this PDF file PENGARUH PILAR JEMBATAN PANGO TERHADAP POLA ALIRAN SUNGAI KRUENG ACEH | Putra | Jurnal Teknik Sipil 1 SM

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

ISSN 2088-9321
ISSN e-2502-5295
pp. 1005 - 1018

PENGARUH PILAR JEMBATAN PANGO TERHADAP POLA
ALIRAN SUNGAI KRUENG ACEH
Teuku Devansyah Putra1, Eldina Fatimah2, Azmeri 3
1)
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: Tedev.88@gmail.com
2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: eldinafatimah@unsyiah.ac.id2, azmeri@unsyiah.ac.id3
Abstract: Pango Fly Over is located in the coordinate of 50 32' 07.32" LU (North Latitude)
and 950 20' 52.90” BT (East Longitude) on Pango Village, Ulee Kareng Sub District, Banda
Aceh. This bridge was built across Krueng Aceh River and the pillars were built in the river so

that it narrows the river cross section and affecting the increasing of flow velocity. From the
research location observation, it is found that the bridge pillars cause the more narrowing of
the river cross section and there is the damage of the riverbank around the river bend located
in the downstream of the pillars. If there is no further follow up, it will erode the national road.
This research aims to find out flow pattern without and with the pillars, and to know the flow
pattern behavior in the river bend. This research uses Surface Water Modeling System (SMS
Version 11.2) Program. The length of the river reviewed is ± 500 meters. The flow discharge
used in this research is the flood discharge which the period is Q – 100 and the value is 627.74
m³/second (passing the Pango Fly Over). From the result of the flow patter simulations, it is
obtained that the maximum flow velocity without the pillars found in the middle location of V3
reviewed point on the distance 45 m from the riverbank is 0.45 m/sec and maximum flow velocity with the pillars found in the middle location of V3 reviewed point on the distance 33 m
from the riverbank is 0.35/sec. In the outer bend of the flow pattern simulation result without
pillars, it is obtained that the maximum velocity found in V6 reviewd location on the distance
50 m is 0.83 m/sec in the left side of the flow.Meanwhile in the downstream of the bend, the
maximum velocity wit the bridge pillars found in V6 reviewd location on the distance 50 m is
0.95 m/det in the left side of the flow. In the bridge pillars downstream location, there is the river bend required the riverbank reinforcement and the riverbed reinforcement in order to
avoid the erosion in the riverbank, because it will endanger the public facilities.
Keywords : Bridge Pillar, Flow Patern, Flow Velocity, Surface Water Modeling System (SMS)
Abstrak: Jembatan fly over Pango berada pada koordinat 50 32' 07.32" LU dan 950 20' 52.90”
BT terletak di desa Pango Kecamatan Ulee Kareng kota Banda Aceh. Jembatan ini di bangun

melintang Sungai Krueng Aceh dan pilar jembatan dibangun pada sungai sehingga terjadi
penyempitan penampang sungai yang menyebabkan kecepatan aliran bertambah, Dari tinjauan
lokasi penelitian pilar jembatan semakin mengalami penyempitan penampang sungai dan
terjadi kerusakan tebing di sekitar belokan sungai yang berada di hilir jembatan. Bila tidak
segera di tindak lanjuti akan berdampak tergerusnya jalan nasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola aliran tanpa adanya pilar dengan adanya pilar serta untuk mengetahui
perilaku pola aliran yang terjadi pada belokan sungai. Penelitian ini menggunakan program
Surfacewater Modeling System (SMS. Versi 11.2). Panjang sungai yang di tinjau ± 500 meter.
Debit aliran yang digunakan pada penelitian ini mengunakan debit banjir periode ulang Q-100
tahunan yaitu 627,74 m³/detik (yang melewati jembatan fly over Pango). Dari hasil simulasi
pola aliran didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa pilar pada lokasi tengah aliran pada titik
tinjauan V3 dengan jarak 45 m dari tanggul sungai kecepatan maksimumnya 0,45 m/det dan
besaran kecepatan aliran dengan adanya pilar jembatan pada lokasi tengah pilar pada titik
tinjauan V3 dengan jarak 33 m dari tanggul sungai kecepatan maksimumnya 0,35 m/det. Pada
belokan luar dari hasil simulasi kecepatan aliran tanpa pilar besaran kecepatan maksimum pada
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m yaitu 0,83 m/det pada kiri aliran. Sedangkan di hilir belokan
pada titik tinjau V6 dengan jarak 50 m dengan adanya pilar jembatan besaran kecepatan makVolume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

