Efektivitas Invitro Ampisilin, Kloramfenikol, dan Kombinasinya Terhadap Strptococcuc Pneumoniae.

(1)

ABSTRAK

Efektivitas In Vitro Ampisilin, Kloramfenikol, Dan Kombinasinya Terhadap Streptococcus Pneumoniae

Oleh Carolina Shaw Pembimbing : Widura dr., MS

Fanny R., dr

Di Indonesia morbiditas dan mortalitas balita akibat pneumonia pneumococcus sangat tinggi. Secara empirik, ampisilin dan kloramfenikol masih digunakan karena dianggap masih efektif dan harganya murah. Kedua antibiotik tersebut biasanya diberikan secara kombinasi karena dianggap lebih efektif dibandingkan pemberian secara tunggal.

Kombinasi dari ampisilin dan kloramfenikol seharusnya bersifat antagonistik, karena ampisilin bersifat bakterisidal sedangkan kloramfenikol bakteriostatik. Akan tetapi untuk Streptococcus pneumoniae kloramfenikol bersifat bakterisidal, sehingga kombinasi tersebut diduga bersifat sinergistik. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui efektivitas masing-masing antibiotik dan kombinasinya terhadap Pneumococcus.

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan melakukan pemeriksaan terhadap sampel laboratorium mengenai efektivitas penggunaan ampisilin dan kloramfenikol secara in vitro dengan menggunakan metode Kirby Bauer. Diameter zone inhibisi yang terbentuk dibandingkan dengan tabel standar. Untuk kombinasinya digunakan metode yang serupa, dengan menggunakan dua pita yang disusun menyerupai huruf " T ".

Hasil penelihan menujukan diameter zone inhibisi yang dibentuk ampisilin 22,88 mm dan kloramfenikol 13,25 mm. Kombinasi keduanya menunjukkan zone inhibisi yang meluas.

Berdasarkan hasil tersebut, kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus menunjukkan sifat sinergis dan penggunaan ampisilin, kloramfenikol secara tunggal tidaklah efektif.


(2)

ABSTRACT

In vitro effectivity of ampicillin, chloramphenicol and the combination against Streptococcus Pneumoniae

By Carolina Shaw Tutors : Widura dr., MS

Fanny R.., dr

In Indonesia, morbidity and mortality at children under five which are caused by pneumonia pneumococcus are very high. Empirically, the treatment f o r pneumonia pneumococcus is usually by administration of ampicillin and chloramphenicol because of the price and the effectivity. Both antibiotics are usually given in combination because their are supposed more effective than given singly.

The combination of ampicillin and chloramphenicol should have antagonistic eflect, because ampicillin has bactericidal activity while chloramphenicol has bacteriostatic activity. Chloramphenicol has bactericidal activity upon Pneumococcus, so the combination is supposed to work sinergically. However, research on the efectiveness of each antibiotic and their combination against

Pneumococcus is needed.

This research has experimental characteristic by doing examination to the laboratory sample about effectiveness of ampicillin and chloramphenicol to Pneumococcuss by an in vitro method named Kirby Bauer test. The diameter of zone inhibition that is formed is considerated to standard table. For the combination is used the same method which is used two ribbon which are composed like “T”.

The results of this research show that the diameter of zone inhibition which are formed by ampicillin is 22,88 mm and chloramphenicol is 13,25 mm and their

combination shows that the diameter of zone inhibition become larger.

The conclusion of this research shows that for Pneumococcus, the combination of ampicillin and chloramphenicol has synergistic effect, but if ampicillin and chloramfenicol are given singly, their are not effectively.


