Penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur
DI SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Tanta Rambu Hara 094114017
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,
Bapak Agustinus Kaledi Wawu dan Ibu Rambu Taba Leki,
Nansilia Rambu Boba Joru,Yatno Umbu Kada, dan Yosta Rambu Lika Enga,
Prodi Sastra Indonesia
(5)
(6)
(7)
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
penyertaan dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S-1) program Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata
Dharma.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini.
1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang penuh
perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan menyemangati
saya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar dan baik.
2. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah membantu
memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia USD: Drs. B. Rahmanto,
M.Hum., Drs. Hery Antono, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum.(dosen
pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Dr. Y. Yapi
Taum, M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata
kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma atas
berbagai pelayanan dalam bidang akademik.
5. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
menyediakan buku-buku yang penulis perlukan.
6. Untuk kedua sosok yang saya kasihi dan cintai, Ayahanda Agustinus Kaledi
(8)
(9)
Hara, Tanta Rambu. 2013. “Penggalan dan Kontraksi dalam Tuturan Berbahasa Indonesia Anak Muda Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur ”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini membahas penggalan dan kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Penggalan adalah proses pemendekan yang menanggalkan salah satu bagian dari leksem. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apa saja jenis pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Kajian atas penggalan dan kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengumpulkan data dengan mencermati dan menyimak langsung tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu menyimak langsung penggunaan bahasa dalam tuturan-tuturan dan mencatatnya. Kedua, menganalisis data dengan metode agih. Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah teknik bagi unsur langsung, teknik ganti, dan teknik perluas. Ketiga, menyajikan hasil analisis data dengan teknik informal dan formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif, bukan konotatif. Dengan teknik formal, hasil analisis data disajikan dengan tabel ataupun rumus tertentu.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Hasil penelitian tentang penggalan dan kontraksi ini memberikan sumbangan teoretis bagi cabang linguistik morfologi, yaitu memperkuat teori bahwa penggalan dan kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penggalan dan kontraksi itu memiliki pola-pola pembentukannya. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi penutur untuk lebih dalam memahami tuturan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh anak muda Sumba Tengah.
Dari penelitian, ditemukan tujuh pola-pola pembentukkan penggalan dalam tuturan anak muda Sumba Tengah, yaitu (i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dari suatu kata, (ii) penggalan yang berupa pengekalan silabel terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan yang berupa penanggalan fonem terakhir dari suatu kata, (iv) penggalan yang berupa penanggalan fonem pertama dari suatu kata, (v) penggalan yang berupa penanggalan silabel terakhir dari suatu kata, (vi) penggalan yang berupa pengekalan silabel tengah dan terakhir dari suatu kata, (vii) penggalan yang berupa pengekalan penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata. Ditemukan juga lima pola pembentukkan kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah, yaitu (i) kontraksi dengan meringkas diftong dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan meringkas vokal tinggi menjadi vokal rendah dalam suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua silabel pertama dalam suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama dalam suatu kata, (v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata.
(10)
Hara, Tanta Rambu. 2013. “ The cut off and contraction in the conversation among young people in Central Sumba Nusa Tenggara Timur”. Thesis S1 Degree. Indonesian Letters Study Program, Indonesian Letters Departement, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.
This thesis discussed about cut off and contraction in the speech among young people in Central Sumba, Nusa Tenggara Timur . Cut off is the shortness process that leave one part of the lexem. Contraction is the shortness process that shorten the basic lexem or the lexem composite. Today, cut off and contraction is used in the conversation of young people in the Central Sumba Nusa Tenggara Timur. The examination of the cut off and the contraction in this conversation of Central Sumba is aimed to describe the formation structure of the cut off and the contraction in the Indonesian language of Central Sumba young people.
The steps on this research are as following. First, collect the data by examining and observing directly the conversation of the Indonesian language from the young people of Central Sumba. The collecting of the data is done by using the observational method (metode simak ), that is by observing directly the using of the language used in the conversation and noting it according to the age constraint. Second, the data is analized by using agih method. Techniques that is used in this method are bagi unsur langsung technique, ganti technique, and perluas technique. Third, the result of the data analizes is provided with formal technique and informal technique. Through the informal technique, the result of the data analized is provided with common denotative words, not connotative. Through the formal technique, the result of the data analized is provided with the table and certain formula.
The result of this research included the structure formation of cut off and contraction in Indonesian conversation by young people of Central. The result of this research gives the theoratical function and practical function. The result of the research about the cut off and contradiction gives the theoratical contribution for the linguistic chapter of Morphology, that is to strengthen the theory that cut off and contradiction are two things from five kinds of shortness in Indonesia language. Besides, that cut off and contradiction has its formation structures. The result of this research also gives the practical contribution for the speaker to be more understand the conversation of Indonesia language used by young people of Central Sumba
From the result of research, there are seven formation structures of the cut off in the conversation of young people in Central Sumba, they are (i) the cut off in form of restraint the first syllable of a word, (ii) the cut off in form of restraint the last syllable of a word, (iii) the cut off in form of ommitting the last phonem of a word, (iv) the cut off in form of ommitting the first phonem of a word, (v) the cut off in form of ommitting the last syllable of a word (vi) the cut off in the form of restaint the middle and trhe last syllable of a word, (vii) the cut off in form of restraint the two last phonem of a word. There are also five contraction formation in the conversation of young people in Central Sumba, they are (i) contraction by shortening diphtong in a word, (ii) contraction by shortening the high vocal into low vocal in a word, (iii) contraction by shortening the first two syllable in a word, (iv) contraction by shortening the first syllable in a word, (v) contraction by shortening the last syllable in a word.
(11)
A. Daftar Singkatan
P: penutur
MT: mitra tutur
B. Daftar Lambang
( ) : unsur yang diapit bersifat opsional
/ / : transkripsi fonemik
(12)
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN P ENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA IIMIAH ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 6
1.5.Tinjuan Pustaka ... 6
1.6.Landasan Teori ... 10
1.6.1 Pengertian Pemendekan ... 10
1.6.2 Jenis-jenis Pemendekan ... 10
1.6.2.1Singkatan ... 11
(13)
1.6.2.3Akronim ... 12
1.6.2.4Kontraksi ... 13
1.6.2.5Lambang Huruf ... 14
1.6.3 Pengertian Penggalan dan Kontraksi ... 16
1.7.Metode dan Teknik Penelitian ... 17
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 17
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 18
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 20
1.8.Sistematika Penyajian ... 21
BAB II POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN DALAM TUTURAN ANAK MUDA SUMBA TENGAH NUSA TENGGARA TIMUR ... 22
2.1Pengantar ... 22
2.2Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Pertama dalam Suatu Kata ... 22
2.3Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Pertama dan Kedua dalam Suatu Kata ... 28
2.4Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Terakhir dalam Suatu Kata ... 31
2.5Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Terakhir dalam Suatu Kata ... 34
2.6Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Pertama dalam Suatu Kata ... 38
2.7Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Terakhir dalam Suatu Kata ... 41
2.8Penggalan yang Berupa Penanggalan Dua Fonem Terakhir dalam Suatu Kata ... 43
BAB III POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN DALAM TUTURAN ANAK MUDA SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR ... 45
(14)
Vokal Rendah dalam Suatu Kata ... 50
3.4Kontraksi dengan Meringkas Dua Silabel Pertama dalam Suatu Kata ... 54
3.5Kontraksi dengan Meringkaskan Silabel Pertama dalam Suatu Kata ... 55
3.6Kontraksi dengan Meringkas Silabel Terakhir dalam Suatu Kata ... 58
BAB IV PENUTUP ... 60
4.1Kesimpulan ... 60
4.2Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah penggalan dan kontraksi dalam tuturan
berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Penggalan
dan kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan dalam bahasa
Indonesia, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.
Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkas leksem dasar atau
gabungan leksem (Kridalaksana, 1992:162).
Kabupaten Sumba Tengah merupakan kabupaten yang baru mekar sejak
tahun 2007. Kabupaten Sumba Tengah merupakan bagian dari Pulau Sumba dan
salah satu kabupaten di Propinsi NTT yang membentang antara 90 20’ - 90 50’
Lintang Selatan (LS) dan 1190 22’ - 1190 55’ Bujur Timur (BT). Sumba Tengah
memiliki lima kecamatan. Desa Anakalang di Kecamatan Katikutana merupakan
salah satu tempat penulis melakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dari
beberapa sumber yaitu anak muda yang terdiri dari siswa SMA kelas 3,
mahasiswa, pegawai, dan tidak bekerja.
Alat komunikasi masyarakat Sumba Tengah adalah bahasa Indonesia dan
bahasa ibu atau bahasa daerah Anakalang. Bahasa Indonesia merupakan bahasa
formal yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa
(16)
yang tidak formal. Alat komunikasi ini berlangsung bagi masyarakat desa yang
belum bisa berbahasa Indonesia. Banyak anak muda Sumba Tengah khususnya di
Kecamatan Katikutana, Desa Anakalang menggunakan tuturan bahasa Indonesia
yang mengalami pemendekan kata.
