PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KIT IPA DAN GA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KIT IPA DAN
GAMBAR ANIMASI SERTA MOTIVASI BERPRESTASI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 9
DAN SMP NEGERI 10 PROBOLINGGO
Lilis Indayani
Guru di SMP Negeri 10 Probolinggo
Email: indayanililis45@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini dilakukan di SMP N 9 dan SMP N 10 Probolinggo
tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian yaitu siswa kelas delapan, dan
sampel penelitian diambil 4 kelas dari 15 kelas yang ada. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimen.
Kelas eksperimen 1 menggunaan media KIT IPA dan kelas eksperimen 2
menggunakan media gambar animasi untuk belajar ilmu pengetahuan alam.
Data dalam penelitian berupa instrumen tes prestasi belajar, dan instrumen
motivasi berprestasi berupa kuosioner. Berdasarkan hasil analisis data
disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
belajar menggunakan media KIT IPA dan media gambar animasi. Berdasarkan
data menunjukkan bahwa, pencapaian rata-rata siswa yang menerima
pembelajaran menggunakan media gambar animasi lebih tinggi dari
pencapaian rata-rata siswa yang belajar menggunakan media KIT IPA. Jadi
peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media gambar animasi

menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan media KIT IPA.
(2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Pencapaian siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih besar dari
siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. (3) Tidak ada interaksi
antara penggunaan media pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar siswa. Ini memberi arti bahwa tidak ada pengaruh kombinasi
antara penggunaan media KIT IPA dan media gambar animasi dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Kata kunci: media pembelajaran, motivasi berprestasi, prestasi belajar

1

2
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3,
dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal tersebut, IPA sebagai salah satu cabang Ilmu
Pengetahuan yang berpengaruh terhadap kemajuan teknologi harus dapat
memberikan kontribusi yang tepat terhadap kemajuan IPTEK. Konsep IPA yang
baik dan benar dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilaksanakan menurut
pendekatan, strategi, metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran.
Penguasaan konsep IPA (dalam hal ini Fisika) pada siswa masih sangat
dangkal merupakan kenyatan yang ada di lapangan, banyak siswa tidak memahami
melainkan hanya menghafalkan konsep abstrak yang disajikan guru dalam
bentuk persamaan matematika. Pemahaman siswa terhadap Fisika yang dangkal
menyebabkan siswa selalu merasa kesulitan belajar Fisika dan cenderung kurang
senang terhadap pelajaran Fisika. Siswa cenderung mengalami kesulitan dalam
memahami sehingga prestasi belajar fisika cenderung rendah.. Hal ini berlaku
juga pada materi pembelajaran cahaya.
Rendahnya prestasi belajar siswa merupakan masalah yang harus
menjadi perhatian guru. Pemilihan metode, dan media pembelajaran yang
kurang tepat dengan karakteristik bidang studi dan materi pembelajaran,
menyebabkan siswa berpandangan pesimis terhadap Fisika. Guru sering terjebak
pada kepentingan penyelesaian materi dengan waktu yang singkat sehingga
menempuh cara praktis dengan mematematiskan Fisika melalui ceramah satu arah.

Hal ini tentu mengarahkan siswa pada pembelajaran yang monoton dan
membosankan sehingga siswa dikondisikan pada situasi tidak menyenangkan
yang berakibat pada rendahnya motivasi berprestasi yang tercermin melalui
rendahnya prestasi belajar siswa.
Kurikulum 2004 (KBK) yang disempurnakan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pada kegiatan pembelajaran

3
berpusat pada siswa {student- centered). Guru dituntut kreatif memanfaatkan
kemajuan

teknologi

informasi

dan

komunikasi,

untuk


menciptakan

pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).
Guru dapat menggunakan berbagai media untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, misalnya peralatan Laboratorium, media gambar animasi, dll.
Arsyad (2011) menyatakan televisi, lagu, gambar animasi merupakan multimedia
yang dikenal masyarakat akademik. Multimedia merupakan gabungan dari
suara, video, animasi, teks, gambar, model yang dijadikan satu sehingga menjadi
lebih menarik dan mencapai dari tujuan yang diinginkan. Multimedia merupakan
media

yang

dapat

menampung

kreatifitas


guru

dalam

mempersiapkan

pembelajaran siswa.
Abstrak

Lambang
Kata
Lambang
Visual
Gambar Diam,
Rekaman Radio
Gambar Hidup Pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda Tiruan/Pengamatan