(3)

DAFTAR ISI Halaman iv ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN

1 . 1 . Latar Belakang 1.2. Identifikasi Masalah 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Kegunaan Penelitian 1.5. Kerangka Pemikiran 1.6. Metodologi

1.7. Lokasi dan Waktu BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pneumonia Pneumococcus 2.1.1. Streptococcus pneumoniae 2.1.2. Patogenesis

2.1.3. Terapi Penyakit Infeksi akibat Pneumococcus 2.2. Antibiotik Ampisislin, Kloramfenikol dan

Mekanisme Kerjanya 2.2.1. Antibiotik 2.2.2. Ampisilin V vi viii xi xii xiii 1 1 2 2 4 4 4 4 6 vlll


(4)

2.2.3. Kloramfenikol

2.2.4. Pemberian Antibiotik secara Kombinasi 2.3. Pengujian Efektifitas Antibiotik secara In Vitro

2.3.1. Tes Efektivitas Antibiotik

2.3.2. Pengujian Efektivitas Penggunaan Kombinasi Antibiotik BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 3.2. Sifat Penelitian 3.3. Sampel

3.4. Pengujian Efektivitas Masing-Masing Ampisilin dan Kloramfenikol Terhadap Pneumococcus secara In Vitro 3.5. Pengujian Efektivitas Antibiotik secara In Vitro jika

diberikan secara Kombinasi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Efektivitas Masing-masing Ampisilin dan

Kloramfenikol dan Kombinasiny a secara In Vitro terhadap Streptococcus pneumoniae

4.1.1. Hasil Pengujian Efektivitas Ampisilin 4.1.2. Hasil Pengujian Efektivitas Kloramfenikol

13 15 17 18 19 21 21 21 21 21 24 26 26 26 27 4.1.3. Hasil Pengujian Efektivitas Kombinasi Ampisilin (0,5

Kloramfenikol

(6,3

27

4.2. Pembahasan Hasil 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 29

5.1 . Kesimpulan 29

5.2. Saran 29


(5)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

30 31 34


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Diameter zone inhibisi yang dibentuk ampisilin (10 26 Tabel 4.2. Diameter zone inhibisi yang dibentuk kloramfenikol (30

Tabel 4.3. Zone inhibisi yang dibentuk kombinasi ampisilin

27

dan kloramfenikol 27


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumus molekul ampisilin.

Gambar 2.2. Tempat kerja antibiotik golongan penisilin, yaitu pada sintesis dinding sel bakteri.

Gambar 2.3. Sintesis peptidoglikan. Gambar 2.4. Proses tranpeptidasi.

Gambar 2.5. Mekanisme dan tempat kerja kloramfenikol. Gambar 2.6. Rumus molekul kloramfenikol.

Gambar 2.7. Berbagai zone tnhibisi yang terbentuk akibat kombinasi 2 antibiotik.

Gambar 3.1. Bagan penentuan turbidity kuman.

Gambar 3.2. Bagan cara kerja pengujian efektivitas antibiotik secara tunggal hari II.

Gambar 3.3. Bagan cara kerja pengujian efektivitas kombinasi antibiotik hari II.

Halaman 8

10 11 12 14 15

20 22

23

25


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Data DepKes Bandung tahun 2000 tentang penyakit

penyebab kematian px rawat inap di RS umur 1-4 th. 31 Lampiran 2 : Data DepKes Bandung tahun 2000 tentang pola penyakit

Px rawat inap di RS. 32

33 Lampiran 3 : Tabel standar zone inhibisi beberapa antibiotik.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini di negara-negara berkembang seperti Indonesia, morbiditas dan mortalitas pada anak-anak usia balita akibat pneumonia sangat tinggi.

Menurut data Dinas Kesehatan kota Bandung pada tahun 2000, morbiditas pneumonia pada balita menduduki peringkat kedua (16,63 %) dan mortalitas balita karena pneumonia menduduki peringkat pertama (27,78 %).

Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasit. Tetapi yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae atau lebih dikenal dengan nama Pneumococcus. (Volk W.A., 1997)

Untuk pengobatan pneumonia sekarang meskipun sudah tersedia banyak antibiotik yang baru, namun ampisilin dan kloramfenikol masih digunakan karena dianggap masih efektif dan harganya murah. Kedua antibiotik tersebut biasanya diberikan secara kombinasi karena dianggap lebih efektif dibandingkan pemberian masing-masing ampisilin atau kloramfenikol secara tunggal. (Warren Levinson, 1996)

Mekanisme kerja ampisilin dan kloramfenikol berbeda. Ampisilin bersifat bakterisidal sedangkan kloramfenikol secara umum bersifat bakteriostatik. Oleh karena itu, kombinasi mereka seharusnya bersifat antagonistik Meskipun demikian terhadap Streptococcus pneumoniae ternyata kloramfenikol bersifat bakterisidal sehingga diduga kombinasinya dengan ampisilin bersifat sinergistik dan bukan bersifat antagonistik seperti terhadap bakteri-bakteri lain. (Warren Levinson, 1996)

Oleh karena itu efektivitas masing-masing antibiotik dan kombinasinya terhadap Pneumococcus perlu dibuktikan secara in vitro.


(10)

2

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Apakah benar secara in vitro kombinasi ampisilin dan kloramfenikol tersebut lebih efektif dibanding masing-masing secara tunggal, terhadap Streptococcus pneumoniae?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penelitian ini adalah melakukan percobaan laboratorium untuk membandingkan kombinasi ampisilin dan kloramfenikol dengan ampisilin atau kloramfenikol saja.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sifat kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus.

2. Untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan masing-masing ampisilin dan kloramfenikol secara tunggal terhadap Pneumococcus.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian iniberguna sebagai masukan bagi klinikus dalam pengobatan

infeksi Pneumococcus, untuk mengetahui tentang efektifitas penggunaan kombinasi ampisilin dan kloramfenikol dan masing-masing secara tunggal saja.

1.5. KERANGKA PEMIKIRAN

Sekarang ini, pneumonia akibat Pneumococcus mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada anak balita. Dan untuk pengobatan


(11)

3

pneumonia pneumococcus para dokter masih memberikan kombinasi ampisilin dan kloramfenikol karena dianggap lebih efektif dibandingkan hanya diberikan ampisilin atau kloramfenikol saja.

Tetapi menurut teori yang ada mekanisme kerja dari kedua antibiotik tersebut bersifat antagonistik. Penisilin bersifat bakterisidal dan bekerja pada bakteri yang sedang tumbuh sedangkan kloramfenikol bersifat bakteriostatik, yaitu menghentikan pertumbuhan bakteri.

Akan

tetapi khususnya terhadap Pneumococcus sebetulnya kloramfenikol berefek bakterisidal. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan masing- masing ampisilin dan kloramfenikol secara tunggal dan apakah benar kombinasi kedua antibiotik tersebut bersifat sinergis terhadap Pneumococcus.

Hipotesis : Kombinasi A & K bersifat sinergis terhadap Pneumococcus

1.6. METODOLOGI

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan melakukan pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel laboratorium mengenai efektivitas penggunaan ampisilin, kloramfenikol, dan kombinasinya terhadap Pneumococcus secara in vitro dengan mengukur zone inhibisinya.

1.7. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi penelitian : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Waktu penelitian : 1. Hari Jumat tanggal 20 April tahun 2001 selesai pada hari Senin tanggal 23 April 2001.

2. Hari Jumat tanggal 18 Mei tahun 2001 selesai pada hari Senin 21 Mei 2001.


(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus menunjukkan sifat sinergis.

2. Pneumococcus bersifat resistant terhadap pemberian ampisilin dan kloramfenikol secara tunggal.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian, untuk pengobatan pneumonia pneumococcus para klinikus disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel pasien untuk mengetahui lebih jauh mengenai sifat sinergis dari kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Volk W.A., Brown J.C. 1997. Basic microbiology. edition. Virginia :

Addison Wesley Education Inc. p 489-491.

2. Atlas Ronald M., PhD. 1997. Principles

of

Microbiology. edition, Kentucky : Wm. C. Brown Publishers. p 115, 590-592.

3. Tortora Gorard J., Funka Bordell R., Case Christine L. 1998. Microbiology on

introduction. edition. Menlo Park, Calfomia : Addison Wesley

Longman Inc. p 531-539, 542, 549-552.