- 1005


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

simum yaitu 0,95 m/det kiri aliran. Pada hilir pilar jembatan terdapat belokan sungai yang
memerlukan perkuatan tebing dan perkuatan dasar agar tidak terjadi erosi di tebing sungai,
sebab hal ini dapat membahayakan terhadap fasilitas umum.
Kata kunci : Pilar Jembatan, Pola aliran, Kecepatan Aliran, Surfacewater Modeling System
(SMS)

Sungai merupakan daerah aliran air yang

KAJIAN PUSTAKA

memisahkan antara daerah satu dengan yang

Pilar Jembatan adalah suatu konstruksi

lainnya. Untuk menghubungkan daerah yang


beton bertulang yang menumpu di atas

terpisahkan

oleh sungai dapat digunakan

pondasi tiang-tiang pancang dan terletak di

jembatan. Beberapa jembatan menggunakan

tengah sungai atau yang lain yang berfungsi

pilar sebagai tumpuan beban, tetapi dengan

sebagai pemikul antara bentang tepi dan

adanya

bentang tengah bangunan atas jembatan.


pilar

perubahan

ini

morfologi

akan

mempengaruhi

sungai.

Perubahan

Kondisi

aliran


dalam

saluran

terbuka

morfologi ini akan mempengaruhi perubahan

berdasarkan pada kedudukan permukaan

pola arus di sekitar pilar berupa penurunan

bebas cenderung tergantung pada kedalaman

kecepatan arus dari kecepatan tinggi menjadi

aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan

kecepatan rendah, serta arah arus sebelum


permukaan bebas.
Pola arus dari aliran yang terjadi akan

dan sesudah penempatan pilar.
Dari tinjauan awal lokasi penelitian pilar

berkembang sesuai dengan mekanisme lubang

jembatan fly over Pango Kecamatan Ulee

gerusan yang terjadi di daerah amatan serta

Kareng, permasalahan yang terlihat bahwa

dipengaruhi adanya bentuk pilar dan telapak

telah terjadi penyempitan penampang sungai

pilar. Dengan demikian maka pola arus sangat


akibat adanya pilar jembatan pada badan

dipengaruhi adanya bentuk pilar, tapak pilar

sungai. Konstruksi pengaman tebing yang

serta pola debit yang terjadi.

terpasang kondisinya juga sudah rusak
disebabkan tidak mampu menahan aliran pada
saat banjir. Dari permasalahan diatas akan
dilakukan

suatu

simulasi

untuk

memprekdiksikan pola aliran sungai yang

mungkin terjadi akibat debit aliran pada sungai
krueng aceh yaitu pada kondisi tanpa pilar dan
dengan pilar. Simulasi yang akan dilakukan
menggunakan

program

Modeling System (SMS 11.2).

Surfacewater

Pilar Jembatan
Pilar Jembatan adalah suatu konstruksi
beton bertulang yang menumpu di atas
pondasi tiang-tiang pancang dan terletak di
tengah sungai atau yang lain yang berfungsi
sebagai pemikul antara bentang tepi dan
bentang tengah bangunan atas jembatan (SNI
2451, 2008). Pilar-pilar dapat berupa susunan
rangka pendukung (trestle), yaitu topi beton

bertulang

yang

bertindak

sebagi

balok

melintang (cross beam) dengan kepala tiang
1006 -

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

tertanam pada topi atau susunan kolom yang


dengan model fisik oleh Berlianandi (1998)

menggunakan sistem beton kopel (pile cap)

mengenai pengaruh bendung karet pada

yang terpisah, sistem kolom dan balok

gerusan lokal pada pilar jembatan dicoba

melintang terpisah.

dikaji ulang oleh Arisanto (2000) dengan
menggunakan software SMS ini.

Pola Aliran
Kondisi aliran dalam saluran terbuka
berdasarkan pada kedudukan permukaan

Debit Banjir Rencana
Debit

banjir

rencana

adalah

debit

bebas cenderung tergantung pada kedalaman

maksimum di sungai atau saluran alamiah

aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan

dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah

permukaan bebas. Berbagai pendekatan umum

ditentukan. Perhitungan debit banjir rencana

mengestimasi pola arus yang terjadi disekitar

dilakukan dengan beberapa metode antara lain

pilar jembatan umumnya diperoleh dari hasil-

metode Haspers, metode Rasional Mononobe,

hasil

kompleksitas

dan metode Nakayasu. Skala perencanaan

permasalahan tersebut seperti estimasi perilaku

secara umum yang berlaku di Indonesia,

hidrodinamika yang terjadi pada hulu pilar

antara 10 – 100 tahun periode ulang (Kodoatie

jembatan.

