Perbandingan Efek Minuman Ringan Berkarbonasi Tinggi Gula dengan Minuman Ringan Berkabonasi Berpemanis Sintetik terhadap Kewaspadaan dan Ketelitian pada Laki-Laki Dewasa.

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

PERBANDINGAN MINUMAN RINGAN BERKARBONASI TINGGI GULA DENGAN MINUMAN RINGAN BERKARBONASI BERPEMANIS

SINTETIK TERHADAP KEWASPADAAN DAN KETELITIAN PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

Julita, 2015; Pembimbing I : Fen Tih, dr., M. Kes

Pembimbing II : Harijadi Pramono, dr., M. Kes

Minuman ringan berkarbonasi mengandung senyawa kafein dan gula yang merangsang SSP dan mempercepat kewaspadaan dan ketelitian pada seseorang. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan efek minuman ringan berkarbonasi tinggi gula dan berpemanis sintetik terhadap kewaspadaan dan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

Penelitian ini bersifat cross over, komparatif dengan rancangan pre-tes dan post-tes terhadap 30 orang laki-laki berusia 18-25 tahun. Kewaspadaan diukur dengan Johnson Pascal Test dalam detik. Ketelitian diukur dengan Addition Sheet Test sebelum dan sesudah mengkonsumsi 330 ml minuman ringan berkarbonasi. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil penelitian, minuman ringan berkarbonasi tinggi gula menurunkan waktu untuk menyelesaikan Johnson Pascal Test dari rerata 153,08 detik menjadi 105,19 detik (p=0,000), dan yang berpemanis sintetik menurunkan dari rerata 142,71 detik menjadi 110 detik (p=0,000). Minuman ringan berkarbonasi tinggi gula meningkatkan angka yang dapat dijumlahkan pada Addition Sheet Test dari rerata 44,66 menjadi 67,64 (p=0,000), yang berpemanis sintetik meningkatkan dari rerata 40,83 menjadi 55,89 (p=0,000). Perbandingan efek minuman ringan tinggi gula dan berpemanis sintetik terhadap kewaspadaan dan ketelitian pada laki-laki dewasa muda didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0,000) pada ketelitian, namun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0,018) pada kewaspadaan.

Kesimpulannya minuman ringan tinggi gula dan berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian pada laki-laki dewasa muda. Potensi minuman ringan berkarbonasi tinggi gula dan berpemanis sintetik sama dalam meningkatkan kewaspadaan tetapi tidak sama dalam meningkatkan ketelitian.


(2)

ABSTRACT

THE COMPARISON OF THE EFFECT OF HIGH-SUGAR SOFTDRINK AND SYNTHETIC-SWEETENER SOFTDRINK ON AWARENESS AND

CAREFULNESS OF YOUNG ADULT MALES Julita, 2015; 1st Tutor : Fen Tih, dr., M. Kes

2nd Tutor : Harijadi Pramono, dr., M. Kes

Soft drink contains caffeine and sugar that stimulate CNS which increased awareness and carefulness at each person.

The objective of this research was to find out the comparison of the effect of high-sugar soft drink and synthetic-sweetener soft drink on awareness and carefulness of young adult males.

The research used cross over method, with comparative type with pre-test and post-test design, conducted on 30 males aged 18-25 years old. Awareness was measured by the time needed to finish Johnson Pascal Test in second and carefulness was measured by the amount of the sum that can be solved in Addition Sheet Test before and after consuming 330 ml high-sugar softdrink or synthetic-sweetener softdrink. Data was analyzed statistically with paired “t” test (α = 0,05).

The result of this research was that high-sugar soft drink decreases the time needed for finish Johnson Pascal Test from the average 153,08 second to 105,19 second (p=0,000) and synthetic-sweetener soft drink also decreases from average 142,71 seconds to 110 seconds (p=0,000). High-sugar soft drink increases the total amount of sum can be done at Addition Sheet Test from average 44,66 to 67,64 (p=0,000) and synthetic-sweetener soft drink also increases from average 40,83 to 55,89 (p=0,000). In comparison of high-sugar soft drink and synthetic-sweetener soft drink on awareness and carefulness on young adult males, the difference effect of the carefulness is statistically very significant (p=0,000), but

the difference effect of the awareness is statistically not significant (p=0,018). The conclusion of the research is high-sugar soft drink and

synthetic-sweetener soft drink increase the awareness and carefulness on young adult males. The increased carefulness is significantly different, but the increased awareness is non significantly different.


