Jilid-05 Depernas 24-Bab-73
RANTJANGAN
DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONALSEMESTA-BERENTJANA DELAPAN TAHUN: 1961 - 1969.
DISUSUN OLEH DEWAN PERANTJANG NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
Djilid : V
Paragrap : 850 – 908
RANTJANGAN
Dasar Undang - Undang
Pembangunan
Nasional – Semesta – Berentjana
Delapan tahun : 1961-1969.
Disusun oleh
Dewan Perantjang Nasional
Republik Indonesia
TERDIRI ATAS :
BUKU KE — SATU
: Pokokpokok Pembangunan Nasional Se
mestaBerentjana.
BUKU KE — DUA
: Rantjangan Bidang Pokok Projek Pem
bangunan NasionalSemestaBerentjana.
BUKU KE — TIGA
: Bidang Méntal/Ruhani dan Penelitian
BUKU KE — EMPAT
: Bidang Kesedjahteraan, Pemerintahan dan
Keamanan/Pertahanan.
BUKU KE — LIMA
: Bidang Produksi.
BUKU KE — ENAM
: Bidang Distribusi.
BUKU KE — TUDJUH : Bidang Keuangan.
BUKU KE — DELAPAN : Uraian Menterimenteri.
B U K U K E T I G A
POKOKPOKOK PEMBANGUNAN
NASIONALSEMESTABERENTJANA
DJILID V : POLA PENDJELASAN BIDANG KEBUDAJAAN
DAN PENDIDIKAN
I s inja:
BAB
Kebudajaan
73.
74.
75.
76.
Paragrap
Hal.
(§ )
Tindjauan Umum
Keadaan Sekarang
Keadaan jang mendjadi tudjuan
Projekprojek
850 — 853
854 — 857
858 — 873
874 — 884
925
933
943
963
885 — 890
891 — 908
101
1
108
Pendidikan
77. Situasi Mental
78. Pendidikan Umum
——oOo——
KEBUDAJAAN INDONESIA.
BAB 73
TINDJAUAN UMUM
§ 850. Pendahuluan
Revolusi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 pada hakekatnja
adalah revolusi bersendjata dan revolusi kebudajaan. Tepat sekali
apa jang dikatakan dalam Manifesto Politik R.I., bahwa „Revolusi
kita bukan hanja Revolusi materiil, tetapi djuga Revolusi mental”.
Djadi djelaslah apabila kita berdjuang menentang imperialisme, itu
berarti kita menentang pengaruhnja jang merugikan rakjat terbanjak,
djuga dalam bidang kebudajaan.
Tugas seniman dan sasterawan kita bukan sadja menggubah dan
mengarang, tetapi jang terutama ialah mengenal dan mengerti ke
kuatankekuatan sosial dan dasar2 daripada Revolusi Indonesia.
Mengenal sekalian golongan Rakjat terbanjak jang sedang berdjoang
untuk Negara jang adil dan makmur.
Hubungan kebudajaan dengan hari depan Revolusi Indonesia su
dah didjelaskan dalam Manifesto Politik R.I., jaitu: „Tudjuan djangka
pendek : sandangpangan, keamanan dan melandjutkan perdjoangan
anti Imperialisme”. Dan tudjuan djangka pandjang ialah „Masjarakat
adil dan makmur, melenjapkan imperialisme dimana2, dan mentjapai
dasardasar bagi perdamaian dunia jang kekal dan abadi”. Djadi hari
depan Revolusi Indonesia adalah masjarakat adil dan makmur atau
sosialisme Indonesia jang disesuaikan dengan kondisikondisi jang
terdapat di Indonesia, dengan Rakjat Indonesia, (dengan adatistiadat,
dengan psikologi (kepribadian) dan kebudajaan Rakjat Indonesia.
Alam mempunjai pengaruh pada perkembangan kebudajaan Indo
nesia. Alam dapat dibagi mendjadi tiga : tanah dan air jang mem
bentuk tanah air kita, iklim dan pembagian atas pulaupulau.
Hudjan, angin dan iklim umpamanja sangat mempengaruhi bentuk
rumahrumah di Indonesia jang pada umumnja „terbuka” dan memer
lukan emperemper dan kadangkadang harus dibangun diatas „tiang”.
Berlainan dengan rumahrumah di Eropah jang djustru karena iklim
nja harus berbentuk serba „tertutup”.
Bahwa iklim mempunjai pengaruh pula terhadap kepribadian
kita terlihat pada kenjataan bahwa kita tidak mempersiapkan diri
untuk musim dengan membuat pakaian panas dan menjimpan ma
kanan untuk waktu panen gagal. Dengan demikian sebetulnja kita
kurang memikirkan hari kemudian karena dapat hidup dari hari
kehari. Dibandingkan dengan bangsa Eropah jang pada umumnja
hemat, kita agaknja lebih boros.
Djuga kesuburan tanah jang dahulu kala dapat mentjukupi keper
luan dalam bidang „sandang pangan”, banjaknja tanaman dan hewan
jang kita miliki, mempunjai pengaruh terhadap kebudajaan kita.
Karena alam di Indonesia menguntungkan kita, maka dengan mudah
kita dapat menjelaraskan diri dengan alam.
925
Selandjutnja tak dapat diabaikan faktor agama dan kepertjajaan
jang mempunjai pengaruh penting pula bagi kebudajaan. Faktor
politis historis mempunjai pengaruh pula. Umpamanja sebelum pen
djadjahan Barat, sifat kebudajaan kita adalah feodal (zaman radja
radja). Waktu pendjadjahan, kebudajaan kita didjadikan kabur oleh
pendjadjah, mula2 dibawa ke Barat dan kemudian kearah Djepang.
Ditindjau dari sudut geografis maka negara kita terletak di per
simpangan antara benua Asia, Afrika dan Australia. Kedudukan ini
melahirkan unsurunsur kebudajaan pada bangsa Indonesia, jang
sangat beraneka warna dan jang erat hubungannja dengan sedjarah
dan penjebaran penduduk. Banjaknja pulaupulau jang terasing letak
nja karena sukarnja hubungan satu sama lain menjebabkan tingkat
tingkat kebudajaan jang sangat berlainan.
Bangsa kita mempunjai kedudukan istimewa pula karena faktor
faktor geopolitis. Indonesia terdiri atas beribu pulau besar dan ketjil,
dari jang terketjil jang besarnja hanja beberapa hektar sampai pulau
Kalimantan, salah satu pulau jang terbesar didunia. Keadaan itu
menentukan watak jang amat berbhinneka, tetapi tetap merupakan
kesatuan jang bulat diantara tiga benua dan dua samudra. Perkem
bangan kebudajaan tidak boleh tidak akan bergerak menurut garis
perpaduan daerah, kebudajaan nasional dan kebudajaan jang datang
dari luar.
Kebudajaan Suku Badui umpamanja, mau tak mau menghendaki
perhubungan jang lebih luas didalam pertumbuhan selandjutnja.
