SUKU ASMAT DAN SUKU DANI

KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA :









Eka Susanti
07
Eni Rahmawati
08
Glorious Putri Nuraeni10
Kholifatun Nisa
16
Nuris Sobah 19
Putri Khatijah 22
Rosidini Annisa .F 28

Wira Diyah Ayu .K 37

SUKU
ASMAT

Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demograf
◊ Lokasi
Suku Asmat berdiam di daerah-daerah yang sangat terpencil dan
daerah
tersebut masih merupakan alam yang ganas (liar). Mereka tinggal di
pesisir barat dayaIrian jaya (Papua).
◊ Batas-batas geografs
Sebelah utara dibatasi pegunungan dengan puncak-puncak bersalju
abadi,sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura, sebelah timur
berbatasandengan Sungai Asewetsy, sebelah barat berbatasan dengan
Sungai Pomats.Pertemuan Sungai Pomats, Undir (Lorentz), dan
Asewetsy.

◊ Kondisi lingkungan alam
Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa

dan
berlumpur,serta ditutupi dengan hutan tropis. Sungai-sungai
yang
mengalir di daerah initidak terhitung banyaknya, dan rata-rata
berwarna
gelap karena tertutup dengan lumpur.
◊ Data demograf
Jumlah penduduk di daerah Asmat tidak diketahui dengan pasti.
Diperkirakan pada tahun 2000 ada kurang lebih 70.000 jiwa,
9.000 di
antaranya bermukim diKecamatan Pirimapun. Pertambahan
penduduk
sangat pesat, berkisar antara 28sampai 84 jiwa setiap 1.000
orang.

◊ Ciri-ciri fsik 
Bentuk tubuh orang Asmat, tinggi badan
kaum laki-laki antara 1,67 hingga
1,72 meter, sedangkan kaum perempuan
tingginya antara 1,60 hingga 1,65

meter. Ciri-ciri bagian tubuh lainnya adalah
bentuk kepala yang lonjong
(dolichocephalic), bibir tipis, hidung mancung,
dan kulit hitam.

Asal Mula Suku Asmat
Nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun
1904. Tahun1770 kapal yang
dinahkodai James Cook mendarat di sebuh teluk
Asmat. Tiba-tiba muncul
puluhan perahu lesung panjang didayungi
ratusan laki-laki berkulit gelap dengan
wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna
merah,hitam, dan putih. Mereka ini
menyerang dan berhasil melukai serta
membunuh beberapa anak buah James
Cook. Berabad-abad kemudian tanggal 10

Terulang peristiwa yang dialami oleh James Cook dan anak buahnya
pada

saat dahulu. Mereka didatangi kembali. Namun, kali ini tidak terjadi
kontak
berdarah. Sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di
antara
kedua pihak. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka
berhasil
melakukan pertukaran barang. Kejadian ini yang membuka jalan
adanya
penyelidikan selanjutnya didaerah asmat. Sejak itu, orang mulai
berdatangan
ke daerah yang kemudian dikenal dengan daerah Asmat itu.

Bahasa Suku Asmat
Oleh para ahli bahasa, bahasa dibedakan antara
orang Asmat pantai atau
hilir sungai dan asmat hulu sungai. Asmat
Hilir sungai dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Sub kelompok Pantai Barat Laut atau pantai
Flamingo, seperti bahasa

Kaniak, Bisman, Simay, dan Becembub.
2. Sub kelompok Pantai Baratdaya atau
Kasuarina, seperti bahasa Batia dan
Sapan.

Sistem Teknologi
Alat-alat produktif
Orang Asmat telah memiliki peralatan serta cara
untuk mempertahankan hidupnya. Jaring sendiri
yang terbuat dari anyaman daun sagu tersebut
digunakan untuk menjaring ikan di muara sungai.
Caranya dengan melemparkan jaring tersebut ke
laut untuk kemudian ditarik bersama-sama.

