Jilid-05 Depernas 24-Bab-77
POLA PENDJELASAN BIDANG :
MENTAL/RUHANI: PENDIDIKAN
1009
B A B 77.
SITUASI MENTAL
§ 885. Situasi mental rakjat Indonesia setjara keseluruhan
a. Pengantar
1. Definisi
Pertamatama perlu ditindjau lebih dahulu apakah jang di
maksud dengan „situasi mental” itu ? Atau dapat pula dikemuka
kan, apakah „mentalita” itu ?
Menurut „A Dictionary of Psychology”, karangan James
Drever, „mentality” berarti „a generalization of all those charac
teristics distinctive of mind”.
„The Concise Oxford Dictionary” memberi batasan „menta
lity” sebagai „intellectual power”.
Menurut KoemenEndepels „Verklarend Handwoorden
boek”, „mentaliteit” berarti „manier van denken en voelen” atau
„geestesgesteldheid”.
„Woordenboek der Psychologie”, karangan Van Essen mem
beri batasan sebagai berikut : „Mentaliteit is de persoonlijke
geestesaard (naast het temperament als gemoedsaard) d.w.z. het
karakter genomen naar de uiting in gezindheden”.
Ternjata bahwa batasan2 jang dikemukakan diatas itu mem
punjai persamaan dan sedikit perbedaanperbedaan. Oleh karena
itu sebelum kami menindjau sifatsifat mental rakjat Indonesia
lebih dalam, perlu ditetapkan batasan tentang mentalita jang
selandjutnja akan dipakai untuk menindjau lebih landjut.
Jang disebut mentalita ialah keseluruhan susunan dinamis
tjiptakarsarasa jang tertjermin dalam tjitatjita, sifatsifat, ting
kahlaku dan perbuatan seseorang.
Dalam definisi ini dikemukakan, bahwa mentalita merupa
kan suatu susunan halhal jang bersifat dinamis. Mentalita bu
kanlah suatu hal jang bersifat statis jang tak akan mengalami
perubahan sepandjang sedjarah.
Alasan pendapat ini adalah sebagai berikut:
(a) Mentalita seseorang atau mentalita masjarakat merupakan
pentjerminan masjarakat dimana ia hidup. Menurut Spranger
djiwa subjektif seseorang adalah pernjataan djiwa objektif
masjarakatnja : Sifatsifat, tingkahlaku serta perbuatan
orang jang merupakan hasil tuntutan daripada masjarakat,
hingga perubahanperubahan jang terdjadi dalam masjara
kat itu akan mengubah pula mentalita anggotaanggotanja.
(b) Adanja hubungan timbalbalik (hubungan interaksi jang dy
namis antara individu dan masjarakat). Individu dengan se
tjara aktip dan kreatip ikut menentukan tjorak masjarakat,
jang selandjutnja memberikan pentjerminannja pula pada
mentalita itu.
Dengan definisi jang dikemukakan ini maka setjara tidak
langsung ditentang pendapat Lévy Bruhl tentang adanja
„mentalité primitive” dalam tjara berfikir orangorang „pri
mitip”.
1011
2. Situasi Rakjat Indonesia.
Sebetulnja sangat sukar atau hampirhampir tidak mungkin
untuk memberikan pensifatan jang seragam terhadap situasi
mental rakjat Indonesia, sebab :
(a) Rakjat Indonesia, terdiri dari bermatjammatjam suku jang
pada dasarnja memiliki temperamen, adat istiadat, keadaan
sosialekonomis dan latar belakang sedjarah jang berbeda
beda.
Misalnja : — intensita pengaruh dari kedatangan agama
agama Budha, Islam dan Keristen adalah ber
bedabeda atas daerah jang satu dengan dae
rah jang lain.
— mentalita petani di Djawa Tengah pasti ber
beda dengan mentalita pelaut di Makasar dan
sebagainja.
(b) Rakjat Indonesia setjara keseluruhan baru merupakan suatu
kesatuan bangsa pada setengah abad jang terachir ini (awal
abad duapuluh), sungguhpun dahulu ada djuga usahausaha
kearah pembentukan keradjaankeradjaan jang ingin meli
puti kepulauan Nusantara.
Tetapi temperamen, tradisi, situasi sosialekonomi dan latar
belakang sedjarah tersebut telah tertanam berabadabad.
Maka pensifatan mental jang seragam, paling tidak pada
masa ini, belum dapat diberikan. Dan apabila diberikan maka
pensifatan jang bersifat generalisasi itu banjak kemungkin
an akan djauh dari kenjataan jang sebenarnja.
Mengingat halhal diatas maka problim jang dihadapi tiap
tiap daerahnja adalah berbedabeda. Begitu pula handicaphandi
cap jang ada untuk menghadapi pembangunan semesta. Dengan
demikian maka tjara menghadapi dan tjara pemetjahannjapun
harus berbedabeda, disesuaikan dengan situasi daerah masing
masing.
Setjara keseluruhan dengan singkat dapat diterangkan disi
ni, bahwa mentalita rakjat Indonesia masih kuat ditentukan oleh
keadaan agraris dan sisasisa masjarakat feodal, mulai dari ben
tuknja jang paling sederhana sampai kepada sisasisa bentuknja
jang paling sempurna dan tinggi, dengan sifatsifat seperti jang
akan diuraikan dibawah nanti.
b. Sifatsifat aseli tjarahidup dan tjara berfikir rakjat Indonesia
Sebenarnja sukar untuk menetapkan apa jang disebut sifatsifat
aseli rakjat Indonesia ini. Karena sifat2 ini merupakan hasil kerdja
timbalbalik antara individu dan masjarakat, dan karena sepandjang
sedjarah rakjat Indonesia selalu mengalami pengaruhpengaruh dari
dalam dan dari luar, maka terdjadilah banjak sekali perobahanper
obahan. Perobahanperobahan dalam masjarakat ini dengan sendiri
nja akan membawa perubahan pula pada mentalita rakjat Indonesia.
Sifatsifat aseli rakjat Indonesia jang dimaksud disini adalah sifat
1012
sifat setjara hipotetis jang terdapat pada rakjat Indonesia sebelum ke
datangan bangsa Hindu.
Masjarakat jang agraris dan sangat sederhana itu menentukan
pula tjara hidup dan tjara berfikir masjarakat didesadesa, jang telah
tumbuh dari pengalamanpengalaman hidup dan pengalamanberfikir
mereka sedjak dulukala, merupakan „empirical representation” atau
djumlah daripada pengalaman kehidupan lahirbatin mereka, jaitu :
pertama, pengalaman perdjuangan melawan alam untuk mentju
kupi kebutuhan hidup dan melindungi diri atau kaum daripada bahaja;
kedua, pengalaman perdjuangan mengatur perikehidupan bersama,
memupuk integrasi, mentjegah desintegrasi, untuk mentjukupi kebu
tuhan hidup tersebut;
ketiga, pengalaman perikehidupan spirituil jang mengandung keja
kinan atau kepertjajaan tentang adanja ikatan antara manusia dan
kekuatan gaib nonphenomenal jang menurut pendapat mereka me
nentukan, mengatur atau sekurangkurangnja besar sekali pengaruh
nja pada nasibperikehidupan lahirbatin mereka, entah kekuatan gaib
ini dinamakan Tuhan, atau Allah, atau jang Manon, atau Dewa atau
machlukmachluk nonphenomenal jang dianggapnja ada dan hidup di
segala tempat dikeliling mereka, jang dapat melindungi atau mengan
tjam keselamatan mereka dan kekal sangkutpautnja dengan kekuat
ankekuatan alam dalam arti jang luas.
Dalam garis besarnja terdapatlah sifatsifat sbb.:
1. Komunal, bahwa setiap orang merupakan bagian dari kehidupan
bersama, bahwa semuanja ditudjukan pada kepentingan bersama,
adanja solidaritet sebagai kesatuan.
Sifat komunal ini bersumber pada dua faktor, jaitu :
(a) kelompokkelompok bangsa jang pertamatama datang di
Indonesia.
(b) keadaan dan alam sekitarnja jang ada pada waktu itu. Ke
lompokkelompok bangsa tadi dalam menghadapi keadaan
dan alam waktu itu bersamasama menghadapi binatang
buas dan serangan dari luar dengan mendirikan rumah besar
bersamasama, mendiaminja bersamasama dan memilikinja
bersama (sisasisa di Mentawai, Kalimantan Tengah), me
ngerdjakan tanah bersama, memilikinja bersama (sisasisa
tanah komunal).
2. Kekeluargaan, bahwa bangsa Indonesia asalnja satu, jang kemu
dian tersebar diseluruh kepulauan. Namun demikian, sifat keke
luargaan bukanlah rasa kesukuan.
Tjiritjiri kekeluargaan antara lain ialah :
(a). adanja kepentingan bersama, dimana tiap2 anggota keluarga
tidak mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan djuga
anggota lainnja.
(b). adanja tudjuan bersama : kebahagiaan keluargalah jang
mendjadi tudjuan utama.
(c). adanja pembagian fungsi didalam keluarga, dimana kepala
keluarga membimbing, ada jang dibimbing ada pula jang
membantu bimbingan dalam rangka kebahagiaan keluarga.
1013
3.
4.
(d). tak mengenal pamrih atau hitungmemperhitungkan: meme
lihara anak adalah kewadjiban dan bukan untuk mengambil
keuntungan dirinja.
(e). adanja perhubungan atau pergaulan jang diliputi oleh pel
bagai rasa kasih, tjinta, djudjur, dsb.
Kerdjasama : ini adalah karena sit at kekeluargaan, jang tak
mengenal tjaratjara persaingan dan karena keadaan dan alam
(menebang hutan dsb.) tak mungkin dihadapi sendiri, tetapi ha
rus dengan tjara kerdjasama.
Sifat sabar, ialah bahwa pada waktu itu dan selandjutnja segala
usaha dan kegiatan masih tergantung pada alam (pengolahan
tanah jang tergantung pada air) dimana masingmasing merupa
kan faktor jang membatasi kegiatan, kalau datang musimnja, be
kerdja; kalau belum, mereka menunggu sadja.
Dan demikian inilah selandjutnja mempengaruhi kehidupan
jang dapat menimbulkan kesabaran (karena terlatih). .
Untuk mendapatkan gambaran jang agak djelas tentang sifat
sifat tersebut diatas, dibawah ini disadjikan beberapa tjontoh ke
hidupan jang sekarang umumnja masih terdapat didesadesa dan
tempattempat jang terpentjil sebagai pentjerminan dari sifat
sifat tersebut :
(a). Hal sambatan. Didesadesa, kalau orang hendak mendirikan
sebuah rumah, orang itu tidak menjewa tukangtukang untuk
mengerdjakannja tetapi dengan tjara meminta pertolongan
kepada tetanggatetangganja. Orang lakilaki membantu
mendirikan rumahnja, wanita membantu memasak untuk
memberi makan kepada mereka jang sedang bekerdja.
Anakanak membantu pekerdjaan2 jang ringan.
(b). Dalam peralatan. Disini segala sesuatu dikerdjakan bersama
sama, tidak hanja kaum keluarga orang jang sedang mem
punjai peralatan, tetapi djuga oleh tetanggatetangganja. Is
tilah bahasa Djawa „rewang” bagi orang jang bekerdja pada
peralatan ini, menundjukkan bahwa kedatangan mereka pa
da peralatan ini bukan untuk „djagong” tetapi terutama
ingin ikut menolong orang jang sedang menjelenggarakan
peralatan.
(c). Sumbangan. Didesadesa sumbangan orang jang sedang
mempunjai peralatan biasanja berupa uang atau bahanbahan
mentah, seperti beras, kelapa, sajuran dan sebagainja. Tu
djuan daripada memberikan sumbangan ini adalah bukan
untuk memberikan suatu tanda mata atau kenangkenangan
kepada jang berkepentingan tetapi sekedar ikut meringankan
beban orang jang sedang menjelenggarakan peralatan ini.
Keadaan sematjam ini terdapat djuga pada orang jang se
dang mengalami kematian salah seorang anggota keluarga
nja.
(d). Pada kematian. Disitu dapat dilihat adanja bermatjam upa
tjara jang kadangkadang, kalau ditindjau dari segi sosial
ekonomis, adalah kurang rasionil.
1014
(e). Dalam mengerdjakan sawah. Mulai dari menjiapkan tanah
nja sampai menuai hasilnja biasanja dikerdjakan bersama
dengan mendapat pertolongan dari tetangganja. Bantuan ini
adalah merupakan bantuan jang timbalbalik, artinja orang
jang pada suatu ketika mendapat bantuan, harus sanggup
pula membantu tetangganja kalau tetangganja ini meminta
bantuan dikemudian hari.
