Studi Deskriptif Mengenai Triangular Model of Love pada Lesbian Usia Dewasa Awal yang Memiliki Pasangan Sesama Jenis di Kota Bandung.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan kepada 32 responden untuk memperoleh gambaran mengenai triangular model of love pada lesbian usia dewasa awal (19-39 tahun) yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan data snowball sampling.

Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi dari kuesioner Triangular Love Scale oleh Sternberg (1988). Alat ukur ini terdiri dari 45 item skala likert, yang merupakan turunan dari 7 indikator dan diperoleh dari 3 komponen love. Penghitungan validitas dengan teknik korelasi dari Spearmen dengan rata-rata 0.6003 dan penentuan item dengan skala dari Lisa Friedenberg, menunjukkan bahwa seluruh item diterima. Penghitungan realibilitas menggunakan metode split half skala Guilford menunjukkan hasil 0.802 yang berarti alat ukut memiliki reliabilitas yang tinggi.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki model cinta Consummate Love, yaitu sebanyak 62.5%. Kemudian model cinta Romantic Love menempati urutan kedua, dan model cinta lainnya memiliki persentase yang menyebar. Pada responden tidak terdapat model cinta Liking dan Fatuous Love.

Saran untuk peneliti lain adalah untuk menerapkan berbagai metode penelitian lain seperti studi kasus, mencari sample yang memiliki usia yang lebih variatif, melakukan teknik penarikan sample dengan metode lain seperti purposive sampling, serta menambahkan pertanyaan pada data penunjang.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 7

1.6 Asumsi Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1 Triangular Model of Love ... 17


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.2.1 Pengertian Homoseksual ... 25

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Homoseksual ... 29

2.2.3 Lesbian ... 32

2.3 Tahap Perkembangan Dewasa Awal... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Rancangan Penelitian ... 35

3.2 Variabel, Definisi Konseptual, Definisi Operasional ... 36

3.2.1 Variabel Penelitian ... 36

3.2.2 Definisi Konseptual ... 36

3.2.3 Definisi Operasional ... 36

3.3. Alat Ukur ... 37

3.3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 37

3.3.2 Data Penunjang ... 44

3.3.3 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur ... 44

3.3.3.1 Validitas ... 44

3.3.3.2 Reliabilitas ... 45

3.4 Populasi Sasaran ... 46

3.5 Teknik Sampling ... 46

3.5.1 Karakteristik Sample ... 47


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Rentang Usia ... 49

4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Lama Hubungan ... 50

4.1.3 Gambaran Sampel Berdasarkan Triangular Model Of Love ... 50

4.1.4 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Lama Hubungan Dengan Triangular Model Of Love ... 51

4.1.5 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Usia Dengan Triangular Model Of Love ... 52

4.1.6 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Dependency on Love Dengan Triangular Model Of Love ... 53

4.1.7 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Dependency on Love Dengan Triangular Model Of Love ... 54

4.1.8 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Similarity Dengan Triangular Model Of Love ... 55

4.1.9 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Mere Exposure Effect Dengan Triangular Model Of Love ... 56

4.1.10 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Social Penetration Dengan Triangular Model Of Love ... 58

4.1.11 Gambaran Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Communication Dengan Triangular Model Of Love ... 59


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran Penelitian ... 68

5.2.2 Guna Laksana ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR RUJUKAN ... 71

LAMPIRAN ... 72

Kerangka Wawancara Survey Awal ... 73

Kuesioner ... 74

Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 83


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR SKEMA

1.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 15 3.1 Skema Penelitian ... 35


(7)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Triangular Theory of Love ... 22

Tabel 3.1 Alat Ukur ... 38

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian ... 43

Tabel 4.1 Rentang Usia ... 49

Tabel 4.2 Lama Hubungan ... 50

Tabel 4.3 Gambaran Triangular Model Of Love Pada Populasi Sampel ... 50

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Lama Hubungan Dengan Triangular Model Of Love ... 51

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Usia Dengan Triangular Model Of Love ... 52

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Dependency On Love Dengan Triangular Model Of Love ... 53

Tabel 4.7 Tabulasi Silang The “Hard To Get” Theory Dengan Triangular Model Of Love ... 54

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Similarity Dengan Triangular Model Of Love ... 55

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Mere Exposure Effect Dengan Triangular Model Of Love ... 56

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Social Penetration Dengan Triangular Model Of Love ... 58

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Communication Dengan Triangular Model Of Love ... 59


