orang tersebut adalah refugee
b. Fakta dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dalam Konvensi 1951
dan Protokol 1967. Setelah itu dihubungkan apakah yang bersangkutan
memang merupakan pengungsi atau tidak.
Pada awalnya, status orang yang mengungsi bukan lah pengungsi tetapi
pencari suaka. Pencari suaka merupakan orang yang telah mengajukan
permohonan untuk mendapat perlindungan namun permohonannya sedang dalam
proses penentuan. Apabila permohonan pencari suaka diterima, maka ia akan
disebut sebagai pengungsi, dan status tersebut memberikannya hak serta
kewajiban sesuai dengan undang-undang negara yang menerimanya. 45 Persentase
permohonan pencari suaka diterima sangat beragam dari satu negara ke negara
lain, bahkan untuk satu negara yang sama. Setelah menunggu proses selama
bertahun-tahun, para pencari suaka yang mendapatkan jawaban negatif tidak dapat
dipulangkan ke negara asalnya yang membuat mereka terlantar. Para pencari
suaka yang tidak meinggalkan negara yang disinggahinya biasanya dianggap
sebagai imigran tanpa dokumen. Pencari suaka, terutama mereka yang
permohonannya tidak diterima, semakin banyak yang ditampung di rumah
tendensi.

45

http://jrs.or.id/refugee/ diakses pada tanggal 11 April 2016 pukul 17.29

Universitas Sumatera Utara

31

Pencari suaka yang telah terdaftar kemudian dapat mengajukan permohonan
status pengungsi, melalui prosedur penilaian yang mendalam oleh UNHCR, yang
disebut sebagai Penentuan Status Pengungsi atau Refugee Status Determination
(RSD), prosedur ini antara lain 46 :
a. Registrasi atau Pendaftaran Para Pencari Suaka
Sebelum melalui tahap ini, petugas UNHCR memberikan berupa formulir
isian dan memberikan briefing/pengarahan mengenai proses yang akan
dilakukan oleh para pencari suaka. Formulir isiannya sendiri memiliki banyak
versi, dan briefing yang diberikan dilakukan dan didampingi oleh seorang
interpreter terpercaya berdasarkan kebutuhan pada saat registrasi. Dalam
tahap registrasi, para pencari suaka dicatat seluruh detailnya, mulai dari nama,
asal, suku, agama, warga negara, bahasa yang digunakan, tanggal
keberangkatan dari negara asalnya, tempat transit, data keluarga, alasan lari
dari negaranya, dan lainya. Setelah tahap ini selesai, UNHCR akan
memberikan Attestation Letter yaitu suatu surat yang menerangkan bahwa
orang tersebut sedang mengikuti proses penentuan status pengungsi.
Attestation Letter yang dikeluarkan UNHCR ini berkaitan dengan prinsip
non-refoulement, yaitu sebuah prinsip tentang suatu negara tidak boleh
mengembalikan orang yang diduga pengungsi ke negara dimana orang
tersebut akan dipersekusi atau dianiaya. Attestation Letter yang dikeluarkan
berupa Asylum seeker certificate, hal ini dikarenakan tahap ini masih
merupakan tahap awal. Jangka waktu sertifikat ini biasanya bervariasi. Untuk

46

http://lettredecreance.blogspot.co.id/2013/05/proses-penentuan-status-pengungsi.html diakses pada
tanggal 11 April 2016 pukul 17.30

Universitas Sumatera Utara

32

mereka yang berkategori minor, wanita, atau orang tua, atau golongan yang
termasuk dalam golongan rentan (vulnerable), biasanya mereka mendapatkan
tahap wawancara lebih cepat. Akan tetapi untuk golongan biasa, mereka akan
mendapatkan sertifikat dengan jangka waktu 2 bulan. Setelah 2 bulan, mereka
diminta kembali datang ke UNHCR untuk mendapatkan sertifikat
pembaharuan dari sertifikat yang telah mereka terima serta mendapatkan
kepastian tanggal wawancara tahap awal tersebut.

b. Wawancara (Interview)
Wawancara tahap awal, atau dapat disebut dengan first instance interview
adalah wawancara yang dilakukan oleh seorang petugas UNHCR untuk
menggali leih dalam mengenai status orang pencari suaka sebelum diberikan
rekomendasi untuk diterima atau ditolaknya kasus. Pertanyaan yang diajukan
bersifat detail, dan petugas UNHCR sudah menyatakan bahwa segala
pernyataan yang diajukan selama proses wwancara bersifat rahasia dan tidak
ada pihak lain yang tahu kecuali UNHCR sendiri. Proses wawancara ini
biasanya memakan waktu yang cukup lama, yaitu berkisar 4-5 jam.

