Bab 6 Gerakan Pembaharuan Islam
Gerakan
Pembaharuan Islam
Sumber : http://www.halapakistan.com/wp-content/uploads/2012/09/halaPakistanIqbalDay2012_ fbCover02.jpg
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran diperbandingan dengan Barat. Sebelum periode modern, kontak sebenarnya sudah ada, terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa dengan beberapa negara Barat. Pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani abad kedelapan belas tidak ada artinya. Usaha dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian yang membawa kepada perubahan besar di Turki. Seorang terpelajar Islam memberikan gambaran pada abad kesembilan belas, Ia mengatakan betapa terbelakangnya umat Islam ketika itu. Hal ini dilakukan karena betapa pun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
(2)
KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
1. Memahami pengertian dan makna Tajdid.
2. Mendiskusikan latar belakang munculnya gerakan pembaharuan. 3. Mengidentifikasi tokoh-tokoh pembaharuan dalam Islam.
4. Menganalisis ide-ide pembaharuan dari para mujaddid. 5. Menganalisis nilai positif dari gerakan pembaharuan.
6. Mendiskusikan pengaruh gerakan pembaharuan terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
7. Mengidentifikasi munculnya organisasi Islam sebagai dampak dari adanya gerakan pembaharuan.
(3)
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian Tajdid.
2. Siswa dapat menjelaskan latar belakang munculnya gerakan pembaharuan. 3. Siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh pembaharuan dalam Islam.
4. Siswa dapat menjelaskan ide-ide pembaharuan dari para mujaddid.
5. Siswa dapat mengambil ibrah dari ide-ide pembaharuan dari para mujaddid. 6. Siswa dapat menjelaskan pengaruh gerakan pembaharuan di Indonesia. 7. Siswa dapat menjelaskan dampak dari gerakan pembaharuan Islam.
PETA KONSEP
GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM
IDE-IDE PEMBAHARUAN
ISLAM LATAR BELAKANG MUNCULNYA GERAKAN TAJDID DAN TOKOHNYA
PENGERTIAN DAN MAKNA TAJDID
PENGARUH PEMBAHARUAN DI
(4)
Perhatikan Ayat Berikut :
ْ قڍقو
ق
كبقر
ُت ق ق قك
ق ق قت
ن
ق
أ
ق ْ قٴ
ُ ْحق ْلا
ق ق ق قل
ق
كبقر
قت ق ق قكقكل
ًالاق قم
ُ ْحق ْلا
قن قك
ْ َڍ
ُق
ًالق قم
ق ق ْثق قب
ق ْ قج
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(QS. Al-Kahfi [18] : 109)
PENDAHULUAN
Amatilah uraian teks berikut ini dan buatlah komentar atau pertanyaan !
Betapa pun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau setelah melemahnya kerajaan-kerajaan Islam, tetap masih terdapat kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka pembaharuan islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Berilah komentar lebih mendalam atau pertanyaan yang berkaitan dengan teks di atas. 1. ...
2. ... 3. ... 4. ... 5. ...
(5)
PENDALAMAN MATERI
1. Definisi Pembaharuan Islam
Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid.
Dalam pengertian itu, sejak awal sejarahnya, Islam sebenarnya telah memiliki tradisi pembaharuan karena ketika menemukan masalah baru, kaum muslim segera memberikan jawaban yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab dan sunnah. Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa “sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki, memperbaharui, agamanya” (HR. Abu Daud).
Meskipun demikian, istilah ini baru terkenal dan populer pada awal abad ke-18. tepatnya setelah munculnya semangat pemikiran dan gerakan pembaharuan Islam, menyusul kontak politik dan intelektual dengan Barat. Pada waktu itu, baik secara politis maupun secara intelektual, Islam telah mengalami kemunduran, sedangkan Barat dianggap telah maju dan modern. Kondisi seperti itu menyebabkan kaum elit muslim merasa perlu untuk melakukan pembaharuan.
Dari kata tajdid ini selanjutnya muncul istilah-istilah lain yang pada dasarnya lebih merupakan bentuk tajdid. Diantaranya adalah reformasi, purifikasi, modernisme dan sebagainya. Istilah yang beragam itu mengindikasikan bahwa hal itu terdapat variasi entah pada aspek metodologi, doktrin maupun solusi, dalam gerakan tajdid yang muncul di dunia Islam.
Dilihat dari proses kelahirannya, gerakan pembaharuan Islam dapat ditelusuri akarnya pada doktrin Islam itu sendiri. Akan tetapi, ia mendapatkan momentum ketika Islam berhadapan dengan modernitas pada abad ke-19. Kontak langsung antara Islam dan modernitas yang berlangsung sejak Islam sebagai kekuatan politik mulai merosot pada abad ke-18 merupakan agenda yang menyita banyak energi di kalangan intelektual muslim.
Kaitan agama dengan modernitas memang merupakan masalah yang pelik, lebih pelik dibanding dengan masalah-masalah dalam kehidupan lain. Hal ini
(6)
karena agama doktrin yang bersifat absolut, kekal, tidak dapat diubah, dan mutlak benar;. Sementara pada saat yang sama perubahan dan perkembangan merupakan sifat dasar dan tuntutan modernitas atau lebih tepatnya lagi ilmu pengerahuan dan teknologi
2. Pembaharuan di Dunia Islam
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad 19 sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran diperbandingan dengan Barat. Sebelum periode modern, kontak sebenarnya sudah ada, terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa dengan beberapa negara Barat.
Pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani abad kedelapan belas tidak ada artinya. Usaha dilanjutkan di abad kesembilan belas dan inilah kemudian yang membawa kepada perubahan besar di Turki. Seoarang terpelajar Islam memberikan gambaran pada abad kesembilan belas, Ia mengatakan betapa terbelakangnya umat Islam ketika itu.
Kontak dengan kebudayaan Barat yang lebih tinggi ini ditambah dengan cepatnya kekuatan Mesir dapat dipatahkan oleh Napoleon, membuka mata pemuka-pemuka Islam Mesir untuk mengadakan pembaharuan. Dimana usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M) seorang perwira Turki.
Hal ini dilakukan karena betapa pun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
(7)
3. Latar Belakang Munculnya Pembaharuan Dalam Islam
Dalam usaha pembaharuan dengan model Barat, usaha pembaharuan malah menjadi usaha pendangkalan dan pemusnahan ajaran Islam. Sedangkan pembaharuan yang dimaksud Islam adalah kembali kepada ajaran Islam yang murni dengan tetap menjaga esensi dan karakteristik ajaran Islam.
Periode modern (1800 M dan seterusnya) adalah zaman kebangkitan bagi umat Islam. Ketika Mesir jatuh ketangan bangsa Perancis serentak mengagetkan sekaligus mengingatkan umat Islam bahwa ada peradaban yang telah mengalami kemajuan yaitu di Eropa dan merupakan ancaman bagi Islam. Sehingga menimbulkan keharusan bagi raja-raja Islam dan pemuka-pemuka Islam itu untuk melakukan pembaharuan dalam Islam.
Ironis memang karena dalam kenyataanya selain pengaruh modernisasi yang kuat dari luar, kondisi internal umat Islam sedang mengalami kemunduran. Hal ini berakibat pada jalannya gerakan-gerakan pembaharuan Islam itu sendiri. Dalam perjalanannya pembaharuan Islam mengalami perbedaan pandangan tentang bagaimana menyikapi dan menindaklanjuti pembaharuan dan atau modernisasi dalam Islam. Hal ini menyebabkan munculnya istilah kaum medernis dan kaum tradisionalis.
Basis Islam tradisional dan legitimasi masyarakat kaum Muslim perlahan-lahan berubah sejalan dengan makin bebasnya perkembangan ideologi, hukum dan lembaga-lembaga negara. Terjadinya dua sudut pandang yang berbeda, yaitu kaum modernis dan kaum tradisionalis, lambat laun dapat disatukan pandangannya, yaitu bahwa yang dimaksud dengan pembaharuan dalam Islam bukan mengubah Al-Quran dan Al-Hadis, tetapi justru kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadis, sebagai sumber ajaran Islam yang utama. Dengan pengamalan-pengamalan yang murni tanpa terkontaminasi paham-paham yang bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadis itu sendiri.
4. Tokoh-Tokoh Pembaharu
Adapun tokoh-tokoh gerakan pembaharuan dalam Islam adalah : a. Di Mesir
1. Muhammad Ali Pasya dengan usahanya menterjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
2. Al-Tahtawi yang berpendapat bahwa penterjemahan buku-buku Barat ke dalam bahasa Arab penting, agar umat Islam dapat mengetahui
(8)
ilmu-ilmu yang membawa kemajuan Barat. Dia juga aktif mengarang dan menerbitkan surat kabar resmi “
يص ل عئ ق ڍا
” dan mendirikan majallah “سرا لا ضور
” yang bertujuan memajukan bahasa Arab dan menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan modern kepada khalayak ramai. Dia berpendapat bahwa ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar mereka dapat menyesuaikan syari’at dengan kebutuhan-kebutuhan modern. Ini mengisyaratkan bahwa pintu ijtihad masih terbuka, tapi dia belum berani mengatakan secara terang-terangan. Dia juga mencela paham fatalisme. Menurutnya, disamping orang harus percaya pada qadha dan kadar Allah maka ia harus berusahaJamaluddin Al Afghani dengan usahanya mendirikan perkumpulan “Al Urwatul Wusqo”. Pemikirannya : Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Pintu ijtihad masih terbuka, kemunduran Islam karena meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Paham qadha dan qadar dirusak oleh paham fatalisme yang membawa umat Islam pada keadaan statis, lemahnya rasa persaudaraan umat Islam. 3. Muhammad Abduh dengan pemikirannya menyatakan bahwa,
kemunduran-kemunduran disebabkan oleh paham jumud di kalangan umat Islam yaitu keadaan membeku, statis, tidak ada perubahan, pintu ijtihad perlu dibuka kembali, memerangi taklid, merubah cara pandang atau faham jumud (fatalism) menjadi faham dinamis (kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan).
4. Rasyid Ridha dengan usahanya menerbitkan majalah “Al Manar” yang bertujuan mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memberantas takhayul, bid’ah, menghilangkan paham fatalisme. Pemikirannya bahwa umat Islam mundur sebab tidak mengamalkan ajaran yang sebenarnya. Perlu dihidupkan paham jihad, persatuan umat Islam, ijtihad.
b. Di Turki
1. Sultan Mahmud II dengan mengadakan perubahan dalam organisasi pemerintahan, bidang pendidikan antara lain menambahkan pengetahuan umum ke dalam kurikulum madrasah, mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, kedokteran dan sekolah pembedahan, mengirim siswa-siswa ke Eropa.