(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Santrock mengatakan bahwa individu pada masa dewasa awal yang berada pada rentang usia 19 – 39 tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim dengan individu yang lain secara emosional, atau yang biasa disebut dengan cinta. Abraham Maslow menyatakan bahwa cinta merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia (Goble, 1991). Bila diamati, rata-rata tema yang diangkat dalam dunia perfilman, lagu-lagu, dan puisi adalah mengenai cinta. Atas nama cinta, seseorang dapat berbohong, berlaku curang, mencuri, bahkan membunuh, dan menjadi putus asa ketika mereka kehilangan cinta tersebut (The Triangle of Love, 1988). Cinta adalah salah satu emosi yang terdalam dan paling diinginkan oleh manusia, dimana didalamnya terdapat dinamika antara intimacy, passion, dan commitment (Sternberg, 1988). Cinta yang terjadi tidak hanya dalam hubungan lawan jenis atau heteroseksual, namun juga kepada sesama jenis atau homoseksual.

Homoseksual adalah gejala dan perilaku yang ditandai oleh ketertarikan secara emosi dan seks, pada seseorang terhadap orang lain yang sama jenis kelaminnya (Dede Oetomo, 2001). Pelaku homoseksual pria akan disebut gay, dan pelaku homoseksual wanita akan disebut lesbian. Semenjak tahun 1973 DSM


(9)

2

Universitas Kristen Maranatha III telah menyebutkan bahwa homoseksualitas bukan merupakan sebuah penyakit mental dan tidak dapat lagi dikatakan sebagai penyimpangan, hal ini dikarenakan homoseksualitas tidak memiliki ciri-ciri sebagai gangguan jiwa. Namun, berbeda dengan Negara Kamboja dan Belanda, perilaku homoseksual belum dapat diterima sepenuhnya di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Nilai-nilai keagamaan, norma-norma sosial, dan budaya yang telah melekat kuat dalam diri tiap individu di Indonesia, menyebabkan masyarakat tidak dapat menerima perilaku homoseksual (www.hamline.edu/apakabar). Masyarakat yang tidak dapat menerima perilaku homoseksual berperan menjadi aggresor bagi mereka. Kemudian pelaku homoseksual mulai menjadi help seeker, mereka mencari simpati dari orang lain, tentunya dengan harapan dapat diterima dan dicintainya diri mereka apa adanya (itha.wordpress.com). Para homoseksual pada saat ini mulai mewujudkan diri melalui kampanye, membuat situs dan forum-forum, salah satunya dengan membuat konferensi gay dan lesbian di Surabaya pada tanggal 27 Maret 2010 yang mendapat kecaman keras dari Front Pembela Islam dan membubarkan konferensi tersebut (metrotvnews.com).

Data menyebutkan kaum homoseksual di tanah air memiliki sekitar 221 tempat pertemuan di 53 kota di Indonesia. (www.wikimu.com/News). Khususnya di Kota Bandung, jumlah para homoseksual tidaklah sedikit. Koordinator Himpunan yang bergerak di bidang kesehatan “Man Have Sex with Man” (MSM) Abiasa Bandung, Ronnie, mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 17.000 pria homoseksual yang tersebar di berbagai daerah di Kota Kembang. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah mengingat setiap tahun selalu terjadi


(10)

3

Universitas Kristen Maranatha peningkatan yang cukup signifikan (http://www.pikiran-rakyat.com/node/75401). Sedangkan data untuk lesbian sulit ditemukan karena lesbian lebih menutup diri dan sulit diidentifikasi (http://azal3a.deviantart.com/journal/).

Dibandingkan gay, lesbian lebih sering terlibat pada hubungan intim yang bertahan lama, memiliki sedikit pasangan seksual, dan dengan sedikit “kenalan dalam semalam” (Bell & Weinberg, 1978). Lesbian dapat dimasukkan ke dalam 2 golongan yaitu pasif dan aktif. Golongan lesbian pasif dapat terikat dalam pernikahan heteroseksual. Namun demikian banyak diantara mereka yang menunjukkan sikap dingin dalam hubungan heteroseksual. Lesbian yang aktif tidak akan menikah dan hanya berhubungan dengan pasangan yang berjenis kelamin sama saja (cniku.wordpress.com/2010/01/14/homoseks).

Ada beberapa film di Indonesia yang mengangkat mengenai cerita dunia Lesbian, salah satu yang paling fenomenal diantaranya yaitu film “Detik Terakhir”. Film yang disutradarai oleh Nanang Istiabudi ini diangkat dari kisah nyata yang diadaptasi dari sebuah novel yang mendapatkan penghargaan Ikapi pada tahun 2005. Terdapat adegan-adegan mesra dari Cornelia Agatha dan Sauzan yang menggambarkan kehidupan lesbian di Indonesia. Film ini sempat menjadi kontroversi dan ditentang untuk ditayangkan di tanah air.

