Jilid-05 Depernas 24-Bab-78
BAB 78 PENDIDIKAN UMUM
§ 891 Pendahuluan
„Semua anak jang berumur 6 tahun berhak dan jang berumur
8 tahun diwadjibkan beladjar disekolah sedikitdikitnja 6 tahun la
manja”. Bangsa kita haus akan pendidikan. Dari mana2 terdengar
seruan agar Pemerintah mendirikan sebanjak mungkin sekolah.
Untuk melukiskan betapa luasnja pekerdjaan jang harus diha
dapi pada permulaan kemerdekaan kita, diberikan perhitungan jang
sederhana:
Taksiran djumlah penduduk Indonesia
pada tahun 1950 kurang lebih:
75.000.000 orang
Djumlah semua anak jang berumur 6 s/d
12 tahun menurut perhitungan interna
sional 15% dari djumlah diatas:
11.250.000 orang
Jang bersekolah menurut statistik tahun
1950 hanja :
5.000.000 orang
Djadi jang belum bersekolah:
6.250.000 orang
Djadi jang terutama kita perlukan, djika kita hendak melaksanakan
U.U.P. pasal 10 itu :
6.250.000 (anak): 40 (jakni djumlah dalam satu kelas) = 156.250
ruangan beladjar dan 156.250 orang guru (ditiap ruangan seorang).
Tindakan pertama untuk memenuhi hasrat bangsa Indonesia,
ialah mengangkat guru2 darurat (tidak tetap, guru2 honorair) jang
beridjazah S.M.P., S.K.P. dan lain sebagainja, dengan perdjandjian,
bahwa mereka harus mentjapai idjazah guru selekas mungkin.
Kemudian pendidikan gurupun dimulai setjara besar2an dengan
mendirikan 300 buah K.P.K.B.K.B. (jang kemudian diubah mendjadi
S.G.B., sehingga seluruh S.G.B. berdjumlah 487 buah) mulai pada
tahun 1951. Sekolah2 guru ini dapat menghasilkan lebih kurang
30.000 orang guru dalam setahun.
Hasilnja dibuktikan daftar dibawah ini :
Tahun peladjaran
Djumlah S.R.
1942
1954
1959
15.000
30.800
34.400
Djumlah
murid
2.500.000
5.030.000
7.380.000
Djumlah
guru
36.000
113.000
181.000
Djumlah guru ini harus lagi ditambah dengan 25.000 orang un
tuk tahun 1960, sehingga djumlah semua mendjadi 206.000 orang.
Pada tahun 1962 S.G.B. akan ditutup dan tinggal hanja S.G.A.
sadja.
Djumlah guru pada waktu itu mendjadi kurang lebih 250.000
orang dan sudah tjukup untuk mendjalankan kewadjiban beladjar.
1087
Sampai achir Maret 1960, masih banjak tjalon guru tamatan S.G.B.
dan S.G.A. jang belum mendapat tempat karena kekurangan pegawai
untuk mengerdjakan surat putusan mereka.
Jang kedua jang diperlukan dalam perluasan S.R. ialah ruangan
kelas. Pemerintah Pusat dan Daerah tidak berhenti2nja mengandjur
kan kepada rakjat, supaja mendirikan gedung sekolahnja sendiri,
karena Pemerintah tidak mampu membajarnja. Maka rakjat Indo
nesia berlombalombalah menjokong Pemerintah sesuai dengan ke
sanggupannja masing2. Dengan uang jang diterimanja dari Peme
rintah Pusat, Propinsi biasanja mendirikan sekolah permanen atau
semipermanen.
Akan tetapi djumlahnja tidak berapa. Kebanjakan sekolah di
dirikan oleh rakjat tanpa bantuan atau dengan bantuan jang sangat
sedikit dari Pemerintah. Djika kita mengundjungi daerah 2, kita sa
ngat terharu melihat kegiatan jang dikembangkan oleh bangsa kita
dalam membantu Pendidikan.
Statistik tentang gedung2 S.R. jang didirikan oleh rakjat dan
Pemerintah sampai dengan keadaan pada tahun peladjaran 1958/
1959
Djumlah gedung jang didirikan oleh
rakjat dan diserahkan kepada Pe
merintah:
3181 buah atau 9659 ruangan
Djumlah gedung jang didirikan oleh
rakjat dan dipindjamkan kepada
Pemerintah:
4491 buah atau 11825 ruangan
Djumlah gedung jang didirikan oleh
rakjat dan hanja disewakan kepada
Pemerintah:
16633 buah atau 43640 ruangan
Djumlah gedung jang berasal dari
rakjat:
24305 buah atau 65124 ruangan
Djumlah gedung jang didirikan oleh
Pemerintah:
12802 buah atau 41679 ruangan
Djumlah gedung jang dipergunakan
untuk S.R.:
37107 buah atau 106803 ruangan *)
§ 892 Keadaan Sekarang
Susunan Organisasi Pendidikan Umum
Pada waktu sekarang ini ada 4 tingkat sekolah, jaitu:
a. Tingkat persiapan — berupa sekolah Taman Kanakkanak, jang
membimbing pertumbuhan anak dibawah umur 6 tahun. Sekolah
ini tidak mendjadi tanggung djawab penuh dari pemerintah.
Sekolahsekolah Taman Kanakkanak pemerintah jang ada ha
njalah diperlukan sebagai tjontoh dan didjadikan alat pembim
___________
*) Tidak termasuk angka dari Maluku, karena belum ada laporan.
1088
b.
c.
d.
bing bagi pengusahapengusaha Taman Kanakkanak Partikelir.
(Lihat selandjutnja fasal 7 ajat 1. U.U. Pokok Pendidikan no. 4
tahun 1950).
Tingkat dasar — berupa adanja Sekolah Rakjat (SR) 6 tahun,
jang membimbing pertumbuhan anak antara umur 6 dan 12 (13,
14) tahun.
Sekolahsekolah itu memberikan tuntutan tumbuhnja rohani
dan djasmani kanakkanak, dan memberikan kesempatan ke
padanja guna mengembangkan bakat dan kesukaannja masing
masing serta memberikan dasardasar.pengetahuan ketjakapan
dan ketangkasan, baik lahir maupun batin. (Lihat selandjutnja
fasal 7 ajat 2. U.U. Pokok Pendidikan no. 4 tahun 1950).
Tingkat menengah — berupa adanja Sekolahsekolah Landjutan
Pertama jang lamanja 3 tahun, bersambung dengan Sekolah
Landjutan tingkatan Atas jang lamanja djuga 3 tahun. (Lihat
selandjutnja fasal 7 ajat 3 U.U. Pokok Pendidikan no. 4 tahun
1950).
Tingkat tinggi — berupa adanja universitas dengan fakultas
fakultasnja, dan adanja akademiakademi serta kursuskursus
jang menjiapkan tenagatenaga chusus dalam vakvak tertentu.
Disamping keempat tingkat itu ada usaha mengadakan sekolah
sekolah untuk orangorang jang dalam keadaan kekurangan, baik
djasmani maupun rochaninja.
Pada tingkat menengah, ada sekolahsekolah jang diasuh oleh
Djawatan Pendidikan Umum dan oleh Djawatan Pendidikan Kedju
ruan, disamping adanja sekolahsekolah dibawah asuhan Djawatan
Kebudajaan dan Djawatan Pendidikan Masjarakat.
Dibawah ini akan diberi gambaran tentang penjelenggaraan pen
didikan umum di Indonesia, jang menggambarkan perkembangan
djumlah sekolah, guru, murid dan keadaan alatalat perlengkapan di
pelbagai tingkat pendidikan umum. Dimana mungkin diberikan sta
tistikstatistik mengenai perkembanganperkembangan itu.
§ 893 Penjelenggaraan Taman Kanakkanak
a. Perkembangan Taman Kanakkanak diseluruh Indonesia telah
mendjadi suatu kenjataan.
Pada achir tahun. 1957 tertjatat pasta Urusan Taman Kanak
kanak keadaan sebagai dibawah ini:
Taman Kanakkanak Dada achir tahun 1957.
Sekolah
Murid
G u r u
Negeri
9
755
26
(dpb.
Bantuan
185
15202
455
196)
Partikelir
613
38786
1099
(dpb.
Djumlah
807
54743
1580
196)
1089
Pada achir tahun 1959 keadaan mendjadi:
Sekolah
Murid
G u r u
Negeri
9
894
48
(dpb.
Bantuan
348
21300
547
497)
Partikelir
936
70000
2100
(dpb.
Djumlah
1293
92194
2695
497)
b. Pemberian guru diperbantukan
Dalam hal pembagian guruguru diperbantukan Urusan Taman
Kanakkanak mengalami kesulitankesulitan dalam penempatan
guruguru dikotakota terpentjil, tidak hanja diluar pulau Djawa,
akan tetapi djuga dipulau Djawa.
Kebanjakan guruguru itu minta ditempatkan dikotakota besar.
Pada permulaan Urusan Taman Kanakkanak hanja mengangkat
guruguru jang berikatan dinas. Dewasa ini dapat djuga diang
kat mereka jang bersedia ditempatkan diseluruh Indonesia de
ngan tidak ada paksaan, karena tundjangan Ikatan Dinas mulai
tahun peladjaran 1957 telah dihapuskan.
Pada tahun peladjaran 1957/1958 Pemerintah mempunjai 4
S.G.T.K. Negeri, jaitu:
1. 3 buah di Djawa (Djakarta, Jogjakarta, Surabaja).
2. 1 buah di Sumatera (Padang).
Untuk mengadakan pembagian jang seadiladilnja, maka ditentu
kan tjara penempatan tamatan S.G.T.K. sebagai berikut :
1. Tamatan S.G.T.K. Negeri Padang ditentukan seluruh Su
matera.
2. Tamatan S.G.T.K. Negeri Djakarta ditentukan untuk Djawa
Barat dan Kalimantan.
3. Tamatan S.G.T.K. Negeri Jogjakarta ditentukan untuk Djawa
Tengah, Kalimantan dan Sulawesi.
4. Tamatan S.G.T.K. Negeri Surabaja ditentukan untuk Djawa
Timur, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
Sekarang djumlah S.G.T.K. Negeri telah bertambah dengan 6
buah lagi, jaitu masingmasing di Bandung, Salatiga, Tandjung
karang, Bandjarmasin, Makassar dan Medan.
Mengingat pesatnja pertumbuhan Taman Kanakkanak dewasa
ini dan banjaknja permintaan guru Taman Kanakkanak dari se
luruh Indonesia, maka dengan bertambahnja djumlah S.G.T.K.
Negeri kekurangan guruguru Taman Kanakkanak dapat dipe
nuhi dan berarti djuga, bahwa Pemerintah telah memberi kesem
patan kepada puteriputeri dari segala pelosok di Indonesia un
tuk memasuki S.G.T.K.
c. Pengawasan atas Taman Kanakkanak partikelir
Disamping penjelenggarapenjelenggara Taman Kanakkanak
jang sungguhsungguh bekerdja demi kepentingan anakanak
1090
kita, ada djuga pengusahapengusaha Taman Kanakkanak jang
mendirikan Taman Kanakkanak hanja untuk kepentingan diri
sendiri.
Oleh pengusahapengusaha itu, anakanak ditampung dalam
ruanganruangan jang tidak memenuhi sjaratsjarat kesehatan
selama 1½ djam, kemudian diganti oleh rombongan kedua dan
ketiga.
Mengingat akan halhal jang tidak diinginkan ini dirasa sangat
perlu untuk mendesak Pemerintah supaja segera mengeluarkan
Undangundang Sekolah Partikelir jang telah direntjanakan.
d. Rentjana Peladjaran
Rentjana Peladjaran jang disusun pada tahun 1954 hingga seka
rang masih tetap berlaku.
Dengan mengadakan kontak dengan perkumpulanperkumpulan
dan penjelenggarapenjelenggara Taman Kanakkanak, diandjur
kan kepada masjarakat untuk mengobah tjara bekerdja kearah
pembaharuan dengan meletakkan titikberat pada inisiatif si
anak.
Untuk dapat mentjapai suatu kesatuan dalam tjara mengadjar,
maka Urusan Taman Kanakkanak pernah mengandjurkan ke
pada penjelenggarapenjelenggara dan Gabungan Taman Kanak
kanak di Djakarta dan Kebajoran supaja mengadakan pameran
pameran hasil karya para guru dan anakanak. Dalam bulan
Djuli 1959 di Djakarta telah diadakan pameran serupa itu jang
dibuat dari bahanbahan jang tidak berguna lagi.
Pameran itu merupakan suatu pelaporan dari Kongres Pendidik
an Kanakkanak seluruh Indonesia jang diadakan di Jogjakarta
pada bulan Oktober 1959.
Bahwa Kongres sematjam itu sangat bermanfaat ternjata dari
sambutan jang amat baik dari Guruguru Taman Kanakkanak/
S.G.T.K. dan Pengurus Jajasan/Badan/Organisasi Pendidikan di
Indonesia jang dapat dibuktikan dari djumlah dan asal peserta
kongres tersebut.
e.
Usahausaha lain kearah perbaikan Taman Kanakkanak
1. Telah diadakan hubungan dengan Djawatan Kesehatan Seko
lah untuk merentjanakan pemberian suntikan kepada anak
anak Taman Kanakkanak, jang maksudnja sebagai pendjaga
an kesehatan anakanak.
Djuga diusahakan untuk mendapatkan pemberian susu bubuk
dari Unicef, akan tetapi karena djatah susu bubuk untuk In
donesia dalam tahun 1960 dikurangi, maka usaha tersebut
belum berhasil.
2. Telah diusahakan bantuan uang sebanjak Rp. 10.000,— dari
Departemen P.P. dan K. guna menjokong Pameran Pekerdja
an Taman Kanakkanak dari Gabungan Taman Kanakkanak
Tjabang Djakarta pada bulan Djuli 1959.
