PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG : Survei Dilakukan Pada Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu di Kabupaten Bandung.

(1)

170

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Ali Hasan., (2008), Marketing, Yogyakarta: Media Pressindo

, (2009), Marketing Edisi Baru, Yogyakarta: Media Pressindo Aritonang, R.L., (2005), Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Gramedia

Fandy Tjiptono., (2005), Satisfaction and Customer Service, Malang: Bayumedia , (2006), Manajemen Jasa, Edisi Empat, Yogyakarta:

CV Andi Offset

, (2007), Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia , (2008), Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi

Gamal Suwantoro., (2004), Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: Andi

Gregorius Chandra., (2005), Strategi dan Program Pemasaran, Yogyakarta: Andi Hartono., (2008), SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian Edisi Kesatu,

Cetakan Satu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Harun Al Rasyid., (1994), Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Bandung: Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pasca Sarjana UNPAD

Husein Umar., (2009), Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi

Kedua, Jakarta: Rajawali Pers

Ismayanti., (2010), Pengantar Pariwisata, Jakarta: Grasindo

Kotler, Philip., dan Kevin Lane Keller., (2009), Marketing Management 13th

edition, New Jersey: Prentice Hall

Kotler, Philip., dan Gary Amstrong., (2008), Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall

, (2009), Principles of Marketing, USA: Prentice Hall


(2)

171

Moh. Ali., (1985), Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa

M. Suyanto., (2007), Marketing Strategy Top Brand Indonesia, Yogyakarta: Andi Nyoman S. Pendit., (2006), Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta:

Pradnya Paramita

Oka A. Yoeti., (1996), Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa

Rambat, Lupiyoadi dan A. Hamdani., (2011), Manajemen Pemasaran Jasa Edisi

2, Jakarta: Salemba Empat

Rangkuti, Freddy., (2006), Measuring Customer Satisfaction, Teknik Mengukur

dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan & Analisis Kasus PLN-JP, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Ratih Hurriyati., (2008), Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung: CV. Alfabeta

Richardson, I John & Martin Fluker., (2004), Understanding and Managing

Tourism, Australia: Pearson Education Australia

Riduwan dan Akdon., (2010), Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Bandung: Alfabeta

Shimp, Terence A., (2000), Perikalanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu, Jakarta: Erlangga

Smith, Cherie Kim., (2001), Tourism Product Development: A Case Study of

Wildfield Viewing In The Squamish Valley: Thesis

Singgih Santoso., (2005), Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, Jakarta: Elex Media Komputindo

Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto., (2009), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Yogyakarta: Bina Aksara

Suliyanto., (2005), Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor: Ghalia Indonesia


(3)

172

Triton P.B., (2005), SPSS 13.0 Terapan, Yogyakarta: Andi

Uma Sekaran., (2006), Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 1 Edisi

Empat, Jakarta: Salemba Empat

Wahid Sulaiman., (2004), Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus

dan Pemecahannya, Yogyakarta: Andi

Zeithaml, Valerie A, Bitner Mary Jo, Gremler Dwaine D., (2013), Service

Marketing “Integrating Customer Focus Across The Firm”. International Edition. Mc Graw Hill

JURNAL:

Deni, Koswara., (2011), Pengaruh Kualitas Produk dan Penetapan Harga

Terhadap Keputusan Pembelian Bisnis (Studi Pemasaran Daging Sapi Pada Supermarket dan Hipermarket di Kota Bandung), Magister

Manajemen Bisnis, Bandung: UPI

Langlang, Jagad., (2010), Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepercayaan

Merek serta Implikasinya pada Loyalitas Merek (Survei Terhadap Pengguna Kamera Canon EDS 5D Mark II), Magister Manajemen

Bisnis, Bandung: UPI

Nandi., (2005), Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat, Vol.1. No.1.

hal 2. Oktober

Paham, Ginting., (2005), Mencermati Misteri Globalisasi: Menata Ulang Strategi

Pemasaran Pariwisata Indonesia dengan Tourism Satisfaction (Toursat) Approach, Medan: USU

Poerwanto., (2004), Kualitas Produk Wisata Terhadap Minat Berkunjung

Kembali Ke Kebun Binatang Surabaya

Samuel Hatane., (2007), Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia dan

Gender Terhadap Kecenderungan Prilaku Pembelian Implusif ( studi kasus produk wisata), Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra

Surabaya

Saputra, A.Y., & Tauresia, C., (2005), Analisa Pengaruh Tips Terhadap Kualitas

Layanan Concierge di Hotel JW Mariott Surabaya, Unpublished Under

Graduate thesis Universitas Kristen Petra, Surabaya

Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution & Janianto Damanik., (2005), Persepsi

Wisatawan Mancanegara Terhadap Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Sumatera Utara


(4)

173

Ugy Soebiyantoro., (2009), Pengaruh Ketersediaan Sarana Prasarana, Sarana

Transportasi Terhadap Kepuasan Wisatawan

DATA BASE:

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun (2008) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat (2010) KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009)

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain (2012)

Hasil Pra-Penellitian (2011)

WEBSITE:

www.bbksda-jabar.dephut.go.id www.unit3.perumperhutani.com


(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cenderamata, penginapan serta transportasi. (Nyoman S. Pendit, 2006:32). Sedangkan menurut Oka A. Yoeti (1996:118), mendefinisikan pariwisata sebagai berikut:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut UU No.10 tahun 2009 mengenai kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pengembangan kepariwisataan di Indonesia juga dapat membuka peluang baru untuk pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan dalam satu wilayah atau Daya Tarik Wisata. Salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang cukup baik adalah Jawa Barat.


(6)

2

Jawa Barat dikenal sebagai Provinsi yang memiliki kekayaan budaya dan pariwisata yang banyak dan beraneka ragam jenis, dan beberapa diantaranya memiliki kualitas dan daya tarik yang tinggi. (Sumber: Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun 2008:9). Potensi pariwisata Jawa Barat mencakup alam, seni budaya dan minat khusus, dimana potensi tersebut cukup beragam dan tersebar di Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Daya tarik wisata di Jawa Barat meliputi: 1. Alam, Gunung dan Kawah, Gua, Pantai, Sungai dan Danau.

2. Peninggalan Sejarah, Seni Budaya, Wisata Konvensi, Museum. 3. Wisata Belanja.

4. Wisata Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Daya Tarik Wisata tersebut dapat dijadikan sebagai Industri Pariwisata untuk mendukung bagi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga upaya pemeliharaan, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan potensi daerah perlu dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat.

Pemerintah Jawa Barat menjadikan Pariwisata sebagai salah satu sektor yang termasuk dalam Core Business Jawa Barat, hal ini dikarenakan beberapa alasan, yaitu:

1. Alasan ekonomi, berupa peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja dan lapangan berusaha, penerimaan devisa, peningkatan pajak dan penerimaan pemerintah, serta penggunaan sektor pariwisata sebagai katalis bagi ekspansi sektor lain.


(7)

3

2. Alasan sosial, berupa menumbuh-kembangkan dan mendorong pertukaran budaya serta memperkenalkan daerah kepada masyarakat luar atau asing, mendidik masyarakat untuk mencintai daerahnya sendiri, dan menyediakan kesempatan berekreasi.

3. Alasan konservasi dan pelestarian, berupa menumbuh-kembangkan dan mendorong pencapaian konservasi lingkungan dan budaya yang dikembangkan secara berkelanjutan. (Sumber: Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun 2008:67-68).

Namun demikian, pariwisata di Jawa Barat masih menghadapi sejumlah permasalahan dalam perkembangannya, sehingga kontribusi bidang tersebut bagi peningkatan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi daerah masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kunjungan wisatawan ke objek wisata di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006-2010 dimana terjadi fluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi pertumbuhan kunjungan wisatawan ke objek wisata di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.1, sebagai berikut:

TABEL 1.1

PERTUMBUHAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE OBJEK WISATA DI PROVINSI JAWA BARAT


(8)

4

TAHUN 2006-2010 Tahun

Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah

Kunjungan Wisatawan (orang)

Pertumbuhan Jumlah

(orang) Pertumbuhan

Jumlah

(orang) Pertumbuhan

2006 227.068 - 23.859.547 - 24.086.615 -

2007 338.959 33,01% 23.782.302 -0,33% 24.121.261 0,14%

2008 330.369 -2,60% 26.287.031 9,53% 26.617.400 9,38%

2009 741.323 55,44% 24.138.855 -8,90% 24.880.178 -6,98%

2010 729.987 -1,55% 25.549.941 5,52% 26.279.928 5,33%

Keterangan: Data Tahun (2010).