Berdasarkan beberapa penelitian, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hubungan heteroseksual dan lesbian. Cochran dan Peplau (1979) melakukan survey kepada 127 lesbian mengenai skala yang paling penting dalam sebuah hubungan percintaan. Para lesbian memberikan jawaban bahwa yang terpenting adalah dapat menceritakan tentang perasaan yang terdalam dan merasa


(11)

4

Universitas Kristen Maranatha nyaman dengan pasangan lesbian. Hal ini juga menjadi hal yang paling penting dalam hubungan wanita heteroseksual. Kemudian Ramsey, Latham, dan Lindquist (1978) melakukan survey untuk memberikan skala yang paling penting dalam sebuah hubungan. Para lesbian memberikan skala tertinggi pada sharing for affection, kemudian personal development, dan companionship. Ternyata hal ini juga sama dengan skala terpenting yang diberikan oleh wanita heteroseksual.

Peneliti melakukan survey kepada 7 orang lesbian di kota Bandung yang memiliki pasangan. 5 orang (71.42%) telah menjalin hubungan dengan pasangannya selama 1-12 bulan, 1 orang 13-24 bulan, dan 1 orang lainnya selama 37-48 bulan. Semua dari 7 lesbian tersebut mengaku merasa sangat nyaman dengan pasangannya dan dapat menceritakan mengenai perasaan terdalam mereka, 4 orang (57.14%) mengaku mempercayai pasangannya, dan 3 orang (42.9%) orang lainnya tidak dapat seutuhnya mempercayai pasangannya karena pernah mendapati pasangannya selingkuh.

Nilai-nilai normatif Indonesia yang bersandar pada adat ketimuran dan juga norma-norma agama yang mengikat masyarakat melarang adanya perilaku seks bebas. (http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/08/masalah-seks-di-indonesia/). Namun, berdasarkan hasil survey awal peneliti kepada 7 lesbian tersebut mengenai ketertarikan fisik kepada pasangannya, 6 orang (85.71%) mengaku tertarik dengan pasangannya, dan 5 orang (71.4%) diantaranya pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, dan mengaku bahwa hubungan seks adalah perilaku yang dianggap wajar dalam dunia lesbian karena


(12)

5

Universitas Kristen Maranatha dilakukan atas dasar suka sama suka. Dua orang lainnya mengaku belum pernah bertemu dengan pasangannya sehingga belum melakukan hubungan seksual.

Para lesbian cenderung memilih hubungan yang sifatnya jangka panjang dan bertahan lama (Peplau, 1991; Peplau Spalding, 2000), namun pernikahan lesbian di Indonesia masih belum dilegalkan (http://id.shvoong.com/law-and-politics/family-law/-analisa-perkawinan-sesama-jenis/). Peneliti melakukan survey mengenai bagaimana pandangan 7 lesbian tentang kelangsungan hubungan yang mereka jalani 4 orang (57.1%) dari lesbian tersebut mengaku menyadari bahwa hubungan lesbian adalah hubungan yang tabu dan tidak mungkin bertahan lama, namun mereka tidak terlalu ingin memusingkan kedepannya. 2 orang (28.6%) mengatakan bahwa mereka belum terlalu yakin dengan hubungannya dengan pasangannya saat ini meskipun bagi mereka tidak ada yang salah dengan menjadi lesbian, dan 1 orang lainnya mengaku berniat untuk mempertahankan hubungan dengan pasangannya sampai akhir hidupnya. 2 orang (28.6%) dari 7 lesbian yang di wawancara tersebut mengaku pernah selingkuh, dan ketika ditanya alasannya mereka mengatakan hanya iseng dan bosan saja dengan hubungan yang ada meskipun tetap mencintai pasangan mereka.

Uraian di atas menggambarkan hubungan lesbian dalam hal kedekatan emosional, ketertarikan, dan komitmen terhadap pasangan mereka, dimana hal ini merujuk pada teori psikologi triangular model of love. Hal tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi lesbian di kota Bandung yang berada pada masa dewasa awal, dimana mereka telah mengenal komitmen dan tanggung jawab, salah satunya komitmen dalam hubungan dan menikah (Diane E. Papalia). Berdasarkan


(13)

6

Universitas Kristen Maranatha fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai triangular model of love pada lesbian yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimanakah triangular model of love pada lesbian usia dewasa awal yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui triangular model of love pada lesbian usia dewasa awal yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memeroleh gambaran yang lebih rinci tentang intimacy, passion, dan commitment berdasarkan teori triangular model of love pada lesbian usia dewasa awal yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis


(14)

7

Universitas Kristen Maranatha 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan pada bidang-bidang

psikologi baik di bidang klinis maupun sosial, khususnya mengenai triangular model of love pada lesbian.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi peneliti yang lain yang ingin meneliti mengenai triangular model of love pada lesbian.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk memberikan informasi kepada para lesbian mengenai model cinta mereka, sehingga dapat memunculkan kesadaran mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk kelangsungan hubungan dengan pasangannya dan kesesuaian dengan aturan di lingkungan.