Pengalaman Langsung

Konkret

Ganbar 1: Kerucut pengalaman Edgar Dale
Sumber: Media pembelajaran (Arsyad, 2011)

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar diilustrasikan dalam
kerucut pengalaman Dale (Dale's Cone of Experiences). Kerucut tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman
langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan seseorang melalui benda
tiruan hingga lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas semakin abstrak media
yang digunakan. Kerucut pengalaman Edgar Dale ini adalah tahapan dalam
pendekatan media yang diinginkan (Arsyad, 2011).

4
Dengan menggunakan Media KIT IPA atau Media Gambar Animasi
diharapkan siswa akan mudah menerima materi pembelajaran secara optimal.
Untuk itu peranan seorang guru sangatlah besar dalam mewujudkan tujuan dari
pendidikan sehingga pembelajaran yang terjadi tidak hanya satu arah dan guru

menjadi satu satunya sumber ilmu, sehingga dapat memberikan suatu dampak
bagi prestasi belajar yang dicapai siswa. Mata pelajaran Fisika adalah salah satu
mata pelajaran dalam rumpun sains. Hakikat sains adalah ilmu pengetahuan yang
objek pengamatannya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi,
tumbuhan, hewan, serta manusia. Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi Sains berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Selain penggunaan media dalam pembelajaran, keberhasilan siswa dalam
belajar juga dipengaruhi besarnya motivasi dalam diri siswa. Motivasi
dipandang berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai
sebagai berikut : 1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan
perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil. 2.
Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
3. Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru
untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi
guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa
berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki (self motivation) yang baik. 4.

Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi
dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas.
Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin
dalam kelas. 5. Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asasasas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi
prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran
yang efektif. Demikian pengajaran yang berasaskan motivasi adalah sangat

5
penting dalam proses belajar dan mengajar. (http://pakdesofa.blog2.plasa. com
/archives/50, diakses 2 Desember 2010)
Setiap siswa memiliki karakteristik berbeda yang muncul dari dalam diri
(internal) maupun dari luar (eksternal) sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Salah satu karakteristik siswa yang menarik dari dalam diri dan
dapat diperkuat dari luar yaitu motivasi berprestasi. Siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi lebih mudah mengembangkan minat dan kemauan secara
sadar untuk belajar sehingga akan lebih baik menguasai pembelajaran melalui
media interaktif berbasis komputer. Kesadaran untuk memahami, menguasai
dan mengaplikasikan dalam permasalahan yang terkait merupakan kunci sukses
untuk menyelesaikan tiap bagian pada pembelajaran mandiri. Umpan balik
yang diberikan dengan cepat tampak dan efisien pada media interaktif

berbasis komputer sangat tepat untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi. Sedangkan siswa yang motivasi berprestasinya perlu dirangsang dari
luar, akan lebih mudah menguasai pembelajaran dengan KIT IPA.
Untuk mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan
penguasaan konsep siswa tercapai maka diperlukan alat ukur keberhasilan siswa
dalam belajar yaitu dengan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar merupakan
salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya
sebagai sumber informasi guna mengambil keputusan. Oleh karena itu perlu
dipilih soal-soal yang benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa dalam
pemahaman tentang materi cahaya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: (1) Adakah perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan Media
KIT IPA dan Media Gambar Animasi? (2) Adakah perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi rendah? (3) Adakah interaksi antara
penggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi serta motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipótesis pada penelitian ini
adalah: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi


6
pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar
Animasi. (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi rendah. (3) Ada interaksi antara penggunakan Media KIT IPA dan
Media Gambar Animasi serta motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang diberi pelajaran dengan menggunakan Media KIT
IPA dan Media Gambar Animasi. (2) Perbedaan prestasi belajar antara
siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi rendah. (3) Interaksi penggunkan Media
KIT IPA dan Media Gambar Animasi dengan motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar siswa.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan dua
perlakuan yaitu penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi. Dalam
penelitian ini variabel-variabel penelitian yang diukur yaitu: (1) Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Media Pembelajaran, yaitu X 1 = Media