Negara merdeka tak boleh membiarkan isolasi bagianbagian dari
bangsa kita seperti jang terdjadi atas bermatjam2 suku pada zaman
jang lampau. Djalan untuk mengusahakan suburnja pertumbuhan
kebudajaan kita ialah mengadakan hubungan kebudajaan antardaerah
sebanjak mungkin. Bahasabahasa daerah hendaknja digali sedalam
dalamnja untuk memberi bahan bagi pertumbuhan bahasa nasional.
Dalam lapangan internasional sudah tentu hubungan kebudajaan
harus dilaksanakan pula. Sedjak revolusi teknis pada achir abad ke
19 dunia makin lama makin ketjil, djauh dan dekat mendjadi amat
relatif.
§ 851. Hubungan antara lapangan kebudajaan dengan lapangan 2
lain di Indonesia
Hidup kebudajaan tidak berkembang tersendiri, tetapi mempunjai
hubungan erat dengan lapanganlapangan lain.
Chususnja di Indonesia hidup kebudajaan erat hubungannja de
ngan lapangan2 seperti: kehidupan keagamaan dan kepertjajaan,
perkembangan kenegaraan dan politik pemerintahan, pendidikan
didalam dan diluar sekolah, perkembangan ekonomi, perkembangan
sosial, rekreasi rakjat dan sebagainja,
Sebagai pendjelasan dapat diterangkan sebagai berikut :
Tiap agama dan kepertjajaan jang ada di Indonesia memberikan
unsurunsur jang berguna bagi hidup kebudajaan. Dalam hal ini fungsi
lembagalembaga keagamaan perlu turut membantu memperkaja
kebudajaan kita dengan unsurunsur jang menguntungkan. Zaman
926
animisme masih meninggalkan bekas jang terdjalin dalam adatisti
adat rakjat (taritarian, selamatan dan sebagainja). Demikian pula
masuknja agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dll. mempengaruhi
hidup kebudajaan rakjat..
Perkembangan kenegaraan serta politik Pemerintahan dari
zaman kezaman mempengaruhi pula kebudajaan kita. Djuga berganti
gantinja bentuk dan sistim kenegaraan di Indonesia melalui zaman
keradjaankeradjaan Hindu, Buddha, Islam sampai datangnja
pendjadjah oleh Spanjol, Portugis, Belanda, Inggeris dan Djepang,
banjak memberikan bekasbekas dalam hidup kebudajaan kita
hingga sekarang.
Setelah kita memiliki negara merdeka jang berdaulat dan bersatu
lebih2 setelah dekrit Presiden pada tanggal 5 Djuli 1959, seharusnja
politik kebudajaan diarahkan kepada pembentukan hidup kebudajaan
nasional jang didjiwai oleh Undang2 Dasar 1945.
Sudah samasama dipahami, bagaimana pendidikan, baik didalam
sekolah maupun diluar sekolah mempunjai pengaruh jang menentukan
dalam pembentukan manusia budaja Indonesia. Perlu kiranja selekas
nja dibentuk lembaga folklore jang berkewadjiban menggali serta
mengumpulkan unsurunsur kebudajaan jang disalurkan melalui
pendidikan didalam dan diluar sekolah (lembagalembaga kesenian
dll.).
Kemadjuan ekonomi rakjat mempunjai pengaruh jang besar bagi
hidup kebudajaan dan sebaliknja kemerosotan ekonomi akan memba
wa akibat jang buruk sekali bagi perkembangan kebudajaan pada
umumnja.
Begitu pula keadaan sosial dan perkembangan kebudajaan penga
ruhmempengaruhi.
Rekreasi rakjat perlu diberikan saluransaluran jang sebaikbaik
nja dengan terpimpin, antara lain melalui pertundjukanpertundjukan
rakjat, film, batjaanbatjaan agar dapat terdjelma hidup kebudajaan
rakjat jang bermutu tinggi dan bersifat nasional.
Koordinasi usahausaha kebudajaan dengan lapangan2 lain
hendaknja dilakukan oleh suatu instansi kebudajaan jang langsung
dibawah pimpinan Pemerintah atau sebaiknja didjadikan departemen
tersendiri.
§ 852. Tingkattingkat perkembangan kebudajaan Indonesia serta
latar belakangnja
Tingkat perkembangan kebudajaan kita sekarang, adalah berupa
masa peralihan jang mengandung perubahanperubahan jang tjepat
geraknja.
Kebudajaan jang hidup dikalangan rakjat Indonesia berkembang
subur sebagai kebudajaan kesatuan. Rakjat Indonesia terdiri atas ber
puluh2 suku bangsa jang mempunjai Bahasa, adat istiadat dan susunan
masjarakat serta kekeluargaan sendiri. Pula masingmasing agama
meliputi daerahdaerah jang tertentu, misalnja di Menado hampir
hampir semua penduduk memeluk agama Kristen, dipulaupulau
Maluku demikian djuga, di Flores kebanjakan penduduknja beragama
927
Katolik, di Bali beragama Hindu, di Djawa terutama beragama Islam
dan sebagainja. Masingmasing mempunjai tjabang kesenian, misalnja
seni sastera, seni musik, seni suara, seni tari, seni rupa, jang mempu
njai tjorak beraneka ragam menurut daerahnja.
Begitu pula keradjinan tangan seperti tenun, batik, anjaman,
bambu, pandan atau rotan, ukiran kaju, perak atau tembaga mempu
njai tjorak atau bentuk dan warna jang chusus dilahirkan dimasing
masing daerah. Tjara membangun, menghiasi dan mengatur rumah
dan gedung berlainan pula didaerahdaerah diseluruh Indonesia.
Sekaliannja itu mengakibatkan kebudajaan Indonesia mengan
dung unsurunsur jang beraneka warna jang sangat besar djumlahnja
dan mendjadikan kebudajaan Indonesia sangat kaja.
Unsurunsur kebudajaan Indonesia berasal dari seluruh daerah
diwilajah negara Indonesia dan benar2 merupakan kebudajaan „Bhin
neka Tunggal Ika”.
Dalam pada itu proses kearah kebudajaan kesatuan berdjalan
dengan pesat. Perhubungan mendjadi lebih erat antara warganegara
Indonesia dari seluruh daerah dalam pergerakan kemerdekaan dan
perdjoangan. Perhubungan, terutama perhubungan udara jang ber
kembang sehabis perang dunia keII diantara pulaupulau, memung
kinkan pemindahan penduduk dengan tjepat. Penduduk bertjampur
gaul dengan asjiknja dan berkenalan dengan kebudajaan masing2.
Proses kearah kebudajaan kesatuan disuburkan dengan pemakai
an bahasa Indonesia diseluruh bidang kehidupan bangsa. Selain dari
pada sebagai motor jang dahsjat untuk mempersatukan rakjat Indone
sia dalam arti politis, bahasa Indonesia mendjiwai pula persatuan itu
setjara kulturil. Sedjak berpuluhpuluh tahun bahasa itu sendiri telah
tumbuh dengan suburnja dan kesusasteraan Indonesia telah pula
mendjadi kaja dengan terbitnja bukubuku dan madjalah dalam
bahasa Indonesia jang memuat karangankarangan tjeritera, roman,
filsafah, sadjak, seni drama, ilmiah dan lain2nja. Tidak sedikit pula
terdjemahan dari kesusasteraan internasional.
