PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI

HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Lita Fadhilah

1003387

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Lita Fadhilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lita Fadhilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA

SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Lita Fadhilah

1003387

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Effy Mulyasari, M.Pd NIP. 196801182008012003

Diketahui,


(4)

Drs. Nana Djumhana, M.Pd NIP. 195905081984031002


(5)

PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Lita Fadhilah (1003387)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 3 Cibogo yang berjumlah 20 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 10 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 10 orang. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat yang diakibatkan oleh metode mengajar guru yang cenderung membosankan dan tidak adanya media sebagai penunjang pembelajaran. Selain itu, respon siswa terhadap pembelajaran kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penggunaan media serta untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat setelah pembelajaran Matematika dengan Penggunaan Media Manipulatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & McTaggart melalui dua siklus. Untuk memperoleh data hasil penelitian, dibuat instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Data dianalisis dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran selama dilaksanakan penelitian secara umum telah berlangsung dengan baik karena terlaksana sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan pemberian motivasi kepada siswa berupa reward agar pembelajaran menyenangkan. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat berlangsung cukup signifikan selama penelitian, dibuktikan dengan ketuntasan belajar siswa sebelum siklus 30% dengan rata-rata 53,7; ketuntasan belajar siswa pada Siklus I mencapai 80% dengan rata-rata 81,75; dan ketuntasan belajar siswa pada Siklus II mencapai 95% dengan rata-rata 89,3; serta indeks gain skor rata-rata kelas dari Siklus I ke Siklus II sebesar 0,39 dengan interpretasi sedang. Dengan demikian, guru direkomendasikan dapat menggunakan media manipulatif dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik agar kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat.


(6)

ABSTRACT

THE USE OF MANIPULATIVE MEDIA TO INCREASE CONCEPT UNDERSTANDING OF INTEGERS ARITHMETIC OPERATION FOR

ELEMENTARY STUDENTS

(Classroom Action Research in the Fourth Graders of SDN 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat School Year 2013/2014)

Lita Fadhilah (1003387)

This research is implemented in the fourth graders of SDN 3 Cibogo totaling 20 students with the amount of male students are 10 people and female students are 10 people. Background of this research is the low of concept understanding ability in integers arithmetic operation which is caused by teachers’ teaching method which tends to be boring and the absence of media as learning helper. In addition, students’ response toward learning is low. The aims of this research are to discover how Mathematics is planned and implemented by using media and to find out the increasing of concept understanding ability in arithmetic operation of integers after learning Mathematics by Using Manipulative Media. Research model used in this research is Model Classroom Action Research by Kemmis & McTaggart through two cycles. To gain the research result data, learning instrument and data collection instrument are made. The data are analyzed by qualitative and quantitative ways. The result of the research is learning implementation during the research is generally well implemented because it is accomplished in accordance with learning plans. In learning plans, it is needed to give motivation to the students in the form of reward so that learning can be fun. The increasing in concept understanding ability in integers arithmetic operation occurs significant enough during the research, proven by students’ learning completeness before the cycle 30% with the average 53.7; students’ learning completeness in Cycle I reaches 80% with the average 81.75; and students’ learning completeness in Cycle II reaches 95% with the average 89.3; and classroom average score gain index from Cycle I to Cycle II in the amount of 0.39 with medium interpretation. Thus, teachers are recommended to use manipulative media with good planning and implementation so that concept understanding ability in integers arithmetic operation can be increased.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Hasil Penelitian ... 5

E.Hipotesis Tindakan ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR 1. Pembelajaran Matematika di SD... 8

2. Media Manipulatif ... 10

3. Pemahaman Konsep ... 13

4. Bilangan Bulat ... 17

5. Penelitian yang Relevan ... 24


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian ... 26

B.Desain Penelitian ... 27

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

D.Subjek Penelitian ... 29

E.Prosedur Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 32

G.Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 41

B.Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan ... 57

B.Rekomendasi ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 62


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2012, hlm. 1), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2012, hlm.1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa sebagai bekal mempelajari matematika salah satunya adalah kemampuan berhitung. Kemampuan berhitung siswa perlu dipupuk dan dilatih dengan berbagai teknik agar tertanam dalam pola berpikir anak sehingga nantinya dalam mempelajari matematika tak ada kendala dalam hal kemampuan berhitung.

Saat kita bertanya pendapat seorang siswa tentang pembelajaran matematika, maka akan banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik, bahkan penuh misteri, sehingga berujung pada hasil belajar matematika kurang memuaskan. Hal tersebut diantaranya disebabkan masih kurangnya kreatifitas guru matematika sebagai pengajar dalam menyajikan media pembelajaran yang lebih menyenangkan dan dekat dengan dunia siswa. Sebagaimana Arsyad (2006, hlm. 15) mengemukakan dua unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran di kelas yaitu model/strategi dan media pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah terdapat beberapa permasalahan. Terkait dengan karekteristik matematika, objeknya yang abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan prosedur pengerjaannya yang banyak


(11)

memanipulasi bentuk-bentuk membuat siswa seringkali mengalami kesulitan. Objek tersebut tidak semuanya bisa divisualisasikan dalam tiga dimensi yang bisa diindera dengan baik oleh siswa. Hal ini menuntut peraga atau media yang tepat, yang mampu membantu siswa memahami konsep yang diajarkan dan mampu mengatasi keberagaman kecepatan belajar dan gaya belajar siswa, serta mengatasi keterbatasan yang ada pada guru.

Menurut Jean Piaget (dalam Nyimas, dkk 2007), menyatakan bahwa ‘proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak’. Menurut Bruner (dalam Nyimas, dkk 2007) mengungkapkan bahwa dalam ‘proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik siswa dalam memahami suatu konsep matematika’. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu model pembelajaran operasi bilangan bulat dengan menggunakan alat bantu mengajar (media) yang mudah didapat atau dibuat oleh guru, dan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran matematika.

Peran guru dalam menanamkan konsep terhadap siswa sangat besar dan utama. Penguasaan materi pelajaran, kemampuan memilih dan menggunakan metode serta penggunaan media yang tepat ikut menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran, disamping potensi dan kemauan siswa itu sendiri. Penggunaan media pembelajaran akan mendukung dan memberi kontribusi besar dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Siswa dapat melihat dan melakukan sendiri sehingga proses menemukan dapat dialami.

