PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG GARUT.

(1)

PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP

KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA

BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG

(Survey pada Wisnus yang Berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi

Cangkuang Kabupaten Garut)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi

Manajemen Pemasaran Pariwisata

Oleh

Gentry Elitte Nurfitri 1002170

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Situ & Candi Cangkuang Kabupaten Garut)

Oleh

Gentry Elitte Nurfitri 1002170

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Gentry Elitte Nurfitri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP

KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA

BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG

(Survey pada Wisnus yang Berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi

Cangkuang Kabupaten Garut)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing 1

Heri Puspito Diyah Setiyorini, MM NIP. 19761031 200812 2 001

Pembimbing 2

Rosita S. S., MA NIP. 19781019 200604 2 001 Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata

Yeni Yuniawati, S.Pd., MM NIP. 19810608 200604 1 001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

Gentry Elitte Nurfitri NIM. 1002170


(4)

ABSTRAK

Gentry Elitte Nurfitri, 1002170. PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG GARUT (Survey pada Wisnus yang Berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang). Di bawah bimbingan HP. Diyah Setiyorini, MM and Rosita S.S, MA

Pariwisata adalah salah satu sektor potensial yang dapat digunakan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Terdapat banyak jenis pariwisata di Indonesia. Salah satu jenis pariwisata di Indonesia adalah wisata budaya. Wisata budaya memiliki berbagai atraksi wisata budaya yang dapat dinikmati oleh wisatawan, terutama wisatawan yang memiliki ketertarikan akan suatu budaya. Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang merupakan salah satu kawasan wisata budaya yang terdapat di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang dikunjungi baik oleh wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Penelitian ini berfokus pada komponen wisata budaya yang terdiri dari komponen wisata budaya tangible dan intangible. Berdasarkan perolehan data, diketahui bahwa kunjungan wisnus ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang mengalami fluktuasi, bahkan pada Tahun 2012 terjadi penurunan kunjungan wisnus yang sangat drastis. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kunjungan wisnus tersebut dikarenakan rendahnya kepuasan wisatawan di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Dalam penelitian ini, sampel penelitian berjumlah 100 responden wisnus yang diperoleh melalui metode pengambilan sampel yaitu systematic random sampling. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif verifikatif dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen wisata budaya berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengunjung, baik secara simultan maupun secara parsial. Oleh karena itu, hal ini dapat direkomendasikan kepada pihak pengelola untuk meningkatkan kunjungan wisnus dengan cara meningkatkan kepuasan pengunjung melalui pengelolaan komponen wisata budaya (X) yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang, baik komponen wisata budaya tangible (X1) maupun komponen wisata budaya intangible (X2).

Kata Kunci: Komponen Wisata Budaya, Kepuasan Pengunjung, Situ dan Candi Cangkuang Garut


(5)

ABSTRACT

Gentry Elitte Nurfitri, 1002170. THE INFLUENCE OF CULTURAL

TOURISM COMPONENTS TOWARDS TOURIST SATISFACTION AT THE LAKE AND TEMPLE OF CANGKUANG, GARUT (Survey to domestic tourists who visit to The Lake and Temple of Cangkuang). Supervised by HP. Diyah Setiyorini, MM and Rosita S.S, MA

Tourism is one of the potential sector that can be used to improve the economy of Indonesia. There are many types of tourism in Indonesia. One of the tourism type in Indonesia is cultural tourism. Cultural tourism has various cultural tourist attraction which can be enjoyed by tourists, especially tourist who have interest in culture. The Lake and Temple of Cangkuang is cultural tourism area located in Garut, West Java Province. The Lake and Temple of Cangkuang was visited both by domestic tourists and foreign tourists. This research focus on the components of cultural tourism which consist of tangible and intangible cultural tourism. Based on the data collected, it was known that domestic tourists visits to The Lake and Temple of Cangkuang was fluctuated, even in 2012 domestic tourists visit was decreased drastically. One of the reason was because tourist satisfaction at The Lake and Temple of Cangkuang was low. In this research, the sample of 100 respondents domestic tourist obtained through systematic random sampling. This type of research was descriptive verification and data analysis technique used by multiple linear regression analysis. The results showed that the components of cultural tourism effect on visitor satisfaction was significant, either simultaneously or partially. Therefore it could be recommended to the management to increase domestic tourits by increasing visitor satisfaction through the management of cultural tourism component (X) both tangible cultural tourism component (X1) as well as the intangible cultural tourism component (X2).

Keyword: Cultural Tourism Component, Tourist Satisfaction, Lake and Temple of Cangkuang Garut


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pariwisata adalah industri yang saat ini menjadi perhatian beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal itu karena industri pariwisata dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Terlihat pada pernyataan yang disampaikan oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar pada saat mengikuti salah satu pameran pariwisata terbesar di dunia (Internationale Torismus Börse di Berlin, Jerman), bahwa pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 9,39 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Angka tersebut, diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen. Selain itu sektor pariwisata juga menempati urutan keempat sebagai penyumbang devisa negara tahun 2013 (Sumber: www.tempo.co, diakses pada tanggal 26 Maret 2014).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam daya tarik wisata (DTW) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Beragam DTW terdiri dari wisata alam, wisata buatan, wisata budaya dan wisata sejarah. Adapun wisata budaya yang saat ini sedang menjadi tren dalam industri pariwisata, akan sangat menguntungkan Indonesia. Disebutkannya tren wisata saat ini adalah wisata budaya karena seperti dilaporkan dalam Economic Creative Report 2013: Widening Local Development Pathway yang diterbitkan oleh UNESCO dan UNDP, bahwa dalam tataran global saat ini sedang berlangsung tren di mana warisan budaya kini menjadi aset yang semakin berharga dan makin menyatu dengan pariwisata. (Sumber: www.tempo.co, diakses pada tanggal 3 April 2014).

Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat peluang bagi Indonesia untuk memajukan industri pariwisatanya melalui daya tarik wisata budaya yang dimiliki. Adanya daya tarik wisata budaya tersebut, diharapkan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus).

Adapun perkembangan wisman dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.


(7)

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA TAHUN 2009-2013

Tahun

Wisman

Jumlah Pertumbuhan

(%)

2009 6.323.730 1,43

2010 7.002.944 10,74

2011 7.649.731 9,24

2012 8.044.462 5,16

2013 8.802.129 9,42

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf

Berdasarkan Tabel 1.1 jumlah wisman dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan. Berbeda dengan jumlahnya, persentase pertumbuhan wisman dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 10,74%, sedangkan pada dua tahun selanjutnya terjadi penurunan menjadi 9,24% dan 5,16%. Adapun pada tahun 2013, pertumbuhan kembali mengalami peningkatan, yaitu sebesar 9,42%.

Selain wisman terdapat juga wisnus yang memiliki peran penting dalam pergerakan pariwisata di Indonesia. Adapun perkembangan wisnus dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 seperti pada tabel 1.2 berikut.

TABEL 1.2

PERKEMBANGAN WISATAWAN NUSANTARA TAHUN 2009-2013

Tahun Perjalanan (ribuan)

Rata-rata Perjalanan

(kali)

Pengeluaran Per Perjalanan

(ribu Rp)

Total Pengeluaran

(triliun Rp)

2009 229,731 1.92 600.30 137.91

2010 234,377 1.92 641.76 150.41

2011 236,752 1.94 679.58 160.89

2012 245,290 1.98 704.68 172.85

2013 250,036 1.92 711.26 177.84

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

Berdasarkan Tabel 1.2 jumlah wisnus dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah wisnus di


(8)

Indonesia, memberikan motivasi tersendiri kepada pemerintah ataupun pengelola DTW untuk lebih mengembangkan DTW-nya.

Keberagaman DTW di Indonesia terdapat di beberapa provinsi yang tersebar di setiap pulaunya. Salah satu provinsi yang terkenal dan memiliki keberagaman DTW adalah Provinsi Jawa Barat. DTW yang dimiliki Jawa Barat terdiri dari wisata alam, wisata budaya, atraksi wisata seni, wisata rekreasi, wisata sejarah, wisata minat khusus dan wisata lainnya. (Sumber: http://disparbud.jabarprov.go.id, diakses pada 03 April 2014).