Seni musik jang mempergunakan nada dan skala internasional
berkembang sebagai seni musik meliputi seluruh daerah Indonesia.
Njanjiannjanjian jang berasal dari daerah dan mempergunakan nada
dan skala internasional, misalnja njanjian dari Maluku, Menado, Batak,
Minangkabau. Kerontjong digemari oleh seluruh rakjat. Disamping itu
njanjian dan gubahan baru dalam skala internasional itu mendjadi
popular dikalangan seluruh rakjat.
Gubahangubahan selalu bertambah dan njanjiannjanjian nasio
nal telah pula tertjipta disamping lagu Kebangsaan, misalnja : „Satu
Nusa, Satu Bangsa”, „Satu tudjuh delapan empat lima”. dan lain2.
Djuga senirupa sebagai tjabang kesenian meliputi seluruh Indonesia.
Senilukis modern dan senipahat telah menarik seniman dan seniwati
dari seluruh lapisan rakjat dan seluruh daerah dan kini berkembang
sangat subur.
Seni tari gubahan baru seperti „serampang dua betas”, dan tarian
jang berasal dari daerah misalnja „tari lenso” dan „lenggang” mulai
dipeladjari setjara luas dikalangan rakjat. Tarian 2 tsb. menutupi
928
keperluan akan hiburan bersama pada pertemuanpertemuan, ter
utama antara pemuda dan pemudi.
Dalam seni bangunbangunan sedang ditjari bentukbentuk baru
jang memberi kepuasan, baik mengenai segi estetisnja maupun me
ngenai kegunaannja menurut iklim Indonesia. Terutama dalam kota
besar dan ketjil bentuk rumah penduduk mendapat pengaruh besar
dari Eropah Barat, sehingga kotakota kita berkesan „subur” dari
salah satu kota besar di Eropah Barat.
Salah satu bidang kebudajaan ialah sport. Diseluruh daerah
orang melatih diri dalam matjammatjam tjabang olah raga, terutama
sepak bola, bulu tangkis, bola kerandjang dan sebagainja.
Kemampuan rakjat dalam keolahragaan meningkat dengan
mengundang Asiade 1962 agar diadakan di Djakarta.
Kalau kita menengok kepada kehidupan rakjat seharihari tam
paklah persamaan dalam beberapa adatistiadat jang merupakan
unsurunsur kebudajaan kesatuan, misalnja dalam tjara berpakaian.
Tetapi sebaliknja sebagai alat2 rumah tangga berabadabad diper
gunakan setjara luas alatalat jang berasal dari Barat, misalnja medja
dan kursi. Sendok dan garpu sudah banjak dipakai orang. Pemakaian
sepatu atau sandal nampaknja akan mulai merata dikalangan rakjat.
Belum lagi penggunaan alatalat modern seperti radio, mesin djahit,
mesin tik, lampu listrik dan sebagainja, begitu pula penjebaran madja
lah dan persuratkabaran. Kita mentjari unsurunsur jang tersebar luas
dikalangan rakjat jang mengubah adat lama.
Demikianlah dari tandatanda jang kongkrit dan mudah dikenal
itu, kita dapat menilai bahwa masjarakat Indonesia dalam arti kebu
dajaan adalah dalam masa peralihan dari kebudajaan daerah menudju
kepada kebudajaan kesatuan dan dari kebudajaan asli menudju kepada
kebudajaan Indonesia sebagai perpaduan dari pemilikan sendiri de
ngan unsurunsur kebudajaan dari luar jang telah di Indonesiakan.
Dalam hal ini sangat besar pengaruh perdjoangan nasional, tjitatjita
Pantjasila dan kemauan keras rakjat Indonesia dalam membina satu
bangsa, satu bahasa dan satu tanah air.
Peranan sekolah dalam membina kesatuan pola kebudajaan itu
sangat besar. Kini berpuluh djuta anak sekolah mendapat peladjaran
dalam bahasa Indonesia. Pendidikan disekolah menjebabkan pula bah
wa kebiasaan berpakaian dan tjara bergaul, mengatur rumah tangga,
kebiasaan pada makan dan minum berubah dan mengandung
unsurunsur jang sama disegenap lapisan rakjat diseluruh daerah.
Perkembangan kearah perubahan mental djuga dipengaruhi oleh
beberapa tahun bersekolah ; tjara berfikir rakjat kita lambatlaun
mendjadi rasionil dan berangsurangsur meninggalkan alam pikiran
jang mengandung banjak tachjul dan purbasangka. Sekaliannja itu
memungkinkan terbentuknja warganegara Indonesia jang berdjiwa
nasional.
Republik Indonesia membuka pintu untuk menjuburkan kembali
kebudajaan Indonesia melalui akulturasi antar bangsa. Kegiatan ke
budajaan mendjadi sangat besar dan akulturasi berlangsung sangat
tjepat berkat alatalat modern jang dipakai dalam perhubungan.
929
Kita memakai telepon, radio, pengeras suara, persuratkabaran,
auto mobil, kereta api, kapal dan kapal udara. Tumbuhnja kebudajaan
nasional sangat pesat dalam masa transisi ini.
Supaja perkembangan itu memberi buah seperti jang kita tjita
tjitakan, maka perkembangan itu haruslah diperhatikan setjara ilmi
ah, aktif dan berentjana. Dengan perkataan lain : kegiatan kebudajaan
jang terpimpin mendjadi keharusan supaja perubahanperubahan itu
menguntungkan masjarakat Indonesia.
§ 853. Kepribadian Indonesia
Dalam Manifesto Politik Présiden Sukarno memberikan petun
djuk, menerangkan, bahwa „Tudjuan djangka pendek jang saja ha
dapkan kepada saudarasaudara ialah : program Kabinet Kerdja jang
amat sederhana itu : sandang pangan, keamanan, melandjutkan per
djuangan anti imperialisme — ditambah dengan mempertahankan
kepribadian kita ditengahtengah tarikantarikan kekanan dan
kekiri, jang sekarang sedang berlaku kepada kita dalam
pergolakan dunia menudju kepada satu imbangan baru”.
Dalam Amanat Présiden, didjelaskan bahwa : „Kepribadian bang
sa Indonesia mengenai sifat gotongrojong dan azas kekeluargaan”.
Hal ini perlu diperkembang dan diatur dalam lapangan ekonomi dan
keuangan.
Dalam pidato Présiden “Res Publica” kita dapati katakata Pré
siden sbb.: „Marilah kita dalam memikirkan dan memadjukan norma
norma baru itu, tidak selalu mendjiplak dan membuntut sadja. Mari
lah kita mentjari dan menemukan kepribadian kita sendiri !”.
Seterusnja : „Kita sebagai bangsa masih tetap berada dalam me
dan perdjuangan”. „Medan perdjuangan untuk menegakkan kepriba
dian sendiri, sehingga bangsa kita dihormati oleh semua bangsabang
sa lain karena bukan bangsa djiplakan atau bangsa jang membebek”.
Sekian pertjikan fikiran Présiden jang berkenaan dengan kepri
badian bangsa Indonesia.