1091
3.
4.
5.
6.
7.
Djuga diusahakan hadiahhadiah berupa buku dan permain
an jang dimintakan dari tokotoko buku dan penerbitpener
bit, serta pialapiala dari Departemen P.P. dan K dan P.G.R.I.
untuk perlombaanperlombaan pada Kongres Gabungan Ta
man Kanakkanak di Jogjakarta pada bulan Oktober 1959
dan Seminar Nasional Melati pada bulan Desember 1959 di
Djakarta.
Madjalah Pendidikan Taman Kanakkanak jang dikeluarkan
dalam tahun 1958 telah dikirimkan kepada semua Instansi
jang berhubungan dengan pendidikan Taman Kanakkanak,
semua Taman Kanakkanak dan organisasiorganisasi jang
menjelenggarakan Taman Kanakkanak.
Menjelenggarakan „in service courses” bagi guruguru dan
Penilik Taman Kanakkanak.
Mengadakan suatu Taman Kanakkanak Pertjobaan guna per
baikan dan perkembangan pendidikan dan pengadjaran Ka
nakkanak.
Mendapatkan kesempatan bagi petugaspetugas Taman Ka
nakkanak untuk dikirim keluar Negeri guna mentjari penga
laman dan pengumpulan pengetahuan tentang PraeSchool
Education.
Urusan Taman Kanakkanak terus berusaha ditiaptiap daerah
tingkat I setidaktidaknja diangkat seorang Penilik/Penilik
tingkat I dan seorang Kepala Taman Kanakkanak diperban
tukan sebagai penasehat.
§ 894 Penjelenggaraan Sekolah Rakjat
a. Perlu kiranja didjelaskan, bahwa penjelenggaraan Sekolah Rak
jat telah diserahkan kepada Propinsi dengan Peraturan Pemerin
tah No. 65 tahun 1951.
Penjelenggaraan S.R. itu meliputi :
1. pembukaan (pendirian), perluasan dan penutupan S.R.
2. pembuatan gedunggedung.
3. pembelian alatalat, perlengkapan dan kitabkitab peladjaran.
4. pengangkatan guru S.R., pemindahan, pemberhentian dsb.
Dengan P.P. No. 65 tahun 1951 itu pula telah diserahkan kepada
Propinsi pemberian subsidi kepada Sekolahsekolah Rakjat par
tikelir. InstansiPropinsi jang melaksanakan tugas tersebut di
atas ialah Dinas P.P. dan K. Propinsi dan tjabangtjabangnja di
Kabupaten.
b. Hubungan antara Inspeksi dan Pemerintah Daerah dan P.P. dan
K. Propinsi.
Hal itupun ditetapkan djuga pada P.P. No. 65 tahun 1951, bab 9
pasal 4 sebagai berikut :
„Dalam halhal mengenai urusan pendidikan, pengadjaran dan
kebudajaan jang diserahkan, Dewan Pemerintah Daerah Propin
si, bila memandang perlu, dapat meminta keteranganketerang
1092
an, pertimbanganpertimbangan atau usulusul dari Instansiin
stansi Kementerian P.P. dan K. jang bersangkutan didaerah dan
sebaliknja".
„Untuk kesempurnaan penjelenggaraan urusan pendidikan, pe
ngadjaran dan kebudajaan, Kementerian P.P. dan K. dan Pro
pinsi berusaha agar didapat kerdjasama jang erat antara instan
siinstansi Kementerian P.P. dan K. dan Dinas P.P. dan K. Pro
pinsi”.
Pada tahuntahun permulaan hubungan antara Inspeksi dan Di
nas P.P. dan K. dibeberapa Propinsi agak kaku, karena P.P. jang
tersebut diatas tidak diperintji, bilamana Pemerintah Propinsi ha
rus meminta pendapat dari Inspeksi Daerah dan apakah pertim
bangan itu mengikat atau tidak.
Dalam praktek ternjata, bahwa pertimbangan Inspeksi diperlu
kan dalam hampir segala hal, baik mengenai pembangunan ge
dung sekolah atau tentang pemberhentian pesuruh sekolah se
kalipun.
Pimpinan dan pengawasan tidak dapat ditjeraikan daripada
penjelenggaraan.
Dimana terdapat kerdjasama jang erat antara kedua instansi
itu, disitu pulalah tertjapai kemadjuan jang pesat dikalangan
pendidikan S.R. Didaerahdaerah dimana kerdjasama itu kurang,
kemadjuan S.R. itupun terhambat.
Perkataan dualisme dalam pembinaan S.R. sudah terdengar se
djak keluarnja P.P. No. 65 tahun 1951 dan hingga kini belum dju
ga dipetjahkan.
Dalam „Pikiran Mengenai Pembaharuan di Sekolah”, Inspeksi
Pusat Pengadjaran Rendah telah mengandjurkan kepada Peme
rintah supaja subsidi untuk pendidikan Sekolah Rakjat tidak
lagi diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri, melainkan dibe
rikan oleh Kementerian P.P. dan K., karena hanja Kementerian
P.P. dan K. sadjalah jang mengetahui apa jang diperlukan Seko
lahsekolah Rakjat itu dan tjara bagaimana melaksanakannja.
c. Pembaharuan pendidikan di S.R.
Disamping perluasan jang telah dapat tertjapai, Djawatan Pendi
dikan Umum berusaha untuk mengadakan Pembaharuan pendi
dikan disegala sekolah umum termasuk S.R. karena tudjuan pen
didikan dan pengadjaran sudah berubah. Jang harus ditjapai
ialah, agar tiap warganegara dapat mentjapai tingkatan hidup
jang lebih tinggi daripada sekarang, lahir maupun bathin; me
ngerti akan kedudukannja dalam negara, insjaf akan hak dan ke
wadjibannja, memiliki pengertian tentang tanggungdjawab dan
ketertiban dalam negara untuk keselamatan bersama, sanggup
mengembangkan initiatip untuk kemadjuan dirinja dan masja
rakatnja. Hal ini tidak dapat ditjapai dengan tjara mengadjar
setjara kolonial jang kolot.
Pada tahun 19.51 dan tahuntahun berikutnja Inspeksi Pusat S.R.
mulailah menggerakkan para petugasnja kearah pengintensipan
1093
dan pembaharuan pendidikan dengan mengadakan konperensi
konperensi.
Sebagai hasil daripada pemikiran mengenai pembaharuan dise
kolah, Djawatan Pendidikan Umum mengeluarkan kitab „Pikiran
pikiran dalam pembaharuan pendidikan disekolah” pada tahun
1957. Kitab itu membahas Undangundang Pokok Pendidikan
dan akibatnja kepada pendidikan/pengadjaran disegala djenis
sekolah umum.
Sambil menunggu hasilhasil panitiapanitia jang dibentuk, be
berapa perbaikan sudah pula dilakukan. Jang terutama dianta
ranja ialah :
1. Sedjak tahun 1951 Inspeksi Pendidikan Djasmani melaksa
nakan kursuskursus aplikasi untuk para guru S.R.
2. Untuk menambah pengetahuan para guru Balai Pendidikan
Guru di Bandung mengeluarkan kursuskursus tertulis se
djak tahun 1952, jakni K.G.B. dan R.B.B., K.G.A. dan R.B.A.
Sekalipun hasilnja tidak memenuhi harapan semula, satu hal
sudah tertjapai, jakni: para guru kita telah mengetahui, bah
wa masih banjak jang harus dipeladjarinja.
3. Sedjak tahun 1953 para P.S. dan P.S.K. bergiliran dipanggil
ke Bandung untuk mendapat kursus aplikasi dalam tjara
tjara mendidik dengan mempergunakan alatalat jang dibuat
sendiri. (Science Teaching).
4. Beberapa orang guru dari tiap propinsi dikirim ke Padang
Pandjang untuk mendapat latihan dalam matamata pela
djaran ekspressi.
5. Disamping usahausaha dari Pusat para Kepala Inspeksi S.R.
Daerah berusaha sekuat tenaga menambah kesanggupan para
petugasnja didaerah melalui rapatrapat dan kursuskursus
kilat.
d.
Kursuskursus aplikasi bagi guruguru S.R.
Tiga daerah telah membuka kursus aplikasi bagi guruguru S.R.,
jakni Sumatera Selatan, Djawa Tengah dan Kalimantan Barat.
Kursuskursus aplikasi ini bermaksud menambah dan memper
baharui pengetahuan para guru supaja mereka sanggup melaku
kan pembaharuan sesuai dengan tudjuan Undangundang Pokok
Pendidikan.
e.
Kelaskelas masjarakat
Ternjata sudah, bahwa tidak semua tamatan S.R. mendapat tem
pat disekolah landjutan tingkat pertama. Jang lain haruslah sang
gup mendajungkan hidupnja sendiri, meskipun mereka tidak
tjukup menerima bekal dari pendidikan di S.R. Untuk ini didiri
kanlah dibeberapa daerah kelaskelas masjarakat jang bertudjuan
memberi pengetahuan praktis kepada para pengikutnja jang
dapat dipergunakan untuk mentjahari nafkahnja.
Kelaskelas masjarakat pertanian telah didirikan di Persobo,
Melisik dan Wurjantoro di Djawa Tengah. Kelas masjarakat per
ikanan darat terdapat didekat Pemalang.
1094
§ 895. Penjelenggaraan S.M.P.
a. Kenaikan djumlah murid S.M.P. jang tjepat dan akibatnja.
Hasrat muridmurid untuk ke S.M.P. tak tertahan besarnja.
Tiap tahun S.M.P. ditambah 10 sampai 15%, tetapi hal ini masih
djauh dari mentjukupi keperluan, bila ditindjau dari sudut
hasrat beladjar dari para murid dan masjarakat.
Pembatasanpembatasan terpaksa diadakan dalam pembukaan,
perluasan, atau pengoperan mendjadi S.M.P. Negeri, karena ke
kurangan anggaran. Akibatnja SMPSMP Swasta timbul dengan
subur.
Angkaangka ditjantumkan dalam statistik terlampir. Bila se
muanja didirikan dengan tjitatjita pendidikan sebagai pengabdian
terhadap masjarakat dan dilaksanakan setjara bonafid, maka
alangkah bahagia masjarakat kita. Tetapi masih sadja ada „pe
tualanganpetualangan” diantaranja, dan inilah jang kerap kali
meruwetkan urusan dan keadaan. Mudahmudahan hal ini dapat
lekas dihilangkan, segera setelah ada patokanpatokan berupa
Undangundang misalnja, jang dapat mengaturnja dengan baik
dan memberi sangsi seperlunja.
b.
Penghapusan S.G.B.
Hal jang perlu ditjatat dalam perluasan S.M.P. ialah dihapuskan
nja S.G.B. setjara berangsur mulai tahun adjaran 1957/1958.
Sebagian dari S.G.B.S.G.B. itu (± 150) telah diputuskan untuk
digeserkan mendjadi S.M.P., dimulai dengan kelaskelas S.M.P.
pada S.G.B.S.G.B. tersebut; dan achirnja kalau kelaskelas SMP
itu sudah lengkap, setjara resmi S.G.B. itu mendjadi S.M.P.
Sementara itu persiapanpersiapan penggeseran mengenai ang
garan, personalia, gedung, inventaris dan lain sebagainja agar
sudah beres, hingga penggeseran itu dapat berdjalan lantjar. Jang
agak mendjadikan kesukaran ialah menjalurkan guruguru S.G.B.
S.G.B. itu kelain sekolah, tanpa banjak kesulitan dan pembeaja
an. Untuk itu telah diadakan Panitia Penjaluran. Pada tahun 1960
ini sebagian S.G.B. telah digeserkan mendjadi S.M.P.; pada per
mulaan tahun adjaran 1960/1961 akan terdjadi penggeseran jang
paling besar.
c.
Pembaharuan
Membina isi dan taraf pendidikan tak bisa dilepaskan dari usaha
pembaharuan. Jang dimaksudkan dengan pembaharuan ialah
mentjari, mentjoba dan melaksanakan tjara atau djalan baru
agar hasil pendidikan mendjadi lebih baik dari jang sudahsudah;
djadi pembaharuan untuk mentjari perbaikan dan penjempur
naan.
Tjara atau djalan baru jang ditempuh itu dapat melalui rentjana
(„curriculum”) umum, dapat djuga melalui penjempurnaan
metodik mdta peladjaran atau kelompok mata peladjaran.
1095
Jang telah dimulai ialah melalui djalan jang kedua tersebut di
atas :
1. Pada urusan Bahasa Inggeris Djawatan Pendidikan Umum
telah dibentuk badan jang menjelenggarakan perkembangan
bahan peladjaran („material development”) dengan bantuan
„Ford Foundation”.
Bahan jang telah dibuat ditjobakan pada S.M.P. di Salatiga
pada tempat latihan mengadjar („teaching workshop”) bahasa
Inggeris oleh guruguru jang telah dilatih untuk itu dibimbing
oleh achliachlinja.
Selama ditjobakan bahan tadi dapat dikoreksi, dikurangi, di
ubah seperlunja, hingga hasilnja betulbetul sudah mengalami
test setjara ilmiah dan pedagogis. Hasil dan pertjobaan ini
akan didjadikan pilotproject dibeberapa daerah mulai tahun
adjaran 1960/1961 nanti.
2. Ilmu Pengetahuan Alam („Natural Science”) telah diolah dan
ditjobakan pada „Science Teaching Centre” di Bandung.
Banjak guruguru SMP telah dilatih dipusat latihan itu. Dan
sekarang sedang disiapkan metodik dan bahan sesuai dengan
pertjobaanpertjobaan dan latihanlatihan jang telah diadakan.
