Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pelayanan Publik (Public Service) oleh birokrasi publik merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping
sebagai abdi negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk
mensejahterakan masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik diartikan
sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan oarang atau masyarakat yang
mampunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata
cara yang telah ditetapkan. 1
Kualitas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah sering dianggap
sebagai cerminan dari kualitas birokrasi secara umum. Pelayanan publik terkait
dengan sistem dan sumber daya aparatur birokrasinya dalam proses pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat. Walaupun otonomi daerah telah lama
ditetapkan di Indonesia, kenyataan tersebut tidak serta-merta meningkatkan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan Publik seharusnya
berorientasi pada penciptaan demokrasi dalam kehidupan bernegara yang meliputi
legitimasi,

hak


asasi

manusia,

otonomi

masyarakat

dan

desentralisasi

pemerintahan. Hal tersebut tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki

1

Mitfah Toha,2004.Birokrasi dan Politik Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo, .Hal 17

1


Universitas Sumatera Utara

kompetensi dan sejauh mana masyarakat bisa ikut bekerja sama dalam
menciptakan pemerintahan yang baik.
Birokrasi yang buruk menjadi salah satu masalah yang penting di
Indonesia. Rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumber
daya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya. Mulai dari Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme (KKN) sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan
dalam mengwujudkan birokrasi yang peduli terhadap kepentingan banyak. 2
Berakhirnya Orde baru di Indonesia memberikan angin segar untuk
membentuk birokrasi yang bersih. Salah satu indikatornya, birokrasi tidak lagi
menjadi bagian dari politik praktis nasional maupun di daerah. Telah menjadi
pelajaran bahwa kekuatan politik dan birokrasi tidak hanya merusak kinerja
birokrasi, namun malah menghancurkan proses politik itu sendiri. Pada masa lalu
mudah dijumpai kekuatan politik dan birokrasi lebih banyak menghasilkan aspek
negatif. Akibatnya ketimpangan pembangunan menjadi hal yang lumrah terjadi
dan Korupsi menjadi meraja rela sehingga dapat dikatakan menjadi budaya.
Melihat kenyataan sekarang, angin segar reformasi ternyata belum banyak
membuat kondisi Indonesia berubah. Hal ini dapat dilihat dari pewacanaan media

massa yang saat ini cenderung transparan dalam membuka tabir ketimpangan
ekonomi, seperti banyaknya orang miskin, masih sulitnya merasakan pelayanan
publik yang diberikan oleh pemerintah (Rumah Sakit dan Pendidikan). Reformasi
birokrasi dalam pelayanan publik menjadi pedoman yang harus dilaksanakan.

2

Ahmad Ainur Rohman,2008. Reformasi Pelayanan Publik,Malang:Averroes Press . Hal 106

2

Universitas Sumatera Utara

Selain sekedar melakukan perbaikan sistem secara rapi dan terencana yang
terpenting lagi adalah bagaimana melakukan perubahan paradigma berfikir
birokrasi yang berorientasi pada kehidupan masyarakat banyak.
Arus otonomi daerah semakin membuka pandangan baru terkait kinerja
birokrasi, dalam rangka mempercepat pelayanan kepada masyarakat. Dengan
demikian dapat dikatakan perubahan kinerja para birokrat sangatlah dinilai
penting dalam pembangunan nasional maupun didaerah. Masyarakat semakin

dinamis sangatlah membutuhkan tenaga-tenaga yang prepesional. Sering dengan
dinamika masyarakat maka kebutuhan akan pelayanan semakin kompleks serta
tuntutan akan pelayanan yang semakin baik dalam pelaksanaan otonomi daerah
yang ada. 3
Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan
antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang menurut UndangUndang Nomor 5 Tahun 1974 hanya merupakan kepanjangan tangan pusat
daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 dan di pertegas lagi
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
telah dibuka saluran baru bagi pemerintah provinsi dan kabupaten untuk
mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada
masyarakat setempat, untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 4
Penyesuain

kewenangan

dan

fungsi

penyediaan pelayanan


antar

pemerintah pusat,provinsi, dan kabupaten/kota sudah memuat tujuan politis,
3

Ibid hal 107
Prof.Drs.HAW.Widjaja,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persad,Jakarta,Hal 1

4

3

Universitas Sumatera Utara

maupun teknis. Secara politis, desentralisai kewenangan pada masing-masing
daerah menjadi perwujudan dari suatu tuntutan reformasi seperti direfleksikan
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GGBHN). Secara teknis masih terdapat
sejumlah besar persiapan yang harus dilakukan untuk menjamin penyesuaian
kewenangan dan fungsi-fungsi tersebut secara efektif. 5

Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang sangat dibutuhkan
dalam globalisasi dan demokrasi, apalagi dikaitkan dengan tantangan masa depan
dalam era perdagangan bebas. Melalui otonomi diharapkan daerah dapat mampu
mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan
tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu
mainkan perannya dalam memajukan daerahnya sendiri 6.
Pembangun daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsp otonomi daerah. Daerah mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat
berdasarkan prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat. Untuk mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan luas, nyata dan
bertanggung jawab terhadap daerahnya secara proposional dan keadilan,sehingga
dapat terhindar dari praktek KKN serta terwujudnya perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah.