Anak muda saat ini—khususnya di Sumba Tengah—banyak
menggunakan bahasa yang pendek dan singkat sehingga melahirkan
bentuk-bentuk pemendekan. Pemendekan yang produktif dihasilkan adalah penggalan
dan kontraksi. Dilihat dari segi retorika tekstual wacana, hal tersebut memenuhi
prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus
merusak dan mereduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan
yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam pemahamannya. Sebagai
wacana yang terbatasi oleh ruang, wacana jurnalistik dikonstruksi tidak melanggar
prinsip itu (Baryadi, 2002: 50).
Berikut ini dikemukakan contoh penggalan dalam tuturan berbahasa
Indonesia anak muda Sumba Tengah.
(1) P : Jam brapa ke kampus? MT : Sa su selese kuliah. P : Bae su.
(2) P : Sa malas makan. Sa ti da nafsu makan. MT : Paksa makan. Nanti ko sakit kalo ko ti makan.
Pada contoh (1) terdapat penggalan su yang berasal dari bentuk panjang
sudah. Penggalan su merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan
silabel pertama su dari kata sudah. Pada contoh (2) terdapat juga penggalan sa
yang berasal dari bentuk panjang saya. Penggalan sa berupa merupakan hasil
(17)
Berikut ini dipaparkan juga contoh kontraksi dalam tuturan berbahasa
Indonesia anak muda Sumba Tengah.
(3) P : Mo pi mana?
MT : Sa mo pi kampus. Napa?
P : Oh, sa sangka ko mo sante-sante di kos. Sa mo ajak ko jalan-jalan.
(4) P : Engko kuliah di mana skarang? MT : Di Yogyakarta. Engko?
Pada contoh (3) terdapat kontraksi mo yang berasal dari bentuk panjang
mau. Kontraksi mo merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au]
menjadi fonem vokal /o/ dari kata mau. Pada contoh (4) dijumpai kontraksi engko
yang berasal dari bentuk panjang engkau. Kontraksi engko merupakan hasil
pemendekan dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata
engkau.
Penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda
Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, dijadikan topik dalam penelitian ini
didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, penggalan dan kontraksi berbahasa
Indonesia sangat produktif digunakan oleh anak muda Sumba Tengah dalam
berbahasa Indonesia. Kedua, penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa
Indonesia anak muda Sumba Tengah belum ada yang meneliti pembentukannya.
Ketiga, ada hal yang penting untuk diungkapkan tentang penggalan dan kontraksi
dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, yaitu pola-pola
pembentukannya.
Hal pertama yang diungkapkan melalui penelitian ini adalah pola-pola
(18)
muda Sumba Tengah memiliki berbagai pola pembentukan. Sebagai contoh ada
penggalan yang berpola pengekalan silabel terakhir dari suatu kata.
(5) P : Ni motor milik sapa? MT : Andri.
Pada contoh (5) terdapat penggalan ni yang berasal dari bentuk panjang ini.
Penggalan ni merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel
terakhir ni dari kata ini.
Contoh penggalan yang lain adalah pengekalan silabel pertama dari suatu
kata. Berikut ini contohnya.
(6) P : Sa mo pi maen badminton. MT : Sa ju ikut ya.
P : Iya. Nanti ko ikut
Pada contoh (6) terdapat juga penggalan ju yang berasal dari bentuk panjang
juga. Penggalan ju merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan
silabel pertama ju dari kata juga.
Hal kedua yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah pola-pola
pembentukan kontraksi. Kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah
memiliki berbagai pola pembentukan. Sebagai contoh ada kontraksi dengan cara
meringkas diftong dari suatu kata.
(7) P : Posisi di mana? MT : Di pante. Da pa?
P : Sa sangka ko ti sibuk. Sa mo ketemu ko.
Pada contoh (7) terdapat kontraksi pante yang berasal dari bentuk panjang pantai.
Kontraksi pante merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai]
menjadi fonem vokal /e/ dari kata pantai. Terdapat contoh lain kontraksi dengan
(19)
(8) P : Kapan ko sampe? MT : Kemarin.
Pada contoh (8) terdapat kontraksi sampe yang berasal dari bentuk panjang
sampai. Kontraksi sampe merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi
[ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata sampai.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, persoalan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah apa saja jenis pola-pola pembentukan penggalan dan
kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Masalah
tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1.2.1 Apa saja pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan berbahasa
Indonesia anak muda Sumba Tengah?
1.2.2 Apa saja pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan berbahasa
Indonesia anak muda Sumba Tengah?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan
penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba
Tengah. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan
berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.
1.3.2 Mendeskripsikan pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan
(20)
1.4Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola-pola pembentukan penggalan
dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.
Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Hasil
penelitian tentang penggalan dan kontraksi ini memberikan sumbangan teoretis
bagi cabang linguistik morfologi, yaitu memperkuat teori bahwa penggalan dan
kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan yang terdapat dalam
bahasa Indonesia. Selain itu, penggalan dan kontraksi itu memiliki pola-pola
pembentukannya. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi
penutur untuk lebih memahami tuturan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh
anak muda Sumba Tengah.
1.5Tinjauan Pustaka
Penggalan dan kontraksi merupakan jenis pembentukan kata berupa
pemendekan. Saat ini telah dijumpai pembahasan jenis pemendekan dalam bahasa
Indonesia, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, dan lambang huruf
sebagaimana yang dikemukakan antara lain oleh Kridalaksana (1992:162),
Baryadi (2011: 52), Chaer (2008: 236-239), Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (1975:3), Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (1975:21), dan
Suratmi (1997: 12-14)
Kridalaksana (1992:162) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan
Kata dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa penggalan adalah proses
(21)
mengemukakan bahwa pemakai bahasa Indonesia membutuhkan bahasa yang
mudah disampaikan adalah dengan cara mengekalkan salah satu bagian leksem
yang disebut penggalan. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana juga menegaskan subjenis dari
proses pemendekan yang lebih praktis terhadap adanya ringkasan salah satu
leksem dengan cara meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem menjadi
lebih padat atau pendek dan menjadi kata lebih baru tanpa mengurangi makna dari
suatu kata tersebut.
Baryadi (2011: 52) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam Ilmu
Bahasa mengemukakan bahwa penggalan adalah hasil pemendekan dengan
menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu
bagian dari bentuk dasar. Baryadi menjelaskan berubahnya kata menjadi lebih
baru dengan proses pemendekan dengan cara menanggalkan salah bagian dari
bentuk dasarnya. Kontraksi adalah pemendekan yang dihasilkan dengan
meringkas bentuk dasar.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1975:3) dalam
lampiran II yang berjudul Pedoman Umum Pembentukan Istilah mengemukakan
bahwa singkatan ialah istilah yang dibentuk dengan menanggalkan satu bagiannya
atau lebih seperti (kereta api) ekspres, (Surat kabar) harian, (surat) kawat, lab
(oratorium). Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret
(22)
bentuk yang tulisannya disingkatkan, tetapi lafalnya dijabarkan dari bentuk
tulisannya singkatkan, tetapi lafalnya dijabarkan dari bentuk lengkapnya.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (1975:21) menjelaskan akronim
adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan kombinasi huruf dan suku kata yang wajar.
Webster (1965: 21) menjelaskan akronim adalah suatu kata yang
terbentuk dari deret huruf awal atau bagian lain yang besar dari istilah yang terdiri
dari gabungan kata.
Chaer (2008: 236-239) dalam bukunya yang berjudul Morfologi Bahasa
Indonesia: pendekatan proses menjelaskan bahwa akronimisasi adalah proses
pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang
direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini
menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Chaer menjelaskan juga
akronim juga adalah sebuah singkatan, namun yang diperlakukan sebagai sebuah
kata atau sebuah butir leksikal.
Suratmi (1997: 14) dalam tugas akhir yang berjudul “Akronim Bahasa
Indonesia dalam surat kabar harian Kompas: Tinjauan Terhadap Pola
Pembentukan, Tipe Frase yang Dibentuk, Proses Morfologis yang Menyertai, dan
Bidang Penggunaannya” menjelaskan akronim adalah sebuah bentuk dari huruf
pertama kata utama, suku kata, dan bagian-bagian lain selain dua unsur yang telah
sebutkan. Unsur-unsur selain huruf pertama dan suku kata akan disebut dengan
(23)
tipe-tipe frase yang dibentuk menjadi akronim, proses morfologis yang menyertai
akronim, dan bidang penggunaan akronim.
Berdasarkan objek penelitian, ditemukan hasil penelitian berupa tujuh
pola pembentukan akronim, yaitu akronim berunsur huruf pertama kata kata
utama berjumlah 166 buah, akronim berunsur suku kata utama berjumlah 66 buah,
akronim berunsur gabungan antara huruf pertama kata utama dengan bagian lain
kata utama berjumlah 44 buah, akronim berunsur gabungan antara huruf pertama
kata utama denagn suku kata kata utama berjumlah 61 buah, akronim berunsur
gabungan antara suku kata kata pertama dengan ‘bagian lain’ kata utama
berjumlah 190 buah, akronim berunsur ‘bagian lain’ kata utama berjumlah 66
buah, akronim berunsur huruf pertama, suku kata, dan bagian lain kata utama
berjumlah 73 buah.
