this PDF file PENGARUH PILAR JEMBATAN PANGO TERHADAP POLA ALIRAN SUNGAI KRUENG ACEH | Putra | Jurnal Teknik Sipil 1 SM
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
ISSN 2088-9321
ISSN e-2502-5295
pp. 1005 - 1018
PENGARUH PILAR JEMBATAN PANGO TERHADAP POLA
ALIRAN SUNGAI KRUENG ACEH
Teuku Devansyah Putra1, Eldina Fatimah2, Azmeri 3
1)
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: Tedev.88@gmail.com
2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: eldinafatimah@unsyiah.ac.id2, azmeri@unsyiah.ac.id3
Abstract: Pango Fly Over is located in the coordinate of 50 32' 07.32" LU (North Latitude)
and 950 20' 52.90” BT (East Longitude) on Pango Village, Ulee Kareng Sub District, Banda
Aceh. This bridge was built across Krueng Aceh River and the pillars were built in the river so
that it narrows the river cross section and affecting the increasing of flow velocity. From the
research location observation, it is found that the bridge pillars cause the more narrowing of
the river cross section and there is the damage of the riverbank around the river bend located
in the downstream of the pillars. If there is no further follow up, it will erode the national road.
This research aims to find out flow pattern without and with the pillars, and to know the flow
pattern behavior in the river bend. This research uses Surface Water Modeling System (SMS
Version 11.2) Program. The length of the river reviewed is ± 500 meters. The flow discharge
used in this research is the flood discharge which the period is Q – 100 and the value is 627.74
m³/second (passing the Pango Fly Over). From the result of the flow patter simulations, it is
obtained that the maximum flow velocity without the pillars found in the middle location of V3
reviewed point on the distance 45 m from the riverbank is 0.45 m/sec and maximum flow velocity with the pillars found in the middle location of V3 reviewed point on the distance 33 m
from the riverbank is 0.35/sec. In the outer bend of the flow pattern simulation result without
pillars, it is obtained that the maximum velocity found in V6 reviewd location on the distance
50 m is 0.83 m/sec in the left side of the flow.Meanwhile in the downstream of the bend, the
maximum velocity wit the bridge pillars found in V6 reviewd location on the distance 50 m is
0.95 m/det in the left side of the flow. In the bridge pillars downstream location, there is the river bend required the riverbank reinforcement and the riverbed reinforcement in order to
avoid the erosion in the riverbank, because it will endanger the public facilities.
Keywords : Bridge Pillar, Flow Patern, Flow Velocity, Surface Water Modeling System (SMS)
Abstrak: Jembatan fly over Pango berada pada koordinat 50 32' 07.32" LU dan 950 20' 52.90”
BT terletak di desa Pango Kecamatan Ulee Kareng kota Banda Aceh. Jembatan ini di bangun
melintang Sungai Krueng Aceh dan pilar jembatan dibangun pada sungai sehingga terjadi
penyempitan penampang sungai yang menyebabkan kecepatan aliran bertambah, Dari tinjauan
lokasi penelitian pilar jembatan semakin mengalami penyempitan penampang sungai dan
terjadi kerusakan tebing di sekitar belokan sungai yang berada di hilir jembatan. Bila tidak
segera di tindak lanjuti akan berdampak tergerusnya jalan nasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola aliran tanpa adanya pilar dengan adanya pilar serta untuk mengetahui
perilaku pola aliran yang terjadi pada belokan sungai. Penelitian ini menggunakan program
Surfacewater Modeling System (SMS. Versi 11.2). Panjang sungai yang di tinjau ± 500 meter.
Debit aliran yang digunakan pada penelitian ini mengunakan debit banjir periode ulang Q-100
tahunan yaitu 627,74 m³/detik (yang melewati jembatan fly over Pango). Dari hasil simulasi
pola aliran didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa pilar pada lokasi tengah aliran pada titik
tinjauan V3 dengan jarak 45 m dari tanggul sungai kecepatan maksimumnya 0,45 m/det dan
besaran kecepatan aliran dengan adanya pilar jembatan pada lokasi tengah pilar pada titik
tinjauan V3 dengan jarak 33 m dari tanggul sungai kecepatan maksimumnya 0,35 m/det. Pada
belokan luar dari hasil simulasi kecepatan aliran tanpa pilar besaran kecepatan maksimum pada
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m yaitu 0,83 m/det pada kiri aliran. Sedangkan di hilir belokan
pada titik tinjau V6 dengan jarak 50 m dengan adanya pilar jembatan besaran kecepatan makVolume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
- 1005
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
simum yaitu 0,95 m/det kiri aliran. Pada hilir pilar jembatan terdapat belokan sungai yang
memerlukan perkuatan tebing dan perkuatan dasar agar tidak terjadi erosi di tebing sungai,
sebab hal ini dapat membahayakan terhadap fasilitas umum.
Kata kunci : Pilar Jembatan, Pola aliran, Kecepatan Aliran, Surfacewater Modeling System
(SMS)
Sungai merupakan daerah aliran air yang
KAJIAN PUSTAKA
memisahkan antara daerah satu dengan yang
Pilar Jembatan adalah suatu konstruksi
lainnya. Untuk menghubungkan daerah yang
beton bertulang yang menumpu di atas
terpisahkan
oleh sungai dapat digunakan
pondasi tiang-tiang pancang dan terletak di
jembatan. Beberapa jembatan menggunakan
tengah sungai atau yang lain yang berfungsi
pilar sebagai tumpuan beban, tetapi dengan
sebagai pemikul antara bentang tepi dan
adanya
bentang tengah bangunan atas jembatan.
pilar
perubahan
ini
morfologi
akan
mempengaruhi
sungai.
Perubahan
Kondisi
aliran
dalam
saluran
terbuka
morfologi ini akan mempengaruhi perubahan
berdasarkan pada kedudukan permukaan
pola arus di sekitar pilar berupa penurunan
bebas cenderung tergantung pada kedalaman
kecepatan arus dari kecepatan tinggi menjadi
aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan
kecepatan rendah, serta arah arus sebelum
permukaan bebas.
Pola arus dari aliran yang terjadi akan
dan sesudah penempatan pilar.
Dari tinjauan awal lokasi penelitian pilar
berkembang sesuai dengan mekanisme lubang
jembatan fly over Pango Kecamatan Ulee
gerusan yang terjadi di daerah amatan serta
Kareng, permasalahan yang terlihat bahwa
dipengaruhi adanya bentuk pilar dan telapak
telah terjadi penyempitan penampang sungai
pilar. Dengan demikian maka pola arus sangat
akibat adanya pilar jembatan pada badan
dipengaruhi adanya bentuk pilar, tapak pilar
sungai. Konstruksi pengaman tebing yang
serta pola debit yang terjadi.
terpasang kondisinya juga sudah rusak
disebabkan tidak mampu menahan aliran pada
saat banjir. Dari permasalahan diatas akan
dilakukan
suatu
simulasi
untuk
memprekdiksikan pola aliran sungai yang
mungkin terjadi akibat debit aliran pada sungai
krueng aceh yaitu pada kondisi tanpa pilar dan
dengan pilar. Simulasi yang akan dilakukan
menggunakan
program
Modeling System (SMS 11.2).
Surfacewater
Pilar Jembatan
Pilar Jembatan adalah suatu konstruksi
beton bertulang yang menumpu di atas
pondasi tiang-tiang pancang dan terletak di
tengah sungai atau yang lain yang berfungsi
sebagai pemikul antara bentang tepi dan
bentang tengah bangunan atas jembatan (SNI
2451, 2008). Pilar-pilar dapat berupa susunan
rangka pendukung (trestle), yaitu topi beton
bertulang
yang
bertindak
sebagi
balok
melintang (cross beam) dengan kepala tiang
1006 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
tertanam pada topi atau susunan kolom yang
dengan model fisik oleh Berlianandi (1998)
menggunakan sistem beton kopel (pile cap)
mengenai pengaruh bendung karet pada
yang terpisah, sistem kolom dan balok
gerusan lokal pada pilar jembatan dicoba
melintang terpisah.
dikaji ulang oleh Arisanto (2000) dengan
menggunakan software SMS ini.