Sumber: Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat jumlah kunjungan wisatawan di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dan penurunan dalam hal jumlah kunjungan. Tahun 2008, terjadi peningkatan pertumbuhan kunjungan wisatawan sebesar 9,38% disebabkan pada tahun 2008 Provinsi Jawa Barat mengadakan program tahun kunjungan Visit West Java 2008. Tahun 2009, terjadi penurunan sebesar 6,98% disebabkan oleh berbagai bencana alam dan cuaca buruk serta krisis ekonomi di Indonesia, khususnya Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tahun 2010, Provinsi Jawa Barat berhasil meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan meningkatkan potensi-potensi pariwisatanya sehingga mencapai pertumbuhan kunjungan wisatawan sebesar 5,33% dengan jumlah wisatawan sebanyak 26.279.928 orang.

Pertumbuhan kunjungan wisatawan di Provinsi Jawa Barat tidak lepas dari semakin berkembangnya wisata alam, wisata budaya, wisata minat khusus serta wisata belanja maupun kuliner yang ada di Provinsi Jawa Barat. Wisata alam merupakan salah satu potensi Provinsi Jawa Barat di bidang pariwisata yang potensial, hal ini disebabkan Provinsi Jawa Barat


(9)

5

dikenal dengan alamnya yang indah serta kesuburan tanahnya yang menjadi salah satu Daya Tarik Wisata di Provinsi Jawa Barat. Potensi hutan negara di Provinsi Jawa Barat saat ini mencapai sekitar satu juta hektar atau 22% luas wilayah sendiri dan hal inilah yang mendorong semakin berkembangnya wisata alam di Provinsi Jawa Barat. (Sumber: Nandi, memaksimalkan potensi alam di Jawa Barat, Vol 1, No 1, Oktober 2005:2).

Jawa Barat, dengan luas lahan hutan sekitar satu juta hektar sesuai peraturan perundangan yang berlaku, terbagi atas: hutan lindung; hutan produksi; hutan suaka alam; hutan wisata; taman nasional; dan taman hutan raya. Lahan tersebut selama ini dimanfaatkan potensinya sebagai wisata alam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 1986, seluruh pengelolaan dan pemilihan lahan tersebut dikuasakan kepada Perum Perhutani Unit III. Wilayah kerja Perum Perhutani Unit III meliputi seluruh hutan negara yang terdapat di dalam daerah Tk. I Jawa Barat, kecuali hutan suaka alam, hutan wisata dan taman nasional. Berikut ini merupakan klasifikasi yang dikelola oleh perum perhutani sesuai dengan status hutan dan fungsinya:


(10)

6

L 1.2

KLASIFIKASI OBYEK WISATA YANG DIKELOLA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN STATUS

HUTAN DAN FUNGSINYA

KLASIFIKASI STATUS DAN FUNGSI

Wana Wisata Objek wisata alam yang lokasinya berada di

dalam hutan lindung dan atau hutan produksi

Taman Wisata Alam Objek wisata alam yang lokasi/statusnya

termasuk hutan wisata atau taman nasional dan pengusahaannya diserahkan secara khusus kepada Perum Perhutani

Taman Hutan Raya Objek wisata alam yang lokasi/statusnya

memang ditetapkan sebagai taman hutan raya dan pengusahaannya diserahkan secara khusus kepada Perum Perhutani

Taman Buru Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa

yang memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi keperluan rekreasi

Sumber: Jurnal memaksimalkan potensi Wisata alam di Jawa Barat vol. 1. No. 1. Oktober (2005).

Program restrukturisasi organisasi perusahaan yang dilakukan oleh Direksi Perum Perhutani memberikan ruang dan peluang bagi pengembangan usaha di bidang pariwisata. Berdasarkan ketetapan Direksi No. 554/Kpts/Dir/2005 tanggal Nop 2005, pengelolaan wisata Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten terhitung mulai 2 Januari 2006 dilaksanakan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten memiliki 69 objek wisata sebagai sebuah fenomena alam, dengan segala pesona kecantikan dan daya tarik keunikannya, tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten.

Kabupaten Bandung adalah salah satu kawasan wisata alam di Jawa Barat yang memiliki beragam jenis dan daya tarik wisata alam yang banyak diminati wisatawan. Adapun jenis objek wisata alam yang dikunjungi, meliputi: Gunung Tangkuban Parahu, Situ Patenggang, Kawah


(11)

7

Putih, Air Panas Ciwalini, Taman Wisata Alam Cimanggu, Wana Wisata Gunung Puntang, Air Panas Cibolang dan Kawah Kamojang.

Sedangkan Market Share dari Daya Tarik Wisata yang meliputi Wana Wisata dan Kawasan Alam yang ada di Kawasan Kabupaten Bandung dapat dijelaskan dalam Tabel 1.3 di bawah ini:

TABEL 1.3

DAFTAR DAYA TARIK WISATA ALAM

NO JENIS LOKASI MARKET

SHARE

1. Wana Wisata Kawah Putih 34%

2. Taman Wisata Alam Cimanggu 20%

3. Wana Wisata Ranca Upas 8%

4. Taman Wisata Alam Situ Patenggang 20%

5. Pemandian Air Panas Ciwalini 18%

Sumber: KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009). Wisata alam adalah bentuk rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya baik dalam bentuk asli maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia. Pada objek wisata alam ini pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang belum tercemar karena polusi, terhindar dari kesibukan kota dan kebisingan lalu lintas. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan semakin banyak dikunjungi oleh orang (wisatawan).

TWA Cimanggu merupakan satu-satunya Taman Wisata Alam yang berada di Ciwidey, dengan luas wilayah 154 ha. Lokasi ini berada pada ketinggian 1.225-1.350 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 12-23º Celcius. Taman Wisata Alam (TWA) Cimanggu memiliki potensi wisata alam yang khas terutama potensi sumber air


(12)

8

panas, namun demikian kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi yang dititikberatkan pada kegiatan wisata alam dengan sifat mass tourism. Selain itu pula yang menjadikan daya tarik TWA Cimanggu yaitu hutan alam dan hutan Rasamala yang sudah sangat jarang ditemukan. Pesona alam yang indah serta suasana lingkungan yang menyenangkan, yang didukung dengan pemandian air panas dapat dijadikan pilihan wisata alternatif di Kabupaten Bandung, khususnya ke daerah Ciwidey. Untuk menarik minat para wisatawan tetap perlu diupayakan pembangunan dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan tidak menghilangkan sisi alamiahnya.

Objek wisata alam yang terdapat didalam kawasan TWA Cimanggu, diantaranya adalah:

1. Sumber Air Panas: terdapat sumber air panas yang dapat dijadikan sebagai daya tarik tersendiri bagi kegiatan wisata. Sumber air panas di taman ini terdapat dilokasi, yaitu: sumber Air Panas Cimanggu, Ranca Upas dan Gunung Tuduh. Mandi air panas dapat dilakukan di Pemandian Air Panas Cimanggu dan untuk berobat di Ranca Upas. Konon menurut cerita sumber air panas tersebut bersumber dari Gunung Sepuh (Gunung Patuha) yang jauh letaknya.

2. Makam Keramat: makam keramat sangiang buruan sampai saat ini banyak dikunjungi orang-orang dari daerah lain di pulau Jawa baik para muda-mudi maupun orang tua dengan maksud untuk berziarah. Di dalam makam keramat tersebut terdapat sembilan makam, diantaranya


(13)

9

makam keramat Eyang Jaga Reksa, makam Eyang Jambrong, makam Eyang Dalem Kusuma, makam Eyang Raden Sakembaran, makam Eyang Sanga Waringin, makam Eyang Giling Pangancing dan makam Eyang Isteri.