Senjata
Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari
tombak dan
panah musuh dalam peperangan. Senjata ini terbuat dari akar besar
pohon
bakau atau kayu yang lunak dan ringan. Tombak pada masyarakat

Asmat terbuat
dari kayu keras seperti kayu besi atau kulit pohon sagu.Ujungya yang
tajam
dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari paruh burung atau kuku
burung
kasuari.

Makanan
Sagu sebagai makanan pokok. Makanan tambahan, ulat sagu yang
didapatkan
didalam batang pohon sagu yang sudah membusuk dan daging
manusia yang
meninggal karena peperangan.

Perhiasan
Orang Asmat memiliki kepercayaan,mereka biasa berhias dengan
mengidentifikasi
kan diri seperti burung. Untuk hiasan kepala, mereka menggunakan bulu
dari
burung kasuari atau kuskus. Sekeliling matanya diwarnai merah bagaikan

mata
burung kakatua hitam bila sedang marah. Hiasan dahi terbuat dari kulit
kuskus,
yang merupakan lambang dari si pengayau kepala yang perkasa. Hiasanhiasan
hidung terbuat dari semacam keong laut, atau kadang-kadang terbuat dari
tulang
manusia atau tulang babi. Anting-anting wanita terbuat dari bulu
kuskus.Gigi-gigi
anjing diuntai untuk dijadikan kalung penghias leher. Gigi-gigi anjing
tersebut
dinilai tinggi bagi mereka, oleh karena itu sering dijadikan sebagai emas
kawin
(pomerem) bagi keluarga pihak wanita.

Tempat Berlindung dan
Perumahan
Menurut tradisi orang Asmat, dalam sebuah kampung
terdapat 2 macam
bangunan, yaitu rumah bujang dan rumah keluarga.
Rumah yang terdiri dari

satu ruangan ini dibangun di atas tiang tiang kayu
dengan panjang 30-60
meter dan lebar sekitar 10meter.
Rumah ini biasa digunakan untuk merencanakan suatu
pesta, perang,dan
perdamaian. Pada waktu senggang, rumah ini digunakan
untuk menceritakan
dongeng-dongeng suci para leluhur.

Alat Musik
Alat musik yang biasa digunakan oleh orang
Asmat adalah tifa yang terbuat
dari selonjor batang kayu yang dilobangi.
Pahatan tifa berbentuk pola leluhur
atau binatang yang dikeramatkan.
Pada bagian atas dibungkus dengan kulit kadal
dan kulit tersebut diikat dengan
rotan yang tahan api. Tifa biasanya diberi nama
sesuai dengan orang yang
telah meninggal.


Alat Transportasi dan Perlengkapannya
Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung
sebagai alat transportasinya.
Pembuatan perahu dahulunya digunakan untuk
persiapan suatu penyerangan
dan pengayauan kepala. Selain itu, perahu
lesung juga digunakan untuk
keperluan pengangkutan dan pencarian bahan
makanan. Dan setiap 5
tahun sekali, orang-orang Asmat membuat
perahu-perahu baru.

Sistem Mata Pencaharian
Kehidupan sehari-hari
Mata pencaharian hidup orang Asmat di daerah pantai
adalah meramu sagu,
berburu binatang kecil, (yang terbesar adalah babi
hutan), dan mencari ikan di
sungai, danau, maupun pinggir pantai. Mereka juga

terkadang menanam buahbuahan dan tumbuhan akar-akaran, yang sengaja
mereka tanam di kebun
kebun kecil yang sederhana berada di tengah-tengah
hutan.

Kehidupan di Perkampungan
Dengan didirikannya perkampunganperkampungan bagi orang-orang Asmat, maka
kehidupan mereka yang seminomad itu mulai
berubah. Biasanya,kampung yang satu berjauhan
dengan kampung yang lain. Hal ini disebabkan
adanya perasaan takut akan diserang musuh yang
sudah tertanam di pikiran orang-orang Asmat.
Populasi suatu kampung biasanya terdiri dari 100
hingga1000 jiwa.