(f). Keluarga jang mampu menampung saudarasaudaranja jang
kurang berada. Keadaan sematjam ini sering menjimpang
dari tudjuan, karena hal ini menimbulkan kemalasan pada
orang jang ditolong. Mereka lalu kurang berusaha. Sudah
barang tentu sifatsifat dan tjara hidup sematjam itu di
pengaruhi oleh kondisikondisi sosialhistoris. Selama masja
rakat masih bersifat agraris, maka banjak sifatsifat tersebut
masih akan terdapat, sungguhpun bentukbentuknja akan
berbedabeda.
1.
2.
c. Pengaruhpengaruh dari luar terhadap pandangan hidup dan
sikap hidup Rakjat Indonesia
Pengaruhpengaruh kedatangan agamaagama Hindu, Budha,
Islam dan Kristen
Sikap hidup jang diliputi oleh sifat toleransi dan kesabaran
mengakibatkan terdjadinja inkorporasi dari pengaruh berbagai
agama itu mendjadi satu sistim kepertjajaan. Jang berbeda pada
hakekatnja adalah „formal ritual”. Dari semua agama diambil
kesimpulan jang sama : hendak menundjukkan djalan kepada ma
nusia bagaimana dapat hidup baik menurut normanorma dan
nilainilai jang ada pada masjarakat. Selandjutnja pandangan
hidup pada pokoknja berdasarkan atas kepertjajaan terhadap
Tuhan, sedang manusia selama hidup didunia ini harus dapat
mengumpulkan amal agar di hari kemudian kembali pada Tuhan.
Djadi pada dasarnja agamaagama dari luar tidak mengubah
pandangan spiritual Bangsa Indonesia bahkan menjuburkan jang
sudah ada dahulu.
Sinkretisme Indonesia ruparupanja mendjadi dasar adanja
daja penjesuaian dari jang besar (incasseringsvermogen, absor
beringsvermogen, aanpassingsvermogen).
Pengaruhpengaruh ini terutama terbatas dikotakota atau
sekeliling istanaistana radja. Tetapi didesadesa, terutama jang
berdjauhan dari kota dan terpentjil, pengaruhpengaruh dari luar
hampir tak nampak.
Pengaruhpengaruh keradjaan dan susunan masjarakat feodal
Di Eropah dalam masjarakat feodal, kekuasaan ada ditangan
klas feodal jang terdini dari radjaradja jang hidup diistana, go
longan bangsawan dan kerabat lainnja. Dasar kekuasaan klas
feodal adalah milik tanah, dimana kaum petani dipaksa menjewa
tanah itu dengan sjaratsjarat jang ditentukan oleh tuan tanah.
Untuk memperkokoh kekuasaannja, radja membagibagi ta
nah kepada alatalat kekuasaan negara, jang kemudian didjadi
kan miliknja turuntemurun.
1015
Tanah jang dibagikan dengan sjaratsjarat itu dinamakan
feodum.
Dari sini berasal penanaman sistim masjarakat baru itu, ja
itu feodalisme.
Di Indonesia kita harus memperbedakan antara hukum adat
radja (vorsten adatrecht) dan hukum adat rakjat (volksadat
recht).
Menurut hukum adat rakjat, maka radja tidak mempunjai
hak terhadap tanah setjara langsung. Radja hanja mempunjai
hak untuk memungut padjak (sebagian daripada hasil tanah/
panen, jang biasanja berdjumlah 1/5 — 2/5 bagian dari panen)
dan mengerahkan tenaga rakjat (karighadji atau gugurgunung).
Para pedjabat daerah diberikan lungguh (apanage) oleh ra
dja, jaitu hak radja diserahkan kepada pedjabatpedjabat tadi,
sehingga para pendjabat daerah itu mempunjai hak memungut
padjak dan mengerahkan tenaga rakjat.
Kemudian terdjadi penjalahgunaan (usurpatie) oleh para ra
dja dan pedjabat2 daerah itu. Dengan djalan ini maka timbullah
hak milik radja dan pedjabat2 daerah itu terhadap tanah; rakjat
hanja mempunjai hak pakai atas milik radja dan hak milik pe
djabat2 daerah.
Sampai dengan petjahnja Revolusi '45, dapat kita rasakan
dengan njata adanja perbedaan antara golongan „ningrat” (kaum
kerabat radja) dan golongan „wong tjilik”, golongan orang jang
biasa.
Perbedaan ini lebih djelas nampak didaerahdaerah dimana
keradjaan masih tetap ada seperti di Jogja, Solo, Tjirebon, Bali,
Deli dan tempattempat jang lain. Perbedaan ini dengan mudah
dapat diketahui karena antara kedua golongan ini terdapat per
bedaan hak dan kewadjiban jang harus mereka lakukan.
Perbedaan stratifikasi sosial ini menimbulkan perbedaan
mentalita antara kedua masjarakat ini. Baik mentalita golongan
ningrat maupun mentalita golongan orang biasa meninggalkan
djedjaknja dalam kehidupan masjarakat Indonesia pada dewasa
ini. Dengan singkat mentalita tiaptiap golongan ini dapat diru
muskan sebagai berikut :
(a). Golongan ningrat:
Pada golongan ini terdapat sifat jang ingin mempertahan
kan kedudukan dan kewibawaannja jang ada. Untuk keeper
luan ini dipergunakanlah kepertjajaan rakjat atas tjeritera
tjeritera atau mythe jang menundjukkan bahwa radja ada
lah bukan orang biasa, tetapi keturunan dewadewa atau
utusan Tuhan.
Untuk dapat mendjadi ratu harus mendapatkan suatu wahju.
Tanpa wahju ini maka kewadjibannja akan hilang; Radja
adalah bukan sembarangan orang. Pandangan sematjam ini
mempengaruhi tjara berfikir baik dalam golongan ningrat
sendiri, maupun dalam golongan rakjat biasa.
1016
Dengan menjalahgunakan alam fikiran rakjat tadi, golongan
ningrat mendjaga agar rakjat tetap pertjaja dan mendjun
djung tinggi segala perintah jang datang dari golongan
ningrat.
(b). Golongan rakjat biasa :
Dengan indoktrinasi jang berlangsung setjara turuntemurun,
maka lebih tertanamlah dalam diri golongan bawahan sifat
„nrima”; dikatakannja bahwa kedudukankedudukan bagi
kaum ningrat itu bukan untuk dirinja. Mereka tunduk dan
patuh akan segala perintah jang datang dari golongan atasan.
Mereka berpendapat bahwa pelanggaranpelanggaran jang
dilakukan mereka akan memberikan sengsara pada dirinja,
meski andaikata pelanggaran itu tak ada jang mengetahuinja.
Kalau kita lihat dalam sedjarah, maka nampak bahwa go
longan rakjat biasa sebenarnja tidak „nrima” begitu sadja.
Mereka menghendaki terdjadinja „social mobility” keatas.
„Upward Social mobility” ini tidak dikehendaki oleh go
longan kaum ningrat karena kalau terdjadi, hal itu akan
mengantjam kedudukannja.
Tetapi sajang sekali orang jang telah berhasil mengadakan
„upward social mobility” ini, kemudian terpengaruh lagi
oleh susunan masjarakat feodal dan oleh pandangan serta
tjara hidup golongan ningrat itu, sehingga dengan demikian
susunan masjarakat itu pada dasarnja masih tetap.
Tjontoh usaha untuk mengadakan „upward social mobility”
ini misalnja jang dilakukan oleh Ken Arok, Djaka Tingkir,
Kiageng Pamanahan dan sebagainja.
Sedjarah menundjukkan, bahwa keradjaankeradjaan di In
donesia tumbuh dan runtuh, silih berganti. Djuga feodalisme
mempunjai tjita2, terbukti pada tulisantulisan misalnja da
lam buku Paku Buwono keIV tentang Wulang Reh dan da
lam Nitisastra jang memberikan peladjaranpeladjaran atau
adjaranadjaran tentang wadjib hormat kepada orang tua,
mertua, saudara tua, guru dan ratu.
Sifatsifat pada golongan ningrat beserta pegawai 2 dalam
lingkungan istana, a.l. ialah : rasa tinggi, sifat gegabah, me
rasa dirinja lebih tinggi dari pada golongan biasa. Adanja
hakhak jang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan
rakjat biasa memperbesar rasarasa kebanggaan diri. Aki
batnja kelemahankelemahan jang terdapat pada diri go
longan atasan ini tertutup. Akibat jang lebih buruk lagi ia
lah mereka tak dapat hidup setjara wadjar. Mereka selalu
berketjimpung dalam alam kesenangan dan dalam keadaan
jang serba mudah. Hal ini menjebabkan kurang kemampuan
pada mereka untuk menghadapi kesukarankesukaran. Aki
batnja pada dewasa ini banjak keturunan golongan ningrat
jang terlantar hidupnja.
1017
Sebaliknja sifat „prima” jang berlebihlebihan jang ditanam
kan pada golongan rakjat biasa akan mematikan segala ke
mauannja untuk berusaha. Untuk memberikan keputusan
pada dirinja sendiri ditjarilah djalan keluar dengan mengi
damngidamkan kedjadian jang diramalkan dalam ramalan
Djojobojo dsb. Keadaan ini memberikan kemalasan berusaha
mereka.
3.
Pengaruh zaman pendjadjahan dan sistim kapitalisme
Sesuai dengan hal jang telah diutarakan dimuka bahwa jang
penting dan jang perlu kita bahas adalah — akibatakibat pen
djadjahan dan kapitalisme pada mentalita rakjat Indonesia, maka
pembahasan dibawah nanti berkisar pada akibatakibat psychis
jang timbul karena adanja pendjadjahan tersebut.
Berturutturut akan kami kemukakan akibatakibat pendja
djahan jang terdapat pada rakjat Indonesia selama pendjadjahan
Belanda selama tiga setengah abad, dan pendjadjahan Djepang
jang meneruskan berlangsungnja pendjadjahan itu.
(a). Sifatsifat chusus dan akibatakibat imperialisme Belanda
Untuk dapat mengadakan eksploitasi ekonomi sebesarbe
sarnja, maka kaum kolonialis Belanda memelihara dan
menggunakan sistim feodal jang berlangsung di Indonesia.
Untuk mendjamin kelangsungan kekuasaan mereka, dilak
sanakan tindakantindakan antara lain :
(1). Memetjah belah : Akibat dari politik pemetjah belah ini
ialah memperkuat dan mempertebal rasa kesukuan dan
menghalanghalangi tumbuhnja rasa kebangsaan.
(2). Pembangunan jang tidak merata : Tindakan ini adalah
salah satu tindakan untuk mengintensifkan politik pe
metjah belah. Pembangunan jang disentralisasikan di
Djawa ini menimbulkan sifat iri pada penduduk dike
pulauan jang lain. Persaingan negatip timbul diantara
sukusuku bangsa. Akibatnja melemahkan djuga rasa
kebangsaan.
(3). Merendahkan taraf kehidupan bangsa Indonesia
Usaha jang didjalankan dengan memberikan propagan
da bahwa orang Indonesia dapat hidup dengan uang dua
setengah sen sehari. Akibat sematjam ini adalah mema
tikan daja tjipta untuk meningkatkan lebih tinggi taraf
kehidupannja. Dynamica dan achievement motive pada
rakjat mendjadi berkurang.
(4). Sistim pendidikan dilaksanakan dengan maksud mela
tih pegawaipegawai jang patuh terhadap pemerintahan
pendjadjahan. Usahausaha dalam lapangan ini dilaku
kan dengan berbagai tjara. Akibat dari pendidikan pen
djadjahan ini maka daja tjipta rakjat hampir tidak ada.
Rasa kurang harga diri tartanam dalamdalam didalam
sanubari rakjat. Semuanja ini merupakan penghalang
jang besar bagi Usahausaha kearah kemerdekaan.
1018
(b). Sifatsifat chusus dan akibatakibat imperialisme Djepang :
Eksploitasi tenaga dan sumbersumber kekajaan di Indone
sia dilaksanakan untuk mendjamin kekuasaan militer bala
tentara Dai Nippon. Untuk maksud tersebut segala matjam
usaha dan tjara dipergunakan.
(1). Eksploitasi tenaga manusia, dengan sistim „romusha”
Sistim ini demikian negatip pengaruhnja, sehingga usa
hausaha pemerintah pada dewasa itu, jang didjalankan
dengan kekerasan, diterima oleh rakjat dengan asosiasi
dengan romusha.
Usahausaha transmigrasi menimbulkan sikap jang ne
gatip sebagai akibat romusharomusha ini.
(2). Eksploitasi barangbarang dan kemakmuran
Akibat dari tindakan Djepang ini menimbulkan sikap
jang negatip terhadap usahausaha sekarang ini seperti
kooperasi, ohligasi jang dikeluarkan oleh Pemerintah
dan sebagainja. Mereka chawatir kalaukalau akan me
ngalami keadaan jang pahit seperti pada djaman Dje
pang itu.
