PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR OLEH SISWA TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMA PASUNDAN SE-KOTA BANDUNG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Administrasi Pendidikan

Oleh : DINA JULIANA

1000487

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(2)

PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR OLEH SISWA TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN

DI SMA PASUNDAN SE-KOTA BANDUNG

Oleh : DINA JULIANA

1000487

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© DINA JULIANA 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Febuari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR OLEH SISWA TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI SMA PASUNDAN

SE-KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. H. Udin S. Sa’ud, M.Ed, Ph.D. NIP. 19530612 198103 1 003

Pembimbing II

Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd NIP. 19710609 2005011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endang Herawan, M.Pd. NIP. 19600810 198603 1 001


(4)

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Belajar Oleh Siswa Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMA Pasundan se-Kota Bandung”. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan pembelajaran untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai seberapa besar pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, dengan menggunakan skala Likert, dengan pupulasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang berjumlah 3400 orang dan sampel penelitiannya sebanyak 98 orang.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Weight Means Scores (WMS), gambaran umum variabel pemanfaatan fasilitas belajar (X) berada pada kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 3,42. Sementara, gambaran umum mutu layanan pembelajaran (Y) berada pada kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 3,46. Hasil uji normalitas terhadap distribusi data menunjukan bahwa variabel X dan variabel Y berdistribusi normal. Kemudian hasil analisis korelasi antara variabel X dan variabel Y yaitu memiliki hubungan yang signifikan. Hal tersebut dilihat dari hasil koefisien sebesar 0,880 yang berada pada kategori sangat tinggi, hasil pengujian hipotesis untuk koefisien signifikan sebesar 18,194 dengan koefisien determinasi sebesar 77,5% serta hasil estimasi analisis regresi linear yaitu Ŷ=4,287+0,909 X yang bersifat signifikan dan linear. Kesimpulan penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-Kota Bandung.

Kata Kunci: Pemanfaatan Fasilitas Belajar, Mutu Layanan Pembelajaran


(5)

ABSTRACT

This research was titled “Influence Using Of Study Facilities To The Quality of Service Learning in SMA Pasundan all Bandung City”. The problem discussed in this research concerns Using Of Study Facilities and The Quality of Service Learning to obtain the actial description of how much influence Using Of Study Facilities To The Quality of Service Learning in SMA Pasundan all Bandung City. The method used in this research is descriptive method with a quantitative approach. Data was collected by questionnaire covered, using a five scale (Likert), with population in this research are all students amounting to 3400 people and the sample in this research amounting to 98 people.

Based on calculations by the formula Weight Means Scores (WMS), a general description of the variable Using Of Study Facilities are in the good category with an average score of 3,42. While, in general pictures of the variable Quality of Service Learning are in either category, with score of 3,46. Result of test for normality of the distribution of the data showed that the variable X and variable Y are normally distributed. Then, result correlation analysis between

variable X and Variable Y that have a significant. It’s seen from the correlation

coefficient amount to 0,880 which is in the very high category, result of hypothesis test for correlation coefficient amount to 18,194 with determination

coefficient amount to 77,5% and the linear regression analysis is

Ŷ=4,287+0,909 X which are significant and linear. The conclusion of this research having significant influence between Using Of Study Facilities To The Quality of Service Learning in senior high school of pasundan covered Bandung.

Key Word: Using Of Study Facilities, The Quality of Service Learning


(6)

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA-KATA MUTIARA

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasidan Perumusan Masalah ... 13

C.Tujuan Penelitian ... 15

D.Metode Penelitian ... 16

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Struktur Organisasi ... 17

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 18

1.Konsep Dasar Pemanfaatan Fasilitas Belajar ... 18

2.Konsep Dasar Mutu Layanan Pembelajaran... 32

3.Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Belajar Oleh Siswa Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran ... 37

B. Kerangka Pikir Penelitian ... 38

C. Penelitian Terdahulu ... 41


(7)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek, dan Populasi/Sampel Penelitian ... 44

B. Desain Penelitian ... 48

C. Metode Penelitian ... 50

D. Definisi Operasional ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 55

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 59

G. Teknik Pengumpulan Data ... 66

H. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76

1. Hasil Deskripsi Umum Pemanfaatan Fasilitas Belajar di Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-Kota Bandung ... 76

2. Hasil Deskripsi Umum Mutu Layanan Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-Kota Bandung ... 80

3. Hasil Deskripsi Umum Pemanfaatan terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-Kota Bandung ... 87

a. Analisis Korelasi ... 87

b. Uji Signifikansi ... 88

c. Uji Koefisien Determinasi ... 88

d. Uji Regresi Linear ... 89

B. Pembahasan ... 92

1. Pemanfaatan fasilitas belajar di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung ... 92

2. Mutu Layanan Pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung ... 95

3. Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung ... 102


(8)

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Rekomendasi ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Data Sarana SMA Pasundan se-Kota Bandung ... 6

1.2 Data Prasarana SMA Pasundan se-Kota Bandung ... 8

3.1 Data Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-kota Bandung ... 46

3.2 Perhitungan Ukuran Sampel Proposional ... 48

3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian ... 57

3.4 Alternatif Jawaban dan Bobot Nilai Variabel Penelitian ... 60

3.5 Hasil Uji ValiditasVariabel X ... 62

3.6 Hasil UjiValiditasVariabel Y ... 62

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.8 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 69

3.9 Interpertasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 73

4.1 Hasil Perhitungan WMS Variabel X ... 76

4.2 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel X ... 80

4.3 Hasil Perhitungan WMS Variabel Y ... 81

4.4 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel Y ... 86

4.5 Hasil Analisis Korelasi Variabel X danVariabel Y ... 87

4.6 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ... 89

4.7 Hasil Perhitungan Koefisien Regresi ... 89


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Faktor-faktor yang MempengaruhiMutuLayananPembelajaran ... 14

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 38

2.2 Paradigma Penelitian. ... 43

3.1 KurvaHipotesis. ... 75

4.1 SKor Rata-Rata Indikator-IndikatorVariabel X. ... 79

4.2 SKor Rata-Rata Indikator-IndikatorVariabel Y. ... 86


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Administrasi Penelitian

Lampiran II : Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian Lampiran III : Uji Validitas dan Realibilitas

Lampiran IV : Analisis Hasil Perhitungan dengan Menggunakan Microsoft Excel

2010 dan SPS Versi 21 Lampiran V : Daftar Tabel Statistik. Identitas Penulis


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu masalah yang penting yang tidak bisa dikesampingkan dari kehidupan kita. Berkembang tidaknya suatu Negara ditentukan seberapa berhasilnya pendidikan di Negara tersebut. Saat ini Indonesia banyak hal yang menjadi masalah dalam keberlangsungan pendidikan di Indonesia, seperti kurangnya pemerataan pendidikan, mahalnya biaya pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana yang ada, dan masih banyak lagi masalah lain yang menyebabkan rendahnya pendidikan di Indonesia.

Dalam Undang-undang RI 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pula tentang tujuan pendidikan sebagai berikut :

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan dapat dijadikan sebagai salahsatu harapan yang dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu untuk menghadapi tantangan zaman karena di era globalisasi ini sangat dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki kompetensi di berbagai bidang. Untuk itu sekolah sebagai lembaga


(13)

pendidikan memiliki peranan penting dalam mengembangkan sumberdaya manusia, yang merupakan lembaga untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Sekolah juga dapat diartikan sebagai suatu lembaga/tempat dilaksanakannya proses belajar dan mengajar. Sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan peserta didik, baik dari segi spiritual, moral maupun pengetahuan.