KIT IPA, dan X2 = Media Gambar Animasi. (2) Variabel Moderator pada
penelitian ini yaitu Motivasi Berprestasi pada diri siswa, yaitu Y1 = Motivasi
Berprestasi Tinggi, dan Y2 = Motivasi Berprestasi Rendah. (3) Variabel Terikat
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.
Tabel 1: Desain Penelitian

Tinggi (Y1)

Penggunaan Media
KIT IPA (X1)
X1 Y1

Penggunaan Media
Gambar Animasi (X2)
X2 Y1

Rendah (Y2)

X1 Y2

X2 Y2

Variabel
Motivasi
Berprestasi

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 9 dan SMP Negeri 10 Probolinggo,
tahun pelajaran 2011/2012 dengan populasi siswa kelas VIII, sampel penelitian
diambil 4 kelas dari 15 kelas yang ada. Metode penelitian adalah metode
eksperimen, kelas eksperimen I untuk pembelajaran menggunakan media KIT IPA
di SMP Negeri 9 dan di SMP Negeri10 dan kelas eksperimen II untuk

7
pembelajaran menggunakan media Gambar Animasi di SMP Negeri 9 dan di SMP
Negeri10 Probolinggo. Waktu

penelitian disesuaikan dengan alokasi waktu

penyampaian materi Cahaya, yaitu bulan Mei 2012.
Teknik pengumpulan data yaitu dengan tes dan angket. Instrumen tes
menggunakan 25 soal pilihan ganda dan 4 soal jenis uraian, sedangkan
pengumpulan data melalui instrument angket terdiri dari 40 item soal. Untuk
mengukur nilai motivasi berprestasi siswa menggunakan Penilaian Acuan Normal
(PAN), siswa dikelompokkan dalam kelompok Tinggi dan kelompok rendah.
Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi jika nilai yang diperoleh diatas ratarata, dan memiliki motivasi berprestasi rendah jika nilai yang diperoleh dibawah
rata-rata.
Dalam penelitian dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, uji asumsi yang
dimaksud adalah uji validitas dan reliabilitas. Arikunto (2010) menyatakan bahwa
sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriteria artinya memiliki
kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila
tes dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas isi dari soal tes telah
diusahakan ketercapaiannya sejak soal disusun, yaitu dengan memperhatikan
materi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Validitas isi dari tes
dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan pembelajaran dan ruang lingkup
materi yang telah diberikan dengan butir-butir tes yang menyusunnya.
Untuk mengetahui validitas butir soal pilihan ganda, dilakukan dengan
mengkorelasikan skor butir soal tersebut dengan skor total yang diperoleh.
Koefisien korelasi dihitung dengan rumus korelasi product moment dari
Pearson (Arikunto, 2010). Jika rxy > rtabel dengan taraf signifikan α = 5% maka soal
dikatakan valid dan sebaliknya.
Selain uji validitas, dilakukan uji reliabelitas instrument. Instrumen tes/
angket dikatakan reliabel jika soal tes tersebut memberikan hasil yang relatif
tetap sama (konsisten) jika soal tersebut diberikan pada subjek yang sama,
meskipun soal tes tersebut diberikan oleh orang, waktu, dan tempat yang
berbeda. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan (reliabilitas)
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Atau

8
seandainya terjadi perubahan maka perubahannya sangat kecil, sehingga perubahan
tersebut tidak berarti.
Untuk mengetahui ketetapan ini dapat dilihat dari kesejajaran hasil, yaitu
dengan menggunakan korelasi. Untuk menghitung reliabilitas tes yang skornya 1
dan 0 digunakan rumus Kudher Richardson, sedangkan instrumen yang
menggunakan skala 0 – 10 atau 0 -100 (soal subyektif atau angket), maka
digunakan Rumus Alpha.
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, maka instrument yang valid
dan reliable dapat digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian. Data motivasi berprestasi diperoleh melalui instrument angket, dan data
prestasi belajar merupakan data dari instrument tes hasil belajar setelah dilakukan
eksperimen pada masing-masing kelompok.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terhadap data motivasi berprestasi dan
prestasi belajar kedua kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas dan
homogenitas terlebih dahulu. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui
apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji Normalitas dapat
menggunakan program SPSS 18. Pengujian dengan SPSS tersebut didasarkan
pada uji Kolmogorov-Smirnov, dan Shapiro-Wilk. Normalitas dipenuhi jika
hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikan tertentu (α = 0,05),
sebaliknya normalitas tidak terpenuhi jika hasil uji signifikan. Cara mengetahui
signifikan atau tidaknya hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan
bilangan pada kolom signifikansi (Sig.), dengan kriteria: - Jika signifikansi
yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. - Jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel berasal dari
populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih
kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.
Kehomogenan dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi
tertentu