Pola Aliran
Kondisi aliran dalam saluran terbuka
berdasarkan pada kedudukan permukaan
Debit Banjir Rencana
Debit
banjir
rencana
adalah
debit
bebas cenderung tergantung pada kedalaman
maksimum di sungai atau saluran alamiah
aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan
dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah
permukaan bebas. Berbagai pendekatan umum
ditentukan. Perhitungan debit banjir rencana
mengestimasi pola arus yang terjadi disekitar
dilakukan dengan beberapa metode antara lain
pilar jembatan umumnya diperoleh dari hasil-
metode Haspers, metode Rasional Mononobe,
hasil
kompleksitas
dan metode Nakayasu. Skala perencanaan
permasalahan tersebut seperti estimasi perilaku
secara umum yang berlaku di Indonesia,
hidrodinamika yang terjadi pada hulu pilar
antara 10 – 100 tahun periode ulang (Kodoatie
jembatan.
dan Sugiyanto, 2001: 198).
penelitian
mengingat
Pola arus dari aliran yang terjadi akan
berkembang sesuai dengan mekanisme lubang
gerusan yang terjadi di daerah amatan serta
dipengaruhi adanya bentuk pilar dan telapak
pilar. Berkaitan dengan hal tersebut di atas
Shen (1971) dan Raudkivi (1991) dalam
Aisyah (2004:7) dari hasil penelitiannya
Metode Haspers
Menurut Sosrodarsono ( 1981 ). metode
perkiraan puncak banjir ratio untuk metode
Haspers
digunakan
persamaan
sebagai
berikut :
Qn = α x β x q x A
(1)
didapat bentuk pola arus yang berbeda yang
menyebabkan adanya gerusan local di sekitar
Dimana : Qn = debit banjir rencana (m³/det)
pilar.
dengan periode ulang n tahun; α = koefisien
limpasan air hujan / run off; β = koefisien
Pola Aliran di Sekitar Jembatan
reduksi daerah untuk curah hujan DAS; qn =
Pada jembatan yang cukup panjang
biasanya dibangun bangunan penompang
tambahan
berupa
pilar.
Pilar
hujan maksimum (m³/km²/det); A
= Luas
DAS (km²).
tersebut
mempengaruhi fenomena fisik disekitar sungai,
Metode Rasional Mononobe
terutama disekitar pilar seperti misalnya
Menurut Loebis (1992). Intensitas hujan
perubahan pola aliran, gerusan, sedimentasi
(mm/jam) dapat diturunkan dari data curah
dan lain – lain. Penelitian yang dilakukan
hujan harian (mm) empiris menggunakan
metode rasional mononobe, intensitas curah
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1007
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
hujan (I).
Rating Curve (lengkung aliran)
Rating curve (lengkung aliran) adalah
Metode
Hidrograf
Satuan
Sintetik
Nakayasu
kurva yang menunjukkan hubungan antara
tinggi muka air sungai (m) dan besarnya debit
Hidrograf satuan Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa sungai di Jepang
(Soemarto, 1987). Penggunaan metode ini
memerlukan beberapa karakteristik parameter
daerah alirannya, seperti :
a) Tenggang waktu dari permukaan hujan
aliran pada lokasi penampang sungai tertentu.
sehingga debit dapat diduga melalui ukuran
tinggi muka air. Pengukuran tinggi muka air
merupakan langkah awal dalam pengumpulan
data aliran sungai, Titik tinjauan penampang
sungai (cross section) digunakan sebagai
sampai puncak hidrograf ( time of peak )
b) Tenggang waktu dari titik berat hujan
koreksi informasi tinggi muka air banjir yang
terjadi pada sungai yang menghasilkan debit.
sampai titik berat hidrograf ( time lag )
c) Tenggang waktu hidrograf ( time base of
Metode penentuan lengkung aliran (rating
curve) adalah sebagai berikut :
hydrograph )
d) Luas daerah aliran sungai
1. Metode logaritmik
e) Panjang alur sungai utama terpanjang
2. Metode analitik
(length of the longest channel )
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu
Pengukuran Debit
Yang dimaksud dengan debit (discharge),
adalah :
atau besarnya aliran sungai
(2)
(stream flow)
adalah volume aliran yang mengalir melalui
suatu penampang melintang sungai per satuan
Dimana :
= debit puncak banjir
waktu. Dalam satuan SI besarnya debit
=
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
tenggang waktu dari permulaan hujan sampai
(m³/det) atau liter per detik (ℓ/det) (Triatmodjo,
puncak banjir (jam);
2008). Debit di suatu lokasi di sungai dapat
(m/det);
= hujan satuan (mm);
= waktu yang
diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak
diperkirakan dengan cara berikut :
sampai 30% dari debit puncak ( m /det ); A =
1. Pengukuran di lapangan (di lokasi yang
luas daerah pengaliran sampai outlet (km2)
ditetapkan)
2. Berdasarkan data debit dari stasiun di
dekatnya
3. Berdasarkan data hujan; dan
4. Berdasarkan pembangkitan data debit
Menghitung Debit aliran menggunakan
rumus sebagai berikut :
Gambar 1 : Sketsa hidrograf satuan nakayasu
1008 -
Q=AxV
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
(3)
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Dimana Q = debit (m³/det); A = luasan
satu sub program RMA2. RMA2 merupakan
dari setiap pias; V = kecepatan rerata di setiap
sub program untuk penyelesaian persamaan
pias.
dinamik aliran dua dimensi.
Pengukuran Kecepatan Aliran
Pola Aliran (RMA2)
Pengukuran
dilakukan
kecepatan
secara
air
langsung
dapat
Salah satu modul perangkat lunak BOSS
dengan
Surfacewater Modeling System (SMS 11.2)
menggunakan current meter, pelampung, atau
yaitu
peralatan lain. Pengukuran kecepatan arus
Association Inc.) dapat digunakan untuk
dengan current meter adalah yang paling
menghitung elevasi permukaan air dan
banyak dilakukan. Ada dua tipe alat ukur yaitu
kecepatan aliran disetiap titik dengan jaring –
tipe mangkok (Price-cup Current Meter) dan
jaring elemen hingga yang menggambarkan
baling-baling
Meter).
bentuk air seperti sungai, pelabuhan dan muara.
Pengukuran dilakukan di beberapa titik pada
RMA2 mampu menyelesaikan permasalahan
vertikal, yang selanjutnya dievaluasi untuk
aliran permanen dan tidak permanen. Atau
mendapatkan kecepatan rerata.
dengan kata lain, kondisi batas (debit yang
(Propeller
Current
Tabel 3. Penentuan kedalaman pengukuran dan
perhitungan kecepatan aliran
Kedalaman
Sungai
(m)
Kedalaman
Pengukuran
0 – 0,6 m
0,6 d
0,6 – 3 m
0,2 d dan 0,8 d
3–6m
0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d
Perhitungan
Kecepatan
(Rata – rata)
(Resources
Managemen
masuk, elevasi permukaan air) dapat diubah –
ubah menurut waktu. Program ini dibuat untuk
menyelesaikan model dengan kondisi aliran
dinamik yang disebabkan oleh fluktuasi aliran
V = V0,6
permukaan atau siklus pasang surut. Namun
V = 0,5 (V0,2 + V0,8)
RMA2 tidak digukan untuk penyelesaian
V = 0,25 (V0,2 + V0,6
+ V0,8)
aliran super kritis.
S, 0,2 d, 0,6 d 0,8 d V = 0,1 (VS + 3V0,2 +
dan B
2V0,6 + 3V0,8 + Vb)
> 6m
RMA2
Output dari RMA2 dituliskan dari binary
solution file. File ini berisi penyelesaian dri
satu atau beberapa langkah waktu tergantung
apakah analisa alirannya permanen atau
Surface Water Modelling System (SMS
sementara (tidak permanen) yang ditentukan.
11.2)
File solution dapat dijadikan input bagi SMS
Surfacewater Modeling System (SMS
untuk ditampilkan dalam bentuk grafik.
11.2) merupakan pemodelan yang digunakan
Persamaan umum pada air dangkal oleh
dalam bentuk 1D, 2D, dan 3D dalam
RMA2 dipecahkan dengan mengikuti rumus –
pemodelan hidrodinamika. Pemodelan ini
rumus berikut ini.
digunakan untuk pemodelan dan mendesain
air permukaan. Untuk penyelesaian masalah
pemodelan ini maka analisisnya melibatkan
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1009
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian dipakai dalam
penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pilar jembatan pango terhadap pola
aliran sungai Krueng Aceh (pias hulu dan hilir
jembatan fly over Pango) ini meliputi
pemilihan lokasi penelitian, pengumpulan data,
analisis data dan penyajian hasil simulasi
model Surfacewater Modeling system (SMS
11.2) Pola Aliran RMA2.
dimana
h = kedalaman (m); u,v =
Pengumpulan Data
kecepatan pada arah sumbu x dan y (m/det);
x,y,t = koordinat Cartesian dan waktu;
Penelitian ini dimulai dengan studi
ρ=
literatur dan pengumpulan data. Data yang
rapat massa zat cair; g = percepatan gravitasi;
digunakan meliputi data sekunder dan data
g = percepatan gravitasi; E = koefisien Eddy
primer.
