ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR:Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Labortorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “ANALISIS

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR”

ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Matematika SD SPs UPI Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif tentang kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengalaman peneliti. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan, peneliti berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca umumnya. Mudah-mudahan berkah dan hidayah senantiasa terlimpah kepada kita semua. Amiin.


(2)

Peneliti. UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti menyadari dan merasakan sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Porf. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. selaku Pembimbing I, sekaligus sebagai Direktur Pascasarjana UPI, yang di tengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat serta selalu memberi motivasi dengan penuh kesabaran mulai dari awal sampai akhir penyusunan tesis ini. 2. Bapak Dr. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing II yang selalu

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi dengan penuh perhatian dan kesabaran sampai selesai penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. selaku ketua Program Studi Pendidikan Dasar, yang telah banyak memberikan kemudahan.

4. Ibu Dra. Hj. Entang Kartika, M.Pd selaku Kepala Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru yang memberi ijin dan dukungannya atas pelaksanaan penelitian ini.

5. Ibunda tercinta Hj. Aminah, Suami, anak tercinta, kakak-kakak, dan seluruh keluarga besar H. Sanusi Suryana (Al Marhum) yang telah memberi motivasi,


(3)

do’a serta dorongan dan bimbingan sejak mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Aas Hasanah, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Keluarga Besar SDN Jelegong III Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, yang telah memberi dukungan kepada peneliti.

7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Dasar, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Teriring doa yang tulus, semoga segala kebaikan yang bapak/ibu, saudara berikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amien.

Bandung, 10 Juli 2012 Peneliti


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian/Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Originalitas Penelitian ... 12

G. Definisi Istilah ... H. Sistematika Penulisan ... 15 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Aspek –aspek Komunikasi Matematika... 19

3. Indikator Komunikasi Matematis... 22

B. Pembelajaran Matematika ... C. Pentingnya Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika ... 24

26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode ... 30

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 32

C. Jenis Data Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Sampel Sumber Data ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Analisis Data ... 39

H. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 41


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49

B. Penyajian Data ... 50

C. Temuan Penelitian ... 54

D. Pembahasan ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 131

B. Rekomendasi ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Rencana Pembelajaran ... 141

B. Instrumen Penelitian ... 160

C. Data Hasil Penelitian ... 176

D. Foto Penelitian ... 229

Permohonan Ijin Penelitian ... 233


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Perbedaan dan Persamaan Beberapa Penelitian ... 14

4.1 Hubungan Pertanyaan Penelitian dan Prinsip Triangulasi ... 48

4.2 Kemunculan Indikator Kemampuan Komunikasi ... 55

4.3 Diagram Nilai Lembar Kerja Siswa ... 76

4.4 Diagram Hasil Evaluasi Siswa Pada Konsep Pengukuran Waktu .. 81

4.5 Rata-rata Nilai Siswa ... 119


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Komponen dalam Analisis Data ... 40