2. Sebagai informasi tambahan bagi keluarga yang memiliki anak ataupun sanak saudara yang lesbian agar dapat lebih memahami kondisi mereka, dan dapat membantu dalam proses aktualisasi diri mereka dalam masyarakat.

3. Sebagai informasi tambahan bagi para konselor, psikolog, lembaga yang menaungi para lesbian, maupun mahasiswa psikologi mengenai model cinta berdasarkan teori Triangular Model of Love pada lesbian.

1.5 Kerangka Pemikiran

Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya, meskipun belum pernah terikat dalam suatu hubungan seksual. Pelaku


(15)

8

Universitas Kristen Maranatha homoseksual pria biasa disebut dengan gay, dan homoseksual wanita disebut dengan lesbian. Dibandingkan dengan gay, lesbian lebih sering terlibat pada hubungan intim yang bertahan lama, memiliki sedikit pasangan seksual, dan dengan sedikit “kenalan dalam semalam” (Bell & Weinberg, 1978).

Semenjak tahun 1973, American Psychiatric Association dan DSM III mengakui bahwa homoseksualitas bukan merupakan sebuah penyakit mental dan tidak dapat lagi dikatakan sebagai penyimpangan. Namun Nilai-nilai keagamaan, norma-norma sosial, dan budaya yang telah melekat kuat dalam diri tiap individu di Indonesia, menyebabkan masyarakat tidak dapat menerima perilaku homoseksual (www.hamline.edu/apakabar). Dalam hal ini, masyarakat berperan menjadi agresor para Lesbian dan Gay.

Dalam bukunya, Santrock menuliskan bahwa masa dewasa awal yang dimulai dari usia 19-39 tahun adalah masa dimana pada usia tersebut individu mulai membangun sebuah relasi yang intim dengan individu yang lain secara emosional, atau yang biasa disebut dengan cinta. Bahkan Abraham Maslow menyatakan bahwa cinta merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia (Goble, 1991). Menurut Robert James Sternberg (1987), cinta adalah salah satu emosi yang terdalam dan paling diinginkan oleh manusia. Atas nama cinta, seseorang dapat berbohong, curang, mencuri, bahkan membunuh, dan menjadi putus asa ketika ia kehilangan cinta tersebut dari berbagai tingkat usia (Sternberg, 1987). Lesbian yang berada pada tahap dewasa awal juga memiliki tugas-tugas perkembangan yang sama dan harus dipenuhi.


(16)

9

Universitas Kristen Maranatha Pada sebuah hubungan lesbian yang didasari oleh cinta (love), terdapat tiga komponen dari love, yaitu passion, intimacy, dan commitment (Stenberg, 1987). Intimacy adalah perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan, dimana lesbian dapat merasa nyaman dengan pasangannya, dan dapat menceritakan perasaannya yang terdalam dengan pasangannya. Komponen kedua adalah passion, dimana passion merupakan dorongan yang menimbulkan ketertarikan secara keseluruhan dan keinginan untuk melakukan hubungan seksual pada lesbian. Pada komponen passion, lesbian merasa bergairah terhadap hubungannya, dan selalu ingin berada dekat dengan pasangannya. Terakhir adalah commitment yang merupakan penilaian kognitif lesbian atas hubungan dan niat mereka untuk mempertahankan hubungan bahkan ketika menghadapi masalah.

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa dalam kencan pertama ketertarikan secara fisik sangat menentukan kepuasan. Namun, dengan berjalannya waktu, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi hubungan percintaan lesbian, dimana hal ini dapat memengaruhi ketiga komponen love, yaitu diantaranya dependency on love, the “hard to get” theory, similarity, mere exposure effect, social penetration, communication (Stenberg, 1988).

Dependency on love merupakan bentuk ketergantungan kepada cinta, terutama komponen passion. Berjalan seiringnya waktu, passion terkadang dapat hilang dalam sebuah hubungan. Sama seperti candu alkohol dan narkoba yang menyerang fisik, komponen passion juga berperan seperti candu dalam konsep triangular theory of love yang menyerang psikis. Apabila seseorang kehilangan


(17)

10

Universitas Kristen Maranatha pasangan yang menjadi sumber passion, ia akan menjadi merasa terluka, kehilangan gairah, depresi, dan tidak dapat berkonsentrasi. Ketika seorang lesbian telah candu dengan passion, maka ia akan berusaha mempertahankan commitment dengan pasangannya yang merupakan sumber passion tersebut.