Viscositas, untuk xx adarah arah normal pada
sumbu x, untuk yy adalah arah normal pada
Data sekunder
Data
sumbu y, untuk xy dan yx adalah arah shear
sekunder
adalah
data
yang
pada tiap-tiap permukaan; a = elevasi dasar; n
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
= nilai kekasaran Manning; 1.486 = konversi
I (BWSS I) hasil penelitian terdahulu pada
dari unit metric ke English unit; ς = koefisien
DAS Krueng Aceh. Data yang digunakan
gesekan angin; Va, ψ = kecepatan angin dan
dalam penelitian ini meliputi peta DAS Sungai
arah angin; ω, Ø = tingkat rotasi anguler bumi
Krueng Aceh data dan perhitungan debit banjir
dan latitude lokal.
rencana dan periode ulang (Q2, Q5, Q10, Q25,
Q50 dan Q100),
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh
berdasarkan
pengukuran
di
lapangan.
Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran
topografi dan Hidrometri.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada penelitian ini
meliputi Alat yang dipergunakan adalah :
Gambar 2. Sistem koordinat dan variabel yang
dipakai (a) dan kecepatan rata-rata
kedalaman pada arah sumbu x (b).
1010 -
1.
Theodolite
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
2.
Waterpas (Auto level)
3.
Echo sounder (GPS Map)
4.
Hand GPS
5.
Rambu ukur 4 meter
6.
Current meter
7.
Stopwatch
8.
Pelampung dan Tali (tambang)
9.
Perahu (Boat)
Gambar 4. Topografi (situasi) sungai pengukuran lapangan.
Pekerjaan Lapangan
Analisa Data
Pekerjaan lapangan dilakukan pada aliran
sungai kr.ueng Aceh sepanjang ±
500 m,
penelitian yang penulis lakukan hanya di daerah aliran sungai Krueng Aceh yang berada di
jembatan fly over Pango Kota Banda Aceh.
Pekerjaan yang dilakukan berupa pengukuran,
yang terdiri dari pengukuran topografi dan
pengukuran hidrometri dengan 3 (tiga) penampang sungai.
Data-data
yang
telah
diperoleh
selanjutkan diinput ke dalam program Surface
Water Modeling Sistem (SMS 11.2), Data-data
tersebut digunakan untuk melihat pola aliran
pada sungai Krueng Aceh di Jembatan Fly
Over Pango yang bertujuan untuk mengetahui
pola aliran dan kecepatan aliran yang
berdampak pada gerusasan ditebing sungai.
Dari hasil analisa data digambarkan suatu pola
POTONGAN MELINTANG - (Pias Hulu)
aliran
dan
kecepatan
aliran
yang
memperlihatkan arah aliran terhadap tebing
sungai dengan menggunakan Persamaan 1
sampai Persamaan 6, hasil simulasi running
POTONGAN MELINTANG - (Pias Tengah)
program surface water modeling sistem (SMS
11.2) RMA2 dibandingkan berdasarkan pola
aliran existing dan pola aliran dari 2 (dua)
skenario tanpa pilar dan dengan adanya pilar
pada aliran sungai di sekitar pilar jembatan dan
di hilir belokan ditebing sungai dari data
POTONGAN MELINTANG - (Pias Hilir)
pengukuran (primer) dan data sekunder yang
diperoleh
Hasil dan Pembahasan
Data hasil pengukuran yang ditampilkan
Gambar 3. Penampang sungai pengukuran lapangan
berupa peta kontur yang diperoleh dengan
menggunakan program Surfer dan cross
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1011
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
section dengan menggunakan program PCLP
2014 dengan perhitungan metode Haspers,
(Plan Cross Section and Longitudinal Profile
metode Rasional Mononobe, dan metode Na-
Program).
dilakukan
kayasu. Data curah hujan harian yang
berdasarkan hasil simulasi pemodelan dengan
digunakan diperoleh dari pencatatan pada
program Surface Water Modeling Sistem
Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan
(SMS 11.2) terhadap pola aliran dan kecepatan
Geofisika (BMKG) Blang Bintang Aceh Besar.
Pembahasan
akan
aliran yang terjadi pada 2 (dua) lokasi tinjauan
pada tebing sungai Krueng Aceh .
Program surface water modeling sistem
(SMS 11.2) memiliki estimasi errornya sendiri
dan perlu adanya pengkalibrasian dari hasil
simulasi yang dilakukan.
Perhitungan
dan
pengukuran
di
Tabel 4. Debit banjir rencana sungai Krueng
Aceh tiap metode
Debit Banjir (m³/detik) dengan
Periode
Metode
No.
Ulang
Rational
HSS NaT (Tahun) Haspers
Mononobe
kayasu
1
2
243,41
711,06
1036,91
2
5
317,26
926,80
1351,52
3
10
362,53
1059,05
1544,38
4
25
416,35
1216,26
1773,63
5
50
454,63
1328,11
1936,73
6
100
491,19
1434,89
2092,46
lapangan
Perhitungan, pengukuran topografi, dan
pengukuran hidrometri dilakukan dengan
Analisis Rating Curve
Analisis
rating
curve
menunjukkan
menggunakan data hasil pengukuran di
hubungan antara tinggi muka air dengan debit
lapangan yang selanjutnya diplotkan kedalam
banjir rencana berdasarkan periode ulang pada
program Surfer untuk mendapatkan garis-
masing - masing penampang sungai tertentu.
garis kontur., hasil perhitungan dan penggam-
Lokasi titik tinjauan pengukuran penampang
baran selanjutnya diinput ke dalam program
sungai berada di aliran sungai krueng Aceh di
surface water modeling sistem (SMS 11.2)
Desa Pango Kota Banda Aceh, pengukuran
RMA2 sehingga didapat hasil simulasi pemodelan pola aliran dan kecepatan aliran kondisi
existing dan kondisi terhadap pilar dan tanpa
pilar di aliran sungai yang bertujuan untuk
pengamanan tebing pada aliran sungai Krueng
Aceh di Jembatan Fly Over Pango.
menggunakan
debit
hasil
banjir
perhitungan
dengan
3
pias
penampang terdiri dari pias hulu, pias tengah
(Jembatan) dan pias hilir.
Dari Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7
dapat dilihat perbandingan tinggi muka air
Analisis Pada Kondisi Tanpa Pilar
rencana
pada
penelitian terdahulu di DAS Krueng yang
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
– I (BWSS-I) menggunakan data curah hujan
(Memanjang Sungai)
Berdasarkan
hasil
dari
simulasi
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
penampang memanjang sungai tanpa pilar
lokasi hulu aliran dari hasil simulasi pola aliran
harian dari tahun 2007 sampai dengan tahun
1012 -
dilakukan
dengan debit 2092.46 m3/detik (Q100).
Perhitungan debit banjir rencana
Perhitungan
hidrometri
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
didapatkan kecepatan maksimumnya yaitu
(belokan dalam) dengan jarak 310 m dari titik
0,60 m/det dengan jarak 160 m dari titik awal
awal
studi, dilokasi tengah aliran dengan jarak 190
maksimumnya yaitu 0,70 m/det. Kecepatan
m dari titik awal studi didapatkan kecepatan
aliran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
maksimumnya yaitu 0,70 m/det, dan dihilir
8 dan 9, serta Tabel 5.
studi
didapatkan
kecepatan
Gambar 5. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias hulu)
Gambar 6. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias Tengah)
Gambar 7. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias Tengah)
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1013
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Gambar 8. Vektor 2D Mesh dengan garis potongan untuk melihat kecepatan aliran (Tanpa Pilar).
Gambar 9. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi tanpa pilar (Memanjang Sungai)
Tabel 5. Tabel Kecepatan Aliran Tanpa Pilar (Memanjang Sungai)
No
Lokasi
1.
Hulu
Aliran
2.
Tengah
Aliran
3.
Hilir (di
belokan)
Titik Tinjau
Kecepatan Aliran
(m/det)
V1.1
V1.2
V1.3
V1.4
V3.1
V3.2
V3.3
V3.4
V6.1
V6.2
V6.3
V6.4
0,37
0,38
0,60
0,58
0,45
0,48
0,70
0,64
0,70
0,70
0,51
0,49
Kec.
Maks.
Ket-
0,60
Tanpa Pilar
0,70
Tanpa Pilar
0,70
Tanpa Pilar
Analisis Pada Kondisi Tanpa Pilar
didapatkan kecepatan maksimumnya 0,45
(Melintang Sungai)
m/det pada kanan aliran. Kecepatan aliran
Berdasarkan
hasil
dari
simulasi
selengkapnya dapat dilihat pada gambar 10.