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Kegunaan Penelitian ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 4

1.6. Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kewaspadaan dan Ketelitian ... 7

2.2 Fisiologi Kewaspadaan dan Ketelitian ... 7

2.2.1 Reseptor Inhibisi atau Eksitasi Sinaptik pada Membran Postsinaptik ... 8

2.2.1.1 Eksitasi... 8

2.2.1.2 Inhibisi ... 9

2.3 Anatomi dan Fisiologi Formatio Reticularis ... 9

2.4 Tes Kewaspadaan dan Ketelitian ... 11


(4)

2.4.2 Tes Ketelitian ... 12

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewaspadaan dan Ketelitian ... 12

2.6 Usaha Meningkatkan Kewaspadaan dan Ketelitian ... 13

2.7 Minuman Ringan Berkarbonasi ... 14

2.7.1 Sejarah Minuman Ringan Berkarbonasi ... 14

2.7.2 Kandungan Minuman Ringan Berkarbonasi ... 15

2.7.3 Risiko yang Timbul Akibat Konsumsi Minuman Ringan Berkarbonasi Secara Berlebihan ... 15

2.7.4 Kafein Dalam Minuman Ringan Berkarbonasi ... 19

2.7.4.1 Kafein ... 19

2.7.4.2 Cara Kerja Kafein ... 21

2.7.4.3 Efek Samping Kafein ... 21

2.7.5 Glukosa ... 22

2.7.5.1 Kebutuhan Otak Akan Glukosa ... 22

2.7.5.2 Hubungan Glukosa Terhadap Kewaspadaan dan Ketelitian ... 23

2.7.5.3 Hipoglikemia ... 24

2.7.5.4 Hiperglikemia ... 24

2.7.6 Pemanis Sintetik ... 25

2.7.6.1 Asesulfam K ... 25

2.7.6.2 Sukralosa ... 27

2.7.6.3 Pencegahan Terhadap Dampak Negatif Pemanis Sintetik ... 28

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ... 30

3.1.1 Alat Penelitian ... 30

3.1.2 Bahan Penelitian ... 30

3.1.3 Subjek Penelitian ... 30

3.1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.2.1 Disain Penelitian ... 31

3.2.2 Variabel Penelitian ... 31

3.2.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

3.2.4 Besar Sampel Penelitian ... 32

3.3 Persiapan Sebelum Penelitian ... 32

3.4 Prosedur Kerja ... 33

3.5 Metode Analisis ... 33

3.6 Aspek Etik Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Uji Kewaspadaan dengan Johnson Pascal Test ... 35

4.1.2 Uji Ketelitian dengan Addition Sheet Test ... 38

4.2 Pembahasan ... 42

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 51

RIWAYAT HIDUP ... 68


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rerata Waktu yang Diperlukan untuk Menyelesaikan Johnson Pascal Test Sebelum dan Sesudah Diberi Minuman Ringan Tinggi Gula dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik ... 35 Tabel 4.2 Hasil Uji “t” berpasangan Perbandingan Waktu yang Diperlukan untuk Menyelesaikan Johnson Pascal Test Sebelum dan Sesudah Diberi Minuman Ringan Tinggi Gula dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik ... 37 Tabel 4.3 Hasil Uji “t” berpasangan Terhadap Perbandingan Efek Minuman Ringan Tinggi Gula dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik Terhadap Hasil Johnson Pascal Test ... 38 Tabel 4.4 Rerata Jumlah Angka Yang Dapat Dijumlahkan Dalam Waktu

Tertentu Pada Additional Sheet Test Sebelum dan Sesudah Diberi Minuman Ringan Tinggi Gula dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik ... 39 Tabel 4.5 Uji “t” berpasangan Perbandingan Jumlah Angka Yang Dapat Dijumlahkan Dalam Waktu Tertentu Pada Additional Sheet Test Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Ringan Tinggi Gula atau Minuman Ringan Berpemanis Sintetik... 41 Tabel 4.6 Hasil Uji “t” berpasangan Terhadap Perbandingan Efek Pemberian Minuman Ringan Tinggi Gula atau Minuman Ringan Berpemanis Sintetik Terhadap Hasil Additional Sheet Test ... 42