Hasil analisis kedua ditemukan tipe-tipe frase bahwa tipe frase dapat
dibentuk menjadi akronim adalah frase endrosentrik koordinatif berjumlah 25
buah dan frase endrosentrik atributif berjumlah 641 buah. Hasil penelitian ketiga
ditemukan hasil analisis mengenai proses morfologis yang dapat menyertai
akronim adalah proses morfologis afiksasi dan reduplikasi. Hasil analisis keempat
berupa bidang-bidang yang dipergunakan akronim adalah bidang agama
berjumlah 9 buah, bidang ABRI hankam berjumlah 105 buah, bidang
ekonomi-bisnis berjumlah 115 buah, bidang geografi berjumlah 33 buah, bidang hukum
berjumlah 9 buah, bidang kesehatan berjumlah 14 buah, bidang organisasi
lembaga-negara-departemen berjumlah 9 buah, bidang pendidikan berjumlah 84
(24)
berjumlah 16 buah, bidang olahraga berjumlah 37 buah, bidang lain-lain
berjumlah 116 buah. Dari kedua belas macam bidang itu, akronim paling banyak
digunakan dalam bidang ekonomi-bisnis.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut. Belum ditemukan penelitian mengenai penggalan
dan kontraksi. Yang telah ada hanya pembahasan mengenai dua jenis pemendekan
dari lima jenis pemendekan bahasa Indonesia dan penelitian mengenai akronim.
1.6 LandasanTeori
Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian pemendekan, jenis-jenis
pemendekan, pengertian penggalan dan pengertian kontraksi.
1.6.1 Pengertian Pemendekan
Kridalaksana (1989:159) mengemukakan bahwa pemendekan atau
abreviasi (abreviation) adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian
leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata.
Kata yang berstatus baru adalah hasil pemendekan kata dengan cara
menanggalkan beberapa bagian leksem dan perpaduan leksem.
1.6.2 Jenis-jenis Pemendekan
Dalam pemendekan terdapat beberapa jenis, yaitu penyingkatan,
(25)
jenis pemendekan di atas menghasilkan lima jenis kependekan, yaitu singkatan,
penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf (Kridalaksana 1989:161-162).
1.6.2.1Singkatan
Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf
atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf
demi huruf. Berikut ini dikemukakan contohnya.
(9) FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia)
(10) DKI (Daerah Khusus Ibukota)
(11) KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Yang tidak dieja huruf demi huruf;
(12) dll. (dan lain-lain)
(13) dng (dengan)
(14) dst. (dan seterusnya)
Dari beberapa contoh singkatan yang dieja dan tidak dieja di atas, dapat
dijelaskan proses pemendekan menurut pola pembentukannya. Pada contoh (9)
FSUI, (10) DKI, dan contoh (11) KKN merupakan proses pemendekan dengan
cara mengekalkan fonem pertama dari tiap komponen kata.
1.6.2.2Penggalan
Penggalan adalah proses pemendekan yang menanggalkan salah satu
bagian dari leksem. Penggalan juga mempunyai beberapa sub-klasifikasi,
(26)
suku terakhir suatu kata, pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata,
pengekalan empat huruf pertama dari suatu frasa, pengekalan kata terakhir dari
suatu frasa, dan pelesapan sebagian kata. Berikut ini contohnya.
(15) Prof (profesor)
(16) Bu (ibu)
(17) Pak (bapak)
Pembentukkan penggalan di atas dilakukan dengan cara menanggalkan
silabel pertama dari suatu kata. Pada contoh (15) dijumpai dalam sub-klasifikasi
yang berupa pengekalan silabel pertama dan tengah dari suatu kata. Penggalan
prof yang berasal dari bentuk panjang profesor. Penggalan prof merupakan hasil
pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama pro dan fonem konsonan
/f/ dari kata profesor. Pada contoh (16) juga dijumpai penggalan bu yang berasal
dari bentuk panjang kata ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan
cara mengekalkan silabel terakhir bu dari kata ibu. Pada contoh (17) terdapat
penggalan pak yang berasal dari bentuk panjang bapak. Penggalan pak
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir pak dari
kata bapak. Pada Contoh (16) bu dan (17) pak berupa sub-klasifikasi pengekalan
silabel terakhir dari suatu kata.
1.6.2.3Akronim
Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang
(27)
(18) FKIP /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
(19) ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
(20) AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe/, /i/
Ketiga contoh akronim di atas dapat dideskripsikan menurut
pembentukannya. Pada contoh (18) FKIP merupakan kependekan dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan pengekalannya pada huruf pertama suatu
kata. Dalam pembentukan akronimnya sesuai dengan kaidah fonotaktik
Indonesia. Jika ditulis dan dilafalkan menjadi efkip bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/. Pada
contoh (19) ABRI merupakan kependekan dari Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia dan pengekalannya pada huruf pertama dari suatu kata. Ditulis dan
dilafakan menjadi abri buka /a/, /be/, /er/, /i/. Pada contoh (20) AMPI merupakan
kependekan dari Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia dan pengekalannya
pada huruf pertama suatu kata. Ditulis dan dilafakan menjadi ampi bukan /a/,
/em/, /pe/. /i/.
1.6.2.4Kontraksi
Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar
atau gabungan leksem. Kontraksi juga mempunyai beberapa sub-klasifikasi.
Berikut beberapa sub-klasifikasi dalam kontraksi, yaitu pengekalan suku pertama
dari tiap komponen, pengekalan suku pertama komponen pertama dan
pengekalan kata seutuhnya, pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen,
pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama
(28)
pelesapan konjungsi, pengekalan huruf pertama tiap komponen, pengekalan huruf
pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen
terakhir, pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, pengekalan tiga huruf
pertama komponen pertama, pengekalan dua huruf pertama komponen pertama
dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi, pengekalan
dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf
pertama komponen kedua, pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan
ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, pengekalan tiga huruf
pertama tiap komponen serta pelesapan konjungsi, pengekalan dua huruf pertama
komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua, pengekalan empat
huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi, pengekalan berbagai
huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan.
1.6.2.5 Lambang huruf
Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu
huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur,
seperti:
(21) G (gram)
(22) Cm (sentimeter)
(23) Au (aurum)
Lambang huruf dapat disublikasikan menjadi, a) lambang huruf yang
menandai bahan kimia atau bahan lainnya, b) lambang huruf yang menandai
(29)
menandai kota/negara/alat angkutan, f) lambang huruf yang dipakai dalam berita
kawat.
Muslich Masnur (2008: 36-37) menjelaskan pembentukan akronim tidak
mempunyai sistem yang jelas karena akronim mempunyai segudang bentuk
dalam bahasa Indonesia, sehingga tidap dapat dipastikan. Hanya beberapa saja
yang sekadar sebagai contoh: Pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan),
tongpes (kantong kempes), bimas (bimbingan masyarakat), dan menpora (menteri pemuda dan olahraga). Menyebutkan kontraksi disebut pengerutan,
misalnya begitu (bagai itu) dan begini (bagai ini) seperti yang dikutip dari
(Sudaryanto, 1983:130). Masnur juga mengutip pernyataan (Brandstetter,
1957:96) dalam bahasa jawa ditemukan ning (naning); kawit diabreviakronimkan
menjadi kit; mau kae menjadi mengke.
Baryadi (2011: 51-53) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam
Ilmu Bahasa mengemukan dan menjelaskan lima jenis pemendekan. Diantaranya,
yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Singkatan
adalah hasil pemendekan yang berupa huruf demi huruf atau gabungan huruf, baik
yang dieja huruf demi huruf. Penggalan adalah hasil pemendekan dengan
menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu
bagian dari bentuk dasar. Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan
huruf atau suku kata atau gabungan bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan
sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam
(30)
meringkas bentuk dasar. Lambang huruf adalah kependekan yang terdiri dari satu
huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur.
1.6.2 Pengertian Penggalan dan Kontraksi
Kridalaksana (1992:162) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan
Kata dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa penggalan adalah proses
pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Dalam bukunya,
Kridalaksana tidak menjelaskan begitu rinci tentang penggalan, tetapi
menjelaskan bahwa leksem bahasa melalui proses pemendekan akan dikekal
bagian dari leksem tersebut menjadi lebih baru.
Kridalaksana (1992:162) Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia
menjelaskan bahwa kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana juga tidak menjelaskan dengan
rinci tentang kontraksi, tetapi menjelaskan bahwa leksem yang diringkas dan
digabung oleh pengguna bahasa adalah proses pemendekan berupa kontraksi.