(9)
2. Tanzimat yaitu pembaharuan sebagai lanjutan dari usaha-usaha sultan Mahmud II, dengan tokohnya Mustafa Rasyid Pasya.
3. Usmani Muda yaitu golongan intelegensia kerajaan Usmani yang banyak menentang kekuasaan absolut Sultan, dengan tokohnya Ziya Pasya. c. Di India-Pakistan
1. Gerakan mujahidin dengan tokohnya Sayyid Ahmad Syahid dengan pemikirannya bahwa umat Islam India mundur karena agama yang mereka anut tidak lagi murni, tetapi bercampur dengan faham dari Persia dan India, Animisme dan adat istiadat Hindu. Yang boleh disembah hanya Tuhan tanpa perantara dan tanpa upacara yang berlebihan, tidak boleh memberikan sifat yang berlebihan pada makhluk, sunnah yang diterima hanyalah sunnah Nabi dan sunnah Khalifah yang empat, dan menentang taklid.
2. Sayyid Ahmad Khan dengan pandangan bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman, harus menghargai kekuatan akal, menentang paham fatalisme, menolak taklid, pendidikan merupakan satu-satunya jalan bagi umat Islam India untuk mencapai kemajuan.
3. Gerakan Aligarh, Sayyid Amir Ali. Muhammad Iqbal, Muhammad Ali Jinnah, Abul Kalam Azad, dll.
5. Tahapan Pembaharuan Islam
Gerakan pembaharuan Islam telah melewati sejarah panjang. Secara historis, perkembangan pembaharuan Islam paling sedikit telah melewati empat tahap. Keempatnya menyajikan model gerakan yang berbeda. Meski demikian, antara satu dengan lainnya dapat dikatakan sebuah perpaduan dan proses yang berkesinambungan. Hal ini karena gerakan pembaharuan Islam muncul bersamaan dengan fase-fase kemoderenan yang telah cukup lama melanda dunia, yaitu sejak pencerahan pada abad ke-18 dan terus berekspansi hingga sekarang.
Tahap-tahap gerakan pembaharuan Islam itu, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, adalah tahap gerakan yang disebut-sebut dengan gerakan pramodernis model gerakan ini timbul sebagai reaksi atas merosotnya moralitas kaum muslim. Waktu itu masyarakat Islam diliputi oleh kebekuan pemikiran karena terperangkap
(10)
dalam pola tradisi yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Ciri pertama yang menandai gerakan yang bercorak revivalisme pramodernis ini adalah perhatian yang lebih mendalam dan saksama untuk melakukan perubahan secara mendasar guna mengatasi kemunduran moral dan sosial masyarakat Islam. Perubahan ini tentu saja menuntut adanya dasar-dasar yang kuat, baik dari segi argumentasi maupun budaya. Dasar yang kemudian menjadi slogan gerakan yaitu “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw”.
Kedua, dikenal dengan istilah modernisme klasik. Di sini pembaharuan Islam diujudkan dalam bentuk memperbaharui lembaga-lembaga pendidikan. Pilihan ini tampaknya didasari argumentasi bahwa lembaga pendidikan merupakan media yang paling efektif untuk mensosialisasikan gagasan-gagasan baru.
Pendidikan juga merupakan media untuk “mencetak” generasi baru yang berwawasan luas dan rasional dalam memahami agama sehingga mampu menghadapi tantangan zaman. Model gerakan ini muncul bersamaan dengan penyebaran kolonialisme dan imperialisme Barat yang melanda hampir seluruh dunia Islam. Implikasinya, kaum pembaharu pada tahap ini mempergunakan ide-ide Barat sebagai ukuran kemajuan. Meskipun demikian, bukan berarti pembaru mengabaikan sumber-sumber Islam dalam bentuk seruan yang makin senter untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Pada tahap ini juga populer ungkapan yang mengatakan bahwa Barat maju karena mengambil kekayaan yang dipancarkan oleh al-Qur’an, sedangkan kaum muslim mundur karena meniggalkan ajaran-ajarannya sendiri. Dalam hubungan ini, model gerakan melancarkan reformasi sosial melalui pendidikan, mempersoalkan kembali peran wanita dalam masyarakat, dan melakukan pembaharuan politik melalui bentuk pemerintahan konstitusional dan perwakilan.
Jelas pada tahap kedua ini, terjadi kombinasi-kombinasi yang coba dibuat antara tradisi Islam dengan corak lembaga-lembaga Barat seperti demokrasi, pendidikan wanita dan sebagainya. Meski kombinasi yang dilakukan itu tidak sepenuhnya berhasil, terutama oleh hambatan kolonialisme dan imprealisme yang tidak sepenuhnya menghendaki kebebasan gerakan pembaharuan. Mereka ingin mempertahankan status quo masyarakat Islam pada masa itu agar tetap dengan mudah dapat dikendalikan.
Ketiga, gerakan pembaharuan Islam disebut gerakan pascamodernis. Pada tahap itu kombinasi-kombinasi tertentu antara Islam dan Barat masih dicobakan. Bahkan ide-ide Barat, terutama di bidang sosial politik, sistem politik, maupun
(11)
ekonomi, dikemas dengan istilah-istilah Islam. Gerakan-gerakan sosial dan politik yang merupakan tema utama dari tahap ini mulai format dalam bentuk dan cara yang lebih terorganisir.
Sekolah dan universitas yang dianggap sebagai lembaga pendidikan modern untuk dibedakan dengan madrasah yang mereka anggap tradisional juga dikembangkan. Kaum terpelajar yang mencoba mengikuti pendidikan universitas Barat juga mulai bermunculan. Tak heran jika dalam tahap ini, mulai bermunculan pemikiran-pemikiran sekularistik yang agaknya akan merupakan benih bagi munculnya tahap berikutnya.
Sejalan dengan itu, pada tahap ini muncul pandangan dikalangan muslim, bahwa Islam di samping merupakan agama yang bersifat total, juga mengandung wawasan-wawasan, nilai-nilai dan petunjuk yang bersifat langgeng dan komplit meliputi semua bidang kehidupan. Tampaknya, pandangan ini merupakan respons terhadap kuatnya arus “pemikiran Barat” di kalangan kaum muslim.
6. Pemikiran Islam Sebelum Pembaharu Modern
Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha pembaharuan Islam di kerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi usaha itu gagal karena ditentang golongan militer dan ulama. Pada abad ke-17, kerajaan Usmani mulai mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Negara Eropa.
Kekalahan itu mendorong raja dan pemuka kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebabnya. Kemudian diketahui bahwa penyebabnya adalah ketertinggalan mereka dalam teknologi militer. Mereka selidiki pula rahasia keunggulan Barat. Mereka temukan bahwa rahasianya adalah karena Barat memiliki sains dan teknologi tinggi yang diterapkan dalam kemiliteran.Karena itulah, pada 1720, kerajaan Usmani mengangkat Celebi Mehmed sebagai utusan kerajaan untuk Perancis. Dia bertugas mempelajari benteng-benteng pertahanan, pabrik-pabrik, serta institusi-institusi Perancis lainnya. Laporan Celebi Mehmed tertuang dalam bukunya, Seferetname. Berdasarkan laporan itu, diupayakanlah pembaharuan di Kerajaan Usmani.
Usaha pembaharuan itu mendapat tantangan. Tantangan pertama datang dari tentara tetap yang disebut Janissary. Janissary mempunyai hubungan erat dengan Tarekat Bektasyi yang berpengaruh besar dalam masyarakat. Tantangan kedua datang dari pihak ulama. Ide-ide baru yang didatangkan dari Eropa itu dianggap bertentangan dengan paham tradisional yang dianut masyarakat Islam ketika itu.
(12)
Karena itu, usaha pembaharuan pertama di Kerajaan Usmani tidak berhasil seperti yang diharapkan.
Di India, sebelum periode modernisasi, muncul juga ide dan usaha pembaharuan. Pada awal abad ke-18, kesultanan mogul memasuki zaman kemunduran. Perang saudara untuk merebut kekuasaan sering terjadi. Golongan hindu yang merupakan mayoritas, ingin melepaskan diri dari kekuasaan mogul. Selain itu, inggris juga telah mulai memperbesar usahanya untuk memperoleh daerah kekuasaan di India.
Suasana itu menyadarkan para pemimpin Islam India akan kelemahan umat Islam. Salah seorang yang menyadari hal itu ialah Syah Waliyullah (1703-1762) dari Delhi. Ia berpendapat bahwa salah satu penyebab kelemahan umat Islam ialah perubahan sistem pemerintahan dari sistem khilafah ke system kerajaan. Sistem pertama bersifat demokratis, sedang sistem kedua bersifat otokratis. Karena itu sistem ke Khalifahan seperti pada masa al-Khulafa al-Rasyidun perlu dihidupkan kembali.
Gerakan pembaharuan Islam juga muncul melalui tasawwuf. Gerakan ini disebut neo sufisme, yaitu tasawwuf yang di perbaharui dan tampil dalam bentuk aktifis. Neo sufisme berawal di Afrika Utara melalui tarekat Sanusiyah. Sanusiyah adalah cabang Ordo Idrisiyah yang didirikan di Arab Saudi oleh Ahmad Ibnu Idris (w. 1837). Tarekatnya ini dinamakan juga Tariqah Muhammadiyyah.
Tarekat ini tidak bermaksud untuk menghilangkan ide tradisional tentang kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat itu tetap penting. Ide pembaharuan mereka berada dalam batas pembaharuan moral dan kesejahteraan sosial. Mereka hanya melakukan pergeseran dan penekanan, pergeseran inilah yang menandai fenomena pembaharuan sufisme pada periode pra modern.
7. Pemikiran Islam Modern
Pemikiran dan pembaharuan Islam di Mesir pada periode modern ditokohi oleh cukup banyak pemikir, antara lain: Muhammad Ali Pasya (1765-1849) yang bermodel reformisme Barat. Dia menghubungkan ekonomi Mesir dengan Eropa. at-Tahtawi (1801-1873) memiliki pandangan bahwa rahasia pertumbuhan Eropa terletak pada pikiran orang-orangnya yang bebas untuk berfikir secara kritis, mengubah kebijakan lama dan menerapkan ilmu dan teknologi modern untuk menyelesaikan masalah.
Jamaluddin al-Afgani (1839-1897)yang mencoba menanamkan kembali kepercayaan kepada kekuatan sendiri dengan melepas baju apatis dan putus
(13)
asa, Muhammad Abduh (1849-1905) yang mengumandangkan panggilan jihad melawan penjajah , dan muridnya Rasyid Ridha (1865-1935) yang membangkitkan ruh ijtihad, mengumandangkan kembali kepada Quran dan Sunnah, sebagai satu-satunya jalan untuk keluar dari kelemahan dan kehinaan posisi.