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
Dari hasil analisis pola aliran sungai
profil melintang sungai tanpa pilar besaran
krueng aceh di Desa Pango Kecamatan Ulee
kecepatan aliran di tengah aliran titik tinjau V3
Kareng Kota Banda Aceh pada profil
dengan jarak 45 m dari tanggul sungai
memanjang sungai lokasi tengah pilar dengan
1014 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
jarak 190 m dari titik awal studi didapatkan
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
kecepatan maksimumnya yaitu 0,70 m/det dan
profil memanjang sungai pada kondisi adanya
pada kondisi tanpa pilar dan profil melintang
pilar besaran kecepatan maksimum di hulu
sungai dilokasi tengah aliran pada titik tinjauan
aliran dengan jarak 68 m dari titik awal studi
V3 dengan jarak 45 m dari tanggul sungai
yaitu
didapatkan kecepatan maksimumnya yaitu
maksimum di tengah aliran dengan jarak 190
0,45 m/det pada as sungai.
m dari titik awal studi yaitu 0,79 m/det, dan
0,71
m/det,
besaran
kecepatan
besaran kecepatan maksimum di hilir dengan
Analisis dengan adanya Pilar Jembatan
(Memanjang Sungai)
Berdasarkan
hasil
jarak 295 m dari titik awal studi yaitu 0,80
m/det. Kecepatan aliran selengkapnya dapat
dari
simulasi
dilihat pada gambar 11 dan 12.
Gambar 10. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi tanpa pilar (Melintang Sungai)
Gambar 11. Vektor 2D Mesh dengan garis potongan untuk melihat kecepatan aliran ( adanya Pilar).
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1015
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Gambar 12. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi adanya pilar
Gambar 13. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi adanya pilar
Analisis dengan adanya Pilar Jembatan
sungai, ditengah aliran pilar pada titik tinjau
(Melintang Sungai)
V3 dengan jarak 33 m dari tanggul sungai
Berdasarkan hasil dari simulasi grafik
besaran kecepatan maksimumnya 0,35 m/det
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
pada kanan aliran, di tengah aliran pilar pada
profil melintang sungai dengan adanya pilar di
titik tinjau V4 dengan jarak 10 m dari tanggul
hulu aliran pada titik tinjau V1 dengan jarak
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,75
50 m dari tanggul sungai besaran kecepatan
m/det pada kanan aliran, di hilir belokan pada
maksimumnya 0,45 m/det pada as sungai, di
titik tinjau V5 dengan jarak 10 m dari tanggul
tengah aliran pilar pada titik tinjau V2 dengan
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,79
jarak 50 m dari tanggul sungai besaran
m/det pada kanan aliran, di hilir belokan pada
kecepatan maksimumnya 0,48 m/det pada as
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m dari tanggul
1016 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,95
kecepatan maksimum didapatkan 0,95 m/det
m/det pada kiri aliran, di hilir belokan pada
pada kiri aliran. Dari hasil analisis pada daerah
titik tinjau V7 dengan jarak 50 m dari tanggul
hilir belokan terindikasi adanya terjadi gerusan,
sungai
maksimum
hasil simulasi menunjukan bahwa pola aliran
didapatkan 0,74 m/det pada kiri aliran. Ke-
di titik tinjau V6 pada kiri aliran didapatkan
cepatan aliran selengkapnya dapat dilihat pada
kecepatan sebesar 0,95 m/det dan kecepatan
gambar 13.
aliran yang terbentuk sangat besar sehingga
besaran
kecepatan
Dari analisa Gambar diatas dapat ditarik
berpengaruh terhadap kestabilan tebing.
kesimpulan bahwa pola aliran yang terbentuk
menunjukan adanya penghambatan aliran
sungai krueng aceh di bawah jembatan fly over
pango
yang
penumpukan
memungkinkan
sedimen
pada
terjadinya
hilir
pilar
jembatan, hal ini terjadi diakibatkan karena
kecepatan aliran pada lokasi pilar melambat.
Adapun besaran kecepatan aliran dengan
adanya pilar jembatan pada penampang
memanjang sungai dilokasi tengah pilar
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,79
m/det dan pada penampang melintang sungai
dilokasi tengah pilar pada titik tinjauan V3
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,35
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian pengaruh pilar jembatan pango
terhadap pola aliran sungai krueng aceh yang
telah dilakukan ini adalah :
1. Dari hasil simulasi pola aliran sungai
Krueng Aceh di Desa Pango Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh adapun
didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa
pilar untuk profil memanjang sungai di
tengah aliran dengan jarak 160 m dari awal
titik
studi
didapatkan
kecepatan
maksimumnya 0,70 m/det sedangkan
besaran kecepatan aliran dengan adanya
m/det pada as sungai.
pilar jembatan ditengah pilar jembatan
Analisis Pada Lokasi Belokan Luar
Pada belokan di hilir dari hasil simulasi
dengan jarak 160 m didapatkan kecepatan
maksimumnya 0,79 m/det.
aliran tanpa pilar besaran kecepatan aliran di
2. Dari hasil simulasi pola aliran sungai
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m melintang
Krueng Aceh di Desa Pango Kecamatan
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,83
Ulee Kareng Kota Banda Aceh adapun
m/det pada kiri aliran, sedangkan besaran
didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa
kecepatan aliran pada penampang memanjang
pilar untuk profil melintang sungai pada
sungai dengan jarak 190 dari titik awal studi
titik tinjauan V3 ditengah aliran dengan
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,70
jarak 40 m dari tanggul sungai kecepatan
m/det pada kiri aliran, dihilir belokan pada titik
maksimumnya didapatkan 0,45 m/det
tinjau V6 dengan jarak 50 m dari tanggul
sedangkan
sungai dengan adanya pilar jembatan besaran
dengan adanya pilar jembatan pada titik
besaran
kecepatan
aliran
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1017
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
tinjauan V3 ditengah pilar dengan jarak 40
m
dari
tanggul
sungai
kecepatan
maksimumnya didapatkan 0,35 m/det.
Anonim 4, 2008, Badan Standarisasi
Nasional SNI 2451 : 2008 tentang
Spesifikasi
pilar
dan
kepala
3. Pada belokan di hilir dari hasil simulasi pola
jembatan beton sederhana bentang
aliran tanpa pilar besaran kecepatan aliran di
5 m sampai dengan 25 m dengan
titik tinjauan V6 (melintang sungai) dengan
fondasi tiang pancang, Republik
jarak 50 m dari tanggul sungai didapatkan kecepatan maksimumnya 0,83 m/det di kiri aliran
sungai, dan pada hilir belokan besaran kecepatan aliran tanpa pilar jembatan untuk profil
memanjang sungai dengan jarak 300 m dari
awal titik studi didapatkan 0,70 m/det. Sedangkan besaran kecepatan aliran pada profil
Indonesia, Jakarta.
Arisanto, B, 2000 Penggunaan perangkat
Lunak SMS 5.04 Untuk Kajian
Pola Aliran dan Gerusan di Sekitar
Pilar Jembatan, UGM, Yogyakarta.
Breuser. H.N.C. and Raudkivi. A.J. 1991
melintang sungai di titik tinjauan V6 dengan
Scouring.
IAHR
jarak 50 m dari tanggul sungai dengan adanya
Structure
Design
pilar
Rotterdam : aa Balkema.
jembatan
didapatkan
kecepatan
maksimumnya 0,95 m/det di kiri aliran sungai,
sehingga dari simulasi pola aliran ini nilai
kecepatan di sisi dalam belokan sungai lebih
besar daripada di sisi luar belokan sungai.
Hydraulic
Manual.
Loebis, J, 1992, Banjir Rencana Untuk
Bangunan
Air,
Departemen
Pekerjaan Umum, Chandy Buana
Kharisma, Jakarta.
Rahayu, S, Widodo RH, Van Noordwijk M,
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim
1,
2010,
Panduan
Suryadi I dan Verbist B. 2009.
Penulisan Tesis Program Studi
Monitoring Air Di Daerah Aliran
Magister Teknik Sipil, Program
Sungai. Bogor, Indonesia : World
Pasca Sarjana Universitas Syiah
Agroforestry Centre - Southeast
Kuala, Banda Aceh.
Asia Regional Office.
Buku
Anonim 2, 2015, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Urugan, Pradnya Paramita, Jakarta.
10/PRT/M/2015
Swary Aristi., Mudjiatko dan Rinaldi, 2012,
tentang Rencana dan Rencana
Pengaruh Aliran Terhadap Peru-
Teknis Tata Pengaturan Air dan
bahan Morfologi Sungai. Pekanba-
Tata
No.
Sosrodarsono, S., 1981, Bendungan Type
Pengairan,
Republik
Indonesia, Jakarta.
Triatmodjo,B,2008,Hidrolika
Anonim 3, 2011, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor : 38
tahun
2011
tentang
ru.
Terbuka, CV Citra Media,
rabaya.
Sungai,
Republik Indonesia, Jakarta.