Begitu banyak harapan yang dibebankan kepada dunia pendidikan, akan tetapi didalam dunia pendidikan itu sendirimasih banyak permasalahan salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan. Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh Kasim (2009:36), ada tujuh permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yaitu :

1) Rendahnya sarana fisik 2) Rendahnya kualitas guru 3) Rendahnya kesejahteraan guru 4) Rendahnya prestasi siswa

5) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan 6) Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan 7) Mahalnya biaya pendidikan

Rendahnya mutu pendidikan dapat juga disebabkan oleh rendahnya mutu layanan pembelajaran karena proses pembelajaran yang kurang optimal. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu, maka sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang.

Rendahnya mutu layanan pendidikan di Indonesia yang berimbas terhadap rendahnya sumberdaya manusia tersebut salah satu sebabnya adalah bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat dan sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, yang secara langsung menuntut tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.


(14)

Agar mutu layanan pembelajaran dapat meningkat, maka perlu didukung oleh fasilitas belajar yang lengkap dan memadai, yang merupakan salahsatu faktor dari kinerja sekolah yang efektif. Sekolah akan menjadi sekolah yang mempunyai mutu yang baik jika dalam penyelenggaraan kegiatan bejalarnya tidak hanya didukung oleh potensi siswa, kemampuan guru dalam mengajar ataupun oleh lingkungan sekolah, akan tetapi juga harus didukung oleh kelengkapan fasilitas belajar siswa yang memadai, sehingga mampu menunjang peningkatan kopetensi dan prestasi siswa.

Dalam hal ini, fasilitas belajar identik dengan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana, menjelaskan bahwa :

“Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah”. Sedangkan, dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan diatur dalam pasal 45 ayat 1 yang berbunyi :

Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kewajiban peserta didik.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sarana dan prasarana diatur dalam pasal 42 ayat 1 yang berbunyi :

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, pelaratan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa fasilitas belajar yang dimaksud disini meliputi meja, kursi, alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran. Fasilitas belajar yang memadai harus dimiliki oleh sekolah, agar proses belajar


(15)

dan mengajar dapat berjalan dengan lancar, karena dengan adanya fasilitas belajar yang memadai guru dapat leluasa dalam menjelaskan materi pelajaran.

Menurut Bafadal (2004:8) mengatakan bahwa “fasilitas belajar belajar dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara

tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.”

Mulyasa (2007:49) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran, sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah.

Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap dan memadai juga merupakan indikasi atau syarat menjadi sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif sendiri menurut Levine dalam Burhanuddin Toladan Furqon (2008:13) dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya.

Pada akhirnya konsep sekolah efektif ini berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Satori dalam Burhanuddin Toladan Furqon (2008:14), bahwamutu pendidikan (MP) di sekolah merupakan fungsi dari mutu input peserta didik yang ditunjukkan oleh potensi siswa (PS), mutu pengalaman belajar yang ditunjukkan oleh kemampuan profesional guru (KP), mutu penggunaan fasilitas belajar (FB), dan budaya sekolah (BS) yang merupakan refleksi mutu kepemimpinan kepala sekolah. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut: MP = f (PS.KP.FB.BS).


(16)

Fasilitas belajar yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah menyangkut ketersediaan hal-hal yang dapat memberikan kemudahan bagi perolehan pengalaman belajar yang efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang sangat penting adalah laboratorium yang memenuhi syarat bengkel kerja, perpustakaan, komputer, dan kondisi fisik lainnya yang secara langsung mempengaruhi kenyamanan belajar.

Setiap Lembaga pendidikan menengah, tidak terkecuali SMA Pasundan yang dinaungi oleh YPDM Pasundan dalam melakukan aktifitasnya pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai, untuk mencapai atau mewujudkan tujuan tersebut, maka lembaga pendidikan harus pandai dalam memilih strategi, terutama adalah perencanaan sumber daya manusia yang pada intinya adalah terfokus pada mutu layanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada masyarakat.

Fungsi layanan pembelajaran merupakan core bussines dari sekolah artinya pengelolaan sumber daya sekolah bertujuan untuk memberikan pelayanan yang optimal karena layanan pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap mutu lulusan. Upaya memberikan layanan pembelajaran yang bermutu ini bukanlah hal yang mudah, dalam pelaksanaannya akan dihadapkan dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan layanan pembelajaran salah satunya adalah sarana dan prasarana.Menurut Nanang Fattah (2003:101) layanan pembelajaran akan sangat dipengaruhi beberapa faktor, sarana, ketenagaan, hubungan masyarakat, kesiswaan, keuangan, kepemimpinan, kurikulum, kompetensi, dan iklim sekolah.

Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa manajemen sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam rangka memberikan mutu layanan pembelajaran yang berkualiatas atau dengan kata lain untuk mewujudkan layanan pembelajaran yang bermutu perlu ditunjang oleh pengelolaan sarana dan prasarana yang baik.


(17)

Mutu layanan pendidikan sangat penting karena untuk menjamin kualitas lulusan dan kualitas pembelajaran para siswa, supaya pembelajaran dapat tercapai secara baik. Kedudukan sarana dan prasarana dalam administrasi pendidikan tidak dapat dipisahkan karena bidang garapan ini merupakan suatu sistem kegiatan dari keseluruhan bidang garapan pengelolaan pendidikan, yang meliputi bidang kurikulum, personil, peserta didik, dan sebagainya. Selain itu, menurut Dadang Suhardan (2006:9) bahwa peningkatan mutu pembelajaran dicapai dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru yang melaksanakannya, mereka dibina supaya menjalankan tugas dengan efektif. Mereka dibina agar kecakapan dan kesanggupan yang mereka miliki dicurahkan sepenuhnya untuk meningkatkan proses belajar peserta didik di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Apapun jenis pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak lain muara dari lulusannya agar mereka memiliki kemampuan, keterampilan serta keahlian di dalam ilmu tertentu. Selanjutnya mampu dan terampil melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaituPerguruan Tinggi (PT).

Fenomena yang terjadi di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung berdasarkan hasil wawancara ke beberapa siswa dan guru masih terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan masalah fasilitas belajar, dimana masih ada sebagian fasilitas yang kurang mampu memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik. Seperti kurangnya ruang belajar yang memanfaatkan fasilitas laboratorium sebagai pengganti ruang kelas yang kurang memadai. Dan prasarana yang tidak melengkapi kriteria standar nasional pendidikan (SNP). Seperti lapangan yang dipakai oleh dua sekolah.

Berikut gambaran umum mengenai sarana dan prasaranayang ada di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Sarana SMA Pasundan se-Kota Bandung


(18)

No. Nama Ruang Jenis Barang KONDISI

Jml Rusak 1 Kelas Reguler - Chitos

- Jam Dinding - Kipas Angin - Kursi Belajar - Lampu Neon - Meja Belajar - Meja Guru

- Papan TulisWhite Board - Pigura Photo Garuda - Pigura Photo Presiden - Pigura Photo Wakil Presiden - Tempat Sampah

1 1 2 48 2 24 1 2 1 1 1 √ √

2 Laboratorium Bahasa

- AC Spilit merk Mitsubishi 1,5 PK - Meja Instruktur

- Komputer PC - Call Student - Handset Siswa - Handset Guru - Meja Siswa - Kursi Guru

- Kursi Chitos Siswa - CTV Samsung 29 inc - VCD Player Samsung - In Focus

- Layar In Focus

- Tape Deck Doble Deck TEAC - Speaker

- Kabel-kabel

- Karpet & Panggung - BCF Ukuran 2 kg - Rak CD dan Buku - Kipas Ruangan - Jam Dinding

1 1 1 1 48 1 48 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 √ √ √


(19)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana yang ada di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung ada beberapa fasilitas yang rusak atau sudah tidak layak pakai lagi.

