HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN (2)

24

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Selama Praktik Umum
Pada saat melaksanakan praktik umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Way
Lima, praktikan diajarkan secara umum dan cukup luas tentang proses penyadap
karet, khususnya proses manajemen yang diterapkan.
Kegiatan praktik umum yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VII Way
Lima mengikuti jam kerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima,
yaitu pada hari Senin-Kamis dimulai pada jam 07.00-15.00 WIB dengan jam
istirahat pada jam 12.00-13.00 WIB. Pada hari Jumat dimulai dari jam 07.0015.00 WIB dengan jam istirahat pada jam 11.00-14.00 WIB, sedangkan pada hari
Sabtu dimulai pada jam 07.30-13.00 WIB. Pada hari Minggu atau tanggal merah
dilakukan jam kerja oleh penyadap karet borongan.
Pada saat praktik umum berlangsung, perusahaan memberikan bimbingan kepada
praktikan selama kegiatan praktik umum. Pembimbing lapang yang ditunjuk
adalah Asisten KepalaTanaman dari PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima.

25

B. Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen pada Kegiatan Perekrutan Tenaga

Kerja Penyadap Karet Harian Lepas di PT. Perkebunan Nusantara VII
Way Lima
Menurut Hasibuan (2005) untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan,
maka diperlukan manajemen. Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu. PT Perkebunan Nusantara VII Way Lima
juga menerapkan proses manajemen dalam kegiatan perekrutan tenaga kerja
penyadap karet harian lepas yang dilakukan agar kegiatan penyadap dapat
optimal (mencapai target).
Terdapat beberapa fungsi manajemen yang dilakukan dalam kegiatan perekrutan
tenaga kerja penyadap karet. Fungsi manajemen yang dimaksud terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksaaan (actuating),
dan pengawasan (controling). Penerapan fungsi manajemen yang dilakukan
dalam proses perekrutan tenaga kerja penyadap karet harian lepas oleh PT.
Perkebunan Nusantara VII Way Lima adalah :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan (planning) perusahaan memikirkan apa yang akan
dilakukan dalam proses pengolahan disesuaikan dengan sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan. Perencanaan yang dilakukan pada proses
perekrutan tenaga kerja penyadap karet oleh PT. Perkebunan Nusantara VII

Way Lima, antara lain adalah :
a. Mempersiapkan lahan yang akan disadap

26

Sebelum menghitung kebutuhan tenaga kerja penyadap, perusahaan harus
mengetahui berapa luas lahan yang akan disadap. Satuan wilayah
penyadapan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
dinyatakan dalam hanca. Satu hanca (1 ha) untuk satu orang penyadap,
pada tanaman produktif/ (potensial) terdiri dari 550-600 batang pohon
tanaman karet. Rentang jumlah batang pohon tersebut dibuat karena
adanya perbedaan topografi lahan pada setiap wilayah sadap (hanca).
Penyadap pada wilayah non produktif (non potensial) memiliki aturan
yang berbeda. Untuk tanaman non produktif (non potensial) dalam satu
hanca terdiri dari 250-400 batang pohon tanaman karet. Jumlah pohon
setiap hanca pada tanaman karet non produktif (non potensial) lebih
sedikit dibandingkan dengan tanaman produktif (potensial) karena tingkat
kesulitan penyadapan di wilayah kebun non produktif (non potensial)
lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh panel penyadapan di kebun non
produktif (non potensial) berada di panel yang berada di atas atau panel

ATS (After Tapping System) panel H. Selain itu, terdapat kesulitan
lainnya dalam penyadapan, yaitu kurangnya pemeliharaan sehingga dapat
memperlambat penyadapan.
b. Menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima memiliki 4 (empat) afdeling
yang terdiri dari afdeling I, afdeling II, afdeling III dan afdeling IV.
Rincian jumlah penyadap pada masing-masing afdeling untuk tanaman
produktif potensial adalah :

27

 Afdeling I
Jumlah hanca
Jumlah penyadap
 Afdeling II
Jumlah hanca
Jumlah penyadap
 Afdeling III
Jumlah hanca
Jumlah penyadap

 Afdeling IV
Jumlah hanca
Jumlah penyadap

: luasan lahan produktif 386 ha
: 386 hanca dengan sistem sadap D3
: 386 : 3 = 129 orang penyadap
: luasan lahan produktif 600 ha
: 600 hanca dengan sistem sadap D3
: 600 : 3 = 200 orang penyadap
: luasan lahan produktif 671 ha
: 671 hanca dengan sistem sadap D3
: 671 : 3 = 224 orang penyadap
: luasan lahan produktif 723 ha
: 723 hanca dengan sistem sadap D3
: 723 : 3 = 241 orang penyadap