(3). Militerisme, jang dilaksanakan dengan serba perintah
dan paksa. Akibat negatip adalah timbulnja prasangka
dan rasa tidak senang terhadap methode pemerintahan
dengan kekerasan.
Kelak akan kita ketahui bahwa djustru penindasan dan
penderitaan jang besar ini menimbulkan djiwa berontak
dan djiwa pendobrak jang besar pada Revolusi 1945,
dengan keberanian dan ketangkasan jang telah terlatih
selama itu.
4.
Pengaruh teknologi modern dan aliranaliran fikiran baru
Sedjak pertengahan abad ke 19 pengetahuan alam berkem
bang begitu pesatnja. Dengan berkembangnja pengetahuan listrik
maka mulailah diketemukan alat2 modern, baik jang biasa dipa
kai orang dalam kehidupan seharihari maupun alat2 modern jang
hanja dipergunakan oleh ahliahli jang bekerdja didalam pabrik
pabrik dan laboratoriumlaboratorium.
Dengan penemuanpenemuan baru seperti telepon, telegrap,
radio dan sebagainja dengan sendirinja akan mengubah pula
tjara berfikir orangorang. Hanja sekarang timbul persoalan sam
pai dimana pengaruh teknologi modern ini terhadap perkem
bangan mentalita rakjat Indonesia.
Untuk dapat menggambarkan betapa pengaruh teknologi
modern ini terhadap mentalita rakjat Indonesia maka sebaiknja
tindjauan kita dibagi atas dua bagian jakni:
(a). pengaruh teknologi modern ini terhadap orang didesadesa.
(b). pengaruh teknologi modern terhadap masjarakat kota dan
chususnja terhadap golongan inteligensia.
Pembagian atas golongangolongan masjarakat ini diadakan
1019
karena pengaruh teknologi modern ini tidak lama pada tiap2
golongan.
(a). Pengaruh teknologi modern terhadap didesa
Dapat dikatakan bahwa sampai dewasa ini pengaruh tekno
logi modern kurang dirasakan oleh golongan ini. Kehidupan
mereka seharihari masih selalu diliputi oleh keadaankeada
an dan alatalat jang masih sederhana. Suatu hal jang mung
kin dapat mempengaruhi mentalita mereka adalah adanja
alat2 perhubungan modern, jang pada umumnja telah ada
dimana sadja.
Adanja alat perhubungan jang modern ini sedikit banjak
mengubah pandangan mereka jang negatip misalnja sifat
jang tidak mau berpisah dari desanja. Tersebarnja radio2
rimbu didesa2 sedikit banjak membawa perobahan djuga
dalam tjara mereka berpikir sungguhpun harus ditekankan
bahwa setjara kualitatip pengaruh tersebut boleh dikatakan
masih minimum.
(b). Pengaruh teknologi modern terhadap masjarakat kota
Sebagian besar masjarakat kota dapat merasakan akibat
adanja teknologi jang modern. Tetapi perobahan mentalita
jang tegas belum dapat diamati disini. Pada umumnja mere
ka menganggap teknologi modern ini sebagai suatu alat un
tuk menjenangkan hidup, misalnja radio, telepon, mobil dsb.
Akibat dari pada kenjataan bahwa lebih banjak terdapat
alat sebagai hasil teknologi modern dikota dari pada didesa,
ialah suatu pandangan bahwa masjarakat desa lebih rendah
dari pada masjarakat kota.
Timbul keinginan pada orang2 untuk bertempat tinggal di
kota. Tjontohnja peladjar jang telah dapat menjelesaikan pe
ladjarannja selalu mentjari pekerdjaan dikota. Pengaruh tek
nologi modern ini baru terasa dan disadari oleh golongan
intelegensia. Mereka dapat mempergunakan dengan semes
tinja perkembangan teknologi. modern ini dan ini mempunjai
pengaruh dinamis terhadap tjara mereka berfikir.
Bahwa alat2 sebagai hasil teknologi modern mempunjai arti
jang sangat besar untuk mengadakan perubahan mentalitet
rakjat telah disadari oleh siapapun. Orang mempergunakan
koran, radio, dan T.V. (diluar negeri) untuk keperluan2 pro
paganda dan penerangan serta pendidikan. Alat2 jang mo
dern ini membantu mendjelaskan keterangan2 kepada orang2
jang membutuhkan.
c. Pengaruh aliran2 fikiran baru
Bersamasama dengan teknologi modern, masuk pula aliran2 pi
kiran baru dengan perantaraan pers, literatur, dan sebagainja.
Pengertian seperti nasionalisme, demokrasi, marxisme, dan lain2
telah mempengaruhi pula pergerakan kebangsaan di Indonesia.
Berhubung dengan pada masa pendjadjahan tiada kebebasan da
lam menganut segala aliran jang ada, maka serentak kemerdekaan
diproklamasikan, timbullah suatu dorongan untuk melepaskan ke
1020
kangankekangan ini. Maka dapat dikatakan bahwa segala matjam
aliran tumbuh dengan subur pada masa itu. Bermatjam² partai jang
memiliki paham dasar jang berbeda berkembang dengan tjepat dima
na sadja. Tidak hanja aliran fikiran ini jang terbatas dalam kedunia
wian, tetapi djuga dalam alam methaphysis. Kita melihat timbulnja
beranekaragam agama dan kepertjajaan baru. Sifat negatip kebebas
san dalam menganut aliran baru ini menimbulkan pertentangan an
tara golongan. Golongan jang satu mentjela golongan jang lain. Me
reka menjalahgunakan kebebasan dalam menganut faham ini sehing
ga menimbulkan kekatjauan. Dalam pada itu nampak pula bahwa
aliran2 pikiran jang menjatuhkan diri dengan alam pikiran, tjita2 dan
perasaan jang hidup dikalangan rakjat, mempunjai pengaruh jang be
sar pula.
d.
Perobahan2 mental jang terdjadi sesudah revolusi 1945
Struktur masjarakat sebagai akibat adanja pendjadjahan sedikit
banjak mempengaruhi tjara berfikir rakjat Indonesia, walaupun
pengaruh itu rupanja tidak merata.
Gedjala jang menundjukkan tjara berpikir jang individualistis
nampak disanasini, terutama dikota dimana pengaruh Barat nampak
djauh lebih kuat djika dibandingkan dengan masjarakat desa. Tetapi
pada umumnja tjara hidup dan berpikir rakjat jang aseli dalam la
pangan politik, ekonomi dan sosial masih dapat dilihat didesa. Sistim
demokrasi aseli (musjawarah), sebagian besar masih tetap berlaku
sebagai bentuk adatistiadat. Tjara hidup gotongrojong masih nam
pak dengan njata, walaupun dikota semangat gotongrojong ini sudah
pudar.
Tetapi dengan adanja revolusi 1945, maka rupa2nja sifat2 jang
individualistis jang terdapat pada masjarakat kota dan jang mem
pengaruhi tjara2 mereka berfikir, berubah karena arus revolusi. Dji
wa kesadaran nasional jang telah ditanamkan oleh pemimpin2 rakjat
sedjak pendjadjahan mentjapai kulminasinja pada dewasa itu. Kesa
daran berbangsa, bernegara makin bergelora, kesadaran akan harga
diri timbul kembali. Tjita2 untuk menggalang negara jang adil, mak
mur dan bermoral tinggi merupakan ideal bagi sebagian besar putera
Indonesia, mendjadi impian bagi setiap golongan, mendjadi harapan
segala lapisan masjarakat.
Djiwa bersatu makin kuat, rasa kedjarahan terdorong kebelakang
dalam suasana perdjoangan bersendjata melawan Belanda. Tjita2 un
tuk membentuk masjarakat Indonesia jang loh djinawi, adil para
marta didengungkan dimana2 jang kemudian dirumuskan dalam
U.U.D. jang beralaskan Pantja Sila. Petani jang dulu terpendam kini
muntjul, daja kreasi rakjat nampak disegala lapangan. Semangat go
tongrojong timbul kembali. Rakjat desa jang setjara relatip biasanja
statis, berubah menudju kearah dinamis.
e.
Penjelewengan2 dari revolusi sesudah tahun 1950
Kalau masa antara 1945 dan 1950 diberi djulukan masa pendo
brak dan masa penuh idealisme, maka masa sesudah 1950 merupakan
1021
masa pelaksanaan, jakni masa pelaksanaan tentang apa jang kita
idam²kan. Tetapi dalam pelaksanaannja rupanja banjak terdapat pe
njelewengan dalam berbagai lapangan baik politik, ekonomi, maupun
sosial dalam bentuk2 jang bermatjam² pula. Kalau selama revolusi
kita mengharapkan Pantja Sila sebagai pelita untuk membangun ma
sjarakat, untuk mentjiptakan masjarakat jang adil dan makmur, te
tapi sesudah tahun 1950 Pantja Sila dipergunakan sebagai alat untuk
mentjari pengaruh.
Dalam tjita2 membela demokrasi sosial, tetapi dalam praktek
menudju demokrasi liberal. Dalam teori membela kepentingan umum
tetapi dalam praktek memupuk kepentingan golongan dan perse
orangan. Partai bukan tempat penjalur suara rakjat sebaik2nja, akan
tetapi malah merupakan tempat untuk mentjari pangkat dan kedu
dukan. Dalam teori bertindak sebagai pembela agama, tetapi dalam
praktek mendjadi pentjatut agama. Dan masih banjak lagi sifat penje
lewengan ini. Akibat dari keadaan tersebut timbul keadaan jang tidak
baik, diantaranja :
1. Sebagian besar rakjat mendjadi bersifat apatis. Rentjana2 dan
usaha2 jang diadjukan oleh Pemerintah diterima dengan sikap
jang dingin.
2. Timbul rasa tidak puas disanasini. Ketidakpuasan ini dipakai
sebagai alasan untuk pemberontakan. Hal ini menjebabkan rasa
pertjaja kepada Pemerintah mendjadi berkurang.
3. Timbulnja demoralisasi dan mementingkan diri sendiri menje
babkan adanja korupsi disanasini. Korupsi meradjalela, karena
tiada petugas jang dapat dipertjaja untuk melaksanakan penga
wasan. Djustru mereka jang diberi tugas mengadakan pengon
trolan melakukan tindakan2 jang tidak benar, (seakan2 mem
benarkan sembojan, bahwa dalam „djaman edan, sing hora melu
hora keduman”).
4. Timbul provinsialisme dan rasa kesukuan jang dihiduphidup
kan oleh golongangolongan tertentu untuk maksudmaksud po
litik tertentu.
Usaha kembali pada kepribadian bangsa Indonesia
Dapat dikemukakan, bahwa usaha untuk mengatasi kesulitan
dan usaha untuk kembali membentuk kepribadian bangsa Indonesia
diantaranja adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan dan mempertebal kesadaran nasional.
Membangkitkan dan memupuk rasa kebangsaan, misalnja dalam
soal kebudajaan dan kesenian chususnja. Hendaknja mengusaha
kan agar timbul rasa untuk menghargai kebudajaan/kesenian
nasional.
Hal ini hanja mungkin kalau mereka kenal betul2 akan kebu
dajaan ini. Disamping itu perlu dilakukan penjaringan 2 terhadap
pengaruh jang masuk melalui batjaan2.
2. Menjadari penjelewengan2 ini dan meninggalkannja dengan rela
serta bersedia untuk memperbaiki keadaan jang tidak baik.
3. Para pemimpin hendaknja djudjur, sederhana dan berdjiwa besar
f.
1022
dan mendjadi tjontoh dalam mentaati terlaksananja peraturan
peraturan.
4. Membawa rakjat kearah pembentukan pribadi bangsa Indonesia
jang memiliki :
(a). sifat kekeluargaan
(b). djiwa persatuan
(c). keichlasan berkorban untuk bangsa dan negara
(d). kesederhanaan dalam segala kehidupan dan mendjauhkan
diri dari kemewahan jang berlebih2an
(e). adanja toleransi.
5. Membangkitkan kegembiraan bekerdja dengan api idealisme.
Usaha2 diatas baik kiranja kalau dapat dikerdjakan dengan se
rentak dan dimulai dengan ikut sertanja lapisan atas atau para
pemimpin. Kepribadian bangsa Indonesia djustru masih ada
pada rakjat didesa2. Jang banjak meninggalkan sifat2
kepribadian bangsa Indonesia djustru kalangan masjarakat
lapisan atas atau para pemimpin jang kebanjakan dapat
merumuskan tjara2 serta djalannja tetapi tidak menghiraukan
pelaksanaannja.
Setelah diatas diberikan gambaran mengenai situasi mental Rak
jat Indonesia setjara keseluruhan, dibawah ini akan ditjoba un
tuk memberikan pendjelasan mengenai situasi mental menurut
penggolongan sosial :
a. Golongan Inteligensia (atas dan menengah).
b. Golongan Pegawai.
c. Golongan Guru.
d. Golongan Pengusaha Nasional.
e. Golongan Buruh.
f. Golongan Tani.
g. Golongan Pemuda.
h. Golongan Wanita.