Adapun data wisman yang berkunjung ke Jawa Barat pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

TABEL 1.3

DATA WISATAWAN MANCANEGARA KE JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Tahun Wisatawan

Mancanegara

Rata-Rata Kunjungan

2008 68.978 5.748

2009 81.651 6.804

2010 92.479 7.707

2011 117.550 9.796

2012 148.445 12.370

2013*) 57.048 14.262

Catatan :*) Jumlah Januari-April

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa jumlah kunjungan wisman ke Jawa Barat terus meningkat. Adapun peningkatan jumlah kunjungan terjadi cukup tinggi dari tahun 2011 menuju tahun 2012, yaitu dari 117.500 wisman menjadi 148.445 wisman. Sedangkan data pada tahun 2013, belum dapat terlihat apakah terjadi kenaikan kembali atau tidak. Hal itu dikarenakan data yang diperoleh penulis hanya sampai pada bulan April.

Seperti halnya yang telah disampaikan sebelumnya bahwa tren wisata global saat ini yaitu mengedepankan mengenai wisata budaya dan sejarah, maka Jawa Barat perlu lebih memperhatikan mengenai daya tarik wisata budaya yang dimilikinya.


(9)

Adapun penyebaran daya tarik wisata budaya di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut:

Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/ GAMBAR 1.1

WISATA BUDAYA DI JAWA BARAT

Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa di setiap kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Barat memiliki daya tarik wisata budaya. Adapun daya tarik wisata budaya yang dimiliki Jawa Barat antara lain: upacara adat, peninggalan sejarah, situs purbakala, kampung adat, permainan tradisional, rumah adat, keraton dan makanan tradisional. Dari berbagai macam DTW yang dimiliki Provinsi Jawa Barat, terdapat satu DTW yang terpilih untuk mendapatkan penganugerahan Citra Pesona Wisata (Cipta Award) 2013 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. DTW tersebut adalah Kampung Sampireun. Adapun DTW lainnya yang mendapatkan Cipta Award 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut.

TABEL 1.4

DAYA TARIK WISATA TERBAIK DI INDONESIA TAHUN 2013

No. DTW Jenis DTW

1. Pura Ulun Danu Bratan di Bali Daya Tarik Wisata Alam 2. Agrowisata Hutan Mangrove Lagoi di

Riau

Daya Tarik Wisata Alam

Propinsi Kabupaten


(10)

No. DTW Jenis DTW 3. Pulau Kakaban di Kalimantan Timur Daya Tarik Wisata Alam 4. Benteng Vredeburg di Yogyakarta Daya Tarik Wisata

Budaya 5. The Blanco Renaissance Museum di

Bali

Daya Tarik Wisata Budaya

6. Desa Wisata Panglipuran di Bali Daya Tarik Wisata Budaya

7. Owabong di Jawa Tengah Daya Tarik Wisata Buatan

8. Kampung Sampireun di Jawa Barat Daya Tarik Wisata Buatan

9. Jatim Park 1, Jawa Timur Daya Tarik Wisata Buatan

Sumber: http://www.indonesia.travel/

Berdasarkan Tabel 1.4 terlihat bahwa Bali memiliki tiga dari sembilan daya tarik wisata yang mendapatkan Cipta Award 2013, dua diantaranya termasuk ke dalam jenis daya tarik wisata budaya dan yang satunya termasuk ke dalam jenis daya tarik wisata alam. Adapun satu jenis wisata budaya lainnya diperoleh Benteng Vredeburg di Yogyakarta. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat, yaitu Kampung Sampireun yang termasuk ke dalam jenis daya tarik wisata buatan.

Melihat kondisi seperti itu, terlihat bahwa wisata budaya di Jawa Barat belum dapat dikatakan unggul dibandingkan dengan provinsi lainnya. Hal itu terbukti dengan terpilihnya satu daya tarik wisata yang mendapatkan award, tetapi bukan termasuk ke dalam daya tarik wisata budaya.

Tidak terpilihnya daya tarik wisata budaya di Jawa Barat ke dalam Daya Tarik Wisata Terbaik 2013 tentu sangat disayangkan karena pada kenyataannya Provinsi Jawa Barat memiliki beragam daya tarik wisata budaya yang tersebar di beberapa kota dan kabupatennya. Salah satu kabupaten yang dikenal memiliki beragam daya tarik wisata budaya di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Garut.

Adapun data mengenai tingkat kunjungan wisatawan ke berbagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Garut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut.


(11)

TABEL 1.5

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2010-2013

No DTW 2010 2011 2012 2013

1. Makam

Japar Sidik

Wisman - Wisman - Wisman - Wisman -

Wisnus 26.743 Wisnus 30.348 Wisnus 34.193 Wisnus 38.135

Jumlah 26.743 Jumlah 30.348 Jumlah 34.193 Jumlah 38.135

2. Makam

Cinunuk

Wisman - Wisman - Wisman 38 Wisman 40

Wisnus 34.589 Wisnus 38.428 Wisnus 28.484 Wisnus 31.146

Jumlah 34.589 Jumlah 38.428 Jumlah 28.522 Jumlah 31.186

3. Makam

Godog

Wisman - Wisman - Wisman - Wisman -

Wisnus 44.958 Wisnus 50.860 Wisnus 46.069 Wisnus 50.807

Jumlah 44.958 Jumlah 50.860 Jumlah 46.069 Jumlah 50.807

4. Kampung

Dukuh

Wisman - Wisman - Wisman 94 Wisman 99

Wisnus 19.760 Wisnus 22.068 Wisnus 30.418 Wisnus 33.446

Jumlah 19.760 Jumlah 22.068 Jumlah 30.512 Jumlah 33.545

5.

Situs Kabuyutan

Ciburuy

Wisman - Wisman - Wisman - Wisman -

Wisnus 12.802 Wisnus 14.515 Wisnus 18.775 Wisnus 20.601

Jumlah 12.802 Jumlah 14.515 Jumlah 18.775 Jumlah 20.601

6.

Situ & Candi Cangkuang

Wisman 1.360 Wisman 1.574 Wisman 954 Wisman 1.004

Wisnus 132.099 Wisnus 160.216 Wisnus 94.609 Wisnus 105.769

Jumlah 133.459 Jumlah 161.790 Jumlah 95.563 Jumlah 106.773

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut

Berdasarkan Tabel 1.5 terlihat bahwa terdapat enam daya tarik wisata budaya di Kabupaten Garut, yaitu Makan Japar Sidiq, Makam Cinunuk, Makam Godog, Kampung Dukuh, Situs Kabuyutan Ciburuy dan Situ & Candi Cangkuang. Dari keenam daya tarik wisata budaya tersebut, kita dapat melihat bahwa terdapat tiga daya tarik wisata budaya yang merupakan daya tarik wisata budaya yang berkaitan dengan keagamaan, satu merupakan kampung adat yaitu Kampung Dukuh, dan dua terakhir adalah daya tarik wisata budaya yang berkaitan dengan peninggalan cagar budaya yaitu Situs Kabuyutan Ciburuy dan Situ & Candi Cangkuang.

Berdasarkan Tabel 1.5 kita juga dapat melihat bahwa kunjungan wisman hanya terlihat pada satu daya tarik wisata budaya saja, yaitu Situ & Candi Cangkuang. Selain itu, apabila dilihat dari jumlah wisnus yang berkunjung, terlihat juga bahwa Situ & Candi Cangkuang memiliki jumlah kunjungan wisnus paling banyak.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah wisnus yang berkunjung ke Situ & Candi Cangkuang atau lebih jelasnya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Adapun Adisasmita, 2007 (dalam Kartini La


(12)

Ode Unga, 2011) menjelaskan maksud dari kawasan wisata, yaitu bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi oleh orang banyak (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki objek wisata yang menarik.