Baryadi (2011: 52) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam Ilmu
Bahasa menjelaskan bahwa penggalan adalah hasil pemendekan dengan
menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu
bagian dari bentuk dasar. Baryadi (2011: 52) juga menjelaskan kontraksi adalah
pemendekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar.
Berdasarkan pengertian-pengertian pemendekan, penggalan, dan
kontraksi di atas, dapat simpulkan bahwa pemendekan merupakan proses
(31)
dasar atau gabungan bentuk dasar. Penggalan merupakan proses pemendekan
yang berupa penanggalan dari salah satu bentuk dasar. Kontraksi merupakan
prose pemendekan dengan cara meringkas bentuk dasar.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data,
(ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data.
1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah penggalan dan kontraksi dalam tuturan
berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Data
dalam penelitian ini berupa tuturan dialog yang dihasilkan lewat tuturan berbahasa
Indonesia oleh anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Pengumpulan
data ini dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencermati dan
menyimak langsung penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam hal ini,
peneliti mencermati dan menyimak langsung tuturan berbahasa Indonesia anak
muda Sumba Tengah. Adapun sumber datanya dalam penelitian ini dibedakan
berdasarkan tingkatan pendidikan dan tingkatan umur. Sumber datanya dibedakan
(32)
No Pendidikan/Pekerjaan/Tidak Bekerja
Umur Jumlah
1 2 3 4
Siswa SMA kelas 3 Mahasiswa
Pegawai Tidak bekerja
17-19 tahun 20-23 tahun 24-27 tahun 25-28 tahun
10 orang 30 orang 20 orang 20 orang Jumlah 80 orang
Teknik pengumpulan data berikutnya adalah teknik catat. Teknik catat
dilakukan dengan mencatat langsung tuturan yang mengandung penggalan dan
kontraksi. Pertama, penulis mencatat tuturan yang megandung penggalan dan
membagikan sesuai pola pembentukannya. Kedua, mencatat tuturan yang
mengandung kontraksi dan membagikan sesuai pola pembentukannya.
1.7.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan setelah data terklasifikasikan. Data
dianalisis dengan menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis
data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang
diteliti (Sudaryanto,1993:15). Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah
teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL sebagai teknik dasarnya serta teknik
ganti dan teknik perluas sebagai teknik lanjutannya.
Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satuan
lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang
sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud
(Sudaryanto, 1993:31). Teknik BUL yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(33)
langsungnya, yaitu menurut silabel atau fonemnya. Misalnya kata adik dapat
menjadi penggalan adi dan kata kalau dapat menjadi kontraksi kalo. Kata adik
terdiri dari fonem /a/, /d/, /i/, dan /k/. Dari unsur langsungnya itu, dapat diketahui
bahwa penggalan adi dibentuk dengan cara memenggalkan fonem terakhir, yaitu
/k/. Demikian pula kata kalau terdiri dari fonem /k/, /a/, /l/, /au/. Dari unsur
langsung itu, dapat ditentukan bahwa kontraksi kalo dibentuk dengan
monoftongisasi /au/ menjadi /o/.
Ada dua teknik yang digunakan dalam membuktikan identitas penggalan
dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, yaitu
teknik perluas dan teknik ganti. Pertama, teknik perluas adalah teknik analisis data
dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan
satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas dalam penelitian ini digunakan untuk
membuktikan perluasan penggalan.
(24) P : Semalam, ko deng sapa di rumah? MT : Sa dengan adi nona.
Pada contoh (24) penggalan adi yang berasal dari bentuk panjang adik.
Penggalan adi merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggalkan fonem
akhir konsonan /k/. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperluas penggalan adi
(21) dengan bentuk panjang adik, sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(24a) P : Semalam, ko dengan sapa di rumah? MT : Sa dengan adik nona.
Kedua, teknik ganti merupakan teknik analisis data yang berupa
(34)
lain di luar satuan lingual yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 50). Teknik ganti
dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan identitas kontraksi. Berikut ini
contohnya kontraksi berupa monoftongsasi dalam suatu kata.
(25) P : Engko pi mana besok?
MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.
Pada contoh (25) terdapat kontraksi engko yang berasal dari bentuk
pendek kata engkau. Kontraksi engko merupakan hasil pemendekan dengan
monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata engkau. Hal ini dapat
dibuktikan dengan menggantikan kontraksi engko (25) dengan bentuk panjang
engkau, sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(25a) P : Engkau pi mana besok
MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.
1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil
analisis data dalam penelitian ini disajikan menggunakan metode formal dan
metode informal. Penyampaian hasil analisis data dengan menggunakan metode
formal, yaitu memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, dan sejenisnya.
Tanda yang digunakan meliputi tanda kurung bundar ( ), tanda kurung persegi
atau siku / /, [ ], dan tabel. Hasil analisis data dengan menggunakan metode
informal adalah analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (lih.
(35)
1.8 Sistematika Penyajian
Secara garis besar laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab
sebagai berikut. Bab I berisi pendahaluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan
penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan
masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan
tujuan diadakan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang
biasa dari hasil penelitian ini berupa manfaat teoretis dan praktis. Tinjuan pustaka
mengemukakan membahas pemendekan berupa penggalan dan kontraksi.
Kerangka teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian.
Metode penelitian menguraikan metode teknik pengumpulan data, metode teknik
analisis data, dan metode teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan
penulis dalam penelitian. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil
penelitian dalam skripsi ini.
Bab II berisi uraian pola- pola pembentukan penggalan dalam tuturan
berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Bab III
berisi pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak
muda Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur.
Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data
dan saran untuk peneliti selanjutnya mengenai hal-hal yang belum dikaji dalam
penelitian ini.
(36)
BAB II
POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN
DALAM TUTURAN BERBAHASA INDONESIA ANAK MUDA
SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR
2.1Pengantar
Dalam bab ini dibahas pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan
berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Berdasarkan hasil analisis data,
ditemukan tujuh pola pembentukan penggalan, yaitu (i) penggalan yang berupa
pengekalan silabel pertama dalam suatu kata, (ii) penggalan yang berupa
pengekalan dua silabel pertama dalam suatu kata, (iii) penggalan yang berupa
pengekalan dua silabel terakhir dalam suatu kata, (iv) penggalan yang berupa
pengekalan silabel terakhir dalam suatu kata, (v) penggalan yang berupa
penanggalan fonem pertama dalam suatu kata, (vi) penggalan yang berupa
penanggalan fonem terakhir dalam suatu kata, (vii) penggalan yang berupa
penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata.
2.2Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Pertama dalam Suatu Kata
Penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dalam suatu kata
merupakan pemendekan kata dengan cara mengekalkan silabel pertama dari suatu
kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukakan contohnya.
(26) P : Hari ni ko jadi ikot bersama kami ke pante? MT : Maap, sa ti jadi ikot karena lagi sakit.
(37)
(27) P : Tahun ni liburan ke mana?
MT : Tahun ni su janjian liburan bersama pacar ke korea.
(28) P : Ko datang di acara ulang tahunnya Bili? MT : Sa ti datang karena masih sakit.
(29) P : Sa cape betul hari ni.
MT : Sa ju cape selese keliling kota.
(30) P : Angel, ko pu sepatu baru e? MT : Hehe Iya. Dapat hadiah.
(31) P : Pa kabar, Lin? MT : Bae. Ko? P : Bae ju.
(32) P : San, nanti mata pelajaran pa? MT : Bio, san. Ko?
P : Fisika.
(33) P : San, hari ni kita ke mana? MT : Ke mana ja boleh.
(34) P : Mat pagi, Tan. MT : Pagi.
(35) P : Wan, ko di kos? MT : Iya. Napa?
P : Sa mo maen ke ko pu kos, Wan.
(36) P : Ko pake pa pi gereja, Yan? MT : Sa pake angkot. Ko pake pa?
P : Pake angkot ju. Tunggu sa nanti e, Yan. MT : Oke.
(37) P : Cin, Sa da masak ko pu sayur kesukaan. Nanti ke rumah e. MT : Wuaaahh, pasti enaknya. Oke, nanti sa ke rumah.
(38) P : Ma, uang makan su abis.
MT : Besok Ma kirim. Hari ini masih sibuk.
(39) P : Pa, jemput sa di sekolah. MT : Oke, nanti pa jemput.
(40) P : Posisi di mana, Erna? MT : Sa di kantor kesehatan.
(38)
(41) P : Yos, kirimkan sa pulsa. MT : Uang habis.
(42) P : Halo, Bet. MT : Halo ju, Say.
(43) P : Me, tolong kirimkan nomornya wawan. MT : Oke. Nanti sa kirimkan.
(44) P : Mat pagi Pak Prap. MT : Mat pagi.