The “hard to get” theory menjelaskan bahwa lesbian cenderung tertarik dengan orang yang “sulit untuk didapatkan”. Semakin seseorang merasa pasangannya sulit untuk didapatkan, maka hal ini akan berhubungan dengan komponen passion dan commitment dimana lesbian akan semakin menghargai dan mempertahankan pasangannya tersebut.

Similarity menjelaskan kesamaan dengan pasangan dalam aktivitas dan prinsip kehidupan dapat memengaruhi intimacy suatu hubungan. Misalnya apabila seorang lesbian yang lebih menyukai aktifitas outdoor, maka akan merasa lebih cocok berpasangan dengan orang yang menyukai aktifitas yang sama. Kemudian prinsip-prinsip dalam kehidupan juga memengaruhi commitment suatu hubungan, seperti agama, politik, monogami, keuangan, cara pandang, dan lainnya.

Mere exposure effect menjelaskan mengenai sebuah fenomena psikologi dimana lesbian cenderung memilih untuk menyukai sesuatu karena pasangan mereka juga menyukainya. Ketika para lesbian menjalin hubungan dengan pasangannya, maka akan muncul suatu emotional bond yang akan menghasilkan suatu emotional connectedness dengan pasangannya, maka hal itu akan meningkatkan intimacy para lesbian yang akan memicu untuk menyukai apa yang juga disukai oleh pasangannya.


(18)

11

Universitas Kristen Maranatha Social penetration adalah tekanan sosial yang dirasakan oleh pasangan lesbian. Masyarakat masih menganggap bahwa lesbian adalah penyakit mental dan tidak bisa ditolerir. Semakin lesbian ditentang hubungannya, maka akan semakin kuat ikatan cintanya. Oleh karena itu, social penetration dapat membuat intimacy meningkat pada pasangan lesbian dan dapat semakin dekat untuk lebih mengenal satu sama lain. Hal ini berhubungan dengan konsep reactance theory yang menjelaskan bahwa seseorang cenderung akan meraih kembali kebebasan yang telah diambil dari dirinya. (Brehm, S. S., & Brehm, J. W. ,1981)

Communication adalah hal yang terpenting dalam suatu hubungan. Wanita nyaman dengan hubungan yang dimana mereka bisa membangun intimacy dan mengkomunikasikan semua perasaan terdalam mereka. Kecocokan pasangan dalam berkomunikasi bisa juga dilihat dari bagaimana mereka berargumen, menyelesaikan masalah, dan lainnya. Dalam komunikasi, berbohong adalah seperti sebuah kanker yang akan perlahan-lahan berkembang dan menghancurkan komunikasi, bahkan menghancurkan hubungan.

Stenberg menguraikan derajat dari 3 komponen love pada konsep triangular theory of love dapat berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dari ketiga komponen ini dapat dikategorikan 8 model dari cinta, yaitu nonlove, liking, infatuation, empty love, romantic love, companionate love, fatuous love, dan consummate love.

Non love terjadi jika ketiga komponen love menunjukkan derajat yang rendah atau menjurus ke arah tidak ada. Interaksi antar pasangan untuk menciptakan komunikasi yang hangat dan mendalam sangat sedikit. Hubungan


(19)

12

Universitas Kristen Maranatha intim dilakukan hanya karena terpaksa atau bahkan tidak melakukan hubungan intim sama sekali.

Liking merupakan triangular model of love yang memiliki suatu kedekatan dan kehangatan yang cukup mendalam, namun tanpa disertai oleh passion dan commitment. Sebenarnya model ini lebih mengarah ke arah persahabatan, sehingga bila model ini terdapat dalam lesbian maka lesbian akan merasa nyaman, dengan pasangannya, memiliki kepercayaan kepada pasangannya, namun tidak memiliki gairah dalam hubungannya, dan tidak bersedia untuk menjaga cinta terhadap pasangannya.

Infatuation Love memiliki passion yang kuat, namun tanpa disertai adanya intimacy dan commitment. Di masa awal berpacaran, passion masih sangat menggebu-gebu, sehingga ketidakmunculan intimacy dan commitment belum terasa. Apabila hanya passion yang mendominasi dan tidak ada kehangatan dan keyakinan dalam hubungan, maka hubungan akan menjadi memudar atau bahkan hilang. Hal ini banyak menjadi penyebab para lesbian suka berganti-ganti pasangan atau tidak setia terhadap pasangannya.