(α = 0.05 atau 0.01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka

kehomogenan tidak dipenuhi.
Setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka uji hipotesis
dilakukan dengan teknik Analisis varians (Anava) dua jalur. Menurut Hasan

9
(2010) Two way Anova dengan interaksi merupakan pengujian hipotesis
komparatif untuk data interval atau rasio dari k sampel (lebih dari dua sampel)
yang berkorelasi dengan dua faktor yang berpengaruh sedangkan interaksi antara
kedua faktor tersebut diperhitungkan. Teknik anasis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis varians (Anava) dua jalur. Untuk pengolahan data
menggunakan program SPSS Ver.18 for windows.
Setelah seluruh data dianalisis dan diketemukan hasilnya, kemudian
dibandingkan dengan norma keputusan untuk mempermudah penafsiran hasilnya.
Norma keputusan yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah: (1) Jika p
atau sign. < 0,05 (5%) berarti signifikan, artinya hipotesis kerja (Ha) diterima,
hipotesis nihil (Ho) ditolak. (2) Jika p atau sign. > 0,05 (5%) berarti tidak
signifikan, artinya hipotesis kerja (Ha) ditolak, hipotesis nihil (Ho) diterima.
Hasil
Instrument angket dan instrument tes telah diuji validitas dan reliabilitasnya
sebelum digunakan untuk pengambilan data. Uji validitas diukur menggunakan
rumus korelasi Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 5%.
Tabel 2: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
JUMLAH INSTRUMEN
UJI INSTRUMEN
TES P.G.
TES URAIAN ANGKET
VALIDITAS ITEM:
- Sangat Rendah
0
0
0
- Rendah
9
0
17
- Agak Rendah
14
2
18
- Cukup
2
2
5
- Tinggi
0
0
0
JUMLAH INSTRUMEN
25
4
40
RELIABILITAS
0,690
0,542
0,833
Hasil uji validitas item tes dan angket rata-rata 0,492 dengan demikian

soal

dikatakan valid. Untuk uji reliabilitas tes bentuk pilihan ganda menggunakan rumus
Kudher Richardson sedangkan tes bentuk uraian dan instrument angket
menggunakan rumus Alpha. Hasil uji reliabilitas tes pilihan ganda 0,690, tes bentuk
uraian 0,542, dan angket 0,833 jika dibandingkan rtabel 0,374 maka instrument tes
dan angket dikatakan reliable. Instrumen angket dan tes yang telah diuji validitas
dan reliabilitasnya digunakan untuk pengambilan data.

10
Pengambilan data motivasi berprestasi dilakukan sebelum kegiatan
eksperimen dilakukan. Siswa dibagi dalam dua kelompok berdasarkan nilai angket
yang diperolehnya. Pengelompokan dilakukan berdasarkan PAN, siswa yang
memperoleh nilai kurang dari 78,15 (nilai rata-rata) masuk dalam kelompok
motivasi berprestasi rendah, sedangkan yang memperoleh nilai diatas rata-rata
tergolong motivasi berprestasi tinggi, sebagaimana grafik berikut:

Gambar 2: Grafik Motivasi Berprestasi
Jumlah siswa dalam kelompok motivasi berprestasi tinggi dan rendah yaitu
55 dan 59 siswa, dengan penyebaran yang tidak merata pada kelompok eksperimen
I dan II (lihat table 3). Kegiatan eksperimen dilakukan berdasarkan RPP yang telah
dipersiapkan untuk masing-masing kelompok.
Tabel 3: Sebaran Siswa Masing-masing Kelompok
Motivasi Berprestasi
Media
Tinggi
Rendah
KIT IPA
33
24
Gambar Animasi
22
35
Jumlah
55
59

Jumlah
57
57
114

Setelah kegiatan eksperimen dilakukan , baik pada kelompok eksperimen I
dan kelompok eksperimen II dilakukan pengambilan data dengan instrument tes.
Instrumen tes terdiri dari 25 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian, berdasarkan
hasil tes diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar 78,87. Rata-rata nilai prestasi
belajar pada kelompok eksperimen I adalah 74,00 dan kelompok eksperimen II
sebesar 83,74.