Secara garis besar isi pemikiran mereka diantaranya mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas tahayul dan bid’ah yang masuk kedalam ajaran Islam, menghilangkan faham fatalisme yang terdapat dikalangan umat Islam, menghilangkan faham salah yang dibawa oleh tarekat tasawwuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik Negara Barat.
8. Pembaharuan Islam di Indonesia
Pada awal abad ke-20, ide-ide pembaharuan terlihat telah turut mewarnai arus pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Menilik latar belakang kehidupan sebagian tokoh-tokohnya, sangat mungkin diasumsikan bahwa perkembangan baru Islam di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh ide-ide yang berasal dari luar Indonesia. Seperti misalnya Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy’ari (Nahdlatul Ulama) Ahmad Surkati (Al-Irshad), Zamzam (Persis).
Mereka sempat menimba ilmu di Mekkah dan melalui media publikasi dan korespondensi mereka berkesempatan untuk dapat berinteraksi dengan arus pemikiran baru Islam . Tokoh lainnya seperti Tjokroaminoto (Sarekat Islam) juga dikenal menggali inspirasi gerakannya dari ide-ide pembaharuan Islam di anak benua India.
Ide-ide pembaharuan Islam dari luar yang masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur :
a. Jalur haji dan mukim, yakni tradisi tokoh tokoh umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji ketika itu bermukim untuk sementara waktu guna menimba dan memperdalam ilmu keagamaan atau pengetahuan lainnya. Sehingga ketika mereka kembali ke Tanah Air, kualitas keilmuan dan pengamalan keagamaan mereka umumnya semakin meningkat. Ide-ide baru yang mereka peroleh tak jarang kemudian juga mempengaruhi orientasi pemikiran dan dakwah mereka di Tanah Air
b. Jalur publikasi, yakni berupa jurnal atau majalah-majalah yang memuat ide-ide pembaharuan Islam baik dari terbitan Mesir maupun Beirut. Wacana yang disuarakan media tersebut kemudian menarik Muslim nusantara untuk
(14)
menterjamahkannya ke dalam bahasa Indonesia bahkan lokal, seperti pernah muncul jurnal al-Imam, Neracha dan Tunas Melayu di Singapura, di Sumatera Barat juga terbit al-Munir.
c. Peran mahasiswa yang sempat menimba ilmu di Timur-Tengah. Menurut Achmad Jainuri, para pemimpin gerakan pembaharuan Islam awal di Indonesia hampir merata adalah alumni pendidikan Mekah.
Secara umum kelahiran dan perkembangan pembaharuan Islam di Indonesia merupakan wujud respon terhadap kemunduran Islam sebagai agama karena praktek-praktek penyimpangan, keterbelakangan para pemeluknya dan adanya invansi politik, kultural dan intelektual dari dunia Barat.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidaklah muncul dalam satu pola dan bentuk yang sama, melainkan memiliki karakter dan orientasi yang beragam. Disini penting dipahami bahwa gerakan nasionalisme Indonesia yang bangkit sekitar awal abad ke-20 diusung sebagiannya oleh tokoh-tokoh modernis muslim tidak hanya melalui kendaraan gerakan yang berdasar atau berafiliasi ideologis pada Islam.
Sejarah menunjukkan bahwa Islam ternyata hanya menjadi salah satu alternatif yang mungkin bagi tokoh-tokoh modernis muslim di Indonesia sebagai sumber rujukan teoritis dan instrumental gerakan pembaharuan dan nasionalismenya. Sekalipun demikian, hal ini tidak mengecilkan pengertian adanya keterkaitan antara dimensi penghayatan religius dan artikulasi perjuangan sosial-politik di masyarakat. Dengan kata lain, kesadaran nasional sebagai anak bangsa yang terjajah oleh penguasa asing tampaknya memikat mereka untuk bersama-sama menempatkan prioritas nasional sebagai ujud kepeduliannya.
Dengan kian berkembangnya kiprah gerakan pembaharuan Islam di Indonesia di tengah-tengah masyarakat, secara umum pada awal abad ke-20 M tersebut, corak gerakan keagamaan Islam di Indonesia dapat dipetakan dengan meminjam sebagai berikut:
a. Tradisionalis-konservatis, yakni mereka yang menolak kecenderungan westernisasi (pembaratan) dengan mengatasnamakan Islam yang secara pemahaman dan pengamalan melestarikan tradisi-tradisi yang bercorak lokal. Pendukung kelompok ini rata-rata dari kalangan ulama, tarekat dan penduduk pedesaan;
(15)
b. Reformis-modernis, yakni mereka menegaskan relevansi Islam untuk semua lapangan kehidupan baik privat maupun publik. Islam dipandang memiliki karakter fleksibilitas dalam berinteraksi dengan perkembangan zaman;
c. Radikal-puritan, seraya sepakat dengan klaim fleksibilitas Islam di tengah arus zaman, mereka enggan memakai kecenderungan kaum modernis dalam memanfaatkan ide-ide Barat. Mereka lebih percaya pada penafsiran yang disebutnya sebagai murni Islami. Kelompok ini juga mengkritik pemikiran dan cara-cara implementatif kaum tradisionalis. Sebagai pengayaan, menarik jika tipologi ini dikomparasikan dengan kasus gerakan Islam yang berkembang di Turki.
9. Tokoh-Tokoh Pembaharu Islam
a. Muhammad Ali Pasha (1789-1807)
Muhammad Ali Pasha lahir bulan Januari 1765 di Kavala Albania Yunani dekat pantai Macedonia dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Dialah pendiri dinasti Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun 1952. Sejak kecil ia memiliki keterampilan dan kecerdasan luar biasa. Dalam perjalanan kariernya, banyak usaha yang dilakukan untuk memperbaharukan atau memodenisir keadaan umat islam yang telah jauh tertinggal dari negara-negara Barat. Orang tuanya bekerja sebagai penjual rokok, dari kecil ia sudah harus bekerja, dia tak pernah memperoleh kesempatan sekolah, dengan demikian dia tidak bisa membaca dan menullis.
Setelah besar ia bekerja sebagai pemungut pajak, karena kecakapannya dalam pekerjaannya ini ia menjadi kesayangan Gubernur Usmani setempat, akhirnya ia diangkat sebagai menantu oleh gubernur tersebut dan mulai dari waktu itu bintangnya semakin meningkat terus.
Setelah ia di angkat menjadi menantu Gubernur Usmani di tempatnya bekerja. Ia masuk dalam dinas meliter dan dalam lapangan ini ia juga menunjukkan kecakapan dan kesanggupan sehingga pangkatnya cepat menaik menjadi perwira. ketika pergi ke Mesir ia mempunyai kedudukan wakil perwira yang memimpin pasukan yang dikirim dari daerahnya. Setelah tentara prancis keluar dari Mesir di tahun 1801. Muhammad Ali turut memainkan peran penting dalam politik.
(16)
Mesir mulai mengalami ketenangan politik, khususnya setelah Muhammad Ali membantai sisa-sisa petinggi Mamluk pada tahun 1811, menurut cerita dari 470 kaum mamluk hanya seorang yang dapat melepaskan diri dengan melompat dari pagar istana kejurang yang ada di bukit Mukattan, kudanya mati tetapi ia selamat dengan pergi lari. kaum mamluk yang ada diluar Kairo kemudian diburu, mana yang dapat dibunuh dan sebagian kecil dapat melarikan diri ke Sudan pada akhirnya tahun 1811, kekuatan kaum mamluk di mesir telah habis.
Untuk memajukan Mesir, Muhammad Ali melakukan pembenahan ekonomi dan militer. Atas saran para penasihatnya, ia juga melakukan program pengiriman tentara untuk belajar di Eropa. Pemerinthan Muhammad Ali pasya menandai permulan diferensiasi yang sebenarnya antara struktur politik dan ke agamaan di Mesir. keputusan-keputusan dan program-programnya ternyata sebagian besar telah menentukan jalannya sekulerisasi yang berlangsung selama satu setengah abad di Mesir. Muhammad Ali berkuasa penuh. Ia telah menjadi wakil Sultan dengan resmi di Mesir dan rakyat sendiri tidak mempunyai organisasi dan kekuatan untuk menentang kekuasannya, ia pun bertindak sebagai diktator.
Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki Utsmani dan menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya.
Dialah pendiri dinasti Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun 1952. dia muncul di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang diantara 300 orang anggota pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan Utsmani untuk mengusir Perancis. Pada awalnya ia berkedudukan sebagai penasehat komandan pasukan Albania, karena kecakapannya dalam memimpin maka ia diangkat menjadi komandan penuh. Setelah berhasil mengusir Napoleon dari Mesir, ia di angkat menjadi jendral tahun 1801. pada bulan Nopember 1805 ia menjadi penguasa di Mesir dan bulan April 1806 ia di angkat menjadi Wali
(17)
Negara Mesir dengan gelar Pasya. Beberapa Pembaharuan Yang Dilakukan Muhammad Ali Pasha :
1. Dalam Bidang Militer
Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha. Ia melihat kemajuan yang dicapai negara-negara Barat, terutama Perancis, begitu hebat. Kemajuan dalam teknologi peperangan membuat Perancis dengan mudah menguasai Mesir (1798-1802 M). Setelah Perancis dapat diusir Inggris pada tahun (1798-1802 M, Muhammad Ali Pasha mengundang Save, seorang perwira tinggi Perancis untuk melatih tentara Mesir.
Sama hanya dengan raja-raja Islam lainnya, Ali Pasha juga mementingkan hal-hal yang berkaitan dengan kemeliteran, karena ia yakin bahwa kekuasaanyan dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Muhammad Ali Pasha juga mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan bersenjata Mesir dan juga mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran.
Pada tahun 1815 M untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor persenjataan buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris. Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa Eropa, Muhammad Ali kemudian melatih bala tentaranya berdasarkan “Nidzam al-Jadid“ atau bisa disebut dengan peraturan baru. Ia mengatur tentara-tentara Mesir dan mulai memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar daerah untuk mengikuti wajib militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin berkembang.
2. Bidang Ekonomi dan Sosial
Muhammad Ali Pasha sangat memahami bahwa di belakang kekuatan militer mesti harus ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan di bidang militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan militer. Jadi dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan kekuatan militer, dan dua hal ini menghendaki pengetahuan atau ilmu-ilmu modern.