5

Ibid
Prof.Drs.HAW.Widjaja,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persad,Jakarta,Hal 1


6

4

Universitas Sumatera Utara

Reformasi sistem pemerintahan Indonesia dimulai sejak Tahun 1998 yang
di antaranya ditandai dengan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan
dari sentralisasi menjadi desentralisasi. reformasi sistem pemerintahan tersebut
berimbas pada trend pemekaran daerah. Fenomena keinginan masyarakat untuk
membentuk daerah otonomi baru diberbagai wilayah di Indonesia banyak muncul
seiring dinamika perkembangan reformasi. Dengan pembentukan daerah otonomi
baru, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang besar untuk
mengelolah sumber daya daerah masing-masing dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan di masyarakat tidak terkecuali di Sumatra Utara.
Isu pemekaran daerah semakin menguat sejak disahkannya UndangUndang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Undang-Undang
tersebut menyatakan bahwa” dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi
dibentuk dan disusun daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat”. Dalam konteks desentralisasi

tersebut, pemerintah memberikan otonomi daerah yang seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat, dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,pelayanan umum dan dana saing daerah. 7
Sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.22 Tahun 1999,
terutama mengenai pemekaran daerah, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 129 Tahun 2000 tentang persyaratan, pembentukan dan kriteria
7

http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/bpkdpd_Analisis_tentang_Pemekaran_Daerah20130306170435.pd
f di akses pada tanggal 27 agustus 2015

5

Universitas Sumatera Utara

pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Peraturan pemerintah secara
tegas menyatakan bahwa pembentukan daerah adalah pemberian status pada
wilayah tertentu sebagai daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota
sebagai akibat dari pemekaran daerah atau penggabungan bagian dari dua wilayah
atau lebih dari daerah provinsi, daerah kabupaten atau daerah kota yang

ditetapkan dengan undang-undang. Sedangkan pemekaran adalah daerah
pemecahan provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota menjadi lebihb dari satu
daerah. 8
Pengertian Otonomi Daerah secara etimologis menrut ( situmorang 1993)
berasal dari bahasa latin “autos” yang artinya sendiri, dan “Nomos”, yang artinya
aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi adalah mengurus dan mengatur rumah
tangga sendiri. Hak yangdiperoleh dan pemerintah pusat. Lebih lanjut UU No 5
Tahun 1974 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah hak wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sementara itu dalam UU No.22
Tahun 1999 mendefenisikan bahwa Otonomi Daerah adalah wewenang daerah
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Setelah direvisi kembali UIJ No.22 Tahun 1999 berganti
menjadi UU No.32 Tahun 2004 yang menyatakan Otonomi Daerah sebagai hak,
wewenang dan kewajiban daerah Otonomi Daerah untuk mengaturdan mengurus

8

Ibid hal108


6

Universitas Sumatera Utara

sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
perundang-undangandan berbagai rumusanOtonomi. 9
Berdasarkan pernyataan tersebut secara konseptual pemekaran daerah
bertujuan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat,

meningkatkan


pelayanan publik dan memeperkuat daya saing daerah. Namun, untuk melakukan
pemekaran daerah haruslah ada penjelasan secara jelas kepada masyarakat yang
menginginkan pemekaran tersebut terkait masalah yang harus dihadapi setelah
pemekaran. Sebab, pemekaran daerah tidaklah mudah. Pemekaran daerah
seharusnya menjadi solusi atas suatu permasalahan yang dihadapi, bukan malah
nambah beban masalah atau menciptakan masalah yang baru.
Seiring dengan perkembangan diberbagai daerah, masyarakat Batu Bara
juga mengajukan pembentukan daerah otonom sendiri yang terdiri dari 7
Kecamatan yaitu Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Air
Putih, Kecamatan Lima puluh, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecataman Talawi,
Kecamatan Sei Balai. Adapun alasan yang mendasari untuk mengajukan
pemekaran pemerintahan Kabupaten Batu Bara sebagai daerah otonom adalah
perundang-undangan yang berlaku saat ini seperti Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No 129 Tahun 2000, dan didasari dengan
adanya pandangan tentang keuntungan yang di dapat bagi masyarakat Batu Bara
baik itu fasilitas sosial, ekonomi dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.