Tabel 1.2

Data Prasarana SMA Pasundan se-Kota Bandung

2. Prasarana

No. Nama

Sekolah

Nama Ruang

Kondisi

Baik Rusak

Ringan

Rusak Berat Jml Luas

(m2)

Jml Luas (m2)

jml Luas (m2)

1. SMA

Pasundan 1

- Ruang Kelas - Laboratorium IPA

22 1

1232 56 3 Laboratorium

Komputer

- AC - Gordeng - Jam Dinding

- Komputer PC Advan DeskBook - Komputer PC Lenovo

- CPU Intel P4

- Monitor Samsung 15 inc - Infocus NEC

- Speaker Aktive RAF - Printer Canon - CPU P4 - Kursi Chitos

- Kursi Siswa (bundar) - Meja Komputer Siswa - Meja Guru

- Rak Buku - Lampu Neon - Pigura Presiden - Pigura Wakil Presiden - Pigura Burung Garuda - White Board

- Tempat Sampah

1 2 1 15 15 23 33 1 1 1 7 3 44 34 1 1 2 1 1 1 1 1 √ √ √ √


(20)

- Laboratorium Kimia/fisika/biologi - Laboratorium Bahasa - Laboratorium Multimedia - Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Ruang Serba Guna - Ruang UKS - Koperasi/toko - Ruang BP/BK

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU - Ruang Osis

- Kamar Mandi/WC guru - Kamar Mandi/Wc siswa - Gudang

- Rumah Ibadah

- Rumah Penjaga Sekolah - Asrama Siswa

- Multimedia 1 1 1 1 1 1 1 1` 1 1 1 3 8 1 1 1 1 1 1 1 56 56 40 64 68 64 12 12 15 15 170 24 12 18 42 40 120 30 48 48

2. SMA

Pasundan 2

- Ruang Kelas

- Laboratorium Multimedia - Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Ruang Serba Guna - Ruang UKS - Koperasi/toko - Ruang BP/BK

19 1 1 1 1 1 1 1 1368 42 42 42 100 3 42 14


(21)

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU - Ruang Osis

- Kamar Mandi/Wc guru - Kamar Mandi/Wc siswa - Rumah Ibadah

1 1 1 1 3 8 1 21 56 56 6 4 48 56

3. SMA

Pasundan 3

- Ruang Kelas - Laboratorium IPA

- Laboratorium Kimia/fisika - Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Koperasi/toko - Ruang BP/BK

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU - Ruang Osis

- Kamar Mandi/Wc guru - Kamar Mandi/Wc siswa

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1356 98 98 98 204 28 48 35 67 125 56 0.5 80

4. SMA

Pasundan 4

- Ruang Kelas - Laboratorium IPA - Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Ruang BK/BP

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU

4 1 1 1 1 1 1 1 224 25 49 48 14 15 30 30


(22)

- Ruang Osis

- Kamar Mandi/Wc guru - Kamar Mandi/Wc siswa - Gudang

- Rumah Ibadah

- Rumah Penjaga Sekolah

1 1 3 1 1 1 12 6 9 4 54 18

5. SMA

Pasundan 7

- Ruang Kelas - Laboratorium IPA - Laboratorium Kimia/fisika/biologi - Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Ruang Serba Guna - Koperasi/toko - Ruang BP/BK

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU - Ruang Osis

- Kamar Mandi/Wc guru - Kamar Mandi/Wc siswa - Gudang

- Ruang Ibadah

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5 2 1 1056 98 98 76 42 204 18 32 28 48 36 18 12.5 56 10 80


(23)

6. SMA Pasundan 8

- Ruang Kelas - Laboratorium IPA - Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Koperasi/toko - Ruang BP/BK

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU - Ruang Osis

- Kamar Mandi/Wc guru - Kamar Mandi/Wc siswa - Gudang

- Rumah Ibadah

- Rumah Penjaga Sekolah

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 2 734 64 448 40 43 20 64 84 48 16 16 42 16 54 48

7. SMA

Pasundan 9

- Ruang Kelas

- Laboratorium Komputer - Ruang Perpustakaan - Ruang BP/BK

- Ruang Kepala Sekolah - Ruang Guru

- Ruang TU - Ruang Osis

- Kamar Mandi/Wc guru - Kamar Mandi/Wc siswa - Gudang

- Rumah Penjaga Sekolah

3 1 1 1 1 1 2 4 1 1 154 10 36 10 56 21 56 56 5 45 1 1 20 15


(24)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa prasarana yang ada di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung tersebut masih ada sebagian prasarana yang mengalami kerusakan berat, sehingga menghambat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini, dapat memberikan gambaran jelas bagi peserta didik tentang baik buruknya pelayanan pendidikan yang ada di dalamnya. Fasilitas belajar yang memadai akan memberikan gambaran pada masyarakat tentang pelayanan pendidikan yang tertib dan teratur. Sebaliknya fasilitas belajar yang tidak terawat, rusak dan yang tidak lengkap akan memberikan kesan bahwa mutu pendidikan yang ada di dalamnya tidak baik.

Di samping itu pembinaan/perawatan fasilitas belajar merupakan suatu hal yang sangat penting mengingat bahwa hampir seluruh waktu belajar siswa berlangsung di sekolah.Mereka hanya dapat belajar dengan baik apabila kondisi tempat belajarnya menyenangkan. Dengan fasilitas belajar yang terawat baik, peserta didik akanmerasa senang dan mempunyai kebanggaan terhadap sekolahnya.

Perlengkapan dan peralatan sekolah juga merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi belajar dan mengajar. Guru tidak mungkin dapat mengajar dengan senang dan bersemangat dengan perlengkapan kuno dan rusak, peralatan yang kurang lengkap dsb. Oleh karena itu Pimpinan setiap sekolah harus menaruh perhatian yang serius terhadap perlengkapan serta peralatan sekolah. Para kepala sekolah harus mampu mendorong guru-guru untuk bersama-sama memperhatikan masalah ini.

Dari segi pemanfaatan fasilitas belajar permasalahan yang muncul, yaitu pihak sekolah kurang optimal dalam memelihara fasilitas belajar yang ada sehingga fasilitas belajar tersebut mengalami beberapa kerusakan dan tidak dapat berfungsi lagi. Untuk itu, fasilitas belajar yang memadai saja belum cukup, apabila fasilitas belajar tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. Dalam memanfaatkan fasilitas belajar tersebut, tentunya harus diimbangi dengan manajemen yang baik, agar pemanfaatannya dapat digunakan secara tepat guna.


(25)

Manajemen fasilitas belajar yang baik dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai serta dapat dimanfaatkan dengan baik diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan lulusan yang bermutu. Namun, masih ada permasalahan yang lain yaitu kemampuan guru dalam memanfaatkan fasilitas belajar yang masih rendah. Masalah tersebut harus bisa diatasi karena jika hal tersebut dibiarkan akan berdampak pada proses pembelajaran. Untuk itu, sekolah harus memperhatikan sejauhmana pemanfaatan fasilitas belajar dapat mempengaruhi mutu pembelajaran. Karena dengan pemanfaatan fasilitas belajar yang baik dan teratur diharapkan dapat menciptakan kondisi sekolah yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa terutama dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang berinteraksi langsung dengan siswa harus mampu mengatur dan menjaga sarana pendidikan agar dapat memberikan pengaruh secara optimal terhadap jalannya proses pembelajaran dengan proses pembelajaran yang baik nantinya akan berdampak terhadap peningkatan mutu layanan pembelajaran di sekolah tersebut.