§ 886. Situasi mental menurut penggolongan
sosial a.
Golongan inteligensia
Jang dimaksud dengan golongan ini ialah mereka jang memper
oleh pendidikan tinggi dan oleh karena itu dapat berfikir setjara ilmiah
dengan mempergunakan ratio.
Tjara berfikir setjara ilmiah/rasionil ini merupakan sesuatu jang
baru bagi kita di Indonesia, karena sebelumnja kebudajaan kita lebih
menekankan pada soal2 spirituil. Tjara berfikir setjara rasionil ini ada
lah hasil kehidupan kebudajaan di Barat, dimana telah tertjapai
har.moni antara tjara berfikir setjara rasionil itu dengan dasar 2
kehidupan kebudajaan bangsa2 Barat itu.
Tetapi di Indonesia dengan penerimaan tjara berfikir memakai
ratio itu, tidak tertjapai hubungan jang harmonis dengan dasardasar
kehidupan kebudajaan Bangsa Indonesia.
Pada masa pendjadjahan dasar2 kebudajaan kita mengalami tin
dakantindakan jang sangat merugikan dari fihak pendjadjah dan dji
wa kita diarahkan kepada menikmati kebudajaan Barat jang sesung
guhnja tidak sesuai dan tidak dapat dirasakan oleh djiwa kita, bah
1023
kan sebaliknja hal itu membuat kita memandang rendah atau atjuh
takatjuh terhadap kebudajaan kita sendiri. Dengan demikian keadaan
itu mentjiptakan ketidakseimbangan (tiada harmoni) dalam kehidupan
Bangsa Indonesia. Pendidikan dari sekolah rendah sampai perguruan
tinggi jang diberikan oleh pemerintah kolonial bersifat terlampau in
telektualistis, sehingga pendidikan itu menghasilkan orang2 jang ter
asing dari suasana hidup Rakjat Indonesia jang sebenarnja dan me
reka hanja dapat hidup dikotakota; mereka tidak lagi dapat menje
suaikan dirinja dengan kehidupan didesa. Dasar kehidupan di Barat
pada umumnja individualistis, materialists, kapitalistis, liberalistis,
intelektualistis, sedang di Timur dasar kehidupan pada umumnja ia
lah bersifat kollektivistis, sosialistis, kekeluargaan, mementingkan
kerukunan dan soalsoal jang terletak dalam bidang spirituil.
Mereka jang dapat menerima tjara berpikir dengan ratio dan da
pat mengharmonikan diri dengan alam kehidupan kebudajaan bangsa
Indonesia, merekalah jang dapat digolongkan sebagai penjadar ke
bangsaan dan mereka inilah pada umumnja melihat hari kemudian.
Bangsanja jang suram dan achirnja mendjadi pemimpinpemimpin ke
bangsaan. Diantara orang2 ini jang masih hidup dalam ingatan rak
jat Indonesia ialah Ki Hadjar Dewantoro, Dr. Soetomo, H.A. Salim,
H.O.S. Tjokroaminoto, Dr. Tjipto Mangunkusumo dll.nja. Mereka ini
semuanja adalah inteligensia, tetapi mempunjai sifatsifat jang luhur,
keberanian, djudjur, sederhana dalam hidup, berani bertanggungdja
wab atas tindakan mereka, mempunjai budi luhur bersifat pengabdi
an, kebersihan djiwa. Sifatsifat inilah jang dihormati oleh rakjat dan
jang mempunjai pengaruh magis pada rakjat. Semua ini adalah sifat
sifat jang mempunjai dasar spirituil jang kuat berdasarkan kemanusia
an dan mengatasi batasbatas golongan. Dan mereka inilah jang sudah
mendapatkan pegangan jang pasti dan tertentu. Tetapi mereka jang
dapat didikan Barat tetapi belum dapat mengharmonikan diri dengan
alam kehidupan bangsa sendiri, pada umumnja memperoleh
pandangan jang individualistis dan djauh dari alam sekelilingnja,
mentjari kekajaan kadang2 dengan tiara jang tidak wadjar dan meru
gikan masjarakat. Disinilah ratio disalahgunakan dengan tidak me
ngenal susila, melakukan pemerasan dengan tidak ada batasnja. Di
sebabkan pula oleh kenjataan bahwa kepandaian otak memberi ke
suburan dan kebaikan hidup pada peradaban barat maka djalannja
pengaruh sifat intelektualistis ini pada masjarakat kita pesat sekali,
sehingga keadaan kehidupan kebudajaan kita jang lebih spirituil si
fatnja kadangkadang terdesak.
Persatuan jang baik antara kaum inteligensia pada waktu revo
lusi untuk membebaskan diri dari pendjadjahan achirnja petjah sesu
dah kemerdekaan tertjapai. Lalu muntjullah sampai sekarang antara
kita sendiri keruwetankeruwetan, jang mengganggu kestabilan dan
ketenangan hidup kita, diikuti dengan krisis moril dan kebingungan
dan kemudian timbul keinginan untuk menindjau kembali keadaan
pengaruh itu pada diri kita sendiri; sifat jang terlalu intelektualistis
dengan tidak ada dasar perasaan susila menjebabkan moral merosot.
Penindjauan menimbulkan hasrat untuk kembali pada kepribadian
1024
bangsa Indonesia sendiri jang mengarah pada keseimbangan hidup
spirituil dan materlil, jang berarti harus ada „mental retooling” dan
djuga retooling dalam pendidikan.
Tjatatan : Kemadjuan tehnik dalam kehidupan Barat diimbangi
djiwa senjawa dengan tehnik itu. Mereka menemukan, merasakan dan
mempergunakannja. Tetapi kita di Indonesia baru sampai pada ting
kat menerima jang sudah selesai, belum sampai tarap mensenjawa
kan djiwa kita pada tehnik itu.
Golongan pegawai
Didalam menindjau keadaan mentalita pegawai sekarang, kita
mulai dengan mempeladjari keadaankeadaan suasana jang menje
babkan atau mempengaruhi mereka dalam bertindak. Unsur2 jang ne
gatip jang kita uraikan dibawah ini adalah sebenarnja jang menje
babkan keadaan jang suram seperti sekarang ini dibidang kepega
waian.
1.
Birokrasi
Birokrasi adalah baik untuk melantjarkan pekerdjaan djika
birokrasi itu dilakukan setjara tepat. Tetapi di Indonesia sifat
birokrasi ini adalah berlebih2an sehingga pekerdjaan kantor
mendjadi matjet. Keadaan masjarakat sekarang memperlihatkan
gerak kemadjuan jang lebih dinamis daripada masjarakat pada
waktu djaman djadjahan. Birokrasi jang berlebihlebihan ini, ia
lah oleh karena keypositions pada umumnja adalah ditangan
mereka jang tidak mempunjai dasar pendidikan jang luas dan
tidak akademis; jang terbanjak ialah pegawai menengah dan ren
dahan jang sudah terlatih dalam pekerdjaan routine; birokrasi
sematjam ini adalah baik kalau dipandang dari sudut sipendja
djah. Tetapi waktu pendudukan Djepang mereka ini naik tang
gungdjawabnja atau kedudukannja, oleh karena tidak tjukup
tersedia tenaga2 jang memenuhi sjarat. Waktu Indonesia merde
ka mereka naik lagi kedudukannja, karena sebabsebab jang sa
ma (tenaga akademis, masih sedikit sekali). Oleh karena sebab
sebab itu achirnja birokrasi berlebihlebihan.
2.
P.G.P. dan P.G.P.N.
Mentalita pegawai djuga terganggu oleh karena sistim
P.G.P. dan P.G.P.N.
(a). Gadji tidak mentjukupi kebutuhan hidup para pegawai, se
hingga pikiran mereka gelisah dan pekerdjaan mereka ter
ganggu.
(b). Djuga penilaian atas dasar idjazah2 menimbulkan gangguan
kestabilan pegawai2 (termasuk guru2) terutama jang dari
dahulu sudah bekerdja dan djuga jang turut dalam revolusi,
tetapi oleh karena keadaan tidak dapat melandjutkan seko
lahnja sehingga tetap ketinggalan. Lagi pula akademisi jang
baru menjebabkan timbulnja golongan tua dan muda dan
jang dapat menimbulkan kematjetan.
(c). Kenaikan atau pengangkatan berdasarkan golongan, pertim
banganpertimbangan politik, sistim famili, daerahisme
1025
mengganggu djuga keadaan kestabilan mentalita pegawai
sebagai pengabdi.
(d). Para pegawai masih dihinggapi djiwa statis dan routine, jang
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan usaha
untuk mentjari efficiency jang lebih tinggi (konservatisme).
(e). Pengaruh beberapa gelintir orang jang lekas kaja, karena
menjalah gunakan kedudukan achirnja meluas kesemua pe
gawai, dan lebih2 karena gadji kurang timbul keinginan un
tuk menggunakan tiap kesempatan untuk mendapatkan ke
untungan disegala lapangan. Timbullah korupsi umum.
(f). Napsu beberapa gelintir orang jang ingin menaikkan tarap
hidupnja dengan memakai tjontoh keadaan hidup Negara2
jang sudah madju, tetapi jang tidak sepadan dengan ke
kuatan penghasilan Negara. Alam pikiran ini ada pengaruh
nja djuga pada jang lainnja sehingga gedjala tsb. mendjadi
umum.
(g). Inilah antara lain keadaan2 jang mengelilingi alam mentalita
para pegawai sekarang jang mempengaruhi tjara mereka
berpikir, dan jang akan membawa kehantjuran Negara.
Tetapi disamping mengupas keadaan negatipnja baiklah kita
tindjau djuga keadaan positipnja, karena tentu ada djuga
unsur2 positip jang kuat sehingga memungkinkan djuga ma
sih utuhnja keadaan Negara kita sampai dewasa ini.
3. Unsur2 positip
(a). Meskipun keadaan sebagai tersebut tadi, tetapi masih ada
pegawai2 jang dikuasai oleh rasa etika dan djiwa pengabdi
ideal sehingga unsur itu bisa disalurkan kearah positip.
Usaha itu harus segera dimulai, karena djika tidak mereka
jang berdjumlah sedikit inipun akan dikuasai djuga seluruh
nja oleh unsur2 negatip itu dan achirnja akan timbul suasana
jang tidak diharapkan lama sekali.
(b). Hierarchi masih agak baik, tetapi oleh karena pengaruh
pengaruh negatip tadi lambatlaun bisa mendjadi kabur.
(c). Kursus2 untuk menaikkan tingkat efficiency pegawai sudah
mulai diadakan; usaha itu harus dipergiat dan terutama me
reka jang pernah aktip dalam masa perdjuangan, harus di
beri prioritet dalam kesempatan ini, sehingga rasa keting
galan itu tidak ada.
(d). Semasa revolusi djuga pegawai memberi sumbangan jang
positip dan memperlihatkan sifat jang dinamis. Kalau kita
bandingkan kedua kekuatan arus ini, maka unsur 2 negatip
lebih besar daripada unsur2 positip.
c. Golongan Guru
1. Mentalita guru pada umumnja
Pada umumnja mentalita guruguru itu dapat kita bagi dalam
beberapa •daman menurut keadaan :
(a). Djaman Belanda.
(b). Djaman Djepang.
(c). Saat proklamasi 1945 dan sesudah 1950.
1026
(a). Pada waktu pendjadjahan (Belanda) guru2 bekerdja dengan
teratur dan baik. Sebab2nja ialah :
(1). karena taat akan peraturan2 Pemerintah. Takut kehi
langan matapentjahariannja, karena pada waktu itu ga
dji mereka dapat dikatakan tjukup.
(2). karena mempunjai tjita2 jang tinggi untuk kemerdeka
an bangsanja.
(b). Djandj jang diberikan oleh Djepang untuk kemerdekaan
bangsa Indonesia menjebabkan guru2 bekerdja baik dan
mengabdi untuk tjita2 bangsanja tetapi setelah ternjata ke
merdekaan itu tak kundjung datang, ternjata hal itu meng
ganggu pikiran para guru, sehingga ada jang bekerdja asal
bekerdja. Ada djuga jang masih mempunjai kekuatan batin,
meskipun menghadapi kesukaran masih bekerdja baik dan
giat untuk melatih diri dan generasi muda guna mentjapai
kemerdekaan. Orangorang ini lahirnja that pada peraturan
peraturan jang ada, tetapi dalam batinnja menguatkan diri.
(c). Sesudah 1945 keadaan berobah, semua bekerdja dengan
giat, baik dan dengan rasa mengabdi, untuk mempertahan
kan kemerdekaan bangsanja jang sudah diumumkan. Keada
an
MENTAL/RUHANI: PENDIDIKAN
1009
B A B 77.