3. Para achli sedjarah di Djawatan Pendidikan Umum sedang
menjiapkan bahan dan metodik matapeladjaran sosial, terma
suk sedjarah dan kewarganegaraan („civics”). Untuk ini telah
diadjukan rentjana peladjaran sedjarah dan dibentuk Panitia
„civics” jang hasil karyanja setelah ditjobakan. Mudahmu
dahan akan mempertebal rasa insjaf tentang bernegara Mer
deka dan mendjadi warganegara Indonesia jang bertanggung
djawab atas negaranja dan masjarakat.
4. Peladjaran expresi digiatkan kearah kesenian dan „keprige
lantangan”, menggambar, menjanji, musik, pekerdjaan tangan
dan lainlain, disamping segi seninja, diusahakan perkem
bangan segi sosial dan segi keprigelannja, misalnja untuk ke
perluan matapeladjaranmatapeladjaran lain, untuk keperluan
sekolah, pameran, masjarakat dan latihan2 „kerdja kasar”,
seperti mengolah tanah, memelihara kebun, pengerdjaan kaju,
pembetulan alat2 seperti: medja, kursi, djendela, sepeda dan
lain sebagainja.
Disamping itu diusahakanlah agar dibentuk lingkungan
(„circles”) dan diadakan kegiatan diluar kelas: („extra curri
cular activities”) seperti: Olahraga, kesenian, kepanduan, ko
perasi dan lain sebagainja oleh para peladjar sendiri dibim
bing oleh para gurunja.
d. Sapta Usaha Tama dan Pantja Wardana,
Halhal diatas bersesuaian dengan pelaksanaan „Sapta Usaha
Tama” jang telah diinstruksikan oleh Departemen P.P. dan K.
untuk dilaksanakan disekolah, pula sesuai dengan „Pantja War
dana”, lima segi pendidikan jang harus dikembangkan, agar
1096
menghasilkan pertumbuhan djiwa jang harmonis sesuai dengan
tudjuan pendidikan kita :
1. Kelompok2 mata peladjaran Bahasa, Sosialekonomi, Ilmu
Pasti dan Science di S.M.P. sesuai dengan segi perkembangan
ilmiah.
2. Kelompok ekspresi seperti terurai diatas sesuai dengan segi
perkembangan seni dan keprigelan tangan.
3. Pendidikan Djasmani sesuai dengan segi perkembangan djas
manlah.
4. Pendidikan agama, budi pekerti, kewarganegaraan, sesuai
dengan segi perkembangan mental atau rohani.
Gagasan2, pikiran2 tersebut diatas, jang banjak sedikitnja te
lah dimulainja, mudahmudahan dapat berkembang subur.
e. Udjian
1. Dari segala usaha, kegiatan, serta segi perkembangan terurai
diatas, hanja satu segi jang diudjikan pada achir pendidikan di
S.M.P. ialah segi ilmiahnja.
2. Udjian biasanja dipandang sebagai sesuatu jang menakutkan,
suatu beban berat jang tak perlu, suatu momok jang selalu
mengedjar murid maupun guru. Sebetulnja, bila para guru
mulai dengan membuat rantjangan mengadjar, seperti kami
uraikan dalam pemakaian rentjana peladjaran dan daftar bu
ku, dan itu setjara teliti dilaksanakan, bila para guru dapat
membiasakan para peladjarnja dengan teratur, dengan
kontrol jang tjukup seperti memberi test, ulangan ketjil,
pertanjaanpertanjaan singkat, dan memberi angka tentang
hal tersebut diatas, maka pertama, angka rapor bukan hanja
tergantung pada satu angka ulangan sadja dan kami jakin,
bahwa dengan beladjar teratur itu suatu ulangan bukanlah
momok, melainkan hanja ulangan hal2 jang telah difahami;
suatu ulangan umum bukanlah momok jang mengedjar
ngedjar, karena dengan beladjar teratur tadi ulangan
umumpun hanja mengulangi jang telah dipeladjari dan
difahami, apalagi karena angkanja tidak hanja bergantung
pada ulangan umum itu sadja. Achirnja udjianpun bukan
momok jang mengedjar dan menakutkan, karena udjianpun
disusun dari bahan2 jang telah dipeladjari, pengolahan dan
usul2 para guru sendiri. Djadi peladjaran dan pendidikan
bukan mengedjar udjian, tetapi sebaliknja. Jang diudji ialah
hal2 sesuai dengan jang pernah diadjarkan dan telah disusun
dalam rentjana peladjaran; soal nja hanja kerdja teratur dari
pihak guru ataupun murid.
Perlukah udjian dihapuskan? Untuk ini telah dibentuk oleh De
partemen P.P.K. suatu Panitia pembahas dan perumus.
Hasilnja ialah usaha kearah penghapusan udjian; untuk semen
tara udjian masih tetap ada, hanja harus disederhanakan.
Untuk penjederhanaan ini, udjian S.M.P. hanja diadakan sekali
(utama), dan sekali lagi untuk jang sakit (susulan). Jang diudji hanja
1097
matapeladjaran2 mengenai segi ilmiah. Guna menjesuaikan dengan
iklim kedaerahan, bahan udjian disentralisasikan sedjak tahun 1958.
Untuk mendjaga kesetarafan, maka perlu bahanbahan tersebut di
bahas dan disahkan oleh Pusat.
§ 896 Penjelenggaraan S.M.A.
a. Tindjauan Umum
1. Perkembangan kwantitet S.M.A. itu tidak dapat dilepaskan dari
kemadjuan pendidikan dan pengadjaran jang sangat pesat sete
lah Republik Indonesia kita tegakkan. Makin bertambah sekolah
Rendah, makin meningkat pulalah S.L.P., S.L.A., dan Lembaga2
Perguruan Tinggi.
Dibidang S.M.A. diperoleh gambaran berikut:
Djenis
S.M.A.
Negeri Swasta
bersubsidi
Swasta
berbantuan
Swasta lainnja
1956/1957
1957/1958
1958/1959
1959/1960
Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml.
sekolah murid sekolah murid sekolah murid sekolah murid
96
29571
109 37737
130 38633
157 43000
33
9048
37 11340
36 15789
39 12806
33
346
3009
2100
24
499
4552
22515
63
491
12039
19123
62 124000
531 89650
2.
Peristiwa diatas menimbulkan suasana kesamaan. Tiap daerah
memperoleh kesempatan menjekolahkan puteraputerinja
sampai dengan sekolah Landjutan Umum Tingkat Atas, sekolah
berachir dalam sistim pendidikan dan pengadjaran kita jang mem
berikan pengetahuan umum. Dengan djalan demikian terbukalah
pintu menuntut ilmu dan mengedjar ketinggalan. Kader jang ber
pendidikan menengah makin meluas merata. Akibatnja dalam
hidup kemasjarakatan pasti akan besar sekali dikemudian hari.
3.
Hal Tenaga Guru
Andaikata tidak timbul kekatjauan2 dan pemberontakan2
maka dengan tamatan2 F.K.I.P. di Bandung, Malang, Tondano,
Batu Sangkar, Padang, Medan, Jogjakarta, Salatiga, dan Djakar
ta; tamatan kursus2 B. I/B. II jang tersebar diseluruh Indonesia
pasti persoalan guru S.M.A. itu tidak akan merupakan masalah
jang hampir2 tak dapat diatasi.
Dengan perasaan penuh kesedihan harus diakui bahwa
S.M.A.2 terutama diluar Djawa, ketjuali jang dikota2 besar,
menderita kekurangan guru2 P.T.M. (pengerahan tenaga mahasis
wa) jang bersedia membantu ditempat2 jang terpentjil itu.
Kekurangan jang sangat mendesak terasa pada Bahasa Pe
rantjis, Bahasa Djerman, Ilmu Kimia, Ilmu Alam dan Ilmu Pesa
wat.
1098
Pendek kata: konsolidasi S.M.A. itu tak dapat dipisahkan
daripada keadaan umum ditanah air kita ini. Tjatatan djumlah
guru negeri:
guru tetap
guru tidak tetap
1956/195
884
1496
1957/195
1283
1402
1958/195
1619
1285
1959/196
1935
918
Perintjian terachir menurut idjazah guru tetap :
(keadaan achir th. pel. 58/59).
HKS )
HIK )
HBS )
AMS )
H.A. )
40
B. I.
994
B. II.
5
P.T.M.
552
Sardjana
28
1619
4
5.
6.
Perluasan S.M.A. itu didorong oleh kemauan keras serta penga
laman masjarakat setjara sukarela. Gedung sekolah beserta pe
rabotnja, kadang2 dengan perumahan guru, didirikan jang per
manen, ada pula jang semipermanen. Pembesar2 daerah militer
dan sipil pemuka2 rakjat, setjara aktif membimbing usaha pem
bangunan setjara gotongrojong itu.
Melihat dan mengalami hal itu semuanja, pada tempatnjalah
optimisme akan potensi nasional dan masa depan bangsa kita.
Kwalitet tamatan S.M.A. itu masih terus menerus sasaran kritik
baik dari pihak perguruan tinggi maupun dari pihak masjarakat.
Perlengkapan masih serba kurang; bahan peladjaran ruang prak
tikum I. Alam, I. Kimia dan I. Hajat, buku tulis dan sebagainja,
semuanja itu djauh dari mentjukupi.
Disampmg guru berwenang jang belum memadai djumlah
nja faktor penghalang terbesar ialah keadaan masjarakat pada
umumnja.
Pembaharuan setjara kongkrit mulai didjalankan pada tanggal
181957 :
S.M.A.2 Teladan dibuka di Djakarta, Jogjakarta, Surabaja, Me
dan, dan Bukittinggi. Jang baik djalannja ialah S.M.A. TeladanA
Jogjakarta dalam pimpinan Sdr. Mr. Purwoko.
Baik isi peladjarannja, maupun didaktik dan metodiknja me
ngalami penjegaran2. Disamping itu diberikan mata peladjaran
prakarya, sehingga tamatan S.M.A. itu, kalau terpaksa tidak akan
tjanggung lagi bekerdja dilapangan jang telah dipilihnja selama
bersekolah (Home Ekonomics; llmu Perpustakaan; Ilmu Djurna
listik; Keradjinan tangan; Administrasi (Umum).
1099
7.
8.
9.
Udjian penghabisannja buat pertama kali diadakan pada
bulan2 April — Mei — Djuni — 1960 ini. Mulai 181960 mata
peladjaran prakarya itu akan diusahakan pula disemua S.M.A.
Negeri. Pelaksanaan bergantung dari pada keadaan setempat. Hal
itu sesuai pula dengan tjita2 putjuk pimpinan Departemen P.P.
dan K.
Di S.M.A. Teladan B Djakarta dan Medan, setelah diadakan
observasi terhadap siswa2 dikelas satu, maka dikelas dua pela
djarpeladjar jang berbakat I. KimiaAlam dan Hajat dipisahkan
dari pada jang berbakat I. Pasti, I. Pesawat. Dengan djalan de
mikian diusahakan pertjobaan meringankan beban peladjaran.
Di S.M.A. Teladan C Surabaja diusahakan pengwudjudan
kongkrit prakarya jang sesuai dengan djurusan C itu.
Ditiga kota besar didirikan Laboratorium Sentral :
Djakarta, Jogjakarta, dan Medan dengan ruang praktikum I. Ki
mia, I. Alam dan I. Hajat jang boleh dikatakan agak lengkap. Ber
gilir ganti peladjar2 S.M.A. Negeri dan Subsidi melatih diridi
tempat itu dalam pimpinan guru2 jang berpengalaman dilapangan
pekerdjaan laboratorium.
Ditjitatjitakan menambah djumlah laboratorium sentral itu.
Pembaharuan integral dengan conprehensive curriculum akan
ditjoba pada tahun pengadjaran 1960/1961 jang akan datang,
apabila keadaan gedung dan perlengkapan di Blitar mengizinkan.
Dalam garis besarnja rentjana peladjarannja akan terbagi atas 3
(tiga) kelompok :
Kelompok A : terdiri atas kurang lebih 5 (lima) mata peladjaran
jang harus diikuti oleh semua murid (Bahasa In
donesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Djasmani,
Pengetahuan Tanah Air, Ilmu Pasti);
Kelompok B : terdiri atas kurang lebih 4 (empat) mata peladjar
an sesuai dengan bakat peladjar;
Kelompok C : terdiri atas 1 (satu) mata peladjaran prakarya
jang digemari dan sesuai dengan bakat peladjar.
Dengan djalan demikian kita tegas2 menudju kepenghapusan dju
rusandjurusan Idjazah S.M.A. akan diberikan, apabila anak didik
kita lulus buat ketigatiga kelompok itu.
Udjian penghabisan S.M.A. itu menudju kepenjederhanaan.
Udjian Pelengkap diadakan satu kali sadja dan penjusunan soal²
nja diserahkan kepada rayon2. Mulai udjian Penghabisan S.M.A.
tahun 1960 ini mata peladjaran H Golongan Penting ditempuh 1
— (satu) kali sadja. Udjian Pokokmasih seperti sedia kala.
Kehebohan2 tjalon2 veteran dan kelas peladjar pedjoang lainnja
sudah berachir.
Pada udjian penghabisan S.M.A. tahun 1959 antara Djakarta,
Semarang dan Surabaja diadakan pertukaran pemeriksaan peker
djaan udjian jang berlangsung sangat memuaskan.