Mengingat begitu pentingnya pengoptimalan pemanfaatan fasilitas belajar disetiap sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu layanan pembelajaran siswa di sekolah, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai keterkaitan manajemen sarana dan prasarana khususnya pemanfaatan dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran, dengan judul : “Pengaruh

Pemanfaatan Fasilitas Belajar Oleh Siswa Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMA Pasundan se-Kota Bandung”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi

Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan pada bagian sebelumnya yang menunjukkan bahwa mutu layanan pembelajaran perlu ditingkatkan menjadi lebih baik. Karena, mutu pendidikan sangat penting untuk menjamin kualitas lulusan dan kualitas pembelajaran para siswa, supaya pembelajaran


(26)

dapat tercapai secara baik. Salahsatu faktor yang dapat meningkatkan mutu layanan pembelajaran ialah fasilitas. Seperti yang diungkapkan oleh Nana, Novi dan Ahman (2006:7) bahwa :

“Terjadi proses pendidikanyang bermutu, ada beberapa faktor yang menunjang diantaranya: (1) adanya personalia yang terdiri dari administrator, guru konselor dan tata usaha yang bermutu dan profesional, (2) adanya sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas belajar, media serta sumber belajar yang memadai, baik maupun jumlahnya, (3) biaya yang mencukupi, (4) manajemen yang tepat, (5) lingkungan yang mendukung”.

Gambar 1.1

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Layanan Pembelajaran Sumber : Nana, Novi dan Ahman (2006:7)

Berdasarkan gambaran diatas, dapat disebutkan bahwa mutu layanan pembelajaran itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu meliputi kemampuan SDM, biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, lingkungan yang mendukung dan fasilitas belajar. Fasilitas belajar yang memadai dan pemanfaatan yang optimal akan memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan proses pendidikan, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu peneliti mengambil salahsatu faktor untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran ialah fasilitas belajar.

Faktor rendahnya mutu pendidikan dapat juga disebabkan oleh rendahnya mutu layanan pembelajaran karena proses pembelajaran yang kurang optimal. Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sebagaimana

Mutu Layanan Pembelajaran

Fasilitas Belajar Biaya yang

mencukupi

Lingkungan yang mendukung

Manajemen yang tepat Kemampuan


(27)

diungkapkan oleh Kasim (2009:36), ada tujuh permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yaitu :

1) Rendahnya sarana fisik 2) Rendahnya kualitas guru 3) Rendahnya kesejahteraan guru 4) Rendahnya prestasi siswa

5) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan 6) Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan 7) Mahalnya biaya pendidikan

Oleh sebab itu, untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu, maka sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian merupakan pokok yang menjadi inti dalam penelitian dan suatu usaha merupakan pokok-pokok dan batas-batas permasalahan yang dijadikan fokus dalam penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah pemanfaatan fasilitas belajar di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung?

b. Bagaimana mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung?

c. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar terhadap mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :


(28)

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas mengenai pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pemanfaatan fasilitas belajar di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung.

b. Untuk mengetahui mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif, sesuai dengan fokus penelitian yang berusaha untuk memecahkan permasalahan yang berlaku pada saat sekarang. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha untuk dapat menggambarkan secara jelas tentang masalah-masalah atau kejadian-kejadian yang sedang berlangsung pada saat sekarang.

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel-variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Penelitian kuantitatif juga memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan


(29)

tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfat dalam mengembangkan disiplin ilmu Administrasi Pendidikan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh pemanfaatan fasilitas belajaroleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada penulis khususnya pembaca umumnya mengenai pemanfaatan fasilitas belajaroleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran.

4. Bagi pihak setiap sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif dalam mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas belajaroleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran.

5. Bagi dunia pendidik dan para akademisi, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta kekayaan ilmu pengetahuan.

F. Struktur Organisasi

Pembuatan skripsi ini memiliki struktur organisasi atau sistematika penulisan yang sudah ditetapkan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 4403/UN40/DT/2011. Adapun struktur organisasi skripsi tersebut sebagai berikut :

1. BAB I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.


(30)

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Penelitian terdahulu, berisi mengenai landasan teori yang menjadi dasar penelitian, kerangka pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian.

3. BAB III Metode Penelitian, berisi mengenai lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian dan penggunaan metode, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai analisis data penelitian serta pengolahan data menggunakan cara perhitungan statistik. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai kesimpulan dari penelitian

yang dilakukan oleh penulis dan rekomendasi yang diberikan sebagai perbaikan penelitian selanjutnya.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi mengandung makna yang lebih luas menyangkut prosedur dan

cara melakukan pengujian data yang diperlakukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis. Peran metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metodologi penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian ini dilakukan.

Dalam penelitian ini metodologi penelitian berisikan mengenai bagaimana prosedurnya, jenis data yang dikumpulkan, alat yang digunakan untuk memperoleh data, teknik analisis data dan sebagainya akan dibahas lebih lanjut.Bab ini mengemukakan beberapa hal yang menyangkut dalam metodologi penelitian. Untuk bab ini membahas hal-hal sebagai berikut :

A. Lokasi, Subjek dan Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrument Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrument G. Teknik Pengumpulan Data

H. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

A. Lokasi, Subjek dan Populasi/Sempel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu tempat dimana penelitian dilaksanakan atau bisa dikatakan sebagai tempat sumber data yang akan kita cari dalam melaksanakan


(32)

penelitian. Adapun lokasi dalam penelitian ini mengacu pada Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-Kota Bandung yang terdiri dari 7 Sekolah.

2. Populasi Penelitian

Populasi yang menjadi sasaran penelitian merupakan hal yang sangat penting sebelum menentukan sampel, karena kejelasan permasalahan penelitian yang dirumuskan sangat berhubungan dengan penetapan sasaran populasi tersebut.Berdasarkan pernyataan tersebut, penentuan populasi dalam penelitian sangat diperlukan. Penenutuan populasi merupakan tahap penting dalam penelitian. Populasi dapat memberikan informasi atau data yang berguna bagi suatu penelitian. Tanpa populasi penelitian tidak mungkin dapat dilakukan.Sugiyono (2009:80) mengartikan populasi yaitu :

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Sementara, menurut pendapat Nazir (2005:96) dikutip dari buku yang ditulis Akdon dan Sahlan Hadi (2005:96) mengatakan bahwa : “Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Dan masih dalam buku yang sama, yaitu buku yang ditulis Akdon dan Sahlan Hadi, Nawawi (2005:96) menyebutkan bahwa : “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.”

Dari ketiga pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah subjek atau objek yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat memberikan informasi berkenaan dengan masalah yang diteliti oleh peneliti.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-Kota Bandung. Adapun jumlah Sekolah Menengah Atas Pasundan di kota Bandung, yaitu sebanyak 7 Sekolah Menengah Atas dengan jumlah siswa secara keseluruhan


(33)

3400 siswa. Untuk lebih jelas penulis sajikan dalam tabel 3.1 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Data Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan Se-kota Bandung

3. Sampel Penelitian

Penelitian yang ideal merupakan penelitian yang menggunakan seluruh populasi sehingga hasil penelitian akan sesuai dengan kenyataan. Namun, apabila jumlah populasi terlalu besar maka digunakan sampel. Dalam bukunya Arikunto (2006:131) mengungkapkan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel harus dapat dipertanggungjawabkan secara

SMA JUMLAH JUMLAH

1 SMA Pasundan 1 Bandung 27 1.132 A

2 SMA Pasundan 2 Bandung 22 756 B

3 SMA Pasundan 3 Bandung 11 283 D

4 SMA Pasundan 4 Bandung 5 102 E

5 SMA Pasundan 7 Bandung 9 268 D

6 SMA Pasundan 8 Bandung 21 738 B

7 SMA Pasundan 9 Bandung 6 121 E

Jumlah 101 1.098 3.400

2 2 2 52 30 39

135 105 32 1.220 1.082

260

3 3 3 81 83 104

7 7 7 236 242

33

4 4 3 128 76 79

1 2 2 39 30

256 XII

11 8 8 449 356 327

7 8 7 235 265

DATA SISWA DAN ROMBEL SEKOLAH/MADRASAH PASUNDAN DI LINGKUNGAN YPDM PASUNDAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