1018 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Saluran
Su-
Universitas Syiah Kuala
ISSN 2088-9321
ISSN e-2502-5295
pp. 1005 - 1018
PENGARUH PILAR JEMBATAN PANGO TERHADAP POLA
ALIRAN SUNGAI KRUENG ACEH
Teuku Devansyah Putra1, Eldina Fatimah2, Azmeri 3
1)
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: Tedev.88@gmail.com
2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: eldinafatimah@unsyiah.ac.id2, azmeri@unsyiah.ac.id3
Abstract: Pango Fly Over is located in the coordinate of 50 32' 07.32" LU (North Latitude)
and 950 20' 52.90” BT (East Longitude) on Pango Village, Ulee Kareng Sub District, Banda
Aceh. This bridge was built across Krueng Aceh River and the pillars were built in the river so
that it narrows the river cross section and affecting the increasing of flow velocity. From the
research location observation, it is found that the bridge pillars cause the more narrowing of
the river cross section and there is the damage of the riverbank around the river bend located
in the downstream of the pillars. If there is no further follow up, it will erode the national road.
This research aims to find out flow pattern without and with the pillars, and to know the flow
pattern behavior in the river bend. This research uses Surface Water Modeling System (SMS
Version 11.2) Program. The length of the river reviewed is ± 500 meters. The flow discharge
used in this research is the flood discharge which the period is Q – 100 and the value is 627.74
m³/second (passing the Pango Fly Over). From the result of the flow patter simulations, it is
obtained that the maximum flow velocity without the pillars found in the middle location of V3
reviewed point on the distance 45 m from the riverbank is 0.45 m/sec and maximum flow velocity with the pillars found in the middle location of V3 reviewed point on the distance 33 m
from the riverbank is 0.35/sec. In the outer bend of the flow pattern simulation result without
pillars, it is obtained that the maximum velocity found in V6 reviewd location on the distance
50 m is 0.83 m/sec in the left side of the flow.Meanwhile in the downstream of the bend, the
maximum velocity wit the bridge pillars found in V6 reviewd location on the distance 50 m is
0.95 m/det in the left side of the flow. In the bridge pillars downstream location, there is the river bend required the riverbank reinforcement and the riverbed reinforcement in order to
avoid the erosion in the riverbank, because it will endanger the public facilities.
Keywords : Bridge Pillar, Flow Patern, Flow Velocity, Surface Water Modeling System (SMS)
Abstrak: Jembatan fly over Pango berada pada koordinat 50 32' 07.32" LU dan 950 20' 52.90”
BT terletak di desa Pango Kecamatan Ulee Kareng kota Banda Aceh. Jembatan ini di bangun
melintang Sungai Krueng Aceh dan pilar jembatan dibangun pada sungai sehingga terjadi
penyempitan penampang sungai yang menyebabkan kecepatan aliran bertambah, Dari tinjauan
lokasi penelitian pilar jembatan semakin mengalami penyempitan penampang sungai dan
terjadi kerusakan tebing di sekitar belokan sungai yang berada di hilir jembatan. Bila tidak
segera di tindak lanjuti akan berdampak tergerusnya jalan nasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola aliran tanpa adanya pilar dengan adanya pilar serta untuk mengetahui
perilaku pola aliran yang terjadi pada belokan sungai. Penelitian ini menggunakan program
Surfacewater Modeling System (SMS. Versi 11.2). Panjang sungai yang di tinjau ± 500 meter.
Debit aliran yang digunakan pada penelitian ini mengunakan debit banjir periode ulang Q-100
tahunan yaitu 627,74 m³/detik (yang melewati jembatan fly over Pango). Dari hasil simulasi
pola aliran didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa pilar pada lokasi tengah aliran pada titik
tinjauan V3 dengan jarak 45 m dari tanggul sungai kecepatan maksimumnya 0,45 m/det dan
besaran kecepatan aliran dengan adanya pilar jembatan pada lokasi tengah pilar pada titik
tinjauan V3 dengan jarak 33 m dari tanggul sungai kecepatan maksimumnya 0,35 m/det. Pada
belokan luar dari hasil simulasi kecepatan aliran tanpa pilar besaran kecepatan maksimum pada
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m yaitu 0,83 m/det pada kiri aliran. Sedangkan di hilir belokan
pada titik tinjau V6 dengan jarak 50 m dengan adanya pilar jembatan besaran kecepatan makVolume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
- 1005
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
simum yaitu 0,95 m/det kiri aliran. Pada hilir pilar jembatan terdapat belokan sungai yang
memerlukan perkuatan tebing dan perkuatan dasar agar tidak terjadi erosi di tebing sungai,
sebab hal ini dapat membahayakan terhadap fasilitas umum.
Kata kunci : Pilar Jembatan, Pola aliran, Kecepatan Aliran, Surfacewater Modeling System
(SMS)
Sungai merupakan daerah aliran air yang
KAJIAN PUSTAKA
memisahkan antara daerah satu dengan yang
Pilar Jembatan adalah suatu konstruksi
lainnya. Untuk menghubungkan daerah yang
beton bertulang yang menumpu di atas
terpisahkan
oleh sungai dapat digunakan
pondasi tiang-tiang pancang dan terletak di
jembatan. Beberapa jembatan menggunakan
tengah sungai atau yang lain yang berfungsi
pilar sebagai tumpuan beban, tetapi dengan
sebagai pemikul antara bentang tepi dan
adanya
bentang tengah bangunan atas jembatan.
pilar
perubahan
ini
morfologi
akan
mempengaruhi
sungai.
Perubahan
Kondisi
aliran
dalam
saluran
terbuka
morfologi ini akan mempengaruhi perubahan
berdasarkan pada kedudukan permukaan
pola arus di sekitar pilar berupa penurunan
bebas cenderung tergantung pada kedalaman
kecepatan arus dari kecepatan tinggi menjadi
aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan
kecepatan rendah, serta arah arus sebelum
permukaan bebas.
Pola arus dari aliran yang terjadi akan
dan sesudah penempatan pilar.
Dari tinjauan awal lokasi penelitian pilar
berkembang sesuai dengan mekanisme lubang
jembatan fly over Pango Kecamatan Ulee
gerusan yang terjadi di daerah amatan serta
Kareng, permasalahan yang terlihat bahwa
dipengaruhi adanya bentuk pilar dan telapak
telah terjadi penyempitan penampang sungai
pilar. Dengan demikian maka pola arus sangat
akibat adanya pilar jembatan pada badan
dipengaruhi adanya bentuk pilar, tapak pilar
sungai. Konstruksi pengaman tebing yang
serta pola debit yang terjadi.
terpasang kondisinya juga sudah rusak
disebabkan tidak mampu menahan aliran pada
saat banjir. Dari permasalahan diatas akan
dilakukan
suatu
simulasi
untuk
memprekdiksikan pola aliran sungai yang
mungkin terjadi akibat debit aliran pada sungai
krueng aceh yaitu pada kondisi tanpa pilar dan
dengan pilar. Simulasi yang akan dilakukan
menggunakan
program
Modeling System (SMS 11.2).
Surfacewater
Pilar Jembatan
Pilar Jembatan adalah suatu konstruksi
beton bertulang yang menumpu di atas
pondasi tiang-tiang pancang dan terletak di
tengah sungai atau yang lain yang berfungsi
sebagai pemikul antara bentang tepi dan
bentang tengah bangunan atas jembatan (SNI
2451, 2008). Pilar-pilar dapat berupa susunan
rangka pendukung (trestle), yaitu topi beton
bertulang
yang
bertindak
sebagi
balok
melintang (cross beam) dengan kepala tiang
1006 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
tertanam pada topi atau susunan kolom yang
dengan model fisik oleh Berlianandi (1998)
menggunakan sistem beton kopel (pile cap)
mengenai pengaruh bendung karet pada
yang terpisah, sistem kolom dan balok
gerusan lokal pada pilar jembatan dicoba
melintang terpisah.
dikaji ulang oleh Arisanto (2000) dengan
menggunakan software SMS ini.