11
Tabel 4: Data Prestasi Belajar Berdasarkan Media Pembelajaran
Media
Pembelajara
KITnIPA

Jumlah
Data
57

Gambar
Animasi

Nilai
Terting
gi
100

57

98

Nilai
Terenda
h55

Ratarata
74,00

64

83,74

Standar
Deviasi
11,99
7,11

Berdasarkan data yang diperoleh melalui instrument angket maupun tes,
maka dilakkan uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis. Uji hipotesis
menggunakan teknik Analisis Varians dua Jalur menggunakan program SPSS 18
for windows.
Pembahasan
Uji normalitas data prestasi belajar dilakukan dengan uji chi-kuadral, uji
Kolmogorof-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk. Dengan menggunakan SPSS 18 for
Windows, diperoleh data berikut:
Tabel 5: Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar

Prestasi Belajar

Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Sig.
.046
114
.200*

Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
.985
114
.250

Pada table diatas terlihat bahwa hasil signifikansi yang diperoleh dengan
uji Kolmogorof-Smirnov 0,200 dan dengan uji Shapiro-Wilk 0,250 lebih besar
jika dibandingkan taraf signifikansi α = 0,050. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa berasal dari polpulasi yang
berdistribusi normal, pada taraf signifikansi 0,05.
Uji normalitas data motivasi berprestasi dilakukan untuk memperlihatkan
bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan
menggunakan SPSS 18 for Windows, dipero leh data berikut:
Tabel 6: Hasil Uji Normalitas Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi

Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig. Statistic
df
Sig.
*
.056
114 .200
.989
114
.527

12
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih
kelompok data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada uji
homogenitas data prestasi belajar diuji menggunakan program SPSS 18 for
Windows dan diperoleh data berikut:
Tabel 7: Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar

Prestasi
Belajar

Based on Mean
Based on Median
Based on Median and
with adjusted df
Based on trimmed mean

Levene
Statistic
2.647
2.866
2.866
2.594

df1

df2

Sig.

1
1
1

112
112
111.809

.107
.093
.093

1

112

.110

Berdasarkan table diatas hasil uji homogenitas yang didasarkan pada ratarata (Based on Mean) menunjukkan nilai signifikansi 0,107 lebih besar dari taraf
signifikansi α = 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data prestasi
belajar siswa di atas homogen.
Uji Hipotesis dilakukan dengan Analisis varians dua jalur menggunakan
program SPSS 18 for windows yang digunakan dalam pengolahan statistic penelitian
ini, hasil analisis data sebagaimana table berikut:
Tabel 8: Hasil Analisis Varians Dua Jalur
Tess of Between-Subjects Effects
Dependent Variable : Prestasi Belajar
Type III Sum
Source
df Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
4413.460a 3
1471.153
17.656 .000
Intercept
681272.420 1
681272.420 8176.250 .000
Motivasi
1626.670 1
1626.670
19.522 .000
Media
3415.924 1
3415.924
40.996 .000
Motivasi * Media
74.660 1
74.660
.896 .346
Error
9165.567 110
83.323
Total
722685.000 114
Corrected Total
13579.026 113
R Squared = .325 (Adjusted R Squared = .307)
Dari table di atas dapat dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:
Uji hipotesis 1
Fhitung = 40,996 > F0,05(1;100) = 3,94; sig. = 0,000 α = 0,05 sig. < α, dengan demikian
Ho ditolak dan Ha diterima.

13
Kesimpulan : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar
Animasi. Penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi dalam
kegiatan penelitian ini dilakukan pada materi Cahaya. Berdasarkan penyajian
data ditunjukkan bahwa, rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima
pembelajaran menggunakan Media Gambar Animasi lebih tinggi dari pada ratarata prestasi belajar siswa yang menerima pembelajaran menggunakan Media
KIT IPA. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan Media Gambar
Animasi pada materi Cahaya menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari
pada menggunakan Media KIT IPA.
Media pembelajaran bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan
bagian integral dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran
merupakan suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem
instruksional yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi
tanggung jawab dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Pemilihan media
yang tepat dalam kegiatan pembelajaran, akan semakin meningkatkan
efektifitas dan kualitas pembelajaran.
Uji hipotesis 2
Fhitung = 19,522 > F0,05(1;100) = 3,94; sig. = 0,000 α = 0,05 sig. < α, dengan demikian
Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan : Ada perbedaan prestasi

