Persepsi Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembarana.

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP

SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION

(SRI)

DI SUBAK YEH ANAKAN, KECAMATAN NEGARA,

KABUPATEN JEMBRANA

SKRIPSI

Oleh

I KADE NOPA SASTRA WIRAWAN

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

i

PERSEPSI PETANI TERHADAP

SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION

(SRI)

DI SUBAK YEH ANAKAN, KECAMATAN NEGARA,

KABUPATEN JEMBRANA

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

I KADE NOPA SASTRA WIRAWAN NIM. 1105315004

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(3)

(4)

iii

ABSTRAK

I Kade Nopa Sastra Wirawan. NIM 1105315004.

Persepsi Petani Terhadap

System of Rice Intensification

(SRI) di Subak Yeh Anakan,

Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana

. Dibimbing oleh : Dr. Ir. I

Dewa Putu Oka Suardi, M.Si dan I Made Sarjana, SP, M.SC.

Kebutuhan terhadap sektor pertanian semakin meningkat, berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras di Indonesia. SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman, dan air irigasi melalui pemberdayaan kelompok yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana. Ruang lingkup dari penelitian ini merupakan kajian mengenai persepsi dari salah satu program pemerintah pusat yaitu SRI berlokasi di Kecamatan Negara. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan tergolong kategori baik dengan pencapaian skor 76,76%. Hasil tersebut dapat mendeskripsikan bahwa petani di Subak Yeh Anakan mempunyai tanggapan atau melihat bahwa SRI layak dan bisa diterapkan di Subak Yeh Anakan sebagai solusi peningkatan produksi dan pendapatan. Persepsi petani yang baik ini didukung dari semua indikator tergolong kategori baik dengan pencapaian skor masing-masing sebagai berikut. Prinsip-prinsip SRI: 69,42, SRI sebagi inovasi: 81,08%, kesiapan petani menerima: 79,57%, aspek sosial: 77,62%, dan aspek ekonomi: 76,13%.

Untuk keberlanjutan program pengembangan teknologi budidaya SRI di Subak Yeh Anakan dapat disarankan agar Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan sebaiknya lebih intensif memberikan bimbingan kepada para petani, dari penyuluh pertanian supaya mengembangkan teknis penyuluhan yang mampu mendorong petani mengadopsi SRI secara mandiri.


(5)

iv

ABSTRACT

I Kade Nopa Sastra Wirawan. NIM 1105315004. Farmers’ Perception on System of Rice Intensification (SRI) in Subak Yeh Anakan, District of Negara, Regency of Jembrana. Supervised by: Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si and I Made Sarjana, SP, M.SC

Undeniable needs on farming sector is increasing in today’s society. A number of policies have been issued by the government to increase rice production in Indonesia. SRI is one of recent approaches applied in rice cultivation which emphasizes on land management, plantation and irrigation system through safe environment-based teamwork empowerment. The goal of this study is to disclose

farmers’ perceptionon SRI system applied in Subak Yeh Anakan, Regency of Jembrana. The range of this research is a study on perception regarding one of central government program on farming system (the SRI system) applied in District of Negara. This study is based on descriptive-qualitative approach.

The result of the study shows that farmers’ perception on SRI in Subak Yeh Anakan is categorized as positive by 77,02% of total samples. It implies that farmers in Subak Yeh Anakan opted for SRI as a reliable and proper cultivation technology to be applied in their farming group as a solution to productivity and income upsurges. This positive perception of the farmers involves all indicators, which include

principles of SRI (69.42%, SRI as an innovation (81.08%), farmers’ readiness to

respond (79.57%), social aspect (77.62%) and economical aspect (76.13%).

The sustainability of SRI farming system in Subak Yeh Anakan depends on

goverment’s caretaking program through Government Agency of Farming and

Forestry. They should intensively give trainings to farmers. Farming trainers should develop training and workshop techniques which enforce farmers to adopt cultivation technology independently.


(6)

v

RINGKASAN

Indonesia dikenal dengan negara agraris karena sebagian besar rakyatnya hidup dari sektor pertanian. Iklim yang mendukung dan tanah yang subur memang cocok untuk dikembangkannya pertanian di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap sektor pertanian dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun semakin meningkat.

Kendala utama dalam pengembangan sektor pertanian belakangan ini adanya penurunan produktifitas padi. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan sarana irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan pembinaan kelembagaan usahatani telah ditempuh.

System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman, dan air irigasi melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. SRI dikenalkan pertama kali di Subak Yeh Anakan oleh penyuluh pertanian Kecamatan Negara pada bulan April 2014 dengan melakukan sosialisasi bahwa akan diadakannya kegiatan program SRI di Subak Yeh Anakan. Rasa antusias petani yang cukup besar untuk mengikuti program SRI di Subak Yeh Anakan, namun kekhawatiran terhadap resiko yang akan dihadapi tetap menjadi faktor yang penting. Seperti kekeringan karena kekurangan air dan gangguan hama terutama keong. Nampaknya masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian lain yang secara tidak langsung merupakan proses pembelajaran petani dalam mengadopsi SRI.