Pola Aliran
Kondisi aliran dalam saluran terbuka
berdasarkan pada kedudukan permukaan
Debit Banjir Rencana
Debit
banjir
rencana
adalah
debit
bebas cenderung tergantung pada kedalaman
maksimum di sungai atau saluran alamiah
aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan
dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah
permukaan bebas. Berbagai pendekatan umum
ditentukan. Perhitungan debit banjir rencana
mengestimasi pola arus yang terjadi disekitar
dilakukan dengan beberapa metode antara lain
pilar jembatan umumnya diperoleh dari hasil-
metode Haspers, metode Rasional Mononobe,
hasil
kompleksitas
dan metode Nakayasu. Skala perencanaan
permasalahan tersebut seperti estimasi perilaku
secara umum yang berlaku di Indonesia,
hidrodinamika yang terjadi pada hulu pilar
antara 10 – 100 tahun periode ulang (Kodoatie
jembatan.
dan Sugiyanto, 2001: 198).
penelitian
mengingat
Pola arus dari aliran yang terjadi akan
berkembang sesuai dengan mekanisme lubang
gerusan yang terjadi di daerah amatan serta
dipengaruhi adanya bentuk pilar dan telapak
pilar. Berkaitan dengan hal tersebut di atas
Shen (1971) dan Raudkivi (1991) dalam
Aisyah (2004:7) dari hasil penelitiannya
Metode Haspers
Menurut Sosrodarsono ( 1981 ). metode
perkiraan puncak banjir ratio untuk metode
Haspers
digunakan
persamaan
sebagai
berikut :
Qn = α x β x q x A
(1)
didapat bentuk pola arus yang berbeda yang
menyebabkan adanya gerusan local di sekitar
Dimana : Qn = debit banjir rencana (m³/det)
pilar.
dengan periode ulang n tahun; α = koefisien
limpasan air hujan / run off; β = koefisien
Pola Aliran di Sekitar Jembatan
reduksi daerah untuk curah hujan DAS; qn =
Pada jembatan yang cukup panjang
biasanya dibangun bangunan penompang
tambahan
berupa
pilar.
Pilar
hujan maksimum (m³/km²/det); A
= Luas
DAS (km²).
tersebut
mempengaruhi fenomena fisik disekitar sungai,
Metode Rasional Mononobe
terutama disekitar pilar seperti misalnya
Menurut Loebis (1992). Intensitas hujan
perubahan pola aliran, gerusan, sedimentasi
(mm/jam) dapat diturunkan dari data curah
dan lain – lain. Penelitian yang dilakukan
hujan harian (mm) empiris menggunakan
metode rasional mononobe, intensitas curah
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1007
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
hujan (I).
Rating Curve (lengkung aliran)
Rating curve (lengkung aliran) adalah
Metode
Hidrograf
Satuan
Sintetik
Nakayasu
kurva yang menunjukkan hubungan antara
tinggi muka air sungai (m) dan besarnya debit
Hidrograf satuan Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa sungai di Jepang
(Soemarto, 1987). Penggunaan metode ini
memerlukan beberapa karakteristik parameter
daerah alirannya, seperti :
a) Tenggang waktu dari permukaan hujan
aliran pada lokasi penampang sungai tertentu.
sehingga debit dapat diduga melalui ukuran
tinggi muka air. Pengukuran tinggi muka air
merupakan langkah awal dalam pengumpulan
data aliran sungai, Titik tinjauan penampang
sungai (cross section) digunakan sebagai
sampai puncak hidrograf ( time of peak )
b) Tenggang waktu dari titik berat hujan
koreksi informasi tinggi muka air banjir yang
terjadi pada sungai yang menghasilkan debit.
sampai titik berat hidrograf ( time lag )
c) Tenggang waktu hidrograf ( time base of
Metode penentuan lengkung aliran (rating
curve) adalah sebagai berikut :
hydrograph )
d) Luas daerah aliran sungai
1. Metode logaritmik
e) Panjang alur sungai utama terpanjang
2. Metode analitik
(length of the longest channel )
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu
Pengukuran Debit
Yang dimaksud dengan debit (discharge),
adalah :
atau besarnya aliran sungai
(2)
(stream flow)
adalah volume aliran yang mengalir melalui
suatu penampang melintang sungai per satuan
Dimana :
= debit puncak banjir
waktu. Dalam satuan SI besarnya debit
=
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
tenggang waktu dari permulaan hujan sampai
(m³/det) atau liter per detik (ℓ/det) (Triatmodjo,
puncak banjir (jam);
2008). Debit di suatu lokasi di sungai dapat
(m/det);
= hujan satuan (mm);
= waktu yang
diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak
diperkirakan dengan cara berikut :
sampai 30% dari debit puncak ( m /det ); A =
1. Pengukuran di lapangan (di lokasi yang
luas daerah pengaliran sampai outlet (km2)
ditetapkan)
2. Berdasarkan data debit dari stasiun di
dekatnya
3. Berdasarkan data hujan; dan
4. Berdasarkan pembangkitan data debit
Menghitung Debit aliran menggunakan
rumus sebagai berikut :
Gambar 1 : Sketsa hidrograf satuan nakayasu
1008 -
Q=AxV
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
(3)
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Dimana Q = debit (m³/det); A = luasan
satu sub program RMA2. RMA2 merupakan
dari setiap pias; V = kecepatan rerata di setiap
sub program untuk penyelesaian persamaan
pias.
dinamik aliran dua dimensi.
Pengukuran Kecepatan Aliran
Pola Aliran (RMA2)
Pengukuran
dilakukan
kecepatan
secara
air
langsung
dapat
Salah satu modul perangkat lunak BOSS
dengan
Surfacewater Modeling System (SMS 11.2)
menggunakan current meter, pelampung, atau
yaitu
peralatan lain. Pengukuran kecepatan arus
Association Inc.) dapat digunakan untuk
dengan current meter adalah yang paling
menghitung elevasi permukaan air dan
banyak dilakukan. Ada dua tipe alat ukur yaitu
kecepatan aliran disetiap titik dengan jaring –
tipe mangkok (Price-cup Current Meter) dan
jaring elemen hingga yang menggambarkan
baling-baling
Meter).
bentuk air seperti sungai, pelabuhan dan muara.
Pengukuran dilakukan di beberapa titik pada
RMA2 mampu menyelesaikan permasalahan
vertikal, yang selanjutnya dievaluasi untuk
aliran permanen dan tidak permanen. Atau
mendapatkan kecepatan rerata.
dengan kata lain, kondisi batas (debit yang
(Propeller
Current
Tabel 3. Penentuan kedalaman pengukuran dan
perhitungan kecepatan aliran
Kedalaman
Sungai
(m)
Kedalaman
Pengukuran
0 – 0,6 m
0,6 d
0,6 – 3 m
0,2 d dan 0,8 d
3–6m
0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d
Perhitungan
Kecepatan
(Rata – rata)
(Resources
Managemen
masuk, elevasi permukaan air) dapat diubah –
ubah menurut waktu. Program ini dibuat untuk
menyelesaikan model dengan kondisi aliran
dinamik yang disebabkan oleh fluktuasi aliran
V = V0,6
permukaan atau siklus pasang surut. Namun
V = 0,5 (V0,2 + V0,8)
RMA2 tidak digukan untuk penyelesaian
V = 0,25 (V0,2 + V0,6
+ V0,8)
aliran super kritis.
S, 0,2 d, 0,6 d 0,8 d V = 0,1 (VS + 3V0,2 +
dan B
2V0,6 + 3V0,8 + Vb)
> 6m
RMA2
Output dari RMA2 dituliskan dari binary
solution file. File ini berisi penyelesaian dri
satu atau beberapa langkah waktu tergantung
apakah analisa alirannya permanen atau
Surface Water Modelling System (SMS
sementara (tidak permanen) yang ditentukan.
11.2)
File solution dapat dijadikan input bagi SMS
Surfacewater Modeling System (SMS
untuk ditampilkan dalam bentuk grafik.
11.2) merupakan pemodelan yang digunakan
Persamaan umum pada air dangkal oleh
dalam bentuk 1D, 2D, dan 3D dalam
RMA2 dipecahkan dengan mengikuti rumus –
pemodelan hidrodinamika. Pemodelan ini
rumus berikut ini.
digunakan untuk pemodelan dan mendesain
air permukaan. Untuk penyelesaian masalah
pemodelan ini maka analisisnya melibatkan
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1009
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian dipakai dalam
penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pilar jembatan pango terhadap pola
aliran sungai Krueng Aceh (pias hulu dan hilir
jembatan fly over Pango) ini meliputi
pemilihan lokasi penelitian, pengumpulan data,
analisis data dan penyajian hasil simulasi
model Surfacewater Modeling system (SMS
11.2) Pola Aliran RMA2.
dimana
h = kedalaman (m); u,v =
Pengumpulan Data
kecepatan pada arah sumbu x dan y (m/det);
x,y,t = koordinat Cartesian dan waktu;
Penelitian ini dimulai dengan studi
ρ=
literatur dan pengumpulan data. Data yang
rapat massa zat cair; g = percepatan gravitasi;
digunakan meliputi data sekunder dan data
g = percepatan gravitasi; E = koefisien Eddy
primer.