dan Sugiyanto, 2001: 198).

penelitian

mengingat

Pola arus dari aliran yang terjadi akan
berkembang sesuai dengan mekanisme lubang
gerusan yang terjadi di daerah amatan serta
dipengaruhi adanya bentuk pilar dan telapak
pilar. Berkaitan dengan hal tersebut di atas
Shen (1971) dan Raudkivi (1991) dalam
Aisyah (2004:7) dari hasil penelitiannya

Metode Haspers
Menurut Sosrodarsono ( 1981 ). metode
perkiraan puncak banjir ratio untuk metode
Haspers

digunakan

persamaan

sebagai

berikut :
Qn = α x β x q x A

(1)

didapat bentuk pola arus yang berbeda yang
menyebabkan adanya gerusan local di sekitar

Dimana : Qn = debit banjir rencana (m³/det)

pilar.

dengan periode ulang n tahun; α = koefisien
limpasan air hujan / run off; β = koefisien

Pola Aliran di Sekitar Jembatan

reduksi daerah untuk curah hujan DAS; qn =

Pada jembatan yang cukup panjang
biasanya dibangun bangunan penompang
tambahan

berupa

pilar.

Pilar

hujan maksimum (m³/km²/det); A

= Luas

DAS (km²).

tersebut

mempengaruhi fenomena fisik disekitar sungai,

Metode Rasional Mononobe

terutama disekitar pilar seperti misalnya

Menurut Loebis (1992). Intensitas hujan

perubahan pola aliran, gerusan, sedimentasi

(mm/jam) dapat diturunkan dari data curah

dan lain – lain. Penelitian yang dilakukan

hujan harian (mm) empiris menggunakan
metode rasional mononobe, intensitas curah

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1007
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

hujan (I).

Rating Curve (lengkung aliran)
Rating curve (lengkung aliran) adalah

Metode

Hidrograf

Satuan

Sintetik

Nakayasu

kurva yang menunjukkan hubungan antara
tinggi muka air sungai (m) dan besarnya debit

Hidrograf satuan Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa sungai di Jepang
(Soemarto, 1987). Penggunaan metode ini
memerlukan beberapa karakteristik parameter
daerah alirannya, seperti :
a) Tenggang waktu dari permukaan hujan

aliran pada lokasi penampang sungai tertentu.
sehingga debit dapat diduga melalui ukuran
tinggi muka air. Pengukuran tinggi muka air
merupakan langkah awal dalam pengumpulan
data aliran sungai, Titik tinjauan penampang
sungai (cross section) digunakan sebagai

sampai puncak hidrograf ( time of peak )
b) Tenggang waktu dari titik berat hujan

koreksi informasi tinggi muka air banjir yang
terjadi pada sungai yang menghasilkan debit.

sampai titik berat hidrograf ( time lag )
c) Tenggang waktu hidrograf ( time base of

Metode penentuan lengkung aliran (rating
curve) adalah sebagai berikut :

hydrograph )
d) Luas daerah aliran sungai

1. Metode logaritmik

e) Panjang alur sungai utama terpanjang

2. Metode analitik

(length of the longest channel )
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu

Pengukuran Debit
Yang dimaksud dengan debit (discharge),

adalah :

atau besarnya aliran sungai
(2)

(stream flow)

adalah volume aliran yang mengalir melalui
suatu penampang melintang sungai per satuan

Dimana :

= debit puncak banjir

waktu. Dalam satuan SI besarnya debit

=

dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik

tenggang waktu dari permulaan hujan sampai

(m³/det) atau liter per detik (ℓ/det) (Triatmodjo,

puncak banjir (jam);

2008). Debit di suatu lokasi di sungai dapat

(m/det);

= hujan satuan (mm);

= waktu yang

diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak

diperkirakan dengan cara berikut :

sampai 30% dari debit puncak ( m /det ); A =

1. Pengukuran di lapangan (di lokasi yang

luas daerah pengaliran sampai outlet (km2)

ditetapkan)
2. Berdasarkan data debit dari stasiun di
dekatnya
3. Berdasarkan data hujan; dan
4. Berdasarkan pembangkitan data debit
Menghitung Debit aliran menggunakan
rumus sebagai berikut :

Gambar 1 : Sketsa hidrograf satuan nakayasu

1008 -

Q=AxV

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

(3)

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Dimana Q = debit (m³/det); A = luasan

satu sub program RMA2. RMA2 merupakan

dari setiap pias; V = kecepatan rerata di setiap

sub program untuk penyelesaian persamaan

pias.

dinamik aliran dua dimensi.