Berdasarkan objek penelitian dalam penelitian ini, maka dapat dilihat perkembangan jumlah wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut.

TABEL 1.6

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA KE KAWASAN WISATA BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG TAHUN 2009-2013

TAHUN WISNUS %

2009 106.832 -

2010 132.099 23,65%

2011 160.216 21,28%

2012 94.609 -40,95%

2013 105.769 11,79%

Sumber: Disbudpar Kabupaten Garut

Berdasarkan Tabel 1.6 terlihat bahwa jumlah kunjungan wisnus ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang mengalami fluktuatif. Pada tahun 2010 terlihat kenaikan jumlah wisnus sebesar 23,65%. Kemudian pada tahun 2011 kembali terjadi peningkatan jumlah wisnus. Namun peningkatan jumlah wisnus pada tahun tersebut tidak lebih besar persentasenya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah wisnus yang sangat drastis, yaitu sebesar -40,95%. Sedangkan pada tahun 2013, terjadi kembali peningkatan jumlah wisnus sebesar 11,79%. Meskipun pada tahun tersebut terjadi peningkatan kembali, namun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah wisnus pada tahun-tahun tersebut masih dibawah rata-rata.

Kunjungan wisnus yang fluktuatif dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kepuasan. Kotler & Keller (2012, hlm. 128), menyatakan bahwa “satisfaction is a person’s feelings of pleasure or

disappointment that result from comparing a products perceived performance (or outcome) to expectations” Selanjutnya dalam Kotler dan Amstrong (2012, hlm.


(13)

13) dinyatakan bahwa kepuasan adalah “the extent to which a product’s perceived

performance matches a buyer’s expectations”.

Sedangkan Zeithaml dkk. (2013, hlm. 80) mendefinisikan bahwa

Satisfaction is the customer’s evaluation of a product or service in terms of

whether that product or service has met the customer’s needs and expectations”.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan secara umum bahwa kepuasan adalah perasaan atau evaluasi seseorang terhadap hasil atas perbandingan kinerja produk atau service dengan harapan.

Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang sendiri merupakan suatu daya tarik wisata budaya. Oleh karena itu, komponen wisata yang dimilikipun merupakan produk/atraksi wisata budaya. Atraksi pertama, yaitu Situ Cangkuang yang merupakan sebuah danau yang bersih dan memiliki pemandangan indah di sekelilingnya. Wisatawan yang datang dapat menaiki rakit terlebih dahulu sebelum mencapai pulau dimana disana terdapat candi Hindu yang bernama Candi Cangkuang.

Setelah wisatawan menaiki rakit tersebut, wisatawan akan diarahkan untuk menuju Kampung Pulo yang merupakan atraksi kedua. Kampung Pulo merupakan suatu perkampungan kecil yang memiliki budaya dan rumah adat yang khas. Salah satu hal yang menjadi kekhasannya adalah jumlah bangunannya yang tidak bertambah sejak dahulu. Bangunan tersebut adalah enam rumah dan satu masjid yang melambangkan 7 orang anak Arif Muhamad, yang terdiri dari 6 perempuan dan 1 laki-laki. Masyarakat Kampung Pulo seluruhnya merupakan keturunan dari Arif Muhamad yang merupakan penyebar Agama Islam di Desa Cangkuang.

Atraksi wisata ketiga adalah Makam Arif Muhamad, yang terletak tepat di sebelah Timur Kampung Pulo. Setelah dari Kampung Pulo, wisatawan dapat berjalan dan melewati anak tangga hingga sampai pada suatu museum yang merupakan atraksi keempat. Museum tersebut memiliki beragam koleksi peninggalan barang-barang bersejarah seperti beragam naskah kuno, yaitu naskah khutbah Jumat, kitab fikih, khutbah Idul Fitri dan Al-Qur’an yang terbuat dari


(14)

kayu saih. Selain itu terdapat pula berbagai dokumentasi saat penemuan dan pemugaran Candi Cangkuang.

Atraksi kelima yaitu Candi Cangkuang yang berada bersebelahan dengan Makam Arif Muhamad. Candi Cangkuang ditemukan pada tanggal 8 Desember 1966 dan diteliti pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1968. Candi Cangkuang mengalami dua kali pemugaran hingga bentuknya menjadi seperti saat ini. Candi Cangkuang merupakan satu-satunya candi yang beraliran Hindu yang terdapat di tataran Sunda, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Selain atraksi wisata budaya, yang menjadi produk wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang adalah handicraft. Beragam

handicraft tersebut ditawarkan oleh para pedagang dan dapat ditemui oleh wisatawan di sekitar jalan kecil saat wisatawan hendak menuju Kampung Pulo, tepatnya setelah wisatawan tiba di pulau kecil setelah menaiki rakit.

Kelima atraksi wisata dan handicraft yang ada merupakan produk wisata budaya yang berwujud atau dapat disebut tangible. Selain tangible, terdapat pula produk wisata budaya yang tidak berwujud/intangible. Adapun produk wisata

intangible yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang adalah berupa kebudayaan, seperti bahasa, kesenian, cara hidup masyarakat Kampung Pulo, dan folklore atau cerita rakyat, sejarah dan beragam mitos yang dalam hal ini diceritakan oleh seorang Juru Pelihara atau Jupel.

Baik produk wisata budaya yang berwujud ataupun tidak berwujud, keduanya memiliki peran penting dalam menarik wisatawan untuk berkunjung, terutama produk wisata mengenai kebudayaan. Budaya yang dimiliki oleh Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang cukup berbeda dengan yang dimiliki oleh daya tarik wisata budaya lain. Salah satu budaya yang masih di pegang erat adalah bagaimana jumlah pengaturan keluarga yang tinggal di rumah adat Kampung Pulo. Setiap rumah hanya diperbolehkan memiliki satu kepala keluarga (satu keluarga). Oleh karena itu, apabila terdapat salah satu anak menikah, kemudian berkeluarga, maka anak tersebut bersama pasangannya diharuskan meninggalkan rumah adat Kampung Pulo. Adapun setelah orang tua


(15)

yang tinggal di rumah adat meninggal, maka anak yang sudah menikah tersebut diwajibkan untuk kembali tinggal di rumah adat Kampung Pulo.

Mata pencaharian mayarakat Kampung Pulo sendiri pada mulanya adalah bertani. Tetapi seiring berjalannya waktu, maka terdapat sebagian masyarakat yang bekerja di kota, baik itu sebagai pegawai ataupun yang lainnya. Adapun bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kampung Pulo adalah Bahasa Sunda. Selain cara hidup dan bahasa, terdapat pula kesenian di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Adapun kesenian yang dimiliki itu masih dalam pengembangan. Pengelola bersama pihak yang terkait, berencana untuk menampilkan kesenian di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang untuk menarik pengunjung, serta untuk memberikan kepuasan bagi para pengunjung yang telah datang.

Bagaimana kebudayaan yang terdiri dari bahasa, kesenian,cara hidup dan folklore yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang, diterangkan oleh seorang Jupel yang berada di Museum Cangkuang. Jupel tersebut menjelaskan semua hal mengenai Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang, dimulai dari sejarah Situ & Candi Cangkuang, masyarakat Kampung Pulo, Arif Muhammad, serta sampai bagaimana kehidupan masyarakat Kampung Pulo pada saat ini.

Beragam komponen wisata budaya yang dimiliki Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang itu memiliki kemenarikan dan kekhasannya sendiri. Namun, kemenarikan yang dimiliki tersebut belum tentu dapat memberikan kepuasan terhadap wisatawan. Oleh karena itu dilakukan pra penelitian guna mengetahui bagaimana kepuasan pengunjung akan Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

Pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada tanggal 23 Maret 2014. Pra penelitian dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada 30 pengunjung yang tergolong pada wisnus.

Dari hasil pra-penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti terlihat pada Gambar 1.2 berikut ini.