c. Penentuan Status Pengungsi
Proses penentuan status pengungsi atau biasa disebut dengan proses Refugee
Status Determination (RSD), adalah suatu tahap dimana petugas UNHCR
telah selesai melakukan proses wawancara tahap awal, maka petugas tersebut
bertanggung jawab terhadap penyelesaian kasus hingga memberikan laporan
dan rekomendasi apakah kasus mereka ditolak/diterima oleh UNHCR. Dalam

Universitas Sumatera Utara

33

tahap ini, petugas menulis semacam laporan yang telah ditentukan formatnya
oleh UNHCR pusat di Geneva, yang tebalnya mencapai minimal 10 halaman
untuk satu kasus dan ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam tahap ini juga,
mereka menggali segala informasi yang didapat pada tahap wawancara, dari
informasi Country of Information (CoI), berita-berita terbaru tentang
wilayah/daerah konflik asal para pencari suaka, serta pedoman dari UNHCR
pusat mengenai beberapa hal tertentu. Selain itu, untuk beberapa kasus, para
petugas sering bekerjasama dengan petugas-petugas lain yang ada di belahan
dunia, yang pernah menangani kasus atau pencari suaka tersebut pernah
mencari suaka di negara lainnya.

d. Pemberian Status/Penolakan Kasus
Setelah petugas menyelesaikan suatu kasus, maka petugas tersebut akan
memberikan rekomendasi kasus tersebut kepada petugas yang lebih tinggi
untuk dilakukan peninjauan kembali. Seringkali diperiksa mulai dari inti
kasus tersebut, alasan, dan dasar pemberian rekomendasi, bahkan hingga
grammar dan titik koma penulisannya. Ini bertujuan untuk menciptakan
rekomendasi yang berkualitas. Setelah ditinjau kembali, maka petugas yang
lebih tinggi jabatannya akan memanggil petugas yang mengerjakan kasus
tersebut untuk mengetahui lebih detail lagi alasan kasus tersebut dapat
diterima atau ditolah, dan setelah itu barulah penyelesaian.
Bagi mereka yang dinyatakan diterima kasusnya dan dinyatakan layak
sebagai pengungsi Internasional, maka mereka akan diberikan status
pengungsi Internasional. Pihak UNHCR akan memberi kabar terhadap orang

Universitas Sumatera Utara

34

yang baru ditetapkan sebagai pengungsi Internasional dan memintanya datang
ke UNHCR untuk menukar attestation letter mereka yang tadinya berupa
asylum seeker certificate menjadi refugee certifiate.
Sedangkan bagi mereka yang ditolak kasusnya, UNHCR mempunyai hak
untuk tidak memberi alasannya, dan mereka yang ditolak kasusnya berhak
mengajukan banding yang jangka waktunya selama 1 bulan. Permintaan
banding diberikan secara tertulis, disertai alasannya. Pada umumnya, mereka
yang mengajukan banding akan memberikan fakta baru atau cerita lainnya
dengan harapan status mereka akan dipikirkan kembali oleh UNHCR.
Apabila permintaan banding diterima, maka UNHCR akan memberikan
jadwal baru bagi mereka untuk kembali melakkan interview tambahan atau
appeal interview, akan tetapi wawancara atau interview tersebut bukanlah hal
yang wajib. Apabila petugas yang menangani merasa sudah cukup informasi
yang diberikan pada saat pengajuan surat banding, maka hal tersebut sudah
tidak perlu dilakukan.

e. Penampungan Sementara
Penampungan

sementara

diberikan

kepada

orang-orang

yang

telah

mendapatkan status pengungsi Internasional oleh UNHCR. Proses ini pada
umumnya memakan waktu yang cukup lama sambil menunggu kasusnya
masuk ke negara ketiga. Selama dipenampungan mereka mendapatkan hak
untuk memperoleh makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak. Bahkan
sering kali kegiatan sehari-hari mereka diisi dengan hal-hal positif seperti

Universitas Sumatera Utara

35

diajarkan berbagai keterampilan, pendidikan bagi anak-anak, dan berbagai
macam kegiatan olahraga.

