Efektivitas in vitro Ampisilin, Gentamisin dan Kombinasinya Terhadap Streptococcus pyogenes.

ABSTRAK

EFEKTIVIT AS IN VITRO AMPISILIN, GENTAMISIN DAN
KOMBINASINY A TERHADAP Streptococcus pyogenes
Mishael S Wirianto, 2002, Pembimbing I : Widura, dr., MS
Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr., MSi
Latar Belakang : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes menujukkan adanya peningkatan angka kematian. Kombinasi ampisilin
dan gentamisin merupakan terapi yang sering diberikan kepada penderita yang
terinfeksi Streptococcus pyogenes. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan
kombinasi tersebut, diperlukan suatu penelitian.
Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas in vitro masing-masing antibiotik
ampisilin dan gentamisin serta kombinasinya terhadap Streptococcus pyogenes.
Metode : Penelitian ini bersifat eksperimental dengan melakukan
pemeriksaan terhadap sarp.pel laboratorium Streptococcus pyogenes mengenai
efektivitas penggunaan ampisilin dan gentamisin secara in vitro dengan
menggunakan metode Kirby Bauer. Diameter zone inhibisi yang terbentuk
dibandingkan dengan tabel standar. Untuk kombinasinya digunakan metode yang
serupa dengan menggunakan dua pita yang disusun menyerupai huruf " T ".
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan diameter zone inhibisi
yang dibentuk ampisilin 24,60 rom dan gentamisin 10,64 rom. Kombinasi

keduanya menunjukkan zone inhibisi yang meluas dan efektifitas yang sinergis
antara keduanya.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil tersebut, kombinasi ampisilin dan
gentamisin menunjukkan sifat sinergis terhadap Streptococcus pyogenes,
sedangkan penggunaan ampisilin atau gentamisin secara tunggal tidaklah efektif.

IV

ABSTRACT
IN VITRO EFFECTIVITY OF AMPICILLIN, GENTAMICIN AND THEIR
COMBINATION AGAINST Streptococcus pyogenes
st
Mishael S Wirianto, 2002, 1 Tutor: Widura, dr., MS

2nd Tutor: Fanny Rahardja, dr., MSi

Background:
The infection's diseases those caused by Streptococcus
pyogenes shows the increasing of mortality rate. Ampicillin and gentamicin's
combination often given as terapy for patient who suffer from Streptococcus

pyogenes' infection. To knows the effectivity of their combination, research is
needed.
Objectives: To knows the in vitro effectivity of each antibiotic (ampicillin
and gentamicin) and their combination against Streptococcus pyogenes.
Methods : This research has experimental characteristic by doing
examination to the laboratory sample about effectiveness of ampicillin and
gentamicin to Streptococcus pyogenes by an in vitro method na,!,ed Kirby Bauer
test. The diameter of inhibition zone that is formed is considerated to standard
table. For the combination is used the same method which is used two ribbon
which are composed like "TH.
Result: This research show that the diameter of inhibition zone which are
formed by ampicillin is 24,60 mm and gentamicin is 10,64 mm and their
combination shows that the diameter of inhibition zone become larger.
Conclusion : From this research, we can conclude that for Streptococcus
pyogenes, the combination of ampicillin and gentamicin has synergistic effect, but
if ampicillin or gentamicin is given singly, they are not effective.

v

DAFTAR ISI

I

JUDUL DALAM
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SURATPERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT

11
111
IV
V
VI

KATAPENGANTAR

V111

DAFTARISI
DAFTAR TABEL

DAFTARGAMBAR

X
Xl

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. IdentifIkasi Masalah
1.3. Maksud dan tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.6. Metode Penelitian
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

1
2
2
3
3
3

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Streptococcus pyogenes
2.1.1. Pendahuluan
2.1.2. Patogenesis
2.1.3. Pertahananan Tubuh
2.1.4. Pengobatan dan Pencegahan
2.2. Antibiotika
2.2.1. Pengantar Antibiotika
2.2.2. Ampisilin
2.2.3. Gentamisin
2.2.4. Kombinasi
2.1. Pengujian Efektivitas Antibiotik Secara In Vitro
2.1.1. Tes Efektivitas Antibiotik
2.1.2. Tes Efektivitas Kombinasi Antibiotik

4
4
5

10
11
12
12
14
17
20
21
21
22

BAB III. METODE PENELITIAN

24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.2. Pembahasan

28

31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

32

V111

32

5.2. Saran
DAFTARPUSTAKA

33

RlWAYAT HIDUP

35


IX

DAFT AR TABEL

Tabe14.1. Diameter Zone Inhibisi Yang Dibentuk Ampisilin 10 J!g

28

Tabe14.2. Diameter Zone Inhibisi Yang Dibentuk Ampisilin 10 J!g

29

Tabe14.3. Diameter Zone Inhibisi Yang Dibentuk Kombinasi Ampisilin
dan Gentamicin dengan Metode Kirby Bauer