Organisasi Sosial
Status dan peran
Dalam kehidupan orang Asmat, peran kaum lakilaki dan perempuan itu
berbeda. Kaum perempuan bertugas melakukan
pencarian bahan makanan

dan menjaring ikan di laut atau di sungai.
Sedangkan kaum laki-laki, lebih sibuk
dengan melakukan kegiatan perang antar clan atau
antar kampung. Kegiatan
kaum laki-laki juga lebih terpusat di rumah bujang.

Sistem Kekerabatan
Dasar kekerabatan masyarakat Asmat adalah keluarga inti monogami, atau
kadang-kadang poligini, yang tinggal bersama-sama dalam rumah panggung
(rumah keluarga) seluas 3 m x 5 m x 4 m yang sering disebut dengan sytem.
Walaupun demikian, ada kesatuan-kesatuan keluarga yang lebih besar, yaitu
keluarga luas uxorilokal (keluarga yang sesudah menikah menempati
rumah
keluarga istri),
Atau avunkulokal (keluarga yang dudah menikah menempati rumah keluarga
istri
dari pihak ibu). Karena itu, keluarga-keluarga seperti itu, biasanya terdiri dari 1
keluarga inti senior dan 2-3 keluarga yunior atau 2 keluarga senior, apabila ada
2
saudara wanita tinggal dengan keluarga inti masing-masing dalam satu rumah.
Jumlah anggota keluarga inti masyarakatAsmat biasanya terdiri dari 4-5 atau 810
orang.

Lembaga Pernikahan
Sistem kekerabatan orang Asmat yang mengenal sistem clan itu
mengatur
pernikahan berdasarkan prinsip pernikahan yang mengharuskan
orang
mencari jodoh di luar lingkungan sosialnya, seperti di luar
lingkungan kerabat,
golongan sosial, dan lingkungan pemukiman (adat eksogami
clan).
Garis keturunan ditarik secara patrilineal (garis keturunan pria),
dengan adat
menetap sesudah menikah yang virilokal. Adat virilokal adalah
yang
menentukan bahwa sepasang suami-istri diharuskan menetap di
sekitar pusat
kediaman kaum kerabat suami.

Dalam masyarakat Asmat, terjadi juga sistem
pernikahan poligini yang
disebabkan adanya pernikahan levirat. Pernikahan
levirat adalah
pernikahan antara seorang janda dengan saudara
kandung bekas
suaminya yang telah meninggal dunia berdasarkan
adat-istiadat yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Pernikahan seorang
anak dalam masyarakat Asmat, biasanya diatur
oleh keduaorang tua
kedua belah pihak, tanpa diketahui oleh sang anak.

Sistem Pemerintahan
Pemerintahan secara tradisional (struktur paroh
masyarakat)
Di setiap kampung yang didirikan di wilayah masyarakat Asmat, Terdapat
satu
rumah panjang yang merupakan semacam balai desa dimana para warga
kampung berkumpul membicarakan masalah-masalah yang menyangkut
kepentingan seluruh warga.
Rumah panjang ini merupakan cerminan kehidupan mereka di masa
lampau.
Rumah panjang dahulunya berfungsi sebagai rumah bujang, atau Je
dalam
bahasa Asmat, dimana kaum pria membicarakan dan merembukan
penyerangan serta pengayauan kepala.

Pemerintahan baru (non tradisional)
Berbeda dengan pola tradisional, pola kepemimpinan
dan kekuasaan saat
ini tidak berada pada satu orang secara pribadi saja.
Kepala desa, di
dalam penyelenggaraan ketertiban hukum dibantu oleh
beberapa orang
pembantu. Kepala desa dan pembantu-pembantunya
juga bertanggung
jawab atas pemeliharaan kebersihan kampung,
pemeliharaan jalan-jalan
dan juga menjaga agar warga desa memelihara
rumahnya dengan sebaik
baiknya.