f. Penempatan di Negara ketiga
Penempatan di Negara ketiga merupakan pilihan satu-satunya yang tersedia
bagi Indonesia, hal ini karena Indonesia bukanlah peserta Konvensi Status
Pengungsi tahun 1951. Proses penempatan di Negara ketiga ini biasa disebut
dengan resettlement in the third country dimulai setelah seorang pengungsi
tersebut sudah berada di tempat penampungan. Proses penempatan ini
dilakukan dengan berbagai tahap. Pihak UNHCR akan memanggil kembali
pengungsi untuk diwawancarai mengkonfirmasi segala hal yang telah
dinyatakan di segala tahap wawancara sebelumnya. Hal ini karena apabila
pengungsi berbohong, maka akan berpengaruh terhadap kasusnya sendiri
dalam antrian, atau bisa saja dibatalkan statusnya sebagai pengungsi.

C. Tugas dan Peranan United Nation High Commisioner for
Refugees (UNHCR) dalam Perlindungan Pengungsi
United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) memiliki
kewenangan yang lebih luas dibandingkan IRO. Kewenangan UNHCR mencakup
pengungsi yang ada sebelumnya sebagai akibat dari Perang Dunia II, dan juga
pengungsi yang baru muncul kemudian setelah pendirian UNHCR.

47

Status

penetapan pengungsi dilakukan oleh wakil-wakil UNHCR.

47

Acmad Romsan. Op.Cit. hal. 164

Universitas Sumatera Utara

36

1. Sejarah dan Perkembangan UNHCR
United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) merupakan badan
yang menggantikan lembaga penanganan pengungsi yang sebelumnya yaitu IRO
(International Refugees Organization). IRO merupakan badan yang pertama kali
didirikan untuk menangani pengungsi, namun eksistentsi lembaga ini sangat
singkat yaitu mulai 1947 sampai dengan 1952. Atas dasar itu, masyarakat
Internasional berpendapat bahwa kehadiran lembaga baru yaitu UNHCR pada
waktu itu akan bernasib sama. UNHCR pada awalnya hanyalah membantu
memberikan perlindungan keamanan, makanan, serta bantuan medis dalam keadaan
darurat. Selain itu, juga membantu dala mencarikan solusi bagi pengungsi untuk
jangka waktu yang lama. Termasuk untuk membantu mengembalikan merka ke
negara asalnya, atau mencarikan negara baru untuk mereka sehingga dapat memulai
hidup yang baru. 48
Fungsi UNHCR diatas, ditegaskan oleh Goodwin Gill “UNHCR has a uique
statutory responsibility to provide internastional protection to refugee and,
together with government, to seek permanen solution to their problem.” Macammacam fungsi perlindungan dijelaskan dalam Statuta UNHCR , termasuk
pengawasan terhadap instrumen-instrumen hukumnya. Badan ini secara periodik
memberikan laporan hasil kerjanya dihadaan sidang Majelis Umum PBB.

2. Tugas dan Peran UNHCR secara Umum
PBB telah membentuk badan UNHCR guna memenuhi hak-hak para
pengungsi sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
48

Wagiman. Op.cit hal.188

Universitas Sumatera Utara

37

(DUHAM). Pada butir kedua DUHAM disebutkan hak-hak tersebut mencakup hak
untuk hidup, hak untuk mendapat kebebasan dan keamanan pribadi, dimana kondisi
ini tidak mereka dapat di negaranya dan juga tidak mampu diberikan oleh
pemerintah. Terhadap para pengungsi tersebut, UNHCR memiliki fungsi utama
untuk memberikan perlindungan Internasional, memberikan solusi jangka panjang
bagi persoalan pengungsi serta mempromosikan hukum pengungsi Internasional.
Lembaga UNHCR memiliki prosedur dalam pemberian bantuan yang
berkaitan dengan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) berupa perlindungan
Internasional. Secara umum konsep ini berisikan pencegahan pemulangan kembali,
bantuan dalam memproses pencarian suaka, bantuan dan nasihat hukum, pemajuan
penyelenggaraan keamanan fisik bagi pengungsi, pemajuan dan bantuan
pemulangan kembali secara sukarela, dan membantu para pengungsi untuk
bermukim kembali.
UNHCR bertugas untuk memimin dan mengkoordinasi langkah-langkah
Internasional dalam pemberian perlindungan bagi pengungsi dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan pengungsi akibat kondisi perang ataupun konflik.
UNHCR juga memberikan keamanan serta menjamin bahwa setiap orang berhak
mencari suaka dan tempat yang aman di wilayah lain ataupun di Negara lain.
Bentuk tugas UNHCR Dalam menangani status pengungsi adalah :
a.