4. Warren Levinson, MD, Phd. 1996. Medical microbiology and immunology.

edition. San Fransisco : Appleton and Lange. p 45-5 1.

5 . Setiabudy R., Gan Vincent H.S. 1998. Farmakologi dan Terapi FK-UI edisi

4. Jakarta : Gaya Baru. halaman 571, 579-583.

6. Joklik Wolfgang K., D.Phil., Willet Hilda P., Ph.D, Amos D. Bernard, M.D., Wilfert Catherine M., M.D. 1988. Zinsser microbiology. edition. USA, Mexico : Prentice Hall International Inc. P 369-376

7. Russell A.D., 1965 1965. Pharmaceutical microbiology. Oxford : Blackwell scientific publications. p 187-1 89, 191 -1 92

8. Cappuccino James G., Shermon Natalie. 1997. Microbiology a laboraloty

manual. edition. New York Addison Wesley Longman Inc. p 253-259

9. Wistreich George A. 1997. Microbiology Laboratory Fundamentals and Applications. Prentice Hall. p 324

10.Parry Christopher M., Diep To Song. Maret 2000. Nasal carriage in Vietnamese children of Streptococcus pneumoniae resistant to multiple an timi krobal agents . A nt im i kro b ial agents and chemothe rapy, p . 4 84 -4 8 8


(1)

Halaman Lampiran 1 : Data DepKes Bandung tahun 2000 tentang penyakit

penyebab kematian px rawat inap di RS umur 1-4 th. 31 Lampiran 2 : Data DepKes Bandung tahun 2000 tentang pola penyakit

Px rawat inap di RS. 32

33 Lampiran 3 : Tabel standar zone inhibisi beberapa antibiotik.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini di negara-negara berkembang seperti Indonesia, morbiditas dan mortalitas pada anak-anak usia balita akibat pneumonia sangat tinggi.

Menurut data Dinas Kesehatan kota Bandung pada tahun 2000, morbiditas pneumonia pada balita menduduki peringkat kedua (16,63 %) dan mortalitas balita karena pneumonia menduduki peringkat pertama (27,78 %).

Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasit. Tetapi yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae atau lebih dikenal dengan nama Pneumococcus. (Volk W.A., 1997)

Untuk pengobatan pneumonia sekarang meskipun sudah tersedia banyak antibiotik yang baru, namun ampisilin dan kloramfenikol masih digunakan karena dianggap masih efektif dan harganya murah. Kedua antibiotik tersebut biasanya diberikan secara kombinasi karena dianggap lebih efektif dibandingkan pemberian masing-masing ampisilin atau kloramfenikol secara tunggal. (Warren Levinson, 1996)

Mekanisme kerja ampisilin dan kloramfenikol berbeda. Ampisilin bersifat bakterisidal sedangkan kloramfenikol secara umum bersifat bakteriostatik. Oleh karena itu, kombinasi mereka seharusnya bersifat antagonistik Meskipun demikian terhadap Streptococcus pneumoniae ternyata kloramfenikol bersifat bakterisidal sehingga diduga kombinasinya dengan ampisilin bersifat sinergistik dan bukan bersifat antagonistik seperti terhadap bakteri-bakteri lain. (Warren Levinson, 1996)

Oleh karena itu efektivitas masing-masing antibiotik dan kombinasinya terhadap Pneumococcus perlu dibuktikan secara in vitro.


(3)

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Apakah benar secara in vitro kombinasi ampisilin dan kloramfenikol tersebut lebih efektif dibanding masing-masing secara tunggal, terhadap Streptococcus pneumoniae?

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penelitian ini adalah melakukan percobaan laboratorium untuk membandingkan kombinasi ampisilin dan kloramfenikol dengan ampisilin atau kloramfenikol saja.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sifat kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus.

2. Untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan masing-masing ampisilin dan kloramfenikol secara tunggal terhadap Pneumococcus.