3. Berkemah: dapat dilaksanakan di Bumi Perkemahan Ranca upas. Disamping berkemah pengunjung dapat pula mandi air panas di dalam lokasi perkemahan yaitu di kolam Gunung Tunduh (kolam alami).

Obyek wisata pemandian air panas Cimanggu resmi dibuka untuk umum sejak tahun 1987. Daya Tarik Wisata ini menyediakan berbagai fasilitas untuk para pengunjung. Ada kolam pemandian terbuka, kamar pemandian tertutup, arena bermain anak-anak, mushola, juga cottage, yang cocok dijadikan tempat peristirahatan setelah lelah melakukan perjalanan dari Kawah Putih.

Konon, Pemandian Air Panas Cimanggu ini berkhasiat menyembuhkan penyakit rematik, karena kandungan yodiumnya. Berbeda dengan pemandian air panas lain disekitar Ranca Upas yang mengandung belerang dan berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Terbukti dari banyaknya pengunjung yang sengaja datang dari kota hanya untuk berendam di kolam atau kamar yang disediakan.

Perkembangan pariwisata sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang ada, karena wisatawan tidak hanya menikmati keindahan panorama alam saja, melainkan juga menikmati fasilitas yang


(14)

10

diberikan di kawasan wisata. Berikut adalah Tabel 1.4 mengenai kondisi sarana dan prasarana di Taman Wisata Alam Cimanggu:

TABEL 1.4

KONDISI SARANA DAN PRASARANA DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU

Jenis Sarana

Prasarana Jumlah Kapasitas Kondisi

Intensitas Penggunaan

Main Gate 2 Unit - Baik

1unit ditutup

Tinggi

Loket 1 Unit 2 orang Baik Tinggi

Visitor Centre

1 Unit - Baik Rendah

Kantor Pengelola

1 Unit - Baik Rendah

Rumah Pengelola

1 Unit - Sedang Rendah

Mushola 1 Unit - Baik Tinggi

Lahan parkir 3 Unit :

-Bis

-Kend. roda 4

-Kend. roda 2

900 m2 600 m2 400 m2 Baik Kurang Kurang Tinggi Tinggi Tinggi Kolam renang

3 Unit :

-2 kolam untuk dewasa

-1 kolam untuk anak-anak

- Tepi kolam baik, dinding kolam dalam buruk Tinggi Kamar Rendam

2 Unit :

-Pinus 5 kamar

-Suren 3 kamar

8 orang Kurang Tinggi

Kamar ganti 2 Unit 2 orang Kurang Tinggi

Tempat bilas 2 Unit :

-Untuk pria

-Untuk wanita

2 orang Kurang Tinggi

Locker 1 Unit 42 Kurang Tinggi


(15)

11

Lanjutan Tabel 1.4 Jenis Sarana

Prasarana Jumlah Kapasitas Kondisi

Intensitas Penggunaan

Toilet 7 Unit :

-5 di area kolam

-1 di area outbound

- 1 di area parkir

- Kurang Baik Baik Tinggi Tinggi Tinggi Kios/Resto 22 Unit:

- 1 café

- 1 resto

- 20 tradisional

- Baik Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Shelter 7 Unit :

4 di area kolam 3 di area cottage

-

Kurang Kurang

Tinggi Sedang

Play Ground 1 Unit - Baik Tinggi

Outbound Area

1 Unit - Sedang Sedang

Cottage 11 Unit :

-Puspa -Baros -Kiputri -Cemara -Eucalyptus -Rasamala -Pinus -Suren

-Jati 1 s/d 3

-Jati 2

5 orang 5 orang 3 orang 3 orang 3 orang 3 orang 2 orang 2 orang 4 orang 5 orang Sedang Sedang Kurang Sedang Kurang Kurang Sedang Sedang Baik Baik Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009).

Sumber air panas yang terdapat di TWA Cimanggu merupakan sumber air panas alami yang saat ini telah menjadi daya tarik utama para pengunjung. Air panas yang alami dikhasiatkan dapat menyembuhkan penyakit, khususnya penyakit kulit. Wisatawan yang datang terdiri dari berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa. Kawasan TWA Cimanggu juga terdapat cottage yang disediakan apabila pengunjung ingin bermalam. Terdapat 11 unit cottage yang terdiri dari berbagai disain. Saat ini penataan dan disain cottage terlihat kurang memadai.


(16)

12

Salah satu fasilitas penunjang kegiatan rekreasi air di kawasan ini adalah kamar rendam. Saat ini kamar rendam sering digunakan untuk kegiatan yang negatif karena sifatnya yang tertutup serta tidak adanya pengawasan dari pihak pengelola. Walaupun secara fisik kondisi kamar rendam ini sangat tidak memadai dan kotor. Selain itu dengan dibukanya kawasan wisata ini hingga malam hari membuat aspek negatif menjadi muncul di kawasan rendam. (Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009).

Bangunan dan fasilitas penunjang di kawasan ini cukup bervariasi, tetapi pengelolaannya masih kurang baik dan kondisinya sebagian kurang memadai, adapun ruangan yang tidak jelas fungsinya yang terkesan dibiarkan begitu saja tanpa ada pembenahan. Fasilitas tersebut perlu pengelolaan serta pengembangan lebih lanjut. Arena bermain bagi anak-anak maupun dewasa di kawasan ini pun tersedia, dari flying fox, ATV, resto, play ground, shooting area, dan lain-lain. Permainan tersebut sudah cukup menarik dan sesuai dengan keadaan alamnya yang asri dan penuh dengan pohon-pohon, namun untuk trek ATV seharusnya di buat lebih menarik dan mengasah keberanian. Area play ground di kawasan objek wisata tersebut perlu pembenahan kembali karena banyak yang rusak dan tidak terawat, sehingga diperlukan pengembangan sarana rekreasi.

Berdasarkan kondisi yang terlihat sekarang ini, secara tidak langsung mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung dan pada


(17)

13

akhirnya akan berdampak terhadap kepuasan dari wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ini.

Berikut Tabel 1.5 mengenai data kunjungan wisatawan ke objek wisata alam air panas di Kabupaten Bandung:

TABEL 1.5

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE OBJEK WISATA ALAM AIR PANAS DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2007-2011 No Objek

Wisata

Tahun 2007 (orang)

Tahun 2008 (orang)

Tahun 2009 (orang)

Tahun 2010 (orang)

Tahun 2011 (orang)

Jumlah (orang) 1. Ciwalini 121.783 116.348 142.318 135.021 132.478 647.948 2. Cimanggu 77.612 89.567 147.496 116.234 107.247 538.156 3. Cibolang 51.462 63.493 65.162 47.816 25.344 253.277

Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Tahun (2012).

Berdasarkan data Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terjadi penurunan kunjungan sebesar 26,90% dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2011 juga terjadi penurunan kunjungan sebesar 8,38% dari tahun sebelumnya, dengan demikian Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu mengalami penurunan dalam hal frekuensi kunjungan wisatawan dari tahun 2010-2011. Bila dibandingkan dengan tingkat kunjungan dari Objek Wisata Ciwalini, TWA Cimanggu memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang lebih rendah. Sedangkan bila dibandingkan dengan Objek Wisata Cibolang, TWA Cimanggu berada di posisi kedua dengan jumlah kunjungan wisatawan yang lebih tinggi.

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan di TWA Cimanggu diakui pihak pengelola, disebabkan oleh pengelolaan awal TWA Cimanggu yang masih bersifat konvensional dan belum terarah sepenuhnya kepada


(18)

14

pengembangan pariwisata. Hal ini turut berdampak pada tingkat kunjungan TWA Cimanggu yang masih berada dibawah pesaingnya, yaitu Pemandian Air Panas Ciwalini. Tingkat kunjungan wisatawan ke Pemandian Air Panas Ciwalini lebih tinggi dibandingkan dengan TWA Cimanggu. Hal ini disebabkan Pemandian Air Panas Ciwalini memiliki fasilitas yang lebih lengkap daripada TWA Cimanggu. Perkebunan teh yang berada disekitar Pemandian Air Panas Ciwalini turut menambah nilai plus objek wisata ini. Tidak hanya itu, telah terarahnya pengelolaan Ciwalini pada kepentingan pariwisata turut menambah daya tarik Ciwalini. Berbanding terbalik dengan Pemandian Air Panas Ciwalini, pengelolaan TWA Cimanggu dilaksanakan sepenuhnya oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dan masih terpusat pada pengembangan hasil hutan saja. Pengelolaan yang bersifat konvensional menyebabkan belum tertatanya manajemen yang baik mengenai pengelolaan TWA Cimanggu sebagai salah satu daya tarik wisata. Pelayanan kepada wisatawan kurang begitu diperhatikan, promosi pun jarang sekali diterapkan, begitu pula dengan perbaikan dan pengembangan produk wisata pun jarang sekali dilaksanakan.