Advocacy/Pembelaan
UNHCR memberikan pembelaan serta perlindungan bagi pengungsi,
pencari suaka, pengungsi regional dan orang-orang yang tidak memiliki
kewarganegaran. Dalam pencarian suaka, UNHCR bekerja dalam struktur
politik ekonomi dan sosial nasional, yang secara langsung mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

38

kehidupan pengungsi dan orang lain yang menjadi perhatian untuk
membawa kebijakan. Dalam situasi pengungsian paksa, UNHCR berusaha
bekerjasama dengan pemerintah dan penguasa lain, mitra non-pemerintah,
dan masyarakat luas, untuk mengadopsi praktik untuk menjamin
perlindungan dari orang-orang yang menjadi perhatian UNHCR.

b.

Assistance/Pertolongan
UNHCR membantu menyediakan bantuan darurat seperti air bersih,
sanitasi, perawatan kesehatan, barak pengungsian, serta barang-barang
bantuan lainnya, seperti selimut, alas tidur, barang rumah tangga, dan
bantuan makanan. Bantuan penting lainnya seperti pendaftaran pengungsi,
bantuan dan saran pada aplikasi suaka, pendidikan, konseling, bagi orangorang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena Negara asal
mereka sedang dalam keadaan perang/konflik maupun bencana alam.
UNHCR juga terlibat dalam program integrasi atau reintegrasi lokal
bersama dengan pemerintah dalam proyek-proyek yang menghasilkan
pendapatan yang bertujuan untuk pemulihan infrastruktur dan bantuan
lainnya.

c.

Suaka dan Migrasi
Banyak orang di seluruh belahan dunia yang berjuang utuk mencari suaka
ke Negara lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan terlepas
dari konflik Negara asalnya. UNHCR bekerjasama dengan pemerintah di
seluruh belahan dunia untuk membantu mereka merespon beberapa

Universitas Sumatera Utara

39

tantangan terkait dengan orang-orang yang mencari suaka. Akan tetapi,
banyak diantara mereka secara illegal berjuang untuk mencari suaka ke
Negara lain.

d.

Solusi Berkelanjutan
Ada 3(tiga) solusi terbuka untuk pengungsi UNHCR agar dapat membantu
repatriasi, integrasi lokal, atau membangun pemukiman di Negara ketiga
dalam situasi yang tidak memungkinkan bagi seseorang untuk kembali ke
Negara asalnya atau tetap di Negara mereka mengungsi. Akan tetapi solusi
ini tidak berhasil untuk beberapa juta pengungsi dan sejumlah besar
pengungsi internal di belahan dunia. UNHCR juga berupaya untuk mencari
solusi lain bagi para pengungsi.

e.

Siaga Terhadap Keadaan Darurat
UNHCR menyediakan keadaan darurat sipil dan rehabilitasi jangka panjang
bagi pengungsi untuk mempersiapkan dan menanggapi keadaan darurat.
UNHCR

juga

telah

mengumpulkan

orang-orang

dengan

berbagai

keterampilan yang siap bergerak kapan dan dimana pun. Untuk
mempertahankan kesiapsiagaan, UNHCR telah mengembangkan program
pelatihan yang diadakan secara berkala yang mempersiapkan relawan
UNHCR dalam perencanaan pembangunan tim, sistem operasional
keuangan atau administrasi, kemitraan operasional, komunikasi dan
keterampilan negosiasi keamanan, koordinasi informasi dan telekomunikasi,
dan perlindungan kemanusiaan.

Universitas Sumatera Utara

40

f.

Perlindungan
Pengungsi tidak mendapat perlindungan dari Negara mereka sendiri,oleh
karena itu UNHCR memberikan perlindungan bagi orang-orang yang tidak
memiliki kewarganegaraan termasuk menjamin hak-hak rang yang ingin
mencari suaka. Di banyak Negara, staff UNHCR bekerjasama dengan mitra
lain di berbagai lokasi, mulai dari camp-camp kecil dan terpencil hingga ke
kota-kota

besar.

Mereka

juga

memberikan

perlindungan

serta

meminimalkan kekerasan di tempat pengungsian ataupun di Negara suaka.