Dari hasil observasi pada hari Kamis tanggal 13 Februari 2014 di kelas IV SDN 3 Cibogo yang berjumlah 25 siswa menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak permasalahan. Dalam proses pembelajaran matematika mengenai operasi hitung bilangan bulat terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil


(12)

belajar siswa. Berdasarkan hasil diagnosa, maka ditemukan beberapa kelemahan diantaranya:

1. Siswa belum dapat menjalankan operasi hitung bilangan bulat dengan tepat. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi siswa yang sebanyak 70% masih dibawah KKM yaitu <65.

2. Siswa belum dapat memahami masalah pada bilangan bulat yaitu konsep operasi hitung bilangan bulat dan soal cerita. Hal ini terlihat pada saat siswa diberi soal cerita, siswa belum bisa membedakan antara bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif.

3. Proses pembelajaran di kelas tidak didukung oleh media yang dapat mempermudah siswa untuk memahami masalah pada materi ini dan pembelajaran berpusat pada guru bukan pada siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepat untuk perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas IV SDN 3 Cibogo yaitu perlunya meningkatkan mutu proses pembelajaran pada aspek kualitas dalam hal perubahan tindakan proses belajar mengajar.

Belakangan ini, banyak media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran yang dapat merangsang siswa menjadi lebih senang mengikuti pembelajaran yaitu dengan menggunakan media manipulatif. Media manipulative adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Penggunaan media manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV


(13)

Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa dalam materi pokok operasi hitung bilangan bulat pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo?

Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Matematika melalui penggunaan media manipulatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan media manipulatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?

3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perencanaan pembelajaran Matematika ketika menggunakan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo.


(14)

2. Proses pelaksanaan pembelajaran Matematika ketika menggunakan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo.

3. Hasil penggunaan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan pemahaman matematika pada operasi hitung bilangan bulat dapat dilakukan dengan menggunakan media manipulatif.

2. Manfaat Praktis Bagi siswa :

a. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai operasi bilangan bulat. b. Membiasakan siswa untuk belajar berpikir kritis, aktif, dan kreatif. Bagi guru :

a. Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui penggunaan media manipulatif.

c. Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi. Bagi sekolah :


(15)

a. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

b. Sebagai tolak ukur peningkatkan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

c. Meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul “ Penggunaan Media Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Jika pembelajaran matematika dalam materi pokok operasi hitung bilangan bulat menggunakan media manipulatif dimungkinkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelumnya.”

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Media Manipulatif

Menurut Muhsetyo dkk (2011) : media ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh siswa yaitu dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan. Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini adalah media manipulatif operasi hitung bilangan bulat yang dibuat dari stik es krim yang terdiri dari dua warna. Warna merah diumpamakan sebagai bilangan bulat positif dan warna kuning diumpamakan sebagai bilangan bulat negatif.


(16)

2. Kemampuan Pemahaman Konsep

Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep menurut Kilpatrick (2001). Siswa dikatakan paham apabila siswa telah mampu mencapai indicator. Indikator yang diukur hanya beberapa indicator pemahaman konsep, diantaranya:

 Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari

 Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis

 Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma 3. Bilangan Bulat

Himpunan bilangan bulat (Fathani, 2012) adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat yang meliputi bilangan bulat negatif, nol, dan positif. himpunan {….., -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…} disebut himpunan bilangan bulat (integer). Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan huruf Z.


(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD

Belajar matematika merupakan konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa ‘alat peraga adalah alat untuk menerangkan/mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.’

Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Depdiknas 2006. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai degan perkembangan kognitif siswa, penggunaan media, metode, dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep


(18)

matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

3. Ruang Lingkup Materi Matematika SD

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1)bilangan, (2)geometri, (3)pengolahan data Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan, dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat.


(19)

Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, peggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

Pembelajaran matematika pada penelitian kali ini, akan menggunakan media manipulatif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

B. MEDIA MANIPULATIF

1. Hakikat Media

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan , baik untuk bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut:

 Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5).

 Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5)

 Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5)

 Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5).

 Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 6).

 Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 6).

Jadi ditarik kesimpulan bahwa media adalah seperangkat alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar mengajar yang efektif dan efisien terjadi.


(20)

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsure penting, yaitu unsure peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsure pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale (dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 7) mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak.

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman

Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

Media yang bervariasi sangat mempengaruhi kreativitas dan kecepatan pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Guru dapat menyeleksi media-media yang mudah didapatkan, aman, dan dapat digunakan dengan berbagai cara yang berbeda. Penyediaan media tidak selamanya harus dengan harga mahal,


(21)

cukup dengan model yang sederhana dan biasa ditemukan oleh siswa dalam kesehariannya.

2. Fungsi dan Manfaat Media

Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran (Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 9-10), dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:

1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.

3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.

4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.

5) Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.

6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

7) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Selain fungsi-fungsi sebagaimana telah diuraikan diatas, media pembelajaran ini juga memiliki nilai dan manfaat (Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 10) sebagai berikut:


(22)

1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran.

2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.

3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.

4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

3. Pengertian Media Manipulatif

Menurut Muhsetyo dkk (2011, hlm. 2.20) :

Media ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh siswa yaitu dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan.

Media manipulatif adalah segala benda yang dapat dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang bisa dan biasa ditemukan siswa dalam kesehariannya dapat dijadikan media pembelajaran yang lebih kontekstual. Media manipulatif sepatutnya disesuaikan dengan tingkat kesiapan atau kematangan siswa pada rentang usianya, dapat dimanipulasikan dan bervariasi sehingga menyenangkan dan memberi kepuasan bagi siswa. Media manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematik.

Media manipulatif ini berfungsi untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang belum jelas sehingga pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.

Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini adalah media manipulatif operasi hitung bilangan bulat yang dibuat dari stik es krim yang terdiri dari dua warna yang disingkat menjadi SEB (Stik Es krim Berwarna). Stik


(23)

es krim berwarna merah diumpamakan sebagai bilangan bulat positif dan stik es krim berwarna kuning diumpamakan sebagai bilangan bulat negatif.