belajar

antara

siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah.
Tabel 9: Data Prestasi Belajar Berdasarkan Motivasi Berprestasi
Motivasi
Jumlah
Nilai
Nilai
Standar
Rata-rata
Berprestasi
Data
Tertinggi Terendah
Deviasi
Tinggi
55
100
55
81,75
11,460
Rendah
59
98
55
76,19
9,832
Berdasarkan table tersebut, ditunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih besar dari pada siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah
Adanya perbedaan prestasi belajar pada siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah tersebut,
hendaknya menjadi acuan bagi peneliti dan juga para guru untuk berupaya

14
meningkatkan motivasi berprestasi pada diri siswa agar dapat meningkatkan
prestasi belajarnya. Asrori (2008) menjelaskan bahwa motivasi terbagi dua jenis,
yaitu: 1) motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang seringkali disebut
motivasi intrinsik, 2) motivasi yang berasal dari luar yang berupa usaha
pembentukan dari orang lain yang seringkali disebut motivasi ekstrinsik.
Dengan demikian motivasi berprestasi pada diri siswa selain tumbuh dari
dalam diri sendiri, bisa juga ditingkatkan atau dipengaruhi oleh factor dari
luar.
Dalam penelitian ini, motivasi berprestasi diukur sebelum kegiatan
eksperimen dilakukan. Sehingga peneliti tidak dapat mengukur pengaruh
penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi berprestasi
siswa. Sebagaimana yang diuraikan Asrori di atas, maka dalam penelitian ini
motivasi berprestasi yang diukur hanyalah motivasi intrinsik yang berasal
dari dalam diri siswa. Meskipun tidak menutup kemungkinan, faktor
ekstrinsik juga mempengaruhi siswa dalam pengisian instrumen angket
motivasi berprestasi.
Uji Hipotesis 3
Fhitung = 0,896 < F0,05(1;100) = 3,94; sig. = 0,346 α = 0,05 sig. > α, dengan demikian
Ho diterima dan Ha ditolak.
Kesimpulan : Tidak ada interaksi antara penggunakan Media KIT IPA dan
Media Gambar Animasi serta motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
siswa. Hasil analisis data. menunjukkan bahwa siswa yang menerima
pembelajaran dengan menggunakan Media Gambar Animasi memperoleh ratarata prestasi belajar Fisika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
menerima pembelajaran dengan menggunakan media KIT, tanpa melihat tinggi
atau rendahnya motivasi berprestasi siswa tersebut. Hal ini terjadi karena
dengan menggunakan Media Gambar Animasi siswa lebih mudah dalam
mempelajari dan memahami konsep-konsep pada materi Cahaya. Selama
pembelajaran menggunakan Media Gambar Animasi, siswa baik bersama
kelompok atau sendiri-sendiri secara bertahap mempelajari materi cahaya. Guru
dapat memberikan penjelasan materi yang belum dipahami kepada semua siswa
di dalam kelas secara bersama-sama. Dengan gambar animasi, siswa lebih

15
memahami bagaimana proses terbentuknya bayangan dari sebuah benda yang
dikenai cahaya. Dan gambar animasi tersebut dapat diulang berkali-kali hingga
mereka menjadi mengerti dan memahami konsep cahaya yang diajarkan.
Pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA yang dipandu
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), sebenarnya juga dapat memudahkan
siswa dalam memahami dan menemukan konsep Fisika yang sedang dipelajari
dibandingkan

dengan tanpa bantuan media alat laboratorium. Namun pada

pelaksanaan pembelajaran banyak ditemukan hambatan atau kendala-kendala,
diantaranya (1) siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam merangkai
alat-alat secara manual meskipun sudah ada petunjuk, sehingga guru masih
banyak menerangkan cara merangkai
laboratorium

