Penggunaan Tepung Daun Apu-Apu (Pistia stratiotes) Dalam Pakan Terhadap Performans Itik Peking Umur 1-8 Minggu

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman apu-apu (Pistia stratiotes)
Tanaman air apu-apu dikenal juga dengan sebutan water lettuce yang berarti
kubis air atau selada air.Tanaman ini mirip dengan selada namun lebih kecil,
tergolong monokotil, dan mengapung terbuka ke atas karena daun apu-apu bila dilihat
secara histologis memiliki struktur berongga-rongga pada jaringan mesofilnya yang
disebut jaringan aerenkim (Buzgo, 2006).
Ujung daun membulat namun pangkal daun runcing.Tepi daun berlekuk-lekuk
dan ditutupi dengan rambut tebal yang lembut. Panjang daun sekitar 2 cm-10 cm
sedangkan lebar daun sekitar 2 cm-6 cm. Daun berwarna hijau dan akan menguning
bila sudah tua. Tangkai daun sangat pendek hampir tidak ada.Bunga berada di tengah
roset dan tumbuh berwarna putih.Panjang bunga kurang lebih

1 cm dan dilindungi

oleh seludang serta bunga tersembunyi sehingga tidak nampak jelas (Buzgo, 2006).
Perkembangbiakan yang dilakukan secara generatif, namun dapat pula secara
vegetatif yang dilakukan dengan menghasilkan stolon (Safitri, 2009). Stolon tersebut
dapat terpotong pada ujungnya dan akan terlepas serta tumbuh menjadi individu baru,
sehingga dapat berkembang dengan cepat (Langeland et al., 2008).
Tanaman ini dapat membentuk koloni besar dan menutupi seluruh permukaan

yang tersedia bagi tanaman tersebut.Akar jumbai panjang berwarna putih yang
menggantung di bawah roset yang mengambang bebas di sepanjang saluran air.Akar
memiliki stolon, rambut-rambut akarnya membentuk suatustruktur berbentuk seperti

Universitas Sumatera Utara

keranjang dan dikelilingi gelembung udara sehingga, meningkatkan daya apung apuapu (Buzgo, 2006).
Tanaman air apu-apu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,
Divisi : Magnoliopita, Kelas : Lilioptida, Ordo : Arales, Famili : Araceae, Genus :
Pistia, Spesies : Pistia stratiotes(Plantamor, 2008).
Tanaman apu-apu berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya di
semenanjung Florida dan menuju ke barat hingga Texas yang tumbuh secara alami
atau bisa juga dibawa oleh manusia (Buzgo, 2006).Tanaman apu-apu biasa ditemukan
mengapung

di

sepanjang

danau,


aliran

sungai,

pantai,

rawa,

dan

persawahan.Tanaman apu-apu mampu bertahan hidup untuk periode waktu yang
panjang, pada keadaan lembab ataupun kotor dan telah menyebar hingga wilayah
beriklim tropis dan subtropis termasuk Asia.Tanaman ini lebih suka di tempat yang
cerah dan mendapat cahaya matahari secara bebas karena berfotosintesis dengan
cahaya matahari namun, dapat juga hidup di tempat yang teduh dan terkena cahaya
matahari secara parsial (Langeland et al., 2008).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Daun Apu-apu (Pistia stratiotes)
Nutrisi


Kandungan

Energi Bruto (Kkal/kg)

3080

Protein Kasar (%)

18,49

Lemak Kasar (%)

2,95

Serat Kasar (%)

16,10

Abu (%)


14,01

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia makanan Ternak
Fakultas Peternakan UNPAD (2013)

Universitas Sumatera Utara

Sisi lain, berdasarkan pengamatan terhadap phytochemical screening
menunjukan bahwa tanaman air apu-apu mengandung flavonoid (antibiotik), minyak,
lemak

dan

glikosid

(Tribianto

dan

Purnomo,


2011).

Tanaman

apu-apu

sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam menurunkan kadar bahan organik di
perairan (Damayanti et al., 2004). Tanaman air apu-apu juga merupakan salah satu
tanaman dari kelompok floating plant yang mengandung jumlah nutrisi yang cukup
dan cukup aman untuk dipertimbangkan sebagai pakan ternak potensial (Banerjee dan
Matai, 1990).
Itik Peking
Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami
perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
dapat dipelihara dilingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah
beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya dipelihara secara
intensif dengan dilengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996).
Itik peking termasuk golongan itik pedaging yang mulai popular di Indonesia.
Produksi dagingnya dapat mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7-8 minggu. Namun