9

karim Abdul Gaffar, Kompleksitas Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar : hal 56

7

Universitas Sumatera Utara

Keuntungan yang paling penting untuk masyarakat adalah agar dapat
memperoleh pelayanan publik lebih baik dengan semakin sedikitnya birokrasi
yang harus dihadapi dalam mendapatkan pelayanan publik dan juga keinginan
untuk mengelolah sumber daya dan potensi daearah secara mandiri dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kehidupan politik, kinerja
birokrasi dalam pelayanan publik terkait daerah otonom baru memiliki implikasi
luas. Akan tetapi, keuntungan tersebut bisa menjadi tidak berjalan apabila
birokrasi yang diharapkan tidak melakukan sebagaimana mestinya dan malah
pemekaran daerah hanya sebagai alat penguasa daerah untuk mendapatkan
keuntungan pribadi/kelompok. Maka dari itu, penulis bertujuan untuk melakukan
penelitian yang berjudul Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu
Bara.

1.2

Perumusan Masalah
Kabupaten Batubara adalah salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru

yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006. Kabupaten Batubara merupakan
pemekaran dari Kabupaten Asahan dimana tujuh kecamatan di Kabupaten Asahan
dikurangi dan dipindahkan wilayahnya menjadi wilayah kabupaten Batubara.
Pembentukkannya sebagai kabupaten ditandaidengan disahkannya Rancangan
Undang-Undangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara melalui Usul Inisiatif
Pemerintah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 7

8

Universitas Sumatera Utara

Desember 2006 di Jakarta selanjutnya diundangkan menjadi Undang-undang
Nomor 05 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Provinsi
Sumatera Utara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 07,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4681) maka harus
dipikirkan secara konsepsional, strategis dan taktis untuk pengelolaan pemerintah
baru serbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat menuju taraf hidup yang lebih
baik.
Sebagai kabupaten yang baru mekar, birokrasi menjadi sorotan yang
paling penting, karena adanya tujuan dari pemekaran adalah mempermudah
pelayanan

publik.Sebagaimana

fungsi

pemekaran

adalah

mempercepat

pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh
pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari
upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek
rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
pemerintah dan pengelolaan pembagunan fungsinya.
Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam
wilayah kewenangan yang terbatas/terukur Pendekatan pelayanan melalui
pemerintahan daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan
daerah induk dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas. Melalui proses
perencanaan pembanunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan
publik sesuai kebutuhan lokal akan lebih tersedia. masih belum berkualitas karena

9

Universitas Sumatera Utara

prosedur pelayanan masih cukup panjang dan rumit, waktu pengurusan yang
cukup lama, biaya yang dikeluarkan masyarakat cukup mahal, serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai.
Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menterjemahkan fakta
dan data kedalam penulisan skirpsi ini maka dirumuskan dahulu masalahnya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penulis
remuskan masalah yaitu seperti apa tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu
Bara.

1.3 Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian ini adalah usaha untuk menetapkan masalah
dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Permasalahan penelitian ini berguna
untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah
penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian
tersebut. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah meneliti seperti apa
tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara.
1.4 Pembatasan Masalah
Agar tidak meluas permasalahan yang akan diteliti dan mengunakan ruang
penelitian. Penulis membuat pembatasan masalah ini pada bulan Januari sampai
Juni 2015.

10

Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan Penelitian
Adannya tujuan dari penelitian ini adalah ;
1. Mendeskripsikan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Serta Tugas dan Fungsi.
2. Menganalisis Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam
Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam melayani pembuatan
Kartu Tanda Penduduk Berdasarkan Tanggapan Masyarakat.
1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan maanfaat anatara lain :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasnah
pengetahuan di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara tentang Kinerja Birokrasi di Kabupaten Batu Bara dalam
Pelayan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi atau

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal
berkaitan dengan Kinerja Birokrasi di Kabupaten Batu Bara dalam
Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan dan Catatan Sipil.
3. Secara teoritis, penelitian merupakan kajian imu politik yang diharapkan
mampu memberikan kontribusi dalam birokrasi dan memberikan solusi
atas pemasalahan ini.