(16)

GAMBAR 1.2

HASIL PRA PENELITIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU DAN CANDI CANGKUANG

Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bahwa 11 responden atau 37% responden yang mengisi kuesioner pra penelitian menyatakan bahwa mereka puas akan Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Sedangkan 19 responden atau 63% responden menyatakan bahwa mereka tidak puas akan Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Adapun ketidakpuasan tersebut timbul akibat beberapa faktor. Salah satu faktor penyebab ketidakpuasan adalah akses jalan menuju kawasan. Cukup jauhnya jarak lokasi kawasan dari jalan raya dengan kondisi jalan yang sempit menjadi faktor yang cukup mempengaruhi pengunjung untuk menjadi tidak puas akan Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu pengelola Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Dipaparkan bahwa salah satu cara pengelola untuk memberikan kepuasan bagi pengunjungnya adalah dengan terus menjaga dan memelihara komponen wisata budaya yang dimiliki. Pengunjung yang rela menempuh jarak yang cukup jauh hingga sampai di lokasi kawasan, akan merasa bahwa perjalanan jauh mereka dapat terganti dengan komponen wisata budaya yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

Pengelola dengan cermat selalu memperhatikan komponen wisata budaya yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Salah satu

11

19

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Puas Tidak Puas


(17)

usaha yang dilakukan pengelola adalah dengan tetap konsisten melakukan konservasi candi setiap kurun waktu yang telah ditentukan.

Museum Cangkuang yang merupakan salah satu komponen wisata budaya yang dimiliki juga tidak lepas dari pengawasan pengelola yang setiap kurun waktu tertentu dirawat dan dijaga kebersihan lingkungannya. Tidak hanya kebersihan lingkungannya yang dipelihara, beragam koleksi yang terdapat di museum juga dipelihara keberadaannya.

Selain candi dan museum, rakit yang merupakan fasilitas wisata penunjang di kawasan juga diperhatikan kondisinya. Setiap satu tahun sekali, bambu yang digunakan untuk bahan dasar rakit, diganti dengan bambu yang baru. Hal itu dikarenakan setiap bambu memiliki batas kekuatan hingga kurun waktu tertentu. Sehingga untuk menjaga kemanan para pengunjung, bambu sebagai bahan dasar rakit yang digunakan untuk menyeberang selalu diganti setiap tahunnya.

DTW yang baik adalah DTW yang dapat memberikan kepuasan yang tinggi bagi wisatawannya. Bila hanya satu saja komponen wisata yang baik, sedangkan komponen wisata lainnya tidak, maka akan menjadi percuma. Hal itu karena kepuasan tidak hanya diperlukan dari satu komponen wisata yang ada, melainkan perpaduan antara berbagai komponen wisata yang ada. Oleh karena itu, perlu bagi pengelola untuk lebih gencar memperhatikan komponen wisata budaya yang dimiliki Kawasan Wisata Budaya Situ & Cangkuang. Adapun pengelola Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang adalah UPTD Pariwisata Leles Kabupaten Garut. Namun selain UPTD Pariwisata Leles, terdapat pula perwakilan yang bertugas terhadap pengelolaan Candi Cangkuang, yaitu perwakilan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, Banten.

Seperti halnya yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa produk wisata yang dimiliki oleh Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang merupakan produk wisata budaya. Oleh karena produk wisata budaya merupakan komponen wisata pada daya tarik wisata budaya, perlu diketahui mengenai wisata budaya itu sendiri. McKercher dan Cros (dalam Hilary, 2009, hlm. 92) mengartikan wisata budaya atau cultural tourism sebagai “A form of tourism that relies on a


(18)

destination’s cultural heritage assetes and transforms them into product that can be consumed by tourists”. Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa

wisata budaya adalah suatu bentuk pariwisata yang bergantung pada aset destinasi warisan budaya yang kemudian menjadi produk yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Adapun beragam komponen yang terdapat pada wisata budaya dapat diketahui berdasarkan pernyataan Ratanakomut (dalam Mustafa, 2011, hlm. 145) yang menyatakan bahwa:

Cultural tourism is based on the existence of some components; these are classified as tangible and intangible. The tangible part includes both immobile resources (as built heritage, sites and cultural landscapes) and movable elements (as artifacts, handicrafts, media and consumer goods), the intangible group of cultural aspects as art expressions, languages, living cultures, folklore…etc)

Berdasarkan pernyataan berikut, diketahui bahwa wisata budaya memiliki beragam komponen, yang terdiri dari tangible dan intangible. Dimana

tangible terdiri dari immobile resources dan movable elements. Sedangkan

intangible terdiri dari komponen kesenian, bahasa, kebudayaan masyarakat, cerita rakyat dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti kedua komponen tersebut, baik

tangible maupun intangible. Adapun komponen tangible yang diteliti terdiri dari

immobile resources (built heritage dan cultural landscapes) dan movable elements (artifacts dan handicrafts). Sedangkan untuk komponen intangible, penulis meneliti mengenai bahasa, kesenian, cara hidup dan folklore, dimana keempat indikator tersebut merupakan kebudayaan yang dimiliki oleh Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Adapun penentuan indikator yang digunakan tentu disesuaikan dengan keadaan objek yang diteliti, yaitu Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

Kedua komponen yang terdiri dari tangible dan intangible tersebut tentu diharapkan dapat menarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung sehingga akan ada suatu rekomendasi yang baik dari pengunjung tersebut kepada orang lain agar dapat juga berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.


(19)

Pengelolaan yang terfokus pada komponen wisata budaya yang dilakukan oleh Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang serta bagaimana komponen wisata budaya tersebut dapat memberikan kepuasan pada wisatawan menjadi latar belakang perlu diadakannya suatu penelitian tentang

PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP KEPUASAN

PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU DAN CANDI

CANGKUANG”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana komponen wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang.

2. Bagaimana kepuasan pengunjung di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang.

3. Bagaimana pengaruh komponen wisata budaya terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang. 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk memperoleh temuan mengenai komponen wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang.

2. Untuk memperoleh temuan mengenai kepuasan pengunjung di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang.

3. Untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh komponen wisata budaya terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Wisata Budaya Situ dan Candi Cangkuang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian baik kegunaan penelitian teoritis maupun kegunaan penelitian praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(20)

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian mengenai ilmu kepariwisataan di Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata, khususnya pada Manajemen Pemasaran Destinasi. Selain itu, diharapkan pula dapat menjadi salah satu pedoman bagi pengelola Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang dalam meningkatkan kepuasan pengunjung terhadap komponen wisata budaya yang dimiliki Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi pengelola Situ dan Candi Cangkuang dalam upaya pengelolaan komponen wisata budaya sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pengunjung.


(21)

BAB III

OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh komponen wisata budayaterhadap kepuasan pengunjung. Adapun yang menjadi variabel bebas atau

independent variable (X) adalah komponen wisata budaya, yang terdiri dari

tangible dan intangible. Sedangkan variabel terikat atau dependent variable (Y) yang diteliti adalah kepuasan pengunjung yang terdiri dari expectation dan

perception. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 2), “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”. Data yang didapatkan adalah data yang sesuai dengan kriteria yaitu data yang valid. Sedangkan cara ilmiah merupakan cara untuk menguji data empirik terhadap pertanyaan-pertanyaan teoritik.

3.2.1 Jenis dan Metode Penelitian yang digunakan

Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 13) menerangkan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu”.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian kuantitatif adalah melalui explanatory survey. Menurut Sugiyono (2010, hal. 54)

explanatory survey merupakan “metode penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain”

Berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, sehingga metode yang digunakan adalah cross-sectional


(22)

method, sesuai dengan penjelasan Sekaran (2010, hlm. 135) yang menyatakan

bahwa “A study can be done in which data are gathered just once, perhaps over a

period of days or weeks or months, in order to answer research question. Such studies are called one-shot or cross-sectional studies

3.2.2 Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable (X) adalah komponen wisata budaya, yang terdiri dari tangible dan intangible. Sedangkan variabel terikat atau dependent variable (Y) yang diteliti adalah kepuasan pengunjung yang terdiri dari expectation dan perception.

Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat dianalisis melalui pengukuran variabel-variabel penelitian yang dijelaskan dalam tabel operasional variabel. Adapun tabel operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

TABEL 3.1

OPERASIONAL VARIABEL VARIABEL/

SUB VARIABEL/

DIMENSI

KONSEP VARIABEL/

SUB

VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM Komponen

Wisata Budaya (X)

A discrete product category that is differentiated from other tourism activities or

attractions by consumption of destination’s tangible and intangible cultural heritage

Hall dkk. (dalam Hennesey dkk, 2008, hlm. 2).

Tangible (X1)

Menurut Rowley (dalam Alsaqre, 2011, hlm. 25) menyatakan bahwa tangible

mengacu pada sifat produk secara fisik yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar

Built Heritage

Tingkat Kemenarikan rumah adat Kampung

Pulo Interval A. 1

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Interpretasi (seperti guide,

keterangan informasi) di rumah adat Kampung Pulo

Interval A. 2

Tingkat Kebersihan lingkungan rumah adat

Kampung Pulo Interval A. 3

Tingkat Kebersihan


(23)

VARIABEL/ SUB VARIABEL/

DIMENSI

KONSEP VARIABEL/

SUB

VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM

Tingkat Keberagaman

koleksi museum Interval A. 5

Tingkat Kebersihan

lingkungan museum Interval A. 6

Tingkat Kelengkapan informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval A. 7

Tingkat Kelengkapan sumber informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti brosur dsb)

Interval A. 8

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Umum

Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti tempat parkir, toilet, musolla)

Interval A. 9

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Wisata

Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti shelter, rakit, toko makanan/souvenir)

Interval A. 10

Cultural Landscapes

Tingkat Keindahan pemandangan dan bentang alam di Situ Cangkuang

Interval A. 11

Tingkat Kesejukan alam

di Situ Cangkuang Interval A. 12

Tingkat Kebersihan di

Situ Cangkuang Interval A. 13

Tingkat Keaslian bentuk

Candi Cangkuang Interval A. 14

Tingkat Keunikan Candi

Cangkuang Interval A. 15

Tingkat Keindahan


(24)

VARIABEL/ SUB VARIABEL/ DIMENSI KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM

Artifact

Tingkat Keberagaman artifak (naskah kuno) di

museum Interval A. 17

Handicraft

Tingkat Keberagaman

Handicraft sebagai ciri

khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval A. 18

Tingkat Kemenarikan

Handicraft sebagai ciri

khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval A. 19

Tingkat Kegunaan

Handicraft sebagai ciri

khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval A. 20

Intangible (X2)

Kotler dan Bloom (dalam Alsaqre, 2011, hlm. 25)

mendefinisikan

intangible sebagai

what cannot be seen,

tasted, felt, heard, or

smelled”.

Bahasa

Tingkat Kemenarikan bahasa yang digunakan oleh masyarakat

Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 1

Kesenian

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat

Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 2

Cara Hidup

Tingkat Kemenarikan cara hidup masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 3

Floklore

Tingkat Kemenarikan

floklore masyarakat

Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang


(25)

VARIABEL/ SUB VARIABEL/ DIMENSI KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM Kepuasan

Pengunjung (Y)

Satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disappointment that result from comparing a products perceived performance (or outcome) to expectations

Kotler & Keller (2012:128)

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan

Heritage

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kemenarikan rumah adat Kampung Pulo

Interval A. 1

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kelengkapan Fasilitas Interpretasi (seperti

guide, keterangan

informasi) di rumah adat Kampung Pulo

Interval A. 2

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kebersihan lingkungan rumah adat Kampung Pulo

Interval A. 3

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kebersihan lingkungan Candi Cangkuang

Interval A. 4

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keberagaman koleksi museum

Interval A. 5

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kebersihan lingkungan museum

Interval A. 6

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kelengkapan informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang


(26)

VARIABEL/ SUB VARIABEL/ DIMENSI KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kelengkapan sumber informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti brosur dsb)

Interval A. 8

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kelengkapan Fasilitas Umum Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti tempat parkir, toilet, musolla)

Interval A. 9

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kelengkapan Fasilitas Wisata Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti shelter, rakit, toko makanan/souvenir)

Interval A. 10

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan

Cultural Landscapes

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keindahan pemandangan dan bentang alam di Situ Cangkuang

Interval A. 11

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kesejukan alam di Situ Cangkuang

Interval A. 12

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kebersihan di Situ Cangkuang


(27)

VARIABEL/ SUB VARIABEL/ DIMENSI KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan

Artefact

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keaslian bentuk Candi Cangkuang

Interval A. 14

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keunikan Candi Cangkuang

Interval A. 15

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keindahan Candi Cangkuang

Interval A. 16

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keberagaman artifak (naskah kuno) di museum

Interval A. 17

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan

Handicraft

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Keberagaman Handicraft

sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval A. 18

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kemenarikan Handicraft

sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval A. 19

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kegunaan Handicraft

sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang


(28)

VARIABEL/ SUB VARIABEL/ DIMENSI KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL/DIMENSI

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

ITEM

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan bahasa

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kemenarikan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 1

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan kesenian

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 2

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan cara

hidup

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kemenarikan cara hidup masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 3

Perbandingan antara kenyataan dan

harapan (P & E) dengan

floklore

Tingkat perbandingan antara kenyataan dan harapan mengenai Kemenarikan floklore

masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

Interval B. 4

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data merupakan segala sesuatu yang berisi informasi berupa data yang diperlukan dalam kegitan penelitian. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 137), berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:


(29)

1. Data Primer

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. (Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada responden langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara maupun penyebaran kuesioner kepada sumber data)

2. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak lagsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau hasil penelitian pihak lain).

Sementara menurut Sekaran (2010, hlm. 219), “Primary data refer to information obtained firsthand by the searcher on the variables of interest for spesific purpose of study”, menjelaskan bahwa data primer merupakan data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Selanjutnya dijelaskan mengenai data sekunder oleh Sekaran (2010, hlm. 219), “Secondary data refer to information gathered from sources already existing”, yaitu data sekunder mangacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Adapun mengenai data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder dijelaskan lebih terperinci pada Tabel 3.2 berikut.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No Jenis Data Sumber Data Kategori Data

1.

Data perkembangan wisman Tahun 2009-2013 ke Indonesia

Pusadatin Kemenparekraf Data Sekunder

2.

Data perkembangan wisnus Tahun

2008-2012

Pusadatin Kemenparekraf dan


(30)

No Jenis Data Sumber Data Kategori Data 3. Data wisman ke Jawa

Barat 2008-2013

Badan Pusat Statistika Provinsi

Jawa Barat Data Sekunder

4. Potensi wisata budaya Jawa Barat

http://regionalinvestment.bkpm

.go.id/ Data Sekunder

5.

Daya Tarik Wisata Terbaik Indonesia

Tahun 2013

http://www.indonesia.travel/ Data Sekunder

6.

Kunjungan wisatawan ke Daya Tarik Wisata Budaya di Kabupaten Garut Tahun 2010-2013

Disbudpar Kabupaten Garut Data Sekunder

7.

Kunjungan wisnus ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang Tahun

2009-2013

Kawasan Wisata Budaya Situ

& Candi Cangkuang Data Sekunder

8.

Hasil pra penelitian kepuasan pengunjung di

Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi

Cangkuang

Wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ

& Candi Cangkuang

Data Primer

9.

Tanggapan pengunjung mengenai komponen

wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi

Cangkuang

Wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ

& Candi Cangkuang

Data Primer 10 . Tanggapan pengunjung mengenai kepuasan terhadap komponen wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi

Cangkuang

Wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ

& Candi Cangkuang

Data Primer

Sumber: Pengolahan dari beberapa sumber

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel 3.2.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 80), mengartikan populasi sebagai “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan


(31)

kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Sekaran (2010, hlm. 265), “Population refers to the entire group of people, events, or things of interest that the researcer wishes to investigate”, yaitu populasi mengacu pada seluruh

kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal menarik yang peneliti ingin selidiki. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang pada tahun 2013, yaitu 105.769 pengunjung.