1100
b. Tentang S.M.A. Negeri dan S.M.A. Swasta bersubsidi penuh
(1) Penerimaan murid
Dibidang S.M.A. ternjata semua lapisan masjarakat ingin mema
sukkan puteraputerinja ke S.M.A. Negeri dan S.M.A. Swasta Ber
subsidi Penuh. Pada dasarnja semua pelamar jang beridjazah
S.M.P. Negeri akan diterima dikelas I (satu). Djumlah pelamar
dikota2 besar dan pada umumnja diibu kota keresidenan selalu
lebih tinggi daripada djumlah tempat jang tersedia. Terpaksalah
diadakan peraturan penerimaan murid jang sekaligus djuga me
ngatur kebagian mana semestinja seorang peladjar serta batas
umur jang tidak boleh dilewatinja.
Jang terpenting dari peraturan2 itu ialah :
(a). Dapat diterima dikelas I (satu) S.M.A: A: 1) pemilik idjazah
negeri S.M.P.A dan 2) pemilik idjazah negeri S.M.P.B jang
buat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris masing2 angka se
kurang2nja 6 (enam).
(b). Dapat diterima dikelas I (satu) S.M.A.B pemilik idjazah Ne
geri S.M.P.B jang buat I. Aldjabar, I. Ukur dan I. Alam
Masing2 sekurang2nja 6 (enam) atau satu angka 5 (lima)
tetapi djumlah ketigatiganja 18 (delapan belas) atau 1 (satu)
angka 4 (empat) tetapi djumlah ketigatiganja 19 (sembilan
belas) dengan tjatatan, bahwa dari ketiga rnata peladjaran
itu tidak boleh ada 2 (dua) angka dibawah 6 (enam).
(c). Dapat diterima dikelas I (satu) S.M.A.C:
1). pemilik idjazah negeri S.M.P.B dan 2) pemilik idjazah
negeri S.M.P.A jang angkanja buat I. Aldjabar seku
rangkurangnja 7 (tudjuh).
(d). Semua peladjar jang masuk kelas I (satu) pada tgl. 1 Agus
tus tahun jang bersangkutan tidak boleh berumur lebih dari
19 (sembilan belas) tahun.
(e). Susunan kelas
Djumlah murid setiap kelas paling tinggi 35 (tiga puluh lima)
orang. Djumlah terendah dikelas 1 (satu) pada awal tiap
tahun pengadjaran 10 (sepuluh). Jang terachir ini perlu de
mikian ditetapkan, guna memungkinkan pembukaan kelas I
(satu) Bag. A diibu kota kabupaten.
Ketigatiganja djurusan S.M.A. itu harus ada ditiap daerah,
sehingga tidak perlu lagi putera puteri itu meninggalkan daerah
nja. Perlu djuga diingat bahwa pelamar buat Bag. A itu pada
tahun2 j.a.d. pasti akan makin banjak. Lagi pula sudah tiba wak
tunja menjapu bersih diskriminasi jang dibuatbuat (sengadja
atau tak sengadja) antara bagian2 S.M.A. itu. S.M.A. terketjil
akan terdiri atas 9 (sembilan) kelas; jang sedang 1020 kelas dan
jang besar 2025 kelas, sedapatdapatnja terbagi rata2 atas keti
ga djurusannja.
1101
(3). P.O.M.G.
Ditiap S.M.A. sudah ada P.O.M.G. jang setjara langsung dan tidak
langsung turut serta membina S.M.A. itu.
Kadang2 timbul pertentangan atau perselisihan faham antara Dir.
S.M.A. itu dan Pengurus; atau antara Pengurus P.O.M.G. dan
Panitia jang membantu Pemerintah dalam mendirikan S.M.A.
Negeri itu. Dalam susunan kekeluargaan dapat diatasi semua
kesukaran, sekalipun disanasini terpaksa diadakan tindakan
penertiban. Jang paling menjusahkan ialah soal pembagian kom
petensi penentuan batas2 kekuasaan. Terang, bahwa dibidang
teknis kependidikan pengadjaran Direktur dan guru2lah jang
satu2nja menentukan/memutuskan. Dilapangan pemakaian uang
P.O.M.G. itu pengurusnjalah jang berwewenang dan djanganlah
keuangan itu diserahkan kepada Sdr. Dir. S.M.A.
(4). Gedung dan Perlengkapan
Keperluan S.M.A. itu bukan main banjaknja. Ternjata bahwa da
lam rangka A.P. sangat sukarlah bagi Pemerintah memenuhi itu
semuanja.
Telah berdiri dengan biaja dari negara gedung2 prefab jang besar
di Bukittinggi, Palembang, Djakarta, Magelang, Jogjakarta, Solo,
Kediri, Menado, dan Singaradja, sedangkan jang di Madiun men
dekati penjelesaiannja.
Gedung S.M.A. permanen didirikan pemerintah di Medan 2 (dua)
buah. Dibeberapa tempat diadakan penambahan ruang kelas per
baikan gedung lama d.l.l.
Perabot baru terpaksa djuga dibeli pemerintah buat gedung baru
jang didirikannja itu. Namun belum sesuai keperluan2.
Beberapa S.M.A. Subsidi pun memperoleh uang gedung dan
perabotnja. Biasanja sesudah semua pekerdjaan bares.
Djadi terpaksa membajar biaja lebih dahulu dengan djalan
memindjam dari pihak ketiga atau dari dana sendiri.
(5). Alat2 Peladjaran
Telah dikatakan bahwa alat2 peladjaran djauh dari mentjukupi
baik jang diperlukan oleh guru dikelas maupun oleh murid.
Sedjak 181957 (sebenarnja sebelum itu djuga) sudah tidak ada
pembagian buku tulis dan buku peladjaran kepada murid. Prak
tis pada waktu ini orang tua/wali peladjar itulah jang mesti
membeli alat2 peladjaran.
Sebab itu tidak mengherankan, bahwa tidak sedikit djumlah
peladjar S.M.A. itu tidak memiliki buku, karena tidak mampu
membelinja; tidak ada toko buku ditempat S.M.A. Negeri itu,
karena terpentjil letaknja; para penerbit tidak dapat mengatasi
kesukaran2 kertas dan pertjetakan, sehingga buku pegangan mu
rid itu sangat terbatas djumlahnja atau sama sekali tidak diter
bitkannja lagi. Akibatnja tamatan S.M.A. kurang matang dalam
pengalaman beladjar dari buku.
1102
Di S.M.A. Katolik (Bersubsidi Penuh) pada umumnja buku2
dipindjamkan kepada anak didiknja. Persediaan buku dibeli se
dikit demi sedikit oleh sekolah dengan biaja dari dana sendiri
diperoleh kembali dari uang sewa buku itu. Tjara bekerdja se
rupa itu telah diandjurkan kepada P.O.M.G.2 S.M.A. Negeri. Di
satu dua tempat telah mulai didjalankan.
Disamping itu disarankan djuga membuka Bursa Buku; pe
ladjarpeladjar jang naik kelas atau jang tamat mendjual buku
jang tidak diperlukannja lagi kepada murid2 penggantinja mela
lui Bursa buku itu.
Alat2 peraga dan pesawat2 I. Kimia, I. Alam, I. Hajat; I.
Bumi dan Sedjarah sebetulnja tidak ada, ketjuali di S.M.A.2 Ne
geri dan Swasta Bersubsidi Penuh dikota2 besar jang dapat di
anggap sebagai pengganti daripada H.B.S. dari zaman pendja
djahan.
(6). Hal Guru2
Ketjuali jang memiliki pendidikan dasar H.B.S., A.M.S., H.K.S.,
H.I.K., dan H.A. lama, guru S.M.A. sekarang ini (jang beridjazah
Sardjana Muda, termasuk B.I., keatas) adalah muda2.
Sudah barang tentu hal itu menimbulkan persoalan2;
1. dalam pimpinan sekolah ;
2. dalam perhubungan dengan masjarakat ;
3. dalam pergaulan antara guru2.
4. dalam pergaulan antara guru dan murid ;
5. ditambah lagi dengan hal2 kedaerahan.
Timbul beberapa clash jang mesti diatasi dengan tindakan tegas
(Dari 181957 sampai sekarang diseluruh Indonesia sjukurlah
tidak lebih daripada di 6 (enam) kota). Telah dikatakan dalam
bagian lain dari Laporan ini, bahwa masih perlu guru2 P.T.M.
(Pengerahan Tenaga Mahasiswa) terutama untuk S.M.A. 2 Ne
geri ditempat2 jang agak terpentjil.
Hal itu perlu diachiri dan mengganti mereka dengan guru2 S.M.A.
jang berwewenang.
Urusan Pendidikan S.M.A. mulai mendjalankan politik upgra
ding guru2 itu :
(a). Jang belum beridjazah B. I. atau jang sederadjat dengan. itu
memperoleh kesempatan mengikuti salah satu kursus B. I. ;
(b). Jang beridjazah B. I. disluruh kekursus B. II (kalau sudah
ada);
(c). Jang beridjazah Sardjana Muda dipindahkan buat mengikuti
tingkat doktoral difakultas.
Pendek kata: kita tegas menudju konsolidasi S.M.A. melalui
usaha memperbaiki mutu guru S.M.A. moreelspiritueel intellect
tueel.
1103
(7) Segi2 Pendidikan
Pendidikan Djasmani dan kesehatan makin, diintensifkan.
Handicap terbesar ialah, kekurangan alat2 dan ditempat terpentjil
guru jang berwewenang. Sikap sportif dipentingkan.
Pendidikan Agama pun makin madju di S.M.A. Negeri dan
di S.M.A. Swasta Bersubsidi Penuh (Islam, Protestan, Katolik,
Hindu Bali) sudah barang tentu sangat penting kedudukannja.
Pendidikan Kesenian didjalankan melalui perkumpulan2 ke
senian jang ada disekolah.
Pendidikan Kemasjarakatan diusahakan setjara aktip masuk
kampung, kesawah dan kehutan, dll. dalam pimpinan djawatan
jang bersangkutan atau sepengetahuan pamongpradja. Diperoleh
kesan bahwa peladjar2 S.M.A. itu membawa kesibukan dalam
masjarakat. Dalam pimpinan dan hubungan baik mereka itu mau
bekerdja keras buat nusa dan bangsa. Lebih2 setelah diinstruksi
kan Sapta Usaha Tama oleh Sdr. Menteri P.P.K. dengan suratnja
No. 1 tgl. 1781959.
Pendidikan Skill barulah didjalankan di S.M.A. Teladan A.
Jogjakarta dan Teladan C. Surabaja. Mulai 181960 ini sedapat
mungkin ditiap S.M.A. Negeri dan Swasta Bersubsidi Penuh. La
manja 90 menit dalam seminggu sepandjang 2 (dua) tahun pe
ngadjaran. Diharapkan dengan djalan demikian tamatan S.M.A.
itu dapat kelak turut serta dalam tindakan2 penambahan pro
duksi.
Hal diatas itu semuanja turut memupuk perasaan kebang
saan (nasionalisme) disamping setjara sengadja mengadakan
upatjara menaikkan bendera pada tiap2 hari Senin dan hari2 ke
bangsaan, menghafal njanjian2 kebangsaan, pendidikan budi
pekerti dengan perantaraan dalam mata peladjaran.
(8) Mutu S.M.A.
Dengan Perguruan Tinggi oleh Djawatan Pendidikan Umum di
selenggarakan beberapa pertemuan. Timbullah suasana saling
mengerti.
Kata Perguruan Tinggi itu antara lain ;
(a). banjak jang diadjarkan oleh S.M.A.;
(b). sajang, sedikit jang melekat pada peladjarannja ;
(c). pengetahuan tamatan S.M.A. itu tidak mendalam; kadang 2
merupakan verbalisme sadja ;
(d). tamatan S.M.A. itu kurang (atau tidak) berfikir logissiste
matis ;
(e). peladjar S.M.A. itu kurang setiaradjin bekerdja; lagi pula
kurang mampu bekerdja sendiri (zelfstandig werken).
Masjarakat (perusahaan2) pun mengeluh. Sampai sekarang be
lum ada instansi jang setjara ilmiah menjelidiki kekurangan2
tamatan S.M.A. itu, baik dalam praktek hidup maupun di Pergu
ruan Tinggi. Pertanjaan terbesar dalam perkara itu ialah: faktor2
1104
apakah,, jang merupakan sebab pertama kekurangan2 peladjar
S.M.A. itu ?
Faktor keadaan masjarakat pada umumnja? Faktor guru ?
Sangat kurangnja alat2 peladjaran atau Rentjana Peladjaran S.
M.A. itu sendiri? Dalam pada itu oleh Konperensi Perguruan
Tinggi dan S.M.A. Negeri bulan Desember 1958 telah diusulkan
kepada Sdr. Menteri P.P.K. supaja Pemerintah membentuk su
atu Panitia Negara buat menjusun Rentjana Peladjaran S.M.A.
jang baru sesuai dengan keperluan nusa dan bangsa dlm. Menje
lesaikan revolusi nasional sekarang ini. Sampai sa'at ini panitia
itu belum terbentuk.
§ 897 Penjelenggaraan Pendidikan Guru di S.G.A.
a. Hasil jang ditjapai sampai pada saat ini :
1. Lulusan SGA + 8485 orang
8485 orang itu semuanja akan dapat dipekerdjakan sebagai guru.
± 7.000.000. anak2 antara 6 dan 12 th. jang sehingga sekarang
tak dapat ditampung di S.R. akan menerima peladjaran semuanja.
2. Djumlah SGA Negeri 83 buah
Karena telah diambil patokan supaja untuk tiap2 djumlah pendu
duk sebanjak 500.000 orang diadakan 1 SGA Negeri, maka sedjak
tahun 1958 diusahakan djumlah SGA Negeri setjara berangsur
angsur sehingga tertjapai bilangan 150.
Menurut perhitungan jang terutama berdasarkan keadaan Ang
garan Belandja bilangan itu akan tertjapai pada permulaan th.
pel. 1961/1962.