Sistem Pengetahuan
• Pengetahuan mengenai alam sekitar
• Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna
di daerah tempat tinggal
• Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan
mentah, dan benda-bendadalam
lingkungannya
• Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku
(kebutuhan) antar manusia
• Pengetahuan mengenai ruang waktu

Kesenian
Seni Ukir
Ragam kesenian suku Asmat yang banyak dilakukan
adalah seni pahat/ ukir.Benda-benda kesenian hasil
ukiran Asmat yang menarik adalah perisaiperisai,tiang-tiang mbis (patung bis/ leluhur), dan tifa.

Seni musik 
Orang Asmat memiliki alat musik khusus yang biasa
digunakan dalam upacara-upacara penting. Tifa adalah
alat musik yang paling umum digunakan oleh
masyarakat Asmat dalam kehidupannya.Tifa-tifa
ini biasa diukir dan dipahat oleh wow-ipits setempat.
 

Seni tari
Orang-orang Asmat kerap kali melakukan gerakangerakan tarian tertentu saat upacara sakral berlangsung.
Adanya gerakan-gerakan erotis dan dinamis yang
dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan di depan
rumah bujang (Je) dalam rangka upacara mbis.

Sistem Religi
1. Simbol-simbol (lambang) yang dipercayai/ digunakan
Ukiran simbol manusia dan burung pada perahu orang Asmat biasa
dibuat
di ujung perahu yang digunakannya. Ukiran yang berbentuk manusia
itu
melambangkan keluarga yang sudah meninggal. Ukiran burung dan
binatang
terbang lainnya dianggap melambangkan orang yang gagah berani
dalam
pertempuran dan lambang burung juga digunakan sebagai lambang
pengayauan, terutama burung atau binatangterbang yang berwarna
gelap
atau hitam.

2. Hiasan
Untuk hiasan kepala, menggunakan simbol burung
kasuari atau kuskus. Hiasan dahi yang terbuat dari
kulit kuskus merupakan lambang dari si pengayau
kepala yang perkasa.

3. Pohon orang Asmat
Pohon orang asmat menyebut dirinya Asmat-ow,
yang berarti manusia pohon. Dalam pandangan
mereka, pohon adalah manusia dan manusia
adalah pohon. Akar pohon melambangkan kaki
manusia, batangnya adalah tubuh manusia,
dahan-dahannya adalah tangan manusia, dan
daun-daun adalah kepala manusia.

4. Sagu
Sagu selain dijadikan bahan makan oleh
masyarakat Asmat, sagu juga memilki arti
khusus tersendiri bagi orang Asmat. Sagu
diibaratkan sebagai wanita. Suatu
kehidupan dipercaya oleh orang Asmat
keluar dari pohon sagu sebagaimana
kehidupan keluar dari rahim seorang ibu.

Roh-roh dan Kekuatan Magis
Roh setan Kehidupan orang-orang Asmat sangat
terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka
memiliki kepercayaan bahwa alam ini didiami
oleh roh, jin, makhluk halus, yang semuanya
disebut dengansetan. Setan ini digolongkan ke
dalam 2 kategori :
1. Setan yang membahayakan hidup
2.Setan yang tidak membahayakan hidup
3.Kekuatan magis dan Ilmu sihir

Ritual upacara
• Ritual Kematian Orang Asmat tidak mengenal dalam
hal mengubur mayat orang yang telah meninggal. Bagi
mereka, kematian bukan hal yang alamiah. Bila seseorang
tidak mati dibunuh, maka mereka percaya bahwa orang
tersebut mati karena suatu sihir hitam yang kena padanya.
• Setiap 5 tahun sekali, masyarakat Asmat membuat
perahu-perahu baru. Pantangan yang harus diperhatikan
saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh membuat
banyak bunyi-bunyian di sekitar tempat itu. Dulu, pembuatan
perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan
suatu penyerangan dan pengayauan kepala. Bila telah
selesai, perahu-perahu ini dicoba menuju tempat musuh
dengan maksud memanas-manasi mereka dan memancing
suasana musuh agar siap berperang. Sekarang, penggunaan
perahu lebih terarahkan untuk pengangkutan bahan
makanan.