11

Universitas Sumatera Utara

1.7

Kerangka Teori

1.7.1 Teori Birokrasi
Birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para
pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Weber
memandang birokrasi sebagai arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi
yang rasional. Weber berpendapat bahwa tidak mungkin kita memahami setiap
gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan
hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah
memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi negara
tertentu. Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa
kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan antara
kondisi organisasi tertentu dengan lainnya 10.
Birokrasi yang berada ditengah-tengah masyarakat dinamis tidak dapat
tinggal diam, tetapi harus memberikan berbagai kebutuhan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu mendapat perhatian birokrasi dalam
antisipasi akan kebutuhan pelayanan :

11

a. Sifat pendekatan tugas, lebih mengarah kepada pengayoman dan pelayanan
masyarakat, bukan pendekatan kekuasaan dan kewenangan
b. Penyempurnaan organisasi,efesien, efektif dan profosional
c. Sistem dan prosedur kerja cepat, tepat, dan akurat
10

Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar,
hal 54
11

Dwiyanto,2011, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi, PT Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta Hal 28

12

Universitas Sumatera Utara

Model yang diajukan weber, birokrasi memiliki karakteristik ideal sebagai
berikut: 12
Pertama, PembagianKerja/ Spesialisasi (divison of labor) Dalam menjalankan
berbagai tugasnya,birokrasi membagi kegiatan-kegiatan pemerintah menjadi
bagian-bagian yang masing-masing terpisah dan memiliki fungsi yang khas.
Pembagian kerja seperti ini memungkinkan terjadinya spesialisasi fungsi. Dengan
cara seperti ini, penguasan spesialis untuk tugas-tugas khusus bisa dilakukan dan
setiap saat mereka bertanggung jawab atas kebereesan pekerjaannya masingmasing. Aktivitas yang reguler mensyaratkan tujuan organisasi didistribusikan
dengan cara yang tetap dengan memperkerjakan ahli terspealisasi pada setiap
posisi dan menyebabkan setiap orang bertanggung jawab terhadap kinerja yang
efektif atas tugas-tugasnya . karena itu tugas-tugas birokrasi hendaknya dilakukan
oelh masing-masing pegawai yang benar-benar memiliki keahlian khusus (
specialized expert) dan bertanggung jawab demi tercapainya tujaun organisasi
secara efektif dan efesien.
Kedua, adanya prinsip hierarki wewenang ( the principle of hierarchi) Ciri
khas birokrasi adalah adanya wewenang yang disusun oleh secara hierarki atau
berjenjang. hierarki itu bentuk piramid yang memiliki konsekuensi semakin tinggi
suatu jenjang berarti pula semakin besar wewenang yang melekat di dalamnya
dan

semakin

sedikit

penghuninya.

Hierarki

wewenang

ini

sekaligus

mengindikasikan adanya hierarki tanggung jawab.dalam hierarki itu setipa pejabat
12

Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar,
hal 54

13

Universitas Sumatera Utara

harus bertanggung jawab kepada atasannya mengenai kepetusan-keputusan dan
tindakan-tindakan sendiri maupun yang dilakukan oleh anak buahnya. Pada setiap
tingkat hierarki, para pejabat birokrasi memiliki hak memberi perintah dan
pengarahan pada bawahannya, dan

para bawahan ittu berkewajiban untuk

mematuhuinya. Sekalipun begitu, ruang lingkup wewenang memberi perintah itu
secara jelas dibatasi hanya pada masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan
kegiatan resmi pemerintah. Organisasi birokrasi mengikuti prinsip hierarki
sehingga setiap unit yang lebih rendah berada dalam pengendalian dan
pengawasan organisasi yang lebih tinggi. Setiap pegawai dalam hierarki
adminitrasi bertanggung jawab kepada atasannya. Keputusan dan tindakan harus
dimintakan persetujuan kepada atasan. Agar dapat membenarkan tanggung
jawabnya kepada bawahannya, ia memiliki wewenang/ kekuuasaan atas
bawahannya sehingga ia mempunyai hak untuk mengeluarkan perintah untuk
ditaati dan dilaksanakan oelh bawahannya. Meskipun masing-masing pegawai
yang berada pada jenjanng mempunyai otoritas- briokratis tetapi penggunaan
otoritas tersebut tetap harus relevan dengan tugas-tugas resmi organisasi.
Ketiga, adanya sistem aturan (sytem of rules),kegiatan pemerintah diatur
oleh suatu sistem aturan main yang abstrak. Aturan main itu merumuskan lingkup
tanggung jawab para pemegang jabatan di berbagai posisi dan hubungan diantara
mereka. Aturan-aturan itu juga menjamin koordinasi berbagai tugas yang yang
berbeda dan menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan itu. Operasi
kegiatan dalam birokrasii dilaksanakan berdasarkan sistem aturan yang ditaati