Jang harus kita tegaskan dalam hal kepribadian bangsa Indo
nesia ini, ialah tiga perkara, tiga sokoguru, jakni :
1. Kenallah dan kembalilah ke kepribadian sendiri.
2. Binalah serta pertahankanlah kepribadian sendiri, djangan dapat
dipengaruhi sehingga hanjut kekiri atau kekanan, keblok Timur
atau keblok Barat.
3. Beberapa segi kepribadian Indonesia itu seperti sifat gotong
rojong dan azas kekeluargaan, harus dipraktekkan diperkembang
dan diatur dalam lapangan ekonomi dan keuangan.
Dalam sistim masjarakat baru jang hendak kita bentuk dengan
revolusi mental kita bersama rakjat dan para pemimpinnja — jakni
masjarakat sosialisme, kitapun tidak menginginkan sosialisme dji
plakan dari Barat atau dari Timur, melainkan kita menudju sosialisme
a la Indonesia jang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, atau
seperti kata Présiden Sukarno dalam Manifesto Politiknja :
930
„Undangundang Dasar 1945 adalah asli tjerminan kepribadian
(identity) bangsa Indonesia, jang sedjak zaman purbakalamula men
dasarkan sistim Pemerintahannja kepada musjawarat dan mufakat
dengan pimpinan satu kekuasaan sentral ditangan seorang: „sesepuh”
— seorang ketua jang tidak mendiktatori tetapi „memimpin', „me
ngajomi”. Demokrasi Indonesia sedjak zaman purbakala mula ada
lah demokrasi terpimpin dan ini adalah karakteristik bagi semua de
mokrasidemokrasi asli dibenua Asia".
Benar kata W. Sombart dalam salah satu bukunja : „Es gibt
keine algemein oltige Ordnung, sondern nur eine dem bestimmten
Volke angepaste Ordnung”. (Satu tatatertib jang berlaku umum tidak
ada, jang ada ialah tatatertib jang sesuai dengan suatu masjarakat
jang tertentu).
Presiden dalam kuliah umumnja dimuka mahasiswa Bandung pa
da pembukaan studium generale Universitas Padjadjaran, 11 Oktober
1959 meluaskan pengertian kepribadian itu dengan menerangkan, bah
wa perdjalanan sedjarah satu2 bangsa adalah berbeda karena kepri
badiannja berbeda, dan jang sesuai dengan kepribadian Indonesia ialah
demokrasi terpimpin, musjawarah dan mufakat, gotongrojong.
Kita adalah satu bangsa, jang dalam kepribadiannja djikalau perlu
mengangkat sendjata. Maka oleh karena itulah, kata Presiden,
„seharusnja djalan perdjuangan kita lain daripada perdjuangan rakjat
India. Inilah — kata beliau lagi — jang saja maksudkan dengan
kepribadian kita sendiri. Didalam segala hal kita harus kembali
kepada kepribadian kita sendiri. Kita sekarang ini jang telah
mempunjai Republik Indonesia dan hendak menjusun Republik
Indonesia menurut apa jang diamanatkan oleh Bangsa Indonesia
kepada kita, marilah kita berdiri diatas kepribadian kita sendiri'.
Dan selandjutnja Presiden Sukarno mengemukakan satu dalil
jang terpenting sebagai dasar fikirannja, jakni: „Bangsa Indonesia itu
kepribadiannja sosialis”. Buktinja diambil dari kitab2 kuno, dari ki
dalang : „gemah ripah” artinja ramahtamah, djiwa kekeluargaan".
Djadi kepribadian Indonesia itu memainkan peranan jang menen
tukan dalam tjara berdjuang, djadi menentukan djalan sedjarah,
dalam bentuk kesenian serbabagai, dalam adatistiadat, dalam tjara
memetjahkan soal besar dan ketjil jakni dengan musjawarah, dalam
kerdjasama, dalam tumbuhnja sosialisme à la Indonesia.
Kepribadian Indonesia dapat dirusak oleh :
Faktorfaktor dari luar :
a. Propaganda, budjukan, lektur, film, tari, musik dari luar negeri,
kalau kita tidak kritis menghadapinja.
b. Pengaruh uang dari luar negeri: hilang pantang oleh uang, lenjap
achlak, moral, susila oleh pengaruh tak baik dari luar.
c. Pengaruh kebendaan jang lain.
Faktorfaktor dari dalam :
d. Kolonialisme, feodalisme, birokrasi dan korupsi (materialisme).
e. Rasa asor atau rasa hargadiri rendah,
f.
Kurang pengalaman.
931
g. Kurang daja kritik, karena terlalu toleran, terlalu peramah, tidak mau menjakiti
hati orang lain.
Kebudajaan tidak dapat dipisahkan dari manusia, dan karena itu erat bertalian
dengan segala lapangan kehidupan manusia. Untuk mempertahankan kehidupan dan
penghidupannja, manusia mempunjai kebutuhankebutuhan jang mutlak: makan,
minum, pakaian, rumah dan sebagainja; maka lahirlah kebudajaan jang
memperlengkapi manusia dengan kebutuhankebutuhan jang mutlak itu. Kebutuhan
kebutuhan tersebut selalu sesuai dengan tingkat keadaan sekitarnja. Makin madju
keadaan sekitarnja, makin meningkat kebutuhannja.
Sedjarah umat manusia menundjukkan, bahwa keadaan suatu bangsa tidak lepas
dari kemampuannja untuk menghadapi persoalan kebutuhankebutuhan itu; dengan
kata lain keadaan suatu bangsa sebagian besar ada dalam tangannja sendiri. Apabila
kita menengok kebelakang, akan kita ketemukan bahwa bangsa Indonesia mengalami
kedjajaan ketika ia memegang nasibnja dalam tangannja sendiri (Modjopahit,
Sriwidjaja). Semua bentuk2 pengutjapan kebudajaan : kesenian, daja kreasi, keahlian
dalam ketatanegaraan, ketatanegaraan itu sendiri, mentjapai taraf jang tinggi. Dengan
datangnja masa pendjadjahan, dimana bangsa Indonesia tidak dapat mengatur lagi
nasibnja ditangan sendiri, maka merosotlah unsurunsur kebudajaan, hilanglah
dajakreasinja, timbullah unsur perusak jang mengantjam kepribadian bangsa
Indonesia. Segala „perkembangan kebudajaan” terhenti, sebagian hantjur, tetapi jang
paling luka parah ialah djiwanja. Kita mewarisi djiwa jang parah itu, ketika kita
memproklamasikan kemerdekaan kita.
Unsurunsur dari luka parah itu ialah : rasa asor, jaitu tidak pertjaja kepada
kemampuan dan kesanggupan diri sendiri, sebaliknja sangat lekas menerima halhal jang
datang dari luar, pandangan hidup jang dualistis, menganggap rendah milik sendiri,
Lima belas tahun kemerdekaan belum menghasilkan segisegi jang positif, jang dapat
dipakai sebagai landasan untuk menjusun hari kemudian jang bahagia untuk
menjelenggarakan masjarakat adil dan makmur.
Akan tetapi sesungguhnja nasib suatu bangsa terletak dalam tangan bangsa itu
sendiri. Oleh karena itu kita harus jakin, bahwa kita dapat, berkesanggupan dan harus
mendjamin hari kemudian jang bahagia bagi anaktjutju kita.