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Formatio Reticularis ... 10

Gambar 2.2 Struktur Kimia Kafein Dan Metabolitnya ... 19

Gambar 2.3 Struktur Kimia Senyawa Asesulfam-K ... 27


(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Johnson Pascal Test Sebelum dan Sesudah Diberi Minuman Ringan Tinggi Gula dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik ... 36 Grafik 4.2 Hasil Additional Sheet Test Sebelum dan Sesudah Diberi Minuman


(9)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Komisi Etik ... 51

Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam Penelitian (Informed Consent) ... 52

Lampiran 3 Lembar Johnson Pascal Test ... 53

Lampiran 4 Lembar Addition Sheet Test ... 57

Lampiran 5 Hasil Johnson Pascal Test ... 61

Lampiran 6 Hasil Addition Sheet Test ... 62

Lampiran 7 Hasil Analisis Statistik Johnson Pascal Test ... 63

Lampiran 8 Hasil Analisis Statistik Addition Sheet Test ... 64

Lampiran 9 Hasil Analisis Statistik Perbandingan Minuman Ringan Tinggi Glukosa dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik Terhadap Johnson Pascal Test ... 65

Lampiran 10 Hasil Analisis Statistik Perbandingan Minuman Ringan Tinggi Glukosa dan Minuman Ringan Berpemanis Sintetik Terhadap Addition Sheet Test ... 66

Lampiran 11 Dokumentasi ... 67


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kewaspadaan dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam belajar, bekerja, dan mengemudikan kendaraan. Contohnya, bila seseorang mengemudikan kendaraan dalam keadaan tidak waspada, maka dapat terjadi kecelakaan pada orang tersebut.

Kewaspadaan adalah keadaan yang mampu mencerminkan adanya reaksi atau perhatian terhadap adanya suatu kejadian di sekitar kita dan mampu mempertahankannya pada level dan periode tertentu. Ketelitian adalah suatu sistem yang menandakan adanya kematangan fokus yang dalam keadaan aktif akan memfokuskan pikiran tatkala melakukan kegiatan kognitif yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis dan mengingat (Priguna Sidharta,1999).

Dalam keadaan waspada seseorang dapat belajar dengan baik sehingga prestasi meningkat. Seseorang juga dapat terhindar dari kecelakaan bila dalam keadaan waspada. Bila seseorang dalam keadaan tidak waspada, bukan tidak mungkin prestasinya akan menurun, tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan kemungkinan terjadi kecelakaan sangat besar. Oleh karena itu, banyak orang berupaya meningkatkan kewaspadaan, salah satu caranya dengan meminum minuman ringan berkarbonasi yang dianggap memberi efek menyegarkan sehingga orang tersebut kembali waspada dan juga lebih teliti (Sharul Nisha, 2011).

Minuman ringan terdiri dari 2 macam: minuman ringan berkarbonasi yaitu minuman yang mengandung karbondioksida, contoh minuman berkarbonasi rasa cola, minuman berkarbonasi rasa stroberi, minuman berkarbonasi rasa lemon dan teh dengan soda. Minuman ringan tidak berkarbonasi yaitu minuman ringan yang tidak mengandung karbondioksida, contoh: minuman isotonik, minuman teh hijau, dan


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha minuman ion (Vijayakumar, 2005). Tahun 2007 konsumsi minuman ringan berkarbonasi di dunia menunjukkan angka 552 miliar liter atau 82.5 liter/orang dalam setahun. Angka ini mengalami peningkatan 4.7% dibandingkan di tahun 2005 yaitu 498 miliar liter atau 77 liter/orang dalam setahun (Zenith International Report, 2008). Di Indonesia, khusus industri minuman ringan berkarbonasi pertumbuhan rata-rata sebesar 2,6%. Namun tingkat konsumsi perkapita minuman ringan berkarbonasi di Indonesia sebesar 2,4 liter pertahun atau masih jauh di bawah konsumsi perkapita minuman ringan berkarbonasi negara lain di Asia, tetapi konsumsinya berpotensi besar dapat meningkat (Neraca, 2012).