No Unit Sekolah JUMLAH KELAS JUMLAH SISWA TIPE


(34)

metodologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarto (2010:242) yang mengungkapkan bahwa “sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi. Selain itu, Pengertian sampel menurut Akdon dan Sahlan (2005:98) mengatakan “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Adapun pengambilan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan perhitungan rumus

Taro Yamane yang dikutip dari Akdon dan Sahlan (2005:107) sebagai berikut:

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang di tetapkan

Dari rumus di atas dapat dihitung besar jumlah sampel dalam penelitian ini, dengan jumlah populasi diketahui yaitu sebesar 3400 siswa dan ditentukan presisinya sebesar 10%, maka hasil perhitungan besar sampelnya yaitu :

Hasil dari perhitungan rumus diatas berjumlah 97.14 lalu dibulatkan menjadi minimal 98 orang yang akan dijadikan sampel untuk penelitian, sehingga dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan sebanyak 98 siswa SMA Pasundan Sekota Bandung.

4. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Proportional Random

Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil

subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah(Arikunto, 2006:133). Kemudian dilakukan tehnik SimpleRandom Sampling yaitu pengambilan sampel


(35)

secara acak sederhana, tehnik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan mengundi (lotterytechnique) atau dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo, 2010:115). Dengan menggunakan tehnik

Proportional Random Sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 98siswa

SMA Pasundan Se-kota Bandung, adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing sekolah dengan mengunakan rumus menurut Sugiyono (2009:116).

Keterangan:

ni : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

X : Jumlah populasi pada setiap strata

N :Jumlah seluruh populasi Siswa SMA Pasundan Sekota Bandung n : Sampel penelitian

Berdasarkan rumus di atas, perhitungan jumlah sampel dari masing-masing 7sekolah SMA Pasundan Kota Bandung dapat dijelaskan pada Tabel 3.2 dibawah ini :

Tabel 3.2 Perhitungan Ukuran Sampel Proposional

NO UNIT SEKOLAH JUMLAH

POPULASI (Ni) JUMLAH SAMPEL (ni)

1 SMA Pasundan 1 1132

2 SMA Pasundan 2 756

3 SMA Pasundan 3 283

4 SMA Pasundan 4 102

5 SMA Pasundan 7 268


(36)

6 SMA Pasundan 8 738

7 SMA Pasundan 9 121

TOTAL N=3400 n=98

Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 98responden siswa SMA Pasundan Sekota Bandung. Jumlah sampel masing-masing SMA Pasundan, pada SMA Pasundan 1 sebanyak 33 siswa, SMA Pasundan 2 sebanyak 22siswa, SMA Pasundan 3 sebanyak 8 siswa, SMA Pasundan 4 sebanyak 3 Siswa, SMA Pasundan 7 sebanyak 8 siswa, SMA Pasundan 8 sebanyak 21 siswa dan SMA Pasundan 9 sebanyak 3 siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan harus terlebih dahulu direncanakan, untuk itu diperlukan desain penelitian. Menurut Nasution (2009:23) “desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu”. Dengan adanya desain penelitian akan memberikan pegangan yang jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.Menurut Nasution (2009:23) mengatakan bahwa “desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.” Menurut Nasution (2009:56) bahwa proses desain penelitian yaitu :

1. Identifikasi dan Memilih masalah 2. Pemilihan kerangka konsepsual

3. Menformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis 4. Membangun penyelidikan dan percobaan


(37)

6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan 7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data

8. Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosesing data 9. Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik

10. Pelaporan hasil penelitian

Desain penelitian berguna untuk memberikan pegangan kepada peneliti dalam melakukan penelitian, menentukan batas-batas penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian serta harus mampu menggambarkan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu peneliti dalam pengumpulan dan menganalisis data. Secara garis besar tahapan atau langkah-langkah penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu prencanaan, pelaksanaa, dan tahap pelaporan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini, sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti mencoba mencari masalah yang terjadi pada suatu lembaga. Setelah mencoba mencari fenomena yang terjadi, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk merumuskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah yang akan diteliti menjadi sebuah penelitian melalui wawancara dan observasi. b. Tahap pelaksanaan

Setelah selesai pada tahap perencanaan peniliti langsung melanjutkan pada tahap pelaksaan yang diantaranya mengumpulkan data-data di lapangan yang dapat menunjang proses penelitian, mencari teori-teori yang relevan guna untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti. Serta mengolah data dengan metode-metode yang telah ditentukan.


(38)

Dan tahap yang terakhir adalah tahap pelaporan, dimana peneliti menyimpulkan hasil analisis data yang telah diolah kemudian dibuat laporan hasil penelitian menjadi sebuah skripsi.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan penelitian. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Surakhmad (2004:131) yaitu :

“Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”.

Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:99) “metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian”. Sedangkan menurut Purwanto (2010:164) “metode merupakan salah satu syarat ilmu. Usaha mencapai kebenaran ilmu dilakukan menggunakan tertentu hingga sampai kepada pemecahan masalah”.

1. Metode Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian penelitian yang tujuan utamanya adalah mengambarkan sesuatu dan biasanya karakteristik atau fungsi. Ciri lain adalah penelitian deskrpitif ini tidak membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2012:29). Sementara menurut Kuncoro (2009:12) penelitian deskriptif adalah pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian

Deskriptif menurut Consuelo dalam Hairunnisa (2009:55) metode ini adalah untuk membantu dalam hal membandingkan dan menguraikan data-data yang telah ditentukan atau diperoleh dengan menggunakan metode survey yang dilakukan dengan cara mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan


(39)

kuesioner sebagai alat pengumpulan data.Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Menurut Winarno Surakhmad (2004:139) mengungkapkan bahwa :

“Metode Deskriptif ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Pada taraf terakhir, metode deskriptif harus sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas penelitian data.Disamping penggunaan metode deskriptif, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.Penelitian kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian. Metode deskriptif kuantitatif yang disesuaikan dengan variabel petelitian yang memusatkan diri pada masalah-rnasalah aktual dan fenomena-fenomena yang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka yang memiliki makna. Dalam pelaksanaannya, metode deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisa dan menginterpretasi data, sehingga didapat suatu kesirnpulan yang didasarkan pada data yang tersedia. Adapun yang menjadi dasar digunakannya metode deskriptif dalam penelitian ini, yaitu:

a. Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual dan terjadi pada masa sekarang.

b. Diharapkan dengan metode ini dapat memberikan gambaran secara nyata tentang pemanfaatanfasilitas belajar dan mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung


(40)

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang dimungkinkan dilakukannya pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistic. Menurut Sugiyono (2012:14), mengatakan bahwa:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Pendekatan kuantitatif ini digunakan dalam rangka mengetahui seberapa besar dari variabel X yang diteliti yaitu PemanfaatanFasilitas Belajar dan mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota terhadap variabel Y yang diteliti yaitu Mutu Layanan Pembelajaran dengan cara mengukur dan menghitung apa yang menjadi indikator-indikator variabel penelitian sehingga dapat diperoleh deskripsi dan analisis regresi linear di antara variabel-variabel penelitian melalui sistem perhitungan yang menggunakan statistika.