Empty love hanya memiliki komponen commitment. Meskipun tidak ada intimacy dan passion, namun pasangan lesbian tidak berani memutuskan hubungan dikarenakan takut dengan akibat yang ditimbulkan (social judgement). Biasanya model cinta ini terjadi pada lesbian yang telah menjalin hubungan cukup lama dengan pasangannya. Jadi saat menjalin hubungan, hanya saling menghargai pikiran dan perasaan pasangan.


(20)

13

Universitas Kristen Maranatha Romantic Love merupakan model cinta dengan komponen intimacy dan passion didalamnya. Lesbian memiliki kedekatan dan rasa ketertarikan dengan pasangannya, namun tidak memiliki beban untuk melanjutkan hubungan, dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap pasangannya. Bentuk love ini memungkinkan salah satu pasangan memiliki affair dengan orang lain sehingga memungkinkan terjadinya perselingkuhan.

Companionate love memiliki komponen intimacy dan commitment. Bentuk hubungan seperti ini memiliki kedekatan satu sama lainnya, namun mereka cenderung kehilangan hasrat satu dengan yang lainnya.

Fatuous love merupakan kombinasi antara passion dan commitment, namun tanpa disertai intimacy. Setelah bertemu dan mengenal beberapa waktu, akan ada kecenderungan terjadinya hubungan seksual antara satu dengan yang lainnya tanpa ikatan perasaan sama sekali. Lesbian model ini merasa bergairah dengan pasangannya, dan bersedia mempertahankan cinta dan hubungannya, namun disisi lain lesbian merasa tidak dekat dan sulit berbagi dengan pasangannya.

Consummate love adalah model cinta yang ideal yang dalam kandungannya terdapat komponen passion, intimacy, dan commitment yang seimbang. Maka, para lesbian model ini merasa memiliki kedekatan dengan pasangannya, memiliki ketertarikan dengan pasangannya, dan bersedia menjaga hubungan serta cinta untuk kelangsungan hubungannya. Dalam hal ini para lesbian bukan saja hanya meraih model cinta yang ideal, namun juga


(21)

14

Universitas Kristen Maranatha mempertahankannya. Sering kali untuk mempertahankan dan mengembangkan cinta ini lebih susah dibandingkan untuk mencapainya.

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka pikir dapat dilihat pada halaman berikutnya di skema 1.1.


(22)

15

Universitas Kristen Maranatha Lesbian Usia

Dewasa Awal yang Memiliki Pasangan

Komponen : 1. Passion 2. Intimacy 3. Commitment Triangular Model of

Love Infatuation love Empty Love Romantic Love Fatuous Love Consummate Love Liking Companionate Love Non Love Faktor yang mempengaruhi :

1. Dependency on love 2. The “hard to get” theory 3. Similarity

4. Mere exposure effect 5. Social penetration 6. Communication

Non Love

1.1 Skema Kerangka Pemikiran

Tugas perkembangan :  Segi Kognitif

Merencanakan dan membuat hipotesis dan problem solving dari permasalahan yang dihadapinya.

 Segi Sosioemosional

Membangun sebuah relasi yang intim dengan individu yang lain secara emosional dan mendalam.


(23)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Asumsi Penelitian

1. Lesbian yang berada pada usia dewasa awal (19-39 tahun) cenderung membangun hubungan yang lebih intim dengan sesama jenis yang disebut dengan love.

2. Dalam hubungan lesbian yang dilandasi oleh love, akan terdapat 3 komponen di dalamnya, yaitu intimacy, passion, dan commitment.

3. Para lesbian memiliki penghayatan yang berbeda-beda mengenai love, sehingga derajat pada setiap komponen love pun berbeda dan menghasilkan 8 model cinta yang berbeda, yaitu nonlove, liking, infatuation love, empty love, romantic love, fatuous love, companionate love,dan consummate love.

4. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi komponen love pada hubungan lesbian, yaitu dependency on love,, the “hard to get” theory, similarity, mere exposure effect, social penetration, dan communication.


(24)

67 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai triangular model of love pada lesbian yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung, dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 32 responden yang diambil secara menyebar di Kota Bandung, sebagian besar responden memiliki model cinta Consummate Love, dimana pada model cinta tersebut memiliki skor yang tinggi pada ketiga komponen love, yaitu intimacy, passion, dan commitment.

2. Model cinta Romantic Love memiliki persentase kedua tertinggi dan model cinta lainnya memiliki persentase yang tersebar. Pada 32 lesbian ini tidak ditemukan model cinta liking dan fatuous love.