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian iniberguna sebagai masukan bagi klinikus dalam pengobatan

infeksi Pneumococcus, untuk mengetahui tentang efektifitas penggunaan kombinasi ampisilin dan kloramfenikol dan masing-masing secara tunggal saja.

1.5. KERANGKA PEMIKIRAN

Sekarang ini, pneumonia akibat Pneumococcus mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama pada anak balita. Dan untuk pengobatan


(4)

3

pneumonia pneumococcus para dokter masih memberikan kombinasi ampisilin dan kloramfenikol karena dianggap lebih efektif dibandingkan hanya diberikan ampisilin atau kloramfenikol saja.

Tetapi menurut teori yang ada mekanisme kerja dari kedua antibiotik tersebut bersifat antagonistik. Penisilin bersifat bakterisidal dan bekerja pada bakteri yang sedang tumbuh sedangkan kloramfenikol bersifat bakteriostatik, yaitu menghentikan pertumbuhan bakteri.

Akan

tetapi khususnya terhadap Pneumococcus sebetulnya kloramfenikol berefek bakterisidal. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan masing- masing ampisilin dan kloramfenikol secara tunggal dan apakah benar kombinasi kedua antibiotik tersebut bersifat sinergis terhadap Pneumococcus.

Hipotesis : Kombinasi A & K bersifat sinergis terhadap Pneumococcus

1.6. METODOLOGI

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan melakukan pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel laboratorium mengenai efektivitas penggunaan ampisilin, kloramfenikol, dan kombinasinya terhadap Pneumococcus secara in vitro dengan mengukur zone inhibisinya.

1.7. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi penelitian : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Waktu penelitian : 1. Hari Jumat tanggal 20 April tahun 2001 selesai pada hari Senin tanggal 23 April 2001.

2. Hari Jumat tanggal 18 Mei tahun 2001 selesai pada hari Senin 21 Mei 2001.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus menunjukkan sifat sinergis.

2. Pneumococcus bersifat resistant terhadap pemberian ampisilin dan kloramfenikol secara tunggal.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian, untuk pengobatan pneumonia pneumococcus para klinikus disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel pasien untuk mengetahui lebih jauh mengenai sifat sinergis dari kombinasi ampisilin dan kloramfenikol terhadap Pneumococcus.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Volk W.A., Brown J.C. 1997. Basic microbiology. edition. Virginia : Addison Wesley Education Inc. p 489-491.

2. Atlas Ronald M., PhD. 1997. Principles

of

Microbiology. edition, Kentucky : Wm. C. Brown Publishers. p 115, 590-592.

3. Tortora Gorard J., Funka Bordell R., Case Christine L. 1998. Microbiology on introduction. edition. Menlo Park, Calfomia : Addison Wesley Longman Inc. p 531-539, 542, 549-552.

4. Warren Levinson, MD, Phd. 1996. Medical microbiology and immunology. edition. San Fransisco : Appleton and Lange. p 45-5 1.

5 . Setiabudy R., Gan Vincent H.S. 1998. Farmakologi dan Terapi FK-UI edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. halaman 571, 579-583.

6. Joklik Wolfgang K., D.Phil., Willet Hilda P., Ph.D, Amos D. Bernard, M.D., Wilfert Catherine M., M.D. 1988. Zinsser microbiology. edition. USA, Mexico : Prentice Hall International Inc. P 369-376

7. Russell A.D., 1965 1965. Pharmaceutical microbiology. Oxford : Blackwell scientific publications. p 187-1 89, 191 -1 92

8. Cappuccino James G., Shermon Natalie. 1997. Microbiology a laboraloty manual. edition. New York Addison Wesley Longman Inc. p 253-259 9. Wistreich George A. 1997. Microbiology Laboratory Fundamentals and

Applications. Prentice Hall. p 324

10.Parry Christopher M., Diep To Song. Maret 2000. Nasal carriage in Vietnamese children of Streptococcus pneumoniae resistant to multiple an timi krobal agents . A nt im i kro b ial agents and chemothe rapy, p . 4 84 -4 8 8