Salah satu dampak perkembangan ekonomi tersebut adalah ekspor kapas ke negara Eropa. Hal itu sangat menguntungkan, karena adanya
(18)
angsuran terhadap para petugas administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin keuntungan bagi Mesir. Selain itu wisatawan asing juga turut menyumbangkan pendapatan bagi devisa negara.Pengambil alihan pemilikan tanah oleh negara dan hasilnya dipergunakan untuk kepentingan pembangunan negara. Harta kaum Mamluk yang telah dimusnahkannya dirampas, demikian pula dengan harta-harta orang kaya di Mesir berada di bawah kekuasaannya.
Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Muhammad Ali Pasha juga membangun sistem irigasi, sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik. Karena Mesir adalah negara pertanian, di samping memperbaiki irigasi lama ia juga mengandalkan irigasin baru, memasukkan penanaman kapas dari India dan Sudan dan mendatangkan ahli pertanian dari Eropa untuk memimpin pertanian.
Dalam tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah pengaturan administrasi bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang lebih modern. Pembangunan prasarana masyarakat umum mulia digalakkan, seperti pembangunan Rumah Sakit, sekaligus mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk menangani problematika penduduk setempat. Hal itu tidak lain adalah sebagai bentuk kekhawatiran Ali Pasha terhadap kesejahteraan penduduk desa yang mengikuti wajib militer. Terutama ketika virus cacar mulai melanda sebagian penduduk Mesir ketika itu.
Usaha terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan antara Alexandria dengan sungai nil. Menurut beberapa laporan, upaya tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan kurang lebih 100.000 petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat pulalah pusat irigasi dari tahun 1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek irigasi ini sangat lemah dan kurang menguntungkan terlebih ketika masa awal kepemimpinannya.
3. Dalam Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan walaupun ia buta huruf, namun ia menaruh perhatian besar pada perkembangan ilmu. Hal ini terbukti dengan dibentuknya kementrian pendidikan. Setelah itu didirikan Sekolah Militer tahun 1815 M, Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah Kedokteran tahun 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah Pertambangan tahun 1834 M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M.
(19)
Selain itu, ia juga banyak mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan teknologi Barat di Perancis.
Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran, ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan.Selain mendirikan beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar ia juga melakukan penerjemahan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar.
Di samping mendelegasikan pelajar Mesir ke Eropa ia juga mendatangkan guru-guru agung Eropa untuk mengajar di sekolah-sekolah yang telah ia bangun. Muhammad Ali juga menerbitkan majalah berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M, ia menamainya dengan majalah “ al-Waqa’i al-Mishriyah” (Berita Mesir). Majalah ini digunakan rezim Muhammad Ali sebagai organ resmi pemerintah.
Inilah pembahasan singkat mengenai Muhammad Ali pasha, begitu banyak peninggalan termegah Muhammad Ali yang bisa kita lihat di perbukitan Jabal Muqatam, ia dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf Bushnak akhirnya berhasil membuat Masjid indah dengan corak menara Turki yang berwarna putih perak. Jika kita amati, masjid ini terbuat dari bahan marmer yang menawan, maka tidak heran jika mayoritas penduduk Mesir menamainnya sebagai masjid Alabaster.
Di dalam masjid inilah jasad Muhammad Ali dikuburkan, meskipun ia meninggal di Alexandria. Jasa lain Muhammad Ali adalah melakukan renovasi benteng Sholahuddin yang dibangun pertama kali oleh pahlawan Perang Salib muslim, Sholahuddin al-Ayyubi. Dalam hal ini, ia banyak melakukan perbaikan tembok-tembok yang sudah runtuh baik yang berada didalam maupun diluar. Kemudian, ia juga membangun sebuah istana keluarga yang dapat kita nikmati jika kita melewati Babal-Qullah. Pada tahun 1949 istana ini dijadikan museum oleh Raja Faruq.
Dalam sejarahnya Mesir dibagi menjadi dua bagian; Kuno dan Modern. Dengan peradabannya yang telah dimulai sejak 7000 tahun yang silam, ia termasuk salah satu diantara negara yang menempati urutan papan atas, tujuan wisata dunia. Maka tidak heran jika setiap jengkal tanahnya yang kita pijak merupakan saksi sejarah yang memberikan cerita sendiri. Begitulah kira-kira diskripsi sejarahnya.
(20)
Muhammad Ali Pasha yang dianggap sebagai pendiri Mesir Modern, kekuasaannya saat itu meliputi Sudan dan Syiria. Bahkan pasukannya pun ikut berperang bersama ke Sultanan Usmani di Yunani, Asia Kecil, hingga ke Eropa Timur.
b. Al-Tahtawi
Al-Tahtawi nama lengkapnya adalah Rafa`ah Bey Badawi Al-Tahtawi, lahir di kota Tahta (di dataran tinggi Mesir) pada masa pemerintahan Muhammad Ali, yaitu pada tahun 1802 M. Orang tuanya dari kaum bangsawan, tetapi sedikit pengalaman. Namun keluarganya yang tradisi keagamaannya kuat itu menjadikan al-Tahtawi tekun mempelajari Al-Qur’an sejak kecil.
Ketika dewasa (16 tahun) ia berangkat ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar, dibawah pengawasan atau bimbingan syekh Hassan Al-Attar. Al-Tahtawi adalah murid kesayangnya. Setelah limaia mendapat menyelesaikan studinya (1822 M) Hasan Al-Attar banyak hubungan dengan para ilmuwan Perancis yang dating dengan Napoleon ke Mesir.
Karena ketekunan dan ketajaman pikiran Tahtawi, gurunya (syekh Al-Attar) selalu memberikan dorongan agar selalu menambah ilmu pengetahuan. Selesai studi di Al-Azhar, Al-Tahtawi mengajar di Universitas tersebut selam 2 Tahun. Dan pada tahun 1824 M dapat juga raih gelar “Master “ pada Egyptian Army di Mesir. Pada tahun itu pula, diangkat menjadi imam bagi mahasiswa-mahasiswa yang dikirim oleh Muhammad Ali ke Jomard di paris, untuk bahasa Perancis dan ilmu-ilmu modern. Tetapi disamping tugasnya sebagai imam, ia juga ikut belajar.
Selama 5 tahun di Paris, ia kursus privat bahasa Perancis, sehingga dalam waktu lima tahun itu, ia mampu menerjemahkan sejumlah 12 buku dan risalah, diantaranya risalah tentang sejarah Alexander Macedonia, buku-buku mengenai pertambangan, ilmu bumi, akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa, risalah tentang ilmu teknik, hak-hak manusia, kesehatan jasmani dan sebagainya.Selama di Paris, Al-Tahtawi menghabiskan waktunya untuk membaca berbagai macam buku ilmu pengetahuan.
Sekembalinya dari paris pada tahun 1832 M ke Mesir, ia diangkat sebagai penerjemah dan sebagai guru Besar pada sekolah kedokteran perancis di Kairo. Dua tahun kemudian (1835), ia pindah ke sekolah Artelery sebagai penterjemah (direktur) buku-buku ilmu teknik dan kemiliteran. Setahun kemudian (1836) didirikan sekolah penerjemah (Sechool of Foreign Languages) atau
(21)
Sekolah Bahasa-bahasa Asing” dan Al-Tahtawi sebagai direktur dan sebagai penanggung jawab harian “Al Waqa`al Mishriah”.
Setelah Muhammad Ali meninggal (1848) maka cucunya Abbas sebagai gantinya, dan Al-Tahtawi kemudian dikirim ke Sudan sebagai kepala sekolah di Kartoum. Setelah Abbas meninggal (1854) Al-Tahtawi kembali ke Mesir atas panggilan pengganti Abbas, yaitu Said Pasya, ia diangkat sebagai direktur sekolah Militer.
Pada tahun 1863 M di Mesir dibentuk suatu badan yang bertugas menterjemahkan undang-undang Perancis dan bermarkas di kantor yang namanya “Translation Office” dan Al-Tahtawi menerbitkan majalah “Raudatul Madaris” untuk “Munistry of Education”. Sekembalinya Al tahtawi dari Mesir telah menterjemahkan buku-buku di antaranya buku-buku tentang geografi, sejarah (Raja-raja Perancis, Raja-raja Charles XI, Charles V, filsafatYunani) dan Montesque dan Al Tahtawi juga menulis buku-buku yang diterbitkan (berupa tulisan atau karangan).Di atara karangan-karangan Al Tahtawi adalah :
1. Takhlisul Ibriz fi Talkhish Pariz
2. Manhij al Albab al Mishriyah fi Manahijj al Adab al` Ashriyah. 3. Al Mursyid al Amin lil banat wa al banin
4. Al-Qaul al Said fi Ijtihad wa al Taqlid
5. Anwar Taufiq al jalil fi Akhbar Mishar wa Tautsiq Bani Ismail 6. Al-Mazahib al Arba`ah fi al Fiqh.
7. Qanun al Tijari
8. Al Tuhfat al Maktabiyah fi al Nahw 9. Al Manafi` al Uminyah
Ide – Ide Pembaharuan Al Tahtawi 1. Bidang Pendidikan
Al Tahtawi semasa hidupnya banyak waktu yang dihabiskan untuk mengajar, dan mengatur pendidikan; Dia menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang ditulisnya. Dia menyatakan, bahwa pendidikan itu harus ada kaitannya dengan masalah-masalah masyarakat dan lingkungannya.
(22)
Pemikiran Al Tahtawi mengenai pendidikan ada dua pokok yang di nilai penting : pertama pendidikan yang bersifat universal dan emansipasi wanita. Pendidikan hendakmya bersifat universal dan sama bentuknya bagi semua golongan, selain itu bahwa masyarakat yang terdidik akan lebih mudah dibina dan sekaligus dapat menghindari masing-masing dari pengaruh negatif.
Pemikiran ini dinilai sebagai rintisan bagi pemikiran pendidikan yang bersifat demokratis. Kedua mengenai pendidikan bangsa. Menurutnya bahwa pendidikan bukan hanya terbatas pada kegiatan untuk mengajarkan pengetahuan, melainkan juga untuk membentuk kepribadian dan menenamkan patriotisme. Tanah air ialah tempat tinggal, tanah kelahiran yang dinikmati setiap warganya.
Untuk melengkapi pemikiran pendidikan Al Tahtawi dilengkapi juga ide pendidikannya dengan kurikulum yang dihubungkan kepentingan agama dan Negara. Kurikulum yang dirumuskan oleh Al Tahtawi adalah sebagai berikut : pertamakurikulum untuk tingkat pendidikan dasar terdiri atas mata pelajaran membaca, menulis yang sumbernya adalah Al-Qur’an, nahwu dan dasar-dasar berhitung.