Komposisi minuman ringan berkarbonasi umumnya sangat sederhana, yaitu terdiri dari 90% air dan sisanya merupakan kombinasi dari pemanis sintetik, gas CO2, pencita rasa, pewarna, asam fosfat, kafein dan beberapa mineral, terutama aluminium (Kompas, 2008). Salah satu hal yang mendasari seseorang menyukai minuman ringan berkarbonasi adalah rasanya yang manis. Rasa yang manis ini disebabkan oleh kadar gula yang tinggi, kadar gula dalam satu kaleng minuman ringan berkarbonasi setara dengan tujuh sendok teh gula pasir (Jacobson, 2003). Bila dikonsumsi berlebihan, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, seperti diabetes mellitus, penyakit obesitas, jantung, batu ginjal, osteoporosis dan kerusakan gigi (Departemen Kesehatan, 2008).

Produsen minuman membuat produk alternatif minuman yang mengandung pemanis sintetik agar dapat dikonsumsi oleh seluruh masyarakat dengan aman dan tidak memberikan dampak negatif pada tubuh tetapi masih memiliki kafein yang dibutuhkan oleh otak dalam proses kewaspadaan dan ketelitian (The Beverage Institute Indonesia, 2013).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk meneliti pengaruh minuman ringan berkarbonasi tinggi gula dengan minuman ringan berkarbonasi berpemanis sintetik terhadap kewaspadaan dan ketelitian.


(12)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut di atas dapat diidentifikasi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

2. Apakah minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

3. Apakah minuman ringan berkarbonasi yang berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

4. Apakah minuman ringan berkarbonasi yang berpemanis sintetik meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

5. Apakah terdapat perbedaan pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang

memiliki kadar gula tinggi dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

6. Apakah terdapat perbedaan pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang

memiliki kadar gula tinggi dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi dan berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian pada pria dewasa muda serta membandingkan perbedaan pengaruh keduanya.


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat pada umumnya dan para orang dewasa muda pada khususnya mengenai efek mengonsumsi minuman ringan berkarbonasi tinggi gula dan minuman ringan berkarbonasi berpemanis sintetik terhadap ketelitian dan kewaspadaan.

Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada akademisi mengenai pengaruh-pengaruh yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi minuman ringan berkarbonasi baik yang berkadar gula tinggi maupun yang berpemanis sintetik.

1.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

Formatio reticularis turut memegang peranan dalam menentukan tingkat ketelitian dan kewaspadaan seseorang. Formatio Reticularis adalah suatu jaringan atau network yang dibentuk oleh sel-sel syaraf yang tampak tidak beraturan. Jaringan ini dapat dijumpai pada batang otak, medulla spinalis, dan juga telencephalon. Jaringan ini menerima impuls dari hampir semua reseptor sensoris yang mempunyai hubungan efferent dengan semua tingkatan di susunan syaraf pusat (Daniel Wibowo,1994).

Kafein mempengaruhi sistem saraf pusat, di mana ia bertindak sebagai stimulan dengan mengganggu pengikatan zat kimia adenosine pada reseptornya. Adenosine mempengaruhi aktivitas sel saraf dan bekerja berlawanan dengan kafein. Adenosine memiliki efek menenangkan dengan memperlambat aktivitas sel-sel saraf, sedangkan kafein mempercepat aktivitas sel-sel ini. Dengan demikian, kafein meningkatkan ketelitian, mengurangi kelelahan, meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan suasana hati, menimbulkan perasaan berenergi, meningkatkan konsentrasi, dan membantu


(14)

mempercepat waktu untuk bereaksi. (NNI Global Website – Sport Nutrition Focus, 2010)

Kandungan karbohidrat dalam bentuk sederhana yaitu glukosa akan dicerna di dalam usus dan diserap dalam waktu cepat, lalu disebarkan oleh aliran darah ke berbagai organ tubuh yang memerlukan sumber tenaga, terutama otak. Di sel-sel neuron otak, glukosa mengalami proses metabolisme glikolisis maupun siklus Krebs, dan dapat diubah menjadi berbagai jenis neurotransmiter yang penting dalam proses kerja otak, termasuk asetilkolin dan glutamat. Neurotransmiter tersebut akan mengaktivasi reseptor yang kemudian akan mengeksitasi neuron (Das, 2001). Bagian otak yang dirangsang oleh neurotransmiter tersebut, terutama adalah formatio retikularis yang mengatur tingkat kewaspadaan dan ketelitian. Nuklei reticularis thalami yang terdapat pada permukaan lateral thalamus dan nuclei intralaminares thalami menerima rangsang dari formatio reticularis di batang otak. Rangsangan dari formatio reticularis ini akan diteruskan ke korteks serebri secara difus melalui hubungan thalamus. Hubungan ini disebut Ascending Reticular Activating System (ARAS) (Wibowo, 2008).

Minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi dengan yang berpemanis sintetik dapat meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian pada laki-laki dewasa muda dikarenakan adanya kandungan kafein dan glukosa yang ada didalamnya.

1.6 Hipotesis

 Minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

 Minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

 Minuman ringan berkarbonasi yang berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

 Minuman ringan berkarbonasi yang berpemanis sintetik meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

 Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi tidak

sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

 Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi tidak

sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan ketelitian pada


(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapatkan dari penelitian ini:

1. Minuman ringan berkarbonasi dengan kadar gula tinggi meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

2. Minuman ringan berkarbonasi dengan kadar gula tinggi meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

3. Minuman ringan berkarbonasi berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

4. Minuman ringan berkarbonasi berpemanis sintetik meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

5. Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi sama

dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

6. Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi tidak

sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

5.2 Saran

1. Minuman ringan berkarbonasi dapat dikonsumsi secara tidak berlebihan untuk meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan.

2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui waktu paling efektif setelah mengkonsumsi minuman ringan berkarbonasi untuk meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian.

3. Dapat dilakukan penelitian untuk mencari mikroorganisme yang dapat mengurai pemanis sintetik


(17)

48

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ardawibowo. 2009. Soda.http://www.koran-jakarta.com/soda. Diakses pada 24 September 2015.

Bogdanov, S. 2011. The Book of Honey. Swedia: Bee Product Science.

BPOM RI. 2002. Kajian Keamanan Bahan Tambahan Pangan Pemanis sintetik. http://www2.pom.go.id/nonpublic/makanan/standard/News1.html. Diakses pada 17 Oktober 2015.

BPOM RI. 2014. Jenis-jenis Pemanis Sebagai Bahan Tambahan Pangan. http://e-journal.uajy.ac.id/377/3/2BL01043.pdf. Diakses pada 18 Agustus 2015. Daniel Wibowo. 1994. Anatomi Susunan Saraf Pusat. Jakarta: EGC. 41.

Das, U.N. 2001. Cognitive Performance And Glucose. The American Journal of Clinical Nutrition.

Duus, P. 1996. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 146-148.

Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 227-231, 276-289, 461-462, 598.

Ganong, W.F. 2005. Review of Medical Physiology. 22th ed. New York: McGraw Hill.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC Hasselmo, M.E. 2006. The Role of Acetylcholine in Learning and Memory. Curr Opin

Neurobiol.

Jacobson, M.F. 2002. Liquid Candy: How Soft Drinks are Harming Americans Health. http://www.cspinet.org. Diakses pada 2 November 2015.

Jacobson. 2003. Dampak Negatif Mengkonsumsi

Softdrink.https://www.mindtalk.com/channel/healthly/post/dampak-negatif-mengkonsumsi-soft-drink.html. Diakses pada 19 Mei 2015.

Kompas. 2008. Minuman Ringan : Kenikmatan Membawa Sengsara. http://google.com/search?q=minuman_soda, diakses pada 15 Agustus 2015.


(18)

Krejcie, R.V. & Morgan, D.W. 1970. Determining Sample Size For Research Activities. Educational and Psychological Measurement. IPCT Journal.

Magistretti, P.J., Pellerin, L., & Martin, J.L. 2000. Brain Energy Metabolism: An Integrated Cellular Perspective. Neuropsychopharmacology.

Neraca. 2013. Konsumsi Minuman Ringan. http://www.neraca.co.id/article/24253. Diakses pada 15 Mei 2015.