Pengukuran Kecepatan Aliran

Pola Aliran (RMA2)

Pengukuran
dilakukan

kecepatan

secara

air

langsung

dapat

Salah satu modul perangkat lunak BOSS

dengan

Surfacewater Modeling System (SMS 11.2)

menggunakan current meter, pelampung, atau

yaitu

peralatan lain. Pengukuran kecepatan arus

Association Inc.) dapat digunakan untuk

dengan current meter adalah yang paling

menghitung elevasi permukaan air dan

banyak dilakukan. Ada dua tipe alat ukur yaitu

kecepatan aliran disetiap titik dengan jaring –

tipe mangkok (Price-cup Current Meter) dan

jaring elemen hingga yang menggambarkan

baling-baling

Meter).

bentuk air seperti sungai, pelabuhan dan muara.

Pengukuran dilakukan di beberapa titik pada

RMA2 mampu menyelesaikan permasalahan

vertikal, yang selanjutnya dievaluasi untuk

aliran permanen dan tidak permanen. Atau

mendapatkan kecepatan rerata.

dengan kata lain, kondisi batas (debit yang

(Propeller

Current

Tabel 3. Penentuan kedalaman pengukuran dan
perhitungan kecepatan aliran

Kedalaman
Sungai
(m)

Kedalaman
Pengukuran

0 – 0,6 m

0,6 d

0,6 – 3 m

0,2 d dan 0,8 d

3–6m

0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d

Perhitungan
Kecepatan
(Rata – rata)

(Resources

Managemen

masuk, elevasi permukaan air) dapat diubah –
ubah menurut waktu. Program ini dibuat untuk
menyelesaikan model dengan kondisi aliran
dinamik yang disebabkan oleh fluktuasi aliran

V = V0,6

permukaan atau siklus pasang surut. Namun

V = 0,5 (V0,2 + V0,8)

RMA2 tidak digukan untuk penyelesaian

V = 0,25 (V0,2 + V0,6
+ V0,8)

aliran super kritis.

S, 0,2 d, 0,6 d 0,8 d V = 0,1 (VS + 3V0,2 +
dan B
2V0,6 + 3V0,8 + Vb)

> 6m

RMA2

Output dari RMA2 dituliskan dari binary
solution file. File ini berisi penyelesaian dri
satu atau beberapa langkah waktu tergantung
apakah analisa alirannya permanen atau

Surface Water Modelling System (SMS

sementara (tidak permanen) yang ditentukan.

11.2)

File solution dapat dijadikan input bagi SMS

Surfacewater Modeling System (SMS

untuk ditampilkan dalam bentuk grafik.

11.2) merupakan pemodelan yang digunakan

Persamaan umum pada air dangkal oleh

dalam bentuk 1D, 2D, dan 3D dalam

RMA2 dipecahkan dengan mengikuti rumus –

pemodelan hidrodinamika. Pemodelan ini

rumus berikut ini.

digunakan untuk pemodelan dan mendesain
air permukaan. Untuk penyelesaian masalah
pemodelan ini maka analisisnya melibatkan
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1009
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian dipakai dalam
penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pilar jembatan pango terhadap pola
aliran sungai Krueng Aceh (pias hulu dan hilir
jembatan fly over Pango) ini meliputi
pemilihan lokasi penelitian, pengumpulan data,
analisis data dan penyajian hasil simulasi
model Surfacewater Modeling system (SMS
11.2) Pola Aliran RMA2.
dimana

h = kedalaman (m); u,v =

Pengumpulan Data

kecepatan pada arah sumbu x dan y (m/det);
x,y,t = koordinat Cartesian dan waktu;

Penelitian ini dimulai dengan studi

ρ=

literatur dan pengumpulan data. Data yang

rapat massa zat cair; g = percepatan gravitasi;

digunakan meliputi data sekunder dan data

g = percepatan gravitasi; E = koefisien Eddy

primer.