Berikut dapat dilihat pada Tabel 1.6 mengenai inventarisasi fasilitas atraksi di Taman Wisata Alam Cimanggu:


(19)

15

TABEL 1.6

INVENTARISASI FASILITAS ATRAKSI DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU

No. Fasilitas Rating Total Keterangan

Kode Rating

1 2 3 4

1 Cottage 2 5 1 4 12

1= Kondisi bangunan/ Lapangan 2= Fungsi 3= Arsitektural 4= Aksibilitas 5= jumlah

2 Lahan Parkir 2 3 2 4 11

3 Foodcourt 1 3 1 3 8

4 Outbound Area 4 2 3 3 12

5 Shooting Area 2 2 1 2 7

6 Kamar Rendam 1 2 1 3 7

7 Sirkulasi pejalan kaki 2 3 1 4 10 8 Sirkulasi kendaraan

Internal 3 3 2 4 12

9 MCK 1 3 1 3 8

10 Mushola 3 4 2 3 12

11 Shelter 1 3 1 4 9

12 Main Gate 3 4 3 4 14

13 Front Office 4 3 3 3 13

14 WC umum 1 3 1 3 8

15 Tempat Sampah 2 3 2 3 10

16 Tempat Duduk 2 2 2 3 9

17 Papan informasi 2 2 2 1 7

Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009). Keterangan Rating:

5 – 10 = Kondisi buruk 11 – 15 = Kondisi sedang 16 – 20 = Kondisi baik

21 – 25 = Kondisi sangat baik

Fasilitas yang terdapat di TWA Cimanggu ini tidak ada yang memiliki kondisi yang baik. Hampir keseluruhannya berada pada kondisi yang sedang dan buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya perawatan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang telah ada.

Fasilitas atraksi di Taman Wisata Alam Cimanggu memiliki potensi sedang, diantaranya: cottage, lahan parkir, outbond area, sirkulasi kendaraan internal, mushola, main gate, dan front office. Arsitektural


(20)

16

cottage seharusnya disesuaikan dengan kondisi alamnya, sehingga dapat

berfungsi dengan baik. Sedangkan foodcourt, shooting area, kamar rendam, sirkulasi pejalan kaki, MCK, shelter, WC umum, tempat sampah, tempat duduk, dan papan informasi masih tergolong rendah. Fasilitas-fasilitas tersebut kurang terawat, sehingga terlihat kotor dan tidak nyaman, maka perlu pembersihan yang rutin. Fasilitas-fasilitas tersebut juga bisa berpotensi sangat tinggi apabila terdapat perawatan, perencanaan dan pengembangan agar menarik para pengunjung.

Dikarenakan belum tersedianya data mengenai tingkat kepuasan pengunjung di TWA Cimanggu, maka peneliti melakukan pra-penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan pengunjung di TWA Cimanggu dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 pengunjung yang dilakukan pada tanggal 16 November 2011. Dalam pra-penelitian ini, penentuan skor tertinggi dan terendah dari indikator-indikator variabel kualitas produk yang diteliti, yaitu dihitung dengan cara skor tertinggi 5 x 30 = 150 sedangkan skor terendah 1 x 30 = 30. Untuk setiap indikator skor itu digunakan untuk mencari bobot setiap indikator dari variabel dengan interval nilai skor yang diperoleh dengan cara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dan kemudian dibagi lima, dan nilai intervalnya adalah 24, (Sugiyono, 2010:94).

Berikut Tabel 1.7 hasil pra-penelitian mengenai kepuasan pengunjung terhadap kualitas produk wisata di TWA Cimanggu:


(21)

17

TABEL 1.7

HASIL PRA-PENELITIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DI TWA CIMANGGU

No. Pertanyaan Skor Skor Ideal Keterangan

1. Mutu Atraksi Wisata 94 150 Cukup Puas

2. Tourist Information

Memberikan Info yang Jelas

91 150 Cukup Puas

3. Fasilitas Umum Memberikan Kenyamanan

75 150 Tidak Puas

4. Pengetahuan SDM 91 150 Cukup Puas

5. Keramahan Sikap Pegawai 92 150 Cukup Puas 6. Kebersihan Tempat Wisata 69 150 Tidak Puas

7. Akses Baik dan Mudah 98 150 Cukup Puas

Sumber: Hasil Pra-Penelitian (2011).

Berdasarkan Tabel 1.7 di atas, menjelaskan bahwa rata-rata pengunjung sudah merasa cukup puas terhadap kualitas produk wisata di TWA Cimanggu. Namun, pada aspek fasilitas umum memberikan kenyamanan dan kebersihan tempat wisata, pengunjung merasa tidak puas saat mengunjungi Daya Tarik Wisata tersebut. Selain itu, nilai skor masih di bawah skor ideal 150, oleh karena itu perlu untuk diperbaiki dan ditingkatkan kembali kualitas produk wisata yang ada, sehingga pengunjung merasa puas dan menyenangkan ketika berkunjung di TWA Cimanggu.

TWA Cimanggu telah berusaha untuk meningkatkan Daya Tarik Wisata yang dimilikinya untuk menarik wisatawan dengan cara membangun fasilitas wisata tersebut. Terhitung semenjak tahun 2006, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten mulai mengubah pola manajemen yang tadinya konvensional menjadi lebih profesional dan


(22)

18

terarah pada pengembangan TWA Cimanggu sebagai Daya Tarik Wisata. Pengelolaan manajemen ini pun dimulai secara bertahap dan masih berlangsung sampai saat ini, dimulai dari perubahan tim pengelola TWA Cimanggu, perbaikan fasilitas rekreasi yang ada di TWA Cimanggu secara bertahap, penambahan outsourcing di bidang karyawan ticketing dan fasilitas layanan kamar serta pengadaan paket wisata yang diharapkan dapat menarik wisatawan. (Sumber: pengelola TWA Cimanggu, 2012).

Freddy Rangkuti (2006:30), menyatakan kepuasan pelanggan adalah respons pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa. Kepuasan pelanggan selain dipengaruhi oleh persepsi jasa, juga ditentukan oleh kualitas produk, harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat.

Kualitas produk yang tidak baik, dapat berpengaruh terhadap kepuasan dari pelanggan dalam penelitian ini disebut pengunjung. Hal ini dikarenakan faktor penentu dari kepuasan adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa dan kualitas produk, sehingga semakin tinggi tingkat kualitas yang ditawarkan semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang dihasilkan yang selanjutnya dapat mempengaruhi proses keputusan untuk melakukan pembelian ulang atau berkunjung kembali (Kotler, 2009:144).


(23)

19

Poerwanto dalam jurnal ilmiah pariwisata (2004:4), bahwa konsep kualitas telah menjadi alat utama mencapai sukses organisasi karena saat ini dunia usaha pariwisata dihadapkan pada wisatawan yang makin berpengetahuan, demanding dan menghendaki pelayanan prima. Objek-objek wisata dipilih secara kritis dan selektif dan mengutamakan sisi kualitas.

Kualitas produk wisata ditentukan oleh sejauh mana komponen objek tersebut mampu memuaskan pengunjungnya sesuai dengan janji yang ditawarkan oleh pihak DTW.