SITUASI MENTAL
§ 885. Situasi mental rakjat Indonesia setjara keseluruhan
a. Pengantar
1. Definisi
Pertamatama perlu ditindjau lebih dahulu apakah jang di
maksud dengan „situasi mental” itu ? Atau dapat pula dikemuka
kan, apakah „mentalita” itu ?
Menurut „A Dictionary of Psychology”, karangan James
Drever, „mentality” berarti „a generalization of all those charac
teristics distinctive of mind”.
„The Concise Oxford Dictionary” memberi batasan „menta
lity” sebagai „intellectual power”.
Menurut KoemenEndepels „Verklarend Handwoorden
boek”, „mentaliteit” berarti „manier van denken en voelen” atau
„geestesgesteldheid”.
„Woordenboek der Psychologie”, karangan Van Essen mem
beri batasan sebagai berikut : „Mentaliteit is de persoonlijke
geestesaard (naast het temperament als gemoedsaard) d.w.z. het
karakter genomen naar de uiting in gezindheden”.
Ternjata bahwa batasan2 jang dikemukakan diatas itu mem
punjai persamaan dan sedikit perbedaanperbedaan. Oleh karena
itu sebelum kami menindjau sifatsifat mental rakjat Indonesia
lebih dalam, perlu ditetapkan batasan tentang mentalita jang
selandjutnja akan dipakai untuk menindjau lebih landjut.
Jang disebut mentalita ialah keseluruhan susunan dinamis
tjiptakarsarasa jang tertjermin dalam tjitatjita, sifatsifat, ting
kahlaku dan perbuatan seseorang.
Dalam definisi ini dikemukakan, bahwa mentalita merupa
kan suatu susunan halhal jang bersifat dinamis. Mentalita bu
kanlah suatu hal jang bersifat statis jang tak akan mengalami
perubahan sepandjang sedjarah.
Alasan pendapat ini adalah sebagai berikut:
(a) Mentalita seseorang atau mentalita masjarakat merupakan
pentjerminan masjarakat dimana ia hidup. Menurut Spranger
djiwa subjektif seseorang adalah pernjataan djiwa objektif
masjarakatnja : Sifatsifat, tingkahlaku serta perbuatan
orang jang merupakan hasil tuntutan daripada masjarakat,
hingga perubahanperubahan jang terdjadi dalam masjara
kat itu akan mengubah pula mentalita anggotaanggotanja.
(b) Adanja hubungan timbalbalik (hubungan interaksi jang dy
namis antara individu dan masjarakat). Individu dengan se
tjara aktip dan kreatip ikut menentukan tjorak masjarakat,
jang selandjutnja memberikan pentjerminannja pula pada
mentalita itu.
Dengan definisi jang dikemukakan ini maka setjara tidak
langsung ditentang pendapat Lévy Bruhl tentang adanja
„mentalité primitive” dalam tjara berfikir orangorang „pri
mitip”.
1011
2. Situasi Rakjat Indonesia.
Sebetulnja sangat sukar atau hampirhampir tidak mungkin
untuk memberikan pensifatan jang seragam terhadap situasi
mental rakjat Indonesia, sebab :
(a) Rakjat Indonesia, terdiri dari bermatjammatjam suku jang
pada dasarnja memiliki temperamen, adat istiadat, keadaan
sosialekonomis dan latar belakang sedjarah jang berbeda
beda.
Misalnja : — intensita pengaruh dari kedatangan agama
agama Budha, Islam dan Keristen adalah ber
bedabeda atas daerah jang satu dengan dae
rah jang lain.
— mentalita petani di Djawa Tengah pasti ber
beda dengan mentalita pelaut di Makasar dan
sebagainja.
(b) Rakjat Indonesia setjara keseluruhan baru merupakan suatu
kesatuan bangsa pada setengah abad jang terachir ini (awal
abad duapuluh), sungguhpun dahulu ada djuga usahausaha
kearah pembentukan keradjaankeradjaan jang ingin meli
puti kepulauan Nusantara.
Tetapi temperamen, tradisi, situasi sosialekonomi dan latar
belakang sedjarah tersebut telah tertanam berabadabad.
Maka pensifatan mental jang seragam, paling tidak pada
masa ini, belum dapat diberikan. Dan apabila diberikan maka
pensifatan jang bersifat generalisasi itu banjak kemungkin
an akan djauh dari kenjataan jang sebenarnja.
Mengingat halhal diatas maka problim jang dihadapi tiap
tiap daerahnja adalah berbedabeda. Begitu pula handicaphandi
cap jang ada untuk menghadapi pembangunan semesta. Dengan
demikian maka tjara menghadapi dan tjara pemetjahannjapun
harus berbedabeda, disesuaikan dengan situasi daerah masing
masing.
Setjara keseluruhan dengan singkat dapat diterangkan disi
ni, bahwa mentalita rakjat Indonesia masih kuat ditentukan oleh
keadaan agraris dan sisasisa masjarakat feodal, mulai dari ben
tuknja jang paling sederhana sampai kepada sisasisa bentuknja
jang paling sempurna dan tinggi, dengan sifatsifat seperti jang
akan diuraikan dibawah nanti.
b. Sifatsifat aseli tjarahidup dan tjara berfikir rakjat Indonesia
Sebenarnja sukar untuk menetapkan apa jang disebut sifatsifat
aseli rakjat Indonesia ini. Karena sifat2 ini merupakan hasil kerdja
timbalbalik antara individu dan masjarakat, dan karena sepandjang
sedjarah rakjat Indonesia selalu mengalami pengaruhpengaruh dari
dalam dan dari luar, maka terdjadilah banjak sekali perobahanper
obahan. Perobahanperobahan dalam masjarakat ini dengan sendiri
nja akan membawa perubahan pula pada mentalita rakjat Indonesia.
Sifatsifat aseli rakjat Indonesia jang dimaksud disini adalah sifat
1012
sifat setjara hipotetis jang terdapat pada rakjat Indonesia sebelum ke
datangan bangsa Hindu.
Masjarakat jang agraris dan sangat sederhana itu menentukan
pula tjara hidup dan tjara berfikir masjarakat didesadesa, jang telah
tumbuh dari pengalamanpengalaman hidup dan pengalamanberfikir
mereka sedjak dulukala, merupakan „empirical representation” atau
djumlah daripada pengalaman kehidupan lahirbatin mereka, jaitu :
pertama, pengalaman perdjuangan melawan alam untuk mentju
kupi kebutuhan hidup dan melindungi diri atau kaum daripada bahaja;
kedua, pengalaman perdjuangan mengatur perikehidupan bersama,
memupuk integrasi, mentjegah desintegrasi, untuk mentjukupi kebu
tuhan hidup tersebut;
ketiga, pengalaman perikehidupan spirituil jang mengandung keja
kinan atau kepertjajaan tentang adanja ikatan antara manusia dan
kekuatan gaib nonphenomenal jang menurut pendapat mereka me
nentukan, mengatur atau sekurangkurangnja besar sekali pengaruh
nja pada nasibperikehidupan lahirbatin mereka, entah kekuatan gaib
ini dinamakan Tuhan, atau Allah, atau jang Manon, atau Dewa atau
machlukmachluk nonphenomenal jang dianggapnja ada dan hidup di
segala tempat dikeliling mereka, jang dapat melindungi atau mengan
tjam keselamatan mereka dan kekal sangkutpautnja dengan kekuat
ankekuatan alam dalam arti jang luas.
Dalam garis besarnja terdapatlah sifatsifat sbb.:
1. Komunal, bahwa setiap orang merupakan bagian dari kehidupan
bersama, bahwa semuanja ditudjukan pada kepentingan bersama,
adanja solidaritet sebagai kesatuan.
Sifat komunal ini bersumber pada dua faktor, jaitu :
(a) kelompokkelompok bangsa jang pertamatama datang di
Indonesia.
(b) keadaan dan alam sekitarnja jang ada pada waktu itu. Ke
lompokkelompok bangsa tadi dalam menghadapi keadaan
dan alam waktu itu bersamasama menghadapi binatang
buas dan serangan dari luar dengan mendirikan rumah besar
bersamasama, mendiaminja bersamasama dan memilikinja
bersama (sisasisa di Mentawai, Kalimantan Tengah), me
ngerdjakan tanah bersama, memilikinja bersama (sisasisa
tanah komunal).
2. Kekeluargaan, bahwa bangsa Indonesia asalnja satu, jang kemu
dian tersebar diseluruh kepulauan. Namun demikian, sifat keke
luargaan bukanlah rasa kesukuan.
Tjiritjiri kekeluargaan antara lain ialah :
(a). adanja kepentingan bersama, dimana tiap2 anggota keluarga
tidak mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan djuga
anggota lainnja.
(b). adanja tudjuan bersama : kebahagiaan keluargalah jang
mendjadi tudjuan utama.
(c). adanja pembagian fungsi didalam keluarga, dimana kepala
keluarga membimbing, ada jang dibimbing ada pula jang
membantu bimbingan dalam rangka kebahagiaan keluarga.
1013
3.
4.
(d). tak mengenal pamrih atau hitungmemperhitungkan: meme
lihara anak adalah kewadjiban dan bukan untuk mengambil
keuntungan dirinja.
(e). adanja perhubungan atau pergaulan jang diliputi oleh pel
bagai rasa kasih, tjinta, djudjur, dsb.
Kerdjasama : ini adalah karena sit at kekeluargaan, jang tak
mengenal tjaratjara persaingan dan karena keadaan dan alam
(menebang hutan dsb.) tak mungkin dihadapi sendiri, tetapi ha
rus dengan tjara kerdjasama.
Sifat sabar, ialah bahwa pada waktu itu dan selandjutnja segala
usaha dan kegiatan masih tergantung pada alam (pengolahan
tanah jang tergantung pada air) dimana masingmasing merupa
kan faktor jang membatasi kegiatan, kalau datang musimnja, be
kerdja; kalau belum, mereka menunggu sadja.
Dan demikian inilah selandjutnja mempengaruhi kehidupan
jang dapat menimbulkan kesabaran (karena terlatih). .
Untuk mendapatkan gambaran jang agak djelas tentang sifat
sifat tersebut diatas, dibawah ini disadjikan beberapa tjontoh ke
hidupan jang sekarang umumnja masih terdapat didesadesa dan
tempattempat jang terpentjil sebagai pentjerminan dari sifat
sifat tersebut :
(a). Hal sambatan. Didesadesa, kalau orang hendak mendirikan
sebuah rumah, orang itu tidak menjewa tukangtukang untuk
mengerdjakannja tetapi dengan tjara meminta pertolongan
kepada tetanggatetangganja. Orang lakilaki membantu
mendirikan rumahnja, wanita membantu memasak untuk
memberi makan kepada mereka jang sedang bekerdja.
Anakanak membantu pekerdjaan2 jang ringan.
(b). Dalam peralatan. Disini segala sesuatu dikerdjakan bersama
sama, tidak hanja kaum keluarga orang jang sedang mem
punjai peralatan, tetapi djuga oleh tetanggatetangganja. Is
tilah bahasa Djawa „rewang” bagi orang jang bekerdja pada
peralatan ini, menundjukkan bahwa kedatangan mereka pa
da peralatan ini bukan untuk „djagong” tetapi terutama
ingin ikut menolong orang jang sedang menjelenggarakan
peralatan.
(c). Sumbangan. Didesadesa sumbangan orang jang sedang
mempunjai peralatan biasanja berupa uang atau bahanbahan
mentah, seperti beras, kelapa, sajuran dan sebagainja. Tu
djuan daripada memberikan sumbangan ini adalah bukan
untuk memberikan suatu tanda mata atau kenangkenangan
kepada jang berkepentingan tetapi sekedar ikut meringankan
beban orang jang sedang menjelenggarakan peralatan ini.
Keadaan sematjam ini terdapat djuga pada orang jang se
dang mengalami kematian salah seorang anggota keluarga
nja.
(d). Pada kematian. Disitu dapat dilihat adanja bermatjam upa
tjara jang kadangkadang, kalau ditindjau dari segi sosial
ekonomis, adalah kurang rasionil.
1014
(e). Dalam mengerdjakan sawah. Mulai dari menjiapkan tanah
nja sampai menuai hasilnja biasanja dikerdjakan bersama
dengan mendapat pertolongan dari tetangganja. Bantuan ini
adalah merupakan bantuan jang timbalbalik, artinja orang
jang pada suatu ketika mendapat bantuan, harus sanggup
pula membantu tetangganja kalau tetangganja ini meminta
bantuan dikemudian hari.