Viscositas, untuk xx adarah arah normal pada
sumbu x, untuk yy adalah arah normal pada

Data sekunder
Data

sumbu y, untuk xy dan yx adalah arah shear

sekunder

adalah

data

yang

pada tiap-tiap permukaan; a = elevasi dasar; n

diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera

= nilai kekasaran Manning; 1.486 = konversi

I (BWSS I) hasil penelitian terdahulu pada

dari unit metric ke English unit; ς = koefisien

DAS Krueng Aceh. Data yang digunakan

gesekan angin; Va, ψ = kecepatan angin dan

dalam penelitian ini meliputi peta DAS Sungai

arah angin; ω, Ø = tingkat rotasi anguler bumi

Krueng Aceh data dan perhitungan debit banjir

dan latitude lokal.

rencana dan periode ulang (Q2, Q5, Q10, Q25,
Q50 dan Q100),
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh
berdasarkan

pengukuran

di

lapangan.

Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran
topografi dan Hidrometri.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada penelitian ini
meliputi Alat yang dipergunakan adalah :
Gambar 2. Sistem koordinat dan variabel yang
dipakai (a) dan kecepatan rata-rata
kedalaman pada arah sumbu x (b).

1010 -

1.

Theodolite

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

2.

Waterpas (Auto level)

3.

Echo sounder (GPS Map)

4.

Hand GPS

5.

Rambu ukur 4 meter

6.

Current meter

7.

Stopwatch

8.

Pelampung dan Tali (tambang)

9.

Perahu (Boat)

Gambar 4. Topografi (situasi) sungai pengukuran lapangan.

Pekerjaan Lapangan

Analisa Data

Pekerjaan lapangan dilakukan pada aliran
sungai kr.ueng Aceh sepanjang ±

500 m,

penelitian yang penulis lakukan hanya di daerah aliran sungai Krueng Aceh yang berada di
jembatan fly over Pango Kota Banda Aceh.
Pekerjaan yang dilakukan berupa pengukuran,
yang terdiri dari pengukuran topografi dan
pengukuran hidrometri dengan 3 (tiga) penampang sungai.

Data-data

yang

telah

diperoleh

selanjutkan diinput ke dalam program Surface
Water Modeling Sistem (SMS 11.2), Data-data
tersebut digunakan untuk melihat pola aliran
pada sungai Krueng Aceh di Jembatan Fly
Over Pango yang bertujuan untuk mengetahui
pola aliran dan kecepatan aliran yang
berdampak pada gerusasan ditebing sungai.
Dari hasil analisa data digambarkan suatu pola

POTONGAN MELINTANG - (Pias Hulu)

aliran

dan

kecepatan

aliran

yang

memperlihatkan arah aliran terhadap tebing
sungai dengan menggunakan Persamaan 1
sampai Persamaan 6, hasil simulasi running
POTONGAN MELINTANG - (Pias Tengah)

program surface water modeling sistem (SMS
11.2) RMA2 dibandingkan berdasarkan pola
aliran existing dan pola aliran dari 2 (dua)
skenario tanpa pilar dan dengan adanya pilar
pada aliran sungai di sekitar pilar jembatan dan
di hilir belokan ditebing sungai dari data

POTONGAN MELINTANG - (Pias Hilir)

pengukuran (primer) dan data sekunder yang
diperoleh
Hasil dan Pembahasan
Data hasil pengukuran yang ditampilkan

Gambar 3. Penampang sungai pengukuran lapangan

berupa peta kontur yang diperoleh dengan
menggunakan program Surfer dan cross

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1011
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

section dengan menggunakan program PCLP

2014 dengan perhitungan metode Haspers,

(Plan Cross Section and Longitudinal Profile

metode Rasional Mononobe, dan metode Na-

Program).

dilakukan

kayasu. Data curah hujan harian yang

berdasarkan hasil simulasi pemodelan dengan

digunakan diperoleh dari pencatatan pada

program Surface Water Modeling Sistem

Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan

(SMS 11.2) terhadap pola aliran dan kecepatan

Geofisika (BMKG) Blang Bintang Aceh Besar.