Bodlender dalam Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution dan Janianton Damanik (2005:89), kualitas produk wisata adalah persepsi terhadap daya tarik wisata serta harapan atas kepuasan-kepuasan yang akan diperoleh dari atraksi wisata tersebut berakumulasi menjadi kekuatan yang besar untuk mendorong seseorang untuk menentukan pilihan atas destinasi wisata yang akan dikunjungi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu mengadakan suatu penelitian tentang “Pengaruh Kualitas Produk Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung”. Survei dilakukan pada pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu di Kabupaten Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:


(24)

20

1. Bagaimana gambaran kualitas produk wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

2. Bagaimana gambaran kepuasan pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

3. Seberapa besar pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan mengenai:

1. Kualitas produk wisata yang ditawarkan di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

2. Kepuasan pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu. 3. Besarnya pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan

pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan, sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi keilmuan di bidang manajemen pemasaran pariwisata, khususnya yang berkaitan dengan produk wisata. Penelitian ini, fokus kegunaan akademik adalah mengkaji kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung, sehingga hasil


(25)

21

penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori kepariwisataan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu dalam upaya meningkatkan kepuasan pengunjung (wisatawan) melalui kualitas produk wisata yang dimiliki.


(26)

63

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu. Menurut Sugiyono (2010:38), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah kualitas produk wisata (X). Menurut Sugiyono (2010:39), variabel

independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Sedangkan yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah kepuasan pengunjung (Y). Menurut Sugiyono (2010:39), variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah tanggapan pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu mengenai implementasi kualitas produk wisata terhadap kepuasan. Sedangkan yang menjadi unit analisis (responden) dalam penelitian ini adalah pengunjung yang berkunjung ke Kawasan TWA Cimanggu. Berdasarkan objek


(27)

64

penelitian tersebut dianalisa mengenai kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.

Penelitian ini dilakukan peneliti dalam jangka waktu kurang dari satu tahun oleh karena itu, metode yang digunakan adalah cross sectional

method. Menurut Husein Umar (2009:42), cross sectional method yaitu

metode penelitian dengan cara meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja”.

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja untuk mencapai suatu tujuan atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai suatu hal. Menurut Sugiyono (2010:2), yang dimaksud “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris yang mempunyai kriteria tertentu, yaitu valid (derajat ketepatan). Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Dengan tujuan penelitian dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya suatu penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti maka jenis penelitian dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut


(28)

65

Sugiyono (2010:35), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih variabel (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan atau mencari hubungan variabel satu sama lain. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas produk wisata dan bagaimana kualitas produk wisata tersebut dapat berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.

Menurut Sugiyono (2010:36), penelitian verifikatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini, penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.

Berdasarkan jenis penelitian di atas, yaitu deskriptif dan verifikatif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory

survey. Menurut Keplinger yang dikutip dari buku Sugiyono (2010:75)

adalah:

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Informasi yang dikumpulkan langsung menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.


(29)

66

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun oleh karena itu, metode yang digunakan adalah cross sectional method. Menurut Uma Sekaran (2006:315), “penelitian cross sectional adalah

penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali yang dilakukan selama periode hari, minggu, atau bulan untuk menjawab pertanyaan penelitian”.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang diukur adalah kualitas produk wisata sebagai variable independent (X), sedangkan variable dependent (Y) dalam penelitian ini adalah kepuasan pengunjung. Pengoperasian variabel dari kedua variabel yang dijadikan objek pada penelitian ini menggunakan skala ordinal, yaitu data ordinal yang merupakan data yang berjenjang atau berbentuk peringkat, tidak hanya menyatakan peringkat kategori tapi menyatakan peringkat kategori tersebut. Penjelasan operasionalisasi variabel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:


(30)

67

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL KUALITAS PRODUK WISATA DAN KEPUASAN PENGUNJUNG

Variabel/ Sub variabel

Konsep Indikator Ukuran Skala No.

Item

1 2 3 4 5 6

Kualitas Produk

Wisata (X)

Kualitas produk wisata adalah persepsi terhadap daya tarik wisata serta harapan atas kepuasan-kepuasan yang akan diperoleh dari atraksi wisata tersebut berakumulasi menjadi kekuatan yang besar untuk mendorong seseorang untuk menentukan pilihan atas destinasi wisata yang akan dikunjungi. (Bodlender dalam Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution dan Janianton Damanik, 2005:89) Mutu DTW:  Keunikan DTW Cimanggu

 Tingkat Keunikan DTW Cimanggu

Ordinal III.A.1

 Keaslian bentuk dan arsitektur bangunan

 Tingkat keaslian bentuk dan arsitektur bangunan

Ordinal III.A.2

 Keramahan pelayanan yang diberikan oleh karyawan

 Tingkat keramahan pelayanan yang diberikan oleh karyawan

Ordinal III.A.3

 Keamanan di dalam DTW

 Tingkat keamanan di dalam DTW

Ordinal III.A.4

 Kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat makan, tempat parkir)

 Tingkat kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat makan, tempat parkir)

Ordinal III.A.5

Mutu Atraksi Wisata:  Keasrian alam

di DTW

 Tingkat keasrian alam di DTW

Ordinal III.B.1

Kualitas pemandian air panas di DTW

 Tingkat keamanan pemandian air panas di DTW

 Tingkat kebersihan pemandian air panas di DTW

Ordinal

Ordinal

III.B.2

III.B.3

 Keragaman jenis wahana permainan di DTW

 Tingkat keragaman jenis wahana permainan di DTW

Ordinal III.B.4

 Mutu wahana permainan di DTW

 Tingkat keamanan wahana permainan di DTW

Ordinal III.B.5

Mutu Sarana Pendukung Wisata :  Mutu sarana

akomodasi di

 Tingkat mutu sarana akomodasi di DTW


(31)

68

Fasilitas hiburan di DTW

 Tingkat fasilitas hiburan di DTW

Ordinal III.C.2

 Kenyamanan toilet

 Tingkat Kenyamanan toilet

Ordinal III.C.3

 Kondisi Mushola

 Tingkat kondisi mushola Ordinal III.C.4 Kenyamanan

tempat makan 

Tingkat kenyamanan tempat makan

Ordinal III.C.5

Ketersediaan tempat sampah 

Tingkat ketersediaan tempat sampah

Ordinal III.C.6

 Kondisi kamar bilas

 Tingkat kondisi kamar bilas

Ordinal III.C.7

Ketersediaan tempat duduk

 Tingkat ketersediaan tempat duduk

Ordinal III.C.8

Mutu Aksesibilitas: Kemudahan memperoleh transportasi menuju DTW

 Tingkat kemudahan memperoleh transportasi menuju DTW

Ordinal III.D.1

Kenyamanan saat perjalanan menuju DTW

 Tingkat kenyamanan saat perjalanan menuju DTW

Ordinal III.D.2

 Efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW

 Tingkat efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW

Ordinal III.D.3

 Kondisi Infrastruktur menuju DTW

 Tingkat kondisi infrastruktur menuju DTW


(32)

69

Variabel/ Sub variabel

Konsep Indikator Ukuran Skala No.

Item

1 2 3 4 5 6

Kepuasan Pengunjung

(Y)

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena

membandingkan kinerja yang

dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. Jika kinerja gagal

memenuhi ekspektasi, pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi, pelanggan akan sangat puas atau senang. (Kotler & Keller, 2009:138-139)

Kepuasan ditentukan oleh ekspektasi dan persepsi wisatawan. (Kotler dan Keller, 2009:164) Perbandingan antara harapan (expectation) dan kenyataan (perception) dengan mutu DTW yang dirasakan

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keunikan DTW Cimanggu

Ordinal III.A.1.1

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keaslian bentuk dan arsitektur bangunan

Ordinal III.A.2.2

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keramahan pelayanan yang diberikan oleh karyawan

Ordinal III.A.3.3

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keamanan di dalam DTW

Ordinal III.A.4.4

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat makan, tempat parkir)

Ordinal III.A.5.5

Perbandingan antara harapan (expectation) dan kenyataan (perception) dengan mutu atraksi wisata yang dirasakan

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keasrian alam di DTW

Ordinal III.B.1.1

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keamanan pemandian air panas di DTW

Ordinal III.B.2.2

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kebersihan pemandian air panas di DTW

Ordinal III.B.3.3

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keragaman jenis wahana permainan di DTW


(33)

70

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keamanan wahana permainan di DTW

Ordinal III.B.5.5

Perbandingan antara harapan (expectation) dan kenyataan (perception) dengan mutu sarana pendukung wisata yang dirasakan

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai mutu sarana akomodasi di DTW

Ordinal III.C.1.1

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai fasilitas hiburan di DTW

Ordinal III.C.2.2

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kenyamanan toilet

Ordinal III.C.3.3

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kondisi mushola

Ordinal III.C.4.4

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kenyamanan tempat makan

Ordinal III.C.5.5

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai ketersediaan tempat sampah

Ordinal III.C.6.6

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kondisi kamar bilas

Ordinal III.C.7.7

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai ketersediaan tempat duduk

Ordinal III.C.8.8

Perbandingan antara harapan (expectation) dan kenyataan (perception) dengan mutu aksesibilitas yang dirasakan

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kemudahan memperoleh transportasi menuju DTW

Ordinal III.D.1.1

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kenyamanan saat perjalanan menuju DTW


(34)

71

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW

Ordinal III.D.3.3

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kondisi infrastruktur menuju DTW

Ordinal III.D.4.4

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan tentang data. Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Husein Umar (2009:42), mengemukakan ”Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti”. Dengan kata lain data primer diperoleh secara langsung.