14

Universitas Sumatera Utara

secara konsisten. Hal ini dimaksud kan untuk menjamin adanya unuformitas
kinerja setiap tugas dan rasa tanggung jawab masing-masing anggota organisasi
berbagi pelaksanaan tugasnya. Sistem yang distandarkan ini dirancang untuk
menjamain keseragaman dalam melaksanakan settiap tugas, tanpa memandang
jumlah personil yang melaksanakan dan koordinasi tugas-tugas yang berbedabeda, aturan-aturan yang eksplisit tersebut menentukan tanggung jawab setiap
anggota organisasi dan hubungan diantara mereka, namun tidak berarti bahwa
kewajiban birokrasi sanagt mudah dan rutin. Tugas-tugas birokrasi memiliki
kompleksitas yang bervariasi, daan tugas- tugas klerikal yang sifatnya rutin
hingga tugas-tugas yang sulit.
. Keempat, Hubungan Impersonal ( formalistic impersonality) Para pejabat
birokrasiharus memiliki orientasi impersonal.Mereka harus menghindarkan
pertimbangan pribadi dalam hubungannya dengan bawahannya maupun dengan
anggota masyarakat yang dilayaninya.
1.7.2 Teori Sistem
Istilah sistem paling sering digunakan untuk menunjuk pengertian metode
atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan
satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh. Sebenarnya penggunaannya lebih
dari itu, tetapi kurang dikenal. Sebagai suatu himpunan, sistem pun didefinisikan
bermacam-macam pula. Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang
mempunyai pengertian, Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak

15

Universitas Sumatera Utara

bagian dan Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen
secara teratur.
Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa
unsur (elemen). Unsur, komponen atau bagian yang banyak ini satu sama lain
berada dalam keterkaitan yang mengikat dan fungsional. Masing-masing kohesif
satu sama lain, sehingga ketotalitasannya unit terjaga utuh eksistensinya. Tinjauan
tersebut adalah pandangan dari segi bentuknya.Sistem adalah suatu cara yang
mekanismenya berpola dan konsisten, bahkan mekanismenya sering disebut
otomatis. Sementara itu menurut David Easton sistem adalah Teori sistem adalah
suatu model yang menjelaskan hubungan tertentu antara sub-sub sistem dengan
sistem sebagai suatu unit (yang bisa saja berupa suatu masyarakat, serikat buruh,
organisasi pemerintah). Easton juga meringkas ciri-cirinya sebagai berikut. 13
1. Sistem mempunyai batas yang didalamnya ada saling hubungan
fungsional yang terutama dilandasi oleh beberapa bentuk komunikasi.
2. Sistem terbagi kedalam sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling
melakukan pertukaran (seperti antara desa dengan pemerintah daerah atau antara
pemerintah)
3. Sistem bisa membuat kode, yaitu menerima informasi, mempelajari dan
menerjemahkan masukan (input) kedalam beberapa jenis keluaran (output).
Seperangkat interaksi yang diabstraki dan totalitas prilaku sosial, melalui
mana nilai-nilai yang disebarkan untuk masyarakat. Sistem politik terdiri dari

13

Teor-teori Politik,Graha Ilmu,Hal 116-117

16

Universitas Sumatera Utara

nilai-nilai, pengelokasian nilai-nilai tersebut bersifat paksaan dan pengelokasian
tersebut mengikat masyarakat secara keseluruhan. Dalam pendekatan sistem
politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya
merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem
ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya.
Sistem politik sendiri merupakan abstraksi realitas yang diangkat ke alam konsep
seputar pendistribusian nilai di tengah masyarakat.
Seperti telah dijelaskan, masyarakat tidak hanya terdiri atas satu struktur
(misalnya sistem politik saja), melainkan terdiri atas multi struktur. Sistem yang
biasanya dipelajari kinerjanya adalah sistem politik, sistem ekonomi, sistem
agama, sistem sosial, atau sistem budaya-psikologi. Dari aneka jenis sistem yang
berbeda tersebut, ada persamaan maupun perbedaan. Perbedaan berlingkup pada
dimensi ontologis (hal yang dikaji) sementara persamaan berlingkup pada
variabel-variabel (konsep yang diukur) yang biasanya sama antara satu sistem
dengan lainnya. Untuk memahami sistem politik Indonesia, layaknya kita
memahami sistem-sistem lain, maka harus kita ketahui beberapa variabel
kunci. Variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem adalah struktur,
fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input, output, respon dan timbal balik. 14
Struktur

adalah lembaga politik yang memiliki keabsahan dalam

menjalankan suatu fungsi sistem politik. Dalam konteks negara (sistem politik)
misal dari struktur ini struktur input,proses, dan output. Struktur input bertindak