30

Tabe14.3. Diameter Zone Inhibisi Yang Dibentuk Kombinasi Ampisilin
dan Gentamicin dengan Metode Pita "T"


x

30

DAFTARGAMBAR

Gambar 2.1. Streptococcus pyogenes

4

Gambar 2.2. Morfologi Streptococcus pyogenes

5

Gambar 2.3. Struktur Permukaan Sel dari Streptococcus pyogenes dan ProdukProduk yang dihasilkannya

6

Gambar 2.4. Patogenesis Daripada lnfeksi Streptococcus pyogenes


9

Gambar 2.5. Berbagai Macam Mekanisme Kerja Antibitika Pada Bakteri

14

Gambar 2.6. Rumus Molekul Ampisilin

15

Gambar 2.7. Mekanisme Kerja Penisilin

17

Gambar 2.8. Rumus Molekul Gentamisin

18

Gambar 2.9. Mekanisme Kerja Aminoglikosida


19

Gambar 2. 1O.Berbagai Zone lnhibisi Yang Terbentuk Akibat Kombinasi 2
23

Antibiotik
Gambar 4.1. Gambaran Zone lnhibisi Yang Dibentuk Ampisilin 10 Jlg

28

Gambar 4.2. Gambaran Zone lnhibisi Yang Dibentuk Gentamisin10 Jlg

29

Gambar 4.2. Gambaran Zone lnhibisi Yang Dibentuk Kombinasi Ampisilin
0,25 Jlg (A) dan Gentamisin 4 Jlg (G) Dengan Metode Kirby
31

Bauer dan Pita "T'

Xl

1

DAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Delakang
Streptococcus pyogenes rnerupakan salah satu bakteri patogen yang paling
sering pada rnanusia. Diperkirakan antara 5-15% dari individu normal terinfeksi S.
pyogenes, terutama dalam traktus respiratorius dengan tanpa ada gejala penyakit.
Ketika pertahanan

tubuh rnenurun, atau ketika bakteri tersebut mampu

meningkatkan virulensinya, atau ketika mereka melakukan kontak dengan
jaringan yang sangat rentan terhadap infeksi. maka terjadilah infeksi akut oleh S.
pyogenes. (http://textbookofbacteriology.net)
Akhir-akhir ini, infeksi oleh S. pyogenes telah merenggut banyak nyawa
terutama karena bakteri tersebut rnerupakan penyebab utama dari infeksi
puerpuralis (sepsis setelah kelahiran). Dahulu scarlet fever merupakan komplikasi
terberat dari infeksi S. pyogenes. tetapi sekarang dengan adanya terapi antibiotik,
penyakit ini Iebih sedikit terjadi dibandingkan dengan faringitis streptococcus
yang disertai rash. Sarna seperti scarlet fever, erisipelas (selulitis yang disertai
dernam dan keracunan sistemik) jarang terjadi saat ini. Tetapi sekarang ini terjadi
peningkatan jenis, keganasan dan penyakit pasca infeksi S. pyogenes; dan juga
kebangkitan dari penyakit infeksi ganas, yang oleh media rnassa disebut sebagai
flesh eating bacteria ataU bakteri pernakan daging. Penjelasan yang lengkap dan
rnendetail dari kebangkitan penyakit infeksi ganas ini belum sepenuhnya
diketahui. Sekarang, S. pyogenes rnenjadi kekhawatiran utama karena terjadi
progresifitas dari penyakit infeksi ini dan juga resiko yang terjadi akibat penyakit
pasca infeksi yang serius dari infeksi S. pyogenes yang tidak terawat. Penyakitpenyakit

ini

rnenimbulkan

rnasalah

kesehatan

utama

dari

rnasyarakat

internasional. Usaha pemecahannya telah dilakukan dengan penelitian Iangsung
terhadap resiko dan mekanisme dari penyakit pasca infeksinya, dan juga
identifikasi strain-strain rernatogenik maupun nephritogenik dari S. pyogenes.
(http://textbookofbacteriology .net)

2

Infeksi akut S. pyogenes moogkin timbul dalam bentuk faringitis (strep
throat), scarlet fever (rash), impetigo (infeksi dari lapisan superfisial kulit) atau
selulitis (infeksi lapisan dalam kulit). Penyakit invasif dan toksik dapat timbul
dalam bentuk necrotizing fasciitis, myositis, septic shock dan streptococcal toxic
shock syndrome. Penderita juga dapat terkena penyakit imoo kompleks pasca
infeksi S. pyogenes, seperti demam rematik akut dan glomerulonefritis akut.
(http://textbookotbacteriology .net)
Di Amerika sendiri dari 100% manusia dewasa yang menderita infeksi
Streptococcus pyogenes, 29% diantaranya menderita infeksi berat dalam bentuk
necrotizing fasciitis (9,6%) , septic shock (13%) dan streptococcal toxic shock
syndrome (6,4%) dengan angka kematian sekitar 16,1%. (http://www.cdc.gov)
Pemberian ampisilin secara tunggal sekarang ini meningkatkan resistensi
antibiotik tersebut terhadap Streptococcus pyogenes. Pemberian gentamisin pada
penderita infeksi Streptococcus pyogenes sangatlah tidak efektif, bahkan dalam
prakteknya gentamisin sering ditambahkan pada agar darah ootuk mengisolasi
kuman Streptococcus pyogenes. (Goodman&Gilman's, 1990)
Oleh sebab itu, efektivitas masing-masing antibiotik baik penisilin dan
gentamisin

maupun kombinasinya

terhadap Streptococcus

pyogenes

perlu

dibuktikan secara in vitro.