Husein Umar (2009:42), mengemukakan ”Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram”. Berikut ini adalah Tabel 3.2 mengenai jenis dan sumber data yang digunakan:


(35)

72

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Data Jenis Data Sumber Data

1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010

Sekunder Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat (2010) 2. Klasifikasi Obyek Wisata yang

Dikelola Perum Perhutani Sesuai dengan Status Hutan dan

Fungsinya

Sekunder Jurnal Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat Vol. 1. No. 1. Oktober (2005)

3. Daftar Daya Tarik Wisata Alam Sekunder KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009) 4. Kondisi Sarana dan Prasarana di

Taman Wisata Alam Cimanggu

Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)

5. Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Alam Air Panas di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011

Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Tahun (2012) 6. Inventarisasi Fasilitas Atraksi di

Taman Wisata Alam Cimanggu

Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)

7. Hasil Pra-Penelitian Kepuasan Pengunjung di TWA Cimanggu

Sekunder Hasil Pra-Penelitian (2011) 8. Tanggapan Responden Mengenai

Kualitas Produk Wisata

Primer Wisatawan Umum di Kawasan TWA Cimanggu 9. Tanggapan Responden Mengenai

Kepuasan pengunjung

Primer Wisatawan Umum di Kawasan TWA Cimanggu

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi

Dalam mengumpulkan dan menganalisis suatu data, menentukan populasi merupakan langkah yang penting. Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(36)

73

kesimpulannya. Sehingga populasi tidak hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Langkah awal seorang peneliti harus menentukan dengan jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitian yang disebut dengan populasi sasaran (target population) yaitu populasi yang nantinya akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengunjung (wisatawan) yang melakukan kunjungan ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu yang berjumlah 107.247 orang pada tahun 2011 berdasarkan hasil dari data kunjunngan wisatawan pada Tabel 1.5. (Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain, 2012).

TABEL 3.3

JUMLAH PENGUNJUNG KAWASAN TWA CIMANGGU TAHUN 2011

Tahun Jumlah

2011 107.247 orang

Rata-rata

Per Bulan 107.247/12 = 8.937 orang

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.3 bahwa yang dijadikan populasi pada penelitian ini adalah berjumlah 8.937 orang, yang berasal dari jumlah pengunjung rata-rata per-bulan yang melakukan kunjungan pada tahun 2011 di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.


(37)

74

3.2.4.2 Sampel

Untuk pengambilan sampel dari populasi agar diperoleh sampel yang

representatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi

mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2010:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Penarikan sampel ditujukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Sampel merupakan perwakilan dari populasi penelitian. Dengan adanya sampel, maka waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan oleh peniliti menjadi lebih efisien.

Ukuran sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2009:78), yaitu sebagai berikut:

(Husein Umar,2009:78) Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolelir (e = 0,1)


(38)

75

n = 8.937 1 + 8.937 (0,1)² n = 8.937

90

n = 99,3 ≈ 100

Berdasarkan penghitungan di atas, maka ukuran sampel (n) minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 99,3 orang. Agar sampel yang digunakan representatif dalam penelitian ini, maka sampel yang digunakan adalah 100 orang (responden), yang merupakan pengunjung (wisatawan) yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

3.2.4.3 Teknik Sampling

Sugiyono (2010:81), mengemukakan bahwa teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Secara skematis teknik sampling dibagi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2010:82), probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:84), nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

systematic random sampling atau teknik pengambilan sampel acak


(39)

76

sistematis adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis dengan jarak atau interval tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan.

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile

population), menurut Harun Al Rasyid (1994:44), teknik pengambilan

sampelnya dilakukan sebagai berikut:

1. Menentukan populasi sasaran. Dalam hal ini populasi sasaran adalah pengunjung yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

2. Menentukan sebuah check point pada objek yang akan diteliti.

3. Menentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam penelitian ini waktu konkrit yang digunakan peneliti adalah pukul 10.00-13.00 WIB.

4. Melaksanakan orientasi lapangan secara cermat, terutama pada check

point. Orientasi ini akan dijadikan dasar untuk menentukan interval

pemilihan pertama, atau dasar kepadatan pengunjung. Cara penentuan interval pemilihan pertama dapat menggunakan rumus: I = N/n. Jadi I = 8.937/100 = 89,37 ≈ 89. Setelah diketahui interval, maka penyebaran kuesioner dilakukan secara randomisasi (secara acak). 5. Menentukan ukuran kecukupan sampel atau n yaitu sebanyak 100


(40)

77

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mencari dan memperoleh data mengenai variabel-variabel data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa: 1. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:137), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Wawancara ini dilakukan kepada pihak marketing Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain selaku pengelola utama dari Taman Wisata Alam Cimanggu, untuk memperoleh data profil perusahaan dan TWA Cimanggu, data jumlah kunjungan dan program-program yang dilakukan pengelola untuk meningkatkan kualitas produk wisata yang dimiliki sebagai upaya meningkatkan kunjungan dan kepuasan dari pengunjung. 2. Observasi (check list)

Observasi dilakukan dengan meninjau serta melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu mengenai kualitas produk wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.


(41)

78

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:142). Dalam penelitian ini kuesioner ditujukan kepada pengunjung yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari kualitas produk wisata dan kepuasan pengunjung. Studi literatur yang digunakan yaitu buku mengenai kepuasan pengunjung seperti buku karangan Kotler dan Keller (2009) dan Fandy Tjiptono (2005,2006,2007,2008), sedangkan kualitas produk wisata menggunakan jurnal, data base perusahaan dan

website guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah

penelitian.

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Di dalam penelitian ini, data mempunyai kedudukan paling tinggi karena data merupakan gambaran variabel yang diteliti dan fungsinya sebagai pembentukan hipotesis. Oleh karena itu, benar atau tidaknya data sangat menentukan mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data


(42)

79

Menurut Sugiyono (2010:102), ”instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable.

Suharsimi Arikunto (2009:145), yang dimaksud dengan validitas adalah ”Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah. Sedangkan Menurut Sugiyono (2010:121), “instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yang menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan antara skor yang diperoleh dari masing-masing item berupa pertanyaan dengan skor


(43)

80

totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus signifikan. Berdasarkan ukuran statistik, bila ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas.

Untuk menguji validitas setiap item pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan korelasi rank spearman, yaitu korelasi data ordinal atau data berjenjang (data urutan). Jadi variabel yang akan dikorelasikan berdasarkan perbedaan urutan kedudukan skornya, bukan pada sekor hasil pengukuran yang sebenarnya. Teknik korelasi spearman ini hanya efektif digunakan bila subjeknya atau N-nya berjumlah antara 10-30, bila lebih dari 30 sebaiknya menggunakan teknik analisis korelasi lain. Lambang korelasi spearman adalah r (dibaca rho), (Hartono, 2008:71).

