suku aljabar\BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006 : 2). Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid.
Metode penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: A. JENIS PENELITIAN
Sesuai dengan judul penelitian diatas, maka penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010 : 9), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.
B. PENENTUAN SUBJEK PENELITIAN 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006 : 130). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTS Negeri Pademawu semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Populasi terdiri dari 7 kelas dengan jumlah keseluruhan 207 siswa dengan rincian sebagai berikut:
(2)
Tabel 3.1
Data Jumlah Siswa Kelas VIII MTs Negeri Pademawu Tahun Pelajaran 2013/2014
2. Samp
el
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Dalam penelitian ini sampel dipilih kelas secara acak untuk ditetapkan menjadi objek penelitian. Pada teknik pengambilan sampel ini semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Setelah melalui pengundian yaitu dengan menuliskan nama kelas pada kertas kecil dan digulung kemudian diambil satu persatu. Maka terambil kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol. Dimana tingkat kemampuan siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010 : 308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes .
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006 : 150). Tes yang digunakan
KELAS JUMLAH SISWA
VIII-A 32
VIII-B 32
VIII-C 36
VIII-D 35
VIII-E 36
(3)
berupa tes essai objektif yaitu soal atau pertanyaan yang diajukan pada responden berbenuk uraian (essay), sehingga dengan demikian jawaban yang diinginkan adalah berbentuk uraian bebas.
Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan uji coba terhadap instrument penelitian yaitu soal tes yang bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya tes diberikan dengan menggunakan:
1. Validitas Tes
Validitas Tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinngi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:
rxy ¿ n
∑
xy−
(
∑
x)(
∑
y)
√
(
(
n∑
x2−(
∑
x)
2)(
n∑
y2−(
∑
y)
2)
)
(Arikunto, 2006 :275)
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi product moment x : Jumlah skor butir
y : Jumlah skor total
Σ xy : Jumlah hasil kali skor butir dengan skor total n : Jumlah siswa
(4)
Setelah diperoleh harga
r
xy , maka langkah berikutnya adalahmengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment (taraf signifikan 5%). Ketentuannya adalah:
Jika
r
xy≥
r
tabel , maka soal tersebut validJika
r
xy <r
tabel , maka soal tersebut tidak valid 2. Reliabilitas TesMenurut Arikunto (2006 : 178) reliabelitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Karena soal tes berbentuk uraian maka untuk mengukur tingkat reliabilitas soal digunakan rumus alpha sebagai berikut:
r11 ¿
(
kk−1
)
(
1−∑
σb2σt2
)
(Arikunto, 2006 : 196) Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
σb2 : Jumlah varians skor tiap-tiap butir
σt
2
: Varians total
Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari varians tiap-tiap butir soal dahulu kemudian dijumlahkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(5)
σ2
¿
∑
X2−
(
∑
X)
2
N N
(Arikunto, 2006 : 184)
Keterangan: σ2 : Varians
∑
X2 : Jumlah kuadrat skor butir(
∑
X)
2 : Jumlah skor butir N : Jumlah siswaSetelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r produk moment (taraf signifikan 5%). Ketentuannya adalah:
Jika r11≥ rtabel , maka soal tersebut reliabel
Jika r11<rtabel , maka soal tersebut tidak reliabel. 3. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran tes subjektif menggunakan rumus sebagai berikut:
Tk ¿ n
N ×100 (Arikunto, 2006 : 127) Keterangan :
Tk : Tingkat Kesukaran
n : Jumlah siswa yang mendapat skor dibawah setengah skor maksimum N : Jumlah siswa
Tes dapat dianggap baik apabila memiliki kesukaran 10% hingga 90% dengan syarat tingkat kesukaran yang diperoleh bersifat keterangan.
(6)
Menurut Arikunto, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (2009 : 211).
Menurut Priatna (2003:76) penentuan daya pembeda soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor siswa dari tertinggi ke terendah, selanjutnya mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok bawah. Untuk menghitung daya beda, rumus yang digunakan sebagai berikut:
DP ¿SA−SB
IA
×100 (Kano To dalam Nanang Priatna, 2003: 77) Keterangan :
DP : Daya pembeda satu butir soal tertentu
SA : Jumlah skor kelompok atas pada soal yang diolah
SB : Jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah
IA : Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Kriteria tingkat daya beda yang digunakan adalah: Negatif - 10% : sangat buruk
10% - 19% : buruk 20% - 29% : agak baik 30% - 49% : baik
50% ke atas : sangat baik (Kano To dalam Nanang Priatna, 2003: 77) Yang dimaksud siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang memperoleh skor tinggi, sedangkan yang dimaksudkan dengan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang memperoleh skor rendah setelah mengerjakan tes suatu mata pelajaran.