Menurut laporan kegiatan pengembangan SRI tahun 2014 dari hasil demplot didapatkan produktifitas per hektarnya sebesar 90,24 ku/ha. Dari data tersebut menunjukan bahwa di Subak Yeh Anakan cocok untuk dikembangakannya SRI dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Namun demikian petani di Subak Yeh Anakan belum menerapkan SRI. Persepsi yang


(7)

vi

terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap SRI sebagai cara untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana. Persepsi petani dilihat dari: prinsip-prinsip SRI, SRI sebagai inovasi, kesiapan petani menerima, aspek sosial, dan aspek ekonomi.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 187 dan sampel 37 orang petani yang diambil dari tiga tempek yang ada di Subak Yeh Anakan. Yaitu tempek Sri Nadi 10 orang, tempek Merpati Muda 13 orang, dan tempek Sri Mumbul berjumlah 14 orang. Dengan menggunakan teknik propotionale random Sampling. Jenis data yang dikumpulkan mencangkup data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari data primer dan sekunder. Data yang yang diperoleh tersebut dianalisis secara deskritif kualitatif, dengan perhitungan terinspirasi dari skala Likert (skor, 1, 2, 3, 4,dan 5).

Berdasarkan hasil penelitian diketahu bahwa persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan tergolong kategori baik dengan pencapaian skor 76,76. Data ini menunjukan bahwa petani di Subak Yeh Anakan mempunyai tanggapan atau melihat bahwa SRI layak dan bisa diterapkan di Subak Yeh Anakan sebagai solusi peningkatan produksi dan pendapatan dengan pencapaian skor masing-masing sebagai berikut. Prinsip-prinsip SRI: 69,42, SRI sebagi inovasi: 81,08, kesiapan petani menerima: 79,57, aspek sosial: 77,62, dan aspek ekonomi: 76,13.

Untuk keberlanjutan program pengembangan SRI di Subak Yeh Anakan walaupun persepsi petani tergolong baik dapat disarankan agar Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan sebaiknya lebih intensif memberikan bimbingan kepada para petani, selain itu penyuluh pertanian supaya mengembangkan teknis penyuluhan yang mampu mendorong petani menerapkan SRI secara mandiri.


(8)

(9)

viii

PERSEPSI PETANI TERHADAP SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI SUBAK YEH ANAKAN, KECAMATAN NEGARA,

KABUPATEN JEMBRANA

Dipersiapkan dan diajukan oleh I Kade Nopa Sastra Wirawan

NIM. 1105315004

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal: 19 januari 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No : 12 /UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 21 Januari 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP Anggota :

1. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS 2. Ir. I Dw Gd Raka Sarjana, MMA 3. Dr. Ir I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si 4. I Made Sarjana, SP, M.SC


(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

I Kade Nopa Sastra Wirawan dilahirkan di Negara pada tanggal 12 Nopember 1992, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan I Putu Arnaya dan Ni Ketut Werni. Pendidikan formal di Sekolah Dasar No 4 Baluk pada tahun

1999 dan tamat pada tahun 2005. Pendidikan sekolah menengah pertama ditempuh di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Negara dan tamat pada tahun 2008. Kemudian dilanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Negara dan tamat pada tahun 2011. Untuk selanjutnya melanjutkan kuliah di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, aktif dalam mengikuti kepanitiaan dalam acara yang diadakan di tingkat jurusan, fakultas, maupun Universitas. Pada tahun 2013 untuk pertama kalinya mengikuti keorganisasian di Universitas Udayana yaitu organisasi Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma UNUD (FPMHD UNUD), dengan menjadi Kepala Bidang Usaha dan Dana. Selain itu juga pernah bergabung dalam organisasi pers mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Krolofil).


(11)

x

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Angayubagia Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa Sri Krishna, Atas karuia tiada sebabnya dari Guru spiritual His Holy Grace Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa dan Para Waisnawa penulis telah menyelesaikan satu kewajiban tradisi akademis yakni penyusunan skripsi, tugas akhir sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Skripsi ini berjudul “Persepsi Petani Terhadap System Of Rice Intensification (SRI) di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana)”. Penulisan skripsi ini selain bertujuan untuk melengkapi persyaratan meraih gelar Sarjana Pertanian juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan studi kepustakaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. I Nyoman Rai, MS. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

yang telah memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian ini.

2. Ir. I Wayan Widyantara, MP. Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas segala kebijakannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Made Antara, MS. Selaku Pembimbing Akademik atas segala bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa.


(12)

xi

4. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si. Selaku Pembimbing I dan I Made Sarjana, SP, M.SC. Selaku Pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran serta ikhlas memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ir. Wayan Sudarta,MS, dan I Ketut Surya Diarta,SP.MA selaku pembahas pada saat seminar proposal, Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP, I Gede Setiawan Adi Putra, SP., M.Si, dan Dr. Gede Mekse Korri Arisena, SP., M.Agb selaku pembahas pada saat seminar hasil penelitian atas segala masukkan, saran, dan koreksi untuk penyempurnakan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan pegawai jurusan Program Studi Agribisnis dan Fakultas Pertanian yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua saya I Putu Arnaya dan Ni Ketut Werni. atas segala pengorbanan dan jerih payahnya memberikan dukungan moral, dana, dan spiritual yang tiada hentinya diberikan.