14

Ibid hal 118

17

Universitas Sumatera Utara

selaku pemasok komoditas ke dalam sistem politik, struktur proses bertugas
mengolah masukan dari struktur input, sementara struktur output bertindak selaku
mekanisme pengeluarannya. Hal ini mirip dengan organisme yang membutuhkan
makanan, pencernaan, dan metabolisme untuk tetap bertahan hidup.Struktur input,
proses dan output umumnya dijalankan oleh aktor-aktor yang dapat dikategorikan
menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga aktor ini menjalankan tugas
kolektif yang disebut sebagai pemerintah (government). Namun, setiap aktor yang
mewakili struktur harus memiliki fungsi yang berbeda-beda tidak boleh suatu
fungsi dijalankan dengan struktur yang berbeda karena akan menimbulkan konflik
kepentingan. 15
Nilai

adalah komoditas utama yang berusaha didistribusikan oleh

struktur-struktur di setiap sistem politik yang wujudnya adalah

kekuasaan,

pendidikan atau penerangan, kekayaan, kesehatan, keterampilan, kasih sayang,
kejujuran dan keadilan, keseganan, respek. Nilai-nilai tersebut diasumsikan dalam
kondisi yang tidak merata persebarannya di masyarakat sehingga perlu campur
tangan

struktur-struktur

mendistribusikannya

pada

yang

punya

elemen-elemen

kewenangan
masyarakat

(otoritas)
yang

untuk

seharusnya

menikmati. Struktur yang menyelenggarakan pengalokasian nilai ini, bagi Easton,
tidak dapat diserahkan kepada lembaga yang tidak memiliki otoritas haruslah
negara dan pemerintah sebagai aktornya. 16

15

Leaf let,2012. Konsep Pelayanan Birokrasi, Makassar: IMM Fisip Universitas Muhammadiyah Makassar,
hal 54
16
Teori-teori Politik,Graha Ilmu, hal 119

18

Universitas Sumatera Utara

Norma adalah peraturan, tertulis maupun tidak, yang mengatur tata
hubungan antara aktor di dalam sistem politik. Norma ini terutama dikodifikasi di
dalam konstitusi (undang-undang dasar) suatu negara. Setiap konstitusi memiliki
rincian kekuasaan yang dimiliki struktur input, proses, dan output. Konstitusi juga
memuat mekanisme pengelolaan konflik antar aktor-aktor politik di saat
menjalankan fungsinya, dan menunjuk aktor (sekaligus) lembaga yang memiliki
otoritas dalan penyelesaikan konflik. Setiap negara memiliki norma yang
berlainan sehingga konsep norma ini dapat pula digunakan sebagai parameter
dalam melakukan perbandingan kerja sistem politik suatu negara dengan negara
lain 17.
Input dan output adalah dua fungsi dalam sistem politik yang berhubungan
erat. Apapun output suatu sistem politik, akan dikembalikan kepada struktur
input. Struktur input akan bereaksi terhadap apapun output yang dikeluarkan,
yang

jika positif akan

jika negatif akan

memunculkan

mendampak

dukungan atas

muncul tuntutan atas

sistem,

sistem.

sementara

Umpan

balik

(feedback) adalah situasi di mana sistem politik berhasil memproduksi suatu
keputusan ataupun tindakan yang direspon oleh struktur output.
Ada 3 unsur penting dalam memahami sistem politik yaitu Pertama Proses
adalah pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan antara satu
sama lain, yang Kedua Struktur adalah mencakup lembaga formal dan non formal

17

P.Anthonius Sitepu,Studi Ilmu Politik,Graha Ilmu.

19

Universitas Sumatera Utara

dan yang Ketiga Fungsi-fungsi adalah merupakan serangkaian peran dan
keputusan yang diambil untuk mencapai tujuan. 18

1.7.3 Studi Terdahulu
Penelitian ini pada dasarnya tidak bisa di lepaskan dari penelitianpenelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Penelitian terdahulu menjadi rujukan
dan pembanding dalam penelitian ini. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan dalam penelitian ini. Penelitian ini tersebut ” PELAYANAN
PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN
CATATAN SIPIL KABUPATEN CIREBON”yang di Dwi Fitria santy.
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro, memaparkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertama, Untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur pelayanan
terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Cirebon. Kedua, Untuk mengetahui besarnya pengaruh kemampuan pegawai
terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Cirebon. Ketiga, Untuk mengetahui besarnya pengaruh prosedur pelayanan dan
kemampuan pegawai terhadap kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Cirebon.
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi negara
dalam rangka menciptakan kesejahterahan rakyat. Salah satu bentuk pelayanan

18

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2003)

20

Universitas Sumatera Utara

yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada masyarakat adalah pelayanan
dalam bidang kependudukan. Akta kelahiran merupakan salah satu dokumen yang
harus dimiliki oleh setiap orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui dan mendeskripsikan kualitas pelayanan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Cirebon dalam pelayanan akta kelahiran.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Cirebon Tinggi yaitu sebesar 34,1%. Besarnya pengaruh prosedur pelayanan
terhadap Kualitas pelayanan sebesar 10,69%, besarnya pengaruh kemampuan
pegawai terhadap Kualitas pelayanan sebesar 37,45%, dan Kualitas pelayanan
yang dipegaruhi Prosedur Pelayanan dan Kemampuan Pegawai secara bersamaan
sebesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Prosedur Pelayanan dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas
Pelayanan. 19
Penelitian berikutnya, adalah penelitian yang dilakukan Modest Dahlan S
dengan judul Kualitas Pelayanan Administrasi Akta Kelahiran Di Dinas
Kependudukan Dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan
administrasi akta kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Pemerintah Kabupaten Simalungun.