3. Studi Kepustakaan

Untuk menunjang penelitian ini, dilakukan pula studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan keterangan atau informasi melalui suatu penelaahan terhadap berbagai literatur yang relevan.Metode ini dimaksudkan untuk menamhah keterangan-keterangan melalui penelaahan berbagai sumber tertulis dari buku-buku maupun dari berbagai karya ilmiah. Berkaitan dengan studi kepustakaan ini, Surakhmad (2004:61) mengemukakan bahwa:

“Penyelidikan bibliografis tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dalam masalahnya, yakni teori yang dipakainya, pendapat para ahli mengenai aspek-aspek itu, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan para ahli”.


(41)

Dengan demikian metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang ditunjang dengan studi kepustakaan. Melalui studi kepustakaan ini, penulis akan memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan dalam bentuk teori-teori yang dapat dijadikan landasan berpikir dalam mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah yang diteliti, sehingga didapat suatu kesimpulan dari permasalahan yang diteliti tersebut.

D. Definisi Operasional

Pada bagian ini akan dibuat definisi operasional yang dapat membantu menghindari salah pengertian sehingga dapat menimbulkan kesamaan persepsi dan landasan berfikir yang berkaitan dengan variable-variabel yang diteliti, maka variable-variabel dalam penelitian harus dijelaskan definisi yang benar dan jelas dalam bentuk definisi operasional. Menurut Purwanto (2010:157) bahwa definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diobservasi. Adapun definisi operasional yang ada dalam penelitian ini antara lain ;

1. Pengaruh (Kontribusi)

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:47) adalah sesuatu bentuk perilaku yang dapat membentuk perilaku, kepercayaan, atau tindakan seseorang, sesuatu yang menimbulkan akibat. Dalam penelitian ini ingin menentukan pengaruh dari variable X yaitu Fasilitas Belajar terhadap Variabel Y yaitu Mutu Layanan Pembelajaran.

2. Fasilitas Belajar

Berdasarkan tinjauan teori pada BAB II bahwa definisi operasional mengenai fasilitas belajar antara lain:

1. Menurut Prantiya (2008:42) berpendapat “fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Senada dengan hal tersebut, sedangkan


(42)

menurut pendapat Sam (2008:10) berpendapat “fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah.”

2. Fasilitas belajar identik dengan sarana dan prasarana pendidikan. Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, Bab VII standar sarana dan prasarana, pasal 42 di dalam

prantiya (2008:45) menegaskan bahwa : (1) setiap satuan pendidikan

wajib memiliki sarana yang meliputi prabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berelanjutan, (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang. pendidik, ruang TU, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, tempat oleh raga, tempat ibadah dan tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran berkelanjutan. Berdasarkan pengertian fasilitas belajar diatas,prantiya (2008:45) menyimpulkan bahwa fasilitas belajar merupakan penunjang belajar siswa untuk memudahkan dan melancarkan kegiatan belajar disekolah maupun dirumah, fasilitas belajar dapat berupa sumber belajar, ruang dan tempat belajar, media atau alat bantu belajar, perpustakaan dan lain-lain.

3. Mutu Layanan Pembelajaran

Berdasarkan tinjauan teori pada BAB II bahwa definisi operasional mengenai Mutu Layanan Pembelajaranmenurut Rohiat (2009:52) mendefinisikan mutu sebagai gambaran dankarakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkankemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada input/masukan, proses, output/keluaran dan dampaknya. Danim,Sn(2007:53) menguraikan sebagai berikut :


(43)

1. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti, kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana prasarana sekolah dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya masukan yang berupa perangkat lunak seperti, peraturan, struktur organisasi dan deskripsi kerja. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti, visi, misi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.

2. Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mentransformasikan multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan ini adalah disiplin, derajat kesehatan, keamanan, keakraban, saling menghormati dan kepuasan dan lain-lain dari subjek selama memberi dan menerima jasa layanan.

3. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan nonakademik pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau program pembelajaran tertentu.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:97) instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Sedangkan instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pedoman wawancara (interview)

Teknik pengumpulan data yang dengan cara melakukan Tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan yang diteliti. Dimana pertanyaan yang akan diajukan adalah tentang pengaruh kualitas produk dan distribusi fisik terhadap penjualan pada lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung


(44)

2. Pedoman daftar pertanyaan

Metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan diisi oleh para responden, dimana sampel dipilih atau ditentukan

sampling cluster. Daftar pertanyaan terdiri atas tanggapan konsumen

mengenai pengaruh kualitas produk dan distribusi fisik terhadap penjualan.

Menurut S.Nasution (2005:128), Kuesioner adalah suatu alat penelitian secara tertulis yang tujuannya untuk memperoleh informasi/keterangan tentang fakta yang diketahui oleh subjek penelitian dalam masalah yang sedang diteliti, sebagaimana yang dikemukakan oleh S.Nasution tersebut bahwa, “angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden. Jenis angket yang disebarkan berupa angket berstruktur yang sering pula disebut angket tertutup, dimana setiap pernyataan disertai dengan alternatif jawaban hal ini sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto (2006:141), bahwa “kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehungga responden tinggal memilih”. Untuk itu responden hanya melakukan pilihan terhadap jawaban yang sesuai dengan pengalamannya dan cukup memberikan tanda checklist pada alternatif jawaban yang disediakan.

Angket atau kuesioner inilah yang dijadikan peneliti sebagai alat pengumpul data untuk mencari data mengenai pengaruh pemanfaatanfasilitas belajar terhadap mutu layanan pembelajaran di lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandung.Penggunaan kuesioner tertutup dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan diantaranya:

1. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif. 2. Responden akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.


(45)

4. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan untuk mengolahnya.

Langkah awal dari penyusunan kuesioner yaitu menentukan dan menetapkan variable X dan variable Y. setelah ditetapkan variabelnya, tahap selanjutnya yaitu memberikan definisi operasional dari setiap variabelnya dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Setelah itu, indicator tersebut dipaparkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan dengan menyusun kisi-kisi kuesioner. Kemudian menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban yaitu menggunakan skala likert. Untuk memudahkan penyusunan kuesioner penelitian, berikut kisi-kisi kuesioner penelitian :

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

NO VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR

1 VARIABEL X

(FASILITAS BELAJAR)

Ruang Belajar Pemanfaatan ruang kelas yang layak sebagai tempat belajar yang nyaman Pemanfaatan ruang laboratorium komputer untuk membantu peserta didik dalam proses belajar

Pemanfaatan ruang kelas untuk belajar kelompok

Pemanfaatan ketersediaan peralatan mengajar yang lengkap di ruang kelas untuk menunjang proses belajar mengajar Sumber

Belajar

Pemanfaatan buku paket dari pihak sekolah untuk dipinjamkan kepada siswa sebagai penunjang proses belajar

mengajar.

Pemanfaatan LKS dalam proses belajar mengajar siswa

Pemanfaatan modul pelajaran yang diberikan guru pada siswa dalam proses belajarmengajar

Media/Alat Bantu Belajar

Pemanfaatan alat peraga/praktik oleh pengajar pada saat proses belajar mengajar


(46)

NO VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR

Pemanfaatan media audio-visual oleh pengajar pada saat proses belajar mengajar (Gambar, Tape Recorder,Video,

Grafik,dll)

Pemanfaatan media objek yang sebenarnya pada saat proses belajar mengajar

Perpustakaan Penggunaan jumlah lampu dalam kelas sudah sesuai dan berfungsi dengan baik untuk menunjang proses belejar mengajar Pemanfaatan buku-buku perpustakaan untuk mencari bahan tugas sekolah. Pemanfaatan peminjaman buku

perpustakaan oleh siswa sebagai penunjang belajar.