• Upacara bis merupakan salah satu kejadian
penting di dalam kehidupan suku Asmat sebab
berhubungan dengan pengukiran patung leluhur
(bis) apabila ada permintaan dalam suatu
keluarga. Dulu, upacara bis ini diadakan untuk
memperingati anggota keluarga yang telah mati
terbunuh, dan kematian itu harus segera dibalas
dengan membunuh anggota keluarga dari pihak
yang membunuh. Pengukiran patung dikerjakan di
dalam rumah panjang (bujang) dan selama
pembuatan patung berlangsung, kaum wanita
tidak diperbolehkan memasuki rumah tersebut.
Dalam masa-masa pembuatan patung bis,
biasanya terjadi tukar-menukar istri yang disebut
dengan papis. Tindakan ini bermaksud untuk

• Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah
bujang (yentpokmbu) Orang-orang Asmat
mempunyai 2 tipe rumah, yaitu rumah keluarga dan
rumah bujang (je). Rumah bujang inilah yang amat
penting bagi orang-orang Asmat. Rumah bujang ini
dinamakan sesuai nama marga (keluarga) pemiliknya.
Rumah bujang merupakan pusat kegiatan baik yang
bersifat religius maupunyang bersifat non religius.
Suatu keluarga dapat tinggal di sana, namun apabila
ada suatu penyerangan yang akan direncanakan atau
upacara-upcara tertentu,wanita dan anak-anak dilarang
masuk. Orang-orang Asmat melakukan upacara khusus
untuk rumah bujang yang baru, yang dihadiri oleh
keluarga dan kerabat. Pembuatan rumah bujang juga
diikuti oleh beberapa orang dan upacara dilakukan
dengan tari-tarian dan penabuhan tifa.

SUKU

DANI

LETAK KONDISI GEOGRAFIS
Pada umumnya Suku Dani / Orang Dani bermukim di dataran
tinggi ±2500m
diatas permukaan laut yaitu, di pegunungan Provinsi Papua. Di
sebelah Timur
berbatasan dengan Papua New Guinea, Sebelah barat berbatasan
dengan
kabupaten Puncak Jaya, Sebelah selatan berbatasan dengan
kabupaten
Pegunungan Bintang dan Kabupaten Mamberamo Tengah, Sebelah
utara
berbatasan dengan Kabupaten Jalimo.

DATA DEMOGRAFI SUKU DANI
Penghuni Lembah Baliem adalah suku Dani yang
terkenal sebagai suku yang suka berperang tetapi
bukan pengayau seperti suku-suku yang tinggal di
sebelah timur lembah Baliem. Satu-satu kota besar di
lembah adalah Wamena dengan jumlah penduduk
12000 jiwa. Jumlah penduduk yang bertempat tinggal
di lembah adalah 100.000 jiwa sedangkan jumlah
penghuni di desa-desa di pegunungan tinggi adalah
750.000 jiwa.

KEHIDUPAN SUKU DANI
Meskipun banyak orang menyebut mereka dengan
sebutan Suku Dani, namun orang Suku Dani sendiri
menyebut mereka sebagai Suku Parim. Suku Dani atau
Suku Parim ini termasuk suku yang masih memegang
teguh kepercayaan mereka. Salah satunya adalah
selalu memberi hormat pada orang-orang yang sudah
meninggal. Hal tersebut dilakukan dengan cara
mengadakan upacara serta penyembelihan babi.

SISTEM PERALATAN HIDUP
Senjata
Senjata tradisional seperti tombak, kapak,
parang dan juga busur serta anak panah.
Makanan
Makanan pokok orang Papua yang hidup di
Wamena (suku Dani) adalah ‘Ifere” atau
disebut juga “petatas”, yang berasal dari
umbi-umbian seperti ubi jalar (hipere).