meskipun itik peking adalah itik pedaging, pemeliharaannya belum meluas,
kemungkinan karena masalah harga saat itik dipasarkan (Anggorodi, 1995).
Dilihat dari warna bulu itik peking umumnya putih, tetapi ada juga yang
berwarna krem dengan kaki dan paruh yang berwarna jingga. Matanya agak gelap
dan berwarna kebiruan dengan posisi yang tenggelam karena bagian pipi relative
lebih menonjol (Srigandono, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging
bagi konsumsi manusia.Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan
dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernial gizi
tinggi.Disamping itu itik pedaging harus memiliki konfirmasi dan struktur
perdagingan yang baik (Srigandono, 1997).
Berbeda dengan itik petelur, itik pedaging mempunyai badan yang besar dan
tubuhnya tidak tegak berdiri, tetapi mendatar atau horizontal, dagingnya juga
banyak.Bangsa-bangsa itik termasuk dalam itik pedaging putih, itik Aylesbury, itik
Manila, itik Rouaan. Banyak kemungkinaan untuk masa mendatang, itik peking akan
menjadi popular, terutama untuk membantu pemenuhaan gizi masyarakat pedesaan
(Rasyaf, 1992).

Kebutuhan Nutrisi Itik Peking
Bahan pakan itik pedaging adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur
gizi seperti energi, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air.Bahan pakan untuk
itik biasanya jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya yang
menjadi sumber energi.(Wahyu, 1992).
Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk anak ayam,
kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya
diberikan agak basah, air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat bahan
ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sehingga becek
(Anggorodi, 1995).
Tabel 2. Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur*

Universitas Sumatera Utara

Starter

Finisher

(0-2 minggu)


(2-7 minggu)

22

16

15

Energi (kkal EM/kg)

2.900

3.000

2.900

Metionin (%)

0,40


0,30

0,27

Lisin (%)

0,90

0,65

0,60

Ca (%)

0,65

0,60

2,75


P tersedia (%)

0,40

0,30



Gizi
Protein kasar (%)

Bibit

Sumber : *NRC (1994)

Secara garis besar dianjurkan bahwa pada periode starter hendaknya ransum
mengandung protein 20 sampai 22% dengan energi metabolisme 2800 sampai 3000
kkal, sedangkan setelah umur 2 minggu sampai saat dipotong protein diturunkan
menjadi 16 sampai 17% dan energi 3000 kkal (Srigandono, 1997).
Penggolongan zat-zat nutrisi adalah karbohidrat, lemak, protein, zat-zat

mineral, zat-zat vitamin dan air.Fungsi karbohidrat pada ternak unggas adalah sebagai
energi dan panas serta disimpan sebagai lemak jika berlebihan, sementara karena
lemak mudah tengik, maka sebagian besar ransum mengandung tidak lebih dari
sekitar 4-5% lemak. Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak tubuh
ternak unggas, zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan dan
produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Zat-zat mineral dan
vitamin merupakan nutrisi mikro penting untuk mencegah penyakit-penyakit
defisiensi.Sementara air mempunyai peranan penting sebagai stabilitator suhu
(Anggorodi, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah kemampuan untuk menghabiskan sejumlah pakan
yang diberikan.Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah pakan
yang diberikan dan sisa yang diberikan atau penghamburan.Tingkat energi dalam
ransum menentukan banyaknya jumlah ransum yang dikomsumsi.Peningkatan energi
metabolis dalam pakan mengurangi konsumsi pakan pada unggas (Anggorodi, 1995).
Menurut Tillman, et al. (1986), sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi
pakan untuk memperoleh energi sehingga pakan yang dimakan tiap harinya
cenderung berhubungan dengan kadar energinya. Wahyu (1984) menyatakan bahwa
konsumsi akan meningkat bila diberi ransum yang berenergi rendah dan menurun bila
diberi ransum yang berenergi tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi
ransum broiler diantaranya besar dan bangsa ayam, luas kandang, tingkat energi dan
protein dalam ransum.Church (1979), menyatakan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas.Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa,
tekstur dan warna pakan yang diberikan.
Temperatur lingkungan merupakan pengaruh yang besar terhadap konsumsi
harian.Konsumsi rendah bila temperatur tinggi dan meningkat bila temperatur
rendah.Suhu 16-24°C adalah suhu yang ideal bagi produksi yang efisien dan
memungkinkan dicapainya produksi yang maksimum