Jumlah penyadap karet dari empat afdeling tersebut adalah 794 yang
terdiri dari 125 penayadap dinas, 50 OS dan 619 penyadap karet harian
lepas. Pada Afdeling I penyadap karet harian lepas berjumlah 86 orang,

afdeling II berjumlah 157 orang, afdeling III berjumlah 180 orang dan
afdeling IV berjumlah 196 orang.
Pada sistem sadap D3, setiap penyadap bertanggung jawab atas 3 hanca
kebun karet. Hanca tersebut dibagi atas tap A, B, dan C. Tap A akan
disadap pada hari pertama, tap B akan disadap pada hari kedua,
sedangkan tap C akan disadap pada hari ketiga. Apabila penyadap
melakukan sadap pagi di tap A, maka artinya aktivitas pungut CL (Cup
Lump) dilakukan pada tap C. Pengalokasian tenaga kerja penyadap untuk
tanaman non produktif bergantung kepada mandor borong. Jumlah
penyadap borong sering mengalami fluktuasi sehingga tidak dapat
dipastikan jumlah penyadapnya.

28

c. Menentukan sumber tenaga kerja
Tenaga kerja yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
khususnya pada bagian penyadap karet, sebagian besar berasal dari
kampung-kampung sekitar perusahaan. Tenaga kerja yang dipekerjakan
harus memiliki fisik yang baik.
d. Menetapkan standar hasil kerja

PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima telah menetapkan standarstandar dalam pelaksanaan kerjanya. Standar ditetapkan untuk menjaga
kedisiplinan tenaga kerja dan agar mencapai tujuan perusahaan. Standar
pelaksanaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima adalah
basis tugas. Basis tugas setiap kemandoran pada suatu afdeling berbedabeda dan jumlahnya berubah-ubah setiap bulannya, karena adanya faktor
cuaca yang mempengaruhi produksi getah karet.
e. Menentukan tugas tenaga kerja penyadap
Seorang penyadap merupakan bagian yang sangat penting dalam usaha
perkebunan karet. Seorang penyadap tanaman karet merupakan penentu
keberhasilan suatu proses produksi. Penyadap bertanggung jawab untuk
menjamin produksi yang dihasilkan perkebunan karet, karena penyadap
merupakan pihak yang bersentuhan langsung dengan aktivitas
penyadapan dan pengumpulan hasil sadap. Tugas pokok dari seorang
penyadap adalah :
- Menyadap (menderes) tanaman karet
- Memungut hasil getah latek (lump)
- Membawa hasil produksi ke Stasiun Tangki Lateks (STL)
- Mengatur alat-alat sadap yang ada di lapangan
- Bertanggung-jawab atas produksi yang dihasilkan
f. Upah dan Intensif


29

Penyadap harian lepas (HL) bekerja berdasarkan perintah mandor dinas,
namun dibayar berdasarkan sistem borong hanca (Rp / hari). Upah
penyadap HL adalah sebesar Rp 75.000 / hari Penyadap borong bekerja
sesuai dengan ketetapan dari mandor sadap borong dan dibayar atas dasar
hasil sadap yang didapatkan (Rp/Kg). Upah penyadap borong per
kilogram adalah Rp 6000/kg untuk lateks dan Rp 4200/kg untuk lump.
Insentif yang diberikan perusahaan untuk penyadap adalah premi (bonus).
Premi diberikan kepada tenaga kerja HL dan dinas. Apabila tenaga kerja
tersebut sudah mencapai basis tugasnya, maka 30 persen dari hasil
kerjanya dikalikan dengan harga premi (Rp/Kg) yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
g. Sanksi
Sanksi diberikan kepada tenaga kerja penyadap agar mereka mematuhi
peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kesalahan yang dapat
merugikan perusahaan. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan
(SP). Ada 3 (tiga) jenis SP, yaitu ;
SP 1 : Peringatan tidak boleh melakukan kesalahan lagi selama
-


enam bulan dan upah dipotong 25%.
SP II : Peringatan tidak boleh melakukan kesalahan lagi selama
satu tahun dan upah dipotong 50%.
SP III : Surat peringatan III merupakan surat pemutusan
hubungan kerja (PHK).