C. PEMAHAHAMAN KONSEP

1. Hakikat Pemahaman

Pemahaman adalah pengkonstruksian makna dari pesan-pesan intruksional, mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis.

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya. Kedua pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan dua konsep yang berbeda. Ketiga pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. (Sudjana, 2013, hlm. 50-51).

Klasifikasi pemahaman (Kesuma, 2011), yaitu:

 Menginterpretasi yaitu mengubah sebuah bentuk sajian ke bentuk lainnya.

 Mengeksemplifikasi yaitu menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi dari sebuah konsep atau prinsip.

 Mengklasifikasi yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam sebuah kategori.

 Summarizing (mengikhtisarkan) yaitu mengabstraksi sebuah tema umum atau poin-poin pokok.

 Menyimpulkan yaitu menggambarkan sebuah simpulannlogis dari informasi yang tersaji.


(24)

 Membandingkan yaitu mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan lain-lain.

 Menjelaskan, mengeksplanasi yaitu mengkonstruksi sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem.

2. Pemahaman Konsep

Salah satu kecakapan (proficiency) dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep (conceptual understanding).

Menurut Sanjaya (dalam Dedi, 2013) mengemukakan pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001, hlm. 116) “Pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika.”

Kompetensi pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan menguasai gagasan-gagasan matematika secara fungsional dan terintegrasi. Para siswa yang memiliki kompetensi pemahaman konsep mengetahui bahwa fakta-fakta dan metode itu tidak terpisah-pisah. Dia dapat mengorganisir pengetahuannya ke dalam suatu kesatuan yang koheren, yang memungkinkan mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan matematika yang baru dengan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman konsep mendukung daya ingat, sebab fakta-fakta dan metode dipelajari dengan saling terkait, mereka lebih mudah untuk mengingat dan menggunakannya, serta mereka dapat mengkonstruksi ulang ketika lupa (Hiebert dan Carpenter dalam Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001).


(25)

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini dalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika (Heruman, 2012, hlm. 2):

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengn kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. 3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Salah satu indikator dari conceptual understanding adalah dapat merepresentasikan situasi matematika dalam berbagai cara yang berbeda dan


(26)

mengetahui menggunakan representasi yang berbeda itu dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Tingkat conceptual understanding siswa saling berrelasi dengan banyaknya dan keluasan koneksi yang mereka ketahui (Kilpatrick, Swafford, dan Findell, 2001).

Adapun indikator dari pemahaman konsep matematis siswa (Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001) adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari.

b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.

c. Menerapkan konsep secara algoritma.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika. e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

Pada penelitian kali ini, pemahaman konsep yang akan ditingkatkan yaitu konsep operasi hitung bilangan bulat.

D. BILANGAN BULAT

1. Pengertian, Macam, dan Lawan Bilangan Bulat Menurut Fathani (2012):

Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat yang meliputi bilangan bulat negatif, nol, dan positif. himpunan {….., -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…} disebut himpunan bilangan bulat (integer). Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan huruf Z.

Perhatikan himpunan bilangan bulat berikut: …., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5,….

Bilangan disebelah kanan 0 disebut bilangan bulat positif, sedangkan bilangan disebelah kiri 0 disebut bilangan bulat negatif. Jjadi, bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, 0, dan bilangan bulat positif.


(27)

Gambar 2.2 Garis Bilangan

Kedudukan sebuah bilangan dengan bilangan yang lain yang berurutan pada suatu garis bilangan akan mempunyai jarak yang sama.

Lawan suatu bilangan adalah bilangan itu sendiri yang memiliki tanda yang berlawanan dengan bilangan yang dimaksudkan contohnya -5 merupakan lawan bilangan dari 5.

Bilangan bulat dapat dikelompokkan ke dalam himpunan bilangan bulat positif yang merupakan himpunan bilangan asli, bilangan nol, serta bilangan bulat negatif.

Bilangan-bilangan bulat negatif merupakan lawan bilangan dari bilangan-bilangan bulat positifnya.

Lambang negatif suatu bilangan adalah menunjuk kepada kedudukan bilangan tersebut yang berada disebelah kiri dari titik pangkal suatu garis bilangan sejauh bilangannya itu sendiri.

Suatu bilangan yang tidak bertanda diartikan bahwa bilangan tersebut adalah positif.

2. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat

1) Operasi hitung penjumlahan bilangan bulat terdiri dari: a. Penjumlahan dua bilangan bulat positif


(28)

2 + 3 = 5

b. Penjumlahan dua bilangan bulat negatif (-2) + (-3) = -5

c. Penjumlahan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif (-2) + 3 = 1

d. Penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif 2+ (-3) = -1

2) Operasi hitung pengurangan bilangan bulat a. Pengurangan dua bilangan bulat positif


(29)

 Siapkan 2 buah stik berwarna merah

 Karena yang akan diambil 3 stik merah, maka perlu ditambahkan lagi 1 stik merah dan 1 stik kuning sehingga hasilnya akan tetap sama yaitu positif 2.

 Ambilah 3 stik merah karena pengurangnya positif 3

 Hasilnya adalah -1, karena yang bersisa 1 stik kuning

b. Pengurangan dua bilangan bulat negatif (-2) - (-3) = 1


(30)

 Siapkan 2 buah stik berwarna kuning

 Ambil lagi 3 buah stik kuning. Karena ada 2 stik kuning, maka harus ditambah 1 stik kuning dan 1 stik merah sehingga hasilnya akan tetap sama yaitu negatif 2.

 Ambilah 3 stik kuning

 Hasilnya adalah 1, karena yang bersisa 1 stik merah

c. Pengurangan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif (-2) - 3 = -5


(31)

 Ambil 3 stik merah. Karena tidak ada stik merah, maka harus ditambah 3 buah stik merah dan 3 buah stik kuning sehingga hasilnya tetap sama yaitu negatif 2.

 Ambil 3 stik merah.