______________
932
DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONALSEMESTA-BERENTJANA DELAPAN TAHUN: 1961 - 1969.
DISUSUN OLEH DEWAN PERANTJANG NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
Djilid : V
Paragrap : 850 – 908
RANTJANGAN
Dasar Undang - Undang
Pembangunan
Nasional – Semesta – Berentjana
Delapan tahun : 1961-1969.
Disusun oleh
Dewan Perantjang Nasional
Republik Indonesia
TERDIRI ATAS :
BUKU KE — SATU
: Pokokpokok Pembangunan Nasional Se
mestaBerentjana.
BUKU KE — DUA
: Rantjangan Bidang Pokok Projek Pem
bangunan NasionalSemestaBerentjana.
BUKU KE — TIGA
: Bidang Méntal/Ruhani dan Penelitian
BUKU KE — EMPAT
: Bidang Kesedjahteraan, Pemerintahan dan
Keamanan/Pertahanan.
BUKU KE — LIMA
: Bidang Produksi.
BUKU KE — ENAM
: Bidang Distribusi.
BUKU KE — TUDJUH : Bidang Keuangan.
BUKU KE — DELAPAN : Uraian Menterimenteri.
B U K U K E T I G A
POKOKPOKOK PEMBANGUNAN
NASIONALSEMESTABERENTJANA
DJILID V : POLA PENDJELASAN BIDANG KEBUDAJAAN
DAN PENDIDIKAN
I s inja:
BAB
Kebudajaan
73.
74.
75.
76.
Paragrap
Hal.
(§ )
Tindjauan Umum
Keadaan Sekarang
Keadaan jang mendjadi tudjuan
Projekprojek
850 — 853
854 — 857
858 — 873
874 — 884
925
933
943
963
885 — 890
891 — 908
101
1
108
Pendidikan
77. Situasi Mental
78. Pendidikan Umum
——oOo——
KEBUDAJAAN INDONESIA.
BAB 73
TINDJAUAN UMUM
§ 850. Pendahuluan
Revolusi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 pada hakekatnja
adalah revolusi bersendjata dan revolusi kebudajaan. Tepat sekali
apa jang dikatakan dalam Manifesto Politik R.I., bahwa „Revolusi
kita bukan hanja Revolusi materiil, tetapi djuga Revolusi mental”.
Djadi djelaslah apabila kita berdjuang menentang imperialisme, itu
berarti kita menentang pengaruhnja jang merugikan rakjat terbanjak,
djuga dalam bidang kebudajaan.
Tugas seniman dan sasterawan kita bukan sadja menggubah dan
mengarang, tetapi jang terutama ialah mengenal dan mengerti ke
kuatankekuatan sosial dan dasar2 daripada Revolusi Indonesia.
Mengenal sekalian golongan Rakjat terbanjak jang sedang berdjoang
untuk Negara jang adil dan makmur.
Hubungan kebudajaan dengan hari depan Revolusi Indonesia su
dah didjelaskan dalam Manifesto Politik R.I., jaitu: „Tudjuan djangka
pendek : sandangpangan, keamanan dan melandjutkan perdjoangan
anti Imperialisme”. Dan tudjuan djangka pandjang ialah „Masjarakat
adil dan makmur, melenjapkan imperialisme dimana2, dan mentjapai
dasardasar bagi perdamaian dunia jang kekal dan abadi”. Djadi hari
depan Revolusi Indonesia adalah masjarakat adil dan makmur atau
sosialisme Indonesia jang disesuaikan dengan kondisikondisi jang
terdapat di Indonesia, dengan Rakjat Indonesia, (dengan adatistiadat,
dengan psikologi (kepribadian) dan kebudajaan Rakjat Indonesia.
Alam mempunjai pengaruh pada perkembangan kebudajaan Indo
nesia. Alam dapat dibagi mendjadi tiga : tanah dan air jang mem
bentuk tanah air kita, iklim dan pembagian atas pulaupulau.
Hudjan, angin dan iklim umpamanja sangat mempengaruhi bentuk
rumahrumah di Indonesia jang pada umumnja „terbuka” dan memer
lukan emperemper dan kadangkadang harus dibangun diatas „tiang”.
Berlainan dengan rumahrumah di Eropah jang djustru karena iklim
nja harus berbentuk serba „tertutup”.
Bahwa iklim mempunjai pengaruh pula terhadap kepribadian
kita terlihat pada kenjataan bahwa kita tidak mempersiapkan diri
untuk musim dengan membuat pakaian panas dan menjimpan ma
kanan untuk waktu panen gagal. Dengan demikian sebetulnja kita
kurang memikirkan hari kemudian karena dapat hidup dari hari
kehari. Dibandingkan dengan bangsa Eropah jang pada umumnja
hemat, kita agaknja lebih boros.
Djuga kesuburan tanah jang dahulu kala dapat mentjukupi keper
luan dalam bidang „sandang pangan”, banjaknja tanaman dan hewan
jang kita miliki, mempunjai pengaruh terhadap kebudajaan kita.
Karena alam di Indonesia menguntungkan kita, maka dengan mudah
kita dapat menjelaraskan diri dengan alam.
925
Selandjutnja tak dapat diabaikan faktor agama dan kepertjajaan
jang mempunjai pengaruh penting pula bagi kebudajaan. Faktor
politis historis mempunjai pengaruh pula. Umpamanja sebelum pen
djadjahan Barat, sifat kebudajaan kita adalah feodal (zaman radja
radja). Waktu pendjadjahan, kebudajaan kita didjadikan kabur oleh
pendjadjah, mula2 dibawa ke Barat dan kemudian kearah Djepang.
Ditindjau dari sudut geografis maka negara kita terletak di per
simpangan antara benua Asia, Afrika dan Australia. Kedudukan ini
melahirkan unsurunsur kebudajaan pada bangsa Indonesia, jang
sangat beraneka warna dan jang erat hubungannja dengan sedjarah
dan penjebaran penduduk. Banjaknja pulaupulau jang terasing letak
nja karena sukarnja hubungan satu sama lain menjebabkan tingkat
tingkat kebudajaan jang sangat berlainan.
Bangsa kita mempunjai kedudukan istimewa pula karena faktor
faktor geopolitis. Indonesia terdiri atas beribu pulau besar dan ketjil,
dari jang terketjil jang besarnja hanja beberapa hektar sampai pulau
Kalimantan, salah satu pulau jang terbesar didunia. Keadaan itu
menentukan watak jang amat berbhinneka, tetapi tetap merupakan
kesatuan jang bulat diantara tiga benua dan dua samudra. Perkem
bangan kebudajaan tidak boleh tidak akan bergerak menurut garis
perpaduan daerah, kebudajaan nasional dan kebudajaan jang datang
dari luar.
Kebudajaan Suku Badui umpamanja, mau tak mau menghendaki
perhubungan jang lebih luas didalam pertumbuhan selandjutnja.
Negara merdeka tak boleh membiarkan isolasi bagianbagian dari
bangsa kita seperti jang terdjadi atas bermatjam2 suku pada zaman
jang lampau. Djalan untuk mengusahakan suburnja pertumbuhan
kebudajaan kita ialah mengadakan hubungan kebudajaan antardaerah
sebanjak mungkin. Bahasabahasa daerah hendaknja digali sedalam
dalamnja untuk memberi bahan bagi pertumbuhan bahasa nasional.