Pembahasan

akan

aliran yang terjadi pada 2 (dua) lokasi tinjauan
pada tebing sungai Krueng Aceh .
Program surface water modeling sistem
(SMS 11.2) memiliki estimasi errornya sendiri
dan perlu adanya pengkalibrasian dari hasil
simulasi yang dilakukan.
Perhitungan

dan

pengukuran

di

Tabel 4. Debit banjir rencana sungai Krueng
Aceh tiap metode
Debit Banjir (m³/detik) dengan
Periode
Metode
No.
Ulang
Rational
HSS NaT (Tahun) Haspers
Mononobe
kayasu
1
2
243,41
711,06
1036,91
2
5
317,26
926,80
1351,52
3
10
362,53
1059,05
1544,38
4
25
416,35
1216,26
1773,63
5
50
454,63
1328,11
1936,73
6
100
491,19
1434,89
2092,46

lapangan
Perhitungan, pengukuran topografi, dan
pengukuran hidrometri dilakukan dengan

Analisis Rating Curve
Analisis

rating

curve

menunjukkan

menggunakan data hasil pengukuran di

hubungan antara tinggi muka air dengan debit

lapangan yang selanjutnya diplotkan kedalam

banjir rencana berdasarkan periode ulang pada

program Surfer untuk mendapatkan garis-

masing - masing penampang sungai tertentu.

garis kontur., hasil perhitungan dan penggam-

Lokasi titik tinjauan pengukuran penampang

baran selanjutnya diinput ke dalam program

sungai berada di aliran sungai krueng Aceh di

surface water modeling sistem (SMS 11.2)

Desa Pango Kota Banda Aceh, pengukuran

RMA2 sehingga didapat hasil simulasi pemodelan pola aliran dan kecepatan aliran kondisi
existing dan kondisi terhadap pilar dan tanpa
pilar di aliran sungai yang bertujuan untuk
pengamanan tebing pada aliran sungai Krueng
Aceh di Jembatan Fly Over Pango.

menggunakan

debit
hasil

banjir
perhitungan

dengan

3

pias

penampang terdiri dari pias hulu, pias tengah
(Jembatan) dan pias hilir.
Dari Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7
dapat dilihat perbandingan tinggi muka air

Analisis Pada Kondisi Tanpa Pilar
rencana
pada

penelitian terdahulu di DAS Krueng yang
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
– I (BWSS-I) menggunakan data curah hujan

(Memanjang Sungai)
Berdasarkan

hasil

dari

simulasi

kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
penampang memanjang sungai tanpa pilar
lokasi hulu aliran dari hasil simulasi pola aliran

harian dari tahun 2007 sampai dengan tahun
1012 -

dilakukan

dengan debit 2092.46 m3/detik (Q100).

Perhitungan debit banjir rencana
Perhitungan

hidrometri

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

didapatkan kecepatan maksimumnya yaitu

(belokan dalam) dengan jarak 310 m dari titik

0,60 m/det dengan jarak 160 m dari titik awal

awal

studi, dilokasi tengah aliran dengan jarak 190

maksimumnya yaitu 0,70 m/det. Kecepatan

m dari titik awal studi didapatkan kecepatan

aliran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar

maksimumnya yaitu 0,70 m/det, dan dihilir

8 dan 9, serta Tabel 5.

studi

didapatkan

kecepatan

Gambar 5. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias hulu)

Gambar 6. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias Tengah)

Gambar 7. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias Tengah)
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1013
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Gambar 8. Vektor 2D Mesh dengan garis potongan untuk melihat kecepatan aliran (Tanpa Pilar).

Gambar 9. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi tanpa pilar (Memanjang Sungai)
Tabel 5. Tabel Kecepatan Aliran Tanpa Pilar (Memanjang Sungai)
No

Lokasi

1.

Hulu
Aliran

2.

Tengah
Aliran

3.

Hilir (di
belokan)

Titik Tinjau

Kecepatan Aliran
(m/det)

V1.1
V1.2
V1.3
V1.4
V3.1
V3.2
V3.3
V3.4
V6.1
V6.2
V6.3
V6.4

0,37
0,38
0,60
0,58
0,45
0,48
0,70
0,64
0,70
0,70
0,51
0,49

Kec.
Maks.

Ket-

0,60

Tanpa Pilar

0,70

Tanpa Pilar

0,70

Tanpa Pilar

Analisis Pada Kondisi Tanpa Pilar

didapatkan kecepatan maksimumnya 0,45

(Melintang Sungai)

m/det pada kanan aliran. Kecepatan aliran

Berdasarkan

hasil

dari

simulasi

selengkapnya dapat dilihat pada gambar 10.