 Hasilnya adalah -5 karena yang bersisa adalah 5 buah stik kuning.

d. Pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif 2 - (-3) = 5


(32)

 Karena pengurangnya adalah negatif 3, maka yang harus diambil stik kuning sebanyak 3. Karena tidak ada stik kuning maka tambahkan 3 buah stik kuning dan 3 buah stik merah sehingga hasilnya tetap sama yaitu positif 2.

 Ambil 3 buah stik kuning

 Hasilnya adalah 5, karena yang masih bersisa adalah 5 buah stik merah.

3) Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan bulat.

a. Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat

 sifat ketertutupan


(33)

 sifat komutatif

untuk semua a, b, € Z, maka a + b = b + a

 sifat asosiatif

untuk semua a, b, c, € Z, maka a + (b + c) = (a + b) + c

 terdapat unsure identitas penjumlahan

untuk semua a € Z, ada 0 € Z sehingga a + 0 = 0 + a 0 disebut unsure satuan (identitas) penjumlahan.

 terdapat invers penjumlahan

untuk masing-masing a € Z, ada (-a) € Z sehingga a + (-a) = (-a) + a = 0

(-a) disebut invers perjumlahan dari a.

b. Sifat-sifat operasi hitung pengurangan pada bilangan bulat

 sifat ketertutupan

untuk semua a, b, € Z, maka a - b € Z

E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan Penelitian Tindakan Kelas mengenai peningkatan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat degan menggunakan media juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut.

Vina Muliati, mahasiswi UPI Bandung dengan judul “Penggunaan Local Materials dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Penjumlahan Bilangan Bulat”. Perbedaan yang terjadi pada penelitian Vina Muliati yaitu pada Variabel X yang menjadi solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Dan terbukti dengan menggunakan media, pemahaman konsep siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat ketika sebelum dilaksanakan siklus I dan II pemahaman siswa tentang operasi hitung bilangan bulat


(34)

rendah. Setelah pelaksanaan siklus I rata-rata hasil hasil tes menjadi 64,48. Dan setelah pelaksanaan siklus II rata-rata hasil tes meningkat menjadi 82,59.

Dapat disimpulkan bahwa menurut penelitian yang telah diuraikan di atas, untuk meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat harus menggunakan media pembelajaran dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peneliti akan mencoba untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat menggunakan media manipulatif.

F. KERANGKA BERPIKIR

Kemampuan operasi hitung bilangan bulat merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa, namun masih banyak siswa yang belum bisa cara mengoperasikan bilangan bulat yang berbeda tanda. Dari permasalahan tersebut, sikap guru haruslah kreatif dan tanggapi menyikapi masalah itu. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menggunakan media manipulatif yang dapat mengatasi kesulitan operasi hitung bilangan bulat pada siswa yaitu stik es krim berwarna. Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Adapun paparan kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.


(35)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat siswa menggunakan media manipulatif SEB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung.

Menurut Arikunto (2010) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar.

Kasihani (dalam Sukayati, 2008, hlm. 8) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan.

Dari beberapa definisi di atas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Secara umum PTK bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas lalu diberi tindakan yang cermat oleh guru.


(37)

B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.

Gambar 3.1 Model Kemmis & McTaggart

Merujuk pada model spiral dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010), maka rencana tindakan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :

a. Perencanaan (Plan)

Setelah menemukan masalah, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan menyusun alat evaluasi pembelajaran.


(38)

b. Tindakan (Act)

Merealisasikan perencanaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa.

c. Pengamatan (Observe)

Mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil implementasi tindakan yang dilakukan. Penggunaan pedoman atau instrument yang telah disiapkan sebelumnya.

d. Refleksi (Reflect)

Menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi disesuaikan dengan hasil pengamatan yang didapatkan dari siklus sebelumnya. Siklus dihentikan jika ketuntasan klasikal sudah mencapai minimal 85%. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010, hlm. 241).

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 3 Cibogo yang terletak di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi tersebut karena sekolah tersebut merupakan tempat sekolah PLP.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di kelas IV semester genap Tahun Ajaran 2013/ 2014.


(39)

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Semester II SD Negeri 3 Cibogo Tahun Ajaran 2013/ 2014 sebanyak 25 orang terdiri atas 13 perempuan dan 12 laki-laki. Namun ketika dilakukan penelitian, pada siklus I yang hadir 21 siswa dan pada siklus II 20 siswa yang hadir. Jadi pada penelitian ini hanya 20 siswa yang menjadi subjek penelitian.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri dari dua siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan respon yang telah dicapai siswa.

Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan

2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan praktikan).

3) Menyiapkan media pembelajaran. 4) Menyusun instrument penelitian

5) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan melakukan observasi.


(40)

6) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan yang akan digunakan)

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan media manipulatif SEB.

2) Melaksanakan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat menggunakan LKS

3) Meminta rekan guru dan teman sejawat mengobservasi saat pembelajaran. c. Tahap Observasi Tindakan/ Pengamatan

1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian.

2) Mengamati kesesuaian penggunaan media manipulatif dengan materi bahasan yang berlangsung.

3) Mengamati keterhubungan antara penggunaan media manipulatif dengan proses dan hasil belajar dalam meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan bilangan bulat.

4) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi Tindakan

1) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan yang akan digunakan sebagai sumber untuk tindakan selanjutnya.

2) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.

Siklus II


(41)

Tahap perencanaan pada siklus 2 yaitu merumuskan hal-hal yang masih belum tercapai, dan peneliti merasa masih harus melakukan tindak lanjut. Tahap perencanaan ini didasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama. Berikut adalah rinciannya:

1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan

2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan praktikan).

3) Menyiapkan media pembelajaran. 4) Menyusun instrument penelitian

5) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan melakukan observasi.

6) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan yang akan digunakan)

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan pembelajaran materi operasi pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media manipulatif SEB.

2) Melaksanakan pembelajaran materi operasi pengurangan bilangan bulat menggunakan LKS

3) Meminta rekan guru dan teman sejawat mengobservasi saat pembelajaran. c. Tahap Observasi Tindakan/ Pengamatan

1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian.

2) Mengamati kesesuaian penggunaan media manipulatif dengan materi bahasan yang berlangsung.

3) Mengamati keterhubungan antara penggunaan media manipulatif dengan proses dan hasil belajar dalam meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan bilangan bulat.