3.2.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari pupulasi, sesuai dengan pernyataan Sekaran (2010, hlm. 266), yaitu “A sample is a subset of the population.”Adapun menurut Sugiyono (2010, hlm. 109), menyatakan bahwa sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat meneliti keseluruhan elemen yang disebut sebagai populasi atau dapat pula meneliti sampel yang merupakan sebagian dari populasi. Hal itu ditentukan dengan kebutuhan peneliti dan besar kecilnya populasi. Bila populasi yang akan diteliti besar jumlahnya, maka akan lebih efektif apabila peneliti menggunakan sampel.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik slovin sebagaimana dikemukakan oleh Umar (2008, hlm. 59), yang mengemukakan bahwa untuk menghitung besarnya ukuran sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik slovin dengan rumus:

n = �

1+��2 Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentase kelonggaran penelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 10%)

Berdasarkan rumus Slovin, maka sampel ukuran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(32)

� = + �� = + . . , = + .. , = , � =

3.2.4.3 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 217) menyatakan bahwa “Teknik

sampling merupakan teknik sampel”. Sedangkan menurut Arikunto (2009, hlm.

116), “Teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya”

Teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu

probability sampling yang meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling dan area sampling (sampling daerah atau wilayah), serta teknik sampling non-probability

yang meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental,

purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling. (Riduwan, 2010, hlm.58)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

simple random sampling. Penggunaan teknik sampling tersebut dikarenakan populasinya bersifat homogen dan pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam anggota populasi tersebut.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 224), “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data”. Secara umum terdapat beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner serta studi literatur.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(33)

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai profil serta sejarah Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Selain itu wawancara dilakukan juga guna memperoleh data mengenai pengelolaan dan jumlah kunjungan wisnus yang berkunjung ke Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara meninjau serta melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang, terutama komponen wisata budaya yang dimilikinya.

3. Kuesioner

Sugiyono (2010, hlm. 141) mengemukakan bahwa, kuesioner merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Adapun dalam penelitian ini, kuesioner dibagikan kepada wisnus yang berkunjung. 4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang berkaitan dengan masalah variabel yang terdiri dari komponen wisata budayadan kepuasan pengunjung.

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Data dalam suatu penelitian mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai pembentuk hipotesis. Oleh karena itu, benar tidaknya data sangat menentukan mutu penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrument pengumpulan data. Instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable.

3.2.6.1 Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan dari suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang


(34)

tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang, memiliki validitas rendah (Arikunto, 2009, hlm. 145). Sedangkan Sugiyono (2010, hlm. 455) mendefinisikan validitas sebagai berikut.

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen

Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukuur apa yang seharusnya diukur serta mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauh mana item kusioner valid atau tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari korelasi setiap item pernyataan dengan skor total pernyataan untuk hasil jawaban responden yang mempunyai skala pengukuran interval. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung kevalidan dari suatu instrument dalam penelitiaan ini adalah rumus Korelasi

Product Moment, yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

� = � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ } {� ∑ − ∑ }

(Sugiyono, 2010, hlm. 255)

Keterangan :

r = Koefisien validitas item yang dicari

X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X ∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X ∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = Banyaknya responden


(35)

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikansi sebagai berikut:

1) Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika

� � dari � � atau � � ≥ � �

2) Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika

� � dari � �

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini adalah teknik korelasi biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf kesalahan tertentu, artinya adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistika t sebagai berikut:

=�√� − √ − �

(Sugiyono, 2010, hlm. 257)

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:

1) Nilai t dibandingkan dengan harga � �� dengan dk = n-2 dan taraf signifikansi α= 0,05

2) Jika �ℎ� ��≥� �� maka soal tersebut valid 3) Jika �ℎ� ���� maka soal tersebut tidak valid

Adapun perhitungan validitas item instrumen penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Product for Service Solution) 18 for windows. Berikut Tabel 3.3 adalah hasil pengujian validitas dari item pertanyaan yang diajukan peneliti kepada 30 responden penelitian.


(36)

TABEL 3.3

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN No

Item Pernyataan

rhitung rtabel Keterangan

PERCEIVED TANGIBLE (X1)

1. Tingkat Kemenarikan rumah adat Kampung

Pulo 0,535 0,361 Valid

2.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Interpretasi (seperti guide, keterangan informasi) di rumah adat Kampung Pulo

0,644 0,361 Valid

3. Tingkat Kebersihan lingkungan Rumah Adat

Kampung Pulo 0,526 0,361 Valid

4. Tingkat Kebersihan Candi Cangkuang 0,460 0,361 Valid

5. Tingkat Keberagaman koleksi museum 0,625 0,361 Valid

6. Tingkat Kebersihan museum 0,450 0,361 Valid

7.

Tingkat Kelengkapan informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,405 0,361 Valid

8.

Tingkat Kelengkapan sumber informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,381 0,361 Valid

9.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Umum Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti tempat parkir, toilet, musolla)

0,490 0,361 Valid

10.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Wisata Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti shelter, rakit, toko makanan/

souvenir)

0,675 0,361 Valid

11. Tingkat Keindahan pemandangan dan

bentang alam di Situ Cangkuang 0,537 0,361 Valid

12. Tingkat Kesejukan alam di Situ Cangkuang 0,570 0,361 Valid

13. Tingkat Kebersihan di Situ Cangkuang 0,405 0,361 Valid

14. Tingkat Keaslian bentuk Candi Cangkuang 0,433 0,361 Valid

15. Tingkat Keunikan Candi Cangkuang 0,447 0,361 Valid

16. Tingkat Keindahan Candi Cangkuang 0,250 0,361 Tidak Valid

17. Tingkat Keberagaman artifak (naskah kuno)

di museum 0,582 0,361 Valid

18.

Tingkat Keberagaman Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,573 0,361 Valid

19. Tingkat Kemenarikan Handicraft sebagai ciri


(37)

No

Item Pernyataan

rhitung rtabel Keterangan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

20.

Tingkat Kegunaan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,542 0,361 Valid

INTANGIBLE (X2)

1.

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,529 0,361 Valid

2.

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,254 0,361 Tidak Valid

3.

Tingkat Kemenarikan cara hidup masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,584 0,361 Valid

4.

Tingkat Kemenarikan floklore masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,632 0,361 Valid

KEPUASAN

TANGIBLE (X1)

1. Tingkat Kemenarikan rumah adat Kampung

Pulo 0,525 0,361 Valid

2.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Interpretasi (seperti guide, keterangan informasi) di rumah adat Kampung Pulo

0,621 0,361 Valid

3. Tingkat Kebersihan lingkungan rumah adat

Kampung Pulo 0,652 0,361 Valid

4. Tingkat Kebersihan lingkungan Candi

Cangkuang 0,515 0,361 Valid

5. Tingkat Keberagaman koleksi museum 0,485 0,361 Valid

6. Tingkat Kebersihan lingkungan museum 0,434 0,361 Valid

7.

Tingkat Kelengkapan informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,484 0,361 Valid

8.

Tingkat Kelengkapan sumber informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,342 0,361 Tidak Valid

9.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Umum Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti tempat parkir, toilet, musolla)

0,619 0,361 Valid


(38)

No

Item Pernyataan

rhitung rtabel Keterangan Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata

Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti shelter, rakit, toko makanan/

souvenir)

11. Tingkat Keindahan pemandangan dan

bentang alam di Situ Cangkuang 0,443 0,361 Valid

12. Tingkat Kesejukan alam di Situ Cangkuang 0,621 0,361 Valid

13. Tingkat Kebersihan di Situ Cangkuang 0,396 0,361 Valid

14. Tingkat Keaslian bentuk Candi Cangkuang 0,488 0,361 Valid

15. Tingkat Keunikan Candi Cangkuang 0,580 0,361 Valid

16. Tingkat Keindahan Candi Cangkuang 0,321 0,361 Tidak Valid

17. Tingkat Keberagaman artifak (naskah kuno)

di museum 0,698 0,361 Valid

18.