2. Pengorganisasian
Menurut Hasibuan (2005), fungsi pengorganisasian yang dilakukan
perusahaan bertujuan agar pekerjaan yang berat dapat disederhanakan

30

menjadi lebih ringan. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompo kan, siapa yang
bertagung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus
diambil. Fungsi pengorganisasian yang diterapkan di PT. Perkebunan
Nusantara VII Way Lima terdiri dari :
a. Mengelola pembagian kerja dan tugas

PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima memberikan tugas dan
tanggung jawab pekerjaan sesuai dengan kemampuan karyawan.
Pembagian ini dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan
kemampuan yang dimiliki karyawan. Apabila karyawan memiliki
kemampuan dan tingkat pendidikan yang tinggi, maka tugas dan
tanggung jawab pekerjaan akan semakin tinggi juga (sebagai officer),
begitupun sebaliknya.
PT. Perkebunan Nusantara VII (1993) menyatakan bahwa strutur
organisasi yang digunakan pada afdeling (kebun) berbentuk piramid,
dimana setiap afedilng di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
dipimpin oleh seorang Asisten (sinder). Asisten (sinder) afdeling
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Seorang Asisten (sinder) afdeling merupakan pempinan tertinggi di
afdeling atau kebun cabang. Sebagai seorang pemimpin, Sinder afdeling
mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas kebun yang ada di
afdeling, yaitu dari mulai perekrutan tanaga kerja kebun TBM (Tanaman
Belum Menghasilkan) dan kebun produksi atau TM (Tanaman

31


Menghasilkan) hingga penyerahan hasil produksi kepada pabrik. Sinder
juga bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan kebun
afdeling dan kegiatan produksi. Dalam menjalankan tugasnya, Asisten
(Sinder) dibantu oleh Mandor Besar bagian pemeliharaan dan Mandor
Besar panen atau penyadapan. Setiap bulannya Sinder dibantu Mandor
Besar melaksanakan rapat evaluasi kebun bersama afdeling lain.
Kegiatan penyadapan dilakukan oleh buruh harian lepas, penyadap
borong dan tenaga penyadap dinas yang diawasi langsung oleh Mandormandor sadap. Mandor sadap merupakan pemimpin level terendah di
kebun. Sebagai pimpinan, Mandor sadap mempunyai beberapa tugas,
seperti bertanggung jawab terhadap sejumlah luasan kebun yang
dipercayakan oleh Mandor Besar kepadanya dan mengkoordinir
sejumlah penyadap yang bekerja pada areal kebun yang dikuasainya.
Selain itu, secara administrasi, mandor sadap harus melaporkan hasil
sadap harian ke TU afdeling. Oleh karena itu, seorang Mandor sadap
harus senantiasa mengabsen karyawannya dan mengontrol hasil
pekerjaan mereka setiap hari. Secara umum Mandor sadap harus
bertanggung jawab terhadap hasil produksi harian. Mandor sadap dapat
mengatur kerja penyadap ketika terjadi perubahan sistem sadap dari S2
D2 menjadi S2 D3 atau biasa disebut dengan sadap recovery.
3. Pelaksanaan


32

Setelah fungsi perencanaan dan pengorganisasian selesai, maka fungsi
selanjutnya adalah fungsi pelaksanaan. Perekrutan penyadap karet harian
lepas pada PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima bergantung kepada
kebutuhan dan kondisi perusahaan. Apabila memang dibutuhkan
penambahan jumlah penyadap karet harian lepas, maka perusahaan akan
menghubungi pihak ketiga, yaitu PT APRISINDO, sebagai penyedia tenaga
kerja penyadap karet harian lepas. Tenaga kerja yang ditawarkan sudah
memenuhi ktiteria yang dibutuhkan perusahaan, yaitu bisa menyadap. PT
Aprindo merupakan pihak ketiga dalam perekrutan tenaga kerja HL (Harian
Lepas), perekrutan tenaga kerja HL (Harian Lepas) dilaksanakan dengan
merekrut tenaga kerja yang berasal dari lingkungan PT. Perkebunan
Nusantara VII Way Lima yang sudah lama bekerja dan turun temurun bekerja
menjadi tenaga karja HL penyadap karet dari keluarganya.
Penyadap yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu penyadap dinas, penyadap Harian Lepas
(HL) dan penyadap borong. Penyadap dinas merupakan penyadap yang telah
menjadi karyawan tetap di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima.
Penyadap HL adalah penyadap yang tidak memiliki ikatan dinas dengan
perusahaan, namun dikepalai oleh Mandor Dinas, sedangkan penyadap
borong adalah penyadap yang bekerja pada PT. Perkebunan Nusantara VII
Way Lima tanpa perekrutan atau bukan karyawan tetap dan dikepalai oleh
Mandor borong (bukan dinas). Penyadap dinas bekerja berdasarkan perintah
dari mandor dinas. Penyadap HL bekerja berdasarkan perintah Mandor dinas