Pada contoh (26) terdapat penggalan ti yang berasal dari bentuk
panjang tidak. Penggalan ti merupakan hasil pemendekan dengan mengekalkan
silabel pertama ti dari kata tidak. Pada contoh (27) terdapat juga penggalan su
yang berasal dari bentuk panjang sudah. Penggalan su merupakan hasil
pemendekan dengan mengekalkan silabel pertama su dari kata sudah. Pada contoh
(28) dijumpai penggalan sa yang berasal dari bentuk panjang saya. Penggalan sa
merupakan hasil pemendekan dengan mengekalkan silabel pertama sa dari kata
saya. Pada contoh (29) terdapat penggalan ju yang berasal dari bentuk panjang
juga. Penggalan ju adalah hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel
pertama ju dari kata juga. Pada contoh (30) dijumpai penggalan pu yang berasal
dari bentuk panjang punya. Penggalan pu merupakan hasil pemendekan dengan
cara mengekalkan silabel pertama pu dari kata punya.
Pada contoh (31) dijumpai penggalan lin yang berasal dari bentuk
panjang linda. Penggalan lin merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan silabel pertama lin dari kata linda. Pada contoh (32) dijumpai juga
(39)
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama bio dari
kata biologi. Pada contoh (33) terdapat penggalan san yang berasal dari bentuk
panjang santi. Penggalan san merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan silabel pertama san dari kata santi. Pada contoh (34) terdapat juga
penggalan tan yang berasal dari bentuk panjang tanta. Penggalan tan merupakan
hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama tan dari kata tanta.
Pada contoh (35) dijumpai penggalan wan yang berasal dari bentuk panjang
wawan. Penggalan wan merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan
silabel pertama wan dari kata wawan. Pada contoh (36) terdapat penggalan yan
yang berasal dari bentuk bentuk panjang yanti. Penggalan yan merupakan hasil
pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama yan dari kata yanti.
Pada contoh (37) terdapat penggalan cin yang berasal dari bentuk
panjang cinta. Penggalan cin merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan silabel pertama cin dari kata cinta. Pada contoh (38) dijumpai
penggalan ma yang berasal dari bentuk panjang mama. Penggalan ma merupakan
hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama ma dari kata mama.
Pada contoh (39) terdapat penggalan tan yang berasal dari bentuk panjang tante.
Penggalan tan merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel
pertama tan dari kata tante. Pada contoh (40) terdapat juga penggalan eva yang
berasal dari bentuk panjang evalin. Penggalan eva merupakan hasil pemendekan
dengan cara mengekalkan silabel pertama eva dari kata evalin.
Pada contoh (41) terdapat penggalan yos yang berasal dari bentuk
(40)
mengekalkan silabel pertama yos dari kata yosta. Pada contoh (42) dijumpai
penggalan bet yang berasal dari bentuk panjang betsi. Penggalan bet merupakan
hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama bet dari kata betsi.
Pada contoh (43) terdapat penggalan me yang berasal dari bentuk panjang mega.
Penggalan me merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel
pertama me dari kata mega. Pada contoh (44) terdapat juga penggalan prap yang
berasal dari bentuk panjang praptomo. Penggalan prap merupakan hasil
pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama prap dari kata praptomo.
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (26) ti, (27)
su, (28) sa, (29) ju, (30) pu, (31) lin, (32) bio, (33) san, (34) tan, (35) wan, (36)
yanti, (37) cin, (38) ma, (39) tan, (40) eva, (41) yos, (42) bet, (43) me, dan (44)
prap dengan bentuk panjang tidak, sudah, saya, juga, punya, linda, biologi, santi,
tanta, wanti, yanti, cinta, mama, tante, evalin, yosta, betsi, mega, dan praptomo
sebagaimana tampak pada contoh.
(26a) P : Hari ni ko jadi ikot bersama kami ke pantai? MT : Maap, sa tidak jadi ikot karena lagi sakit.
(27a) P : Tahun ni liburan ke mana?
MT : Tahun ni sudah janjian liburan bersama pacar ke korea.
(28a) P : Ko datang di acara ulang tahunnya Bili? MT : Saya ti datang karena masih sakit.
(29a) P : Sa cape betul hari ni.
MT : Sa juga capek selese keliling kota.
(30a) P : Angel, ko punya sepatu baru e? MT : Hehe Iya. Dapat hadiah.
(31a) P : Pa kabar, Linda? MT : Bae. Ko?
(41)
(32a) P : Say, nanti mata pelajaran pa? MT : Biologi, say. Ko?
P : Fisika.
(33a) P : Sayang, hari ni kita ke mana? MT : Ke mana ja boleh.
(34a) P : Mat pagi, Tanta. MT : Pagi.
(35a) P : Wanti, ko di kos? MT : Iya. Napa?
P : Sa mo maen ke ko pu kos, Wanti.
(36a) P : Ko pake pa pi gereja, Yanti? MT : Sa pake angkot. Ko pake pa?
P : Pake angkot ju. Tunggu sa nanti e, Yanti. MT : Oke.
(37a) P : Cinta, Sa da masak ko pu sayur kesukaan. Nanti ke rumah e. MT : Wuaaahh, pasti enaknya. Oke, nanti sa ke rumah.
(38a) P : Mama, uang makan su abis.
MT : Besok Mama kirim. Hari ini masih sibuk.
(39a) P : Tante, jemput sa di sekolah. MT : Oke, nanti tante jemput.
(40a) P : Posisi di mana, Evalin? MT : Sa di kantor kesehatan.
(41a) P : Yosta, kirimkan sa pulsa. MT : Uang habis.
(42a) P : Halo, Betsi. MT : Halo ju, Say.
(43a) P : Mega, tolong kirimkan nomornya wawan. MT : Oke. Nanti sa kirimkan.
(44a) P : Mat pagi Pak Praptomo. MT : Mat pagi.
(42)
Hal itu dapat dibuktikan dalam bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ti su sa ju pu Lin Bio say tan Wan Yan cin ma pa Erna Yos Bet Me Prap tidak sudah saya juga punya Linda Biologi sayang tante Wanti Yanti cinta mama papa Ernawati Yosta Betsi Mega Praptomo
2.3Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Pertama dalam Suatu
Kata
Penggalan yang berupa pengekalan dua silabel pertama dalam suatu
kata merupakan pemendekan kata dengan cara mengekalkan dua silabel pertama
dalam suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukakan contohnya.
(45) P : Ko pu nama panggilan sapa? MT : Nansi.
(46) P : Sapa yang meletakkan ni buku di atas meja guru? MT : Alfon, bu.
P : Di mana alfon? MT : Bolos, bu.
(47) P : Rosi, sa nginap di ko pu rumah e. MT : Oiya, datang sa nanti malam.
(43)
(48) P : Su sebulan sa ti ketemu wulan.
MT : Sa ju. Mungkin wulan sibuk deng tugas kuliah.
(49) P : Ko ti pi kunjung tobi di rumah sakit? MT : Tobi sakit?
P : Kemarin dia kecelakaan. Hari ni tangannya dioperasi.
(50) P : Nata, nanti ikot pi nonton film? MT : Iya. Sa ikot deng adi nona ni.
(51) P : Kemarin ko menyanyi lagu pa di skolah? MT : Lagu Indo raya.
Pada contoh (45) terdapat penggalan nansi yang berasal dari bentuk
panjang nansilia. Penggalan nansi merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan dua silabel pertama nan dan si dari kata nansi. Pada contoh (46)
terdapat juga penggalan alfon yang berasal dari bentuk panjang alfonsus.
Penggalan alfon merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua
silabel pertama al dan fon dari kata alfonsus. Pada contoh (47) dijumpai
penggalan rosi berasal dari bentuk panjang rosiana. Penggalan rosi merupakan
hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel pertama ro dan si dari
kata rosiana.
Pada contoh (48) dijumpai penggalan wulan yang berasal dari bentuk
panjang wulandini. Penggalan wulan merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan dua silabel pertama wu dan lan dari kata wulandini. Pada contoh
(49) terdapat penggalan tobi yang berasal dari bentuk panjang tobias. Penggalan
tobi merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel pertama
to dan bi dari kata tobias. Pada contoh (50) terdapat penggalan nata yang berasal
(44)
cara mengekalkan dua silabel pertama na dan ta dari kata natalia. Pada contoh
(51) terdapat juga penggalan indo yang berasal dari bentuk panjang indonesia.
Penggalan indo merupakan pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel
pertama in dan do dari kata indonesia.
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (45) nansi,
(46) alfon, (47) rosi, (48) wulan, (49) tobi, (50) nata, dan (51) indo dengan bentuk
panjang nansilia, alfonsus, rosiana, wulandini, tobias, natalia, dan indonesia
sebagaimana tampak pada contoh.
(45a) P : Ko pu nama panggilan sapa? MT : Nansilia.
(46a) P : Sapa yang meletakkan ni buku di atas meja guru? MT : Alfonsus, bu.
P : Di mana alfonsus? P : Bolos, bu.
(47a) P : Rosiana, sa nginap di ko pu rumah e. MT : Oiya, datang sa nanti malam.
(48a) P : Su sebulan sa ti ketemu Wulandini.
MT : Sa ju. Mungkin Wulandini sibuk deng tugas kuliah.
(49a) P : Ko ti pi kunjung Tobias di rumah sakit? MT : Tobias sakit?