(Gellespie, 1987 disitasi

Sinaga, 1998).
Pertambahan Bobot Badan

Universitas Sumatera Utara

Kemampuan ternak untuk mengubah zat–zat makanan yang terdapat dalam
ransum menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dari ternak
tersebut.Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan.Pertumbuhan dapat dinyatakan dalam pertumbuhan
bobot badan abolut dan relatif.Pertambahan bobot badan absolut (rata–rata) adalah
selisih bobot badan akhir dan awal dibagi dengan waktu pengamatan.Pertambahan
bobot badan yang relatif adalah selisih bobot badan akhir dengan bobot badan awal
(Parakkasi, 1990).
Pertambahan bobot badan merupakan pertumbuhan dari tubuh secara
keseluruhan

diukur

dengan

bertambahnya

bobot

badan.Faktor-faktor

yang

mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah pakan, jenis hewan, hormone, jenis
kelamin, dan jumlah pakan serta faktor lingkungan (Anggorodi, 1997).
Laju pertumbuhan seekor ternak dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi
ransum dan energi yang diperoleh.Energi merupakan perintis pada produksi ternak
dan hal tersebut terjadi secara alami.Variasi energi yang disuplai pada ternak dapat
digambarkan dengan laju pertumbuhan.Bobot tubuh ternak senantiasa berbanding
lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobottubuhnya, makin tinggi pula
tingkat konsumsinya terhadap ransum (McDonald et al., 1995).
Laju komponen pertumbuhan berlangsung dengan kadar yang berbeda,
sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perubahan
karakteristik individual sel dan organ. Perubahan morfologi ataupun kimiawi misal
perubahan sel-sel otot, tulang, hati, jantung, ginjal, otak, saluran pencernaan, organ
reproduksi dan alat pernapasan. Terjadi dalam proses diferensiasi (Soeparno, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan dapat diukur dengan jalan menimbang hewan hidup pada saatsaat tertentu secara berurutan, untuk menghilangkan bias karena isi saluran
pencernaan maka digunakan bobot hewan puasa yaitu hewan setelah dipuasakan 1824 jam. Pertumbuhan dapat dilihat melalui kurva hubungan antara bobot badan
dengan umur adalah S (Sigmoid).Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan
meningkat dengan meningkatnya umur.Hal ini diikuti oleh pertumbuhan yang
eksplosif kemudian akhirnya ada suatu fase dengan tingkat pertumbuhan sangat
rendah (Lawrie, 1994).

Konversi Ransum
Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan
untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan.Angka konversi
ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan
satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Angka konversi ransum menunjukan tingkat efisiensi penggunaan ransum,
jika angka konversi ransum semakin besar maka penggunaan ransum kurang
ekonomis. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan
yaitu seluruh pengaruh luar termasuk didalamnya faktor makanan terutama nilai gizi
yang rendah (Lestari, 1992).
Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun
ransum yang berkualitas. Nilai konversi ransum minimal dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu : 1) kualitas ransum, 2) teknik pemberian pakan, 3) angkamortalitas. Perlu

Universitas Sumatera Utara

disadari bahwa kunci keberhasilan usaha dalam budidaya broiler adalah angka
konversi ransum (Abidin, 2002).
Semakin baik mutu pakan semakin kecil pula konversi pakannya.Baik
tidaknya mutu pakan ditentukan seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam pakan itu
diperlukan oleh tubuh ayam. Pakan yang kekurangan salah satu unsur gizi akan
mengakibatkan ayam memakan pakannya secara berlebihan untuk mencukupi
kekurangan zat yang diperlukan tubuhnya (Sarwono, 1996).

Tabel 3. Bobot badan rata-rata, konsumsi ransum dan konversi ransum itik peking.
Sumber : Duck and Raising, Ontorio Departemen of agriculture and food, disitasi Anggorodi (1995)

Umur (Mg)

Berat badan (kg)

0
1
2
3
4
5
6
7
8

0.06
0.27
0.76
1.35
1.82
2.33
2.81
3.16
3.43

Konsumsi Ransum (kg)
Tiap minggu Kumulatif
0.23
0.75
1.16
1.28
1.49
1.62
1.76
1.54

Konversi Ransum

0.23
0.97
2.13
3.29
4.78
6.40
8.16
9.70

0.85
1.28
1.56
1.81
2.05
2.28
2.58
2.83

Income over feed cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan
total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed
Cost merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang
merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost
diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya
pakan.

Pendapatan

merupakan

perkalian

antara

produksi

peternakan

atau

Universitas Sumatera Utara

pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990
disitasi Mellisa 2010).
Pendapatan usaha adalah perkalian antara hasil produksi peternakan (dalam kg
hidup), sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya ransum yang dikeluarkan untuk
menghasilkan kilogram ternak hidup tersebut. Apabila berkaitan dengan pegangan
produksi dari segi teknis maka dapat diduga bahwa semakin efisien ternak mengubah
makanan manjadi daging (konversi sangat baik) semakin baik pula nilai IOFC-nya
(Rasyaf,2004).

Universitas Sumatera Utara