Pakaian
Pakaian adat orang Dani yang dikenal secara umum sejak
dulu hingga kini adalah koteka (Kebe/Kebogwa) dan Salli.
Koteka adalah salah satu aksesoris yang dipergunakan oleh
laki-laki suku Dani untuk menutup kelamin, namun dalam
perang aksesoris lainnya juga dipadukan dengan Koteka,
seperti penutup kepala, baju zirah, tombak, panah dll.

Perumahan
Bentuk Honai
Bentuk dari rumah adat orang Dani yaitu Bulat/melingkar dan di
dalam Honai di bagi menjadi Dua bagian atau tingkat yaitu loteng.
Loteng di bagian atas ini sering digunakan untuk beristirahat di
waktu malam hari. Orang dari suku Dani juga membangun honai
dengan arti yang tersendiri yaitu, Melingkar / bulat artinya:
• Dengan Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita
mempertahankan Budaya yang telah di pertahankan oleh nenek
moyang kita dari dulu hingga saat ini. Dengan mewariskan
kepada keturunan di waktu yang akan datang agar tetap
mempertahankan suku, harkat dan martabat Kita sebagai orang
Dani.
• Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikir dan
satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
• Honai merupakan simbol dari kepribadian dan merupakan
martabat orang Dani yang harus di jaga oleh keturunan orang
Dani di masa yang akan datang.








Fungsi Honai
Honai memiliki fungsi yang sangat banyak diantaranya
yaitu:
Honai merupakan tempat tinggal
Tempat menyimpan alat-alat perang
Tempat untuk mendidik dan menasehati anak-anak lelaki
agar bisa menjadi orang yang berguna di masa depan
Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi
perang agar dapat berhasil dalam
pertempuran/peperangan.
Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang
Dani yang ditekuni dari dulu.

Aktiftas dalam Rumah Honai
Biasanya dalam pembuatan Honai laki-laki
(Pilamo) Maupun Honai Perempuan (Ebeai)
tugas ini hanya dikerjakan oleh laki-laki dan
yang memimpin adalah kepala keluarga
sedangkan ibu-ibu memiliki tugas juga yaitu
menyediakan makanan.
 Pemilihan Tempat dan Lingkungan
Orang Dani dalam membangun sebuah Honai
memilih tempat yang struktur tanahnya
kuat/keras agar tidak mudah terjadi longsor
yang akan mengakibatkan kerusakan pada
Honai bahkan di halaman Honai yang akan
dibangun tersebut

Pembagian Ruang atau Kamar
Di dalam honai tidak ada pembagian kamar. Namun
dalam sebuah Honai lebih jelasnya di sebut dengan
pembagian ruang, misalnya dalam sebuah Honai tempat
dari kepala suku tidak bisa di duduki oleh orang lain;
karena itu merupakan pelanggaran; yang berarti dalam
hukum adat dia sudah menginjak-injak kepala suku.Di
honai lebih jelas jika kita sebut dengan pembagian
ruangan untuk tidur yaitu loteng (Tidlabaga).Di loteng
orang Dani, tidak hanya digunakan untuk tidur tapi itu
merupakan tempat untuk menyembunyikan bendabendah yang berharga.

Perlengkapan dalam Honai (Pilamo)
Beberapa perlengkapan yang ada di dalam honai yaitu:
•Tugu Api
•Las Honai (Pinde/Mbore): Sebagai pengalas yang dibuat
menyerupai para-para sehingga tidak menyentuh tanah.
•Alang-alang(wakngger)
Selain perlengkapan yang telah disebutkan diatas ada pula
perlengkapan yang ditaruh :
•Tempat gantungan Harmonika (Bognggayok/pingkon)
•Tempat menaruh daging
•Alang-alang untuk alas tempat tidur
•Tempat gantung panah, busur dan alat kerja lainnya
•Tempat gantung hiasan body seperti bulu ayam dan kasuari yang
dianyam menyerupai topi (wereene)