kecepatan aliran sungai krueng aceh pada

Dari hasil analisis pola aliran sungai

profil melintang sungai tanpa pilar besaran

krueng aceh di Desa Pango Kecamatan Ulee

kecepatan aliran di tengah aliran titik tinjau V3

Kareng Kota Banda Aceh pada profil

dengan jarak 45 m dari tanggul sungai

memanjang sungai lokasi tengah pilar dengan

1014 -

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

jarak 190 m dari titik awal studi didapatkan

kecepatan aliran sungai krueng aceh pada

kecepatan maksimumnya yaitu 0,70 m/det dan

profil memanjang sungai pada kondisi adanya

pada kondisi tanpa pilar dan profil melintang

pilar besaran kecepatan maksimum di hulu

sungai dilokasi tengah aliran pada titik tinjauan

aliran dengan jarak 68 m dari titik awal studi

V3 dengan jarak 45 m dari tanggul sungai

yaitu

didapatkan kecepatan maksimumnya yaitu

maksimum di tengah aliran dengan jarak 190

0,45 m/det pada as sungai.

m dari titik awal studi yaitu 0,79 m/det, dan

0,71

m/det,

besaran

kecepatan

besaran kecepatan maksimum di hilir dengan
Analisis dengan adanya Pilar Jembatan
(Memanjang Sungai)
Berdasarkan

hasil

jarak 295 m dari titik awal studi yaitu 0,80
m/det. Kecepatan aliran selengkapnya dapat

dari

simulasi

dilihat pada gambar 11 dan 12.

Gambar 10. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi tanpa pilar (Melintang Sungai)

Gambar 11. Vektor 2D Mesh dengan garis potongan untuk melihat kecepatan aliran ( adanya Pilar).

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1015
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Gambar 12. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi adanya pilar

Gambar 13. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi adanya pilar

Analisis dengan adanya Pilar Jembatan

sungai, ditengah aliran pilar pada titik tinjau

(Melintang Sungai)

V3 dengan jarak 33 m dari tanggul sungai

Berdasarkan hasil dari simulasi grafik

besaran kecepatan maksimumnya 0,35 m/det

kecepatan aliran sungai krueng aceh pada

pada kanan aliran, di tengah aliran pilar pada

profil melintang sungai dengan adanya pilar di

titik tinjau V4 dengan jarak 10 m dari tanggul

hulu aliran pada titik tinjau V1 dengan jarak

sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,75

50 m dari tanggul sungai besaran kecepatan

m/det pada kanan aliran, di hilir belokan pada

maksimumnya 0,45 m/det pada as sungai, di

titik tinjau V5 dengan jarak 10 m dari tanggul

tengah aliran pilar pada titik tinjau V2 dengan

sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,79

jarak 50 m dari tanggul sungai besaran

m/det pada kanan aliran, di hilir belokan pada

kecepatan maksimumnya 0,48 m/det pada as

titik tinjau V6 dengan jarak 50 m dari tanggul

1016 -

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,95

kecepatan maksimum didapatkan 0,95 m/det

m/det pada kiri aliran, di hilir belokan pada

pada kiri aliran. Dari hasil analisis pada daerah

titik tinjau V7 dengan jarak 50 m dari tanggul

hilir belokan terindikasi adanya terjadi gerusan,

sungai

maksimum

hasil simulasi menunjukan bahwa pola aliran

didapatkan 0,74 m/det pada kiri aliran. Ke-

di titik tinjau V6 pada kiri aliran didapatkan

cepatan aliran selengkapnya dapat dilihat pada

kecepatan sebesar 0,95 m/det dan kecepatan

gambar 13.

aliran yang terbentuk sangat besar sehingga

besaran

kecepatan

Dari analisa Gambar diatas dapat ditarik

berpengaruh terhadap kestabilan tebing.

kesimpulan bahwa pola aliran yang terbentuk
menunjukan adanya penghambatan aliran
sungai krueng aceh di bawah jembatan fly over
pango

yang

penumpukan

memungkinkan
sedimen

pada

terjadinya
hilir

pilar

jembatan, hal ini terjadi diakibatkan karena
kecepatan aliran pada lokasi pilar melambat.
Adapun besaran kecepatan aliran dengan
adanya pilar jembatan pada penampang
memanjang sungai dilokasi tengah pilar
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,79
m/det dan pada penampang melintang sungai
dilokasi tengah pilar pada titik tinjauan V3
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,35

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian pengaruh pilar jembatan pango
terhadap pola aliran sungai krueng aceh yang
telah dilakukan ini adalah :
1. Dari hasil simulasi pola aliran sungai
Krueng Aceh di Desa Pango Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh adapun
didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa
pilar untuk profil memanjang sungai di
tengah aliran dengan jarak 160 m dari awal
titik

studi

didapatkan

kecepatan

maksimumnya 0,70 m/det sedangkan
besaran kecepatan aliran dengan adanya

m/det pada as sungai.