Kedua untuk tingkat menengah (tajhizi) terdiri atas : pendidikan jasmani dan cabang-cabangnya, ilmu bumi. Sejarah, mantiq, biologi,
fisika, kimia, manajemen, ilmu pertanian, mengarang, peradaban, sebagian bahasa asing yang bermanfaat bagi Negara. Ketiga untuk menengah ats ( `aliyah ) mata pelajaran terdiri atas : mata pelajaran kejuruan. Mata pelajaran tersebut diberikan secara mendalam dan meliputi figh, kedokteran, ilmu bumi dan sejarah.
Pemikiran tentang pendidikan yang diterapkan oleh Al Tahtawi di tulis pada buku al-Mursyid al-Amin fi Tarbiyah al-Banin (pedoman tentang pendidikan anak). Buku ini menerangkan tentang ide-ide pendidikan yang meliputi :
1) pembagian jenjang pendidikan atas tingkat permulaan, menengah, dan pendidikan tinggi akhir.
2) Pendidikan diperlukan, kerana pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan .
(23)
3) pendidikan mesti dilaksanakan dan diperuntukan bagi segala golongan. Maka tidak ada perbedaan antara pendidikan anak laki-laki dan anak perempuan.
Pemikiran mengenai persamaan antara laki-laki dan pendidikan anak perempuan ini dinilai sebagai mencontoh ide pemikiran Yunani.Anak-anak perempuan harus memperoleh pendidikan yang sama dengan Yunani.Anak-anak lelaki. Pendidikan terhadap perempuan merupakan suatu hal yang sangat penting karena tiga alasan, yaitu :
1) Wanita dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi mitra suami dalam kehidupan sosial dan intelektual.
2) Agar wanita sebagai istri memiliki keterampilan untuk bekerja dalam batas-batas kemampuan mereka sebagai wanita.
2. Bidang Ekonomi
Menurut Al Tahtawi ekonomi Mesir, tergantung pada pertanian, ia memuji usaha di jalankan Muhammad Ali dalam lapangan ini. Juga ia menekankan pendapat ahli ekonomi Eropa mengatakan bahwa Mesir mempunyai potensi besar dalam lapangan ekonomi. Memajukan ekonomi, sejahteraan dunia akan tercapai. Hal ini, adalah baru karena tradisi dalam Islam untuk mementingkan kehidupan dunia.
Al Tahtawi menekankan bahwa pembangunan perekonomian Mesir diawali dengan kepedulian seluruh bangsa Mesir, sedangkan kunci adalah pendidikan yang akan menghasilkan tenaga ahli terampil dalam masyarakat.Beberapa ide yang dikemukan Al Tahtawi mengenai bidang ekonomi, termuat dalam karya tulisannya “kitab Takhlish al Ibriz ila talkhis bariz”
3. Bidang Kesejahteraan.
Kemajuan suatu Negara, ditandai meratanya kesejahteraan rakyat dan juga meningkatkan jegiatan perekonomian, sehingga stabilitas Negara dapat dicapai.Sebagaimana diungkapkan oleh Tahtawi, dalam bukunya”Manahij” bahwa manusia pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu menjalankan perintah Tuhan dan mencari kesejahteraan didunia, sebagaimana yang dicapai oleh bangsa Eropa modern. Oleh karena itu, kesejahteraan umat Islam harus diperoleh atas dasar melakasanakan ajaran agama, berbudi pekerti baik dan ekonomi yang maju.
(24)
4. Bidang Pemerintahan.
Ide Al Tahtawi tentang Negara dan masyarakat, bukan hanya sekedar pandangan tradisional belaka, dan bukan pula hanya sebagai refleksi pengalaman dan pengetahuan yang telah didapatnya di Paris. Tetapi merupakan kopmbinasi dan persenyawaan dari keduanya. Dia mengemukakan contoh-contoh yang diteladani yaitu nabi Muhammad SAW. Dan para sahabat dalam melaksanakan pemerintahan yang mempunyai hak kekuasaan mutlak, yang dalam pelaksanaan pemerintahannya harus dengan adil berdasarkan undang-undang. Untuk kelancaran pelaksanaan undand-undang itu harus ditangani oleh tiga badanyang terpisah yaitu Legislatif, Executif danJudicatif (Trias Politica Montesque).
Menurut Al tahtawi, masyarakat suatu Negara, terdiri dari empat (empat) golongan; doa golonan yang memerintah, dua golongan yang lain diperintah. Dua golonan yang memerintah adalah raja dan para ulama (dua para ilmuan). Sedang dua golonan yang diperintah adalah tentara dan para produsen (termasuk semua rakyat).
Golongan yang diperintah (rakyat) ini, harus patuh dan setia kepada pemerintah . Meskipun sebenarnya, seorang raja hanya bertanggung jawab kepada Allah saja. Raja tidak boleh melupakan kepentingan rakyat. Raja harus senantiasa harus ingat kepada Allah dan siksaan yang disediakan bagi orang yang dzalim. Rasa takut seorang raja kepada Allah, akan membuat raja berlaku baik kepada rakyatnya.
5. Patrotisme Ala Al Tahtawi
Al Tahtawi adalah orang Mesir yang pertama penganjur patriotisme. Paham bahwa seluruh dunia Islam adalah tanah air bagi setiap individu muslim, mulai di rubah penekannya. Al Tahtawi menekankan bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan seluruh dunia Islam. Ia berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan se-agama, juga ada persaudaraan setanah air. Dalam perkembangan dunia Islam selanjutnya persaudaraan tanah air ternyata lebih dominan.
Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai pradaban. Kata “Wathan” dan “Hubul Wathan” (patriotisme) kelihatannya selalu dipakai oleh Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai pradaban.
(25)
6. Ijtihad dan Sain Modern
Memahami syari’at Islam menurut Al-Tahtawi merupakan sangat penting dan memiliki kesadaran bahwa syari’at pasti senantiasa up to date, cocok untuk segala zaman dan tempat.orang yang mengerti serta memahami syari’at Islam, Al Tahtawi yakin akan pentingnya kesadaran bahwa syari’at pasti senantiasa berlaku se[anjang masa, cocok untuk segala zaman dan tempat.
Sains dan pemikiran rasional pada dasarya tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Karena itu, ijtihad harus dilakukan oleh ulama. Ulama harus dapat merubah masyarakat yang berfikiran statis dan tradisional. Dalam bukunya “Al Qaul al Sadid fi al ijtihad wa al Taqlid” menguraikan pentingnya ijtihad dan syarat-syarat menjadi mujtahid, serta dalil dalil dan tingkatan para mujtahid.
Perkembangan sains dan teknologi disamping untuk neningkatkan upaya kualitas umat Islam dalam melakukan ijtihad, juga dapat menunjang kesejahteraan kehidupan kaum muslimin di dunia sebagaimana telah dikembangkan di Eropa.Gagasan tersebut menjadi fokus penting dan pemikiran dan pembaharuan Al Tahtawi. Oleh karena itu, sebagian besar hidupnya disumbangkan untuk mendukung gagasannya dengan menerjemahkan buku buku agar umat Islam mengetahui budaya yang maju di Barat. Disamping sebagai penulis dan menjadi pimpinan dalarn beberapa pendidikan.
Al Tahtawi dalam hal Fatalisme ia mencela orang Pariskarena mereka tidak percaya pada qadha’ dan qadar. Menurutnya, orang Islam harus percaya pada qadha’ dan qadar Tuhan, tetapi disamping itu harus berusaha. Manusia tidak boleh mengembalikan segala-galanya pada qadha’ dan qadar. Karena pendirian serupa lilin, menunjukkan kelemahan. Tetapi berusaha semaksimal dulu, baru menyerah.
c. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di pedusunan delta Nil Mesir pada tahun 1849. Keluarganya terkenal berpegang teguh kepada ilmu dan agama. Ayahnya beristri dua. Muhammad ‘Abduh muda merasakan sejak dini sulitnya hidup dalam keluarga poligami. Hal ini menjadi pokok persoalan yang dia sampaikan dengan sangat yakin di kemudian hari ketika dia menegaskan perlunya pembaruan keluarga dan hak-hak wanita.
(26)
Dalam usia 12 tahun ‘Abduh telah hapal al-Qur’an. Kemudian, pada usia 13 tahun ia dibawa ke Tanta untuk belajar di Mesjid Ahamdi. Mesjid ini sering disebut “Mesjid Syeikh Ahmad”, yang kedudukannya dianggap sebagai level kedua setelah Al-Azhar dari segi menghapal dan belajar al-Qur’an. Pelajaran di mesjid Ahmadi ini ia selesaikan selama 2 tahun.
Namun ‘Abduh merasa tak mengerti apa-apa. Tentang pengalamannya ini ‘Abduh menceritakan: “Satu setengah tahun saya belajar di mesjid Syeikh Ahmad dengan tak mengerti suatu apapun. Ini adalah karena metodenya yang salah. Guru-guru mulai mengajak kita untuk menghapal istilah-istilah tentang nahwu dan fiqh yang tak kita ketahui artinya, guru tak merasa penting apa kita meengetahui atau tidak mengerti istilah-istilah itu.” Inilah latar belakang dari pokok pembaruannya dalam bidang pendidikan di kemudian hari.
Pada saat ‘Abduh berumur 16 tahun, tepatnya pada tahun 1865, ‘Abduh menikah dan bekerja sebagai petani. Namun hal itu hanya berlangsung selama 40 hari. Karena ia harus pergi ke Tanta untuk belajar kembali. Pamannya ‘Abduh, seorang Syeikh (guru spiritual) Darwisy Khadrseorang sufi dari Tarekat Syadzilitelah membangkitkan kembali semangat belajar dan antusiasme Abduh terhadap ilmu dan agama.
Syeikh ini mengajarkan kepadanya disiplin etika dan moral serta praktek kezuhudan tarekatnya. Meski ‘Abduh tidak lama bersama Syeikh Darwisy, sepanjang hidupnya ‘Abduh tetap tertarik kepada kehidupan ruhaniah tasawuf. Namun kemudian dia jadi kritis terhadap banyak bentuk lahiriah dan ajaran tasawuf, dan karena kemudian dia memasuki kehidupan Jamaluddin Al-Afghani yang karismatis itu.
Tahun 1866 ‘Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Harapannya itu tak terpenuhi. Ia keluar karena proses belajar yang berlangsung menonjolkan ilmu dan hapalan luar kepala tanpa pemahaman, seperti pengalamannya di Tanta. Inilah juga yang melatarbelakangi ‘Abduh ingin mengadakan pembaruan dalam bidang pendidikan.
Tiga tahun setelah ‘Abduh di Al-Azhar, Jamaluddin al-Afghani datang ke Mesir. Segera saja ‘Abduh bergabung bersamanya. Di bawah bimbingan al-Afghani, ‘Abduh mulai memperluas studinya sampai meliputi filsafat dan ilmu sosial serta politik. Sekelompok pelajar muda Al-Azhar bergabung bersamanya, termasuk pemimpin Mesir di kemudian hari, Sa’d Zaghlul.