Viscositas, untuk xx adarah arah normal pada
sumbu x, untuk yy adalah arah normal pada
Data sekunder
Data
sumbu y, untuk xy dan yx adalah arah shear
sekunder
adalah
data
yang
pada tiap-tiap permukaan; a = elevasi dasar; n
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
= nilai kekasaran Manning; 1.486 = konversi
I (BWSS I) hasil penelitian terdahulu pada
dari unit metric ke English unit; ς = koefisien
DAS Krueng Aceh. Data yang digunakan
gesekan angin; Va, ψ = kecepatan angin dan
dalam penelitian ini meliputi peta DAS Sungai
arah angin; ω, Ø = tingkat rotasi anguler bumi
Krueng Aceh data dan perhitungan debit banjir
dan latitude lokal.
rencana dan periode ulang (Q2, Q5, Q10, Q25,
Q50 dan Q100),
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh
berdasarkan
pengukuran
di
lapangan.
Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran
topografi dan Hidrometri.
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada penelitian ini
meliputi Alat yang dipergunakan adalah :
Gambar 2. Sistem koordinat dan variabel yang
dipakai (a) dan kecepatan rata-rata
kedalaman pada arah sumbu x (b).
1010 -
1.
Theodolite
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
2.
Waterpas (Auto level)
3.
Echo sounder (GPS Map)
4.
Hand GPS
5.
Rambu ukur 4 meter
6.
Current meter
7.
Stopwatch
8.
Pelampung dan Tali (tambang)
9.
Perahu (Boat)
Gambar 4. Topografi (situasi) sungai pengukuran lapangan.
Pekerjaan Lapangan
Analisa Data
Pekerjaan lapangan dilakukan pada aliran
sungai kr.ueng Aceh sepanjang ±
500 m,
penelitian yang penulis lakukan hanya di daerah aliran sungai Krueng Aceh yang berada di
jembatan fly over Pango Kota Banda Aceh.
Pekerjaan yang dilakukan berupa pengukuran,
yang terdiri dari pengukuran topografi dan
pengukuran hidrometri dengan 3 (tiga) penampang sungai.
Data-data
yang
telah
diperoleh
selanjutkan diinput ke dalam program Surface
Water Modeling Sistem (SMS 11.2), Data-data
tersebut digunakan untuk melihat pola aliran
pada sungai Krueng Aceh di Jembatan Fly
Over Pango yang bertujuan untuk mengetahui
pola aliran dan kecepatan aliran yang
berdampak pada gerusasan ditebing sungai.
Dari hasil analisa data digambarkan suatu pola
POTONGAN MELINTANG - (Pias Hulu)
aliran
dan
kecepatan
aliran
yang
memperlihatkan arah aliran terhadap tebing
sungai dengan menggunakan Persamaan 1
sampai Persamaan 6, hasil simulasi running
POTONGAN MELINTANG - (Pias Tengah)
program surface water modeling sistem (SMS
11.2) RMA2 dibandingkan berdasarkan pola
aliran existing dan pola aliran dari 2 (dua)
skenario tanpa pilar dan dengan adanya pilar
pada aliran sungai di sekitar pilar jembatan dan
di hilir belokan ditebing sungai dari data
POTONGAN MELINTANG - (Pias Hilir)
pengukuran (primer) dan data sekunder yang
diperoleh
Hasil dan Pembahasan
Data hasil pengukuran yang ditampilkan
Gambar 3. Penampang sungai pengukuran lapangan
berupa peta kontur yang diperoleh dengan
menggunakan program Surfer dan cross
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1011
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
section dengan menggunakan program PCLP
2014 dengan perhitungan metode Haspers,
(Plan Cross Section and Longitudinal Profile
metode Rasional Mononobe, dan metode Na-
Program).
dilakukan
kayasu. Data curah hujan harian yang
berdasarkan hasil simulasi pemodelan dengan
digunakan diperoleh dari pencatatan pada
program Surface Water Modeling Sistem
Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan
(SMS 11.2) terhadap pola aliran dan kecepatan
Geofisika (BMKG) Blang Bintang Aceh Besar.
Pembahasan
akan
aliran yang terjadi pada 2 (dua) lokasi tinjauan
pada tebing sungai Krueng Aceh .
Program surface water modeling sistem
(SMS 11.2) memiliki estimasi errornya sendiri
dan perlu adanya pengkalibrasian dari hasil
simulasi yang dilakukan.
Perhitungan
dan
pengukuran
di
Tabel 4. Debit banjir rencana sungai Krueng
Aceh tiap metode
Debit Banjir (m³/detik) dengan
Periode
Metode
No.
Ulang
Rational
HSS NaT (Tahun) Haspers
Mononobe
kayasu
1
2
243,41
711,06
1036,91
2
5
317,26
926,80
1351,52
3
10
362,53
1059,05
1544,38
4
25
416,35
1216,26
1773,63
5
50
454,63
1328,11
1936,73
6
100
491,19
1434,89
2092,46
lapangan
Perhitungan, pengukuran topografi, dan
pengukuran hidrometri dilakukan dengan
Analisis Rating Curve
Analisis
rating
curve
menunjukkan
menggunakan data hasil pengukuran di
hubungan antara tinggi muka air dengan debit
lapangan yang selanjutnya diplotkan kedalam
banjir rencana berdasarkan periode ulang pada
program Surfer untuk mendapatkan garis-
masing - masing penampang sungai tertentu.
garis kontur., hasil perhitungan dan penggam-
Lokasi titik tinjauan pengukuran penampang
baran selanjutnya diinput ke dalam program
sungai berada di aliran sungai krueng Aceh di
surface water modeling sistem (SMS 11.2)
Desa Pango Kota Banda Aceh, pengukuran
RMA2 sehingga didapat hasil simulasi pemodelan pola aliran dan kecepatan aliran kondisi
existing dan kondisi terhadap pilar dan tanpa
pilar di aliran sungai yang bertujuan untuk
pengamanan tebing pada aliran sungai Krueng
Aceh di Jembatan Fly Over Pango.
menggunakan
debit
hasil
banjir
perhitungan
dengan
3
pias
penampang terdiri dari pias hulu, pias tengah
(Jembatan) dan pias hilir.
Dari Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7
dapat dilihat perbandingan tinggi muka air
Analisis Pada Kondisi Tanpa Pilar
rencana
pada
penelitian terdahulu di DAS Krueng yang
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
– I (BWSS-I) menggunakan data curah hujan
(Memanjang Sungai)
Berdasarkan
hasil
dari
simulasi
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
penampang memanjang sungai tanpa pilar
lokasi hulu aliran dari hasil simulasi pola aliran
harian dari tahun 2007 sampai dengan tahun
1012 -
dilakukan
dengan debit 2092.46 m3/detik (Q100).
Perhitungan debit banjir rencana
Perhitungan
hidrometri
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
didapatkan kecepatan maksimumnya yaitu
(belokan dalam) dengan jarak 310 m dari titik
0,60 m/det dengan jarak 160 m dari titik awal
awal
studi, dilokasi tengah aliran dengan jarak 190
maksimumnya yaitu 0,70 m/det. Kecepatan
m dari titik awal studi didapatkan kecepatan
aliran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
maksimumnya yaitu 0,70 m/det, dan dihilir
8 dan 9, serta Tabel 5.
studi
didapatkan
kecepatan
Gambar 5. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias hulu)
Gambar 6. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias Tengah)
Gambar 7. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Jembatan Pango (Pias Tengah)
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1013
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Gambar 8. Vektor 2D Mesh dengan garis potongan untuk melihat kecepatan aliran (Tanpa Pilar).
Gambar 9. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi tanpa pilar (Memanjang Sungai)
Tabel 5. Tabel Kecepatan Aliran Tanpa Pilar (Memanjang Sungai)
No
Lokasi
1.
Hulu
Aliran
2.
Tengah
Aliran
3.
Hilir (di
belokan)
Titik Tinjau
Kecepatan Aliran
(m/det)
V1.1
V1.2
V1.3
V1.4
V3.1
V3.2
V3.3
V3.4
V6.1
V6.2
V6.3
V6.4
0,37
0,38
0,60
0,58
0,45
0,48
0,70
0,64
0,70
0,70
0,51
0,49
Kec.
Maks.
Ket-
0,60
Tanpa Pilar
0,70
Tanpa Pilar
0,70
Tanpa Pilar
Analisis Pada Kondisi Tanpa Pilar
didapatkan kecepatan maksimumnya 0,45
(Melintang Sungai)
m/det pada kanan aliran. Kecepatan aliran
Berdasarkan
hasil
dari
simulasi
selengkapnya dapat dilihat pada gambar 10.