Berhubung dengan penghapusan SGB pada achir th. pel. 1960/
1961, maka pada waktu itu pulalah SGA akan merupakan satu2
nj
§ 891 Pendahuluan
„Semua anak jang berumur 6 tahun berhak dan jang berumur
8 tahun diwadjibkan beladjar disekolah sedikitdikitnja 6 tahun la
manja”. Bangsa kita haus akan pendidikan. Dari mana2 terdengar
seruan agar Pemerintah mendirikan sebanjak mungkin sekolah.
Untuk melukiskan betapa luasnja pekerdjaan jang harus diha
dapi pada permulaan kemerdekaan kita, diberikan perhitungan jang
sederhana:
Taksiran djumlah penduduk Indonesia
pada tahun 1950 kurang lebih:
75.000.000 orang
Djumlah semua anak jang berumur 6 s/d
12 tahun menurut perhitungan interna
sional 15% dari djumlah diatas:
11.250.000 orang
Jang bersekolah menurut statistik tahun
1950 hanja :
5.000.000 orang
Djadi jang belum bersekolah:
6.250.000 orang
Djadi jang terutama kita perlukan, djika kita hendak melaksanakan
U.U.P. pasal 10 itu :
6.250.000 (anak): 40 (jakni djumlah dalam satu kelas) = 156.250
ruangan beladjar dan 156.250 orang guru (ditiap ruangan seorang).
Tindakan pertama untuk memenuhi hasrat bangsa Indonesia,
ialah mengangkat guru2 darurat (tidak tetap, guru2 honorair) jang
beridjazah S.M.P., S.K.P. dan lain sebagainja, dengan perdjandjian,
bahwa mereka harus mentjapai idjazah guru selekas mungkin.
Kemudian pendidikan gurupun dimulai setjara besar2an dengan
mendirikan 300 buah K.P.K.B.K.B. (jang kemudian diubah mendjadi
S.G.B., sehingga seluruh S.G.B. berdjumlah 487 buah) mulai pada
tahun 1951. Sekolah2 guru ini dapat menghasilkan lebih kurang
30.000 orang guru dalam setahun.
Hasilnja dibuktikan daftar dibawah ini :
Tahun peladjaran
Djumlah S.R.
1942
1954
1959
15.000
30.800
34.400
Djumlah
murid
2.500.000
5.030.000
7.380.000
Djumlah
guru
36.000
113.000
181.000
Djumlah guru ini harus lagi ditambah dengan 25.000 orang un
tuk tahun 1960, sehingga djumlah semua mendjadi 206.000 orang.
Pada tahun 1962 S.G.B. akan ditutup dan tinggal hanja S.G.A.
sadja.
Djumlah guru pada waktu itu mendjadi kurang lebih 250.000
orang dan sudah tjukup untuk mendjalankan kewadjiban beladjar.
1087
Sampai achir Maret 1960, masih banjak tjalon guru tamatan S.G.B.
dan S.G.A. jang belum mendapat tempat karena kekurangan pegawai
untuk mengerdjakan surat putusan mereka.
Jang kedua jang diperlukan dalam perluasan S.R. ialah ruangan
kelas. Pemerintah Pusat dan Daerah tidak berhenti2nja mengandjur
kan kepada rakjat, supaja mendirikan gedung sekolahnja sendiri,
karena Pemerintah tidak mampu membajarnja. Maka rakjat Indo
nesia berlombalombalah menjokong Pemerintah sesuai dengan ke
sanggupannja masing2. Dengan uang jang diterimanja dari Peme
rintah Pusat, Propinsi biasanja mendirikan sekolah permanen atau
semipermanen.
Akan tetapi djumlahnja tidak berapa. Kebanjakan sekolah di
dirikan oleh rakjat tanpa bantuan atau dengan bantuan jang sangat
sedikit dari Pemerintah. Djika kita mengundjungi daerah 2, kita sa
ngat terharu melihat kegiatan jang dikembangkan oleh bangsa kita
dalam membantu Pendidikan.
Statistik tentang gedung2 S.R. jang didirikan oleh rakjat dan
Pemerintah sampai dengan keadaan pada tahun peladjaran 1958/
1959
Djumlah gedung jang didirikan oleh
rakjat dan diserahkan kepada Pe
merintah:
3181 buah atau 9659 ruangan
Djumlah gedung jang didirikan oleh
rakjat dan dipindjamkan kepada
Pemerintah:
4491 buah atau 11825 ruangan
Djumlah gedung jang didirikan oleh
rakjat dan hanja disewakan kepada
Pemerintah:
16633 buah atau 43640 ruangan
Djumlah gedung jang berasal dari
rakjat:
24305 buah atau 65124 ruangan
Djumlah gedung jang didirikan oleh
Pemerintah:
12802 buah atau 41679 ruangan
Djumlah gedung jang dipergunakan
untuk S.R.:
37107 buah atau 106803 ruangan *)
§ 892 Keadaan Sekarang
Susunan Organisasi Pendidikan Umum
Pada waktu sekarang ini ada 4 tingkat sekolah, jaitu:
a. Tingkat persiapan — berupa sekolah Taman Kanakkanak, jang
membimbing pertumbuhan anak dibawah umur 6 tahun. Sekolah
ini tidak mendjadi tanggung djawab penuh dari pemerintah.
Sekolahsekolah Taman Kanakkanak pemerintah jang ada ha
njalah diperlukan sebagai tjontoh dan didjadikan alat pembim
___________
*) Tidak termasuk angka dari Maluku, karena belum ada laporan.
1088
b.
c.
d.
bing bagi pengusahapengusaha Taman Kanakkanak Partikelir.
(Lihat selandjutnja fasal 7 ajat 1. U.U. Pokok Pendidikan no. 4
tahun 1950).
Tingkat dasar — berupa adanja Sekolah Rakjat (SR) 6 tahun,
jang membimbing pertumbuhan anak antara umur 6 dan 12 (13,
14) tahun.
Sekolahsekolah itu memberikan tuntutan tumbuhnja rohani
dan djasmani kanakkanak, dan memberikan kesempatan ke
padanja guna mengembangkan bakat dan kesukaannja masing
masing serta memberikan dasardasar.pengetahuan ketjakapan
dan ketangkasan, baik lahir maupun batin. (Lihat selandjutnja
fasal 7 ajat 2. U.U. Pokok Pendidikan no. 4 tahun 1950).
Tingkat menengah — berupa adanja Sekolahsekolah Landjutan
Pertama jang lamanja 3 tahun, bersambung dengan Sekolah
Landjutan tingkatan Atas jang lamanja djuga 3 tahun. (Lihat
selandjutnja fasal 7 ajat 3 U.U. Pokok Pendidikan no. 4 tahun
1950).
Tingkat tinggi — berupa adanja universitas dengan fakultas
fakultasnja, dan adanja akademiakademi serta kursuskursus
jang menjiapkan tenagatenaga chusus dalam vakvak tertentu.
Disamping keempat tingkat itu ada usaha mengadakan sekolah
sekolah untuk orangorang jang dalam keadaan kekurangan, baik
djasmani maupun rochaninja.
Pada tingkat menengah, ada sekolahsekolah jang diasuh oleh
Djawatan Pendidikan Umum dan oleh Djawatan Pendidikan Kedju
ruan, disamping adanja sekolahsekolah dibawah asuhan Djawatan
Kebudajaan dan Djawatan Pendidikan Masjarakat.
Dibawah ini akan diberi gambaran tentang penjelenggaraan pen
didikan umum di Indonesia, jang menggambarkan perkembangan
djumlah sekolah, guru, murid dan keadaan alatalat perlengkapan di
pelbagai tingkat pendidikan umum. Dimana mungkin diberikan sta
tistikstatistik mengenai perkembanganperkembangan itu.
§ 893 Penjelenggaraan Taman Kanakkanak
a. Perkembangan Taman Kanakkanak diseluruh Indonesia telah
mendjadi suatu kenjataan.
Pada achir tahun. 1957 tertjatat pasta Urusan Taman Kanak
kanak keadaan sebagai dibawah ini:
Taman Kanakkanak Dada achir tahun 1957.
Sekolah
Murid
G u r u
Negeri
9
755
26
(dpb.
Bantuan
185
15202
455
196)
Partikelir
613
38786
1099
(dpb.
Djumlah
807
54743
1580
196)
1089
Pada achir tahun 1959 keadaan mendjadi:
Sekolah
Murid
G u r u
Negeri
9
894
48
(dpb.
Bantuan
348
21300
547
497)
Partikelir
936
70000
2100
(dpb.
Djumlah
1293
92194
2695
497)
b. Pemberian guru diperbantukan
Dalam hal pembagian guruguru diperbantukan Urusan Taman
Kanakkanak mengalami kesulitankesulitan dalam penempatan
guruguru dikotakota terpentjil, tidak hanja diluar pulau Djawa,
akan tetapi djuga dipulau Djawa.
Kebanjakan guruguru itu minta ditempatkan dikotakota besar.
Pada permulaan Urusan Taman Kanakkanak hanja mengangkat
guruguru jang berikatan dinas. Dewasa ini dapat djuga diang
kat mereka jang bersedia ditempatkan diseluruh Indonesia de
ngan tidak ada paksaan, karena tundjangan Ikatan Dinas mulai
tahun peladjaran 1957 telah dihapuskan.
Pada tahun peladjaran 1957/1958 Pemerintah mempunjai 4
S.G.T.K. Negeri, jaitu:
1. 3 buah di Djawa (Djakarta, Jogjakarta, Surabaja).
2. 1 buah di Sumatera (Padang).
Untuk mengadakan pembagian jang seadiladilnja, maka ditentu
kan tjara penempatan tamatan S.G.T.K. sebagai berikut :
1. Tamatan S.G.T.K. Negeri Padang ditentukan seluruh Su
matera.
2. Tamatan S.G.T.K. Negeri Djakarta ditentukan untuk Djawa
Barat dan Kalimantan.
3. Tamatan S.G.T.K. Negeri Jogjakarta ditentukan untuk Djawa
Tengah, Kalimantan dan Sulawesi.
4. Tamatan S.G.T.K. Negeri Surabaja ditentukan untuk Djawa
Timur, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
Sekarang djumlah S.G.T.K. Negeri telah bertambah dengan 6
buah lagi, jaitu masingmasing di Bandung, Salatiga, Tandjung
karang, Bandjarmasin, Makassar dan Medan.
Mengingat pesatnja pertumbuhan Taman Kanakkanak dewasa
ini dan banjaknja permintaan guru Taman Kanakkanak dari se
luruh Indonesia, maka dengan bertambahnja djumlah S.G.T.K.
Negeri kekurangan guruguru Taman Kanakkanak dapat dipe
nuhi dan berarti djuga, bahwa Pemerintah telah memberi kesem
patan kepada puteriputeri dari segala pelosok di Indonesia un
tuk memasuki S.G.T.K.
c. Pengawasan atas Taman Kanakkanak partikelir
Disamping penjelenggarapenjelenggara Taman Kanakkanak
jang sungguhsungguh bekerdja demi kepentingan anakanak
1090
kita, ada djuga pengusahapengusaha Taman Kanakkanak jang
mendirikan Taman Kanakkanak hanja untuk kepentingan diri
sendiri.
Oleh pengusahapengusaha itu, anakanak ditampung dalam
ruanganruangan jang tidak memenuhi sjaratsjarat kesehatan
selama 1½ djam, kemudian diganti oleh rombongan kedua dan
ketiga.
Mengingat akan halhal jang tidak diinginkan ini dirasa sangat
perlu untuk mendesak Pemerintah supaja segera mengeluarkan
Undangundang Sekolah Partikelir jang telah direntjanakan.
d. Rentjana Peladjaran
Rentjana Peladjaran jang disusun pada tahun 1954 hingga seka
rang masih tetap berlaku.
Dengan mengadakan kontak dengan perkumpulanperkumpulan
dan penjelenggarapenjelenggara Taman Kanakkanak, diandjur
kan kepada masjarakat untuk mengobah tjara bekerdja kearah
pembaharuan dengan meletakkan titikberat pada inisiatif si
anak.
Untuk dapat mentjapai suatu kesatuan dalam tjara mengadjar,
maka Urusan Taman Kanakkanak pernah mengandjurkan ke
pada penjelenggarapenjelenggara dan Gabungan Taman Kanak
kanak di Djakarta dan Kebajoran supaja mengadakan pameran
pameran hasil karya para guru dan anakanak. Dalam bulan
Djuli 1959 di Djakarta telah diadakan pameran serupa itu jang
dibuat dari bahanbahan jang tidak berguna lagi.
Pameran itu merupakan suatu pelaporan dari Kongres Pendidik
an Kanakkanak seluruh Indonesia jang diadakan di Jogjakarta
pada bulan Oktober 1959.
Bahwa Kongres sematjam itu sangat bermanfaat ternjata dari
sambutan jang amat baik dari Guruguru Taman Kanakkanak/
S.G.T.K. dan Pengurus Jajasan/Badan/Organisasi Pendidikan di
Indonesia jang dapat dibuktikan dari djumlah dan asal peserta
kongres tersebut.
e.
Usahausaha lain kearah perbaikan Taman Kanakkanak
1. Telah diadakan hubungan dengan Djawatan Kesehatan Seko
lah untuk merentjanakan pemberian suntikan kepada anak
anak Taman Kanakkanak, jang maksudnja sebagai pendjaga
an kesehatan anakanak.
Djuga diusahakan untuk mendapatkan pemberian susu bubuk
dari Unicef, akan tetapi karena djatah susu bubuk untuk In
donesia dalam tahun 1960 dikurangi, maka usaha tersebut
belum berhasil.
2. Telah diusahakan bantuan uang sebanjak Rp. 10.000,— dari
Departemen P.P. dan K. guna menjokong Pameran Pekerdja
an Taman Kanakkanak dari Gabungan Taman Kanakkanak
Tjabang Djakarta pada bulan Djuli 1959.