Pemanfaatan ruang perpustakaan untuk tempat diskusi kelompok belajar

2 VARIABEL Y

(MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN)

Tangibles (bukti langsung)

Kebersihan dan kenyamanan ruang kelas Kesejukan dan kenyamanan laboratorium komputer

Penampilan Pegawai yang rapih dan professional

Reliability (keandalan)

Pemberian soal ujian sesuai dengan materi yang telah diajarkan

Memberikan jawaban yang mudah

dimengerti terhadap pertanyaan dari siswa Responsivenes

(ketanggapan)

Ketepatan waktu dalam memulai proses belajar mengajar

Kecepatan dalam menyelesaikan keluhan para siswa

Courtesy (kesopan santunan)

Kesopanan dan keramahan pegawai dalam melayani siswa

Perilaku guru yang baik dan ramah terhadap siswa

Emphaty (empati)

Perhatian yang tulus dalam mendidik siswa Kepedulian terhadap siswa yang sedang bermasalah

Competence (kompeten)

Kemampuan dalam menjelaskan materi pelajaran


(47)

NO VARIABEL INDIKATOR SUB INDIKATOR

Credibility (kredibel)

Materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku

Perumusan soal-soal ujian sekolah bersifat rahasia

Security (keamanan)

Siswa sekolah tidak pernah melakukan tawuran

Lingkungan sekolah tidak pernah terjadi pencurian

Lokasi sekolah nyaman untuk proses belajar mengajar

Lingkungan sekolah dijaga oleh penjaga sekolah

Communication (komunikasi),

Menerima masukan dan saran dari siswa Mengkomunikasikan hal-hal dalam pembelajaran

Access (akses). Memiliki lokasi tempat yang mudah dijangkau

Guru mudah ditemui diluar jam sekolah Rincian kisi-kisi dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Instrument penelitian ini digunakan untuk pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala. Hal tersebut diungkapkan oleh Sugiyono (2012:33) bahwa :

“Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang-pendeknya interval yang ada dalam alat ikur. Sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert yaitu skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian gejala social (Ridwan,2009:87).


(48)

Dalam proses pengembangan instrument/alat dalam penelitian ini dengan menggunakan angket, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data yang dilakukan:

1. Menyusun Alat Pengumpul Data (Angket)

Setelah menentukan alat pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah menyusun alat pengumpulan data agar valid dan reliabel. Untuk itu prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu variabel X (Fasilitas Belajar) dan variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran).

b. Menentukan indikator dari masing-masing variabel tersebut dan mengidentifikasikan sub indikatornya, yaitu dimana variabel X (Fasilitas Belajar) dan variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran) dengan beberapa indikator seperti yang telah disebutkan dalam bagian sebelumnya.

c. Menyusun kisi-kisi angket.

d. Menyusun pernyataan dari masing-masing variabel disertai dengan alternatif jawabannya.

e. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban.

Tabel 3. 4

Alternatif Jawaban dan Bobot Nilai Variabel Penelitian

Alternatif Jawaban

Bobot Nilai Variabel X

(Pemanfaatan Fasilitas Belajar)

Variabel Y (Mutu Layanan

Pembelajaran)

Selalu (SL) Selalu (SL) 5

Sering (SR) Sering (SR) 4

Kadang-Kadang (KD) Kadang-Kadang (KD) 3

Jarang (JR) Jarang (JR) 2


(49)

2. Uji Coba Angket

Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, angket yang akan digunakan terlebih dahulu diuji cobakan kepada responden yang sama atau responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya. Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang mungkin ada dalam item angket berkaitan dengan maksud pernyataan, alternatif jawaban maupun jawaban.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba angket pada 7 Sekolah pada lingkungan SMA Pasundan se-Kota Bandungyang dipilih secara acak.Setelah angket diuji cobakan selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Dengan diketahui validitas dan reliabilitas alat pengumpul data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

a. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas ditujukan untuk mengukur kualitas dari alat ukur.Suatu tes alat ukur perlu diketahui sejauh mana ketepatan dan kecermatannya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui instrumen penelitian dalam mengukur apa yang diukur, sehingga instrumen alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi bila dapat menjalankan fungsi ukuranya.Menurut Sugiyono (2009:348) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Validitas menunjukkan keakuratan dan kemampuan instrumen penelitian mengukur dengan tepat atau benar apa yang hendak diukur.Jadi, dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai


(50)

pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Analisis ini digunakan dengan tujuan mengetahui apakah data yang akan diolah mempunyai tingkat keabsahan (valid) dan dapat dipercaya (reliabel). Menurut Sugiyono (2012:126) Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para ahli menetapkan patokan besaran nilai koefisien korealasi item total dikoreksi minimal sama atau lebih besar dari 0,30 dinyatakan valid

1) Dalam pengujian validitas instrumen ini, penulis menguji validitasnya per item dengan menggunakan rumus Product Moment. Menurut Sandjojo (2011:173), pengujian validitas data dengan menggunakan korelasi pearson

product moment dengan rumus :

Keterangan :

r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koreponden

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item ∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y= Jumlah skor dalam distribusi Y ∑X²= Jumlah kuadrat masing-masing X ∑Y²= Jumlah kuadrat masing-masing Y

2) Hasil perhitungan uji validitas setiap item untuk setiap variabel penelitian terlampir dalam daftar lampiran. Sedangkan disini hanya disajikan rekapitulasi hasil uji validitas dari Variabel X (Pemanfaatan Fasilitas Belajar) dan Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran) yaitu sebagai berikut:

 

 

 

   2 2 2 2 . . . . . Y Y n X X n Y X XY n r


(51)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel X (Pemanfaatan Fasilitas Pembelajaran) No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

P1 0,83 0,300 Valid

P2 0,82 0,300 Valid

P3 0,58 0,300 Valid

P4 0,58 0,300 Valid

P5 0,80 0,300 Valid

P6 0,36 0,300 Valid

P7 0,47 0,300 Valid

P8 0,86 0,300 Valid

P9 0,65 0,300 Valid

P10 0,71 0,300 Valid

P11 0,77 0,300 Valid

P12 0,86 0,300 Valid

P13 0,87 0,300 Valid

P14 0,62 0,300 Valid

Tabel 3. 6

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran)

No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

P15 0,84 0,300 Valid

P16 0,82 0,300 Valid

P17 0,84 0,300 Valid

P18 0,87 0,300 Valid

P19 0,59 0,300 Valid

P20 0,81 0,300 Valid

P21 0,63 0,300 Valid

P22 0,64 0,300 Valid


(52)

No Item r hitung Batas Kritis Kesimpulan

P24 0,81 0,300 Valid

P25 0,74 0,300 Valid

P26 0,86 0,300 Valid

P27 0,77 0,300 Valid

P28 0,58 0,300 Valid

P29 0,38 0,300 Valid

P30 0,78 0,300 Valid

P31 0,67 0,300 Valid

P32 0,46 0,300 Valid

P33 0,85 0,300 Valid

P34 0,52 0,300 Valid

P35 0,73 0,300 Valid

P36 0,87 0,300 Valid

P37 0,61 0,300 Valid

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama (konstan).Menurut (Bachrudin,2008:88), suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,7.

Untuk menguji tingkat reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Alpha yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Rumus yang digunakan sebagaimana dikemukakan Akdon & Hadi (2005:161) sebagai berikut :





k

S

i

r

11

.

1

Dimana:

r 11 = Nilai reliabilitas


(53)

Dalam implementasinya penulis melakukan uji reliabilitas instrumen metode Alpha menggunakan bantuan program microsoft office excel 2007. perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai reliabilitas yang didapatkan dari hasil perhitungan uji reliabilitas (r₁₁), kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment, dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 98 – 1 = 97, dan dengan signifikansi sebesar 5%. Sehingga dapat diperoleh nilai rtabel=

0.1975. Adapun keputusan untuk membandingkan r11 dengan rtabeladalah sebagai

berikut:

a. Jika r11> rtabel berarti Reliabel; dan

b. Jika r11< rtabelberarti Tidak Reliabel.

Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010 untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

a. Hasil uji reliabilitas variabel X (Pemanfaatan Fasilitas Belajar)

[ ] [ ]

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] ,92

Dari hasil perhitungan uji validitas tersebut diperoleh bahwa rhitung = 0,92, dan

rtabel = 0,1975. Sehingga dapat dikatakan bahwa r11> rtabel, maka seluruh item

instrumen variabel X (manajeman sarana dan prasarana) yang berjumlah 14 dapat dinyatakan Reliabel.


(54)

b. Hasil uji reliabilitas variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran)

[ ] [ ]

[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]

Dari hasil perhitungan uji validitas tersebut diperoleh bahwa rhitung = 0,96 dan

rtabel = 0,1975. Sehingga dapat dikatakan bahwa r11> rtabel, maka seluruh item

instrumen variabel Y (mutu layanan pembelajaran) yang berjumlah 23 dapat dinyatakan Reliabel.

3. Rekaptulasi Kuesioner Penelitian Yang Disebar

Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas ternyata semua item baik pada variabel pemanfaatan fasilitas belajar dan variabel mutu layanan pembelajaran adalah valid dan reliabel, setelah memenuhi valid dan reliable pada kuesioner tersebut kemudian dilakukanpengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner kembali. Berikut rekapitulasi kuesioner yang sudah disebar adalah:

Tabel 3.7 Hasil Seleksi Data

SUMBER DATA INSTRUMEN

JUMLAH

TERSEBAR TERKUMPUL DAPAT

DIOLAH

SMA PASUNDAN 1 VARIABEL X 33 33 33

VARIABEL Y 33 33 33

SMA PASUNDAN 2 VARIABEL X 22 22 22

VARIABEL Y 22 22 22

SMA PASUNDAN 3 VARIABEL X 8 8 8

VARIABEL Y 8 8 8


(1)

Dina Juliana, 2015

Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan maka penulis mencoba memberikan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu

1. Guru dapat mengoptimalkan penggunaan media objek yang sebenarnya pada saat proses belajar mengajar terutama saat mata pelajaran praktek seperti fisika, kimia, biologi, gografi, dan lain-lain, sehingga siswa/siswi dapat memahami lebih jelas dan mengaplikasikan mengenai materi pelajaran yang diajarkan pada proses belajar mengajar. Selain itu, perlu juga dukungan dari pihak sekolah untuk dapat melengkapi media/alat bantu belajar yang mendukung secara langsung dalam proses belajar mengajar, baik media/alat bantu belajar yang belum tersedia secara lengkap maupun yang kondisinya sudah tidak layak, sehingga diharapkan kelemahan tersebut dapat diminimalisir.

2. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa/siswi untuk bertanya saat jam pelajaran seperti menerapkan metode kelompok belajar untuk mendiskusikan materi pelajaran yang tidak dimengerti sehingga terjadi komunikasi dua arah antar siswa serta guru saat jam pelajaran serta memberikan kesempatan kepada siswa/siswi untuk saling bertanya dan bertukar pikiran mengenai materi pelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, pihak sekolah perlu membentuk pusat konsultasi pembelajaran yang ditujukan sebagai tempat rujukan siswa/siswi untuk bertanya diluar jam sekolah mengenai mata pelajaran ataupun sebagai tempat bimbingan bagi siswa/siswi yang mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu, sehingga diharapkan kelemahan dalam mutu layanan pembelajaran tersebut


(2)

108

Dina Juliana, 2015

Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dapat diminimalisir.

3. Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, bagi penelitian selanjutnya hendaknya dapat meneliti, mengkaji dan memperdalam kembali mengenai pemanfaatan fasilitas belajar dan mutu layanan pembelajaran, ditinjau dari sudut pandang biaya, lingkungan dan SDM, atau dengan menambahkan variabel lain dalam penelitian selanjutnya yang secara teori memiliki berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran seperti kinerja guru, pemerataan kebutuhan guru dan lain-lain.


(3)

Dina Juliana, 2015

Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan Hadi. 2005. Aplikasi dan Metode Penelitian Untuk

Administrasi Dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bafadal, Ibrahim. 2004. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung: Bumi Aksara Bachrudin, Ahmad.2008. Analisis Data Untuk Penelitian Survei dalam

Menggunakan LISREL, Edisi Pertama. Bandung: Jurusan Statistika Fakultas MIPA Unpad.

Burhanuddin Toladan Furqon. 2008. Pengembangan Model Penilaian Sekolah Efektif.

Dadang Suhardan. 2006. Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu Pembelajaran. Bandung

Danim. 2007.Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajarn. Jakarta: Penerbit Rineka. Cipta

Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ellitan dan Anatan. 2007. Manajemen Operasi Dalam Era Baru Manufaktur. Alfabeta : Bandung.

Fauziah, Nia. 2010. Penerapan Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMPN 227. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Gie. The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Jakarta:Erlangga

Hairunnisa, Fitriani. 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Askes Sosial Terhadap Pelayanan Administrasi Kepesertaan di PT. Askes Cabang Jakarta Timur. Jakatta: Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.


(4)

110

Dina Juliana, 2015

Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Kasim. 2009. Mutu Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002

Kherid, Z.Y.A. 2009. Sumber Belajar Dari Berbagai Sumber. Lampung:Unila. Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi Bagaimana Meneliti

dan Menulis Tesis Edisi 3. Erlangga, Jakarta.

Kurniasih, Nia. 2011. Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Se-Kecamatan Singaparna. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Kuswandi, Wawan. 2004. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset

Laporan Inventarisasi Barang Tahunan SMA Pasundan Se-Kota Bandung.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia. Indonesia Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nanang Fattah, 2003, Konsep Managemen Berbasis Sekolah (MBS) dan

Dewan Sekolah, Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Narwoto, narwoto. 2013.Pengaruh Kinerja Mengajar Guru, Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Belajar, dan Motivasi Berprestasi Siswa terhadap Prestasi Belajar Teori Kejuruan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK se-Kota Yogyakarta. S2 thesis, UNY.

Nasution, S. 2005. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

P.T Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan


(5)

Dina Juliana, 2015

Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Menteri pendidikan Nasional No.40 Tahun 2008 Tentang Standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan

Purwanto. 2010. Instrumen Penelitian sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Pratinya. 2008. Kontribusi Fasilitas Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Siswa SMA Negeri 1 Karangnongko Kabupaten Klaten. Surakarta. S2 Muhamadiyah Surakarta.

Profil Sekolah SMA Pasundan Se-Kota Bandung.

Reny. 2009.Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa. Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan NHPT. Lampung: UNLA

Riduwan dan Sunarto. 2010. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ridwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Rafika Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja. Grafindo Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press Slameto. 2003 Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugih Yanti Ningrum. 2012. Pengaruh Pemerataan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang-Banten. Bandung: UPI.

Suhaylide ,Irna Siskatrin. 2010. Pengaruh Manajemen Fasilitas Belajar Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar SSN Se-Kota Bandung. Bandung: Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Supangat, Andi. 2006. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung : Penerbit. Pustaka.


(6)

112

Dina Juliana, 2015

Pengaruh pemanfaatan fasilitas belajar oleh siswa terhadap mutu layanan pembelajaran di SMA Pasundan se-kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukmadinata Syaodih Nana, Ayi Novi Jami’at dan Ahman, 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung: Refika Aditama.

Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wasito, Hermawan. 1995. Pengantar Metodologi Penelitian; Buku Panduan

Mahasiswa. Jakarta: Gramedia

Yamin, Martinis. 2009. Manejemen Pembelajaran Kelas. Jakarta, Gunung Persada (GP Press).