Rumus Korelasi Rank Spearman tersebut adalah sebagai berikut: �= 1− 6( D)

2

N(N2 1) (Hartono, 2008:71) Keterangan:

= Koefisien Korelasi Rank Spearman

6&1 = Bilangan Konstan (tidak boleh diubah)

D&B = Beda urutan sekor pada variabel I dengan variabel II N = Number of men atau jumlah pasangan

Keputusan pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel, maupun nilai probabilitas statistik < (level of significant 5% = 0,05) maka instrumen dikatakan valid.


(44)

81

2. Jika rhitung < rtabel, maupun nilai probabilitas statistik > (level of significant 5% = 0,05) maka instrumen dikatakan tidak valid.

Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan program SPSS 18 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat beberapa item instrumen yang tidak valid yang kemudian peneliti hilangkan, setelah item instrumen yang tidak valid peneliti hilangkan diperoleh hasil pengujian validitas sebagai berikut:

TABEL 3.4

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL (X) KUALITAS PRODUK WISATA DAN VARIABEL (Y) KEPUASAN PENGUNJUNG

No Pertanyaan r hitung

Perceived

Sig. 2

tailed

r hitung

Expectation

Sig. 2

tailed Keterangan

A. Mutu DTW

1 Bagaimana pendapat anda tentang

keunikan DTW Cimanggu. 0,756 0,000 0,685 0,000 Valid 2 Bagaimana pendapat anda tentang keaslian

arsitektur dan bentuk bangunan. 0,785 0,000 0,829 0,000 Valid

3

Bagaimana pendapat anda tentang keramahan pelayanan yang diberikan oleh karyawan.

0,595 0,001 0,645 0,000 Valid

4 Bagaimana pendapat anda tentang

keamanan di dalam DTW. 0,825 0,000 0,856 0,000 Valid

5

Bagaimana pendapat anda tentang kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat makan, tempat parkir).

0,934 0,000 0,829 0,000 Valid

B. Mutu Atraksi Wisata

1 Bagaimana pendapat anda mengenai

keasrian alam di DTW. 0,592 0,001 0,879 0,000 Valid

2 Bagaimana pendapat anda mengenai

keamanan pemandian air panas di DTW. 0,873 0,000 0,891 0,000 Valid 3 Bagaimana pendapat anda mengenai

kebersihan pemandian air panas di DTW. 0,912 0,000 0,775 0,000 Valid

4

Bagaimana pendapat anda mengenai keragaman jenis wahana permainan di DTW.

0,721 0,000 0,891 0,000 Valid

5 Bagaimana pendapat anda mengenai

keamanan wahana permainan di DTW. 0,678 0,000 0,774 0,000 Valid C. Mutu Sarana Pendukung Wisata

1 Bagaimana pendapat anda mengenai mutu

sarana akomodasi di DTW. 0,598 0,000 0,803 0,000 Valid

2 Bagaimana pendapat anda mengenai

fasilitas hiburan di DTW. 0,707 0,000 0,909 0,000 Valid 3 Bagaimana pendapat anda mengenai 0,758 0,000 0,617 0,000 Valid


(45)

82

kenyamanan toilet.

4 Bagaimana pendapat anda mengenai

kondisi mushola. 0,688 0,000 0,660 0,000 Valid

5 Bagaimana pendapat anda mengenai

kenyamanan tempat makan. 0,648 0,000 0,641 0,000 Valid 6 Bagaimana pendapat anda mengenai

ketersediaan tempat sampah. 0,840 0,000 0,617 0,000 Valid

7 Bagaimana pendapat anda mengenai

kondisi kamar bilas. 0,791 0,000 0,838 0,000 Valid

8 Bagaimana pendapat anda mengenai

ketersediaan tempat duduk. 0,471 0,009 0,617 0,000 Valid D. Mutu Aksesibilitas

1

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kemudahan memperoleh transportasi menuju DTW.

0,672 0,000 0,631 0,000 Valid

2

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kenyamanan saat perjalanan menuju DTW.

0,529 0,003 0,616 0,000 Valid

3

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW.

0,537 0,002 0,663 0,000 Valid

4

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kondisi infrastruktur menuju DTW.

0,489 0,006 0,660 0,000 Valid

Sumber: Pengolahan Data Primer, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.4, hasil pengujian validitas instrumen penelitian menunjukkan bahwa semua item-item pertanyaan dalam kuesioner valid (22 item) karena nilai probabilitas statistiknya (level of significant) < 0,05, dengan demikian kedua variabel tersebut valid untuk digunakan dalam penelitian.

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:268), reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data


(46)

83

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:247), reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya.

Pada penelitian ini reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus

alpha atau cronbach’s alpha ( dikarenakan instrumen pertanyaan kuesioner yang dipakai merupakan rentangan antara beberapa nilai dalam hal ini menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Rumus alpha atau

cronbach’s alpha ( , sebagai berikut: 11 =

−1 1− �2

�2 (Husein Umar, 2009:170)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal = varian total


(47)

84

Jumlah varian butir tiap pertanyaan dapat dicari dengan cara mencari nilai varian tiap butir yang kemudian dijumlahkan seperti berikut ini:

� = 2

2

(Husein Umar, 2009:170)

Keterangan: n = jumlah sampel

= nilai varian

X= nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan) Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika koefisien internal seluruh item rhitung > rtabel dengan tingkat

signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2. Jika koefisien internal seluruh item rhitung < rtabel dengan tingkat

signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 (30-2=28) dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS (Statistical Product for Service Solution) 18 for windows. Berikut tabel hasil pengolahan data uji reliabilitas instrumen penelitian:

TABEL 3.5

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL (X) KUALITAS PRODUK WISATA DAN VARIABEL (Y) KEPUASAN

PENGUNJUNG

No. Variabel

r hitung (Alpha Cronbach)

r tabel Keterangan

1 Kualitas Produk Wisata

Perceived 0,958 0,70 Reliabel

2 Kualitas Produk Wisata

Expectation 0,971 0,70 Reliabel


(48)

85

3.2.7 Rancangan Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk mengukur, mengolah dan menganalisis data tersebut. Tujuan pengolahan data adalah untuk memberikan keterangan yang berguna, serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian, teknik analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis serta jawaban masalah yang diajukan.

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini disusun oleh peneliti berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif analisis data dilakukan setelah data seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun Data

Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden, serta mengecek kelengkapan data yang diisi oleh responden untuk mengetahui karakteristik responden.

2. Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data yang terkumpul.

3. Tabulasi Data

Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a) Memberikan skor pada setiap item

b)Menjumlahkan skor pada setiap item


(49)

86

4. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik.

Data yang telah terkumpul harus dianalisis agar memperoleh makna yang berguna bagi pemecahan masalah yang telah diangkat oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah dengan menggunakan statistik.

Penelitian ini menggunakan dua jenis pendekatan analisis, yaitu analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif serta digunakan untuk melihat faktor penyebab. Sedangkan analisis verifikatif dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik dan menitikberatkan dalam pengungkapan perilaku variabel penelitian. Dengan menggunakan kombinasi metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang bersifat komprehensif.

3.2.7.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif

Menurut Sugiyono (2010:147-148), mengungkapkan “Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”. Analisis deskriptif ini juga dapat digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat


(50)

87

perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi tanpa diuji signifikansinya.

Pada penelitian ini, analisis data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, diantaranya:

1. Analisis deskriptif tanggapan pengunjung (wisatawan umum) mengenai kualitas produk wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu yang terdiri dari indikator mutu DTW, indikator mutu atraksi wisata, indikator mutu sarana pendukung wisata, dan indikator mutu aksesibilitas.

2. Analisis deskriptif tanggapan pengunjung (wisatawan umum) mengenai kepuasan pengunjung yang terdiri dari ekspektasi dan persepsi di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

Menurut Moh. Ali (1985:184), kategori hasil perhitungan digunakan kriteria penafsiran sebagai berikut:

TABEL 3.6

KRITERIA PENAFSIRAN HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN

No. Kriteria Penafsiran Keterangan

1. 0% Tidak seorangpun

2. 1% - 25% Sebagian kecil

3. 26% - 49% Hampir setengahnya

4. 50% Setengahnya

5. 51% - 75% Sebagian besar

6. 76% - 99% Hampir seluruhnya

7. 100% Seluruhnya

Sumber: Moh. Ali (1985:184).