(27)
Afghani aktif memberikan dorongan kepada murid-muridnya ini untuk menghadapi intervensi Eropa di negeri mereka dan pentingnya melihat umat Islam sebagai umat yang satu. ‘Abduh memutar jalur hidupnya dari tasawuf yang bersifat pantang dunia itu, lalu memasuki dunia aktivisme sosio-politik.
Muhammad ‘Abduh meninggal pada tanggal 11 Juli 1905. Banyaknya orang yang memberikan hormat di Kairo dan Aleksandria, membuktikan betapa besar penghormatan orang kepada dirinya. Meskipun ‘Abduh mendapat serangan sengit karena pandangan dan tindakannya yang reformatif, terasa ada pengakuan bahwa Mesir dan Islam merasa kehilangan atas meninggalnya seorang pemimpin yang terkenal lemah lembut dan mendalam spiritualnya. Ide-ide Pembaharuan Muhammad ‘Abduh
1. Jumud: Faktor Utama Kemunduran Umat Islam
Muhammad Abduh berpandangan bahwa penyakit yang melanda negara-negara Islam adalah adanya kerancuan pemikiran agama di kalangan umat Islam sebagai konsekuensi datangnya peradaban Barat dan adanya tuntutan dunia Islam modern. Selama beberapa abad di masa silam, kaum Muslimin telah menghadapi kemunduran dan sebagai hasilnya mereka tidak mendapatkan dirinya sebagai siap sedia untuk menghadapi situasi yang kritis ini.
Ia berpendapat bahwa sebab yang membawa kemunduran umat Islam adalah bukan karena ajaran Islam itu sendiri, melainkan adanya sikap jumud di tubuh umat Islam. Jumud yaitu keadaan membeku/statis, sehingga umat tidak mau menerima peubahan, yang dengannya membawa bibit kepada kemunduran umat saat ini (al-Jumud ‘illatun tazawwul).
Seperti dikemukakan ‘Abduh dalam Islam baina ’Ilm wa al-Madaniyyah, ia menerangkan bahwa sikap jumud dibawa ke tubuh Islam oleh orang-orang yang bukan Arab, yang merampas puncak kekuasaan politik di dunia Islam. Mereka juga membawa faham animisme, tidak mementingkan pemakaian akal, jahil dan tidak kenal ilmu pengetahuan. Rakyat harus dibutakan dalam hal ilmu pengetahuan agar tetap bodoh dan tunduk pada pemerintah.
2. Pembaruan Muhammad Abduh dalam Masalah Ijtihad
Faham Ibn Taimiyyah yang menyatakan bahwa ajaran-ajran Islam terbagi ke dalam dua kategori: Ibadah dan Mu’amalah, diambil dan
(28)
ditonjolkan oleh ‘Abduh. Ia melihat bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam Qur’an dan Hadits bersifat tegas, jelas dan terperinci. Sebaliknya, ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat hanya merupakan dasar-dasar dan prinsip umum tidak terperinci, serta sedikit jumlahnya. Oleh karena sifatnya yang umum tanpa perincian, maka ajaran tersebut dapat disesuaikan dengan zaman.
Penyesuaian dasar-dasar itu dengan situasi modern dilakukan dengan mengadakan interpretasi baru. Untuk itu, Ijtihad perlu dibuka. Dalam kitab Tarikh Hashri al-Ijtihad dikutip pendapat ‘Abduh mengenai ijtihad sebagai berikut:
“Sesungguhnya kehidupan sosial manusia selalu mengalami perubahan, selalu terdapat hal-hal baru yang belum pernah ada pada zaman sebelumnya. Ijtihad adalah jalan yang telah ada dalam syariat Islam sebagai sarana untuk menghubungkan hal-hal baru dalam kehidupan manusia dengan ilmu-ilmu Islam, meskipun ilmu-ilmu Islam telah dibahas seluruhnya oleh para ulama terdahulu....”.
Selanjutnya, menurut ‘Abduh, untuk orang yang telah memenuhi syarat ijtihad di bidang muamalah dan hukum kemasyarakatan bisa didasarkan langsung pada Quran dan Hadis dan disesuaikan dengan zaman. Sedangkan ibadah tidak menghendaki perubahan menurut zaman.
Taklid buta pada ulama terdahulu tidak perlu dipertahankan, bahkan Abduh memeranginya. Karena taklid di bidang muamalah menghentikan pikir dan akal berkarat. Taklid menghambat perkembangan bahasa Arab, perkembangan susunan masyarakat Islam, sistem pendidikan Islam, dan sebagainya.
Pendapat tentang dibukanya pintu ijtihad bukan semata-mata pada hati tetapi pada akal. Qur’an memberikan kedudukan yang tinggi bagi akal. Islam, menurutnya adalah agama rasional. Mempergunakan akal adalah salah satu dasar Islam. Iman seseorang takkan sempurna tanpa akal. Agama dan akal yang pertama kali mengikat tali persaudaraan.
Wahyu tidak dapat membawa hal-hal yang bertentangan dengan akal. Kalau zahir ayat atau hadis bertentangan dengan akal, maka harus dicari interpretasi yang membuat ayat dapat dipahami secara rasional. Kepercayaan pada kekuatan akal adalah dasar peradaban bangsa.
(29)
3. Pembaruan ‘Abduh dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Islam (Pendidikan) Seperti dikutip Fazlur Rahman, ‘Abduh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern banyak berdasar pada hukum alam (sunnatullah, yang tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya). Sunnatullah adalah ciptaan Allah SWT. Wahyu juga berasal dari Allah. Jadi, karena keduanya datang dari Allah, tidak dapat bertentangan satu dengan yang lainnya. Islam mesti sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dan, yang modern mesti sesuai dengan Islam, sebagaimana zaman keemasan Islam yang melindungi ilmu pengetahuan.
Dengan penuh semangat, ‘Abduh menyuarakan penggalian sains dan penanaman semangat ilmiah Barat. Kemajuan Eropa ia tegaskan karena belahan dunia ini telah mengambil yang terbaik dari ajaran Islam. Ia membantah bahwa Islam tidak mampu beradaptasi dengan dunia modern. Ia ingin membuktikan bahwa Islam adalah agama rasional yang dapat menjadi basis kehidupan modern.
Sebagai konsekuensi dari pendapatnya, ‘Abduh berupaya untuk memperbarui pendidikan dan pelajaran modern, yang dimaksudkan agar para ulama kelak tahu kebudayaan modern dan mampu menyelesaikan persoalan modern. Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat merubah segala.
Suatu. Program yang diajukannya sebagai salah satu fondasi utama adalah memahami dan menggunakan Islam dengan benar untuk mewujudkan kebangkitan masyarakat. Menurutnya, sekolah negeri (sekuler) harus diwarnai dengan agama yang kuat. Namun, rupanya, pendapatnya itu mendapat tantangan berat dari ulama konservatif yang belum mengetahui faedah dari perubahan yang dianjurkan Muhammad Abduh.
Keberatan Muhammad Abduh berkenaan dengan upaya meniru pendidikan Barat disebabkan pengalaman bahwa orang yang meniru bangsa lain, dan meniru adat bangsa lain, membukakan pintu bagi masuknya musuh. Segelintir orang yang terbaratkan telah menggunakan slogan asing, seperti “kebebasan, nasionalisme, etnisitas”.
Muhammad Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor, yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki dan perempuan. Semuanya harus punya kemampuan dasar
(30)
seperti membaca, menulis, dan berhitung. Semuanya harus mendapat pendidikan agama, yang mengabaikan perbedaan sektarian dan menyoroti perbedaan antara Kristen dan Islam.Isi dan lama pendidikan haruslah beragam, sesuai dengan tujuan dan profesi yang dikehendaki pelajar.
Abduh percaya bahwa anak petani dan tukang harus mendapat pendidikan minimum, agar mereka dapat meneruskan jejak ayah mereka. Kurikulum sekolah ini harus meliputi: (1) buku ikhtisar doktrin Islam yang berdasarkan ajaran Sunni dan tidak menyebut-nyebut perbedaan sektarian; (2) teks ringkas yang memaparkan secara garis besar fondasi kehidupan etika dan moral dan menunjukkan mana yang benar dan yang salah; dan (3) teks ringkas sejarah hidup Nabi Muhammad, kehidupan shahabat, dan sebab-sebab kejayaan Islam.
Sedangkan untuk sekolah menengah haruslah mereka yang ingin mempelajari syariat, militer, kedokteran, atau ingin bekerja ada pemerintah. Kurikulumnya haruslah meliputi, antara lain:
(1) buku yang memberikan pengantar pengetahuan, seno logika, prinsip penalaran; (2) teks tentang doktrin, yang menyampaikan soal-soal seperti dalil rasional, menentukan posisi tengah dalam upaya menghindarkan konflik, pembahasan lebih irnci mengenai perbedaan antara Kristen dan Islam, dan keefektifan doktrin Islam dalam membentuk kehidupan di dunia dan akherat; (3) teks yang menjelaskan mana yang benar dan salah, penggunaan nalar dan prinsip-prinsip doktrin; serta (4) teks sejarah yang meliputi berbagai penaklukan dan penyebaran Islam.
Adapun pendidikan yang lebih tinggi lagi untuk guru dan kepala sekolah, dengan kurikulum yang lebih lengkap, mencakup: (1) tafsir al-Qur’an; (2) ilmu bahasa dan bahasa Arab; (3) ilmu hadis; (4) studi moralitas (etika); (5) prinsip-prinsip fiqh; (6) seni berbicara dan meyakinkan; dan (7) teologi dan pemahaman doktrin secara rasional.
4. Pembaruan ‘Abduh dalam Bidang Keluarga dan Wanita
Menurut ‘Abduh, blok bangunan terpenting dari masyarakat baru adalah individu. Umat terdiri dari unit-unit keluarga. Kalau unit-unit ini tidak memberikan lingkungan yang sehat dan fungsional bagi perkembangan individu di dalamnya, maka masyarakat akan ambruk. Abduh berkata:
(31)
“Sesungguhnya umat terdiri rumah-rumah (unit-unit keluarga). Jika unit-unit keluarga baik, maka umat pun akan baik. Barangsiapa yang tidak memiliki keluarga maka ia pun tidak memiliki umat. Laki-laki dan perempuan adalah dua jenis makhluk yang memiliki hak, kebebasan beraktivitas, perasaan, dan akal yang sama. Dan ketahuilah bahwa laki-laki yang berupaya menindas wanita supaya dapat menjadi tuan dirumahnya sendiri, berarti menciptakan generasi budak...”