Nestle Nutrition Institute. 2010. Fokus Nutrisi Olahraga. 2nd ed.

https://www.nestlenutrition- institute.org/country/id/resources/Library/Free/Nutrisi-Olahraga/Pages/Index.aspx. Diakses pada 15 Oktober 2015

Olson, K. R. 2007. Lange Poisoning and Drug Overdose.4th ed. McGraw-Hill Inc. H.

142-143.

Priguna, Sidharta. 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologis. Edisi 2. Jakarta: Dian Rakyat. H. 538-541, 560.

Purves, D., Augustine, G.J., Fitzpatrick, D., Katz, L.C., LaMantia, A.S., McNamara, J.O., et al. 2001. Neuroscience. 2nd ed. Sunderland: Sinauer Associates.

Snell, RS. 2010. Clinical Neuroanatomy. 7th ed. Philadelphia. PA: Lippincott Williams & Willkins.

The Beverage Institute. 2013. Manfaat Pemanis Rendah dan Tanpa Kalori: Perannya

dalam Pola Makan Seimbang yang Bijak.

http://www.beverageinstituteindonesia.org/article/benefits-of-low-and-no-calorie-sweeteners-role-in-a-sensible-balanced-diet/. Diakses pada 3 Juni 2015.

Tika. 2014. Waspadai Keracunan Kafein Dalam Minuman Berenergi.http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Waspadai-Keracunan-Kafein-dalam-Minuman-Berenergi.pdf. Diakses pada 3 Oktober 2015.

Wibowo, D.S. 2008. Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia.


(19)

50

Universitas Kristen Maranatha

Yusvita, Devi. 2009. Hipoglikemia.

https://www.academia.edu/6771735/BAB_123_HIPOGLIKEMI. Diakses pada 18 November 2015.


(1)

mempercepat waktu untuk bereaksi. (NNI Global Website – Sport Nutrition Focus,

2010)

Kandungan karbohidrat dalam bentuk sederhana yaitu glukosa akan dicerna di dalam usus dan diserap dalam waktu cepat, lalu disebarkan oleh aliran darah ke berbagai organ tubuh yang memerlukan sumber tenaga, terutama otak. Di sel-sel neuron otak, glukosa mengalami proses metabolisme glikolisis maupun siklus Krebs, dan dapat diubah menjadi berbagai jenis neurotransmiter yang penting dalam proses kerja otak, termasuk asetilkolin dan glutamat. Neurotransmiter tersebut akan mengaktivasi reseptor yang kemudian akan mengeksitasi neuron (Das, 2001). Bagian otak yang dirangsang oleh neurotransmiter tersebut, terutama adalah formatio retikularis yang mengatur tingkat kewaspadaan dan ketelitian. Nuklei reticularis thalami yang terdapat pada permukaan lateral thalamus dan nuclei intralaminares thalami menerima rangsang dari formatio reticularis di batang otak. Rangsangan dari formatio reticularis ini akan diteruskan ke korteks serebri secara difus melalui hubungan thalamus. Hubungan ini disebut Ascending Reticular Activating System (ARAS) (Wibowo, 2008).

Minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi dengan yang berpemanis sintetik dapat meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian pada laki-laki dewasa muda dikarenakan adanya kandungan kafein dan glukosa yang ada didalamnya.

1.6 Hipotesis

 Minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

 Minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

 Minuman ringan berkarbonasi yang berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.


(2)

 Minuman ringan berkarbonasi yang berpemanis sintetik meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

 Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi tidak

sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan kewaspadaan pada

laki-laki dewasa muda.

 Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi tidak

sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapatkan dari penelitian ini:

1. Minuman ringan berkarbonasi dengan kadar gula tinggi meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

2. Minuman ringan berkarbonasi dengan kadar gula tinggi meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

3. Minuman ringan berkarbonasi berpemanis sintetik meningkatkan kewaspadaan pada laki-laki dewasa muda.

4. Minuman ringan berkarbonasi berpemanis sintetik meningkatkan ketelitian pada laki-laki dewasa muda.

5. Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan kewaspadaan pada

laki-laki dewasa muda.

6. Pengaruh minuman ringan berkarbonasi yang memiliki kadar gula tinggi tidak sama dengan yang berpemanis sintetik dalam meningkatkan ketelitian pada

laki-laki dewasa muda.

5.2 Saran

1. Minuman ringan berkarbonasi dapat dikonsumsi secara tidak berlebihan untuk meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan.