3.2.7.2 Rancangan Analisis Data Verifikatif

Regresi linier sederhana adalah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Hartono (2008:93), analisis regresi


(51)

88

digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Bila skor variabel bebas diketahui maka skor variabel terikatnya dapat diprediksi besarnya.

Dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah kualitas produk wisata berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu kepuasan pengunjung yang terdiri dari ekspektasi (harapan) dan persepsi (kenyataan) di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu. Adapun langkah untuk analisis verifikatif adalah sebagai berikut:

1. MSI (Method of Successive Interval)

Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam operasionalisasi variabel sebelumnya. Oleh karena itu, semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasi menjadi skala interval dengan cara MSI (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pertanyaan.

b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi (ρ) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden.

c. Berdasarkan proporsi tersebut dilakukan perhitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban pertanyaan.

d. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pilihan jawaban pernyataan.


(52)

89

e. Menentukan nilai interval rata-rata (scale value) untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:

= � � � � �� � − (� � � �� � )

�� � − ( � �� � )

f. Menghitung nilai hasil transformasi setiap pilihan jawaban melalui rumus persamaan berikut:

�� �ℎ � � ∶ = � � + 1

Data yang telah terbentuk skala interval kemudian ditentukan pasangan data variabel independen dan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan variabel tersebut.

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Menurut Riduwan dan Akdon (2010:133), Regresi linear sederhana atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Regresi sederhana dapat juga diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan. Supaya tidak salah paham bahwa peramalan tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi. Jadi, regresi linier sederhana mengemukakan tentang keingintahuan apa yang terjadi di masa depan untuk memberikan kontribusi menentukan keputusan yang terbaik.


(1)

4.4.4 Pengujian Hipotesis dan Persamaan Regresi Linier

Sederhana ... 160

4.5 Implikasi Hasil Temuan Penelitian ... 162

4.5.1 Implikasi Hasil Temuan Penelitian Bersifat Teoritik ... 162

4.5.2 Implikasi Hasil Temuan Penelitian Bersifat Empirik ... 163

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 166

5.1 Kesimpulan ... 166

5.2 Rekomendasi ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 170 LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Tabel Hal

1.1 Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010 ... 4

1.2 Klasifikasi Obyek Wisata yang Dikelola Perum Perhutani Sesuai dengan Status Hutan dan Fungsinya ... 6

1.3 Daftar Daya Tarik Wisata Alam ... 7

1.4 Kondisi Sarana dan Prasarana di Taman Wisata Alam Cimanggu ... 10

1.5 Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Alam Air Panas di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011 ... 13

1.6 Inventarisasi Fasilitas Atraksi di Taman Wisata Alam Cimanggu ... 15

1.7 Hasil Pra-Penelitian Kepuasan Pengunjung di TWA Cimanggu ... 17

2.1 Definisi Pemasaran Menurut Para Ahli ... 22

2.2 Definisi Produk Menurut Beberapa Ahli ... 27

2.3 Pengertian Produk Wisata Menurut Para Ahli ... 28

2.4 Perbedaan Sifat dan Ciri Produk Barang dan Produk Wisata 29 2.5 Harapan, Kinerja, dan Kepuasan ... 40

2.6 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index ... 49

2.7 Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Kualitas Produk Wisata dan Kepuasan Pengunjung ... 53

3.1 Operasionalisasi Variabel Kualitas Produk Wisata dan Kepuasan Pengunjung ... 67

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 72

3.3 Jumlah Pengunjung Kawasan TWA Cimanggu Tahun 2011 73

3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel (X) Kualitas Produk Wisata dan Variabel (Y) Kepuasan Pengunjung ... 81

3.5 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel (X) Kualitas Produk Wisata dan Variabel (Y) Kepuasan Pengunjung ... 84

3.6 Kriteria Penafsiran Hasil Perhitungan Responden ... 87

4.1 Produk dan Jasa yang Ditawarkan di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 100


(3)

4.2 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Jenis Kelamin ... 103 4.3 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Usia ... 104 4.4 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Pekerjaan ... 106 4.5 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 107 4.6 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Status Marital ... 109 4.7 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Pendidikan Akhir ... 110 4.8 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Asal Tempat Tinggal ... 112 4.9 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Frekuensi

Berkunjung dalam Satu Tahun ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 113 4.10 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Sumber

Informasi Mengenai Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 115 4.11 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Teman

Berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu .... 117 4.12 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Motivasi

Berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu .... 118 4.13 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Waktu

Berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu .... 120 4.14 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Lama Tinggal

di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 122 4.15 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Pengeluaran

Selama di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 123 4.16 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Kendaraan yang

Digunakan Menuju Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 125 4.17 Data Penilaian Pengunjung Terhadap Kawasan Taman

Wisata Alam Cimanggu ... 126 4.18 Tanggapan Pengunjung Terhadap Mutu DTW di Kawasan


(4)

4.19 Tanggapan Pengunjung Terhadap Mutu Atraksi Wisata

di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 132 4.20 Tanggapan Pengunjung Terhadap Mutu Sarana Pendukung

Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 134 4.21 Tanggapan Pengunjung Terhadap Mutu Aksesibilitas

di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 137 4.22 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Pengunjung Terhadap

Kualitas Produk Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 139 4.23 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index ... 143 4.24 Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu DTW di

Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 143 4.25 Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu Atraksi Wisata

di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 146 4.26 Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu Sarana

Pendukung Wisata di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 148 4.27 Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu Aksesibilitas di

Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 150 4.28 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Pengunjung Terhadap

Kepuasan Pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 152 4.29 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 156 4.30 Hasil Uji Multikolinearitas ... 157 4.31 Matriks Korelasi antara Kualitas Produk Wisata dan

Kepuasan Pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 158 4.32 Output Analisis Kualitas Produk Wisata Terhadap

Kepuasan Pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 159 4.33 Uji Simultan (Uji F) ... 160 4.34 Output Koefisien Regresi ... 161


(5)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Gambar Hal

2.1 Pengaruh Ekspektasi Pra-Pembelian dan Persepsi

Kinerja Purnabeli ... 39 2.2 Pembentukan Kepuasan/Ketidakpuasan Pelanggan ... 40 2.3 Model Anteseden dan Konsekuensi Kepuasan Pelanggan .... 42 2.4 Kerangka Pemikiran Pengaruh Kualitas Produk Wisata

Terhadap Kepuasan Pengunjung di Kawasan Taman

Wisata Alam Cimanggu ... 59 2.5 Paradigma Penelitian Kualitas Produk Wisata Terhadap

Kepuasan Pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu ... 60 3.1 Struktur Kausal antara X dan Y ... 92 4.1 Struktur Karyawan TWA Cimanggu ... 99 4.2 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Jenis Kelamin ... 104 4.3 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Usia ... 105 4.4 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Pekerjaan ... 107 4.5 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 108 4.6 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Status Marital ... 110 4.7 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Pendidikan Akhir ... 111 4.8 Karakteristik Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu Berdasarkan Asal Tempat Tinggal ... 113 4.9 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Frekuensi

Berkunjung dalam Satu Tahun ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 115 4.10 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Sumber

Informasi Mengenai Kawasan Taman Wisata Alam


(6)

4.11 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Teman

Berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu .... 118 4.12 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Motivasi

Berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu .... 120 4.13 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Waktu

Berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu .... 121 4.14 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Lama Tinggal

di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 123 4.15 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Pengeluaran

Selama di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ... 124 4.16 Data Pengalaman Pengunjung Berdasarkan Kendaraan yang

Digunakan Menuju Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu 126 4.17 Data Penilaian Pengunjung Terhadap Kawasan Taman

Wisata Alam Cimanggu ... 128 4.18 Garis Kontinum Kualitas Produk Wisata di Kawasan Taman

Wisata Alam Cimanggu ... 141 4.19 Index Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu DTW ... 144 4.20 Index Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu Atraksi

Wisata ... 147 4.21 Index Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu Sarana

Pendukung Wisata ... 149 4.22 Index Kepuasan Pengunjung atas Indikator Mutu

Aksesibilitas ... 151 4.23 Histogram Dependent Variable Kepuasan Pengunjung ... 154 4.24 Normal Probability Plot ... 155