(42)

4) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap apa yang telah diobservasi berdasarkan catatan lapangan. Informasi tersebut selanjutnya diurai, diuji, dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya kemudian dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Apabila masih terdapat kekurangan maka akan dilakukan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

a. Instrumen Pembelajaran

 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap siklus. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar.

 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk memfasilitasi siswa menyelesaikan masalah pada pembelajaran dengan cara diskusi bersama teman di kelompok.

b. Instrumen Pengumpulan Data

 Tes

Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang dilakukan setelah tindakan dengan menggunakan media manipulatif. Tes


(43)

digunakan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat setelah mengikuti pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif.

 Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif untuk meningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Lembar observasi juga berfungsi sebagai bahan refleksi apakah proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah disusun atau tidak.

G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Deskriptif Kualitatif

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif tentang perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.

2. Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat dengan statistika deskriptif.

a. Penyekoran hasil tes

Skala poin untuk setiap butir soal memiliki bobot yang berbeda. Oleh karena itu, dibuat skoring rubrik sebagai pedoman penyekoran hasil tes sebagai berikut:


(44)

Tabel 3.1

Skoring Rubrik Soal Evaluasi

No.Soal Poin Keterangan

1

0 poin Tidak ada jawaban (kosong)

5 poin Hanya mencontohkan 1 cerita tetapi salah 10 poin Hanya mencontohkan 1 cerita dan benar

atau mencontohkan 2 cerita yang tipe ceritanya sama.

15 poin Mencontohkan 2 cerita, tetapi hanya 1 yang benar.

20 poin Mencontohkan 2 cerita dan keduanya benar.

2

0 poin Tidak ada jawaban (kosong) 5 poin Menjawab 1 soal tetapi salah. 10 poin Menjawab 1 soal dan benar.

15 poin Menjawab 2 soal dan hanya 1 soal yang benar

20 poin Menjawab 2 soal dan semua jawaban benar.

3

0 poin Tidak ada jawaban (kosong). 5 poin Menyalin soal.

10 poin Jawaban benar tetapi cara yang digunakan tidak jelas atau cara yang digunakan jelas tapi jawaban salah.

15 poin Jawaban benar dan cara yang digunakan tidak terlalu jelas.

20 poin Jawaban benar dan cara yang digunakan jelas.


(45)

b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

X = ∑�

Keterangan:

∑N = total nilai yang diperoleh siswa N = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas

c. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

TB = ∑� ≥ x 100 %

Keterangan:

∑S ≥ 65 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65

n = banyak siswa 100 % = bilangan tetap TB = ketuntasan belajar

d. Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus

Dari data hasil tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat di setiap siklus pembelajaran, ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut (Prabawanto, dalam Permatasari 2013):


(46)

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat dari setiap siklus yang telah dilakukan dengan mengetahui gain rata-rata yang telah dinormalisasi berdasarkan efektivitas pembelajaran dengan rumus sebagai berikut (Prabawanto dalam Permatasari, 2013):

<g> = � � �−�+ − � � �−�

� � − � � �−�

Adapun kriteria efektivitas pembelajaran adalah sebagai berikut: Tabel 3.2

Interpretasi Gain yang Ternormalisasi

Nilai <g> Interpretasi

0,00 – 0,30 Rendah

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Tinggi

e. Menghitung Persentase Instrumen RPP

Berdasarkan bimbingan dengan guru, diperoleh persentase instrument RPP dengan rumus:

% = ∑ � x 100 % Keterangan:

∑N = jumlah keterlaksanaan aspek yang diperoleh dari penilaian guru 24 merupakan skor maksimal persentase instrument RPP.


(47)

f. Menghitung Persentase Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan lembar observasi yang dinilai oleh observer, diperoleh persentase selama pelaksanaan pembelajaran dengan rumus:

% = ∑ �

8 x 100 % Keterangan:

∑N = jumlah keterlaksanaan aspek yang diperoleh dari penilaian observer 18 merupakan skor maksimal persentase aktivitas guru dan siswa.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Bagian ini memaparkan tentang hasil penelitian yang disusun berdasarkan rumusan masalah. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan pemaparan hasil setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat.

1. Siklus I a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data. Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Materi yang tercantum pada RPP siklus I adalah tentang penjumlahan bilangan bulat. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP Siklus I disesuaikan dengan penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model NHT (Number Heads Together). Peneliti meminta bimbingan dari guru untuk mengetahui kekurangan dalam pembuatan RPP. Peneliti pun menyusun LKS untuk memfasilitasi siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan bulat. Kedua instrumen pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan direvisi setelah mendapat beberapa masukan, seperti masih terdapat langkah pembelajaran yang hiden atau kurang jelas.

Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Sebelum membuat tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, peneliti menyusun kisi-kisi soal agar setiap indikator kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat


(49)

dapat diukur. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing untuk melakukan penelitian, peneliti pun mulai melaksanakan pelaksanaan siklus I.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti datang ke sekolah untuk memohon izin kepada pihak sekolah, yaitu kepala sekolah, wali kelas IV, dan siswa kelas IV. Pada kesempatan tersebut, peneliti melakukan konsultasi mengenai jadwal penelitian.

Berdasarkan instrument penilaian RPP yang dinilai guru di Siklus I, persentase keterlaksanaan pembuatan RPP adalah sebesar 88 % (dapat dilihat di lampiran C.1).

b. Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2014 dari pukul 07.15 sampai dengan pukul 09.00 WIB di ruang kelas IV SDN 3 Cibogo. Observer pada siklus I adalah Tati Hendarti, S.Pd.SD yang merupakan guru kelas IV serta Novi Indrawati dan Arieska Adzantya yang merupakan teman sejawat peneliti.