8. Wibisana Dasa sekeluarga atas segala pengorbanan dan jerih payahnya memberikan dukungan moral, dana, spiritual dan tempat selama penulis melakukan penelitian sehingga memudahkan penulis untuk bersosialisasi dengan anggota Subak Yeh Anakan.

9. Kedua saudara saya kakak I Gede Oka Endra Setiawan dan adik Ni Komang

Ayu Yogi Sri Wahyuni atas dukungan yang senantiasa diberikan.

10.Brahmacari Asram Krishna Balaram dan Asram Radha Gopinatha atas

pengertian, dan memberikan semangat penulis dari awal pembuatan usulan proposal hingga skripsi ini selesai.


(13)

xii

11.Kawan-kawan Konsentrasi Pengembangan Masyarakat dan Jurusan

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Angkatan 2011, terima kasih banyak untuk pengalaman dan bantuannya selama ini.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuannya.

Ketidaksempurnaan adalah sebab dari kebodohan dan kegelapan, termasuk dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyakini bahwa kritik yang konstruktif adalah solusi terbaik untuk membangun pondasi akademis yang lebih ilmiah. Dalam kesederhanaan, ketidaksempurnaan dan dengan kerendahan hati, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam pengembangan kesejahteraan petani.

Akhirnya penulis berucap syukur tiada henti ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna. Om Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 2 Januari 2016


(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

TIM PENGUJI ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep SRI (System of Rice Intensification) ... 7

2.1.1 Pengertian dan perkembangan SRI ... 7

2.1.2 Keunggulan dan tujuan SRI... 8

2.1.3 Tahapan kegiatan SRI... 9

2.1.4 Prinsip dasar budidaya padi SRI... 10

2.2 Konsep Persepsi ... 12

2.2.1 Definisi persepi ... 12


(15)

xiv

2.3 Penelitian terdahulu ... 16

2.4 Kerangka pemikiran………. 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Data Penelitian ... 19

3.2.1 Jenis data ... 19

3.2.2 Sumber data ... 20

3.2.3 Metode pengumpulan data ... 20

3.3 Populasi dan sampel ... 21

3.4 Variabel dan pengukuran variabel ... 22

3.5 Batasan Oprasional Variabel... 24

3.6 Instrumen Penelitian ... 28

3.6.1 Uji validitas ... 29

3.6.2 Uji reliabilitas ... 29

3.7 Metode Analisis Data ... 30

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITAN ... 32

4.1 Subak Yeh Anakan ... 32

4.1.1 Letak Subak Yeh Anakan ... 32

4.1.2 Potensi pertanian Subak Yeh Anakan ... 32

4.1.3 Struktur organisasi Subak Yeh Anakan ... 33

4.1.4 Anggota Subak ... 34

4.1.5 Prasarana dan sarana ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Karakteristik Responden ... 36

5.1.1 Jenis kelamin ... 36

5.1.2 Umur ... 36

5.1.3 Pendidikan ... 37

5.1.4 Pengalaman bertani ... 38

5.1.5 Pekerjaan sampingan ... 38

5.1.6 Perkakas/alsintan yang dimiliki ... 39

5.1.7 Jumlah anggota rumah tangga ... 40

5.1.8 Luas lahan ... 41

5.2 Persepsi responden ... 42

5.2.1. Prinsip-prinsip SRI ... 43

5.2.2.SRI sebagai inovasi ... 49

5.2.3.Kesiapan petani menerima ... 53

5.2.4.Aspek sosial ... 57


(16)

xv

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1 Simpulan ... 63

6.2 Saran ... 63

Daftar Pustaka ... 65


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman 3.1 Pengambilan Sampel di Masing-masing Tempek ... 22 3.2 Variabel, Indikator, Parameter, dan pengukuran Persepsi Petani Terhadap

SRI di Subak Yeh Anakan. ... 23 3.3 Katagori Persentase Pencapaian Skor “Persepsi Petani Terhadap Sistem

of Rice Intensification (SRI) di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara

Kabupaten Jembrana ... 33

5.1 Tingkat Pendidikan Formal Responden Anggota Subak Yeh Anakan,

Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Tahun 2015 ... 38

5.2 Responden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan Pada Subak Yeh Anakan,

di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana... 39

5.3 Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani Responden pada Subak Yeh

Anakan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ... 40 5.4 Responden Berdasarkan Rata-rata Luas Lahan di Subak Yeh Anakan ... 41 5.5 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 43 5.6 Persepsi Petani Terhadap SRI Di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari

Prinsip-prinsip SRI, Tahun 2015 ... 44 5.7 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI Dilihat

Dari Prinsip-prinsip SRI di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 49 5.8 Persepsi Petani Terhadap SRI Di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari

SRI sebagai inovasi, Tahun 2015 ... 49 5.9 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI Dilihat

Dari SRI Sebagai Inovasi di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 53 5.10 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari

Kesiapan Petani MenerimaTahun 2015, ... 53 5.11 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI Dilihat


(18)

xvii

5.12 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari

Aspek Sosial, Tahun 2015 ... 57 5.13 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani Terhadap SRI

Dilihat Dari Aspek Sosial di Subak Yeh Anakan, Tahun 2015 ... 59 5.14 Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan Dilihat Dari

Aspek Ekonomi,Tahun 2015 ... 60 5.15 Distribusi Masing-Masing Kategori Persepsi Petani terhadap SRI Dilihat