1091
3.
4.
5.
6.
7.
Djuga diusahakan hadiahhadiah berupa buku dan permain
an jang dimintakan dari tokotoko buku dan penerbitpener
bit, serta pialapiala dari Departemen P.P. dan K dan P.G.R.I.
untuk perlombaanperlombaan pada Kongres Gabungan Ta
man Kanakkanak di Jogjakarta pada bulan Oktober 1959
dan Seminar Nasional Melati pada bulan Desember 1959 di
Djakarta.
Madjalah Pendidikan Taman Kanakkanak jang dikeluarkan
dalam tahun 1958 telah dikirimkan kepada semua Instansi
jang berhubungan dengan pendidikan Taman Kanakkanak,
semua Taman Kanakkanak dan organisasiorganisasi jang
menjelenggarakan Taman Kanakkanak.
Menjelenggarakan „in service courses” bagi guruguru dan
Penilik Taman Kanakkanak.
Mengadakan suatu Taman Kanakkanak Pertjobaan guna per
baikan dan perkembangan pendidikan dan pengadjaran Ka
nakkanak.
Mendapatkan kesempatan bagi petugaspetugas Taman Ka
nakkanak untuk dikirim keluar Negeri guna mentjari penga
laman dan pengumpulan pengetahuan tentang PraeSchool
Education.
Urusan Taman Kanakkanak terus berusaha ditiaptiap daerah
tingkat I setidaktidaknja diangkat seorang Penilik/Penilik
tingkat I dan seorang Kepala Taman Kanakkanak diperban
tukan sebagai penasehat.
§ 894 Penjelenggaraan Sekolah Rakjat
a. Perlu kiranja didjelaskan, bahwa penjelenggaraan Sekolah Rak
jat telah diserahkan kepada Propinsi dengan Peraturan Pemerin
tah No. 65 tahun 1951.
Penjelenggaraan S.R. itu meliputi :
1. pembukaan (pendirian), perluasan dan penutupan S.R.
2. pembuatan gedunggedung.
3. pembelian alatalat, perlengkapan dan kitabkitab peladjaran.
4. pengangkatan guru S.R., pemindahan, pemberhentian dsb.
Dengan P.P. No. 65 tahun 1951 itu pula telah diserahkan kepada
Propinsi pemberian subsidi kepada Sekolahsekolah Rakjat par
tikelir. InstansiPropinsi jang melaksanakan tugas tersebut di
atas ialah Dinas P.P. dan K. Propinsi dan tjabangtjabangnja di
Kabupaten.
b. Hubungan antara Inspeksi dan Pemerintah Daerah dan P.P. dan
K. Propinsi.
Hal itupun ditetapkan djuga pada P.P. No. 65 tahun 1951, bab 9
pasal 4 sebagai berikut :
„Dalam halhal mengenai urusan pendidikan, pengadjaran dan
kebudajaan jang diserahkan, Dewan Pemerintah Daerah Propin
si, bila memandang perlu, dapat meminta keteranganketerang
1092
an, pertimbanganpertimbangan atau usulusul dari Instansiin
stansi Kementerian P.P. dan K. jang bersangkutan didaerah dan
sebaliknja".
„Untuk kesempurnaan penjelenggaraan urusan pendidikan, pe
ngadjaran dan kebudajaan, Kementerian P.P. dan K. dan Pro
pinsi berusaha agar didapat kerdjasama jang erat antara instan
siinstansi Kementerian P.P. dan K. dan Dinas P.P. dan K. Pro
pinsi”.
Pada tahuntahun permulaan hubungan antara Inspeksi dan Di
nas P.P. dan K. dibeberapa Propinsi agak kaku, karena P.P. jang
tersebut diatas tidak diperintji, bilamana Pemerintah Propinsi ha
rus meminta pendapat dari Inspeksi Daerah dan apakah pertim
bangan itu mengikat atau tidak.
Dalam praktek ternjata, bahwa pertimbangan Inspeksi diperlu
kan dalam hampir segala hal, baik mengenai pembangunan ge
dung sekolah atau tentang pemberhentian pesuruh sekolah se
kalipun.
Pimpinan dan pengawasan tidak dapat ditjeraikan daripada
penjelenggaraan.
Dimana terdapat kerdjasama jang erat antara kedua instansi
itu, disitu pulalah tertjapai kemadjuan jang pesat dikalangan
pendidikan S.R. Didaerahdaerah dimana kerdjasama itu kurang,
kemadjuan S.R. itupun terhambat.
Perkataan dualisme dalam pembinaan S.R. sudah terdengar se
djak keluarnja P.P. No. 65 tahun 1951 dan hingga kini belum dju
ga dipetjahkan.
Dalam „Pikiran Mengenai Pembaharuan di Sekolah”, Inspeksi
Pusat Pengadjaran Rendah telah mengandjurkan kepada Peme
rintah supaja subsidi untuk pendidikan Sekolah Rakjat tidak
lagi diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri, melainkan dibe
rikan oleh Kementerian P.P. dan K., karena hanja Kementerian
P.P. dan K. sadjalah jang mengetahui apa jang diperlukan Seko
lahsekolah Rakjat itu dan tjara bagaimana melaksanakannja.
c. Pembaharuan pendidikan di S.R.
Disamping perluasan jang telah dapat tertjapai, Djawatan Pendi
dikan Umum berusaha untuk mengadakan Pembaharuan pendi
dikan disegala sekolah umum termasuk S.R. karena tudjuan pen
didikan dan pengadjaran sudah berubah. Jang harus ditjapai
ialah, agar tiap warganegara dapat mentjapai tingkatan hidup
jang lebih tinggi daripada sekarang, lahir maupun bathin; me
ngerti akan kedudukannja dalam negara, insjaf akan hak dan ke
wadjibannja, memiliki pengertian tentang tanggungdjawab dan
ketertiban dalam negara untuk keselamatan bersama, sanggup
mengembangkan initiatip untuk kemadjuan dirinja dan masja
rakatnja. Hal ini tidak dapat ditjapai dengan tjara mengadjar
setjara kolonial jang kolot.
Pada tahun 19.51 dan tahuntahun berikutnja Inspeksi Pusat S.R.
mulailah menggerakkan para petugasnja kearah pengintensipan
1093
dan pembaharuan pendidikan dengan mengadakan konperensi
konperensi.
Sebagai hasil daripada pemikiran mengenai pembaharuan dise
kolah, Djawatan Pendidikan Umum mengeluarkan kitab „Pikiran
pikiran dalam pembaharuan pendidikan disekolah” pada tahun
1957. Kitab itu membahas Undangundang Pokok Pendidikan
dan akibatnja kepada pendidikan/pengadjaran disegala djenis
sekolah umum.
Sambil menunggu hasilhasil panitiapanitia jang dibentuk, be
berapa perbaikan sudah pula dilakukan. Jang terutama dianta
ranja ialah :
1. Sedjak tahun 1951 Inspeksi Pendidikan Djasmani melaksa
nakan kursuskursus aplikasi untuk para guru S.R.
2. Untuk menambah pengetahuan para guru Balai Pendidikan
Guru di Bandung mengeluarkan kursuskursus tertulis se
djak tahun 1952, jakni K.G.B. dan R.B.B., K.G.A. dan R.B.A.
Sekalipun hasilnja tidak memenuhi harapan semula, satu hal
sudah tertjapai, jakni: para guru kita telah mengetahui, bah
wa masih banjak jang harus dipeladjarinja.
3. Sedjak tahun 1953 para P.S. dan P.S.K. bergiliran dipanggil
ke Bandung untuk mendapat kursus aplikasi dalam tjara
tjara mendidik dengan mempergunakan alatalat jang dibuat
sendiri. (Science Teaching).
4. Beberapa orang guru dari tiap propinsi dikirim ke Padang
Pandjang untuk mendapat latihan dalam matamata pela
djaran ekspressi.
5. Disamping usahausaha dari Pusat para Kepala Inspeksi S.R.
Daerah berusaha sekuat tenaga menambah kesanggupan para
petugasnja didaerah melalui rapatrapat dan kursuskursus
kilat.
d.
Kursuskursus aplikasi bagi guruguru S.R.
Tiga daerah telah membuka kursus aplikasi bagi guruguru S.R.,
jakni Sumatera Selatan, Djawa Tengah dan Kalimantan Barat.
Kursuskursus aplikasi ini bermaksud menambah dan memper
baharui pengetahuan para guru supaja mereka sanggup melaku
kan pembaharuan sesuai dengan tudjuan Undangundang Pokok
Pendidikan.
e.
Kelaskelas masjarakat
Ternjata sudah, bahwa tidak semua tamatan S.R. mendapat tem
pat disekolah landjutan tingkat pertama. Jang lain haruslah sang
gup mendajungkan hidupnja sendiri, meskipun mereka tidak
tjukup menerima bekal dari pendidikan di S.R. Untuk ini didiri
kanlah dibeberapa daerah kelaskelas masjarakat jang bertudjuan
memberi pengetahuan praktis kepada para pengikutnja jang
dapat dipergunakan untuk mentjahari nafkahnja.
Kelaskelas masjarakat pertanian telah didirikan di Persobo,
Melisik dan Wurjantoro di Djawa Tengah. Kelas masjarakat per
ikanan darat terdapat didekat Pemalang.
1094
§ 895. Penjelenggaraan S.M.P.
a. Kenaikan djumlah murid S.M.P. jang tjepat dan akibatnja.
Hasrat muridmurid untuk ke S.M.P. tak tertahan besarnja.
Tiap tahun S.M.P. ditambah 10 sampai 15%, tetapi hal ini masih
djauh dari mentjukupi keperluan, bila ditindjau dari sudut
hasrat beladjar dari para murid dan masjarakat.
Pembatasanpembatasan terpaksa diadakan dalam pembukaan,
perluasan, atau pengoperan mendjadi S.M.P. Negeri, karena ke
kurangan anggaran. Akibatnja SMPSMP Swasta timbul dengan
subur.
Angkaangka ditjantumkan dalam statistik terlampir. Bila se
muanja didirikan dengan tjitatjita pendidikan sebagai pengabdian
terhadap masjarakat dan dilaksanakan setjara bonafid, maka
alangkah bahagia masjarakat kita. Tetapi masih sadja ada „pe
tualanganpetualangan” diantaranja, dan inilah jang kerap kali
meruwetkan urusan dan keadaan. Mudahmudahan hal ini dapat
lekas dihilangkan, segera setelah ada patokanpatokan berupa
Undangundang misalnja, jang dapat mengaturnja dengan baik
dan memberi sangsi seperlunja.
b.
Penghapusan S.G.B.
Hal jang perlu ditjatat dalam perluasan S.M.P. ialah dihapuskan
nja S.G.B. setjara berangsur mulai tahun adjaran 1957/1958.
Sebagian dari S.G.B.S.G.B. itu (± 150) telah diputuskan untuk
digeserkan mendjadi S.M.P., dimulai dengan kelaskelas S.M.P.
pada S.G.B.S.G.B. tersebut; dan achirnja kalau kelaskelas SMP
itu sudah lengkap, setjara resmi S.G.B. itu mendjadi S.M.P.
Sementara itu persiapanpersiapan penggeseran mengenai ang
garan, personalia, gedung, inventaris dan lain sebagainja agar
sudah beres, hingga penggeseran itu dapat berdjalan lantjar. Jang
agak mendjadikan kesukaran ialah menjalurkan guruguru S.G.B.
S.G.B. itu kelain sekolah, tanpa banjak kesulitan dan pembeaja
an. Untuk itu telah diadakan Panitia Penjaluran. Pada tahun 1960
ini sebagian S.G.B. telah digeserkan mendjadi S.M.P.; pada per
mulaan tahun adjaran 1960/1961 akan terdjadi penggeseran jang
paling besar.
c.
Pembaharuan
Membina isi dan taraf pendidikan tak bisa dilepaskan dari usaha
pembaharuan. Jang dimaksudkan dengan pembaharuan ialah
mentjari, mentjoba dan melaksanakan tjara atau djalan baru
agar hasil pendidikan mendjadi lebih baik dari jang sudahsudah;
djadi pembaharuan untuk mentjari perbaikan dan penjempur
naan.
Tjara atau djalan baru jang ditempuh itu dapat melalui rentjana
(„curriculum”) umum, dapat djuga melalui penjempurnaan
metodik mdta peladjaran atau kelompok mata peladjaran.
1095
Jang telah dimulai ialah melalui djalan jang kedua tersebut di
atas :
1. Pada urusan Bahasa Inggeris Djawatan Pendidikan Umum
telah dibentuk badan jang menjelenggarakan perkembangan
bahan peladjaran („material development”) dengan bantuan
„Ford Foundation”.
Bahan jang telah dibuat ditjobakan pada S.M.P. di Salatiga
pada tempat latihan mengadjar („teaching workshop”) bahasa
Inggeris oleh guruguru jang telah dilatih untuk itu dibimbing
oleh achliachlinja.
Selama ditjobakan bahan tadi dapat dikoreksi, dikurangi, di
ubah seperlunja, hingga hasilnja betulbetul sudah mengalami
test setjara ilmiah dan pedagogis. Hasil dan pertjobaan ini
akan didjadikan pilotproject dibeberapa daerah mulai tahun
adjaran 1960/1961 nanti.
2. Ilmu Pengetahuan Alam („Natural Science”) telah diolah dan
ditjobakan pada „Science Teaching Centre” di Bandung.
Banjak guruguru SMP telah dilatih dipusat latihan itu. Dan
sekarang sedang disiapkan metodik dan bahan sesuai dengan
pertjobaanpertjobaan dan latihanlatihan jang telah diadakan.