P : Kemarin dia kecelakaan. Hari ini tangannya dioperasi.
(50a) P : Natalia, nanti ikut pi nonton film? MT : Iya. Sa ikut deng adi nona ni.
(51a) P : Kemarin ko menyanyi lagu pa di skolah? MT : Lagu Indonesia raya.
(45)
Hal itu dapat dibuktikan dalam bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 Nansi Alfon Rosi Wulan Tobi Nata Indo Nansilia Alfonsus Rosiana Wulandini Tobias Natalia Indonesia
2.4Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Terakhir dalam Suatu
Kata
Penggalan yang berupa pengekalan dua silabel terakhir merupakan
pemendekan kata yang dilakukan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir
dalam suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukan contohnya.
(52) P : Linda, ko di kos?
MT : Iya kaka. Sa di kos sa ni. P : Sa ke kos e.
(53) P : Sapa nama pacarnya Rano? MT : Peni. Napa ko tanya?
P : Ti, sa hanya tanya sa. Supaya sa tahu ju.
(54) P : Ni hari Nendra ikot lomba paduan suara. Minta dukungan e. MT : Nendra lomba paduan suara di mana?
P : Di kecamatan
(55) P : Ko masih ingat anak unggulan waktu SMP, namanya Fandi? MT : Masihlah. Mangnya napa? Ko naksir?
P : Iya sa naksir dia. Hehehe.
(56) P : Tami, ko pi sekolah jam brapa? MT : Jam 6. Ko jam brapa?
P : Kita berangkat bersama e, Tami. Sa ju jam 6. MT : Oke.
(57) P : Lupe, kapan ko wisuda? MT : Bulan april.
(46)
(58) P : Sa ketemu Lina di lapangan basket. MT : Dia masih kenal ko?
P : Masihlah.
(59) P : Napa Tina ti datang rapat?
MT : Sa ti tahu. Tanya langsung sa lewat sms. P : Tina pu nomor su ilang.
Pada contoh (52) terdapat penggalan linda yang berasal dari bentuk
panjang melinda. Penggalan linda merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan dua silabel terakhir lin dan da dari kata melinda. Pada contoh (53)
dijumpai penggalan peni yang berasal dari bentuk panjang supeni. Penggalan peni
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir pe
dan ni dari kata supeni. Pada contoh (54) terdapat penggalan nendra yang berasal
bentuk panjang yunendra. Penggalan nendra merupakan hasil pemendekan
dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir nen dan dra dari kata yunendra.
Pada contoh (55) terdapat juga penggalan fandi yang berasal dari bentuk
panjang safandi. Penggalan fandi merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan dua silabel terakhir fan dan di dari kata safandi. Pada contoh (56)
dijumpai penggalan tami yang berasal dari bentuk panjang lutami. Penggalan tami
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir ta
dan mi dari kata lutami. Pada contoh (57) terdapat penggalan lupe yang berasal
dari bentuk panjang dalupe. Penggalan lupe merupakan hasil pemendekan dengan
cara mengekalkan dua silabel terakhir lu dan pe dari kata dalupe. Pada contoh
(58) terdapat juga penggalan yang berasal dari bentuk panjang paulina. Penggalan
lina merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir li
(47)
dari bentuk panjang cristina. Penggalan tina merupakan hasil pemendekan dengan
cara mengekalkan dua silabel terakhir ti dan na dari kata cristina.
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (52) linda,
(53) peni, (54) nendra, (55) safandi, (56) tami, (57) lupe, (58) lina, (59) tina
dengah bentuk panjang melinda, supeni, yunendra, afandi, dan lutami, dalupe,
paulina, cristina sebagaimana tampak pada contoh.
(52a) P : Melinda, ko di kos? MT : Iya kaka. Sa di kos sa ni. P : Sa ke kos e.
(53a) P : Sapa nama pacarnya Rano? MT : Supeni. Napa ko tanya?
P : Ti, sa hanya tanya. Supaya sa tahu ju.
(54a) P : Ni hari yunendra ikot lomba paduan suara. MT : Yunendra lomba paduan suara di mana? P : Di kecematan
(55a) P : Ko masih ingat anak unggulan waktu SMP, namanya afandi? MT : Masihlah. Mangnya napa? Ko naksir?
P : Iya sa naksir dia. Hehehe.
(56a) P : Lutami, ko pi sekolah jam brapa? MT : Jam 6. Ko jam brapa?
P : Kita brangkat bersama e, utami. Sa ju jam 6. MT : Oke.
(57) P : Dalupe, kapan ko wisuda? MT : Bulan april.
(58) P : Sa ketemu Paulina di lapangan basket. MT : Dia masih kenal ko?
P : Masihlah.
(59) P : Napa Cristina ti datang rapat?
MT : Sa ti tahu. Tanya langsung sa lewat sms. P : Cristina pu nomor su ilang.
(48)
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 Linda Peni Nendra Fandi Tami Lupe Lina Tina Melinda Supeni Yunendra Afandi Lutami Dalupe Paulina Cristina
2.5Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Terakhir dalam Suatu Kata
Penggalan yang berupa pengekalan silabel terakhir dalam suatu kata
merupakan pemendekan kata dengan cara mengekalkan silabel terakhir dalam
suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukakan contohnya.
(60) P : Sa lapar, tapi sa pu uang abis. MT : Ni, sa pinjamkan uang.
(61) P : Ko simpan di mana sa pu buku sejarah? MT : Tu di atas meja belajar.
(62) P : Kapan kiriman sampe? MT : Ru dikirim besok pagi.
(63) P : Banyak tugas kantor ni. MT : Diselesekan pelan-pelan ja.
(64) P : Pa kabar? MT : Bae sa.
(65) P : Da buat pa? MT : Da makan.
(66) P : Ko da buat pa? MT : Da tidur-tidur ja.
(67) P : Mat malam. MT : Mat malam ju.
(49)
(68) P : Ton, kapan ko menikah?
MT : Bulan depan tanggal 23. Nanti undangannya sa dikirim e. P : Oke. Ditunggu.
(69) P : Me, Sa telat datang latihan.
MT : Duh, jang sampe telat. Nanti ko kena denda.
(70) P : Brapa mang jauh ni perjalanan? MT : Dua jam.
(71) P : Ko beli tuk sapa tu pakian?
MT : Tuk nene. Kamarin sa ju janji beli tuk dia.
(72) P : Bu, sa ti pi skolah hari ni. MT : Kenapa? Sakit?
P : Iya Bu.
(73) P : Pak satpam, di mana letak WC umum? MT : Di arah utara.
Pada contoh (60) terdapat penggalan ni yang berasal dari bentuk
panjang ini. Penggalan ni merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan
silabel terakhir ni dari kata ini. Pada contoh (61) terdapat juga penggalan tu
berupa bentuk panjang kata itu. Penggalan tu merupakan hasil pemendekan
dengan cara mengekalkan silabel terakhir tu dari kata itu. Pada contoh (62)
dijumpai penggalan ru yang berasal dari bentuk panjang baru. Penggalan ru
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir ru dari
kata baru. Pada contoh (63) dijumpai juga penggalan ja yang berasal dari bentuk
panjang saja. Penggalan ja merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan silabel terakhir ja dari kata saja.
Pada contoh (64) terdapat penggalan pa yang berasal dari bentuk
panjang apa. Penggalan pa merupakan hasil pemendekan dengan cara
(50)
penggalan da yang berasal dari panjang kata ada. Penggalan da merupakan hasil
pemendekan dengan cara mengekalkan silabel da dari kata ada. Pada contoh (66)
dijumpai penggalan ko merupakan bentuk panjang kata engko. Penggalan ko
merupakan hasil pemendekan dengan mengekalkan silabel terakhir ko dari kata
engko. Pada contoh (67) terdapat penggalan mat yang berasal dari bentuk panjang
selamat. Penggalan mat merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan
silabel terakhir mat dari selamat. Pada contoh (68) dijumpai penggalan ton yang
berasal dari bentuk panjang anton. Penggalan ton merupakan hasil pemendekan
dengan cara mengekalkan silabel terakhir ton dari kata anton. Pada contoh (69)
terdapat penggalan duh yang berasal dari bentuk panjang aduh. Penggalan aduh
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir duh dari
kata aduh.
Pada contoh (70) dijumpai penggalan mang yang berasal dari bentuk
panjang memang. Penggalan mang merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan silabel terkahir mang dari kata memang. Pada contoh (71) terdapat
juga penggalan tuk yang berasal dari bentuk panjang untuk. Pengggalan tuk
merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir tuk dari
kata untuk. Pada contoh (72) dijumpai penggalan bu yang berasal dari bentuk
panjang kata ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan cara
mengekalkan silabel terakhir bu dari kata ibu. Pada contoh (73) dijumpai juga
penggalan pak yang berasal dari bentuk panjang bapak. Penggalan pak merupakan
(51)
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (60) ni, (61)
tu, (62) ru, (63) ja, (64) pa, (65) da, (66) ko, (67) mat, (68) ton, (69) duh, (70)
mang, (71) tuk,(72) bu, dan (73) pak dengan bentuk panjang ini, itu, baru, saja,
apa, ada, engko, selamat, anton, aduh, memang, untuk, dan ibu. sebagaimana
tampak pada contoh berikut.