Perlengkapan atau Bahan Pembuat Honai

Bahan pembuat Honai yang biasanya digunakan antar lain sebagai
berikut:
• Kayu besi (oopir)
• Kayu buah besar
• Kayu batu yang paling besar
• Kayu buah sedang
• Jagat (Mbore/Pinde)
• Tali (Kedle)
• Alang-alang (wakngger)
• Papan yang di kupas (Oo nggege nggagalek)
• Papan las dan lain-lain
Orang Dani menganggap seorang yang membangun rumah atau
Honai berhasil, jikalau orang tersebut dalam membangun Honainya
dia menanam Tiang Tengah (Tiru) dari kayu Besi atau kayu yang
sangat kuat. Sebab menurut orang-orang dari suku Dani Tiang
Tengah (Tiru) itulah Penyangga yang akan menahan Honai tersebut.

Sistem Mata Pencaharian Hidup

• Berkebun
• Beternak
• Berburu

Sistem Kemasyarakatan
I. Sistem Kekerabatan
1.Kelompok kekerabatan
Kelompok kekerabatan dari suku Dani yang terkecil adalah
keluarga luas. Keluarga luas ini sendiri terdiri dari dua atau
tiga keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah
besar yang menyerupai kompleks dengan sekat-sekat
berupa pagar (lima) yang disebut slimo.
2. Paroh Masyarakat
Struktur bermasyarakat Suku Dani merupakan gabungan
dari beberapa klan kecil yang disebut ukul, dan klan besar
yang disebut ukul oak.
3. Kelompok Teritorial
Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku
bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang
dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal
(diturunkan kepada anak laki-laki).

II. Organisasi Sosial
Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan
keluarga dan keturunan yang berdasarkan pada kesatuan teritorial. Suku Dani
dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang
memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang
posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri, mereka
adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh
masyarakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma.
Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk
pria yang berartikuat, pandai dan terhormat. Pada tingkat uma, pemimpinnya
adalah laki-laki yang sudah tua tetapi masih mampu mengatur urusannya
dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut
antara lain : Pemeliharaan kebun dan Bahi, serta Melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau
pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin
konfederasi biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat
mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani : Pandai bercocok tanam,
bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik dan
keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.

BAHASA
Bahasa Daerah Suku Dani yang mendiami Daerah Lembah
Baliem menggunakan Bahasa-bahasa yang masuk dalam
bahasa Papua dari filum Trans-New Guinea. Bahasa Daerah
yang digunakanpun mempunyai perbedaan dialog dan
pengucapan antar satu wilayah dengan wilayah Daerah
lainnya walaupun masih berada dalam jangkauan jarak
tempuh yang boleh dikatakan masih dekat.
 
Secara garis basar Bahasa dani dikenal dalam tiga bagian
besar bahasa yaitu, Bahasa Dani Lembah (Daerah sekitar
kota Wamena/Kab.Jayawijaya), Bahasa Dani Barat (Daerah
Bag Barat kota Wamena (Kab.Lany Jaya, Kab.Puncak Jaya,
dan Kab Tolikara) serta Bahasa Dani Timur /Bahasa Yali
(Kab Yahokimo dan Kab Yalimo).Masyarakat Lokal di Daerah
Lembah Baliem sendiri sebagian besar sudah dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek
Wamena/Papua.

Kesenian
Kesenian masyarakat Suku Dani dapat dilihat dari cara
membangun tempat kediaman, seperti Honai, Ebeai.
dan Wamai. Selain membangun tempat tinggal,
masyarakat Dani juga mempunyai seni kerajinan khas
seperti anyaman kantong jaring penutup kepala dan
pengikat kapak. Orang Suku Dani pun mempunyai
bebagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan
tesebut antara lain : Moliage, Valuk, Sage, Wim, Kurok,
dan Panah Sege.