19

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73036&val=4925

21

Universitas Sumatera Utara

Upaya perbaikan kinerja organisasi pemerintah merupakan sesuatu yang
harus terus menerus dilakukan. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah
memperbaiki proses kinerja masih terlalu birokratis dan cederung menyulitkan
masyarakat yang ingin berhubungan dengan instansi pemerintah. Sebagai sebuah
organisasi publik yang terkait dengan pelaksanaan fungsi pelayanan, Dinas
Kependudukan Dan Catatan salah satu lembaga publik yang memberi pelayanan
Administrasi Kependudukan guna menerbitkan dokumen Akta Kelahiran. Dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan publik terindikasi masih belum maksimalnya
kualitas pelayanan pada Dinas ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui

bagaimana

Kualitas

Pelayanan

Akta

Kelahiran

di

Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Simalungun dilihat dari standar
pelayanan yaitu prosedur, biaya, waktu, produk, sarana prasarana dan kompetensi
pegawai. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan
kunci, informan utama dan informan tambahan.
Hasil dari penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perubahan Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran yang dirasakan oleh
masyarakat. Selama Undang-Undang No.23 Tahun 2006 masih berjalan,
pelayanan di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Simalungun
masih belum berkualitas karena prosedur pelayanan masih cukup panjang dan
rumit, waktu pengurusan yang cukup lama, biaya yang dikeluarkan masyarakat
cukup mahal, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Ditengah proses

22

Universitas Sumatera Utara

penelitian, pemerintah menerbitkan Undang-Undang No.24 Tahun 2013, sehingga
terdapat perubahan yang cukup mendasar terutama dari segi prosedur pelayanan
menjadi lebih mudah, waktu pelayanan semakin cepat dan biaya pelayanan yang
sudah digratiskan. Namun masih terdapat komponen standar pelayanan yang
belum dapat dikatakan berkualitas yaitu pada sarana dan prasarana, sehingga
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil harus lebih berupaya dalam
meningkatkan

mutu

pelayanan

terutama

penyediaan

fasilitas

terkait

penyelenggaraan pelayanan administrasi Akta Kelahiran. 20

1.8 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu kajian dalam menjawab serta
mempelajari peraturan yanng terdapat dalam suatu penelitian. Ditinjau dari sudut
filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang
menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. 21 Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah Metode Kuantitatif Deskriptif.
Menurut Lehman ( 1979 ) tuajan penelitian Deskriptif adalah salah satu
jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, fakrual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba
menggambarkan fenomena secara detail. 22

20

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51031/6/Cover.pdf
Prof. Dr. Husni Usman, M.Pd, M.T dan Purnomo Setiady Akbar, M.Pd. 2009. Metodologi Penelitian
Sosial,Jakarta : Bumi Aksara. Hal 41.
22
DR. A. Muri Yusuf, M.PD,1997. Metode Penelitian Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah, Hal 80

21

23

Universitas Sumatera Utara

1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif.
Jenis penelitian ini dipilih sebeb penulis meneliti suatu variabel dengan analisis
yang memiliki jumlah populasi yang besar. Dimana peneliti meneliti tentang
seperti apa tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dalam

pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara, maka

penelitian ini memiliki jumlah populasi yang besar.

1.8.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara, karena
merupakan sebagai daearh pemekaran yang baru menjadi berbentuk kabupaten
secara administrasinya. Maka akan sangat penting dan memiliki ketertarikan
tersendiri untuk melihat kinerja dinas pendudukan dan Pencatatan sipil dalam
pelayanan publik berdasarkan tanggapan masyarakat di Kabupaten Batu Bara
tersebut.