3.2 Triangulasi Sumber Data ... 42

3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data ... 43

4.1 Siswa Merespon Pertanyaan Guru ... 57

4.2 Kemampuan siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 59

4.3 Kemampuan siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 60

4.4 Kemampuan siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 60

4.5 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Evaluasi ... 62

4.6 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa ... 62

4.7 Contoh Lembar Kerja Siswa ... 64

4.8 Lembar Evaluasi Siswa ... ... 65

4.9 Lembar Kerja Siswa tentang menentukan waktu awal dan akhir ... 67

4.10 Lembar Evaluasi tentang menghitung waktu awal dan akhir ... 68

4.11 Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS ... 70

4.12 Aktivitas Siswa saat mendengar penjelasan Guru ... 72

4.13 Aktivitas Siswa dalam kegiatan diskusi ... 73

4.14 Aktivitas Siswa dalam kegiatan Menulis tentang Matematika ... 74

4.15 Aktivitas Siswa saat mengajukan pertanyaan ... 77

4.16 Aktivitas Siswa dalam menjelaskan saat Presentasi ... 78

4.17 Sikap Siswa ketika menanggapi pertanyaan dari Guru ... 82

4.18 Penggunaan Media sebagai Motivasi dalam Pembelajaran ... 85

4.19 Pemberian Bintang keaktifan ... 86

4.20 Aktivitas Siswa dalam diskusi ... 87

4.21 Aktivitas Siswa pada kegiatan Presentasi ... 87

4.22 Hasil Pekerjaan Siswa ... 89

4.23 Lembar Kerja Siswa ... 101

4.24 Aktivitas Siswa saat merespon pertanyaan ... 102

4.25 Kemampuan Siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 103

4.26 Kemampuan Siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 104

4.27 Kemampuan Siswa dalam menyatakan ide secara tulisan ... 104

4.28 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Evaluasi ... 106

4.29 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa ... 107

4.30 Contoh Lembar Kerja Siswa ... 108

4.31 Lembar Evaluasi Siswa dalam mengungkap kemampuan ... 109

4.32 Lembar Kerja Siswa tentang Perubahan Waktu ... 111

4.33 Lembar Evaluasi tentang Perubahan Waktu ... 111

4.34 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa ... 112


(8)

4.36 Aktivitas Diskusi ... 115

4.37 Aktivitas menulis tentang Matematika ... 115

4.38 Aktivitas Siswa dalam menjelaskan saat Presentasi ... 117

DAFTAR LAMPIRAN Halaman A. Rencana Pembelajaran R. 1 Rencana Pembelajaran 1 ... 141

R. 2 Rencana Pembelajaran 2 ... 146

R. 3 Rencana Pembelajaran 3 ... 151

R. 4 Rencana Pembelajaran 4 ... 156

B. Instrumen Penelitian B1 LK 1 Lembar Kerja 1 ... 160

LK 2 Lembar Kerja 2 ... 162

LK 3 Lembar Kerja 3 ... 164

LK 4 Lembar Kerja 4 ... 166

B2 LE 1 Lembar Evaluasi 1 ... 167

LE 2 Lembar Evaluasi 2 ... 168

LE 3 Lembar Evaluasi 3 ... 169

LE 4 Lembar Evaluasi 4 ... 170

B3 FW 1 Format Wawancara Guru ... 171

FW 2 Format Wawancara Siswa ... 173

FOb Format Observasi ... 174

FCL Format Catatan Lapangan ... 175

C. Data Hasil Penelitian C1 D.TW 1 Transkrif Wawancara Siswa ... 176

D.TW 2 Transkrif Wawancara Guru ... 177

C2 D.Ob 1 Transkrif Observasi 1 ... 180

D.Ob 2 Transkrif Observasi 2 ... 183

D.Ob 3 Transkrif Observasi 3 ... 186

D.Ob 4 Transkrif Observasi 4 ... 189

C3 D.AV 1 Transkrif Audio Video ... 191

D.AV 2 Transkrif Audio Video ... 194

D.AV 3 Transkrif Audio Video ... 197

D.AV 4 Transkrif Audio Video ... 199

C4 DT.CL 1 Transkrif Catatan Lapangan ... 201

DT.CL 2 Transkrif Catatan Lapangan ... 204

DT.CL 3 Transkrif Catatan Lapangan ... 207

DT.CL 4 Transkrif Catatan Lapangan ... 210

C5 S.Doc 1 Rekap Nilai Evalusi Akhir ... 213

S.Doc 2 Rekap Nilai Lembar Kerja Siswa ... 214

S.Doc 3 Rekap Penguasaan Konsep Matematika ... 215

S.Doc 4 Rangkuman Hasil Jawaban Siswa pada setiap Soal Test 216 C6 Data Pekerjaan Siswa (LKS) ... 218


(9)

D. Foto Penelitian ... 229 Surat Ijin Penelitian ... 233 Daftar Riwaat Hidup ... 234


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam dunia pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan pendidik, orangtua maupun siswa. Banyak di antara orangtua yang memiliki persepsi bahwa matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus dikuasai siswa. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kemampuan cemerlang di bidang matematika. Bahkan banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi hal yang paling menyeramkan.

Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah, tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 pada butir ke empat yaitu “agar siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”.

Kalimat tersebut bermakna bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri siswa, sejalan dengan kalimat yang terdapat dalam NCTM (2000: 60), bahwa: “Communication is an essential part of mathematics and mathematics education”. Ini bermakna bahwa kemampuan komunikasi matematika menjadi hal yang fundamental yang harus dikembangkan dalam pembelajaran dan pendidikan matematika.


(11)

Lebih lanjut dalam NCTM (2000: 29) dijelaskan bahwa: “The process standards problem solving, Reasoning and Proof, communication, connections, and representation highlight ways of acquiring and using content knowledge”.

Maksudnya bahwa komunikasi merupakan salah satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam NCTM, sehingga komunikasi menjadi hal yang sangat penting dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika, karena melalui komunikasi inilah siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan kepada siswa lainnya. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi mutlak diperlukan bagi siswa dalam setiap proses pembelajaran, karena tanpa didukung kemampuan berkomunikasi proses pembelajaran tidak dapat berlangsung baik.

Brenner (1998: 107) mengemukakan bahwa:

Penekanan atas komunikasi dalam pergerakan reformasi matematika berasal dari suatu konsensus bahwa hasil pembelajaran sangat efektif di dalam suatu konteks sosial. Melalui konteks sosial yang dirancang dalam pembelajaran matematika, siswa dapat mengkomunikasikan berbagai ide yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah matematika.

Dengan demikian jelas sekali bahwa melalui komunikasilah siswa dapat menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta aktivitas siswa yang menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran.

Lebih lanjut Brenner (1998: 104), menyatakan bahwa: “Peningkatan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan matematika adalah satu dari tujuan

utama pergerakan reformasi matematika”. Menurut Hulukati (2005: 18)

“Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika pada umumnya ditunjang oleh pemahaman mereka terhadap bahasa”.


(12)

Bahkan menurut Barody yang dikemukakan oleh Hulukati, (2005: 17), ada dua alasan mengapa kemampuan berbahasa itu sangat penting dibutuhkan dalam berkomunikasi, yaitu:

Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu

berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah, namun matematika juga adalah alat yang tak terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat, dan ringkas, dan Mathematics learning as social activity, sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, misalnya komunikasi antara guru dan siswa yang merupakan bagian penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika siswa. Dari ketiga pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kemampuan komunikasi matematis, bahasa dan pemecahan masalah. Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika, siswa membutuhkan kemampuan komunikasi matematis yang ditunjang dengan pemahaman terhadap bahasa.

Oleh karena adanya hubungan antara bahasa dan matematika, maka guru sebagai tenaga profesional di lapangan harus mampu membuat suatu hubungan yang membantu siswa mengekspresikan masalah matematika ke dalam bahasa simbol atau model matematika.

Karakteristik matematika yang abstrak, sarat dengan istilah dan simbol, mengakibatkan banyak siswa yang hanya menelan mentah saja semua materi tanpa mencoba untuk memahami informasi yang terkandung di dalamnya, sehingga penomena yang terjadi di lapangan adalah kebanyakan siswa menerapkan metode menghafal rumus untuk belajar matematika. Padahal esensi dari pembelajaran matematika bukanlah untuk menghafal, melainkan lima standar proses yang ditekankan dalam NCTM yaitu kemampuan pemecahan masalah,


(13)

penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi dan representasi. Artinya bahwa lima kemampuan tersebut harus dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis di Indonesia masih kurang baik. Survei yang dilakukakan Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa:

“Penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis” (Herman, 2006: 5).