Tingkat Keberagaman Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,599 0,361 Valid

19.

Tingkat Kemenarikan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,435 0,361 Valid

20.

Tingkat Kegunaan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,541 0,361 Valid

INTANGIBLE (X2)

1.

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,594 0,361 Valid

2.

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,236 0,361 Tidak Valid

3.

Tingkat Kemenarikan cara hidup masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,673 0,361 Valid

4.

Tingkat Kemenarikan floklore masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,710 0,361 Valid

Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 3.3, terlihat bahwa pengukuran validitas pada 24 item pertanyaan untuk variabel wisata budaya dilihat dari kepuasan terdapat tiga item yang tidak valid yaitu dengan rhitung 0,342, 0,321, 0,236. Sedangkan untuk variabel wisata budaya apabila dilihat dari


(39)

yang dirasakan terdapat 2 item yang tidak valid, dengan masing masing r hitungnya, 0,250, dan 0,254. Adapun item-item tersebut dikatakan tidak valid karena memiliki r hitung lebih kecil daripada r tabel yaitu 0,361.

TABEL 3.4

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DILAKUKAN TRIMMING

No

Item Pernyataan

rhitung rtabel Keterangan

PERCEIVED TANGIBLE (X1)

1. Tingkat Kemenarikan rumah adat Kampung

Pulo 0,540 0,361 Valid

2.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Interpretasi (seperti guide, keterangan informasi) di rumah adat Kampung Pulo

0,683 0,361 Valid

3. Tingkat Kebersihan lingkungan rumah adat

Kampung Pulo 0,555 0,361 Valid

4. Tingkat Kebersihan lingkungan Candi

Cangkuang 0,520 0,361 Valid

5. Tingkat Keberagaman koleksi museum 0,603 0,361 Valid

6. Tingkat Kebersihan lingkungan museum 0,509 0,361 Valid

7.

Tingkat Kelengkapan informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,394 0,361 Valid

8.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Umum Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti tempat parkir, toilet, musolla)

0,504 0,361 Valid

9.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Wisata Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti shelter, rakit, toko makanan/

souvenir)

0,716 0,361 Valid

10. Tingkat Keindahan pemandangan dan

bentang alam di Situ Cangkuang 0,521 0,361 Valid

11. Tingkat Kesejukan alam di Situ Cangkuang 0,565 0,361 Valid

12. Tingkat Kebersihan di Situ Cangkuang 0,411 0,361 Valid

13. Tingkat Keaslian bentuk Candi Cangkuang 0,425 0,361 Valid

14. Tingkat Keunikan Candi Cangkuang 0,436 0,361 Valid

15. Tingkat Keberagaman artifak (naskah kuno)

di museum 0,580 0,361 Valid

16. Tingkat Keberagaman Handicraft sebagai ciri


(40)

No

Item Pernyataan

rhitung rtabel Keterangan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

17.

Tingkat Kemenarikan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,536 0,361 Valid

18.

Tingkat Kegunaan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,530 0,361 Valid

INTANGIBLE (X2)

1.

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,526 0,361 Valid

2.

Tingkat Kemenarikan cara hidup masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,577 0,361 Valid

3.

Tingkat Kemenarikan floklore masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,617 0,361 Valid

KEPUASAN

TANGIBLE (X1)

1. Tingkat Kemenarikan rumah adat Kampung

Pulo 0,533 0,361 Valid

2.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Interpretasi (seperti guide, keterangan informasi) di rumah adat Kampung Pulo

0,670 0,361 Valid

3. Tingkat Kebersihan lingkungan rumah adat

Kampung Pulo 0,680 0,361 Valid

4. Tingkat Kebersihan lingkungan Candi

Cangkuang 0,564 0,361 Valid

5. Tingkat Keberagaman koleksi museum 0,461 0,361 Valid

6. Tingkat Kebersihan lingkungan museum 0,488 0,361 Valid

7.

Tingkat Kelengkapan informasi sejarah Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,462 0,361 Valid

8.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Umum Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti tempat parkir, toilet, musolla)

0,635 0,361 Valid

9.

Tingkat Kelengkapan Fasilitas Wisata Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang (seperti shelter, rakit, toko makanan/

souvenir)


(41)

No

Item Pernyataan

rhitung rtabel Keterangan 10. Tingkat Keindahan pemandangan dan

bentang alam di Situ Cangkuang 0,441 0,361 Valid

11. Tingkat Kesejukan alam di Situ Cangkuang 0,615 0,361 Valid

12. Tingkat Kebersihan di Situ Cangkuang 0,402 0,361 Valid

13. Tingkat Keaslian bentuk Candi Cangkuang 0,485 0,361 Valid

14. Tingkat Keunikan Candi Cangkuang 0,575 0,361 Valid

15. Tingkat Keberagaman artifak (naskah kuno)

di museum 0,689 0,361 Valid

16.

Tingkat Keberagaman Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,580 0,361 Valid

17.

Tingkat Kemenarikan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,437 0,361 Valid

18.

Tingkat Kegunaan Handicraft sebagai ciri khas Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,525 0,361 Valid

INTANGIBLE (X2)

1.

Tingkat Kemenarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,589 0,361 Valid

2.

Tingkat Kemenarikan cara hidup masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,663 0,361 Valid

3.

Tingkat Kemenarikan floklore masyarakat Kawasan Wisata Budaya Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

0,681 0,361 Valid

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas

Instrumen penelitian selain harus valid juga harus dapat dipercaya (reliable). Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketetapan (keterandalan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan.

Menurut Arikunto (2009, hlm. 178) menungkapkan bahwa,

Reliabilitas adalah menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.


(42)

Dalam penelitian ini reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus alpha atau cronbach’s alpha (α). Adapun rumus alpha atau cronbach’s alpha, sebagai berikut:

� = [ − ][ −∑ �� ]

Keterangan:

� = Reliabilitas Instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

� = Varians Total

∑ � = Jumlah varian butir

Jumlah varians butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians t butir kemudian jumlahkan seperti berikut ini:

� = ∑ − [∑ ]

(Suharsimi Arikunto, 2009, hlm. 184) Keterangan:

N = Jumlah sampel

� = Nilai varians

X = Nilai skor yang dipilih

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika koefisien internal seluruh item (� ) ≥ � dengan α= 5% dan derajat kebebasan (dk = n-2) maka item pertanyaan dikatakan reliable

2. Jika koefisien internal seluruh item (� ) ≥ � dengan α= 5% dan derajat kebebasan (dk = n-2) maka item pertanyaan dikatakan tidak reliable

Adapun untuk mengetahui bagaimana suatu item dikatakan reliabel atau tidak, dapat digunakan software SPPS (Statistical Product for Service Solution) 18.0. Berikut hasil uji reliabilitas instrumen penelitian yang telah dilakukan:


(1)

Gentry Elitte Nurfitri, 2015

PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antara variabel komponen wisata budaya (X) yang terdiri dari tangible (X1) dan intangible (X2) dan variable kepuasan pengunjung (Y) yang terdiri dari expectation dan perception

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 277) analisis regresi berganda yaitu

Analisis yang digunakan bila penelitian bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independent sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya).

Adapun bentuk persamaan regresi berganda untuk dua prediktor adalah sebagai berikut:

Y = a + +

(Sugiyono, 2010, hlm. 277) Keterangan:

a = konstanta

b = koefisien regresi

Y= variabel dependen (variabel terikat) X= variabel independen (variabel bebas)

Analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua atau lebih. Menerjemahkan ke dalam beberapa sub variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

GAMBAR 3.1 REGRESI BERGANDA

Y X2


(2)

70

Keterangan:

X1 = Tangible X2 = Intangible

Y = Kepuasan pengunjung

3.2.7.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang jelas dan dapat dipercaya antara variabel indenden dengan variabel dependen, yang pada akhirnya akan diperoleh suatu kesimpulan apakah Ho ditolak atau Ha diterima dari hipotesis yang dirumuskan. Rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = 0, tidak ada pengaruh dari komponen wisata budaya (X) yang terdiri dari tangible (X1) dan intangible (X2) terhadap kepuasan pengunjung (Y)

Ha ≠ 0, terdapat pengaruh dari komponen wisata budaya (X) yang terdiri dari tangible (X1) dan intangible (X2) terhadap kepuasan pengunjung (Y)

Untuk membantu dalam pengolahan data dan pengujian hipotesis, dapat menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product for Service Solutions) 18.0 for windows dan dibantu software microsoft office excel.