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman 2.1Kerangka Pemikiran Penelitian Persepsi Petani Terhadap SRI

di SubakYeh Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. ... 18 4.1Stuktur Organisasi Pemerintahan Subak Yeh Anakan. ... 34


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Kuesioner Mengukur Persepsi Petani Terhadap System of Rice

Intensification (SRI) Di Subak Yeh Anakan, Kecamatan

Negara, Kabupaten Jembrana ... 68

2. Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 79

3. Karakteristik Responden ... 80

4. Hasil Rekapitulasi Data ... 81


(21)

1

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan negara agraris karena sebagian besar rakyatnya hidup dari sektor pertanian, jumlah penduduk yang terdata pada Sensus Pertanian (ST) 2013 dan bekerja pada sektor pertanian sekitar 38 juta lebih dari total populasi penduduk di Indonesia yakni 252,16 juta orang (Antara, 2014). Iklim yang mendukung dan tanah yang subur memang cocok untuk dikembangkannya pertanian di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap sektor pertanian dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun semakin meningkat, terlebih lagi kebutuhan akan pangan, karena jika tidak ada pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup dan bagus tidaknya ketahanan pangan suatu negara itu dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara. Jika kita melihat Kitab Suci Veda, pertanian sangat ditekankan sebagai mata pencaharian rakyat. Melalui pertanian dan perlindungan terhadap sapi, setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara alami dan merata.

Menurut hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 s.d 2015, maka penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 293,88 juta jiwa, berarti akan mengalami kenaikan 56,24 juta jiwa dari penduduk tahun 2010. Dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,43 persen per tahun diperlukan tambahan penyediaan bahan pangan yang tidak sedikit setiap tahunnya, yang mana kebutuhan beras pada 2012 sekitar 26,08 juta ton dan akan meningkat menjadi sekitar 31,35 juta


(22)

2

ton pada tahun 2025. Kendala utama dalam pengembangan sektor pertanian belakangan ini adanya penurunan produktifitas padi. Hal ini berdampak terhadap menipisnya ketersediaan stok pangan nasional, serta keamanan pangan nasional Indonesia pun dalam posisi mengkhawatirkan (Setjen, Pertanian 2013).

Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi kritis ketahanan pangan nasional Indonesia yakni. 1) meningkatnya alih fungsi lahan pertanian, khususnya lahan sawah menjadi lahan non pertanian mengalami peningkatan, 2) menurunnya ketersediaan air sebagai dampak dari meningkatnya kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai) dan perubahan iklim global, dan 3) meningkatnya kerusakan infrastruktur irigasi. Berlangsungnya fenomena penyusutan luas lahan pertanian, terutama lahan persawahan di pulau Jawa dan sekitar kota-kota besar sudah cukup memprihatinkan (Setjen, Pertanian 2013).

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan untuk

meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan sarana irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan pembinaan kelembagaan usahatani telah ditempuh. Demikian juga dalam pemasaran hasil, pemerintah mengeluarkan kebijakan harga dasar gabah (HDG) atau harga dasar pembelian pemerintah (HDPP), untuk melindungi petani dari jatuhnya harga di bawah biaya produksi. Sementara itu, kebijakan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, dan agar harga beras terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Campur tangan yang sangat besar dan bersifat protektif telah membuahkan hasil, yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Namun


(23)

3

demikian, swasembada yang dicapai hanya sesaat. Secara umum, selama lebih dari tiga dekade produksi beras dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Dengan kata lain, Indonesia hampir selalu defisit bahan pangan, sehingga masih tergantung pada impor (Sudaryanto et al.,2006) ( dalam Swastika et al.,2007).

Berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras di Indonesia. Akan tetapi, menjaga kebutuhan pangan tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, pihak swasta dan masyarakat luas khususnya petani juga harus berkontribusi dalam aspek teknologi tepat guna, pemerintah telah mengadopsi SRI. SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman, dan air irigasi melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan.

Penerapan SRI ini dilaksanakan oleh subak, namun belum seluruh subak menerapkan ini dengan berbagai alasan. Salah satu subak yang menjadi sasaran pengembangan SRI di Kecamatan Negara yaitu di Subak Yeh Anakan. Subak Yeh Anakan yang berlokasi di Desa Banyubiru Kecamatan Negara mempunyai luas areal 140 ha dengan jumlah anggota sebanyak 187 orang. Sumber irigasi subak ini yaitu dari air hujan dan juga dari bendungan benel untuk menghindari kekeringan kalau akibat debit air yang kecil di bendungan, Subak Yeh Anakan juga terdapat dua sumur bor. Pada tahun 2014 Subak Yeh Anakan mendapatkan kegiatan pengembangan SRI, karena petani di Subak Yeh Anakan baru pertamakali mengenal SRI maka penyuluh


(24)

4

pertanian melakukan denplot di salah satu lahan milik petani sebagai percontohan dengan harapan petani nantinya tertarik untuk menerapkan SRI.