Selanjutnya hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika juga mengungkapkan bahwa: “Di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika” (Shadiq, 2007: 2-3). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia masih kurang baik. Hal-hal yang mengindikasikan masih rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran adalah: Siswa kurang percaya diri dalam mengomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan jawabannya ketika ditanya guru; ketika ada masalah dalam bentuk soal cerita siswa bingung bagaimana menyelesaikannya, siswa kesulitan membuat model matematika dari soal cerita tersebut, dan belum mampu untuk mengomunikasikan ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang disampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya.


(14)

Kondisi di atas terjadi karena dalam pembelajaran matematika konvensional siswa jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ide-idenya. Hal ini dikemukakan oleh Silver (Turmudi, 2008) bahwa:

Aktivitas siswa sehari-hari terdiri dari menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau LKS yang disediakan. Konsekuensinya kalau siswa diberi soal yang berbeda dengan soal latihan mereka membuat kesalahan atau mengalami kesulitan dalam mencari penyelesaiannya.

Ini menunjukkan bahwa siswa hanya menghapalkan prosedur penyelesaian sehingga kemampuan komunikasi siswa tidak akan berkembang. Pendapat ini didukung oleh Undang (1998: 1) yang mengatakan bahwa: “Guru sebagai subjek dan siswa sebagai objek masih tetap mendominasi dunia pendidikan”. Guru sama sekali tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengungkapkan rasa ingin tahunya, melalui pertanyaan atau pemberian tanggapan terhadap konsep yang sedang dipelajari, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan dan kebebasan untuk dapat berbuat, mencari tahu dan membangun pengetahuannya sendiri. Akibatnya siswa menjadi pasif, tidak memiliki motivasi untuk belajar, kurang bergairah, dan kurang kreatif. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan komunikasi matematis siswa rendah, demikian pula tujuan pendidikan tidak dapat dicapai secara optimal. Pendapat yang senada disampaikan oleh Marpaung (2000: 264) bahwa: ”Problem yang muncul pada pembelajaran konvensional adalah apabila ditanya suatu konsep atau proses siswa tidak menjawab dengan penuh keyakinan atau malah diam”.

Semua ini merupakan problematika yang harus segera dicari solusinya sehingga tujuan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.


(15)

Terdapat beberapa alasan pentingnya kemampuan komunikasi matematis siswa dikembangkan dalam pembelajaran matematika: Pertama, kemampuan komunikasi diperlukan untuk mempelajari bahasa dan simbol-simbol matematika serta mengekspresikan ide-ide matematika. Selanjutnya komunikasi juga bermanfaat untuk melatih siswa dalam mengemukakan gagasan secara jujur berdasarkan fakta, rasional, serta meyakinkan orang lain dalam rangka memperoleh pemahaman bersama.

Dengan demikian kondisi pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pasif, atau objek dalam pembelajaran jelas sangat tidak menguntungkan terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator, mediator dan motivator dalam proses pembelajaran benar-benar dituntut harus dapat mengakomondasi dan memfasilitasi ide siswa. Siswa harus dapat mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematika serta dapat menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan atau kaidah matematika.

Kemampuan siswa mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematika, serta dapat menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan atau kaidah matematika, merupakan karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi matematis. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Principles and

Standards for School Mathematics dari NCTM (Yonandi, 2010: 276) bahwa

kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:


(16)

Kemampuan menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan secara visual, kemampuan menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun tertulis, dan kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol matematika, dan struktur-strukturnya untuk memodelkan situasi atau permasalahan matematika.

Untuk mencapai indikator di atas, guru sebagai ujung tombak di lapangan memiliki peran sentral, guru perlu menemukan cara bagaimana menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan agar dapat bermakna bagi siswa serta dapat dipahami dan diingat lebih lama oleh siswa, bagaimana guru dapat berkomunikasi secara efektif, serta bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan kehidupan nyata yang mereka lihat dan mereka alami.