(60a) P : Sa lapar, tapi sa pu uang habis. MT : Ini, sa pinjamkan uang.
(61a) P : Ko simpan di mana sa pu buku sejarah? MT : Itu di atas meja belajar.
(62a) P : Kapan kiriman sampe? MT : Baru dikirim besok pagi.
(63a) P : Banyak tugas kantor ni. MT : Diselesekan pelan-pelan saja.
(64a) P : Apa kabar? MT : Bae sa.
(65a) P : Ada buat pa? MT : Ada makan.
(66a) P : Engko da buat pa? MT : Da tidur-tidur ja.
(67a) P : Selamat malam. MT : Selamat malam ju.
(68a) P : Anton, kapan ko menikah?
MT : Bulan depan tanggal 23. Nanti undangannya sa dikirim e. P : Oke. Ditunggu.
(69a) P : Me, Sa telat datang latihan.
MT : Aduh, jangan sampe telat. Nanti ko kena denda.
(70a) P : Brapa memang jauh ni perjalanan. MT : Dua jam.
(71a) P : Ko beli untuk sapa tu pakian?
(52)
(72a) P : Bu, sa ijin ti pi sekolah hari ni. MT : Kenapa? Sakit?
P : Iya Bu.
(73a) P : Bapak satpam, di mana letak WC umum? MT : Di arah utara.
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 ni tu ru ja pa da ko mat Ton duh mang tuk Bu Pak ini itu baru saja apa ada engko selamat Anton aduh memang untuk Ibu Bapak
2.6Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Pertama dalam Suatu Kata
Penggalan yang berupa penanggalan fonem pertama dalam suatu kata
merupakan pemendekan kata dengan cara menanggalkan fonem pertama dalam
suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut dikemukan contohnya.
(74) P : Kemarin, sa liat ko di atas motor. Ko pake baju itam kan? MT : Iya. Kemarin sa pi melayat. Da keluarga yang meninggal.
(75) P : Kaka, da di mana? Tolong isikan pulsa buat sa. MT : Di rumah. Sabar. Di sini masih ujan.
(76) P : Mar kita pi berenang.
(53)
(77) P : Brapa orang sa besok yang ikot pi kafe? MT : Sa blum itung.
P : Itung dulu, supaya kita tahu.
(78) P : Sa pu ati sakit e? MT : Napa? Da masalah?
P : Da teman yang fitnah sa pencuri. Sa sakit ati. MT : Trus betul ko curi?
P : Ti ju.
(79) P : Su abis sa pu uang.
MT : Sa ju su abis. Ti tahu kapan mereka kirim.
Pada contoh (74) terdapat penggalan itam yang berasal dari bentuk
panjang hitam. Penggalan itam merupakan hasil pemendekan dengan cara
menanggalkan fonem awal yang berupa konsonan /h/ dari kata hitam. Pada
contoh (75) terdapat juga penggalan ujan yang berasal dari bentuk panjang hujan.
Penggalan ujan merupakan pemendekan dengan cara menanggalkan fonem awal
yang berupa konsonan /h/ dari kata hujan. Pada contoh (76) dijumpai penggalan
idung yang berasal dari bentuk panjang hidung. Penggalan idung merupakan hasil
pemendekan dengan cara menanggalkan fonem awal yang berupa konsonan /h/
dari kata hidung.
Pada contoh (77) terdapat penggalan itung yang berasal dari bentuk
panjang hitung. Penggalan itung merupakan hasil pemendekan dengan cara
menanggalkan fonem awal yang berupa konsonan /h/ dari kata hitung. Pada
contoh (78) dijumpai penggalan ati-ati yang berasal dari bentuk panjang hati.
Penggalan ati merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggal fonem awal
yang berupa konsonan /h/ dari kata hati. Pada contoh (79) terdapat penggalan abis
(54)
pemendekan dengan cara menanggalkan fonem pertama yang berupa konsonan /h/
dari kata habis.
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (74) itam, (75)
ujan, (76) idung, (77) itung, (78) ati, dan (79) abis dengan bentuk panjang hitam,
hujan, hidung, hitung, hati, dan habis sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(74a) P : Kemarin, sa liat ko di atas motor. Ko pake baju hitam kan? MT : Iya. Kemarin sa pi melayat. Da keluarga yang meninggal.
(75a) P : Kaka, da di mana? Tolong isikan pulsa buat sa. MT : Di rumah. Sabar. Di sini masih hujan.
(76a) P : Mar kita pi berenang.
MT : Duh, Sa jadi malas pi alasannya hidung tersumbat.
(77a) P : Brapa orang sa besok yang ikot pi kafe? MT : Sa blum hitung.
P : Hitung dulu, supaya kita tahu.
(78a) P : Sa pu hati sakit e? MT : Napa? Da masalah?
P : Da teman yang fitnah sa pencuri. Sa sakit hati. MT : Trus betul ko curi?
P : Ti ju.
(79a) P : Su habis sa pu uang.
MT : Sa ju su habis. Ti tahu kapan mereka kirim.
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 itam ujan idung itung ati abis hitam hujan hidung hitung hati habis
(55)
2.7Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Terakhir dalam Suatu Kata
Penggalan yang berupa penanggalan fonem terakhir dalam suatu kata
merupakan pemendekan kata dengan cara menanggalkan fonem terakhir dalam
suatu kata. Berikut dikemukan contohnya.
(80) P : Ko dar mana? MT : Dar jalan-jalan
(81) P : Kaka, sa pinjam ko pu motor e. MT: Duh, sa su kasih pinjam sama Fredy.
(82) P : Nene da masuk rumah sakit. MT : Nene sakit pa?
P : Malaria.
(83) P : Mat ulang tahun kake
MT : Iya. Terima kasih.
(84) P : Sa mo rasakan bangku kuliah. MT : Mar su ke salatiga.
P : Blum bisa ni.
Pada contoh (80) terdapat penggalan dar yang berasal dari bentuk
panjang dari. Penggalan dar merupakan hasil pemendekan dengan menanggalkan
fonem akhir vokal /i/ dari kata dari. Pada contoh (81) terdapat juga penggalan
kaka yang berasal dari bentuk panjang kakak. Penggalan kaka merupakan hasil
pemendekan dengan cara menanggalkan fonem akhir konsonan /k/ dari kata
kakak. Pada contoh (82) dijumpai penggalan nene yang berasal dari bentuk
panjang nenek. Penggalan nene merupakan hasil pemendekan dengan cara
menanggalkan fonem akhir konsonan /k/ dari kata nenek. Pada contoh (83)
terdapat penggalan kake yang berasal dari bentuk panjang kakek. Penggalan kake
merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggalkan fonem akhir konsonan
(56)
dari bentuk panjang mari. Penggalan mar merupakan hasil pemendekan dengan
cara menanggalkan fonem akhir vokal /i/ dari kata mari.
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (80) dar, (81)
kaka, (82) nene, (83) kake, dan (84) mar dengan bentuk panjang dari, kakak,
nenek, kakek, dan mari sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(80a) P : Ko dari mana? MT : Dari jalan-jalan.
(81a) P : Kakak, sa pinjam ko pu motor e. MT : Duh, sa su kasih pinjam sama fredy.
(82a) P : Nenek da masuk rumah sakit. MT : Nenek sakit pa?
P : Malaria.
(83a) P : Mat ulang tahun kakek.
MT : Iya. Terima kasih.
(84a) P : Sa mo rasakan bangku kuliah. MT : Mari su ke salatiga.
P : Blum bisa ni.
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1
2 3 4 5
dar kaka nene kake mar
dari kakak nenek kakek mari
(57)
2.8Penggalan yang Berupa Penanggalan Dua Fonem Terakhir dalam Suatu
Kata
Penggalan yang berupa pengekalan dua fonem terakhir dalam suatu kata
merupakan pemendekan kata dengan cara menanggalkan dua fonem terakhir
dalam suatu kata. Berikut ini dikemukakan contohnya.
(85) P : Sapa yang jemput? MT : Maria deng Puput
(86) P : Sa malas skli deng ni bos di kantor. MT : Napa lagi?
P : Banyak skli tugas yang dikasi
MT : Jang omong begitu. Harus siap kerjakan tugas yang dikasi.
Pada contoh (85) dijumpai penggalan deng yang berasal dari bentuk
panjang dengan. Penggalan deng merupakan hasil pemendekan dengan cara
menanggalkan dua fonem terakhir –an dari kata dengan. Pada contoh (86)
terdapat penggalan jang yang berasal dari bentuk panjang jangan. Penggalan jang
merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggalkan dua fonem terakhir –an
dari kata jangan. Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (85)
deng dan jang (86) dengan bentuk panjangnya dengan dan jangan sebagaimana
terdapat pada contoh berikut.