System of Rice Intensification (SRI) dikenalkan pertama kali di Subak Yeh Anakan oleh penyuluh pertanian Kecamatan Negara pada bulan April 2014 dengan melakukan sosialisasi bahwa akan diadakannya kegiatan SRI di Subak Yeh Anakan. Rasa antusias petani yang cukup besar untuk mengikuti program SRI di Subak Yeh Anakan, namun kekhawatiran terhadap resiko yang akan dihadapi tetap menjadi faktor yang penting. Seperti kekeringan karena kekurangan air dan gangguan hama terutama keong. Akibatnya petani melakukan adopsi komponen SRI secara bertahap. Nampaknya masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian lain yang secara tidak langsung merupakan proses pembelajaran petani dalam SRI. Menurut laporan kegiatan pengembangan SRI tahun 2014 dari hasil demplot didapatkan produktifitas per hektarnya sebesar 90,24 ku/ha. Dari data tersebut menunjukan bahwa di Subak Yeh Anakan cocok untuk dikembangakan SRI dalam rangka peningkatan produksi pertanian. Namun demikian petani di Subak Yeh Anakan belum menerapkan SRI.

Dalam penyampaian SRI ke para pelaku pertanian masih menjadi kendala, masih kurangnya informasi yang memberikan penjelasan tentang SRI sehingga minat petani untuk menerapkan SRI masih kurang. Persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan tanggapan terhadap suatu rangsang. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani padi akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap SRI sebagai cara untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Persepsi petani padi terhadap SRI dapat menjadi salah satu faktor


(25)

5

penghambat atau pendorong bagi petani padi dalam menerapkan SRI. Oleh karena itu perlu mengubah sikap petani dimulai dengan mempengaruhi persepsi petani tersebut terhadap pesan yang diterima yaitu mengenai SRI. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi petani di Subak Yeh Anakan Kabupaten Jembrana terhadap pengembangan SRI.

1.1.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana persepsi petani terhadap SRI di Subak

Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana?

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi petani terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kabupaten Jembrana.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menjadi sumbangan pemikiran, sebagai masukan dalam pelaksanaan pengembangan SRI di Subak Yeh Anakan bagi pemerintah setempat. Sebagai masukan dan informasi agar para petani mempercepat mengadopsi SRI sebagai solusi peningkatan penghasilan.

Dengan adanya penelitian ini maka akan mendapatkan manfaat teoritis ataupun sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian serupa atau berkaitan dengan penelitian ini.


(26)

6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini merupakan kajian mengenai persepsi dari salah satu program pemerintah pusat yaitu SRI berlokasi di Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana dengan obyek penelitian yaitu Subak Yeh Anakan. Persepsi petani dari program ini akan diukur berdasarkan lima indikator persepsi petani meliputi: 1) prinsip-prinsip SRI, 2) SRI sebagai inovasi 3) kesiapan petani menerima), 4) aspek sosial, dan 5) aspek ekonomi.


(27)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep SRI (System of Rice Intensification) 2.1.1 Pengertian dan perkembangan SRI

Menurut Kementerian Pertanian (2014) SRI adalah teknik budidaya padi pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan petani/kelompok tani/P3A/gapoktan dan kearifan lokal.

Kuswari dan Alit (2003) SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. SRI pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di Madagaskar antara tahun 1983 s.d 1984 oleh FR. Henri De Laulanie, SJ. Oleh penemunya, metode ini selanjutnya dalam bahasa prancis dinamakan Ie Systme De Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System Of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun

1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk

memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institutional for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, dan didukung oleh US Agency for International Development.


(28)

8

SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif. Di Indonesia mulai diuji pada tahun 2004.

2.1.2 Keunggulan dan tujuan SRI

Keunggulan teknologi budidaya SRI menurut Kuswari dan Alit (2003) sebagai berikut. 1) Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air maksimum dua cm, paling baik macak-macak sekitar lima mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus), 2) Hemat biaya, hanya butuh benih lima kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, dan tenaga tanam, 3) Hemat waktu, tanaman bibit muda 5 s.d 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal, 4) Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha, 5) Ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan mikroorganisme lokal). Sedangkan kelemahan SRI antara lain daerah sawah irigasi akan memerlukan perbaikan jaringan irigasi, ketersediaan bahan kompos untuk pupuk terbatas dan membutuhkan waktu, tenaga, biaya untuk melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik.

Adapun tujuan pengembangan SRI (Kementerian Pertanian, 2014) adalah sebagai berikut.

1. Memperbaiki kualitas/kesuburan lahan sawah melalui pemberian asupan bahan organik.

2. Mengefisiensikan penggunaan saprodi dan pemanfaatan air.


(29)

9

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang usahatani padi sawah organik SRI.

5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

6. Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

2.1.3 Tahapan kegiatan SRI

Tahapan kegiatan SRI menurut Kementerian Pertanian (2014) meliputi : tahapan persiapan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, tahap monitoring dan evaluasi, laporan mingguan dan laporan akhir.

a. Tahap persiapan

Tahap ini meliputi pengusulan kegiatan dari kelompok berdasarkan hasil musyawarah anggota, dilaksanakan secara bersama-sama antara petani dan petugas untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Tahap sosialisasi

Setelah dilakukan tahapan persiapan, maka berikutnya adalah tahap sosialisasi kegiatan ini bertujuan agar anggota penerima manfaat mengetahui dengan jelas tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, sehingga termotivasi dan bersedia berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

c. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi tahap pengerjaan kegiatan yang berpegang pada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh dinas teknis kemudian dalam tahap pengerjaan juga diawasi oleh dinas terkait agar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan juknis dan anggaran yang ada.