yang

terbatas

jumlahnya,

alat; (2) ketersediaan peralatan
memaksa

siswa

hanya

dapat

menggunakan alat-alat tersebut di laboratorium sekolah dan tidak bisa diulang
sendiri di rumah; (3) Dalam kegiatan ekperimen tidak semua siswa aktif
mencoba, sehingga masih ada beberapa anak yang kurang aktif dalam melakukan
percobaan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa : (1) Ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan
Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi, berdasarkan data penelitian diperoleh
harga Fhitung = 40,996 > F0,05(1;100) = 3,94 dengan signifikansi = 0,000 < α = 0,05.
Berdasarkan data ditunjukkan bahwa, rata-rata prestasi belajar siswa yang
menerima pembelajaran menggunakan Media Gambar Animasi lebih tinggi dari
pada rata-rata prestasi belajar siswa yang menerima pembelajaran menggunakan
media KIT IPA. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan Media
Gambar Animasi menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada
menggunakan media KIT IPA. (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah, berdasarkan data penelitian diperoleh harga Fhitung =
19,522 > F0,05(1;100) = 3,94 dengan signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Perbedaan prestasi
belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang memiliki

16
motivasi berprestasi rendah ditunjukkan dari rata-rata prestasi belajar siswa
berdasarkan motivasi berprestasinya. Prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi lebih besar dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah. (3) Tidak ada interaksi antara penggunakan Media KIT IPA dan Media
Gambar Animasi serta motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik Fhitung = 0,896 < F0,05(1;100) = 3,94 dengan
signifikansi = 0,346 > α = 0,05. Ini memberikan arti bahwa tidak ada kombinasi efek
antara penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut: (1) Bagi guru mata pelajaran IPA-Fisika, diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang pengelolaan, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan Media KIT IPA dan Media Gambar
Animasi sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih menarik, asyik dan
menyenangkan. (2) Dapat memberikan gambaran kepada guru untuk terus
melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar, sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi
berprestasinya. (3) Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar, sehingga prestasi belajarnyapun akan
mengalami peningkatan. (4) Diharapkan lembaga dalam hal ini kepala sekolah
dapat menyediakan peralatan LCD Projector agar dapat dimanfaatkan oleh guru
dalam kegiata belajar mengajar di kelas. Tidak hanya untuk mata pelajaran IPAFisika, tapi juga untuk mata pelajaran yang lain juga. (5) Kepala sekolah
diharapkan selalu mendorong guru untuk dapat mengasah kemampuan dibidang
pemanfaatan media computer. Karena dengan kemampuan computer guru yang
semakin meningkat, maka pemanfaatan media komputer dalam pembelajaran akan
dapat meningkatkan pula.
Untuk penelitian lanjutan: (1) Dalam penelitian ini pengukuran motivasi
berprestasi dilakukan sebelum kegiatan eksperimen dilakukan, sehingga pengaruh
penggunaan media pembelajaran terhadap motivasi berprestasi siswa tidak dapat
diukur. Untuk penelitian lanjutan diharapkan juga bisa diukur seberapa besar
pengaruh penggunaan Media KIT IPA dan Media Gambar Animasi terhadap

17
Motivasi Berprestasi. Dengan demikian interaksi antara penggunaan media
pembelajaran dan motivasi berprestasi pada diri siswa dapat diukur atau diteliti
ulang. (2) Penggunaan Media KIT IPA selain meningkatkan kemampuan kognitif
siswa dalam pembelajaran, terutama juga sangat terkait dengan aspek afektif dan
psikomotornya. Untuk penelitian berikutnya bisa dilakukan penelitian dengan
mengamati kedua aspek tersebut, karena dalam penelitian ini hanya diukur aspek
kognitif dari materi pembelajaran IPA Cahaya.
Daftar Rujukan
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asrori, M. 2008. Psikologi Remja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara.
Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Pakdesofa, (online), (http://pakdesofa.blog2.plasa. com /archives/50, diakses 2
Desember 2010)
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana
Shorcourse Series. 2010. Mudah Belajar Statistik dengan Program SPSS 18.
Semarang: Wahana Komputer.
Subandowo, M & Rufi’i. 2011. Buku Pedoman Penulisan Tesis. Surabaya: Program
Studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Unipa Surabaya.
Sudrajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model
Pembelajaran. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses
12 September 2008).
Sutopo, A. H. 2002. Animasi dengan Macromedia Flash Berikut Action Script.
Jakarta: Salemba Infotek.
Universitas Negeri Malang. 2007.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

11 143 2