3. Para achli sedjarah di Djawatan Pendidikan Umum sedang
menjiapkan bahan dan metodik matapeladjaran sosial, terma
suk sedjarah dan kewarganegaraan („civics”). Untuk ini telah
diadjukan rentjana peladjaran sedjarah dan dibentuk Panitia
„civics” jang hasil karyanja setelah ditjobakan. Mudahmu
dahan akan mempertebal rasa insjaf tentang bernegara Mer
deka dan mendjadi warganegara Indonesia jang bertanggung
djawab atas negaranja dan masjarakat.
4. Peladjaran expresi digiatkan kearah kesenian dan „keprige
lantangan”, menggambar, menjanji, musik, pekerdjaan tangan
dan lainlain, disamping segi seninja, diusahakan perkem
bangan segi sosial dan segi keprigelannja, misalnja untuk ke
perluan matapeladjaranmatapeladjaran lain, untuk keperluan
sekolah, pameran, masjarakat dan latihan2 „kerdja kasar”,
seperti mengolah tanah, memelihara kebun, pengerdjaan kaju,
pembetulan alat2 seperti: medja, kursi, djendela, sepeda dan
lain sebagainja.
Disamping itu diusahakanlah agar dibentuk lingkungan
(„circles”) dan diadakan kegiatan diluar kelas: („extra curri
cular activities”) seperti: Olahraga, kesenian, kepanduan, ko
perasi dan lain sebagainja oleh para peladjar sendiri dibim
bing oleh para gurunja.
d. Sapta Usaha Tama dan Pantja Wardana,
Halhal diatas bersesuaian dengan pelaksanaan „Sapta Usaha
Tama” jang telah diinstruksikan oleh Departemen P.P. dan K.
untuk dilaksanakan disekolah, pula sesuai dengan „Pantja War
dana”, lima segi pendidikan jang harus dikembangkan, agar
1096
menghasilkan pertumbuhan djiwa jang harmonis sesuai dengan
tudjuan pendidikan kita :
1. Kelompok2 mata peladjaran Bahasa, Sosialekonomi, Ilmu
Pasti dan Science di S.M.P. sesuai dengan segi perkembangan
ilmiah.
2. Kelompok ekspresi seperti terurai diatas sesuai dengan segi
perkembangan seni dan keprigelan tangan.
3. Pendidikan Djasmani sesuai dengan segi perkembangan djas
manlah.
4. Pendidikan agama, budi pekerti, kewarganegaraan, sesuai
dengan segi perkembangan mental atau rohani.
Gagasan2, pikiran2 tersebut diatas, jang banjak sedikitnja te
lah dimulainja, mudahmudahan dapat berkembang subur.
e. Udjian
1. Dari segala usaha, kegiatan, serta segi perkembangan terurai
diatas, hanja satu segi jang diudjikan pada achir pendidikan di
S.M.P. ialah segi ilmiahnja.
2. Udjian biasanja dipandang sebagai sesuatu jang menakutkan,
suatu beban berat jang tak perlu, suatu momok jang selalu
mengedjar murid maupun guru. Sebetulnja, bila para guru
mulai dengan membuat rantjangan mengadjar, seperti kami
uraikan dalam pemakaian rentjana peladjaran dan daftar bu
ku, dan itu setjara teliti dilaksanakan, bila para guru dapat
membiasakan para peladjarnja dengan teratur, dengan
kontrol jang tjukup seperti memberi test, ulangan ketjil,
pertanjaanpertanjaan singkat, dan memberi angka tentang
hal tersebut diatas, maka pertama, angka rapor bukan hanja
tergantung pada satu angka ulangan sadja dan kami jakin,
bahwa dengan beladjar teratur itu suatu ulangan bukanlah
momok, melainkan hanja ulangan hal2 jang telah difahami;
suatu ulangan umum bukanlah momok jang mengedjar
ngedjar, karena dengan beladjar teratur tadi ulangan
umumpun hanja mengulangi jang telah dipeladjari dan
difahami, apalagi karena angkanja tidak hanja bergantung
pada ulangan umum itu sadja. Achirnja udjianpun bukan
momok jang mengedjar dan menakutkan, karena udjianpun
disusun dari bahan2 jang telah dipeladjari, pengolahan dan
usul2 para guru sendiri. Djadi peladjaran dan pendidikan
bukan mengedjar udjian, tetapi sebaliknja. Jang diudji ialah
hal2 sesuai dengan jang pernah diadjarkan dan telah disusun
dalam rentjana peladjaran; soal nja hanja kerdja teratur dari
pihak guru ataupun murid.
Perlukah udjian dihapuskan? Untuk ini telah dibentuk oleh De
partemen P.P.K. suatu Panitia pembahas dan perumus.
Hasilnja ialah usaha kearah penghapusan udjian; untuk semen
tara udjian masih tetap ada, hanja harus disederhanakan.
Untuk penjederhanaan ini, udjian S.M.P. hanja diadakan sekali
(utama), dan sekali lagi untuk jang sakit (susulan). Jang diudji hanja
1097
matapeladjaran2 mengenai segi ilmiah. Guna menjesuaikan dengan
iklim kedaerahan, bahan udjian disentralisasikan sedjak tahun 1958.
Untuk mendjaga kesetarafan, maka perlu bahanbahan tersebut di
bahas dan disahkan oleh Pusat.
§ 896 Penjelenggaraan S.M.A.
a. Tindjauan Umum
1. Perkembangan kwantitet S.M.A. itu tidak dapat dilepaskan dari
kemadjuan pendidikan dan pengadjaran jang sangat pesat sete
lah Republik Indonesia kita tegakkan. Makin bertambah sekolah
Rendah, makin meningkat pulalah S.L.P., S.L.A., dan Lembaga2
Perguruan Tinggi.
Dibidang S.M.A. diperoleh gambaran berikut:
Djenis
S.M.A.
Negeri Swasta
bersubsidi
Swasta
berbantuan
Swasta lainnja
1956/1957
1957/1958
1958/1959
1959/1960
Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml. Djuml.
sekolah murid sekolah murid sekolah murid sekolah murid
96
29571
109 37737
130 38633
157 43000
33
9048
37 11340
36 15789
39 12806
33
346
3009
2100
24
499
4552
22515
63
491
12039
19123
62 124000
531 89650
2.
Peristiwa diatas menimbulkan suasana kesamaan. Tiap daerah
memperoleh kesempatan menjekolahkan puteraputerinja
sampai dengan sekolah Landjutan Umum Tingkat Atas, sekolah
berachir dalam sistim pendidikan dan pengadjaran kita jang mem
berikan pengetahuan umum. Dengan djalan demikian terbukalah
pintu menuntut ilmu dan mengedjar ketinggalan. Kader jang ber
pendidikan menengah makin meluas merata. Akibatnja dalam
hidup kemasjarakatan pasti akan besar sekali dikemudian hari.
3.
Hal Tenaga Guru
Andaikata tidak timbul kekatjauan2 dan pemberontakan2
maka dengan tamatan2 F.K.I.P. di Bandung, Malang, Tondano,
Batu Sangkar, Padang, Medan, Jogjakarta, Salatiga, dan Djakar
ta; tamatan kursus2 B. I/B. II jang tersebar diseluruh Indonesia
pasti persoalan guru S.M.A. itu tidak akan merupakan masalah
jang hampir2 tak dapat diatasi.
Dengan perasaan penuh kesedihan harus diakui bahwa
S.M.A.2 terutama diluar Djawa, ketjuali jang dikota2 besar,
menderita kekurangan guru2 P.T.M. (pengerahan tenaga mahasis
wa) jang bersedia membantu ditempat2 jang terpentjil itu.
Kekurangan jang sangat mendesak terasa pada Bahasa Pe
rantjis, Bahasa Djerman, Ilmu Kimia, Ilmu Alam dan Ilmu Pesa
wat.
1098
Pendek kata: konsolidasi S.M.A. itu tak dapat dipisahkan
daripada keadaan umum ditanah air kita ini. Tjatatan djumlah
guru negeri:
guru tetap
guru tidak tetap
1956/195
884
1496
1957/195
1283
1402
1958/195
1619
1285
1959/196
1935
918
Perintjian terachir menurut idjazah guru tetap :
(keadaan achir th. pel. 58/59).
HKS )
HIK )
HBS )
AMS )
H.A. )
40
B. I.
994
B. II.
5
P.T.M.
552
Sardjana
28
1619
4
5.
6.
Perluasan S.M.A. itu didorong oleh kemauan keras serta penga
laman masjarakat setjara sukarela. Gedung sekolah beserta pe
rabotnja, kadang2 dengan perumahan guru, didirikan jang per
manen, ada pula jang semipermanen. Pembesar2 daerah militer
dan sipil pemuka2 rakjat, setjara aktif membimbing usaha pem
bangunan setjara gotongrojong itu.
Melihat dan mengalami hal itu semuanja, pada tempatnjalah
optimisme akan potensi nasional dan masa depan bangsa kita.
Kwalitet tamatan S.M.A. itu masih terus menerus sasaran kritik
baik dari pihak perguruan tinggi maupun dari pihak masjarakat.
Perlengkapan masih serba kurang; bahan peladjaran ruang prak
tikum I. Alam, I. Kimia dan I. Hajat, buku tulis dan sebagainja,
semuanja itu djauh dari mentjukupi.
Disampmg guru berwenang jang belum memadai djumlah
nja faktor penghalang terbesar ialah keadaan masjarakat pada
umumnja.
Pembaharuan setjara kongkrit mulai didjalankan pada tanggal
181957 :
S.M.A.2 Teladan dibuka di Djakarta, Jogjakarta, Surabaja, Me
dan, dan Bukittinggi. Jang baik djalannja ialah S.M.A. TeladanA
Jogjakarta dalam pimpinan Sdr. Mr. Purwoko.
Baik isi peladjarannja, maupun didaktik dan metodiknja me
ngalami penjegaran2. Disamping itu diberikan mata peladjaran
prakarya, sehingga tamatan S.M.A. itu, kalau terpaksa tidak akan
tjanggung lagi bekerdja dilapangan jang telah dipilihnja selama
bersekolah (Home Ekonomics; llmu Perpustakaan; Ilmu Djurna
listik; Keradjinan tangan; Administrasi (Umum).
1099
7.
8.
9.
Udjian penghabisannja buat pertama kali diadakan pada
bulan2 April — Mei — Djuni — 1960 ini. Mulai 181960 mata
peladjaran prakarya itu akan diusahakan pula disemua S.M.A.
Negeri. Pelaksanaan bergantung dari pada keadaan setempat. Hal
itu sesuai pula dengan tjita2 putjuk pimpinan Departemen P.P.
dan K.
Di S.M.A. Teladan B Djakarta dan Medan, setelah diadakan
observasi terhadap siswa2 dikelas satu, maka dikelas dua pela
djarpeladjar jang berbakat I. KimiaAlam dan Hajat dipisahkan
dari pada jang berbakat I. Pasti, I. Pesawat. Dengan djalan de
mikian diusahakan pertjobaan meringankan beban peladjaran.
Di S.M.A. Teladan C Surabaja diusahakan pengwudjudan
kongkrit prakarya jang sesuai dengan djurusan C itu.
Ditiga kota besar didirikan Laboratorium Sentral :
Djakarta, Jogjakarta, dan Medan dengan ruang praktikum I. Ki
mia, I. Alam dan I. Hajat jang boleh dikatakan agak lengkap. Ber
gilir ganti peladjar2 S.M.A. Negeri dan Subsidi melatih diridi
tempat itu dalam pimpinan guru2 jang berpengalaman dilapangan
pekerdjaan laboratorium.
Ditjitatjitakan menambah djumlah laboratorium sentral itu.
Pembaharuan integral dengan conprehensive curriculum akan
ditjoba pada tahun pengadjaran 1960/1961 jang akan datang,
apabila keadaan gedung dan perlengkapan di Blitar mengizinkan.
Dalam garis besarnja rentjana peladjarannja akan terbagi atas 3
(tiga) kelompok :
Kelompok A : terdiri atas kurang lebih 5 (lima) mata peladjaran
jang harus diikuti oleh semua murid (Bahasa In
donesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Djasmani,
Pengetahuan Tanah Air, Ilmu Pasti);
Kelompok B : terdiri atas kurang lebih 4 (empat) mata peladjar
an sesuai dengan bakat peladjar;
Kelompok C : terdiri atas 1 (satu) mata peladjaran prakarya
jang digemari dan sesuai dengan bakat peladjar.
Dengan djalan demikian kita tegas2 menudju kepenghapusan dju
rusandjurusan Idjazah S.M.A. akan diberikan, apabila anak didik
kita lulus buat ketigatiga kelompok itu.
Udjian penghabisan S.M.A. itu menudju kepenjederhanaan.
Udjian Pelengkap diadakan satu kali sadja dan penjusunan soal²
nja diserahkan kepada rayon2. Mulai udjian Penghabisan S.M.A.
tahun 1960 ini mata peladjaran H Golongan Penting ditempuh 1
— (satu) kali sadja. Udjian Pokokmasih seperti sedia kala.
Kehebohan2 tjalon2 veteran dan kelas peladjar pedjoang lainnja
sudah berachir.
Pada udjian penghabisan S.M.A. tahun 1959 antara Djakarta,
Semarang dan Surabaja diadakan pertukaran pemeriksaan peker
djaan udjian jang berlangsung sangat memuaskan.
1100
b. Tentang S.M.A. Negeri dan S.M.A. Swasta bersubsidi penuh
(1) Penerimaan murid
Dibidang S.M.A. ternjata semua lapisan masjarakat ingin mema
sukkan puteraputerinja ke S.M.A. Negeri dan S.M.A. Swasta Ber
subsidi Penuh. Pada dasarnja semua pelamar jang beridjazah
S.M.P. Negeri akan diterima dikelas I (satu). Djumlah pelamar
dikota2 besar dan pada umumnja diibu kota keresidenan selalu
lebih tinggi daripada djumlah tempat jang tersedia. Terpaksalah
diadakan peraturan penerimaan murid jang sekaligus djuga me
ngatur kebagian mana semestinja seorang peladjar serta batas
umur jang tidak boleh dilewatinja.