Dalam lapangan internasional sudah tentu hubungan kebudajaan
harus dilaksanakan pula. Sedjak revolusi teknis pada achir abad ke
19 dunia makin lama makin ketjil, djauh dan dekat mendjadi amat
relatif.
§ 851. Hubungan antara lapangan kebudajaan dengan lapangan 2
lain di Indonesia
Hidup kebudajaan tidak berkembang tersendiri, tetapi mempunjai
hubungan erat dengan lapanganlapangan lain.
Chususnja di Indonesia hidup kebudajaan erat hubungannja de
ngan lapangan2 seperti: kehidupan keagamaan dan kepertjajaan,
perkembangan kenegaraan dan politik pemerintahan, pendidikan
didalam dan diluar sekolah, perkembangan ekonomi, perkembangan
sosial, rekreasi rakjat dan sebagainja,
Sebagai pendjelasan dapat diterangkan sebagai berikut :
Tiap agama dan kepertjajaan jang ada di Indonesia memberikan
unsurunsur jang berguna bagi hidup kebudajaan. Dalam hal ini fungsi
lembagalembaga keagamaan perlu turut membantu memperkaja
kebudajaan kita dengan unsurunsur jang menguntungkan. Zaman
926
animisme masih meninggalkan bekas jang terdjalin dalam adatisti
adat rakjat (taritarian, selamatan dan sebagainja). Demikian pula
masuknja agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dll. mempengaruhi
hidup kebudajaan rakjat..
Perkembangan kenegaraan serta politik Pemerintahan dari
zaman kezaman mempengaruhi pula kebudajaan kita. Djuga berganti
gantinja bentuk dan sistim kenegaraan di Indonesia melalui zaman
keradjaankeradjaan Hindu, Buddha, Islam sampai datangnja
pendjadjah oleh Spanjol, Portugis, Belanda, Inggeris dan Djepang,
banjak memberikan bekasbekas dalam hidup kebudajaan kita
hingga sekarang.
Setelah kita memiliki negara merdeka jang berdaulat dan bersatu
lebih2 setelah dekrit Presiden pada tanggal 5 Djuli 1959, seharusnja
politik kebudajaan diarahkan kepada pembentukan hidup kebudajaan
nasional jang didjiwai oleh Undang2 Dasar 1945.
Sudah samasama dipahami, bagaimana pendidikan, baik didalam
sekolah maupun diluar sekolah mempunjai pengaruh jang menentukan
dalam pembentukan manusia budaja Indonesia. Perlu kiranja selekas
nja dibentuk lembaga folklore jang berkewadjiban menggali serta
mengumpulkan unsurunsur kebudajaan jang disalurkan melalui
pendidikan didalam dan diluar sekolah (lembagalembaga kesenian
dll.).
Kemadjuan ekonomi rakjat mempunjai pengaruh jang besar bagi
hidup kebudajaan dan sebaliknja kemerosotan ekonomi akan memba
wa akibat jang buruk sekali bagi perkembangan kebudajaan pada
umumnja.
Begitu pula keadaan sosial dan perkembangan kebudajaan penga
ruhmempengaruhi.
Rekreasi rakjat perlu diberikan saluransaluran jang sebaikbaik
nja dengan terpimpin, antara lain melalui pertundjukanpertundjukan
rakjat, film, batjaanbatjaan agar dapat terdjelma hidup kebudajaan
rakjat jang bermutu tinggi dan bersifat nasional.
Koordinasi usahausaha kebudajaan dengan lapangan2 lain
hendaknja dilakukan oleh suatu instansi kebudajaan jang langsung
dibawah pimpinan Pemerintah atau sebaiknja didjadikan departemen
tersendiri.
§ 852. Tingkattingkat perkembangan kebudajaan Indonesia serta
latar belakangnja
Tingkat perkembangan kebudajaan kita sekarang, adalah berupa
masa peralihan jang mengandung perubahanperubahan jang tjepat
geraknja.
Kebudajaan jang hidup dikalangan rakjat Indonesia berkembang
subur sebagai kebudajaan kesatuan. Rakjat Indonesia terdiri atas ber
puluh2 suku bangsa jang mempunjai Bahasa, adat istiadat dan susunan
masjarakat serta kekeluargaan sendiri. Pula masingmasing agama
meliputi daerahdaerah jang tertentu, misalnja di Menado hampir
hampir semua penduduk memeluk agama Kristen, dipulaupulau
Maluku demikian djuga, di Flores kebanjakan penduduknja beragama
927
Katolik, di Bali beragama Hindu, di Djawa terutama beragama Islam
dan sebagainja. Masingmasing mempunjai tjabang kesenian, misalnja
seni sastera, seni musik, seni suara, seni tari, seni rupa, jang mempu
njai tjorak beraneka ragam menurut daerahnja.
Begitu pula keradjinan tangan seperti tenun, batik, anjaman,
bambu, pandan atau rotan, ukiran kaju, perak atau tembaga mempu
njai tjorak atau bentuk dan warna jang chusus dilahirkan dimasing
masing daerah. Tjara membangun, menghiasi dan mengatur rumah
dan gedung berlainan pula didaerahdaerah diseluruh Indonesia.
Sekaliannja itu mengakibatkan kebudajaan Indonesia mengan
dung unsurunsur jang beraneka warna jang sangat besar djumlahnja
dan mendjadikan kebudajaan Indonesia sangat kaja.
Unsurunsur kebudajaan Indonesia berasal dari seluruh daerah
diwilajah negara Indonesia dan benar2 merupakan kebudajaan „Bhin
neka Tunggal Ika”.
Dalam pada itu proses kearah kebudajaan kesatuan berdjalan
dengan pesat. Perhubungan mendjadi lebih erat antara warganegara
Indonesia dari seluruh daerah dalam pergerakan kemerdekaan dan
perdjoangan. Perhubungan, terutama perhubungan udara jang ber
kembang sehabis perang dunia keII diantara pulaupulau, memung
kinkan pemindahan penduduk dengan tjepat. Penduduk bertjampur
gaul dengan asjiknja dan berkenalan dengan kebudajaan masing2.
Proses kearah kebudajaan kesatuan disuburkan dengan pemakai
an bahasa Indonesia diseluruh bidang kehidupan bangsa. Selain dari
pada sebagai motor jang dahsjat untuk mempersatukan rakjat Indone
sia dalam arti politis, bahasa Indonesia mendjiwai pula persatuan itu
setjara kulturil. Sedjak berpuluhpuluh tahun bahasa itu sendiri telah
tumbuh dengan suburnja dan kesusasteraan Indonesia telah pula
mendjadi kaja dengan terbitnja bukubuku dan madjalah dalam
bahasa Indonesia jang memuat karangankarangan tjeritera, roman,
filsafah, sadjak, seni drama, ilmiah dan lain2nja. Tidak sedikit pula
terdjemahan dari kesusasteraan internasional.
Seni musik jang mempergunakan nada dan skala internasional
berkembang sebagai seni musik meliputi seluruh daerah Indonesia.