33

juga. Penyadap borong bekerja sesuai dengan ketetapan dari Mandor sadap
borong. Jumlah penyadap untuk Mandor sadap borong tergantung kepada
Mandor sadap bororng tersebut, sehingga jumlah dari penyadap borong
tidaklah selalu sama atau sering berubah-ubah.
Penyadap dinas, penyadap HL dan penyadap borong memiliki bagian kebun
yang berbeda. Penyadap dinas dan penyadap HL bertanggung jawab untuk
menyadap tanaman karet yang masih produktif (potensial). Sebaliknya,
penyadap borong bertanggung jawab untuk menyadap tanaman yang sudah
tidak produktif ( tidak potensial) yaitu tanaman yang sudah tua. Penyadap
borong diberikan balas jasa (upah) berdasarkan jumlah hasil sadap yang
dihasilkan (Rp/Kg), sedangkan untuk penyadap HL, balas jasa (upah)
diberikan sesuai dengan luasan wilayah yang disadap (Rp/hanca). Penyadap
HL tersebut dibedakan karena terdapat beberapa areal dengan jumlah batang
(pohon) yang terlalu banyak.
4. Pengawasan
Hasibuan (2011) menyatakan bahwa kegiatan pengawasan sangat perlu
dilakukan dalam suatu perusahaan. Kegiatan pengawasan bertujuan untuk :
- Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dan rencana.
- Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpanganpenyimpangan, dan
- Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana.

34

Adanya aktivitas pengawasan menyebabkan pekerja dapat lebih memahami
tugas pokok dan fungsinya dalam perusahaan dan dapat memahami tentang
apa yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Apabila
dalam melakukan kegiatan operasional terjadi kesalahan atau penyimpangan
lainnya, maka pengawas bertanggung jawab untuk menangani masalah
tersebut dan juga berhak untuk memberikan pinalty terhadap oknum yang
bersangkutan. Kegiatan pengawasan menjadikan pekerja lebih fokus dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Kegiatan pengawasan terhadap penyadap pada suatu perkebunan karet
dilakukan oleh seorang Tap kontrol. Tap kontrol berfungsi untuk
memastikan kegiatan penyadapan yang berlangsung di lapangan sesuai
dengan aturan yang berlaku pada perusahaan. Pada PT. Perkebunan
Nusantara VII Way Lima hanya terdapat satu orang Tap kontrol, karena
belum ada calon yang memenuhi kualifikasi untuk mengisi jabatan tersebut.
Pengawasan yang dilakukan seorang Tap kontrol dilakukan dengan metode
sampling. Seorang Tap kontrol akan mengambil sampel 2 sampai 3
penyadap dari setiap kemandoran.
C. Kendala-kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Kerja Oleh Penyadap
karet di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima
Dalam suatu kegiatan manajemen, pasti terdapat berbagai kendala yang harus
dihadapi. Kendala-kendala tersebut sangat berpengaruh terhadap proses
managerial sehingga harus diantisipasi dan harus diatasi dengan baik. Hal itu

35

juga berlaku dalam manajemen tenaga kerja penyadap di PT. Perkebunan
Nusantara VII Way Lima. Beberapa hal yang menjadi kendala adalah:
1. Kurangnya kedisiplinan penyadap
Penyadap yang kurang disiplin dapat menjadi hambatan berarti bagi
perusahaan. Dengan adanya sifat tidak disiplin dari penyadap, maka akan
berpengaruhi terhadap produksi yang dihasilkan perusahaan. Contoh dari
aspek ketidakdisiplinan penyadap adalah :
- Tidak melakukan pungut CL (Cup Lump)
Beberapa penyadap yang kurang disiplin tidak melakukan pemungutan
Cup Lump (CL). Hal tersebut dapat disebabkan oleh cuaca yang tidak
baik, ataupun karena kendala yang berasal dari penyadap yang kurang
disiplin. Apabila CL tidak dipungut, maka produksi karet LG (Low
Grade) akan menurun. Penurunan ini akan berdampak negatif dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
-