Kegiatan awal pada pembelajaran antara lain guru memotivasi siswa dan mengkondisikan siswa agar siap belajar. Setelah itu, guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali konsep bilangat bulat yang pernah dipelajari. Selanjutnya, guru menyampaikan pokok materi ajar yang akan dipelajari, yaitu penjumlahan bilangat bulat. Pada kegiatan inti, guru memberikan ilustrasi cerita berupa soal penjumlahan bilangan bulat yang ditulis di papan kelas. Beberapa siswa mengacungkan tangan dan guru menunjuk salah satu diantara mereka. Siswa tersebut maju dan dapat menyelesaikan masalah yang diajukan guru dengan benar. Maka siswa tersebut mendapatkan reward berupa stiker bintang dan tepuk tangan. Guru pun mulai menjelaskan tentang cara-cara menyelesaikan soal dengan menggunakan media manippulatif SEB. Melalui pembahasan soal yang dikerjakan siswa tadi, guru memperkenalkan media stik es krim kepada siswa sebagai penunjang dalam mengerjakan operasi penjumlahan bilangan bulat. Media stik es krim tersebut terdiri dari dua warna, yaitu warna merah dan warna kuning. Stik es krim merah mewakili


(50)

bilangan bulat positif, sedangkan stik kuning mewakili bilangan bulat negatif. Apabila setiap stik merah yang menempel berpasangan dengan stik kuning maka mewakili bilangan nol. Guru memperagakan cara menggunakan media tersebut, kemudian mempersilakan seorang siswa untuk menggunakan media tersebut di depan. Beberapa siswa pun mengacungkan tangan dan guru menunjuk salah seorang diantaranya. Setelah siswa tersebut selesai menggunakan media, siswa lain pun mulai berebut untuk maju ke depan dan menggunakan media stik es krim. Guru pun memberi kesempatan salah seorang siswa lagi untuk maju. Setelah itu, guru bertanya apakah siswa telah paham mengenai materi yang disampaikan guru. Sebagian besar siswa menjawab paham. Guru pun mulai membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan membagi nomor kepada setiap kelompok serta membagikan media manipulative SEB sebanyak 40 stik (20 stik merah dan 20 stik kuning). Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa dan berdiskusi mengenai soal-soal pada LKS. Setelah selesai, guru mengocok nomor, lalu guru memanggil nomor tersebut untuk maju dan mempresentasikan hasil pekerjaan masing-masing. Setelah itu, guru mengumumkan kelompok terbaik, yaitu kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Kelompok terbaik tersebut mendapatkan reward berupa stiker medali bertuliskan 1. Setelah itu, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan. Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai operasi penjumlahan bilangan bulat. Pada kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan lembar observasi yang dinilai observer di Siklus I, persentase aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebesar 89% (dapat dilihat di lampiran C.3). Kekurangan guru selama mengajar adalah menjelaskan tugas kelompok, memotivasi siswa untuk bekerjasama, dan bertanya jawab tentang hal yang belum dipahami siswa ketika kegiatan akhir.


(51)

c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Berdasarkan tes yang telah dilakukan di akhir siklus I, diperoleh data skor mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 4.1

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No. Nama Siswa Skor Keterangan

1. AA 75 Tuntas

2. AP 88 Tuntas

3. BM 94 Tuntas

4. E 63 Belum Tuntas

5. D 88 Tuntas

6. NR 94 Tuntas

7. RF 94 Tuntas

8. RM 94 Tuntas

9. R 94 Tuntas

10. RA 63 Belum Tuntas

11. N 75 Tuntas

12. SP 81 Tuntas

13. SN 88 Tuntas

14. SJ 81 Tuntas

15. YJ 81 Tuntas

16. HP 94 Tuntas

17. DS 81 Tuntas

18. MH 81 Tuntas

19. AM 63 Belum Tuntas

20. ID 63 Belum Tuntas

Rata-rata 81,75

KKM = 65

Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus I sebagai berikut:

TB = ∑� ≥


(52)

TB = x 100% = 80%

Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, hal tersebut dikarenakan hasil belajar siswa kelas IV yang masih rendah, sehingga KKM yang digunakan hanya 65. Jadi, apabila nilai siswa ≥ 65, maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Namun apabila nilai siswa < 65, maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus. Berdasarkan analisis kuantitatif hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus I sebesar 80%.

d. Refleksi

Berdasarkan lembar observasi presentase aktivitas guru dan siswa yaitu 89%. Kekurangan guru selama mengajar adalah menjelaskan tugas kelompok, memotivasi siswa untuk bekerjasama, dan bertanya jawab tentang hal yang belum dipahami siswa ketika kegiatan akhir. Peneliti menyadari tidak bertanya hal-hal yang belum dipahami siswa ketika kegiatan akhir. Sementara itu, dalam kegiatan kelompok, peneliti pun kurang jelas dalam menjelaskan tugas kelompok dan memotivasi siswa untuk bekerjasama karena berhubung alokasi waktu pada pembelajaran telah hampir selesai. Sedangkan kekurangan pada aktivitas siswa terletak pada melakukan kerjasama di dalam kelompok, memperhatikan dan menanggapi presentasi teman, serta bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.

2. Siklus II a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data. Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan


(53)

Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah-langkah pembelajaran pada RPP Siklus II disesuaikan dengan penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model Course Review Horray. RPP dalam siklus II adalah tentang pengurangan bilangan bulat. Peneliti meminta bimbingan dari guru untuk mengetahui kekurangan dalam pembuatan RPP. LKS disusun untuk memfasilitasi siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan pengurangan bilangan bulat. Kedua instrumen pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan direvisi setelah mendapat beberapa masukan, seperti masih terdapat langkah pembelajaran yang hiden atau kurang jelas. Selain itu, RPP Siklus II juga dikembangkan berdasarkan hasil refleksi Siklus I. Berdasarkan lembar observasi dan nilai tes siswa pada Siklus I, terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada Siklus II. Diantaranya adalah:  Guru perlu merencanakan pembelajaran dengan matang.

 Masalah yang digunakan dalam pembelajaran harus kontekstual atau dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

 Dalam membimbing diskusi kelompok, perhatian guru harus lebih merata dan optimal.

 Guru tidak bertanya mengenai hal yang belum dipahami siswa. Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut:

 Guru memberikan ice breaking yang dapat memotivasi siswa.

 Model pembelajaran telah cukup memfasilitasi mengurangnya kejenuhan siswa dalam pembelajaran.

Reward bintang yang diberikan guru memotivasi siswa untuk aktif menyelesaikan masalah di depan kelas.