(f). Keluarga jang mampu menampung saudarasaudaranja jang
kurang berada. Keadaan sematjam ini sering menjimpang
dari tudjuan, karena hal ini menimbulkan kemalasan pada
orang jang ditolong. Mereka lalu kurang berusaha. Sudah
barang tentu sifatsifat dan tjara hidup sematjam itu di
pengaruhi oleh kondisikondisi sosialhistoris. Selama masja
rakat masih bersifat agraris, maka banjak sifatsifat tersebut
masih akan terdapat, sungguhpun bentukbentuknja akan
berbedabeda.
1.
2.
c. Pengaruhpengaruh dari luar terhadap pandangan hidup dan
sikap hidup Rakjat Indonesia
Pengaruhpengaruh kedatangan agamaagama Hindu, Budha,
Islam dan Kristen
Sikap hidup jang diliputi oleh sifat toleransi dan kesabaran
mengakibatkan terdjadinja inkorporasi dari pengaruh berbagai
agama itu mendjadi satu sistim kepertjajaan. Jang berbeda pada
hakekatnja adalah „formal ritual”. Dari semua agama diambil
kesimpulan jang sama : hendak menundjukkan djalan kepada ma
nusia bagaimana dapat hidup baik menurut normanorma dan
nilainilai jang ada pada masjarakat. Selandjutnja pandangan
hidup pada pokoknja berdasarkan atas kepertjajaan terhadap
Tuhan, sedang manusia selama hidup didunia ini harus dapat
mengumpulkan amal agar di hari kemudian kembali pada Tuhan.
Djadi pada dasarnja agamaagama dari luar tidak mengubah
pandangan spiritual Bangsa Indonesia bahkan menjuburkan jang
sudah ada dahulu.
Sinkretisme Indonesia ruparupanja mendjadi dasar adanja
daja penjesuaian dari jang besar (incasseringsvermogen, absor
beringsvermogen, aanpassingsvermogen).
Pengaruhpengaruh ini terutama terbatas dikotakota atau
sekeliling istanaistana radja. Tetapi didesadesa, terutama jang
berdjauhan dari kota dan terpentjil, pengaruhpengaruh dari luar
hampir tak nampak.
Pengaruhpengaruh keradjaan dan susunan masjarakat feodal
Di Eropah dalam masjarakat feodal, kekuasaan ada ditangan
klas feodal jang terdini dari radjaradja jang hidup diistana, go
longan bangsawan dan kerabat lainnja. Dasar kekuasaan klas
feodal adalah milik tanah, dimana kaum petani dipaksa menjewa
tanah itu dengan sjaratsjarat jang ditentukan oleh tuan tanah.
Untuk memperkokoh kekuasaannja, radja membagibagi ta
nah kepada alatalat kekuasaan negara, jang kemudian didjadi
kan miliknja turuntemurun.
1015
Tanah jang dibagikan dengan sjaratsjarat itu dinamakan
feodum.
Dari sini berasal penanaman sistim masjarakat baru itu, ja
itu feodalisme.
Di Indonesia kita harus memperbedakan antara hukum adat
radja (vorsten adatrecht) dan hukum adat rakjat (volksadat
recht).
Menurut hukum adat rakjat, maka radja tidak mempunjai
hak terhadap tanah setjara langsung. Radja hanja mempunjai
hak untuk memungut padjak (sebagian daripada hasil tanah/
panen, jang biasanja berdjumlah 1/5 — 2/5 bagian dari panen)
dan mengerahkan tenaga rakjat (karighadji atau gugurgunung).
Para pedjabat daerah diberikan lungguh (apanage) oleh ra
dja, jaitu hak radja diserahkan kepada pedjabatpedjabat tadi,
sehingga para pendjabat daerah itu mempunjai hak memungut
padjak dan mengerahkan tenaga rakjat.
Kemudian terdjadi penjalahgunaan (usurpatie) oleh para ra
dja dan pedjabat2 daerah itu. Dengan djalan ini maka timbullah
hak milik radja dan pedjabat2 daerah itu terhadap tanah; rakjat
hanja mempunjai hak pakai atas milik radja dan hak milik pe
djabat2 daerah.
Sampai dengan petjahnja Revolusi '45, dapat kita rasakan
dengan njata adanja perbedaan antara golongan „ningrat” (kaum
kerabat radja) dan golongan „wong tjilik”, golongan orang jang
biasa.
Perbedaan ini lebih djelas nampak didaerahdaerah dimana
keradjaan masih tetap ada seperti di Jogja, Solo, Tjirebon, Bali,
Deli dan tempattempat jang lain. Perbedaan ini dengan mudah
dapat diketahui karena antara kedua golongan ini terdapat per
bedaan hak dan kewadjiban jang harus mereka lakukan.
Perbedaan stratifikasi sosial ini menimbulkan perbedaan
mentalita antara kedua masjarakat ini. Baik mentalita golongan
ningrat maupun mentalita golongan orang biasa meninggalkan
djedjaknja dalam kehidupan masjarakat Indonesia pada dewasa
ini. Dengan singkat mentalita tiaptiap golongan ini dapat diru
muskan sebagai berikut :
(a). Golongan ningrat:
Pada golongan ini terdapat sifat jang ingin mempertahan
kan kedudukan dan kewibawaannja jang ada. Untuk keeper
luan ini dipergunakanlah kepertjajaan rakjat atas tjeritera
tjeritera atau mythe jang menundjukkan bahwa radja ada
lah bukan orang biasa, tetapi keturunan dewadewa atau
utusan Tuhan.
Untuk dapat mendjadi ratu harus mendapatkan suatu wahju.
Tanpa wahju ini maka kewadjibannja akan hilang; Radja
adalah bukan sembarangan orang. Pandangan sematjam ini
mempengaruhi tjara berfikir baik dalam golongan ningrat
sendiri, maupun dalam golongan rakjat biasa.
1016
Dengan menjalahgunakan alam fikiran rakjat tadi, golongan
ningrat mendjaga agar rakjat tetap pertjaja dan mendjun
djung tinggi segala perintah jang datang dari golongan
ningrat.
(b). Golongan rakjat biasa :
Dengan indoktrinasi jang berlangsung setjara turuntemurun,
maka lebih tertanamlah dalam diri golongan bawahan sifat
„nrima”; dikatakannja bahwa kedudukankedudukan bagi
kaum ningrat itu bukan untuk dirinja. Mereka tunduk dan
patuh akan segala perintah jang datang dari golongan atasan.
Mereka berpendapat bahwa pelanggaranpelanggaran jang
dilakukan mereka akan memberikan sengsara pada dirinja,
meski andaikata pelanggaran itu tak ada jang mengetahuinja.
Kalau kita lihat dalam sedjarah, maka nampak bahwa go
longan rakjat biasa sebenarnja tidak „nrima” begitu sadja.
Mereka menghendaki terdjadinja „social mobility” keatas.
„Upward Social mobility” ini tidak dikehendaki oleh go
longan kaum ningrat karena kalau terdjadi, hal itu akan
mengantjam kedudukannja.
Tetapi sajang sekali orang jang telah berhasil mengadakan
„upward social mobility” ini, kemudian terpengaruh lagi
oleh susunan masjarakat feodal dan oleh pandangan serta
tjara hidup golongan ningrat itu, sehingga dengan demikian
susunan masjarakat itu pada dasarnja masih tetap.
Tjontoh usaha untuk mengadakan „upward social mobility”
ini misalnja jang dilakukan oleh Ken Arok, Djaka Tingkir,
Kiageng Pamanahan dan sebagainja.
Sedjarah menundjukkan, bahwa keradjaankeradjaan di In
donesia tumbuh dan runtuh, silih berganti. Djuga feodalisme
mempunjai tjita2, terbukti pada tulisantulisan misalnja da
lam buku Paku Buwono keIV tentang Wulang Reh dan da
lam Nitisastra jang memberikan peladjaranpeladjaran atau
adjaranadjaran tentang wadjib hormat kepada orang tua,
mertua, saudara tua, guru dan ratu.
Sifatsifat pada golongan ningrat beserta pegawai 2 dalam
lingkungan istana, a.l. ialah : rasa tinggi, sifat gegabah, me
rasa dirinja lebih tinggi dari pada golongan biasa. Adanja
hakhak jang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan
rakjat biasa memperbesar rasarasa kebanggaan diri. Aki
batnja kelemahankelemahan jang terdapat pada diri go
longan atasan ini tertutup. Akibat jang lebih buruk lagi ia
lah mereka tak dapat hidup setjara wadjar. Mereka selalu
berketjimpung dalam alam kesenangan dan dalam keadaan
jang serba mudah. Hal ini menjebabkan kurang kemampuan
pada mereka untuk menghadapi kesukarankesukaran. Aki
batnja pada dewasa ini banjak keturunan golongan ningrat
jang terlantar hidupnja.
1017
Sebaliknja sifat „prima” jang berlebihlebihan jang ditanam
kan pada golongan rakjat biasa akan mematikan segala ke
mauannja untuk berusaha. Untuk memberikan keputusan
pada dirinja sendiri ditjarilah djalan keluar dengan mengi
damngidamkan kedjadian jang diramalkan dalam ramalan
Djojobojo dsb. Keadaan ini memberikan kemalasan berusaha
mereka.
3.
Pengaruh zaman pendjadjahan dan sistim kapitalisme
Sesuai dengan hal jang telah diutarakan dimuka bahwa jang
penting dan jang perlu kita bahas adalah — akibatakibat pen
djadjahan dan kapitalisme pada mentalita rakjat Indonesia, maka
pembahasan dibawah nanti berkisar pada akibatakibat psychis
jang timbul karena adanja pendjadjahan tersebut.
Berturutturut akan kami kemukakan akibatakibat pendja
djahan jang terdapat pada rakjat Indonesia selama pendjadjahan
Belanda selama tiga setengah abad, dan pendjadjahan Djepang
jang meneruskan berlangsungnja pendjadjahan itu.
(a). Sifatsifat chusus dan akibatakibat imperialisme Belanda
Untuk dapat mengadakan eksploitasi ekonomi sebesarbe
sarnja, maka kaum kolonialis Belanda memelihara dan
menggunakan sistim feodal jang berlangsung di Indonesia.
Untuk mendjamin kelangsungan kekuasaan mereka, dilak
sanakan tindakantindakan antara lain :
(1). Memetjah belah : Akibat dari politik pemetjah belah ini
ialah memperkuat dan mempertebal rasa kesukuan dan
menghalanghalangi tumbuhnja rasa kebangsaan.
(2). Pembangunan jang tidak merata : Tindakan ini adalah
salah satu tindakan untuk mengintensifkan politik pe
metjah belah. Pembangunan jang disentralisasikan di
Djawa ini menimbulkan sifat iri pada penduduk dike
pulauan jang lain. Persaingan negatip timbul diantara
sukusuku bangsa. Akibatnja melemahkan djuga rasa
kebangsaan.
(3). Merendahkan taraf kehidupan bangsa Indonesia
Usaha jang didjalankan dengan memberikan propagan
da bahwa orang Indonesia dapat hidup dengan uang dua
setengah sen sehari. Akibat sematjam ini adalah mema
tikan daja tjipta untuk meningkatkan lebih tinggi taraf
kehidupannja. Dynamica dan achievement motive pada
rakjat mendjadi berkurang.
(4). Sistim pendidikan dilaksanakan dengan maksud mela
tih pegawaipegawai jang patuh terhadap pemerintahan
pendjadjahan. Usahausaha dalam lapangan ini dilaku
kan dengan berbagai tjara. Akibat dari pendidikan pen
djadjahan ini maka daja tjipta rakjat hampir tidak ada.
Rasa kurang harga diri tartanam dalamdalam didalam
sanubari rakjat. Semuanja ini merupakan penghalang
jang besar bagi Usahausaha kearah kemerdekaan.
1018
(b). Sifatsifat chusus dan akibatakibat imperialisme Djepang :
Eksploitasi tenaga dan sumbersumber kekajaan di Indone
sia dilaksanakan untuk mendjamin kekuasaan militer bala
tentara Dai Nippon. Untuk maksud tersebut segala matjam
usaha dan tjara dipergunakan.
(1). Eksploitasi tenaga manusia, dengan sistim „romusha”
Sistim ini demikian negatip pengaruhnja, sehingga usa
hausaha pemerintah pada dewasa itu, jang didjalankan
dengan kekerasan, diterima oleh rakjat dengan asosiasi
dengan romusha.
Usahausaha transmigrasi menimbulkan sikap jang ne
gatip sebagai akibat romusharomusha ini.
(2). Eksploitasi barangbarang dan kemakmuran
Akibat dari tindakan Djepang ini menimbulkan sikap
jang negatip terhadap usahausaha sekarang ini seperti
kooperasi, ohligasi jang dikeluarkan oleh Pemerintah
dan sebagainja. Mereka chawatir kalaukalau akan me
ngalami keadaan jang pahit seperti pada djaman Dje
pang itu.