pilar jembatan ditengah pilar jembatan
Analisis Pada Lokasi Belokan Luar
Pada belokan di hilir dari hasil simulasi

dengan jarak 160 m didapatkan kecepatan
maksimumnya 0,79 m/det.

aliran tanpa pilar besaran kecepatan aliran di

2. Dari hasil simulasi pola aliran sungai

titik tinjau V6 dengan jarak 50 m melintang

Krueng Aceh di Desa Pango Kecamatan

sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,83

Ulee Kareng Kota Banda Aceh adapun

m/det pada kiri aliran, sedangkan besaran

didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa

kecepatan aliran pada penampang memanjang

pilar untuk profil melintang sungai pada

sungai dengan jarak 190 dari titik awal studi

titik tinjauan V3 ditengah aliran dengan

besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,70

jarak 40 m dari tanggul sungai kecepatan

m/det pada kiri aliran, dihilir belokan pada titik

maksimumnya didapatkan 0,45 m/det

tinjau V6 dengan jarak 50 m dari tanggul

sedangkan

sungai dengan adanya pilar jembatan besaran

dengan adanya pilar jembatan pada titik

besaran

kecepatan

aliran

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1017
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

tinjauan V3 ditengah pilar dengan jarak 40
m

dari

tanggul

sungai

kecepatan

maksimumnya didapatkan 0,35 m/det.

Anonim 4, 2008, Badan Standarisasi
Nasional SNI 2451 : 2008 tentang
Spesifikasi

pilar

dan

kepala

3. Pada belokan di hilir dari hasil simulasi pola

jembatan beton sederhana bentang

aliran tanpa pilar besaran kecepatan aliran di

5 m sampai dengan 25 m dengan

titik tinjauan V6 (melintang sungai) dengan

fondasi tiang pancang, Republik

jarak 50 m dari tanggul sungai didapatkan kecepatan maksimumnya 0,83 m/det di kiri aliran
sungai, dan pada hilir belokan besaran kecepatan aliran tanpa pilar jembatan untuk profil
memanjang sungai dengan jarak 300 m dari
awal titik studi didapatkan 0,70 m/det. Sedangkan besaran kecepatan aliran pada profil

Indonesia, Jakarta.
Arisanto, B, 2000 Penggunaan perangkat
Lunak SMS 5.04 Untuk Kajian
Pola Aliran dan Gerusan di Sekitar
Pilar Jembatan, UGM, Yogyakarta.
Breuser. H.N.C. and Raudkivi. A.J. 1991

melintang sungai di titik tinjauan V6 dengan

Scouring.

IAHR

jarak 50 m dari tanggul sungai dengan adanya

Structure

Design

pilar

Rotterdam : aa Balkema.

jembatan

didapatkan

kecepatan

maksimumnya 0,95 m/det di kiri aliran sungai,
sehingga dari simulasi pola aliran ini nilai
kecepatan di sisi dalam belokan sungai lebih
besar daripada di sisi luar belokan sungai.

Hydraulic
Manual.

Loebis, J, 1992, Banjir Rencana Untuk
Bangunan

Air,

Departemen

Pekerjaan Umum, Chandy Buana
Kharisma, Jakarta.
Rahayu, S, Widodo RH, Van Noordwijk M,

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim

1,

2010,

Panduan

Suryadi I dan Verbist B. 2009.

Penulisan Tesis Program Studi

Monitoring Air Di Daerah Aliran

Magister Teknik Sipil, Program

Sungai. Bogor, Indonesia : World

Pasca Sarjana Universitas Syiah

Agroforestry Centre - Southeast

Kuala, Banda Aceh.

Asia Regional Office.

Buku

Anonim 2, 2015, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat

Urugan, Pradnya Paramita, Jakarta.

10/PRT/M/2015

Swary Aristi., Mudjiatko dan Rinaldi, 2012,

tentang Rencana dan Rencana

Pengaruh Aliran Terhadap Peru-

Teknis Tata Pengaturan Air dan

bahan Morfologi Sungai. Pekanba-

Tata

No.

Sosrodarsono, S., 1981, Bendungan Type

Pengairan,

Republik

Indonesia, Jakarta.

Triatmodjo,B,2008,Hidrolika

Anonim 3, 2011, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor : 38
tahun

2011

tentang

ru.

Terbuka, CV Citra Media,
rabaya.

Sungai,

Republik Indonesia, Jakarta.
1018 -

Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur

Saluran
Su-