Dari gambaran tersebut jelas diperlukan sistem pembelajaran di samping mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, serta mampu menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan konteks situasi kehidupan nyata, agar pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006:1), bahwa:

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara

bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

SD Laboratorium UPI yang beralamat di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cilenyi Kabupaten Bandung merupakan salah satu SD yang berada di bawah naungan UPI yang telah menerapkan berbagai model/pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sebagai subjek dalam proses pembelajaran.


(17)

Di antaranya adalah pembelajaran matematika realistik (PMRI) dan pelaksanaaan model pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah Laboratorium UPI pada tanggal 24 April 2012 diperoleh gambaran bahwa model/pendekatan tersebut diterapkan dan dikembangkan dengan asumsi bahwa model/pendekatan tersebut fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan dipandang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena belajar dengan model tersebut bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi melibatkan proses pengalaman secara langsung, sehingga diharapkan siswa berkembang secara utuh, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dengan demikian visi SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru dalam menciptakan generasi yang unggul, kompetitif dan berbudaya dapat dicapai melalui misi SD tersebut yaitu mengembangkan program pembelajaran yang mampu membina kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional sesuai dengan kebutuhan perkembangan individu peserta didik serta melalui penciptaan lingkungan yang kondusif dan demokratis dalam upaya membantu perkembangan bakat, minat, nilai dan kompetensi peserta didik secara optimal.

Tujuan lain yang diharapkan oleh SD laboratorium UPI dalam menerapkan model pembelajaran tersebut adalah dicapainya harapan pemerintah seperti yang tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006: 1) bahwa:

Standar kompetensi matematika disusun agar siswa dapat berfikir secara sistematis logis, berfikir abstrak, dapat menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan komunikasi menggunakan simbol dan diagram yang dikembangkan melalui pembelajaran yang bertahap dan berkesinambungan.


(18)

Studi ini akan mencoba menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Analisis kemampuan komunikasi matematis siswa ini dilakukan secara kualitatif dengan berbagai alasan, di antaranya:

Pertama, analisis kualitatif jarang sekali dilakukan, selama ini analisis hanya terfokus pada analisis kuantitatif, padahal pendidikan tidak hanya berkaitan dengan persoalan angka melainkan dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang visioner yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Asmani (2011: 151) bahwa :

Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan persoalan angka dan statistik, tetapi juga pemikiran-pemikiran progresif yang menjadi ruh pendidikan. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian kualitatif untuk membangkitkan pemikiran-pemikiran kreatif dan visioner dalam dunia pendidikan agar cepat berkembang pesat.

Kedua, pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil melainkan juga pada proses untuk meraih hasil yang optimal. Hal ini sesuai dengan esensi dari pendekatan kualitatif yang lebih mementingkan proses dibanding hasil.

Ketiga, permasalahan yang ada dalam penelitian ini lebih tepat dicarikan jawabannya dengan metode kualitatif karena dengan metode kualitatif diharapkan data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

B. Fokus Penelitian/Batasan Masalah

Agar permasalahan di dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:


(19)

1. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah analisis terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar melalui model PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)

2. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IV sekolah dasar laboratorium UPI Kampus Cibiru yang berjumlah 23 orang.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru?” Permasalahan tersebut dijabarkan lebih khusus ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung?

2. Masalah apa saja yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis selama proses pembelajaran berlangsung? 3. Bagaimanakah upaya guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung?

D. Tujuan Penelitian.

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tentang kemampuan komunikasi


(20)

matematis siswa kelas IV sekolah dasar, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Memperoleh gambaran masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam proses pengembangan kemampuan komunikasi selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Memperoleh gambaran upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI dalam proses pembelajaran?

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang mendalam dan komprehensif terhadap peneliti khususnya dan instansi-instansi pendidikan yang sedang dan akan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis di sekolah. Dan secara ideal, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa aspek, di antaranya:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan keilmuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama berkenaan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang serupa pada masa yang akan datang.