(3). Militerisme, jang dilaksanakan dengan serba perintah
dan paksa. Akibat negatip adalah timbulnja prasangka
dan rasa tidak senang terhadap methode pemerintahan
dengan kekerasan.
Kelak akan kita ketahui bahwa djustru penindasan dan
penderitaan jang besar ini menimbulkan djiwa berontak
dan djiwa pendobrak jang besar pada Revolusi 1945,
dengan keberanian dan ketangkasan jang telah terlatih
selama itu.
4.
Pengaruh teknologi modern dan aliranaliran fikiran baru
Sedjak pertengahan abad ke 19 pengetahuan alam berkem
bang begitu pesatnja. Dengan berkembangnja pengetahuan listrik
maka mulailah diketemukan alat2 modern, baik jang biasa dipa
kai orang dalam kehidupan seharihari maupun alat2 modern jang
hanja dipergunakan oleh ahliahli jang bekerdja didalam pabrik
pabrik dan laboratoriumlaboratorium.
Dengan penemuanpenemuan baru seperti telepon, telegrap,
radio dan sebagainja dengan sendirinja akan mengubah pula
tjara berfikir orangorang. Hanja sekarang timbul persoalan sam
pai dimana pengaruh teknologi modern ini terhadap perkem
bangan mentalita rakjat Indonesia.
Untuk dapat menggambarkan betapa pengaruh teknologi
modern ini terhadap mentalita rakjat Indonesia maka sebaiknja
tindjauan kita dibagi atas dua bagian jakni:
(a). pengaruh teknologi modern ini terhadap orang didesadesa.
(b). pengaruh teknologi modern terhadap masjarakat kota dan
chususnja terhadap golongan inteligensia.
Pembagian atas golongangolongan masjarakat ini diadakan
1019
karena pengaruh teknologi modern ini tidak lama pada tiap2
golongan.
(a). Pengaruh teknologi modern terhadap didesa
Dapat dikatakan bahwa sampai dewasa ini pengaruh tekno
logi modern kurang dirasakan oleh golongan ini. Kehidupan
mereka seharihari masih selalu diliputi oleh keadaankeada
an dan alatalat jang masih sederhana. Suatu hal jang mung
kin dapat mempengaruhi mentalita mereka adalah adanja
alat2 perhubungan modern, jang pada umumnja telah ada
dimana sadja.
Adanja alat perhubungan jang modern ini sedikit banjak
mengubah pandangan mereka jang negatip misalnja sifat
jang tidak mau berpisah dari desanja. Tersebarnja radio2
rimbu didesa2 sedikit banjak membawa perobahan djuga
dalam tjara mereka berpikir sungguhpun harus ditekankan
bahwa setjara kualitatip pengaruh tersebut boleh dikatakan
masih minimum.
(b). Pengaruh teknologi modern terhadap masjarakat kota
Sebagian besar masjarakat kota dapat merasakan akibat
adanja teknologi jang modern. Tetapi perobahan mentalita
jang tegas belum dapat diamati disini. Pada umumnja mere
ka menganggap teknologi modern ini sebagai suatu alat un
tuk menjenangkan hidup, misalnja radio, telepon, mobil dsb.
Akibat dari pada kenjataan bahwa lebih banjak terdapat
alat sebagai hasil teknologi modern dikota dari pada didesa,
ialah suatu pandangan bahwa masjarakat desa lebih rendah
dari pada masjarakat kota.
Timbul keinginan pada orang2 untuk bertempat tinggal di
kota. Tjontohnja peladjar jang telah dapat menjelesaikan pe
ladjarannja selalu mentjari pekerdjaan dikota. Pengaruh tek
nologi modern ini baru terasa dan disadari oleh golongan
intelegensia. Mereka dapat mempergunakan dengan semes
tinja perkembangan teknologi. modern ini dan ini mempunjai
pengaruh dinamis terhadap tjara mereka berfikir.
Bahwa alat2 sebagai hasil teknologi modern mempunjai arti
jang sangat besar untuk mengadakan perubahan mentalitet
rakjat telah disadari oleh siapapun. Orang mempergunakan
koran, radio, dan T.V. (diluar negeri) untuk keperluan2 pro
paganda dan penerangan serta pendidikan. Alat2 jang mo
dern ini membantu mendjelaskan keterangan2 kepada orang2
jang membutuhkan.
c. Pengaruh aliran2 fikiran baru
Bersamasama dengan teknologi modern, masuk pula aliran2 pi
kiran baru dengan perantaraan pers, literatur, dan sebagainja.
Pengertian seperti nasionalisme, demokrasi, marxisme, dan lain2
telah mempengaruhi pula pergerakan kebangsaan di Indonesia.
Berhubung dengan pada masa pendjadjahan tiada kebebasan da
lam menganut segala aliran jang ada, maka serentak kemerdekaan
diproklamasikan, timbullah suatu dorongan untuk melepaskan ke
1020
kangankekangan ini. Maka dapat dikatakan bahwa segala matjam
aliran tumbuh dengan subur pada masa itu. Bermatjam² partai jang
memiliki paham dasar jang berbeda berkembang dengan tjepat dima
na sadja. Tidak hanja aliran fikiran ini jang terbatas dalam kedunia
wian, tetapi djuga dalam alam methaphysis. Kita melihat timbulnja
beranekaragam agama dan kepertjajaan baru. Sifat negatip kebebas
san dalam menganut aliran baru ini menimbulkan pertentangan an
tara golongan. Golongan jang satu mentjela golongan jang lain. Me
reka menjalahgunakan kebebasan dalam menganut faham ini sehing
ga menimbulkan kekatjauan. Dalam pada itu nampak pula bahwa
aliran2 pikiran jang menjatuhkan diri dengan alam pikiran, tjita2 dan
perasaan jang hidup dikalangan rakjat, mempunjai pengaruh jang be
sar pula.
d.
Perobahan2 mental jang terdjadi sesudah revolusi 1945
Struktur masjarakat sebagai akibat adanja pendjadjahan sedikit
banjak mempengaruhi tjara berfikir rakjat Indonesia, walaupun
pengaruh itu rupanja tidak merata.
Gedjala jang menundjukkan tjara berpikir jang individualistis
nampak disanasini, terutama dikota dimana pengaruh Barat nampak
djauh lebih kuat djika dibandingkan dengan masjarakat desa. Tetapi
pada umumnja tjara hidup dan berpikir rakjat jang aseli dalam la
pangan politik, ekonomi dan sosial masih dapat dilihat didesa. Sistim
demokrasi aseli (musjawarah), sebagian besar masih tetap berlaku
sebagai bentuk adatistiadat. Tjara hidup gotongrojong masih nam
pak dengan njata, walaupun dikota semangat gotongrojong ini sudah
pudar.
Tetapi dengan adanja revolusi 1945, maka rupa2nja sifat2 jang
individualistis jang terdapat pada masjarakat kota dan jang mem
pengaruhi tjara2 mereka berfikir, berubah karena arus revolusi. Dji
wa kesadaran nasional jang telah ditanamkan oleh pemimpin2 rakjat
sedjak pendjadjahan mentjapai kulminasinja pada dewasa itu. Kesa
daran berbangsa, bernegara makin bergelora, kesadaran akan harga
diri timbul kembali. Tjita2 untuk menggalang negara jang adil, mak
mur dan bermoral tinggi merupakan ideal bagi sebagian besar putera
Indonesia, mendjadi impian bagi setiap golongan, mendjadi harapan
segala lapisan masjarakat.
Djiwa bersatu makin kuat, rasa kedjarahan terdorong kebelakang
dalam suasana perdjoangan bersendjata melawan Belanda. Tjita2 un
tuk membentuk masjarakat Indonesia jang loh djinawi, adil para
marta didengungkan dimana2 jang kemudian dirumuskan dalam
U.U.D. jang beralaskan Pantja Sila. Petani jang dulu terpendam kini
muntjul, daja kreasi rakjat nampak disegala lapangan. Semangat go
tongrojong timbul kembali. Rakjat desa jang setjara relatip biasanja
statis, berubah menudju kearah dinamis.
e.
Penjelewengan2 dari revolusi sesudah tahun 1950
Kalau masa antara 1945 dan 1950 diberi djulukan masa pendo
brak dan masa penuh idealisme, maka masa sesudah 1950 merupakan
1021
masa pelaksanaan, jakni masa pelaksanaan tentang apa jang kita
idam²kan. Tetapi dalam pelaksanaannja rupanja banjak terdapat pe
njelewengan dalam berbagai lapangan baik politik, ekonomi, maupun
sosial dalam bentuk2 jang bermatjam² pula. Kalau selama revolusi
kita mengharapkan Pantja Sila sebagai pelita untuk membangun ma
sjarakat, untuk mentjiptakan masjarakat jang adil dan makmur, te
tapi sesudah tahun 1950 Pantja Sila dipergunakan sebagai alat untuk
mentjari pengaruh.
Dalam tjita2 membela demokrasi sosial, tetapi dalam praktek
menudju demokrasi liberal. Dalam teori membela kepentingan umum
tetapi dalam praktek memupuk kepentingan golongan dan perse
orangan. Partai bukan tempat penjalur suara rakjat sebaik2nja, akan
tetapi malah merupakan tempat untuk mentjari pangkat dan kedu
dukan. Dalam teori bertindak sebagai pembela agama, tetapi dalam
praktek mendjadi pentjatut agama. Dan masih banjak lagi sifat penje
lewengan ini. Akibat dari keadaan tersebut timbul keadaan jang tidak
baik, diantaranja :
1. Sebagian besar rakjat mendjadi bersifat apatis. Rentjana2 dan
usaha2 jang diadjukan oleh Pemerintah diterima dengan sikap
jang dingin.
2. Timbul rasa tidak puas disanasini. Ketidakpuasan ini dipakai
sebagai alasan untuk pemberontakan. Hal ini menjebabkan rasa
pertjaja kepada Pemerintah mendjadi berkurang.
3. Timbulnja demoralisasi dan mementingkan diri sendiri menje
babkan adanja korupsi disanasini. Korupsi meradjalela, karena
tiada petugas jang dapat dipertjaja untuk melaksanakan penga
wasan. Djustru mereka jang diberi tugas mengadakan pengon
trolan melakukan tindakan2 jang tidak benar, (seakan2 mem
benarkan sembojan, bahwa dalam „djaman edan, sing hora melu
hora keduman”).
4. Timbul provinsialisme dan rasa kesukuan jang dihiduphidup
kan oleh golongangolongan tertentu untuk maksudmaksud po
litik tertentu.
Usaha kembali pada kepribadian bangsa Indonesia
Dapat dikemukakan, bahwa usaha untuk mengatasi kesulitan
dan usaha untuk kembali membentuk kepribadian bangsa Indonesia
diantaranja adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan dan mempertebal kesadaran nasional.
Membangkitkan dan memupuk rasa kebangsaan, misalnja dalam
soal kebudajaan dan kesenian chususnja. Hendaknja mengusaha
kan agar timbul rasa untuk menghargai kebudajaan/kesenian
nasional.
Hal ini hanja mungkin kalau mereka kenal betul2 akan kebu
dajaan ini. Disamping itu perlu dilakukan penjaringan 2 terhadap
pengaruh jang masuk melalui batjaan2.
2. Menjadari penjelewengan2 ini dan meninggalkannja dengan rela
serta bersedia untuk memperbaiki keadaan jang tidak baik.
3. Para pemimpin hendaknja djudjur, sederhana dan berdjiwa besar
f.
1022
dan mendjadi tjontoh dalam mentaati terlaksananja peraturan
peraturan.
4. Membawa rakjat kearah pembentukan pribadi bangsa Indonesia
jang memiliki :
(a). sifat kekeluargaan
(b). djiwa persatuan
(c). keichlasan berkorban untuk bangsa dan negara
(d). kesederhanaan dalam segala kehidupan dan mendjauhkan
diri dari kemewahan jang berlebih2an
(e). adanja toleransi.
5. Membangkitkan kegembiraan bekerdja dengan api idealisme.
Usaha2 diatas baik kiranja kalau dapat dikerdjakan dengan se
rentak dan dimulai dengan ikut sertanja lapisan atas atau para
pemimpin. Kepribadian bangsa Indonesia djustru masih ada
pada rakjat didesa2. Jang banjak meninggalkan sifat2
kepribadian bangsa Indonesia djustru kalangan masjarakat
lapisan atas atau para pemimpin jang kebanjakan dapat
merumuskan tjara2 serta djalannja tetapi tidak menghiraukan
pelaksanaannja.
Setelah diatas diberikan gambaran mengenai situasi mental Rak
jat Indonesia setjara keseluruhan, dibawah ini akan ditjoba un
tuk memberikan pendjelasan mengenai situasi mental menurut
penggolongan sosial :
a. Golongan Inteligensia (atas dan menengah).
b. Golongan Pegawai.
c. Golongan Guru.
d. Golongan Pengusaha Nasional.
e. Golongan Buruh.
f. Golongan Tani.
g. Golongan Pemuda.
h. Golongan Wanita.