(85a) P : Sapa yang jemput? MT : Maria dengan Puput
(86a) P : Sa malas skli deng ni bos di kantor. MT : Napa lagi?
P : Banyak skli tugas yang dikasih.
MT : Jangan omong begitu. Harus siap kerjakan!
(58)
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1
2
deng jang
dengan jangan
(59)
BAB III
POLA-POLA PEMBENTUKAN KONTRAKSI
DALAM TUTURAN BERBAHASA INDONESIA ANAK MUDA
SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR
3.1Pengantar
Dalam bab ini dibahas pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan
berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Berdasarkan hasil analisis data
ditemukan lima pola pembentukan kontraksi, yaitu (i) kontraksi dengan
monoftongisasi dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan mengubah vokal tinggi
menjadi vokal rendah dalam suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua
silabel pertama dalam suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama
dalam suatu kata, (v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu
kata.
3.2Kontraksi dengan Monoftongisasi dalam Suatu Kata
Kontraksi dengan monoftongisasi dalam suatu kata merupakan
pemendekan kata dengan monoftongisasi dalam suatu kata menjadi satu vokal.
Berikut ini contohnya.
(87) P : Masih lama kita sampe?
MT : Ti lama lagi, 15 menit kita su sampe.
(88) P : Nanti malam Sabtu kita da acara makrab. Engko mo ikot? MT : Sa ti ikot.
(89) P : Rame yang nonton lomba paduan suara semalam? MT : Cukup rame.
(60)
(90) P : Kaka, kita pake motor pi pante?
MT : Kita pake mobil supaya bisa jangko tempatnya yang jauh.
(91) P : Engko pi mana besok?
MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.
(92) P : Sa malas pake baju itam
MT : Ko cari warna laen! Begitu ja repot.
(93) P : Kaco semua kita pu rencana MT : Makanya laen kali jang gegabah!
(94) P : Kapan su selese ni rapat? Su lapar. MT : Sabar. Sa ju su lapar dar tadi.
(95) P : Duh maaf, saya terlambat. MT : Sante sa. Acara ju baru mulai.
(96) P : Kapan ko regis? MT : Besok. Ko? P : Ni hari.
MT : Ko deng sa su. Besok ato hari ini?
(97) P : Ko pu kaka masih kuliah? MT : Ti lagi. Su jadi pegawe negeri.
(98) P : Sa mo pi pante
MT : Pi su. Ko mo pi deng sapa? P : Deng pacar.
(99) P : Ni hari sapa yang piket pel lante? MT : Sa ti tau. Liat di jadwal.
(100) P : Jam 5 kita brangkat.
MT : Kalo jam 6 boleh? Sa masih kerja jam 5. P : Oke su.
(101) P : Panto trus orangnya supaya dia jang sembarangan. MT : Oke.
(102) P : Dasar ko pengaco! Ti puas liat orang susah. MT : Makanya jang buat diri inti!
Pada contoh (87) terdapat kontraksi sampe yang berasal dari bentuk
(61)
monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata sampai. Pada contoh (88)
dijumpai kontraksi mo yang berasal dari bentuk panjang mau. Kontraksi mo
merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal
/o/ dari kata mau. Pada contoh (89) terdapat kontraksi rame yang berasal dari
bentuk panjang ramai. Kontraksi rame merupakan hasil pemendekan dengan
monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata ramai. Pada contoh (90)
terdapat juga kontraksi jangko yang berasal dari bentuk panjang jangkau.
Kontraksi jangko merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au]
menjadi fonem vokal /o/ dari kata jangkau.
Pada contoh (91) dijumpai kontraksi engko yang berasal dari bentuk
pendek kata engkau. Kontraksi engko merupakan hasil pemendekan dengan
monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata engkau. Pada contoh (92)
terdapat kontraksi pake yang berasal dari bentuk panjang pakai. Kontraksi pake
merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal
/e/ dari kata pakai. Pada contoh (93) dijumpai kontraksi kaco yang merupakan
bentuk panjang kacau. Kontraksi kaco merupakan hasil pemendekan dengan
monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kacau. Pada contoh (94)
terdapat kontraksi selese yang berasal dari bentuk panjang selesai. Kontraksi
selese merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai] menjadi fonem
vokal /e/ dari kata selesai.
Pada contoh (95) terdapat kontraksi sante yang berasal dari bentuk
pendek kata santai. Kontraksi sante merupakan hasil pemendekan dengan
(1)
Kontraksi brapa merupakan hasil pemendekan dengan cara meringkas silabel be
menjadi fonem konsonan /b/ dari kata berapa.
Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan kontraksi (116) blum, (117) slasa, (118) snin, (119) blakang, (120) greja, (121) skolah, dan (122) brapa
bentuk panjangnya belum, selasa, senin, belakang, gereja, sekolah, berapa
sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(116a) P : Ayo su kita brangkat. MT : Sa belum siap ni. (117a) P : Kapan kita main futsal?
MT : Hari salasa. Nanti sa ingatkan lagi. (118a) P : Hari pa kita latihan paduan suara? MT : Hari senin.
(119a) P : Ko tahu kos yang masih kosong di sekitar sini?? MT : Oiya da. Letaknya tepat di sa pu belakang kos. (120a) P : Kaka, su pi gereja?
MT : Blum. Ni minggu sa absen dulu. P : Ayo su kita pi. Sa nanti gereja jam 4. MT : Sa su bilang sa absen, jadi sa ti akan pi.
(121a) P : Ko sekolah di mana?
MT : Di SMA Kristen Waikabubak. Ko sekolah di mana? P : Sa di SMK Waibakul.
(122a) P : Ton, tanggal berapa ko ujian? MT : Tanggal 23. Doakan supaya lancar. P : Oke kawan.
(2)
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 blum slasa snin blakang greja skolah brapa belum selasa senin belakang gereja sekolah berapa
3.6Kontraksi dengan Meringkas Silabel Terakhir dalam Suatu Kata
Kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata merupakan
pemendekan kata dengan cara meringkas silabel terakhir dalam suatu kata.
Berikut ini dikemukakan contohnya.
(123) P : Pa kabar? MT : Kabar bae sa. P : Ko? Pa kabar ju? MT : Bae-bae ju.
Pada contoh (123) terdapat kontraksi bae yang berasal dari bentuk panjang baik. Kontraksi bae merupakan hasil pemendekan dengan cara meringkas silabel terakhir ik menjadi fonem vokal /e/ dari kata baik. Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan kontraksi (123) bae dengan bentuk panjang baik,
sebagaimana tampak pada contoh berikut.
(123a) P : Pa kabar? MT : Kabar baik sa. P : Ko? Pa kabar ju? MT : Baik-baik ju.
(3)
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.
No Bentuk Pendek Bentuk Panjang
1 bae baik
(4)
60 BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat simpulkan bahwa
ada tujuh pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan berbahasa Indonesia
anak muda Sumba Tengah, yaitu
(i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dalam suatu kata
(ii) penggalan yang berupa pengekalan dua silabel pertama dalam suatu
kata
(iii) penggalan yang berupa pengekalan dua silabel terakhir dalam suatu
kata
(iv) penggalan yang berupa pengekalan silabel terakhir dalam suatu kata
(v) penggalanyang berupa penanggalan fonem pertama dalam suatu kata
(vi) penggalan yang berupa penanggalan fonem terakhir dalam suatu kata
(vii) penggalan yang berupa penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu
kata
Selain itu, ditemukan lima pola-pola pembentukan kontraksi dalam
tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, yaitu
(i) kontraksi dengan monoftongisasi dalam suatu kata
(ii) kontraksi dengan mengubah vokal tinggi menjadi vokal rendah dalam
suatu kata
(5)
(iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama dalam suatu kata
(v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata
4.2 Saran
Topik tentang penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa
Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur dalam penelitian ini
baru dikaji dari pola-pola pembentukan. Masih ada hal yang dapat diteliti lebih
lanjut, yaitu kerangka penggunaan penutur dalam berkomunikasi verbal pada anak
muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur.
(6)
62
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit USD.
BPS Kabupaten Sumba Barat dan Bappeda Kabupaten Sumba Tengah. 2009. Sumba Tengah dalam Angka. Sumba: BPS.
Chaer. Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: pendekatan proses.
Jakarta: Rineke Cipta.
Kridalaksana H. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Gramedia.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 1975. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Suratmi, Maria Goreti. 1997. “Akronim Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Harian Kompas: Tinjauan Terhadap Pola Pembentukan, Tipe Frase yang Dibentuk, Proses Morfologis yang Menyertai, dan Bidang Penggunaannya”. Skripsi pada Program Studi PBSID. Yogyakarta.
Webster, A Meriaam. 1965. Webster’s Seventh New Colegiate Dictionary. Massachusetts: G & C Meriaam Company.
Bamualim, Anisah Umar. 2009. Profil Budaya Sumba Barat. Waikabubak: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Barat.