(21)

2. Secara Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, dan secara khusus diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak di antaranya:

a. Bagi institusi yang diteliti, sebagai masukan yang konstruktif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Menjadi bahan masukan dan sekaligus referensi bagi kepala sekolah, beserta wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan seluruh warga sekolah dalam memahami dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. c. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika.

d. Bagi para pengambil kebijakan, sebagai salah satu acuan dalam mengambil keputusan dan kebijakan tentang pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran di sekolah.

F. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan proses analisis terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa sekolah dasar (Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru). Berdasarkan hasil eksplorasi peneliti, terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, di antaranya:


(22)

Penelitian Agustyaningrum (2010), dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri Sleman”.

Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun ajaran 2010-2011. Adapun hasil temuan menunjukkan tahap-tahap pembelajaran Learning Cycle yang meliputi tahap engagement, eksploration, explanation, elaboration dan tahap

evaluation dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX

B SMP Negeri 2 Sleman.

Penelitian lain adalah penelitian yang ditulis oleh Sofyan (2008) yang diberi judul: “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Adapun hasil temuan dari penelitiannya menyimpulkan bahwa: terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematika dengan kemampuan komunikasi matematis pada siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah terbuka daripada siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah terstruktur dan pembelajaran konvensional.

Berbeda dengan dua penelitian yang telah disebutkan di atas, penelitian yang akan peneliti laksanakan ini difokuskan pada Sekolah Dasar. Selain itu penelitian ini difokuskan pada analisis kemampuan komunikasi matematika siswa


(23)

kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang meliputi: kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung, kesulitan yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, dan upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Untuk memperjelas posisi penelitian ini, maka peneliti akan menjabarkan tabel persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian yang dibahas sebelumnya. Hal ini menjadi penting agar dapat mengungkapkan celah yang menjadi perbedaan dan persamaan dari beberapa penelitian tersebut. Secara rinci tebel perbedaan dan persamaan penelitian dapat dilihat pada halaman berikut:

Tabel 1.1

Perbedaan dan Persamaan Beberapa Penelitian

No. Nama/Tahun dan Judul

Penelitian Persamaan Perbedaan

Penelitian yang peneliti laksanakan 1 Nina Agustyaningrum,

S.Pd.Si Mahasiswi pada Jurusan Pendidikan Matematika, Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri Sleman”

Sama-sama mengkaji masalah kemampuan komunikasi matematis siswa Lebih menekankan pada implementasi tahapan Learning Cycle dalam meningkatkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa Kajian difokuskan pada analisis kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian bersifat grounded theory 2 Deddy Sofyan dengan judul :

“Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Sama-sama mengkaji tentang kemampuan komunikasi matematis siswa Fokus pada menelaah model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis.


(24)

G. Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan penjelasan atas konsep penelitian yang ada dalam judul penelitian. Definisi istilah sangat berguna dalam memberikan pemahaman dan batasan yang jelas agar penelitian ini tetap terfokus pada kajian yang diinginkan peneliti. Adapun beberapa istilah yang perlu di definisikan antara lain:

“Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti” (Yulaelawati, 2007: 72).

“Komunikasi matematis merupakan kesanggupan atau kecakapan siswa untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan matematis secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada dalam persoalan matematika”. (Depdiknas, 2004: 24). Fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan suatu butir soal, sesuai dengan indikator kemampuan komunikasi yang ingin dicapai dan akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis tentang “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung), secara keseluruhan terdiri dari lima bab, masing-masing bab disusun secara rinci dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dan pembahasannya diuaraikan sebagai berikut:


(25)

BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi istilah dan sitematika penulisan. BAB II : Merupakan kajian teori yang berfungsi sebagai acuan teoritik dalam

melakukan penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang pengertian komunikasi matematis, aspek-aspek komunikasi, indikator komunikasi, pembelajaran matematika, dan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika.