1.8.3 Populasi dan Sempel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek
dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oeleh peneliti untuk

24

Universitas Sumatera Utara

dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulan. 23 jumlah populasi masyarakat
Kabupaten Batu Bara sebanyak 347,448 jiwa. Penelitian ini terfokus kepada
masyarakat Batu Bara yang telah mendapatakan pelayanan dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan sipil. Banyaknya jumlah populasi menyulitkan
penelitian untuk mendapatkan seluruh unsur dan kompenen yang dibutuhkan
dalam penelitian,sehingga dibutuhkan penarikan sempel.
b. Sampel
Sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasinya besar dan penelitiannya tidak mungkin mempelajari
semua yang ada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi.24 Dalam
menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus Taro Yamane, 25 yaitu
sebagai berikut :

Keterangan :

�=


�(�)2 + 1

n : jumlah sampel
N : jumlah populasi

�=
23

�2 : presisi 10% dengan tingkat kepecayaan 90%


�� 2 + 1

Dr.Etta Mamang Sangadi, Msi. 2010.Metodologi Penelitian Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta :
Penerbit Andi. Hal 185.
24
Dr.Etta Mamang,M.Si, op cit, Hal 186
25
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999. Hal.81

25

Universitas Sumatera Utara

�=


478309
478309(0,01) + 1

478309
4784

� = 99,9 ( 100 ) responden

Berdasarkan rumusan di atas, maka kita dapat mengetahui jumlah sampel

pada penelitian ini yakni berjumlah 100 orang. Oleh karena itu, dengan sebaran
populasi pada masyarakat Kabupaten Batu Bara yang mendapatan pelayanan
publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebar dalam tujuh
kecamatan, maka pembagian sebaran sampel pada masing-masing kecamatan
adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Nama Kecamatan

Populasi

Sampel

Sei Suka

44.182

12

Medang Deras

44.672

13

Air Putih

42.007

12

Lima Puluh

82.779

22

Tanjung Tiram

59.456

17

Talawi

49.504

15

Sei Balai

24.848

9

347.448

100

Jumlah

26

Universitas Sumatera Utara

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah convenience sampling. Dalam hal ini, convenience sampling merupakan
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, anggota populasi yang ditemui
peneliti dan bersedia menjadi responden sebagai sampel. 26 Selain berdasarkan
kebersediaan, dimana dalam penentuan sampel juga akan mempertimbangkan
keseimbangan jenis kelamin dan pertimbangan umur calon responden yang
berusia 17 tahun keatas.
c. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 2
bagian, yakni Data Primer dan Data Sekunder :
1. Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti
penyebaran kuisoiner, wawancara dari pihak terkait dan observasi kepada
objek yang diteliti.
2. Data Sekunder adalah yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data
yang berasal dari buku, berita, Undang-Undang, jurnal dan sebagainnya.

1.8.4 Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan tekhnik yang
relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan Penelitian lapangan (
field reaserch ), dimana penelitian lapangan ini, penulis akan menggunakan teknik
angket. Angket, yaitu usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan
26

Dr.Etta Mamang Sangadi, Msi. 2010.Metodologi Penelitian Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta :
Penerbit Andi. Hal 187.

27

Universitas Sumatera Utara

daftar pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. 27
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, teknik angket adalah teknik yang
menggunakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban
dari responden. 28 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu Bara.
Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup yakni setiap pertanyaan diberi
pilihan 3 alternatif jawaban yaitu A, B, dan C (model Borgadus). Adapun
pengolahan angket, peneliti akan lakukan dengan memberi skor pada tiap-tiap
item pertanyaan dengan standar sebagai berikut: untuk jawaban (A) skornya 3,
untuk jawaban (B) skornya 2, dan untuk jawaban (C) skornya 1, sedangkan jika
tidak diisi diberi skor 0.

1.8.5 Tekhnik Analisis Data
Análisis data dilakukan dengan cara análisis kuantitatif deskriptif, ini
dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap kinerja Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan publik di Kabupaten Batu
Bara dalam pembuatan kartu tanda penduduk dengan menggunakan data statistik.

27
Hadari Nawawi.1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hal 117.
28
SuharsimiArikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal
128.

28

Universitas Sumatera Utara

1.9

Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah

isi dari skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisa kedalam 4 bab,
yaitu
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, pembatasan masalah, kerangka teori, metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II : Sejarah dan Profil Kabupaten Batu Bara
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran sejarah Kabupaten Batu Bara.
BAB III : Tanggapan Masyarakat TerhadapKinerja Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara
Pada bab ini nantinya akan membahas garis besar hasil penelitian sekaligus
menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian serta
analisis bagaimana Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam
Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam pembuatan kartu tanda
penduduk
BAB IV : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi, yang berisi kesimpulan
yang diperoleh dari hasil-hasil yang telah di lakukan.

29

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) DI KOTA MALANG(Studi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang)

5 100 34

Analisis Kebijakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Online Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purwakarta

0 11 147

Kualitas Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pesawaran

3 46 186

KINERJA APARAT DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR DALAM PELAYANAN PUBLIK

4 15 102

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 26 105

Kompetensi Sumber Daya Aparat Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Manado (Studi Dalam Pelayanan Kartu Tanda Penduduk).

0 0 2

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 13

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 2

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 29

Tanggapan Masyarakat Terhadap Kinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara dalam Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

0 0 2