Menurut ‘Abduh, jika wanita memang punya kualitas pemimpin dan kualitas membuat keputusan, maka keunggulan pria tak berlaku lagi. Di tempat lain, dia menulis, bahwa menurut al-Qur’an ada dua jenis wanita, wanita saleh dan wanita durhaka. kepemimpinan pria berlaku hanya terhadap istri yang mengacau atau durhaka.‘Abduh juga berpendapat bahwa, penyebab perpecahan atau firnah dalam masyarakat adalah karena pria mengumbar hawa nafsunya.
d. Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di Asadabad, dekat Kanar di Distrik Kabul, Afghanistan, pada tahun 1838 (1254 H). Al-afghani menghabiskan masa kecilnya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan Perancis. Pada usia 18 tahun di Kabul, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan tetapi juga mendalami filsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi.
Jamaluddin al-Afghani adalah salah seorang pemimpin pergerakan Islam pada akhir abad ke -19. Sayyid Sand adalah ayah Afghani, yang dikenal dengan gelar Shadar Al-Husaini. Ia tergolong bangsawan terhormat dan mempunyai hubungan nasab dengan Hussein Ibn Ali r.a., dari pihak Ali At-Tirmizi, seorang perawi hadits. Oleh karena itu, di depan nama Jamaluddin al-Afghani diberi title “Sayyid”.
Afghani melanjutkan belajar ke India selama satu tahun. Di india Afghani menekuni sejumlah ilmu pengetahuan melalui metode modern. Didorong keyakinannya, ia melanglang buana ke berbagai negara. Dari India, Jamaluddin melanjutkan perjalanan ke mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulangnya ke Kabul ia diminta penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan, untuk membantunya. Tahun 1864,, ia diangkat menjadi penasehat Shir Ali Khan, dan beberapa tahun kemudian diangkat menjadi
(32)
Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Namun karena campur tangan Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris menilai Jamaluddin sebagai tokoh berbahaya karena ide-ide pembaharuannya, terus mengawasinya.
Pemikiran-Pemikiran Jamaluddin al-Afghani :
Pada saat kembalinya Jamaluddin ke India untuk kedua kalinya setelah pergi meninggalkan Mesir karena ketidaksenangan Inggris yang telah menghasut kaum teolog untuk melawan jamaluddin atas kegiatan-kegiatan Jamaluddin yang menyebabkan banyaknya orang kristen yang masuk Islam. Di sini, ia menuliskan risalah yang sangat terkenal,Pembuktian Kesalahan Kaum Materialis, risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan materialis.
Jamaluddin al-Afghani pernah menerbitkan jurnal Al-Urwat-Al-Wuthqa yang mengecam keras Barat. Jurnal tersebut juga dikenal sebagai jurnal anti penjajahan, yang diterbitkan di Paris. Jurnal ini segera menjadi barometer perlawanan imperialisme dunia Islam yang merekam komentar, opini, dan analisis bukan saja dari tokoh-tokoh Islam dunia, tetapi juga ilmuwan-ilmuwan barat yang penasaran dan kagum dengan kecermelangan Afghani.
Pada tahun 1889, al-Afhgani diundang ke Persia untuk suatu urusan persengketaan politik antara Persia dengan Rusia. Bersamaan dengan itu al-Afghani melihat ketidakberesan politik dalam negeri Persia sendiri. Karenanya, ia menganjurkan perombakan sistem politik yang masih otokratis.
Dan beberapa kontribusi al-Afghani yang lain adalah perlawanan terhadap kolonial barat yang menjajah negeri-negeri Islam (terutama terhadap penjajah Inggris). Kemudian upaya melawan pemikiran naturalisme India, yang mengingkari adanya hakikat ketuhanan. Menurutnya dasar aliran ini merupakan hawa nafsu yang menggelora dan hanya sebatas egoisme sesaat yang berlebihan tanpa mempertimbangkan kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya pengingkaran terhadap hakikat Tuhan dan anggapan bahwa materi mampu membuka pintu lebar-lebar bagi terhapusnya kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan. Dari situlah al-Afghani berusaha menghancurkan pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa agama mampu memperbaiki kehidupan masyarakat dengan syari’at san ajaran-ajarannya.
Afghani juga mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan
(33)
kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh.
Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme. Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus meliputi seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan.
Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membina kesetiakawanan dan pesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang tiap sistem pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.
Menurut Afghani penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang (despotik), inilah alasan mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang inti sari dan kebaikan dari pemerintahan republik. Pemerintahan republik, merupakan sumber dari kebahagiaan dan kebanggaan.
Mereka yang diatur oleh pemerintahan republik sendirilah yang layak untuk disebut manusia; karena suatu manusia yang sesungguhnya hanya diatur oleh hukum yang didasari oleh keadilan dan mengatur gerakan, tindakan, transaksi dan hubungan dengan orang yang lain yang dapat mengangkat masyarakat ke puncak kebahagiaan.
Bagi Afghani, pemerintahan rakyat adalah “pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
(34)
dan karenanya merupakan lawan dari pemerintahan absolut. Merupakan suatu pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari beban yang diletakkan pemerintahan despotik dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.
Dan pada buku Prof. Ahmad Amin dari Kairo yang berjudul Zuma al-Islah, para penulisnya sepakat bahwa al-Afghani memiliki dua tujuan yang jelas dan pokok yang menggarisbawahi misinya yang besar :
1. Mengisi semangat baru di Timur sehingga ia menghidupkan kembali kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebersihan agamanya yang kaya, sehingga membebaskan kepercayaannya dari tahayul, dan menjernihkan moralnya dari apa yang telah terkumpul di sekitar mereka dan kemudian kembali kepada kekuasaan dan landasan yang pernah mereka pegang dan miliki.
2. Melawan dominasi asing (Imperialisme Barat) sehingga negara-negara Timur dikembalikan kepada kemerdekaannya, yang dperkuat ileh persekutuan dan pertalian yang mungkin, agar dapat menjaga diri mereka sendiri terhadap bahaya-bahaya yang datang (yang ditimbulkan oleh Barat).
e. Muhammad Iqbal
Dr. Muhammad Iqbal (1874-1938) dilahirkan di Sialkot, Punjab pada tanggal 22 Februari 1873. Leluhurnya termasuk dari kalangan kasta Brahmana dari Kashmir yang telah memeluk agama Islam sekitar tiga abad sebelum Iqbal lahir.
Secara ringkas ide-ide pembaharuan Muhammad Iqbal adalah :
1. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam, dan pintu ijtihad tidak tertutup
2. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dalam berpikir 3. Perhatian yang berlebihan terhadap zuhud membuat masyarakat tidak/
kurang memperhatikan masalah-masalah dunia dan kemasyarakatan. 4. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
Dari segi bahasa, kata dinamisme artinya tidak berhenti. Sedangkan menurut istilah dinamisme adalah suatu aktifitas yang didasarkan pada kesadaran untuk selalu berubah secara positif untuk mengikuti
(35)
perkembangan zaman. Karena itu dinamisme sebagai tuntutan untuk memberdayakan ummat. Konsekuensinya apabila umat kehilangan dinamisme, maka yang terjadi adalah kemunduran yang akan berdampak pada kesengsaraan kehidupan.
Menurut pandangan Iqbal terdapat beberapa sebab kemunduran umat Islam :
1. Fakta sejarah menunjukan bahwa kehancuran kota Baqdad, banyak mempengaruhi peradaban ummat Islam. Karena Bagdad pernah menjadi pusat politik, kebudayaan dan pusat kemajuan pemikiran Islam. Akibatnya, pemikiran ulama pada masa itu hanya bertumpu pada ketertiban sosial. Mereka menolak pembaruan di bidang hukum dan pintu ijtihad mereka tutup. Hal ini menyebabkan hilangnya dinamika berpikir di kalangan orang Islam.
2. Ada kecenderungan ummat Islam terjerembab pada paham fatalisme, yang menyebabkan umat Islam pasrah kepada nasib dan enggan bekerja keras. Pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasafuf yang dipahami secara berlebihan dan salah mengakibatkan umat Islam tidak mementingkan persoalan kemasyarakatan. Faham Fatalisme inilah yang menyeret umat islam kehilangan semangat atau dan bermental budak.
3. Munculnya kelompok muslim yang menganggap pintu ijtihad telah tertutup. Pemahamann ini melahirkan sikap statis (jumud) dalam pemikiran umat Islam, karena kegiatan ijtihad dianggap tertutup. Kaum muslimin lebih cenderung mengikut pendapat-pendapat mazhab-mazhab yang sudah ada dan bahkan terjerabab dilingkaran madzhab tersebut, sehingga jadi kemalasan untuk berpikir.
Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Umat Islam, maka Muhammad Iqbal menawarkan beberapa solusi yang harus diterapkan yaitu : 1. Secara konsisten menerapkan konsep dinamisme Islam. Umat Islam harus membangkitkan kembali tradisi keilmuan dengan membuka pintu ijtihad. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan dan pada saat yang sama menganjurkan umat Islam senantiasa bergerak aktif menyongsong perubahan zaman.
2. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Menurut
(36)
Iqbal, ijtihad adalah mencurahkan segenap kemampuan intelektual, yang berarti menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi. Di dalam ijtihad, terdapat aspek perubahan dan dengan adanya perubahan itulah, dinamika umat manusia berasal. Paham dinamisme Islam inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam. Dalam syair-syairnya, ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam.
3. Intisari hidup adalah gerak. Karenanya, Iqbal menyeru agar umat Islam bangun dan menciptakan dunia baru. Dalam kaitannya dengan barat, Iqbal memandang barat tidaklah bagus untuk dijadikan model peradaban. Kapitalisme dan materialisme barat telah membawa kerusakan bagi kemanusiaan. Karena itu boleh belajar dari barat dalam hal metodologi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan nilai-nilai kehidupan harus digali dari ajaran Islam yang benar dan budaya yang positif.
REFLEKSI
Setelah mengikuti proses pembelajaran hari ini
1. Adakah hal-hal baru dan sangat menarik yang kalian dapatkan? 2. Bagaimana kesan kalian terhadap tokoh tokoh pembaharu Islam?
3. Bisakah kalian meniru sikap dan perjuangan dari para pembaharu Islam dalam kehidupan sehari-hari?
TUGAS DAN KEGIATAN
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas. Materi diskusi adalah sebagai berikut :
1. Deskripsikan Latar belakang munculnya gerakan pembaharuan.
2. Deskripsikan Ide-ide pembaharuandan nilai-nilai positif dari gerakan pembaharuan. 3. Deskripsikan Pengaruh gerakan pembaharuan terhadap perkembangan Islam di
(37)
PENDALAMAN KARAKTER
Dengan memahami adanya Gerakan Pembaharuan Islam, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki semangat ukhuwah kebangsaan, dalam menjalin hubungan silaturrahim dengan sesama masyarakat muslim di seluruh dunia.