Njanjiannjanjian jang berasal dari daerah dan mempergunakan nada
dan skala internasional, misalnja njanjian dari Maluku, Menado, Batak,
Minangkabau. Kerontjong digemari oleh seluruh rakjat. Disamping itu
njanjian dan gubahan baru dalam skala internasional itu mendjadi
popular dikalangan seluruh rakjat.
Gubahangubahan selalu bertambah dan njanjiannjanjian nasio
nal telah pula tertjipta disamping lagu Kebangsaan, misalnja : „Satu
Nusa, Satu Bangsa”, „Satu tudjuh delapan empat lima”. dan lain2.
Djuga senirupa sebagai tjabang kesenian meliputi seluruh Indonesia.
Senilukis modern dan senipahat telah menarik seniman dan seniwati
dari seluruh lapisan rakjat dan seluruh daerah dan kini berkembang
sangat subur.
Seni tari gubahan baru seperti „serampang dua betas”, dan tarian
jang berasal dari daerah misalnja „tari lenso” dan „lenggang” mulai
dipeladjari setjara luas dikalangan rakjat. Tarian 2 tsb. menutupi
928
keperluan akan hiburan bersama pada pertemuanpertemuan, ter
utama antara pemuda dan pemudi.
Dalam seni bangunbangunan sedang ditjari bentukbentuk baru
jang memberi kepuasan, baik mengenai segi estetisnja maupun me
ngenai kegunaannja menurut iklim Indonesia. Terutama dalam kota
besar dan ketjil bentuk rumah penduduk mendapat pengaruh besar
dari Eropah Barat, sehingga kotakota kita berkesan „subur” dari
salah satu kota besar di Eropah Barat.
Salah satu bidang kebudajaan ialah sport. Diseluruh daerah
orang melatih diri dalam matjammatjam tjabang olah raga, terutama
sepak bola, bulu tangkis, bola kerandjang dan sebagainja.
Kemampuan rakjat dalam keolahragaan meningkat dengan
mengundang Asiade 1962 agar diadakan di Djakarta.
Kalau kita menengok kepada kehidupan rakjat seharihari tam
paklah persamaan dalam beberapa adatistiadat jang merupakan
unsurunsur kebudajaan kesatuan, misalnja dalam tjara berpakaian.
Tetapi sebaliknja sebagai alat2 rumah tangga berabadabad diper
gunakan setjara luas alatalat jang berasal dari Barat, misalnja medja
dan kursi. Sendok dan garpu sudah banjak dipakai orang. Pemakaian
sepatu atau sandal nampaknja akan mulai merata dikalangan rakjat.
Belum lagi penggunaan alatalat modern seperti radio, mesin djahit,
mesin tik, lampu listrik dan sebagainja, begitu pula penjebaran madja
lah dan persuratkabaran. Kita mentjari unsurunsur jang tersebar luas
dikalangan rakjat jang mengubah adat lama.
Demikianlah dari tandatanda jang kongkrit dan mudah dikenal
itu, kita dapat menilai bahwa masjarakat Indonesia dalam arti kebu
dajaan adalah dalam masa peralihan dari kebudajaan daerah menudju
kepada kebudajaan kesatuan dan dari kebudajaan asli menudju kepada
kebudajaan Indonesia sebagai perpaduan dari pemilikan sendiri de
ngan unsurunsur kebudajaan dari luar jang telah di Indonesiakan.
Dalam hal ini sangat besar pengaruh perdjoangan nasional, tjitatjita
Pantjasila dan kemauan keras rakjat Indonesia dalam membina satu
bangsa, satu bahasa dan satu tanah air.
Peranan sekolah dalam membina kesatuan pola kebudajaan itu
sangat besar. Kini berpuluh djuta anak sekolah mendapat peladjaran
dalam bahasa Indonesia. Pendidikan disekolah menjebabkan pula bah
wa kebiasaan berpakaian dan tjara bergaul, mengatur rumah tangga,
kebiasaan pada makan dan minum berubah dan mengandung
unsurunsur jang sama disegenap lapisan rakjat diseluruh daerah.
Perkembangan kearah perubahan mental djuga dipengaruhi oleh
beberapa tahun bersekolah ; tjara berfikir rakjat kita lambatlaun
mendjadi rasionil dan berangsurangsur meninggalkan alam pikiran
jang mengandung banjak tachjul dan purbasangka. Sekaliannja itu
memungkinkan terbentuknja warganegara Indonesia jang berdjiwa
nasional.
Republik Indonesia membuka pintu untuk menjuburkan kembali
kebudajaan Indonesia melalui akulturasi antar bangsa. Kegiatan ke
budajaan mendjadi sangat besar dan akulturasi berlangsung sangat
tjepat berkat alatalat modern jang dipakai dalam perhubungan.
929
Kita memakai telepon, radio, pengeras suara, persuratkabaran,
auto mobil, kereta api, kapal dan kapal udara. Tumbuhnja kebudajaan
nasional sangat pesat dalam masa transisi ini.
Supaja perkembangan itu memberi buah seperti jang kita tjita
tjitakan, maka perkembangan itu haruslah diperhatikan setjara ilmi
ah, aktif dan berentjana. Dengan perkataan lain : kegiatan kebudajaan
jang terpimpin mendjadi keharusan supaja perubahanperubahan itu
menguntungkan masjarakat Indonesia.
§ 853. Kepribadian Indonesia
Dalam Manifesto Politik Présiden Sukarno memberikan petun
djuk, menerangkan, bahwa „Tudjuan djangka pendek jang saja ha
dapkan kepada saudarasaudara ialah : program Kabinet Kerdja jang
amat sederhana itu : sandang pangan, keamanan, melandjutkan per
djuangan anti imperialisme — ditambah dengan mempertahankan
kepribadian kita ditengahtengah tarikantarikan kekanan dan
kekiri, jang sekarang sedang berlaku kepada kita dalam
pergolakan dunia menudju kepada satu imbangan baru”.
Dalam Amanat Présiden, didjelaskan bahwa : „Kepribadian bang
sa Indonesia mengenai sifat gotongrojong dan azas kekeluargaan”.
Hal ini perlu diperkembang dan diatur dalam lapangan ekonomi dan
keuangan.
Dalam pidato Présiden “Res Publica” kita dapati katakata Pré
siden sbb.: „Marilah kita dalam memikirkan dan memadjukan norma
norma baru itu, tidak selalu mendjiplak dan membuntut sadja. Mari
lah kita mentjari dan menemukan kepribadian kita sendiri !”.
Seterusnja : „Kita sebagai bangsa masih tetap berada dalam me
dan perdjuangan”. „Medan perdjuangan untuk menegakkan kepriba
dian sendiri, sehingga bangsa kita dihormati oleh semua bangsabang
sa lain karena bukan bangsa djiplakan atau bangsa jang membebek”.
Sekian pertjikan fikiran Présiden jang berkenaan dengan kepri
badian bangsa Indonesia.