Seni Ukir
Sebagai wujud penghormatan mereka terhadap nenek
moyang atau leluhurnya, secara turun temurun, pola
seni ukir yang dibuat oleh suku Dani selalu dikaitkan
pada kepercayaan mereka terhadap leluhur. Ada 3
macam warna, merah, hitam, dan putih yang selalu
digunakan oleh suku Asmat pada beberapa hasil
ukirannya. Merah melambangkan daging, Putih
menggambarkan tulang. Sementara hitam
melambangkan warna kulit dari suku Dani itu sendiri.
Dengan menggunakan alat pahat tradisional yang
terbuat dari jambu batu dan batu kali.

Sistem Pengetahuan
Sebagai mana suku – suku pedalaman Iriran
seperti halnya suku Dani umummya tingkat
pendidikan (formal) rendah dan kesadaran
untuk menimba ilmunya juga masih kurang,
ironisnya lagi guru-guru masih terbatas.

Sistem Religi
Sebagian masyarakat Suku Dani sudah memeluk
agama Kristen, akibat pengaruh misionaris Eropa yang
pernah datang ke lokasi tersebut sekitar tahun 1935.
Meskipun sebagian telah menganut agama Kristen,
namun suku yang tinggal di hutan-hutan dengan iklim
tropis yang sangat kaya akan flora dan fauna ini masih
melakukan serangkaian upacara adat, salah satunya
adalah Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara
adat yang dilakukan untuk menghormati para leluhur.

Ritual Kelahiran Bayi
Seorang wanita Dani akan melahirkan anaknya dalam
ebe ae, yang dibantu oleh beberapa orang wanita.
Kelahiran bayi ini tidak disertai upacara/ritual khusus dan
ari-ari serta tali pusar yang terlepas beberapa hari akan
dihanyutkan dalam sungai begitu saja. Dan beberapa hari
setelah proses kelahiran, wanita tersebut sudah bisa
kembali untuk bekerja. Mereka juga tidak melakukan
upacara dalam pemberian nama, nama yang mereka
anggap baik, itulah yang akan menjadi nama dari anak
tersebut.
Setelah seorang anak berusia 2-3 tahun, jika dia
seorang wanita, ia sudah harus mulai menggunakan rok
jerami (sale), sedangkan untuk anak pria, dia baru
memakai alat penutup alat kelamin pada usia 5-6 tahun.
Pada suku Dani, mereka mengenal satu peristiwa yang
sangat penting dalam kehidupan anak pria Dani yaitu
upacara Waya hagat-abin, yaitu suatu upacara

Ritual Kematian
Pada upacara pembakaran jenazah, tubuh orang yang meninggal dihias dan
didudukkan diatas suatu singgasana ( bea). Upacara ini dilakukan disuatu
lapangan dipusat perkampungan. Para kerabat dan orang-orang yang datang
untuk melayat akan duduk mengelilingi bea dan menangis sekeras-kerasnya.
Tubuh para wanita dilumuri dengan lumpur putih tanda berkabung dengan
nyanyian-nyanyian kematian dan ratapan.
Dan pada siang harinya beberapa orang dukun melakukan upacara memotong
satu ruas jari dari tiap anggota keluarga inti orang yang meninggal dengan
menggunakan kapak batu tetapi ada juga yang menggunakan bambu. Biasanya
jari-jari yang dipotong, bukan hanya sekali saja, tetapi tergantung berapa
banyak kerabat terdekat yang meninggal. Dan apabila jari-jari mereka telah
dipotong habis, mereka akan memotong lagi sebagian dari telinga mereka.
Setelah itu, mereka akan melakukan upacara pembakaran jenazah dan para
kerabat orang yang meninggal membakar daging babi di dalam lubang-lubang
yang mereka gali di dalam tanah dan sebagian akan disajikan untuk ruh
( ame), orang yang meninggal. Sore harinya daging yang telah masak itu
dimakan bersama dan menjelang senja semua perhiasan yang dikenakan pada
jenazah diambil dan tubuh jenazah itu digosok dengan minyak babi. Setelah itu
dimulai pembakaran jenazah, yang diiringi dengan jerit tangis orang-orang yang
datang melayat.