2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui waktu paling efektif setelah mengkonsumsi minuman ringan berkarbonasi untuk meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian.

3. Dapat dilakukan penelitian untuk mencari mikroorganisme yang dapat mengurai pemanis sintetik


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardawibowo. 2009. Soda.http://www.koran-jakarta.com/soda. Diakses pada 24 September 2015.

Bogdanov, S. 2011. The Book of Honey. Swedia: Bee Product Science.

BPOM RI. 2002. Kajian Keamanan Bahan Tambahan Pangan Pemanis sintetik.

http://www2.pom.go.id/nonpublic/makanan/standard/News1.html. Diakses pada 17 Oktober 2015.

BPOM RI. 2014. Jenis-jenis Pemanis Sebagai Bahan Tambahan Pangan.

http://e-journal.uajy.ac.id/377/3/2BL01043.pdf. Diakses pada 18 Agustus 2015.

Daniel Wibowo. 1994. Anatomi Susunan Saraf Pusat. Jakarta: EGC. 41.

Das, U.N. 2001. Cognitive Performance And Glucose. The American Journal of

Clinical Nutrition.

Duus, P. 1996. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 146-148.

Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 227-231, 276-289, 461-462, 598.

Ganong, W.F. 2005. Review of Medical Physiology. 22th ed. New York: McGraw

Hill.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC Hasselmo, M.E. 2006. The Role of Acetylcholine in Learning and Memory. Curr Opin

Neurobiol.

Jacobson, M.F. 2002. Liquid Candy: How Soft Drinks are Harming Americans

Health. http://www.cspinet.org. Diakses pada 2 November 2015.

Jacobson. 2003. Dampak Negatif Mengkonsumsi

Softdrink.https://www.mindtalk.com/channel/healthly/post/dampak-negatif-mengkonsumsi-soft-drink.html. Diakses pada 19 Mei 2015.

Kompas. 2008. Minuman Ringan : Kenikmatan Membawa Sengsara.


(5)

Krejcie, R.V. & Morgan, D.W. 1970. Determining Sample Size For Research

Activities. Educational and Psychological Measurement. IPCT Journal.

Magistretti, P.J., Pellerin, L., & Martin, J.L. 2000. Brain Energy Metabolism: An

Integrated Cellular Perspective. Neuropsychopharmacology.

Neraca. 2013. Konsumsi Minuman Ringan. http://www.neraca.co.id/article/24253. Diakses pada 15 Mei 2015.

Nestle Nutrition Institute. 2010. Fokus Nutrisi Olahraga. 2nd ed.

https://www.nestlenutrition- institute.org/country/id/resources/Library/Free/Nutrisi-Olahraga/Pages/Index.aspx. Diakses pada 15 Oktober 2015

Olson, K. R. 2007. Lange Poisoning and Drug Overdose.4th ed. McGraw-Hill Inc. H.

142-143.

Priguna, Sidharta. 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologis. Edisi 2. Jakarta: Dian Rakyat. H. 538-541, 560.

Purves, D., Augustine, G.J., Fitzpatrick, D., Katz, L.C., LaMantia, A.S., McNamara, J.O., et al. 2001. Neuroscience. 2nd ed. Sunderland: Sinauer Associates.

Snell, RS. 2010. Clinical Neuroanatomy. 7th ed. Philadelphia. PA: Lippincott

Williams & Willkins.

The Beverage Institute. 2013. Manfaat Pemanis Rendah dan Tanpa Kalori: Perannya

dalam Pola Makan Seimbang yang Bijak.

http://www.beverageinstituteindonesia.org/article/benefits-of-low-and-no-calorie-sweeteners-role-in-a-sensible-balanced-diet/. Diakses pada 3 Juni

2015.

Tika. 2014. Waspadai Keracunan Kafein Dalam Minuman

Berenergi.http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Waspadai-Keracunan-Kafein-dalam-Minuman-Berenergi.pdf. Diakses pada 3 Oktober 2015.

Wibowo, D.S. 2008. Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia.


(6)

Yusvita, Devi. 2009. Hipoglikemia.

https://www.academia.edu/6771735/BAB_123_HIPOGLIKEMI. Diakses pada 18 November 2015.