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
Dari hasil analisis pola aliran sungai
profil melintang sungai tanpa pilar besaran
krueng aceh di Desa Pango Kecamatan Ulee
kecepatan aliran di tengah aliran titik tinjau V3
Kareng Kota Banda Aceh pada profil
dengan jarak 45 m dari tanggul sungai
memanjang sungai lokasi tengah pilar dengan
1014 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
jarak 190 m dari titik awal studi didapatkan
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
kecepatan maksimumnya yaitu 0,70 m/det dan
profil memanjang sungai pada kondisi adanya
pada kondisi tanpa pilar dan profil melintang
pilar besaran kecepatan maksimum di hulu
sungai dilokasi tengah aliran pada titik tinjauan
aliran dengan jarak 68 m dari titik awal studi
V3 dengan jarak 45 m dari tanggul sungai
yaitu
didapatkan kecepatan maksimumnya yaitu
maksimum di tengah aliran dengan jarak 190
0,45 m/det pada as sungai.
m dari titik awal studi yaitu 0,79 m/det, dan
0,71
m/det,
besaran
kecepatan
besaran kecepatan maksimum di hilir dengan
Analisis dengan adanya Pilar Jembatan
(Memanjang Sungai)
Berdasarkan
hasil
jarak 295 m dari titik awal studi yaitu 0,80
m/det. Kecepatan aliran selengkapnya dapat
dari
simulasi
dilihat pada gambar 11 dan 12.
Gambar 10. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi tanpa pilar (Melintang Sungai)
Gambar 11. Vektor 2D Mesh dengan garis potongan untuk melihat kecepatan aliran ( adanya Pilar).
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1015
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Gambar 12. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi adanya pilar
Gambar 13. Grafik kecepatan aliran sungai dengan kondisi adanya pilar
Analisis dengan adanya Pilar Jembatan
sungai, ditengah aliran pilar pada titik tinjau
(Melintang Sungai)
V3 dengan jarak 33 m dari tanggul sungai
Berdasarkan hasil dari simulasi grafik
besaran kecepatan maksimumnya 0,35 m/det
kecepatan aliran sungai krueng aceh pada
pada kanan aliran, di tengah aliran pilar pada
profil melintang sungai dengan adanya pilar di
titik tinjau V4 dengan jarak 10 m dari tanggul
hulu aliran pada titik tinjau V1 dengan jarak
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,75
50 m dari tanggul sungai besaran kecepatan
m/det pada kanan aliran, di hilir belokan pada
maksimumnya 0,45 m/det pada as sungai, di
titik tinjau V5 dengan jarak 10 m dari tanggul
tengah aliran pilar pada titik tinjau V2 dengan
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,79
jarak 50 m dari tanggul sungai besaran
m/det pada kanan aliran, di hilir belokan pada
kecepatan maksimumnya 0,48 m/det pada as
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m dari tanggul
1016 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,95
kecepatan maksimum didapatkan 0,95 m/det
m/det pada kiri aliran, di hilir belokan pada
pada kiri aliran. Dari hasil analisis pada daerah
titik tinjau V7 dengan jarak 50 m dari tanggul
hilir belokan terindikasi adanya terjadi gerusan,
sungai
maksimum
hasil simulasi menunjukan bahwa pola aliran
didapatkan 0,74 m/det pada kiri aliran. Ke-
di titik tinjau V6 pada kiri aliran didapatkan
cepatan aliran selengkapnya dapat dilihat pada
kecepatan sebesar 0,95 m/det dan kecepatan
gambar 13.
aliran yang terbentuk sangat besar sehingga
besaran
kecepatan
Dari analisa Gambar diatas dapat ditarik
berpengaruh terhadap kestabilan tebing.
kesimpulan bahwa pola aliran yang terbentuk
menunjukan adanya penghambatan aliran
sungai krueng aceh di bawah jembatan fly over
pango
yang
penumpukan
memungkinkan
sedimen
pada
terjadinya
hilir
pilar
jembatan, hal ini terjadi diakibatkan karena
kecepatan aliran pada lokasi pilar melambat.
Adapun besaran kecepatan aliran dengan
adanya pilar jembatan pada penampang
memanjang sungai dilokasi tengah pilar
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,79
m/det dan pada penampang melintang sungai
dilokasi tengah pilar pada titik tinjauan V3
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,35
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian pengaruh pilar jembatan pango
terhadap pola aliran sungai krueng aceh yang
telah dilakukan ini adalah :
1. Dari hasil simulasi pola aliran sungai
Krueng Aceh di Desa Pango Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh adapun
didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa
pilar untuk profil memanjang sungai di
tengah aliran dengan jarak 160 m dari awal
titik
studi
didapatkan
kecepatan
maksimumnya 0,70 m/det sedangkan
besaran kecepatan aliran dengan adanya
m/det pada as sungai.
pilar jembatan ditengah pilar jembatan
Analisis Pada Lokasi Belokan Luar
Pada belokan di hilir dari hasil simulasi
dengan jarak 160 m didapatkan kecepatan
maksimumnya 0,79 m/det.
aliran tanpa pilar besaran kecepatan aliran di
2. Dari hasil simulasi pola aliran sungai
titik tinjau V6 dengan jarak 50 m melintang
Krueng Aceh di Desa Pango Kecamatan
sungai besaran kecepatan maksimumnya 0,83
Ulee Kareng Kota Banda Aceh adapun
m/det pada kiri aliran, sedangkan besaran
didapatkan besaran kecepatan aliran tanpa
kecepatan aliran pada penampang memanjang
pilar untuk profil melintang sungai pada
sungai dengan jarak 190 dari titik awal studi
titik tinjauan V3 ditengah aliran dengan
besaran kecepatan maksimum didapatkan 0,70
jarak 40 m dari tanggul sungai kecepatan
m/det pada kiri aliran, dihilir belokan pada titik
maksimumnya didapatkan 0,45 m/det
tinjau V6 dengan jarak 50 m dari tanggul
sedangkan
sungai dengan adanya pilar jembatan besaran
dengan adanya pilar jembatan pada titik
besaran
kecepatan
aliran
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
- 1017
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
tinjauan V3 ditengah pilar dengan jarak 40
m
dari
tanggul
sungai
kecepatan
maksimumnya didapatkan 0,35 m/det.
Anonim 4, 2008, Badan Standarisasi
Nasional SNI 2451 : 2008 tentang
Spesifikasi
pilar
dan
kepala
3. Pada belokan di hilir dari hasil simulasi pola
jembatan beton sederhana bentang
aliran tanpa pilar besaran kecepatan aliran di
5 m sampai dengan 25 m dengan
titik tinjauan V6 (melintang sungai) dengan
fondasi tiang pancang, Republik
jarak 50 m dari tanggul sungai didapatkan kecepatan maksimumnya 0,83 m/det di kiri aliran
sungai, dan pada hilir belokan besaran kecepatan aliran tanpa pilar jembatan untuk profil
memanjang sungai dengan jarak 300 m dari
awal titik studi didapatkan 0,70 m/det. Sedangkan besaran kecepatan aliran pada profil
Indonesia, Jakarta.
Arisanto, B, 2000 Penggunaan perangkat
Lunak SMS 5.04 Untuk Kajian
Pola Aliran dan Gerusan di Sekitar
Pilar Jembatan, UGM, Yogyakarta.
Breuser. H.N.C. and Raudkivi. A.J. 1991
melintang sungai di titik tinjauan V6 dengan
Scouring.
IAHR
jarak 50 m dari tanggul sungai dengan adanya
Structure
Design
pilar
Rotterdam : aa Balkema.
jembatan
didapatkan
kecepatan
maksimumnya 0,95 m/det di kiri aliran sungai,
sehingga dari simulasi pola aliran ini nilai
kecepatan di sisi dalam belokan sungai lebih
besar daripada di sisi luar belokan sungai.
Hydraulic
Manual.
Loebis, J, 1992, Banjir Rencana Untuk
Bangunan
Air,
Departemen
Pekerjaan Umum, Chandy Buana
Kharisma, Jakarta.
Rahayu, S, Widodo RH, Van Noordwijk M,
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim
1,
2010,
Panduan
Suryadi I dan Verbist B. 2009.
Penulisan Tesis Program Studi
Monitoring Air Di Daerah Aliran
Magister Teknik Sipil, Program
Sungai. Bogor, Indonesia : World
Pasca Sarjana Universitas Syiah
Agroforestry Centre - Southeast
Kuala, Banda Aceh.
Asia Regional Office.
Buku
Anonim 2, 2015, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Urugan, Pradnya Paramita, Jakarta.
10/PRT/M/2015
Swary Aristi., Mudjiatko dan Rinaldi, 2012,
tentang Rencana dan Rencana
Pengaruh Aliran Terhadap Peru-
Teknis Tata Pengaturan Air dan
bahan Morfologi Sungai. Pekanba-
Tata
No.
Sosrodarsono, S., 1981, Bendungan Type
Pengairan,
Republik
Indonesia, Jakarta.
Triatmodjo,B,2008,Hidrolika
Anonim 3, 2011, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor : 38
tahun
2011
tentang
ru.
Terbuka, CV Citra Media,
rabaya.
Sungai,
Republik Indonesia, Jakarta.
1018 -
Volume 1 Special Issue, Nomor 4, Februari, 2018
Hidrologi, Lingkungan dan Struktur
Saluran
Su-