1.2. Identifikasi Masalah
Apakah secara in vitro penggunaan ampisilin dan gentamisin tunggal masih
sensitifterhadap Streptococcus pyogenes, dan bagaimana sifat kombinasinya?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah melakukan percobaan laboratorium untuk
membandingkan kombinasi ampisilin dan gentamisin atau dengan ampisilin atau
gentamisin saja.
Tujuan penelitian ini adalah :

3

1. Untuk mengetahui

sifat kombinasi ampisilin clan gentamisin

terhadap

Streptococcus pyogenes.
2. Untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan masing-masing ampiciillin dan
gentamisin secara tunggal terhadap Steptococcus pyogenes.

1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini berguna sebagai masukan bagi klinikus dalam terapi
pengobatan berbagai infeksi Streptococcus pyogenes yang berat dengan ampisilin
dan gentamisin yang diberikan secara kombinasi atau masing-masing secara
tunggal.

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Meningkatnya resistensi S. pyogenes terhadap ampisilin dan gentamisin
memerlukan suatu penelitian untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan
masing-masing antibiotik baik ampisilin maupun gentamisin secara tunggal dan
kombinasinya.

1.6. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat true eksperimental prospektif dengan melakukan
pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel laboratorium mengenai efektivitas
penggunaan ampisilin, gentamisin dan kombinasinya terhadap Streptococcus
pyogenes secara in vitro dengan mengukur zone inhibisinya.

1.7. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.
Waktu penelitian:

1. Hari Sabtu tanggal 9 Maret 2002 selesai pOOahari
Rabu 13 Maret 2002
2. Hari Sabtu tanggal 4 Mei 2001 selesai pada hari
Rabu 8 Mei 2002

32

BABV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dari yang telah dilakukan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Streptococcus pyogenes resisten terhadap pemberian

ampisilin

maupun

gentamisin yang diberikan secara tunggal.
2. Pemberian kombinasi ampisilin

dengan gentamisin memiliki efektivitas

antimikroba yang sinergis terhadap Streptococcus pyogenes.

5.2. Saran
Dengan adanya penelitian ini, maka pemberian antibiotik ampisilin dan
gentamisin secara tunggal sebaiknya tidak diberikan pada pender ita yang
terinfeksi S. pyogenes. Sedangkan mengenai penggunaan kombinasinya perlu
diadakan penelitian

lanjutan terhadap efektivitas kombinasi

gentamisin secara in vivo dalam aplikasi klinisnya.

ampisilin dan

33

DAFTAR PUSTAKA
Atlas, Ronald M. 1997. Principles of microbiology. thed.. Dubuque. Iowa: Wm.
C. Brown Publishers. 212-213
Cappuccino, James G., and Natalie Sherman. 1997. Microbiology a laboratory
manual. 5thed..New York: Addison Wesley Longman Inc.. 253-259
Goodman and Gilman's. 1990. The pharmacological basis of therapeutics.
8thed..Singapore: Pergamon Press, Inc.. 1065-1080. 1098-1110
http://gsbs.utmb.edulmicrobook/chOi2.htm.
httv://textbookofbacteriolof!V.

2002

net/streptococcus. html, 2002

http://www.bact.wisc.edulMicrotextBook/BacteriaIStructureiCellWall.htm.

http://www.ccsf.edu/Departments/Biolo~/antibiotics.htm.
http://www.cdc.f!ov/ncidod/eid/voI2noi/strepvro.htm.

2002

uk/MBChB/ antimicrobials .ppt. 2002

htt ://www.medicine.mcill.calcai/meded/dru
b.htm. 2002

db/am

http://www.med.sc.edu:85/maver/antibiot.htm.

2002

http://www-personal.umich.

2002

2002

http://www.srf!a.org/MICTAB/MIC/MICgenta.htm.
http://www-micro.msb.le.ac.

2002

edul-vlpec/Gent/f!ent.

html. 2002

Russel, A.D. 1965. Pharmaceutical microbiology. Oxford: Blackwell Scientific
Publications. 187-189. 191-192
Sayers, Abigail A., and Dixie D. Whitt.
Washington DC: ASM Press. 97-109

1994. Bacterial pathogenesis.

Setiabudy, R., dan Gan Vincent, H.S. 1998. Farmakologi dan terapi FK-UI.
edisi 4. Jakarta: Gaya Barn. 571-580.622-636,661-674

34

Tortora, Gerald J., Berdell R. Funke, and Christine L. Case. 1997.
Microbiology an introduction. 6th ed.. Menlo Park, California: Eddison
Wesley Longman.Inc.. 531-541.603-606