§ 886. Situasi mental menurut penggolongan
sosial a.
Golongan inteligensia
Jang dimaksud dengan golongan ini ialah mereka jang memper
oleh pendidikan tinggi dan oleh karena itu dapat berfikir setjara ilmiah
dengan mempergunakan ratio.
Tjara berfikir setjara ilmiah/rasionil ini merupakan sesuatu jang
baru bagi kita di Indonesia, karena sebelumnja kebudajaan kita lebih
menekankan pada soal2 spirituil. Tjara berfikir setjara rasionil ini ada
lah hasil kehidupan kebudajaan di Barat, dimana telah tertjapai
har.moni antara tjara berfikir setjara rasionil itu dengan dasar 2
kehidupan kebudajaan bangsa2 Barat itu.
Tetapi di Indonesia dengan penerimaan tjara berfikir memakai
ratio itu, tidak tertjapai hubungan jang harmonis dengan dasardasar
kehidupan kebudajaan Bangsa Indonesia.
Pada masa pendjadjahan dasar2 kebudajaan kita mengalami tin
dakantindakan jang sangat merugikan dari fihak pendjadjah dan dji
wa kita diarahkan kepada menikmati kebudajaan Barat jang sesung
guhnja tidak sesuai dan tidak dapat dirasakan oleh djiwa kita, bah
1023
kan sebaliknja hal itu membuat kita memandang rendah atau atjuh
takatjuh terhadap kebudajaan kita sendiri. Dengan demikian keadaan
itu mentjiptakan ketidakseimbangan (tiada harmoni) dalam kehidupan
Bangsa Indonesia. Pendidikan dari sekolah rendah sampai perguruan
tinggi jang diberikan oleh pemerintah kolonial bersifat terlampau in
telektualistis, sehingga pendidikan itu menghasilkan orang2 jang ter
asing dari suasana hidup Rakjat Indonesia jang sebenarnja dan me
reka hanja dapat hidup dikotakota; mereka tidak lagi dapat menje
suaikan dirinja dengan kehidupan didesa. Dasar kehidupan di Barat
pada umumnja individualistis, materialists, kapitalistis, liberalistis,
intelektualistis, sedang di Timur dasar kehidupan pada umumnja ia
lah bersifat kollektivistis, sosialistis, kekeluargaan, mementingkan
kerukunan dan soalsoal jang terletak dalam bidang spirituil.
Mereka jang dapat menerima tjara berpikir dengan ratio dan da
pat mengharmonikan diri dengan alam kehidupan kebudajaan bangsa
Indonesia, merekalah jang dapat digolongkan sebagai penjadar ke
bangsaan dan mereka inilah pada umumnja melihat hari kemudian.
Bangsanja jang suram dan achirnja mendjadi pemimpinpemimpin ke
bangsaan. Diantara orang2 ini jang masih hidup dalam ingatan rak
jat Indonesia ialah Ki Hadjar Dewantoro, Dr. Soetomo, H.A. Salim,
H.O.S. Tjokroaminoto, Dr. Tjipto Mangunkusumo dll.nja. Mereka ini
semuanja adalah inteligensia, tetapi mempunjai sifatsifat jang luhur,
keberanian, djudjur, sederhana dalam hidup, berani bertanggungdja
wab atas tindakan mereka, mempunjai budi luhur bersifat pengabdi
an, kebersihan djiwa. Sifatsifat inilah jang dihormati oleh rakjat dan
jang mempunjai pengaruh magis pada rakjat. Semua ini adalah sifat
sifat jang mempunjai dasar spirituil jang kuat berdasarkan kemanusia
an dan mengatasi batasbatas golongan. Dan mereka inilah jang sudah
mendapatkan pegangan jang pasti dan tertentu. Tetapi mereka jang
dapat didikan Barat tetapi belum dapat mengharmonikan diri dengan
alam kehidupan bangsa sendiri, pada umumnja memperoleh
pandangan jang individualistis dan djauh dari alam sekelilingnja,
mentjari kekajaan kadang2 dengan tiara jang tidak wadjar dan meru
gikan masjarakat. Disinilah ratio disalahgunakan dengan tidak me
ngenal susila, melakukan pemerasan dengan tidak ada batasnja. Di
sebabkan pula oleh kenjataan bahwa kepandaian otak memberi ke
suburan dan kebaikan hidup pada peradaban barat maka djalannja
pengaruh sifat intelektualistis ini pada masjarakat kita pesat sekali,
sehingga keadaan kehidupan kebudajaan kita jang lebih spirituil si
fatnja kadangkadang terdesak.
Persatuan jang baik antara kaum inteligensia pada waktu revo
lusi untuk membebaskan diri dari pendjadjahan achirnja petjah sesu
dah kemerdekaan tertjapai. Lalu muntjullah sampai sekarang antara
kita sendiri keruwetankeruwetan, jang mengganggu kestabilan dan
ketenangan hidup kita, diikuti dengan krisis moril dan kebingungan
dan kemudian timbul keinginan untuk menindjau kembali keadaan
pengaruh itu pada diri kita sendiri; sifat jang terlalu intelektualistis
dengan tidak ada dasar perasaan susila menjebabkan moral merosot.
Penindjauan menimbulkan hasrat untuk kembali pada kepribadian
1024
bangsa Indonesia sendiri jang mengarah pada keseimbangan hidup
spirituil dan materlil, jang berarti harus ada „mental retooling” dan
djuga retooling dalam pendidikan.
Tjatatan : Kemadjuan tehnik dalam kehidupan Barat diimbangi
djiwa senjawa dengan tehnik itu. Mereka menemukan, merasakan dan
mempergunakannja. Tetapi kita di Indonesia baru sampai pada ting
kat menerima jang sudah selesai, belum sampai tarap mensenjawa
kan djiwa kita pada tehnik itu.
Golongan pegawai
Didalam menindjau keadaan mentalita pegawai sekarang, kita
mulai dengan mempeladjari keadaankeadaan suasana jang menje
babkan atau mempengaruhi mereka dalam bertindak. Unsur2 jang ne
gatip jang kita uraikan dibawah ini adalah sebenarnja jang menje
babkan keadaan jang suram seperti sekarang ini dibidang kepega
waian.
1.
Birokrasi
Birokrasi adalah baik untuk melantjarkan pekerdjaan djika
birokrasi itu dilakukan setjara tepat. Tetapi di Indonesia sifat
birokrasi ini adalah berlebih2an sehingga pekerdjaan kantor
mendjadi matjet. Keadaan masjarakat sekarang memperlihatkan
gerak kemadjuan jang lebih dinamis daripada masjarakat pada
waktu djaman djadjahan. Birokrasi jang berlebihlebihan ini, ia
lah oleh karena keypositions pada umumnja adalah ditangan
mereka jang tidak mempunjai dasar pendidikan jang luas dan
tidak akademis; jang terbanjak ialah pegawai menengah dan ren
dahan jang sudah terlatih dalam pekerdjaan routine; birokrasi
sematjam ini adalah baik kalau dipandang dari sudut sipendja
djah. Tetapi waktu pendudukan Djepang mereka ini naik tang
gungdjawabnja atau kedudukannja, oleh karena tidak tjukup
tersedia tenaga2 jang memenuhi sjarat. Waktu Indonesia merde
ka mereka naik lagi kedudukannja, karena sebabsebab jang sa
ma (tenaga akademis, masih sedikit sekali). Oleh karena sebab
sebab itu achirnja birokrasi berlebihlebihan.
2.
P.G.P. dan P.G.P.N.
Mentalita pegawai djuga terganggu oleh karena sistim
P.G.P. dan P.G.P.N.
(a). Gadji tidak mentjukupi kebutuhan hidup para pegawai, se
hingga pikiran mereka gelisah dan pekerdjaan mereka ter
ganggu.
(b). Djuga penilaian atas dasar idjazah2 menimbulkan gangguan
kestabilan pegawai2 (termasuk guru2) terutama jang dari
dahulu sudah bekerdja dan djuga jang turut dalam revolusi,
tetapi oleh karena keadaan tidak dapat melandjutkan seko
lahnja sehingga tetap ketinggalan. Lagi pula akademisi jang
baru menjebabkan timbulnja golongan tua dan muda dan
jang dapat menimbulkan kematjetan.
(c). Kenaikan atau pengangkatan berdasarkan golongan, pertim
banganpertimbangan politik, sistim famili, daerahisme
1025
mengganggu djuga keadaan kestabilan mentalita pegawai
sebagai pengabdi.
(d). Para pegawai masih dihinggapi djiwa statis dan routine, jang
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan usaha
untuk mentjari efficiency jang lebih tinggi (konservatisme).
(e). Pengaruh beberapa gelintir orang jang lekas kaja, karena
menjalah gunakan kedudukan achirnja meluas kesemua pe
gawai, dan lebih2 karena gadji kurang timbul keinginan un
tuk menggunakan tiap kesempatan untuk mendapatkan ke
untungan disegala lapangan. Timbullah korupsi umum.
(f). Napsu beberapa gelintir orang jang ingin menaikkan tarap
hidupnja dengan memakai tjontoh keadaan hidup Negara2
jang sudah madju, tetapi jang tidak sepadan dengan ke
kuatan penghasilan Negara. Alam pikiran ini ada pengaruh
nja djuga pada jang lainnja sehingga gedjala tsb. mendjadi
umum.
(g). Inilah antara lain keadaan2 jang mengelilingi alam mentalita
para pegawai sekarang jang mempengaruhi tjara mereka
berpikir, dan jang akan membawa kehantjuran Negara.
Tetapi disamping mengupas keadaan negatipnja baiklah kita
tindjau djuga keadaan positipnja, karena tentu ada djuga
unsur2 positip jang kuat sehingga memungkinkan djuga ma
sih utuhnja keadaan Negara kita sampai dewasa ini.
3. Unsur2 positip
(a). Meskipun keadaan sebagai tersebut tadi, tetapi masih ada
pegawai2 jang dikuasai oleh rasa etika dan djiwa pengabdi
ideal sehingga unsur itu bisa disalurkan kearah positip.
Usaha itu harus segera dimulai, karena djika tidak mereka
jang berdjumlah sedikit inipun akan dikuasai djuga seluruh
nja oleh unsur2 negatip itu dan achirnja akan timbul suasana
jang tidak diharapkan lama sekali.
(b). Hierarchi masih agak baik, tetapi oleh karena pengaruh
pengaruh negatip tadi lambatlaun bisa mendjadi kabur.
(c). Kursus2 untuk menaikkan tingkat efficiency pegawai sudah
mulai diadakan; usaha itu harus dipergiat dan terutama me
reka jang pernah aktip dalam masa perdjuangan, harus di
beri prioritet dalam kesempatan ini, sehingga rasa keting
galan itu tidak ada.
(d). Semasa revolusi djuga pegawai memberi sumbangan jang
positip dan memperlihatkan sifat jang dinamis. Kalau kita
bandingkan kedua kekuatan arus ini, maka unsur 2 negatip
lebih besar daripada unsur2 positip.
c. Golongan Guru
1. Mentalita guru pada umumnja
Pada umumnja mentalita guruguru itu dapat kita bagi dalam
beberapa •daman menurut keadaan :
(a). Djaman Belanda.
(b). Djaman Djepang.
(c). Saat proklamasi 1945 dan sesudah 1950.
1026
(a). Pada waktu pendjadjahan (Belanda) guru2 bekerdja dengan
teratur dan baik. Sebab2nja ialah :
(1). karena taat akan peraturan2 Pemerintah. Takut kehi
langan matapentjahariannja, karena pada waktu itu ga
dji mereka dapat dikatakan tjukup.
(2). karena mempunjai tjita2 jang tinggi untuk kemerdeka
an bangsanja.
(b). Djandj jang diberikan oleh Djepang untuk kemerdekaan
bangsa Indonesia menjebabkan guru2 bekerdja baik dan
mengabdi untuk tjita2 bangsanja tetapi setelah ternjata ke
merdekaan itu tak kundjung datang, ternjata hal itu meng
ganggu pikiran para guru, sehingga ada jang bekerdja asal
bekerdja. Ada djuga jang masih mempunjai kekuatan batin,
meskipun menghadapi kesukaran masih bekerdja baik dan
giat untuk melatih diri dan generasi muda guna mentjapai
kemerdekaan. Orangorang ini lahirnja that pada peraturan
peraturan jang ada, tetapi dalam batinnja menguatkan diri.
(c). Sesudah 1945 keadaan berobah, semua bekerdja dengan
giat, baik dan dengan rasa mengabdi, untuk mempertahan
kan kemerdekaan bangsanja jang sudah diumumkan. Keada
an