Jang terpenting dari peraturan2 itu ialah :
(a). Dapat diterima dikelas I (satu) S.M.A: A: 1) pemilik idjazah
negeri S.M.P.A dan 2) pemilik idjazah negeri S.M.P.B jang
buat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris masing2 angka se
kurang2nja 6 (enam).
(b). Dapat diterima dikelas I (satu) S.M.A.B pemilik idjazah Ne
geri S.M.P.B jang buat I. Aldjabar, I. Ukur dan I. Alam
Masing2 sekurang2nja 6 (enam) atau satu angka 5 (lima)
tetapi djumlah ketigatiganja 18 (delapan belas) atau 1 (satu)
angka 4 (empat) tetapi djumlah ketigatiganja 19 (sembilan
belas) dengan tjatatan, bahwa dari ketiga rnata peladjaran
itu tidak boleh ada 2 (dua) angka dibawah 6 (enam).
(c). Dapat diterima dikelas I (satu) S.M.A.C:
1). pemilik idjazah negeri S.M.P.B dan 2) pemilik idjazah
negeri S.M.P.A jang angkanja buat I. Aldjabar seku
rangkurangnja 7 (tudjuh).
(d). Semua peladjar jang masuk kelas I (satu) pada tgl. 1 Agus
tus tahun jang bersangkutan tidak boleh berumur lebih dari
19 (sembilan belas) tahun.
(e). Susunan kelas
Djumlah murid setiap kelas paling tinggi 35 (tiga puluh lima)
orang. Djumlah terendah dikelas 1 (satu) pada awal tiap
tahun pengadjaran 10 (sepuluh). Jang terachir ini perlu de
mikian ditetapkan, guna memungkinkan pembukaan kelas I
(satu) Bag. A diibu kota kabupaten.
Ketigatiganja djurusan S.M.A. itu harus ada ditiap daerah,
sehingga tidak perlu lagi putera puteri itu meninggalkan daerah
nja. Perlu djuga diingat bahwa pelamar buat Bag. A itu pada
tahun2 j.a.d. pasti akan makin banjak. Lagi pula sudah tiba wak
tunja menjapu bersih diskriminasi jang dibuatbuat (sengadja
atau tak sengadja) antara bagian2 S.M.A. itu. S.M.A. terketjil
akan terdiri atas 9 (sembilan) kelas; jang sedang 1020 kelas dan
jang besar 2025 kelas, sedapatdapatnja terbagi rata2 atas keti
ga djurusannja.
1101
(3). P.O.M.G.
Ditiap S.M.A. sudah ada P.O.M.G. jang setjara langsung dan tidak
langsung turut serta membina S.M.A. itu.
Kadang2 timbul pertentangan atau perselisihan faham antara Dir.
S.M.A. itu dan Pengurus; atau antara Pengurus P.O.M.G. dan
Panitia jang membantu Pemerintah dalam mendirikan S.M.A.
Negeri itu. Dalam susunan kekeluargaan dapat diatasi semua
kesukaran, sekalipun disanasini terpaksa diadakan tindakan
penertiban. Jang paling menjusahkan ialah soal pembagian kom
petensi penentuan batas2 kekuasaan. Terang, bahwa dibidang
teknis kependidikan pengadjaran Direktur dan guru2lah jang
satu2nja menentukan/memutuskan. Dilapangan pemakaian uang
P.O.M.G. itu pengurusnjalah jang berwewenang dan djanganlah
keuangan itu diserahkan kepada Sdr. Dir. S.M.A.
(4). Gedung dan Perlengkapan
Keperluan S.M.A. itu bukan main banjaknja. Ternjata bahwa da
lam rangka A.P. sangat sukarlah bagi Pemerintah memenuhi itu
semuanja.
Telah berdiri dengan biaja dari negara gedung2 prefab jang besar
di Bukittinggi, Palembang, Djakarta, Magelang, Jogjakarta, Solo,
Kediri, Menado, dan Singaradja, sedangkan jang di Madiun men
dekati penjelesaiannja.
Gedung S.M.A. permanen didirikan pemerintah di Medan 2 (dua)
buah. Dibeberapa tempat diadakan penambahan ruang kelas per
baikan gedung lama d.l.l.
Perabot baru terpaksa djuga dibeli pemerintah buat gedung baru
jang didirikannja itu. Namun belum sesuai keperluan2.
Beberapa S.M.A. Subsidi pun memperoleh uang gedung dan
perabotnja. Biasanja sesudah semua pekerdjaan bares.
Djadi terpaksa membajar biaja lebih dahulu dengan djalan
memindjam dari pihak ketiga atau dari dana sendiri.
(5). Alat2 Peladjaran
Telah dikatakan bahwa alat2 peladjaran djauh dari mentjukupi
baik jang diperlukan oleh guru dikelas maupun oleh murid.
Sedjak 181957 (sebenarnja sebelum itu djuga) sudah tidak ada
pembagian buku tulis dan buku peladjaran kepada murid. Prak
tis pada waktu ini orang tua/wali peladjar itulah jang mesti
membeli alat2 peladjaran.
Sebab itu tidak mengherankan, bahwa tidak sedikit djumlah
peladjar S.M.A. itu tidak memiliki buku, karena tidak mampu
membelinja; tidak ada toko buku ditempat S.M.A. Negeri itu,
karena terpentjil letaknja; para penerbit tidak dapat mengatasi
kesukaran2 kertas dan pertjetakan, sehingga buku pegangan mu
rid itu sangat terbatas djumlahnja atau sama sekali tidak diter
bitkannja lagi. Akibatnja tamatan S.M.A. kurang matang dalam
pengalaman beladjar dari buku.
1102
Di S.M.A. Katolik (Bersubsidi Penuh) pada umumnja buku2
dipindjamkan kepada anak didiknja. Persediaan buku dibeli se
dikit demi sedikit oleh sekolah dengan biaja dari dana sendiri
diperoleh kembali dari uang sewa buku itu. Tjara bekerdja se
rupa itu telah diandjurkan kepada P.O.M.G.2 S.M.A. Negeri. Di
satu dua tempat telah mulai didjalankan.
Disamping itu disarankan djuga membuka Bursa Buku; pe
ladjarpeladjar jang naik kelas atau jang tamat mendjual buku
jang tidak diperlukannja lagi kepada murid2 penggantinja mela
lui Bursa buku itu.
Alat2 peraga dan pesawat2 I. Kimia, I. Alam, I. Hajat; I.
Bumi dan Sedjarah sebetulnja tidak ada, ketjuali di S.M.A.2 Ne
geri dan Swasta Bersubsidi Penuh dikota2 besar jang dapat di
anggap sebagai pengganti daripada H.B.S. dari zaman pendja
djahan.
(6). Hal Guru2
Ketjuali jang memiliki pendidikan dasar H.B.S., A.M.S., H.K.S.,
H.I.K., dan H.A. lama, guru S.M.A. sekarang ini (jang beridjazah
Sardjana Muda, termasuk B.I., keatas) adalah muda2.
Sudah barang tentu hal itu menimbulkan persoalan2;
1. dalam pimpinan sekolah ;
2. dalam perhubungan dengan masjarakat ;
3. dalam pergaulan antara guru2.
4. dalam pergaulan antara guru dan murid ;
5. ditambah lagi dengan hal2 kedaerahan.
Timbul beberapa clash jang mesti diatasi dengan tindakan tegas
(Dari 181957 sampai sekarang diseluruh Indonesia sjukurlah
tidak lebih daripada di 6 (enam) kota). Telah dikatakan dalam
bagian lain dari Laporan ini, bahwa masih perlu guru2 P.T.M.
(Pengerahan Tenaga Mahasiswa) terutama untuk S.M.A. 2 Ne
geri ditempat2 jang agak terpentjil.
Hal itu perlu diachiri dan mengganti mereka dengan guru2 S.M.A.
jang berwewenang.
Urusan Pendidikan S.M.A. mulai mendjalankan politik upgra
ding guru2 itu :
(a). Jang belum beridjazah B. I. atau jang sederadjat dengan. itu
memperoleh kesempatan mengikuti salah satu kursus B. I. ;
(b). Jang beridjazah B. I. disluruh kekursus B. II (kalau sudah
ada);
(c). Jang beridjazah Sardjana Muda dipindahkan buat mengikuti
tingkat doktoral difakultas.
Pendek kata: kita tegas menudju konsolidasi S.M.A. melalui
usaha memperbaiki mutu guru S.M.A. moreelspiritueel intellect
tueel.
1103
(7) Segi2 Pendidikan
Pendidikan Djasmani dan kesehatan makin, diintensifkan.
Handicap terbesar ialah, kekurangan alat2 dan ditempat terpentjil
guru jang berwewenang. Sikap sportif dipentingkan.
Pendidikan Agama pun makin madju di S.M.A. Negeri dan
di S.M.A. Swasta Bersubsidi Penuh (Islam, Protestan, Katolik,
Hindu Bali) sudah barang tentu sangat penting kedudukannja.
Pendidikan Kesenian didjalankan melalui perkumpulan2 ke
senian jang ada disekolah.
Pendidikan Kemasjarakatan diusahakan setjara aktip masuk
kampung, kesawah dan kehutan, dll. dalam pimpinan djawatan
jang bersangkutan atau sepengetahuan pamongpradja. Diperoleh
kesan bahwa peladjar2 S.M.A. itu membawa kesibukan dalam
masjarakat. Dalam pimpinan dan hubungan baik mereka itu mau
bekerdja keras buat nusa dan bangsa. Lebih2 setelah diinstruksi
kan Sapta Usaha Tama oleh Sdr. Menteri P.P.K. dengan suratnja
No. 1 tgl. 1781959.
Pendidikan Skill barulah didjalankan di S.M.A. Teladan A.
Jogjakarta dan Teladan C. Surabaja. Mulai 181960 ini sedapat
mungkin ditiap S.M.A. Negeri dan Swasta Bersubsidi Penuh. La
manja 90 menit dalam seminggu sepandjang 2 (dua) tahun pe
ngadjaran. Diharapkan dengan djalan demikian tamatan S.M.A.
itu dapat kelak turut serta dalam tindakan2 penambahan pro
duksi.
Hal diatas itu semuanja turut memupuk perasaan kebang
saan (nasionalisme) disamping setjara sengadja mengadakan
upatjara menaikkan bendera pada tiap2 hari Senin dan hari2 ke
bangsaan, menghafal njanjian2 kebangsaan, pendidikan budi
pekerti dengan perantaraan dalam mata peladjaran.
(8) Mutu S.M.A.
Dengan Perguruan Tinggi oleh Djawatan Pendidikan Umum di
selenggarakan beberapa pertemuan. Timbullah suasana saling
mengerti.
Kata Perguruan Tinggi itu antara lain ;
(a). banjak jang diadjarkan oleh S.M.A.;
(b). sajang, sedikit jang melekat pada peladjarannja ;
(c). pengetahuan tamatan S.M.A. itu tidak mendalam; kadang 2
merupakan verbalisme sadja ;
(d). tamatan S.M.A. itu kurang (atau tidak) berfikir logissiste
matis ;
(e). peladjar S.M.A. itu kurang setiaradjin bekerdja; lagi pula
kurang mampu bekerdja sendiri (zelfstandig werken).
Masjarakat (perusahaan2) pun mengeluh. Sampai sekarang be
lum ada instansi jang setjara ilmiah menjelidiki kekurangan2
tamatan S.M.A. itu, baik dalam praktek hidup maupun di Pergu
ruan Tinggi. Pertanjaan terbesar dalam perkara itu ialah: faktor2
1104
apakah,, jang merupakan sebab pertama kekurangan2 peladjar
S.M.A. itu ?
Faktor keadaan masjarakat pada umumnja? Faktor guru ?
Sangat kurangnja alat2 peladjaran atau Rentjana Peladjaran S.
M.A. itu sendiri? Dalam pada itu oleh Konperensi Perguruan
Tinggi dan S.M.A. Negeri bulan Desember 1958 telah diusulkan
kepada Sdr. Menteri P.P.K. supaja Pemerintah membentuk su
atu Panitia Negara buat menjusun Rentjana Peladjaran S.M.A.
jang baru sesuai dengan keperluan nusa dan bangsa dlm. Menje
lesaikan revolusi nasional sekarang ini. Sampai sa'at ini panitia
itu belum terbentuk.
§ 897 Penjelenggaraan Pendidikan Guru di S.G.A.
a. Hasil jang ditjapai sampai pada saat ini :
1. Lulusan SGA + 8485 orang
8485 orang itu semuanja akan dapat dipekerdjakan sebagai guru.
± 7.000.000. anak2 antara 6 dan 12 th. jang sehingga sekarang
tak dapat ditampung di S.R. akan menerima peladjaran semuanja.
2. Djumlah SGA Negeri 83 buah
Karena telah diambil patokan supaja untuk tiap2 djumlah pendu
duk sebanjak 500.000 orang diadakan 1 SGA Negeri, maka sedjak
tahun 1958 diusahakan djumlah SGA Negeri setjara berangsur
angsur sehingga tertjapai bilangan 150.
Menurut perhitungan jang terutama berdasarkan keadaan Ang
garan Belandja bilangan itu akan tertjapai pada permulaan th.
pel. 1961/1962.
Berhubung dengan penghapusan SGB pada achir th. pel. 1960/
1961, maka pada waktu itu pulalah SGA akan merupakan satu2
nj