3. Faktor yang paling kecil kaitannya dengan model cinta lesbian adalah social penetration, dimana ternyata penghayatan yang rendah pada social penetration dapat membentuk derajat yang tinggi pada komponen intimacy.


(25)

68

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran Penelitian

1. Melakukan penelitian dengan desain penelitian yang lain, seperti studi kasus, untuk membahas komponen intimacy, passion, dan commitment pada lesbian secara lebih mendalam.

2. Para peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan sampel yang memiliki usia yang lebih variatif sehingga dapat menggambarkan keunikan sampel pada setiap rentang usia.

3. Melakukan penarikan sampel dengan cara yang lain seperti purposive sampling agar dapat menentukan secara spesifik tempat dimana kuesioner akan disebar.

4. Menambahkan pertanyaan pada data penunjang mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi model cinta, sehingga derajat tinggi – rendah dapat lebih tergambarkan.

5.2.2 Guna Laksana 1. Untuk para lesbian

Para lesbian diharapkan dapat menggunakan informasi mengenai triangular model of love untuk dapat lebih memahami pola relasi yang terjadi pada dirinya, sehingga dapat memunculkan kesadaran mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk hubungan dengan pasangannya dengan tetap menyesuaikan diri pada norma-norma di lingkungan.


(26)

69

Universitas Kristen Maranatha 2. Untuk keluarga yang memiliki sanak saudara lesbian

Agar menggunakan informasi mengenai triangular model of love untuk lebih memahami pola relasi para lesbian dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku tersebut. Diharapkan anggota dapat memahami kondisi para lesbian dan membantu mereka untuk tetap dapat berperan aktif dalam masyarakat, serta tetap menyesuaikan diri dengan norma-norma dilingkungan.

3. Untuk para ahli seperti konselor, psikolog, lembaga yang menaungi lesbian, dan mahasiswa psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para ahli mengenai pola relasi lesbian berdasarkan triangular model of love, sehingga dapat memahami dan membantu agar para lesbian dapat menyesuaikan diri dan hubungan yang ia jalani sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan.


(27)

70 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Brehm, Miller, Perlman, Campbell. 2002. Intimate Relationship 3rd edition. USA : McGraw-Hill, Co

Crawford, Mary. 2004. Woman and Gender 4th edition. New York : Mc. Graw. Hill Companies.

Elizabeth H. & Marion P. 1985. Adult Development and Aging. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Kumar, Ranjit. Research Methodology. New Delhi : SAGE Publication.

Mahoney, E. 1983. Human Sexuality. . New York : Mc. Graw. Hill Companies. Nasir, Mohhamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Paul, William. 1982. Homosexuality. California : Sage Publications, Inc.

Santrock, John W. 1985. Adult Development and Aging. Texas : Mc Graw. Hill. Santrock, 2006. Life Span Development, 10th edition. New York : Mc.Graw. Hill

Companies.

Stenberg, Robert J. 1987. The Triangle of Love : Intimacy, Passion, Commitment. New York : Basic Cooks, Inc. Publisher


(28)

71 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Febria, Benina. 2007. Gambaran Cinta Pria Homoseksual Ditinjau Dari Teori Segitiga Cinta Stenberg. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Itha. 2007. Menyikapi Masalah Homoseksualitas. Karya Ilmiah. (Online),

(http://itha.wordpress.com/2007/08/27/menyikapi-masalah-homoseksualitas/, diakses 18 Maret 2010)

Moss, D. S. 18 Oktober 2008. Psychological Reactance Theory. Psychlopedia. (Online),( http://www.psych-it.com.au/Psychlopedia/article.asp?id=65, diakses pada 20 April 2011)

Paskah, L. 17 Agustus 2008. Jangan Bilang Homoseksual Itu Gangguan Jiwa. Wikimu Opini. (Online) (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. aspx?id=10049, diakses 18 Maret 2010)


(1)

16

1.5 Asumsi Penelitian

1. Lesbian yang berada pada usia dewasa awal (19-39 tahun) cenderung membangun hubungan yang lebih intim dengan sesama jenis yang disebut dengan love.

2. Dalam hubungan lesbian yang dilandasi oleh love, akan terdapat 3 komponen di dalamnya, yaitu intimacy, passion, dan commitment.

3. Para lesbian memiliki penghayatan yang berbeda-beda mengenai love, sehingga derajat pada setiap komponen love pun berbeda dan menghasilkan 8 model cinta yang berbeda, yaitu nonlove, liking, infatuation love, empty love, romantic love, fatuous love, companionate love,dan consummate love.

4. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi komponen love pada hubungan lesbian, yaitu dependency on love,, the “hard to get” theory, similarity, mere exposure effect, social penetration, dan communication.


(2)

67 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai triangular model of love pada lesbian yang memiliki pasangan sesama jenis di Kota Bandung, dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 32 responden yang diambil secara menyebar di Kota Bandung, sebagian besar responden memiliki model cinta Consummate Love, dimana pada model cinta tersebut memiliki skor yang tinggi pada ketiga komponen love, yaitu intimacy, passion, dan commitment.

2. Model cinta Romantic Love memiliki persentase kedua tertinggi dan model cinta lainnya memiliki persentase yang tersebar. Pada 32 lesbian ini tidak ditemukan model cinta liking dan fatuous love.

3. Faktor yang paling kecil kaitannya dengan model cinta lesbian adalah social penetration, dimana ternyata penghayatan yang rendah pada social penetration dapat membentuk derajat yang tinggi pada komponen intimacy.


(3)

68

5.2 Saran Penelitian

1. Melakukan penelitian dengan desain penelitian yang lain, seperti studi kasus, untuk membahas komponen intimacy, passion, dan commitment pada lesbian secara lebih mendalam.

2. Para peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan sampel yang memiliki usia yang lebih variatif sehingga dapat menggambarkan keunikan sampel pada setiap rentang usia.

3. Melakukan penarikan sampel dengan cara yang lain seperti purposive sampling agar dapat menentukan secara spesifik tempat dimana kuesioner akan disebar.

4. Menambahkan pertanyaan pada data penunjang mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi model cinta, sehingga derajat tinggi – rendah dapat lebih tergambarkan.

5.2.2 Guna Laksana 1. Untuk para lesbian

Para lesbian diharapkan dapat menggunakan informasi mengenai triangular model of love untuk dapat lebih memahami pola relasi yang terjadi pada dirinya, sehingga dapat memunculkan kesadaran mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk hubungan dengan pasangannya dengan tetap menyesuaikan diri pada norma-norma di lingkungan.


(4)

69

Universitas Kristen Maranatha

2. Untuk keluarga yang memiliki sanak saudara lesbian

Agar menggunakan informasi mengenai triangular model of love untuk lebih memahami pola relasi para lesbian dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku tersebut. Diharapkan anggota dapat memahami kondisi para lesbian dan membantu mereka untuk tetap dapat berperan aktif dalam masyarakat, serta tetap menyesuaikan diri dengan norma-norma dilingkungan.

3. Untuk para ahli seperti konselor, psikolog, lembaga yang menaungi lesbian, dan mahasiswa psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para ahli mengenai pola relasi lesbian berdasarkan triangular model of love, sehingga dapat memahami dan membantu agar para lesbian dapat menyesuaikan diri dan hubungan yang ia jalani sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Brehm, Miller, Perlman, Campbell. 2002. Intimate Relationship 3rd edition. USA : McGraw-Hill, Co

Crawford, Mary. 2004. Woman and Gender 4th edition. New York : Mc. Graw. Hill Companies.

Elizabeth H. & Marion P. 1985. Adult Development and Aging. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Kumar, Ranjit. Research Methodology. New Delhi : SAGE Publication.

Mahoney, E. 1983. Human Sexuality. . New York : Mc. Graw. Hill Companies. Nasir, Mohhamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Paul, William. 1982. Homosexuality. California : Sage Publications, Inc.

Santrock, John W. 1985. Adult Development and Aging. Texas : Mc Graw. Hill. Santrock, 2006. Life Span Development, 10th edition. New York : Mc.Graw. Hill

Companies.

Stenberg, Robert J. 1987. The Triangle of Love : Intimacy, Passion, Commitment. New York : Basic Cooks, Inc. Publisher


(6)

71 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Febria, Benina. 2007. Gambaran Cinta Pria Homoseksual Ditinjau Dari Teori Segitiga Cinta Stenberg. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Itha. 2007. Menyikapi Masalah Homoseksualitas. Karya Ilmiah. (Online),

(http://itha.wordpress.com/2007/08/27/menyikapi-masalah-homoseksualitas/, diakses 18 Maret 2010)

Moss, D. S. 18 Oktober 2008. Psychological Reactance Theory. Psychlopedia. (Online),( http://www.psych-it.com.au/Psychlopedia/article.asp?id=65, diakses pada 20 April 2011)

Paskah, L. 17 Agustus 2008. Jangan Bilang Homoseksual Itu Gangguan Jiwa. Wikimu Opini. (Online) (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. aspx?id=10049, diakses 18 Maret 2010)