2. Memiliki sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
3. Menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
4. Membiasakan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
EVALUASI
1. Uraian Singkat !
1. Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara …
2. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut …
3. Periode modern (1800 M dan seterusnya) adalah zaman kebangkitan bagi … 4. Al-Tahtawi yang berpendapat bahwa penterjemahan buku-buku Barat ke
dalam bahasa Arab penting, agar umat Islam …
5. Kemunduran - kemunduran disebabkan oleh paham jumud di kalangan umat Islam yaitu …
2. Essay
1) Jelaskan pengertian dan makna Tajdid!
2) Jelaskan latar belakang munculnya gerakan pembaharuan! 3) Sebutkan tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam!
4) Sebutkan ide-ide pembaharuan Jamaluddin Al Afghani!
5) Jelaskan pengaruh gerakan Pembaharuan terhadap perkembangan Islam di Indonesia!
(38)
3. Portofolio
Carilah beberapa ide pembaharuan lengkapi dengan tokoh yang mencetuskan dengan mengisi kolom di bawah ini
No. Ide-Ide Pembaharuan Tokoh Yang Mencetuskan 1
2 3 4 5
4. Skala Sikap
No. Nilai-Nilai Pembaharuan Yang Perlu Diteladani Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Komentar atau Pendapat Anda
1 2 3 4 5
HIKMAH
Barang siapa mensucikan diri, maka dia aka diberi kesucian itu, dan barang siapa mengotori diri, maka kotoran itu akan diberikan kepadanya. Barang siapa
melakukan kebaikan pada malam harinya, maka dia diberi perlindungan pada siang harinya, dan barang siapa melakukan kebaikan pada siang harinya, maka
dia diberi perlindungan pada malam harinya. Barang siapa mengabaikan Alah karena syahwat didalam hatinya, maka Allah berhak untuk menyiksa hatinya.
(1)
kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh.
Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme. Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus meliputi seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan.
Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membina kesetiakawanan dan pesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang tiap sistem pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi Barat.
Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.
Menurut Afghani penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang (despotik), inilah alasan mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang inti sari dan kebaikan dari pemerintahan republik. Pemerintahan republik, merupakan sumber dari kebahagiaan dan kebanggaan.
Mereka yang diatur oleh pemerintahan republik sendirilah yang layak untuk disebut manusia; karena suatu manusia yang sesungguhnya hanya diatur oleh hukum yang didasari oleh keadilan dan mengatur gerakan, tindakan, transaksi dan hubungan dengan orang yang lain yang dapat mengangkat masyarakat ke puncak kebahagiaan.
Bagi Afghani, pemerintahan rakyat adalah “pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
(2)
dan karenanya merupakan lawan dari pemerintahan absolut. Merupakan suatu pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari beban yang diletakkan pemerintahan despotik dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.
Dan pada buku Prof. Ahmad Amin dari Kairo yang berjudul Zuma al-Islah, para penulisnya sepakat bahwa al-Afghani memiliki dua tujuan yang jelas dan pokok yang menggarisbawahi misinya yang besar :
1. Mengisi semangat baru di Timur sehingga ia menghidupkan kembali kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebersihan agamanya yang kaya, sehingga membebaskan kepercayaannya dari tahayul, dan menjernihkan moralnya dari apa yang telah terkumpul di sekitar mereka dan kemudian kembali kepada kekuasaan dan landasan yang pernah mereka pegang dan miliki.
2. Melawan dominasi asing (Imperialisme Barat) sehingga negara-negara Timur dikembalikan kepada kemerdekaannya, yang dperkuat ileh persekutuan dan pertalian yang mungkin, agar dapat menjaga diri mereka sendiri terhadap bahaya-bahaya yang datang (yang ditimbulkan oleh Barat).
e. Muhammad Iqbal
Dr. Muhammad Iqbal (1874-1938) dilahirkan di Sialkot, Punjab pada tanggal 22 Februari 1873. Leluhurnya termasuk dari kalangan kasta Brahmana dari Kashmir yang telah memeluk agama Islam sekitar tiga abad sebelum Iqbal lahir.
Secara ringkas ide-ide pembaharuan Muhammad Iqbal adalah :
1. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam, dan pintu ijtihad tidak tertutup
2. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dalam berpikir 3. Perhatian yang berlebihan terhadap zuhud membuat masyarakat tidak/
kurang memperhatikan masalah-masalah dunia dan kemasyarakatan. 4. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
Dari segi bahasa, kata dinamisme artinya tidak berhenti. Sedangkan menurut istilah dinamisme adalah suatu aktifitas yang didasarkan pada kesadaran untuk selalu berubah secara positif untuk mengikuti
(3)
perkembangan zaman. Karena itu dinamisme sebagai tuntutan untuk memberdayakan ummat. Konsekuensinya apabila umat kehilangan dinamisme, maka yang terjadi adalah kemunduran yang akan berdampak pada kesengsaraan kehidupan.
Menurut pandangan Iqbal terdapat beberapa sebab kemunduran umat Islam :
1. Fakta sejarah menunjukan bahwa kehancuran kota Baqdad, banyak mempengaruhi peradaban ummat Islam. Karena Bagdad pernah menjadi pusat politik, kebudayaan dan pusat kemajuan pemikiran Islam. Akibatnya, pemikiran ulama pada masa itu hanya bertumpu pada ketertiban sosial. Mereka menolak pembaruan di bidang hukum dan pintu ijtihad mereka tutup. Hal ini menyebabkan hilangnya dinamika berpikir di kalangan orang Islam.
2. Ada kecenderungan ummat Islam terjerembab pada paham fatalisme, yang menyebabkan umat Islam pasrah kepada nasib dan enggan bekerja keras. Pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasafuf yang dipahami secara berlebihan dan salah mengakibatkan umat Islam tidak mementingkan persoalan kemasyarakatan. Faham Fatalisme inilah yang menyeret umat islam kehilangan semangat atau dan bermental budak.
3. Munculnya kelompok muslim yang menganggap pintu ijtihad telah tertutup. Pemahamann ini melahirkan sikap statis (jumud) dalam pemikiran umat Islam, karena kegiatan ijtihad dianggap tertutup. Kaum muslimin lebih cenderung mengikut pendapat-pendapat mazhab-mazhab yang sudah ada dan bahkan terjerabab dilingkaran madzhab tersebut, sehingga jadi kemalasan untuk berpikir.
Untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Umat Islam, maka Muhammad Iqbal menawarkan beberapa solusi yang harus diterapkan yaitu : 1. Secara konsisten menerapkan konsep dinamisme Islam. Umat Islam harus membangkitkan kembali tradisi keilmuan dengan membuka pintu ijtihad. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan dan pada saat yang sama menganjurkan umat Islam senantiasa bergerak aktif menyongsong perubahan zaman.
2. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Menurut
(4)
Iqbal, ijtihad adalah mencurahkan segenap kemampuan intelektual, yang berarti menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi. Di dalam ijtihad, terdapat aspek perubahan dan dengan adanya perubahan itulah, dinamika umat manusia berasal. Paham dinamisme Islam inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam. Dalam syair-syairnya, ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam.
3. Intisari hidup adalah gerak. Karenanya, Iqbal menyeru agar umat Islam bangun dan menciptakan dunia baru. Dalam kaitannya dengan barat, Iqbal memandang barat tidaklah bagus untuk dijadikan model peradaban. Kapitalisme dan materialisme barat telah membawa kerusakan bagi kemanusiaan. Karena itu boleh belajar dari barat dalam hal metodologi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan nilai-nilai kehidupan harus digali dari ajaran Islam yang benar dan budaya yang positif.
REFLEKSI
Setelah mengikuti proses pembelajaran hari ini
1. Adakah hal-hal baru dan sangat menarik yang kalian dapatkan? 2. Bagaimana kesan kalian terhadap tokoh tokoh pembaharu Islam?
3. Bisakah kalian meniru sikap dan perjuangan dari para pembaharu Islam dalam kehidupan sehari-hari?
TUGAS DAN KEGIATAN
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan teman sebangku Anda atau dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di depan kelas. Materi diskusi adalah sebagai berikut :
1. Deskripsikan Latar belakang munculnya gerakan pembaharuan.
2. Deskripsikan Ide-ide pembaharuandan nilai-nilai positif dari gerakan pembaharuan. 3. Deskripsikan Pengaruh gerakan pembaharuan terhadap perkembangan Islam di
(5)
PENDALAMAN KARAKTER
Dengan memahami adanya Gerakan Pembaharuan Islam, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut :
1. Memiliki semangat ukhuwah kebangsaan, dalam menjalin hubungan silaturrahim dengan sesama masyarakat muslim di seluruh dunia.
2. Memiliki sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
3. Menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
4. Membiasakan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
EVALUASI
1. Uraian Singkat !
1. Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara …
2. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut …
3. Periode modern (1800 M dan seterusnya) adalah zaman kebangkitan bagi … 4. Al-Tahtawi yang berpendapat bahwa penterjemahan buku-buku Barat ke
dalam bahasa Arab penting, agar umat Islam …
5. Kemunduran - kemunduran disebabkan oleh paham jumud di kalangan umat Islam yaitu …
2. Essay
1) Jelaskan pengertian dan makna Tajdid!
2) Jelaskan latar belakang munculnya gerakan pembaharuan! 3) Sebutkan tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam!
4) Sebutkan ide-ide pembaharuan Jamaluddin Al Afghani!
5) Jelaskan pengaruh gerakan Pembaharuan terhadap perkembangan Islam di Indonesia!
(6)
3. Portofolio
Carilah beberapa ide pembaharuan lengkapi dengan tokoh yang mencetuskan dengan mengisi kolom di bawah ini
No. Ide-Ide Pembaharuan Tokoh Yang Mencetuskan
1 2 3 4 5
4. Skala Sikap
No. Nilai-Nilai Pembaharuan Yang Perlu Diteladani Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Komentar atau Pendapat Anda
1 2 3 4 5
HIKMAH
Barang siapa mensucikan diri, maka dia aka diberi kesucian itu, dan barang siapa mengotori diri, maka kotoran itu akan diberikan kepadanya. Barang siapa
melakukan kebaikan pada malam harinya, maka dia diberi perlindungan pada siang harinya, dan barang siapa melakukan kebaikan pada siang harinya, maka
dia diberi perlindungan pada malam harinya. Barang siapa mengabaikan Alah karena syahwat didalam hatinya, maka Allah berhak untuk menyiksa hatinya.