(30)

10

Monitoring dan evaluasi dilakukan ketika pekerjaan akan, sedang dan telah dilaksanakan sehingga dapat dilaporkan pada kegiatan tersebut sesuai dengan juknis.

e. Laporan

Laporan dilakukan untuk melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan dalam satu kegiatan, sehingga akan terlihat perkembangan kegiatan yang dicapai. f. Laporan akhir

Laporan ini dibuat dalam rangka melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan.

2.1.4 Prinsip dasar budidaya padi SRI

Prinsip dasar budidaya padi SRI (Kementerian Pertanian, 2014). Sebagai berikut.

a. Pengolahan tanah sawah sehat adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional, dengan memberikan asupan bahan organik seperti kotoran hewan, hijauan, limbah organik, jerami, yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL) / POC. Selanjutnya untuk pengelolaan airnya dibuat parit keliling atau melintang petakan sawah dengan kedalaman 40 cm dan lebar 40 cm dan dibuat garis jarak tanam dengan menggunakan caplak.

b. Persemaian SRI, dilakukan dengan cara kering (tidak digenang), dan dilakukan penyiraman setiap hari. Pesemaian bisa dilakukan di lahan sawah/darat, pekarangan dengan dilapisi plastik dan di nampan/yang dilapisi daun pisang supaya akar bibit padi tidak tembus ke tanah dan memudahkan pada saat pindah


(31)

11

tanam dari persemaian. Sebagai media tumbuh persemaian berupa campuran tanah dengan bahan organik dengan perbandingan 1:1 kebutuhan benih 10 kg per ha. Sebelum benih disemai perlu dilakukan uji benih bermutu / bernas dengan menggunakan larutan garam.

c. Cara tanam dan jarak tanam SRI adalah penanaman satu bibit per lubang (tanam

tunggal), tanam dangkal dan akar membentuk hurup L) saat bibit berumur 5 sampai dengan 7 hari. Jarak tanam longgar / lebar dengan alternatif antara lain : 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm.

d. Pengelolaan air SRI adalah pada umur padi vegetatif, air diberikan secara macak-macak (kapasitas lapang) kecuali pada saat penyiangan dilakukan penggenangan ( 2 sampai dengan 3 ) cm. Pada umur kurang lebih 45 hari sebaiknya lahan dikeringkan selama 10 hari untuk menghambat pertumbuhan anakan, kemudian air diberikan secara macak – macak kembali sampai masa pertumbuhan malai, pengisian bulir padi hingga bernas, selanjutnya pada umur tanaman kurang lebih 100 hari sawah dikeringkan sampai panen.

e. Pemeliharaan tanaman SRI adalah penyiangan, penyulaman dan pengendalian hama.

1. Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari setelah tanam sebanyak empat kali dan setiap selesai penyiangan dilakukan penyemprotan supplement pupuk cair (POC) / Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dibuat sendiri.

2. Penyulaman tanaman dilakukan bila ada gangguan belalang atau keong. Bibit

untuk menyulam adalah bibit yang diambil dari bibit cadangan yang secara sengaja ditanam dipinggir petakan sawah.


(32)

12

3. Pengendalian hama dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara utuh yaitu : melalui pendayagunaan fungsi musuh alami, pengamatan secara berkala, dan tidak menggunakan pestisida sintetis.

2.2 Konsep Persepsi.

2.2.1 Definisi persepsi

Persepsi (perception) adalah proses ketertarikan individu terhadap sesuatu untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya.

Pada tahap exposure (exposure stage) konsumen menerima informasi melalui

pancainderanya. Kemudian pada tahap perhatian, mereka mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Akhirnya pada tahap pemahaman, mereka menyusun dan menginterpretasikan informasi tersebut. Pemahaman merupakan proses rangsangan panca indera sehingga mereka dapat memahaminya (Sunarto, 2003).

Dalam Kamus Lengkap Psikologi, persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, yang merupakan kesadaran dari proses organis dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu (Chaplin, 1999). Van Den Ban dan Howkins (1999), mengemukakan bahwa persepsi adalah proses informasi antara stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Sedangkan menurut Muntansyir dan Munir (2003), persepsi yaitu penangkapan indera terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah


(33)

13

pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan men-gorganisasikan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami, alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Simamora (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia sekitar kita. Secara formal, persepsi dapat didefenisikan sebagai suatu

proses dengan mana sesorang menyeleksi, mengorganisasikan dan

menginterpretasikan stimulus keadaan dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimulus keadaan yang dapat ditangkap, seperti bau. Stimulus yang diterima oleh pancaindera seperti mata, telinga, mulut, hidung dan lain-lain. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera. Stimuli tersebut diterima oleh panca indera, seperti mata, telinga, mulut, hidung dan kulit. Stimuli dapat dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah stimuli fisik yang datang dari lingkungan sekitar. Tipe kedua adalah stimuli yang berasal dari dalam si individu itu sendiri dalam bentuk predisposisi, seperti harapan, motivasi dan pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya. Secara alamiah, otak kita menggerakkan


(34)

14

pancaindera untuk menyeleksi stimuli untuk diperhatikan. Stimuli mana yang terpilih, tergantung pada dua faktor yaitu faktor personal dan faktor stimuli itu sendiri.

Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Menurut Walgito (2002), persepsi adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal (adanya stimulus atau keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi dan perhatian yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek). Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.

Menurut Leavie ( dalam Sobur, 2009) persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Atkinson (dalam Sobur, 2009) persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan.

Berdasarkan beberapa definisi persepsi tersebut di atas maka penulis berpendapat bahwa persepsi merupakan pemahaman seseorang terhadap rangsangan


(35)

15

yang diterimanya berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pengalaman, sikap, objek yang dipersepsikan dan situasi atau keadaan saat mempersepsikan suatu rangsangan. Dengan demikian, maka persepsi setiap orang terhadap suatu objek yang sama bisa saja berbeda, hal ini di sebabkan oleh persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pelaku persepsi, objek yang dipersepsikan dan konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan (Robins, 2003)

2.2.2 Faktor yang mempegaruhi persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2002) sebagai berikut.

1. Orang yang mempersepsikan.

Saat individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasi. Interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang melihat. Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.

2. Objek atau sasaran yang dipersepsikan.

Karakteristik sasaran yang dipersepsi dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Individu yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok daripada individu yang pendiam. Karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi maka latar belakang sasaran juga dapat mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang berdekatan dan hal-hal yang mirip dalam satu tempat.


(36)

16

3. Konteks dimana persepsi itu dibuat.

Konteks dimana kita melihat suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi pemahaman, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor-faktor situasional lainnya.

Menurut Walgito (2002) persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor berikut.

1. Faktor dalam diri individu.

Keadaan individu yang mempengaruhi persepsi adalah yang berhubungan dengan kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis (pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan motivasi).

2. Faktor di luar diri individu.

Faktor di luar diri individu meliputi stimulus itu sendiri dan lingkungan dimana persepsi berlangsung.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian Ihak dan Afrizon (2011) dengan judul “ Persepsi dan Tingkat Adopsi Petani Padi Terhadap Penerapan System Of Rice Intensification (SRI) di Desa Bukit Peninjauan I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma”. Menyimpulkan bahwa seluruh petani responden mempunyai persepsi yang baik terhadap teknologi SRI. Hal ini berarti bahwa komponen SRI dianggap baik sehingga dapat menguntungkan dalam kegiatan usahatani.


(37)

17

Hasil Penelitian Utomo et al.,(2012) dengan judul “ Persepsi Petani Terhadap Budidaya Padi System Of Rice Intensification (SRI) di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo”. Menyimpulkan Petani SRI menyatakan bahwa SRI mempunyai manfaat ekonomis; sesuai dengan kondisi lingkungan, harus merubah kebiasaan petani, dan sesuai dengan kebutuhan petani; SRI lebih rumit, kurang praktis, dan memerlukan ketrampilan khusus. Pertumbuhan tanaman lebih sehat, mutu gabah lebih baik, dan terdapat peningkatan pendapatan petani.

2.4 Kerangka Pemikiran

SRI merupakan program kementerian pertanian yang digulirkan untuk mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Konsep dari pengembangan padi dengan pola SRI mampu menghemat air, penggunaan pupuk dan pestisida serta benih.

Dalam proses peningkatan produksi beras dengan inovasi SRI tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah dan kebijakan pemerintah namun juga dipengaruhi oleh bagaimana persepsi petani terhadap SRI. Persepsi petani dalam penelitian ini dilihat dari lima indikator :(1) Prinsip-prinsip SRI, (2) SRI sebagai inovasi (3) kesiapan petani menerima, (4) Aspek sosial, dan (5) Aspek ekonomi .

Dengan lima indikator tersebut, maka dapat diteliti persepsi petani terhadap SRI. Hasil penelitian akan dibahas dan disajikan dalam analisis deskriptif kualitatif, dan dari hasil analisis tersebut maka akan dapat dihasilkan kesimpulan dan saran dari peneliti yang berlandaskan kembali pada keberlanjutan pengembangan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.


(38)

18

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Tahun 2015

System of Rice Intensification (SRI)

Subak Yeh Anakan

Indikator SRI 1. Prinsip-prinsip SRI

2. SRI sebagai inovasi

3. Kesiapan petani menerima 4. Aspek sosial

5. Aspek ekonomi

Analisis Data

Persepsi Petani


(1)

pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan men-gorganisasikan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009). Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami, alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Simamora (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia sekitar kita. Secara formal, persepsi dapat didefenisikan sebagai suatu proses dengan mana sesorang menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus keadaan dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh. Stimulus keadaan yang dapat ditangkap, seperti bau. Stimulus yang diterima oleh pancaindera seperti mata, telinga, mulut, hidung dan lain-lain. Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera. Stimuli tersebut diterima oleh panca indera, seperti mata, telinga, mulut, hidung dan kulit. Stimuli dapat dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah stimuli fisik yang datang dari lingkungan sekitar. Tipe kedua adalah stimuli yang berasal dari dalam si individu itu sendiri dalam bentuk predisposisi, seperti harapan, motivasi dan pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya. Secara alamiah, otak kita menggerakkan


(2)

pancaindera untuk menyeleksi stimuli untuk diperhatikan. Stimuli mana yang terpilih, tergantung pada dua faktor yaitu faktor personal dan faktor stimuli itu sendiri.

Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Menurut Walgito (2002), persepsi adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal (adanya stimulus atau keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi dan perhatian yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek). Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.

Menurut Leavie ( dalam Sobur, 2009) persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Atkinson (dalam Sobur, 2009) persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan.

Berdasarkan beberapa definisi persepsi tersebut di atas maka penulis berpendapat bahwa persepsi merupakan pemahaman seseorang terhadap rangsangan


(3)

yang diterimanya berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pengalaman, sikap, objek yang dipersepsikan dan situasi atau keadaan saat mempersepsikan suatu rangsangan. Dengan demikian, maka persepsi setiap orang terhadap suatu objek yang sama bisa saja berbeda, hal ini di sebabkan oleh persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pelaku persepsi, objek yang dipersepsikan dan konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan (Robins, 2003)

2.2.2 Faktor yang mempegaruhi persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2002) sebagai berikut.

1. Orang yang mempersepsikan.

Saat individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasi. Interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang melihat. Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.

2. Objek atau sasaran yang dipersepsikan.

Karakteristik sasaran yang dipersepsi dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Individu yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok daripada individu yang pendiam. Karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi maka latar belakang sasaran juga dapat mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang berdekatan dan hal-hal yang mirip dalam satu tempat.


(4)

3. Konteks dimana persepsi itu dibuat.

Konteks dimana kita melihat suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi pemahaman, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor-faktor situasional lainnya.

Menurut Walgito (2002) persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor berikut.

1. Faktor dalam diri individu.

Keadaan individu yang mempengaruhi persepsi adalah yang berhubungan dengan kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis (pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan motivasi).

2. Faktor di luar diri individu.

Faktor di luar diri individu meliputi stimulus itu sendiri dan lingkungan dimana persepsi berlangsung.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian Ihak dan Afrizon (2011) dengan judul “ Persepsi dan Tingkat Adopsi Petani Padi Terhadap Penerapan System Of Rice Intensification (SRI) di Desa Bukit Peninjauan I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma”. Menyimpulkan bahwa seluruh petani responden mempunyai persepsi yang baik terhadap teknologi SRI. Hal ini berarti bahwa komponen SRI dianggap baik sehingga dapat menguntungkan dalam kegiatan usahatani.


(5)

Hasil Penelitian Utomo et al.,(2012) dengan judul “ Persepsi Petani Terhadap Budidaya Padi System Of Rice Intensification (SRI) di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo”. Menyimpulkan Petani SRI menyatakan bahwa SRI mempunyai manfaat ekonomis; sesuai dengan kondisi lingkungan, harus merubah kebiasaan petani, dan sesuai dengan kebutuhan petani; SRI lebih rumit, kurang praktis, dan memerlukan ketrampilan khusus. Pertumbuhan tanaman lebih sehat, mutu gabah lebih baik, dan terdapat peningkatan pendapatan petani.

2.4 Kerangka Pemikiran

SRI merupakan program kementerian pertanian yang digulirkan untuk mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Konsep dari pengembangan padi dengan pola SRI mampu menghemat air, penggunaan pupuk dan pestisida serta benih.

Dalam proses peningkatan produksi beras dengan inovasi SRI tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah dan kebijakan pemerintah namun juga dipengaruhi oleh bagaimana persepsi petani terhadap SRI. Persepsi petani dalam penelitian ini dilihat dari lima indikator :(1) Prinsip-prinsip SRI, (2) SRI sebagai inovasi (3) kesiapan petani menerima, (4) Aspek sosial, dan (5) Aspek ekonomi .

Dengan lima indikator tersebut, maka dapat diteliti persepsi petani terhadap SRI. Hasil penelitian akan dibahas dan disajikan dalam analisis deskriptif kualitatif, dan dari hasil analisis tersebut maka akan dapat dihasilkan kesimpulan dan saran dari peneliti yang berlandaskan kembali pada keberlanjutan pengembangan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1.


(6)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Persepsi Petani Terhadap SRI di Subak Yeh Anakan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Tahun 2015

System of Rice Intensification (SRI)

Subak Yeh Anakan

Indikator SRI 1. Prinsip-prinsip SRI

2. SRI sebagai inovasi

3. Kesiapan petani menerima 4. Aspek sosial

5. Aspek ekonomi

Analisis Data

Persepsi Petani


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

Tingkat Persepsi dan Adopsi Petani Padi terhadap Penerapan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Simarasok, Sumatera Barat

3 18 71

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

Belajar Mandiri melalui System of Rice Intensification (SRI) di Duabelas Subak di Provinsi Bali.

0 0 10

PRILAKU PETANI TERHADAP METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION ( SRI ) Di Subak Selat, Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem | Regen Sastrawan | dwijenAgro 319 588 1 SM

0 0 8

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DENGAN MENERAPKAN PROGRAM SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) (Studi Kasus di Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang) (EFFORTS OF INCREASING FARMER’S INCOME BY IMPLEMENTING THE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) PROGRAM

0 0 9

Kontroversi System of Rice Intensification (SRI) di Indonesia

0 1 11