(7)
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Dari data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan analisis data statistik karena data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu skor tes yang berupa angka. Maka data tersebut terlebih dahulu dianalisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t.
1. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2006 : 194), untuk pengujian normalitas data dapat menggunakan chi kuadrat ( x2 ) dengan rumus:
x2 = ∑ (f0−fh)
2
fh
(Sugiyono, 2006 : 194) Keterangan :
f0 = frekuensi / jumlah data
fh = frekuensi yang diharapkan
Langlah-langkah pengujian normalitas data dengan chi kuadrat adalah merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya, menentukan kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalnya = 6, karena luas kurva normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing luasnya adalah: 2,7%, 13,34%, 33,96%, 33.96%, 13,34%, 2,7%, menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar-data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval(6), menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga chi kuadrat, menghitung frekuensi yang diharapkan ( fh ), dengan cara mengalikan luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel, memasukkan harga-harga fh ke dalam
(8)
tabel kolom fh , sekaligus menghitung harga-harga ( f0 - fh ) dan
(f0−fh)2
fh dan menjumlahkannya, membandingkan harga Chi kuadrat
hitung dengan Chi kuadrat tabel. Bila harga Chi kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi kuadrat tabel ( xh2 ≤ xt2 ), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar ( ) dinyatakan tidak normal
2. Uji Homogenitas
Untuk pengujian homogenitas dapat digunakan uji F dengan rumus: F = Varians terbesar
Var ians Terkecil (Sugiyono, 2006 : 225)
Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang (n1-1) dan dk penyebut (n2-1) serta tingkat kesalahan 5%. Jika
harga F hitung lebih kecil dari F tabel maka Varian kedua kelompok data tersebut homogen, Namun jika harga F hitung lebih besar dari F tabel maka Varian kedua kelompok data tersebut tidak homogen.
3. Analisis Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik atau tidak lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar kelas VIII MTs Negeri Pademawu tahun pelajaran 2013/2014 berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dapat menunjukkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak
(9)
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan yaitu:
H1 : “Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar kelas VIII MTS Negeri Pademawu tahun pelajaran 2013/2014”.
H0 : “Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) tidak lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar kelas VIII MTS Negeri Pademawu tahun pelajaran 2013/2014”.
Untuk menguji kedua hipotesis tersebut, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
t= M1−M2
√
(
∑
X12+∑
X2 2N1+N2−2
)
(
1
N1
+ 1
N2
)
Arikunto, (2006:311)
Keterangan: M1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen
M2 = nilai rata-rata kelompok kontrol
∑
X12 = total kuadrat nilai kelompok eksperimen∑
X22 = total kuadrat nilai kelompok kontrolN1 = jumlah sampel kelas eksperimen
N2 = jumlah sampel kelas kontrol
Nilai t yang didapat dinyatakan sebagai thitung yang nantinya dikonversikan dengan nilai ttabel kritik dengan taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%. Hal ini berarti resiko kesalahan dalam pengambilan
(10)
keputusan besar 5% atau benar dalam mengambil keputusan sebesar 95% dengan ketentuan sebagai berikut:
- tkritis<thitung<tkritis Hipotesis nol diterima
thitung≤−tkritisatauthitung≥ tkritis Hipotesis nol ditolak
Untuk menguji kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thasil perhitungan pada ttabel dengan terlebih dahulu menetapkan degress of freedomnya atau derajat kebebasannya.
db = ( N1 + N2 ) – 2 (Arikunto, 2006:313)
keterangan: db: derajat kebebasan
N1: banyaknya peserta kelompok kelas eksperimen
(1)
σ2
¿
∑
X2−
(
∑
X)
2N N
(Arikunto, 2006 : 184)
Keterangan: σ2 : Varians
∑
X2 : Jumlah kuadrat skor butir(
∑
X)
2 : Jumlah skor butir N : Jumlah siswaSetelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r produk moment (taraf signifikan 5%). Ketentuannya adalah:
Jika r11≥ rtabel , maka soal tersebut reliabel Jika r11<rtabel , maka soal tersebut tidak reliabel.
3. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran tes subjektif menggunakan rumus sebagai berikut:
Tk ¿ n
N ×100 (Arikunto, 2006 : 127) Keterangan :
Tk : Tingkat Kesukaran
n : Jumlah siswa yang mendapat skor dibawah setengah skor maksimum N : Jumlah siswa
Tes dapat dianggap baik apabila memiliki kesukaran 10% hingga 90% dengan syarat tingkat kesukaran yang diperoleh bersifat keterangan.