 Siswa senang berdiskusi di dalam kelompok.

Game yang dilaksanakan dalam pembelajaran cukup mengembangkan jiwa kompetitif siswa.


(54)

Berdasarkan kekurangan dan kelebihan pembelajaran pada Siklus I, maka perencanaan Siklus II disusun dengan mempertahankan kelebihan dan memperbaiki kekurangan. Materi yang diajarkan pada Siklus II adalah mengenai pengurangan bilangan bulat.

Selain instrumen pembelajaran, instrumen yang digunakan pada Siklus II adalah instrumen pengumpul data. Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Sebelum membuat tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, peneliti menyusun kisi-kisi soal agar setiap indikator kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat dapat diukur. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing untuk melakukan penelitian, peneliti pun mulai melaksanakan pelaksanaan siklus II.

Berdasarkan instrument penilaian RPP yang dinilai guru di Siklus II, persentase keterlaksanaan pembuatan RPP adalah sebesar 96 % (dapat dilihat di lampiran C.2).

Berdasarkan bimbingan dengan guru terhadap instrument RPP, diperoleh gambar sebagai berikut:

88

96

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I Siklus II


(55)

Gambar 4.1 Persentase Penilaian RPP

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 26 Mei 2013 dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.45 WIB di ruang kelas IV SDN 3 Cibogo. Observer pada siklus II adalah Tati Hendarti, S.Pd.SD yang merupakan guru kelas IV serta Isnie Nendita yang merupakan teman sejawat peneliti.

Pada kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali konsep penjumlahan bilangan bulat yang telah diajarkan, guru memotivasi siswa agar siap belajar. Selanjutnya, guru menyampaikan pokok materi ajar yang akan dipelajari yaitu pengurangan bilangan bulat, serta guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru mengilustrasikan sebuah cerita berupa soal pengurangan bilangan bulat yang ditulis di papan tulis. Lalu guru memberi kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terdapat banyak siswa yang mengacungkan tangan dan berebut untuk menjawab di depan. Hal tersebut dipengaruhi oleh reward stiker bintang yang memotivasi keaktifan siswa untuk berani tampil di depan kelas. Guru pun menunjuk seorang siswa, namun jawabannya salah. Lalu guru membenarkan jawaban siswa dengan menggunakan media manipulative SEB (Stik Es krim Berwarna). Ketika guru mendemonstrasikan media manipulative SEB pada konsep pengurangan, siswa agak sulit untuk mengerti karena konsep pengurangan lebih sulit dibanding konsep penjumlahan bilangan bulat dan memang sebagian besar siswa di kelas ini berkemampuan rendah sehingga guru menjelaskannya lumayan lama dengan banyak contoh soal yang dijelaskan. Setelah itu, guru menjelaskan jenis-jenis masalah yang merupakan operasi pengurangan bilangan bulat, yaitu yang mengandung unsur-unsur kata: turun, mundur, dikurangi, dan sebagainya. Guru juga menjelaskan kata-kata yang mewakili bilangan bulat negatif, yaitu: di bawah nol, di


(56)

bawah permukaan laut, dan sebagainya. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Teknik pembagian kelompok dengan cara berhitung 1 sampai 5. Teknik ini dianggap cocok diterapkan di kelas IV SDN 3 Cibogo karena agar pembagian kelompok lebih adil. Selanjutnya guru membagikan stik es krim berwarna sebanyak 40 buah (20 stik merah dan 20 stik kuning) dan kertas jawaban yang berisi 4 kotak. Kertas ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dibacakan guru dan siswa menjawabnya dalam kotak tersebut. Jika jawaban siswa benar diberi tanda v, dan jika sudah mendapat tanda v vertical atau horizontal atau diagonal harus segera berteriak horay dan mendapatkan stiker bintang. Setiap kelompok mengerjakan LKS mengenai masalah-masalah operasi pengurangan bilangan bulat. Lalu guru membahas LKS tersebut secara acak, dan jika jawaban siswa benar jika sudah mendapat benar berbentuk vertical atau horizontal atau diagonal harus segera berteriak horay dan mendapatkan stiker bintang. Selanjutnya guru mengumumkan kelompok terbaik yaitu kelompok yang memperoleh skor tertinggi dan memberi reward berupa stiker bergambar medali bertuliskan 1 untuk masing-masing anggota kelompok terbaik. Setelah itu, guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dan bersama siswa bertanya jawab, meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan. Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai operasi pengurangan bilangan bulat. Pada kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan lembar observasi yang dinilai observer di Siklus II, persentase aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebesar 100 % (dapat dilihat di lampiran C.4).

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap lembar observasi aktivitas guru setiap siklus, diperoleh gambar sebagai berikut:


(57)

Gambar 4.2

Persentase Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Berdasarkan tes yang telah dilakukan di akhir siklus II, diperoleh data skor mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II No. Nama Siswa Skor Keterangan

1. AA 94 Tuntas

2. AP 88 Tuntas

3. BM 94 Tuntas

4. E 94 Tuntas

5. D 88 Tuntas

6. NR 100 Tuntas

7. RF 100 Tuntas

8. RM 94 Tuntas

9. R 94 Tuntas

10. RA 50 Belum Tuntas

11. N 88 Tuntas

12. SP 94 Tuntas

13. SN 94 Tuntas

89

100

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I Siklus II


(58)

14. SJ 94 Tuntas

15. YJ 94 Tuntas

16. HP 94 Tuntas

17. DS 75 Tuntas

18. MH 100 Tuntas

19. AM 88 Tuntas

20. ID 69 Tuntas

Rata-rata 89,3

KKM = 65

Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus I sebagai berikut:

TB = ∑� ≥

� x 100%

TB = 9 x 100% = 95%

Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, hal tersebut dikarenakan hasil belajar siswa kelas IV yang masih rendah, sehingga KKM yang digunakan hanya 65. Jadi, apabila nilai siswa ≥ 65, maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Namun apabila nilai siswa < 65, maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif skor siswa tersebut, diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus II sebesar 95%. Dengan demikian, terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II. Karena peningkatan kemampuan klasikal siswa sudah mencapai ≥85% maka siklus dihentikan.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap skor siswa, diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus II sebesar 95%. Ketuntasan belajar siswa dituangkan ke dalam gambar berikut ini:


(59)

Gambar 4.3

Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Siklus

Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setiap siklusnya dan ketuntasan belajar siswa pada Siklus II telah sangat baik.