(3)

Gentry Elitte Nurfitri, 2015

PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan penelitian, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tanggapan responden terhadap komponen wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang yang terdiri dari komponen wisata budaya tangible dan komponen wisata budaya intangible adalah “cukup baik”. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa dimensi komponen wisata budaya tangible memiliki rata-rata skor lebih tinggi dibandingkan dengan dimensi komponen wisata budaya intangible yaitu sebesar 337,2 atau 50,88%. Adapun indikator yang memiliki skor tertinggi pada dimensi komponen wisata budaya tangible adalah indikator kesejukan Situ Cangkuang dan indikator yang memiliki skor terendah adalah indikator kemenarikan handicraft. Sedangkan indikator yang memiliki skor tertinggi pada dimensi komponen wisata budaya intangible adalah indikator kemenarikan bahasa, dan untuk indikator yang memiliki skor terendah pada dimensi komponen wisata budaya intangible adalah indikator kemenarikan folklore.

2. Tingkat kepuasan responden terhadap komponen wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang yang terdiri dari komponen wisata budaya tangible dan komponen wisata budaya intangibleadalah “puas”. Adapun dari beragam komponen wisata budaya tangible yang ada, terdapat beberapa indikator yang memiliki skor diatas rata-rata atau lebih tepatnya skor diatas 0,7003 yaitu: kemenarikan rumah adat, kebersihan rumah adat, candi dan museum, kelengkapan fasilitas wisata, keindahan, kesejukan dan kebersihan Situ Cangkuang, keunikan candi, dan keberagaman artifak. Sedangkan indikator yang memiliki skor dibawah rata-rata yaitu: kelengkapan fasilitas interpretasi, keberagaman koleksi museum, kelengkapan informasi sejarah, kelengkapan fasilitas umum, keaslian bentuk candi, keberagaman, kemenarikan, dan kegunaan handicraft.

3. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, diketahui bahwa komponen wisata budaya yang terdiri dari komponen wisata budaya tangible dan komponen


(4)

114

wisata budaya intangible berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengunjung, baik secara simultan maupun secara parsial.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka penulis merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut.

1. Komponen wisata budaya di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

dinilai sudah cukup baik oleh responden. Adapun skor terendah pada dimensi komponen wisata budaya tangible ada pada indikator kemenarikan handicraft. Oleh karena itu penulis merekomendasikan agar masyarakat Kampung Pulo

yang berjualan handicraft supaya memproduksi handicraft yang lebih

mencirikan atau memberikan kesan khas Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Sebelumnya pernah diproduksi handicraft berupa tudung saji, tikar, dan pembungkus gula aren yang terbuat dari daun cangkuang, namun sekarang sudah tidak diproduksi lagi. Oleh karena itu direkomendasikan agar handicraft tersebut diproduksi kembali.

2. Kelengkapan fasilitas interpretasi yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang memiliki skor 327, dibawah rata-rata skor yaitu sebesar 337,72. Adapun fasilitas interpretasi yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang terdiri dari keterangan informasi dan guide atau jupel (juru pelihara). Oleh karena itu, penulis merekomendasikan agar pengelola menambah keterangan informasi atau memperjelas mengenai keterangan informasi pada setiap produk wisata budaya yang ada. Selain itu Jupel yang terlihat selalu ada di Museum Cangkuang, penulis merekomendasikan agar lebih aktif dalam memberikan informasi. Hal itu karena tidak semua pengunjung aktif atau memiliki inisiatif untuk mengetahui informasi mengenai Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang.

3. Kelengkapan fasilitas umum memiliki skor cukup rendah yaitu sebesar 307. Hal itu karena keberadaan berbagai fasilitas umum yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang tidak terlalu terlihat oleh pengunjung. Maka banyak pengunjung yang tidak tahu mengenai letak toilet ataupun musola berada. Oleh karena itu penulis merekomendasikan agar pengelola lebih


(5)

Gentry Elitte Nurfitri, 2015

PENGARUH KOMPONEN WISATA BUDAYA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA BUDAYA SITU & CANDI CANGKUANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Indikator kesejukan Situ Cangkuang memiliki skor tinggi yaitu sebesar 365 atau 6% pada komponen wisata budaya tangible. Oleh karena itu direkomendasikan kepada pengelola agar tetap menjaga kesejukan di Situ Cangkuang, baik itu dengan selalu menjaga kebersihan maupun dengan menambah pepohonan di sekitar Situ Cangkuang.

5. Indikator kemenarikan folklore memiliki skor terendah pada komponen wisata budaya intangible yaitu sebesar 313 atau 32%. Oleh karena itu penulis merekomendasikan agar pengelola dapat menyelenggarakan suatu event seperti festival budaya yang mengenalkan kebudayaan masyarakat Kampung Pulo, baik mengenai adat istiadat, cara hidup, ataupun beragam mitos yang dimiliki. Selain itu dapat disajikan pula beragam hasil produk masyarakat Kampung Pulo seperti handicraft yang mencirikan kekhasan Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang

6. Meskipun Situ Cangkuang memiliki skor tinggi baik mengenai kebersihan maupun kesejukannya. Tetapi Situ Cangkuang masih memiliki kelemahan dari segi kualitas, lebih tepatnya yaitu terjadinya beberapa pendangkalan di sebagian danau. Hal itu apabila dibiarkan maka akan menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak yang akan ditimbulkan adalah hilangnya danau indah yang merupakan salah satu daya tarik wisata di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa hal, salah satunya pengerukan danau agar tetap terjaga kedalamannya.

7. Selain pengerukan danau, direkomendasikan pula agar melakukan beberapa upaya untuk mengurangi sedimentasi di Situ Cangkuang, salah satunya dengan cara penanganan erosi dan sedimentasi. Erosi dapat dihindari dengan melakukan reboisasi. Meskipun pepohonan di Situ & Candi Cangkuang cukup dapat memberikan kesejukan, namun masih belum dapat menahan terjadinya erosi. Oleh karena itu penulis merekomendasikan agar ditambahnya jumlah tanaman atau pepohonan di sekitar Situ Cangkuang

8. Salah satu hal yang menarik yang terdapat di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang adalah adanya beragam naskah kuno yang ditulis pada daluang/kertas yang terbuat dari pohon saeh. Daluang tersebut cukup diminati oleh para wisatawan. Adapun pohon saeh dapat ditemui di halaman Museum


(6)

116

Cangkuang, namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Oleh karena itu direkomendasikan agar penanaman pohon saeh diperbanyak.

9. Selain pohon saeh terdapat juga pohon cangkuang (Pandanus Furcatus) di Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang. Berdasarkan informasi yang diperoleh, nama Situ & Candi Cangkuang sendiri berasal dari nama pohon cangkuang. Dimana daun cangkuang tersebut memiliki kegunaan untuk membuat handicraft. Oleh karena itu direkomendasikan kepada pengelola agar melakukan penambahan penanaman pohon cangkuang di sekitar Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang agar selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembuatan handicraft yang terbuat dari daun cangkuang tersebut.

10. Konservasi candi yang telah dilakukan oleh pengelola Kawasan Wisata Budaya Situ & Candi Cangkuang direkomendasikan agar terus dilakukan guna menjaga dan melestarikan keberadaan candi, baik dengan cara perawatan yang biasa dilakukan oleh pengelola pada setiap kurun waktu yang telah ditentukan maupun dengan memperketat pengawasan agar pengunjung yang datang tetap menjaga kelestarian candi dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak candi.