Terlambat pada saat sadap pagi
Penyadap yang terlambat pada saat sadap pagi akan menghasilkan lateks
yang sedikit, karena penyadapan tidak dilakukan sepagi mungkin.
Penyadapan yang dilakukan pada pagi hari memberikan hasil yang lebih
banyak karena pada pagi hari tekanan turgor pada pembuluh lateks sangat
tinggi (10 atm). Hal tersebut yang menjadi alasan ilmiah mengapa
penyadap melakukan penyadap sepagi mungkin.
Selain mengurangi hasil produksi lateks, penyadap yang terlambat pada
saat sadap pagi juga cenderung terburu-buru dalam melakukan tugasnya.
Agar seluruh pohon dapat disadap, maka penyadap melakukan
penyadapan dengan cepat tanpa memperhatikan norma (aturan) yang

36

berlaku saat melakukan penyadapan. Hal ini juga dapat berpengaruh
terhadap kualitas tanaman. Penyadapan yang dilakukan dengan cara yang
salah akan mengakibatkan kulit tanaman karet rusak (luka kulit). Apabila
kulit batang tanaman karet rusak, maka tanaman dapat mengalami mati
kulit. Tanaman karet yang mengalami mati kulit tidak akan bisa
menghasilkan lateks untuk tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu,
penyadap harus datang tepat waktu agar dapat melakukan penyadapan
sesuai norma sehingga tidak terjadi luka kulit pada batang tanaman karet.
-

Tidak semua lateks dipungut
Lateks merupakan hasil dari penyadapan yang memiliki kualitas yang
baik (High Grade). Setelah penyadapan dilakukan, lateks seharusnya
dipungut 3 jam dari pisau penyadapan yang terakhir. Pada praktiknya
beberapa oknum penyadap tidak memungut lateks secara menyeluruh.
Hal tersebut berkaitan dengan sifat tidak disiplin yang dimiliki oknum
penyadap tersebut. Hal ini berpengaruh negatif terhadap produksi lateks
perusahaan.

-

Tidak semua pohon disadap
Apabila penyadap kurang disiplin dalam hal waktu, maka tidak semua
pohon (tanaman) karet dapat disadap. Hal tersebut karena penyadap yang
tidak disiplin tersebut akan terburu-buru pada saat menyadap. Agar
penyadap tersebut dapat selesai sesuai jadwal pengumpulan hasil lateks
maka ia akan memilih tidak menyadap beberapa pohon karet agar waktu
pengumpulannya tepat. Hal tersebut merugikan karena akan
meningkatkan loses yang diderita perusahaan.

37

-

Pungut cepat
Penyadap juga dapat melakukan tindakan tidak disiplin berupa tiindakan
pungut cepat. Pungut cepat adalah pemungutan hasil yang lebih awal
dibandingkan aturan yang berlaku. Seharusnya pungut lateks dilakukan 3
jam setelah pisau terakhir. Namun, beberapa oknum penyadap
melakukan kurang dari 3 jam setelah pisau terakhir. Hal ini disebabkan
oleh penyadap tersebut tidak disiplin dalam hal waktu. Penyadap tersebut
melakukan tindakan tersebut untuk mengatasi ketertingggalannya dan
untuk menyesuaikan dengan waktu pengumpulan hasil di Tempat

2.

Pengumpulan Hasil.
Penyelewengan lateks
Di PT. Perkebunan Nusantara VII Way Lima terkadang terdapat beberapa
penyadap yang melakukan tindakan curang. Penyadap tersebut
menyelewengkan hasil sadapnya. Setelah melakukan aktivitas pemungutan
hasil, oknum penyadap tersebut tidak meyetorkan seluruh hasil yang
didapatkannya. Sebagian hasil sadapnya ia jual kepada pihak lainnya.
Kecurangan tersebut merupakan salah satu bentuk pencurian. Penyadap yang
melakukan hal tersebut sudah tidak memiliki loyalitas kerja serta dapat
merugikan perusahaan sehingga sudah seharusnya diberikan sanksi yang
tegas. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan pengawasan yang cukup
ketat agar oknum yang melakukan tindakan tersebut dapat segera dievaluasi.
Selain pengawasan yang ketat, perusahaan juga perlu menerapkan sanksi
yang tegas bagi penyadap yang melakukan penyelewengan lateks.

38