Jang harus kita tegaskan dalam hal kepribadian bangsa Indo
nesia ini, ialah tiga perkara, tiga sokoguru, jakni :
1. Kenallah dan kembalilah ke kepribadian sendiri.
2. Binalah serta pertahankanlah kepribadian sendiri, djangan dapat
dipengaruhi sehingga hanjut kekiri atau kekanan, keblok Timur
atau keblok Barat.
3. Beberapa segi kepribadian Indonesia itu seperti sifat gotong
rojong dan azas kekeluargaan, harus dipraktekkan diperkembang
dan diatur dalam lapangan ekonomi dan keuangan.
Dalam sistim masjarakat baru jang hendak kita bentuk dengan
revolusi mental kita bersama rakjat dan para pemimpinnja — jakni
masjarakat sosialisme, kitapun tidak menginginkan sosialisme dji
plakan dari Barat atau dari Timur, melainkan kita menudju sosialisme
a la Indonesia jang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, atau
seperti kata Présiden Sukarno dalam Manifesto Politiknja :
930
„Undangundang Dasar 1945 adalah asli tjerminan kepribadian
(identity) bangsa Indonesia, jang sedjak zaman purbakalamula men
dasarkan sistim Pemerintahannja kepada musjawarat dan mufakat
dengan pimpinan satu kekuasaan sentral ditangan seorang: „sesepuh”
— seorang ketua jang tidak mendiktatori tetapi „memimpin', „me
ngajomi”. Demokrasi Indonesia sedjak zaman purbakala mula ada
lah demokrasi terpimpin dan ini adalah karakteristik bagi semua de
mokrasidemokrasi asli dibenua Asia".
Benar kata W. Sombart dalam salah satu bukunja : „Es gibt
keine algemein oltige Ordnung, sondern nur eine dem bestimmten
Volke angepaste Ordnung”. (Satu tatatertib jang berlaku umum tidak
ada, jang ada ialah tatatertib jang sesuai dengan suatu masjarakat
jang tertentu).
Presiden dalam kuliah umumnja dimuka mahasiswa Bandung pa
da pembukaan studium generale Universitas Padjadjaran, 11 Oktober
1959 meluaskan pengertian kepribadian itu dengan menerangkan, bah
wa perdjalanan sedjarah satu2 bangsa adalah berbeda karena kepri
badiannja berbeda, dan jang sesuai dengan kepribadian Indonesia ialah
demokrasi terpimpin, musjawarah dan mufakat, gotongrojong.
Kita adalah satu bangsa, jang dalam kepribadiannja djikalau perlu
mengangkat sendjata. Maka oleh karena itulah, kata Presiden,
„seharusnja djalan perdjuangan kita lain daripada perdjuangan rakjat
India. Inilah — kata beliau lagi — jang saja maksudkan dengan
kepribadian kita sendiri. Didalam segala hal kita harus kembali
kepada kepribadian kita sendiri. Kita sekarang ini jang telah
mempunjai Republik Indonesia dan hendak menjusun Republik
Indonesia menurut apa jang diamanatkan oleh Bangsa Indonesia
kepada kita, marilah kita berdiri diatas kepribadian kita sendiri'.
Dan selandjutnja Presiden Sukarno mengemukakan satu dalil
jang terpenting sebagai dasar fikirannja, jakni: „Bangsa Indonesia itu
kepribadiannja sosialis”. Buktinja diambil dari kitab2 kuno, dari ki
dalang : „gemah ripah” artinja ramahtamah, djiwa kekeluargaan".
Djadi kepribadian Indonesia itu memainkan peranan jang menen
tukan dalam tjara berdjuang, djadi menentukan djalan sedjarah,
dalam bentuk kesenian serbabagai, dalam adatistiadat, dalam tjara
memetjahkan soal besar dan ketjil jakni dengan musjawarah, dalam
kerdjasama, dalam tumbuhnja sosialisme à la Indonesia.
Kepribadian Indonesia dapat dirusak oleh :
Faktorfaktor dari luar :
a. Propaganda, budjukan, lektur, film, tari, musik dari luar negeri,
kalau kita tidak kritis menghadapinja.
b. Pengaruh uang dari luar negeri: hilang pantang oleh uang, lenjap
achlak, moral, susila oleh pengaruh tak baik dari luar.
c. Pengaruh kebendaan jang lain.
Faktorfaktor dari dalam :
d. Kolonialisme, feodalisme, birokrasi dan korupsi (materialisme).
e. Rasa asor atau rasa hargadiri rendah,
f.
Kurang pengalaman.
931
g. Kurang daja kritik, karena terlalu toleran, terlalu peramah, tidak mau menjakiti
hati orang lain.
Kebudajaan tidak dapat dipisahkan dari manusia, dan karena itu erat bertalian
dengan segala lapangan kehidupan manusia. Untuk mempertahankan kehidupan dan
penghidupannja, manusia mempunjai kebutuhankebutuhan jang mutlak: makan,
minum, pakaian, rumah dan sebagainja; maka lahirlah kebudajaan jang
memperlengkapi manusia dengan kebutuhankebutuhan jang mutlak itu. Kebutuhan
kebutuhan tersebut selalu sesuai dengan tingkat keadaan sekitarnja. Makin madju
keadaan sekitarnja, makin meningkat kebutuhannja.
Sedjarah umat manusia menundjukkan, bahwa keadaan suatu bangsa tidak lepas
dari kemampuannja untuk menghadapi persoalan kebutuhankebutuhan itu; dengan
kata lain keadaan suatu bangsa sebagian besar ada dalam tangannja sendiri. Apabila
kita menengok kebelakang, akan kita ketemukan bahwa bangsa Indonesia mengalami
kedjajaan ketika ia memegang nasibnja dalam tangannja sendiri (Modjopahit,
Sriwidjaja). Semua bentuk2 pengutjapan kebudajaan : kesenian, daja kreasi, keahlian
dalam ketatanegaraan, ketatanegaraan itu sendiri, mentjapai taraf jang tinggi. Dengan
datangnja masa pendjadjahan, dimana bangsa Indonesia tidak dapat mengatur lagi
nasibnja ditangan sendiri, maka merosotlah unsurunsur kebudajaan, hilanglah
dajakreasinja, timbullah unsur perusak jang mengantjam kepribadian bangsa
Indonesia. Segala „perkembangan kebudajaan” terhenti, sebagian hantjur, tetapi jang
paling luka parah ialah djiwanja. Kita mewarisi djiwa jang parah itu, ketika kita
memproklamasikan kemerdekaan kita.
Unsurunsur dari luka parah itu ialah : rasa asor, jaitu tidak pertjaja kepada
kemampuan dan kesanggupan diri sendiri, sebaliknja sangat lekas menerima halhal jang
datang dari luar, pandangan hidup jang dualistis, menganggap rendah milik sendiri,
Lima belas tahun kemerdekaan belum menghasilkan segisegi jang positif, jang dapat
dipakai sebagai landasan untuk menjusun hari kemudian jang bahagia untuk
menjelenggarakan masjarakat adil dan makmur.
Akan tetapi sesungguhnja nasib suatu bangsa terletak dalam tangan bangsa itu
sendiri. Oleh karena itu kita harus jakin, bahwa kita dapat, berkesanggupan dan harus
mendjamin hari kemudian jang bahagia bagi anaktjutju kita.
______________
932