Dari data hasil tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat di Siklus II, ditentukan besarnya gain (selisih tiap siklus) dan indeks gain.

Hasil analisis gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat tiap siswa dari Siklus I ke Siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Operasi Hitung Bilangan Bulat dari Siklus I ke Siklus II

No. Nama Siswa Skor G1 <g1> Keterangan

80

95

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I Siklus II


(60)

Siklus I Siklus II

1. AA 75 94 19 0.76 Tinggi

2. AP 88 88 0 0 Rendah

3. BM 94 94 0 0 Rendah

4. E 63 94 31 0.84 Tinggi

5. D 88 88 0 0 Rendah

6. NR 94 100 6 1 Tinggi

7. RF 94 100 6 1 Tinggi

8. RM 94 94 0 0 Rendah

9. R 94 94 0 0 Rendah

10. RA 63 50 -13 -0.35

11. N 75 88 13 0.52 Sedang

12. SP 81 94 13 0.68 Sedang

13. SN 88 94 6 0.5 Sedang

14. SJ 81 94 13 0.68 Sedang

15. YJ 81 94 13 0.68 Sedang

16. HP 94 94 0 0 Rendah

17. DS 81 75 -6 -0.31

18. MH 81 100 19 1 Tinggi

19. AM 63 88 25 0.67 Sedang

20. ID 63 69 6 0.16 Rendah

Rata-rata 81,75 89,3 7,55 0,39 Sedang

Berdasarkan data tersebut, diperoleh rata-rata gain sebesar 7,55 dan indeks gain sebesar 0,39 dengan interpretasi sedang.

Ada 2 siswa yang menurun nilainya yaitu RA dan DS. Ini dikarenakan RA siswa yang pasif, tidak pernah bertanya, dan kemampuannya rendah sehingga menyebabkan DS sulit mengerti konsep pengurangan bilangan bulat. Sedangkan DS kurang memperhatikan penjelasan guru karena DS pusing setelah mengikuti upacara sehingga menyebabkan DS tidak mengerti konsep pengurangan bilangan bulat.


(1)

Fadhilah, Lita. 2014

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang penggunaan media manipulatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 3 Cibogo, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam perencanaan pembelajaran, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data. Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini adalah media manipulatif yang dibuat dari stik es krim yang terdiri dari dua warna. Warna merah diumpamakan sebagai bilangan bulat positif dan warna kuning diumpamakan sebagai bilangan bulat negatif.

2. Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan penggunaan media manipulatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 3 Cibogo telah berlangsung dengan cukup baik karena terlaksana sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Pada siklus I penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model NHT (Number Heads Together) dan pada siklus II penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model Course Review Horray agar dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak ‘horee!!’.


(2)

Fadhilah, Lita. 2014

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN 3 Cibogo setelah pembelajaran Matematika dengan penggunaan media manipulatif terjadi secara cukup baik. Hal tersebut terbukti dari nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat setiap siklusnya serta dari indeks gain skor rata-rata kelas dari Siklus I ke Siklus II sebesar 0,39 dengan interpretasi sedang.

B. REKOMENDASI

Melalui penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru perlu menggunakan media manipulatif di dalam pembelajaran khususnya matematika karena terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat pada siswa. Selain itu, perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan lebih matang agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Penggunaan media manipulatif ini juga perlu didukung dengan model pembelajaran yang menunjang yaitu seperti pada penelitian ini menggunakan model NHT (Number Heads Together) dan model Course Review Horray serta ice breaking dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh. Guru juga perlu meningkatkan profesionalitasnya agar kualitas pembelajaran meningkat.

2. Bagi Sekolah

Sekolah perlu menerapkan kebijakan yang dapat memacu guru menggunakan media manipulatif dalam pembelajaran dan guru dapat lebih profesional lagi agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Sekolah juga perlu menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media manipulatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat pada


(3)

Fadhilah, Lita. 2014

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa kelas IV SDN 3 Cibogo perlu dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya dengan media manipulatif lainnya untuk dapat memperoleh hasil yang benar-benar optimal.


(4)

Fadhilah, Lita. 2014

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dkk. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Anonim. (2011, Juli). Pembelajaran matematika di sekolah. [Online]. Tersedia di:

http://www.sekolahdasar.net/2011/07/pembelajaran-matematika-di-sekolah.html#.UpAawdJHJBw [Diakses 23 November 2013].

Arikunto, S. dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dedi. (2013, Mei). Indikator Pemahaman Konsep Matematika. [Online]. Tersedia di:

http://dedi26.blogspot.com/2013/05/indikator-pemahaman-konsep-matematika.html [Diakses 13 Maret 2014].

Fathani, A. H. (2012). Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Ginting, S. (2011). Kriteria Ketuntasan Individu dan Klasikal Siswa. [Online]. Tersedia di: http://blognyaalul.blogspot.com/2011/03/kriteria-ketuntasan-individu-dan.html [Diakses 15 Mei 2014].

Herman, T. dkk. (2008). Pendidikan Matematika I. Bandung: UPI PRESS.

Heruman. (2012). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

Fadhilah, Lita. 2014

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesuma, D. (2011). Indikator Capaian Kompetensi Pedoman dan Teori Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kilpatrick, dkk. (2001). Adding It Up. Washington DC: National Academy Press.

Muhsetyo, G. dkk. (2011). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulianti, V. (2010). Penggunaan Local Materials dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Penjumlahan Bilangan Bulat (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Sukasenang Bandung). (Skripsi).

Nyimas, A. dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Permatasari, H. R. (2013). Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV A SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang). (Skripsi).

Puerwanti, E. dkk. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Randall, C. (1987). How To Evaluate Progress in Problem Solving. The National Council Of Teachers Of Mathematics, Inc: Virginia 22091.

Russefendi, H.E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Penerbit Tarsito.


(6)

Fadhilah, Lita. 2014

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, N. (2013). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukayati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika

Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.