Dalam resolusi UNHCR tahun 1950 terdapat suatu seruan agar semua negara
anggota PBB memberikan kerjasamanya kepada UNHCR dalam melaksanakan
kedua mandat UNHCR, yaitu memberikan perlindungan Internasional kepada
pengungsi dan mencari solusi permanen bagi masalah pengungsi. Implementasi dari
seruan ini adalah bila ada yang mengaku pengungsi atau pencari suaka masuk ke
suatu negara, maka negara tersebut melaksanakan Resolusi UNHCR 1950 dengan
maksud kerjasama, yaitu dengan memberitahukan kepada UNHCR kalau ada yang
mengaku bahwa dia pengungsi atau pencari suaka. Sehingga tidak dapat sematamata dilihat dari sudut keimigrasian. Resolusi tersebut dalam praktek lapangan
sudah dianut oleh berbagai bangsa, resolusi ini sudah menjadi hukum kebiasaan
Internasional, jadi pantaslah bila semua negara, baik peserta maupun bukan peserta
mematuhinya.

49

Negara-negara yang tidak meratifikasi tidak bisa menjadikan

ketidak-ikutsertaan dalam suatu perjanjian Internasional menjadi alasan untuk
menghindar dari kewajiban yang berasal dari hukum kebiasaan Internasional yang
49

Sri Badini. Op.Cit. hal 41

Universitas Sumatera Utara

41

sudah diformulasikan atau ditransformasikan di dalam perjanjian Internasional
itu. 50
Bagi Negara bukan peserta seperti Indonesia, resolusi yang bersifat anjuran
ini tidak memiliki kekuatan yuridis namun resolusi ini sudah berlangsung lama.
Dan fakta ini di lapangan menunjukkan bahwa Indonesia telah bekerja sama dengan
UNHCR sejak tahun 1975, sehingga hal ini menunjukkan bahwa resolusi tersebut
telah menjadi hukum kebiasaan Internasional, seperti halnya terjadi bagi negara
bukan pihak lainnya.

3. Kedudukan dan Peran Lembaga UNHCR di Indonesia
UNHCR berkantor di Indonesia sejak 1979. Waktu itu ribuan pengungsi
Vietnam berdatangan ke Indonesia. Banyak kasus pengungsi di berbagai negara dan
di Indonesia ditangani oleh UNHCR seperti pengungsi dari berbagai negara yang
menetap maupun menjadikan Indonesia sebagai negara transit. Kantor regional
UNHCR di Jakarta bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam memproses
pencari suaka dan pemohon pengungsi di Indonesia, dan guna mendapatkan
perlindungan Internasional.
Untuk kasus-kasus permohonan pengungsi di Indonesia, pihak pemerintah
aka membawanya ke pihak UNHCR. Untuk selanjutnya lembaga tersebut
melakukan serangkaian prosedur tetap guna penetuan status pengungsi pemohon.
Para pemohon diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan perlindungan Internasional.
Pihak UNHCR akan memberikan izin tinggal di Indonesia dengan persetujuan

50

I Wayan Parthiana. Hukum Perjanjian Internasional Bagian 2.Mandar Maju. Bandung. 2005 hal 294

Universitas Sumatera Utara

42

Pemerintah Indonesia sampai dengan mendapatkan penempatannya. Dalam
melaksanakan tugasnya, UNHCR bekerjasama dengan mitra kerja yang berdomisili
atau memiliki perwakilan di Indonesia. UNHCR melaksanakan program-program
bantuan kepada pengungsi. Bantuan tersebut berupa bantuan makana, kesehatan,
konseling serta kebutuhan lainnya yang diperlukan. Jika dijelaskan dengan bagan
mengenai kedudukan dan tugas pokok UNHCR dapat digambarkan sebagai
berikut: 51

United Nations High Commisioner for
Refugees (UNHCR)

A subsidiary organ of The United Nations
General Assembly

Primary mandate
Responsibility is the protection of refugees
and solution to the problem of refugees

51

Wagiman.Op.Cit. Hal. 190

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

0 98 86

Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

7 112 91

Upaya United Nations High Commissioner For Refugees (UNHCR) dalam menangani pengungsi Suriah di Lebanon Tahun 2011-2013

1 29 111

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 27 99

PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG KEPULAUAN RIAU PADA TAHUN 1979-1996 OLEH UNHCR (UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES) DITINJAU DARI KONVENSI WINA 1951 DAN UNDANG-UNDANG N.

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 15

Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Pengungsi Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak 20 Nopember 1989 Oleh UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kewenangan United Nation High Commisioner For Refugees (Unhcr) Dalam Perlindungan Pengungsi Konflik Suriah Di Wilayah Turki

0 0 18