(2)
Menurut Arikunto, daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (2009 : 211).
Menurut Priatna (2003:76) penentuan daya pembeda soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor siswa dari tertinggi ke terendah, selanjutnya mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok bawah. Untuk menghitung daya beda, rumus yang digunakan sebagai berikut:
DP ¿SA−SB
IA
×100 (Kano To dalam Nanang Priatna, 2003: 77) Keterangan :
DP : Daya pembeda satu butir soal tertentu
SA : Jumlah skor kelompok atas pada soal yang diolah SB : Jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah IA : Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Kriteria tingkat daya beda yang digunakan adalah: Negatif - 10% : sangat buruk
10% - 19% : buruk 20% - 29% : agak baik 30% - 49% : baik
50% ke atas : sangat baik (Kano To dalam Nanang Priatna, 2003: 77) Yang dimaksud siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang memperoleh skor tinggi, sedangkan yang dimaksudkan dengan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang memperoleh skor rendah setelah mengerjakan tes suatu mata pelajaran.
(3)
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Dari data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan analisis data statistik karena data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu skor tes yang berupa angka. Maka data tersebut terlebih dahulu dianalisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t.
1. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2006 : 194), untuk pengujian normalitas data dapat menggunakan chi kuadrat ( x2 ) dengan rumus:
x2 = ∑ (f0−fh) 2
fh
(Sugiyono, 2006 : 194) Keterangan :
f0 = frekuensi / jumlah data
fh = frekuensi yang diharapkan
Langlah-langkah pengujian normalitas data dengan chi kuadrat adalah merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya, menentukan kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalnya = 6, karena luas kurva normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing luasnya adalah: 2,7%, 13,34%, 33,96%, 33.96%, 13,34%, 2,7%, menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar-data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval(6), menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga chi kuadrat, menghitung frekuensi yang diharapkan ( fh ), dengan cara mengalikan luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel, memasukkan harga-harga fh ke dalam
(4)
tabel kolom fh , sekaligus menghitung harga-harga ( f0 - fh ) dan
(f0−fh)2
fh dan menjumlahkannya, membandingkan harga Chi kuadrat
hitung dengan Chi kuadrat tabel. Bila harga Chi kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi kuadrat tabel ( xh2 ≤ xt2 ), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar ( ) dinyatakan tidak normal
2. Uji Homogenitas
Untuk pengujian homogenitas dapat digunakan uji F dengan rumus: F = Varians terbesar
Var ians Terkecil (Sugiyono, 2006 : 225)
Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang (n1-1) dan dk penyebut (n2-1) serta tingkat kesalahan 5%. Jika harga F hitung lebih kecil dari F tabel maka Varian kedua kelompok data tersebut homogen, Namun jika harga F hitung lebih besar dari F tabel maka Varian kedua kelompok data tersebut tidak homogen.
3. Analisis Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik atau tidak lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar kelas VIII MTs Negeri Pademawu tahun pelajaran 2013/2014 berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dapat menunjukkan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak
(5)
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan yaitu:
H1 : “Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar kelas VIII MTS Negeri Pademawu tahun pelajaran 2013/2014”.
H0 : “Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar kelas VIII MTS Negeri Pademawu tahun pelajaran 2013/2014”.
Untuk menguji kedua hipotesis tersebut, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
t= M1−M2
√
(
∑
X12+∑
X2 2N1+N2−2
)
(
1
N1 + 1
N2
)
Arikunto, (2006:311)
Keterangan: M1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen
M2 = nilai rata-rata kelompok kontrol
∑
X12 = total kuadrat nilai kelompok eksperimen∑
X22 = total kuadrat nilai kelompok kontrol N1 = jumlah sampel kelas eksperimenN2 = jumlah sampel kelas kontrol
Nilai t yang didapat dinyatakan sebagai thitung yang nantinya dikonversikan dengan nilai ttabel kritik dengan taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%. Hal ini berarti resiko kesalahan dalam pengambilan
(6)
keputusan besar 5% atau benar dalam mengambil keputusan sebesar 95% dengan ketentuan sebagai berikut:
- tkritis<thitung<tkritis Hipotesis nol diterima
thitung≤−tkritisatauthitung≥ tkritis Hipotesis nol ditolak Untuk menguji kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thasil perhitungan pada ttabel dengan terlebih dahulu menetapkan degress of freedomnya atau derajat kebebasannya.
db = ( N1 + N2 ) – 2 (Arikunto, 2006:313) keterangan: db: derajat kebebasan
N1: banyaknya peserta kelompok kelas eksperimen N2: banyaknya peserta kelompok kelas kontrol