BAB III : Bab ini mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang metode, lokasi dan subjek penelitian, jenis data penelitian, instrumen penelitaian, sampel sumber data, tekhnik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitiaan.

BAB IV : Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi gambaran umum subjek penelitian, penyajian data, temuan penelitian, dan pembahasan.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode

Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa sekolah dasar dengan indikator komunikasi sesuai dengan butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Metode ini digunakan karena masalah yang diteliti sangat kompleks danspeneliti bermaksud memahami situasi sosial lebih mendalam dan terarah yaitu ingin menganalisis lebih jauh kemampuan komunikasi matematis siswa. Karena itu situasi tersebut tidak mungkin dijaring dengan mengunakan metode penelitian kuantitatif.

Hal ini sejalan dengan pendapat Strauss dan Corbin (Creswell, J 1998: 24) bahwa penelitian kualitatif adalah “Jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”.

Pada bagian lain Judith Preissle (Creswell, J. 1998: 24) menyatakan tentang pengertian penelitian kualitatif sebagai berikut:

“Qualitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which elicit verbal, visual, tactile, olfactory, and gesture data in the form of descriptive narratives like field notes, recordings, or orther transcriptions from audio-and vidiotapes and other written records and pictures or films”

Bogdan & Biklen, S (1992: 21-22) menjelaskan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati”.


(27)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian untuk menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia secara deskriptif dalam bentuk narasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

grounded theory, dengan penekanan terhadap kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas IV sekolah dasar. Pemilihan metode ini didasarkan atas keingintahuan peneliti untuk melakukan analisis lebih dalam tentang kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IV sekolah dasar. Sehingga pada akhirnya dapat disusun suatu teori baru yang didasari oleh teori yang sudah ada yang dapat memberi gambaran yang jelas tentang kemampuan komunikasi matematis siswa.

Penelitian grounded menawarkan pendekatan yang berbeda dari jenis penelitian kualitatif yang lain, seperti fenomenologi, etnografi, etnometodologi, dan studi kasus.

Dalam penelitian kualitatif, grounded theory tidak berangkat dari teori untuk menghasilkan teori baru (from a theory to generate a new theory), melainkan berupaya menemukan teori berdasar data empirik, bukan membangun teori secara deduktif logis.

Karena itu, grounded theory melepaskan teori dan peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Dengan kata lain, penelitian model

grounded bergerak dari data menuju konsep. Data yang telah diperoleh dianalisis

menjadi fakta, dan dari fakta diinterpretasi menjadi konsep. Jadi prosesnya adalah data menjadi fakta, dan fakta menjadi konsep.


(28)

Grounded theory adalah teori yang dikembangkan secara induktif selama

penelitian berlangsung, dan melalui interaksi yang terus menerus dengan data di lapangan (Alwasilah, 2011: 76).

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Laboratorium UPI kampus Cibiru. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah 23 orang, terdiri atas 9 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswi perempuan pada tahun pelajaran 2011/2012.

Peneliti tertarik untuk melalukan penelitian di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru dengan beberapa alasan:

Pertama, Sekolah tersebut merupakan sekolah yang berada di bawah naungan

UPI yang telah menerapkan berbagai model pembelajaran yang menekankan pada siswa sebagai pembelajar atau subjek dalam pembelajaran sehingga memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dilihat dari visi, misi dan tujuan sekolah yang mengarah pada pengembangan program pembelajaran yang mampu membina kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional sesuai dengan kebutuhan perkembangan individu peserta didik dan menciptakan lingkungan kondusif dan demokratis untuk membantu perkembangan bakat, minat, nilai dan kompetensi peserta didik secara optimal demi terwujudnya generasi yang unggul, kompetitif dan berbudaya.


(29)

pendidikan S1.

Ketiga, latar belakang peserta didik yang hampir 100% dari TK dan telah

diuji.

C. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diungkap dalam penelitian ini bersifat naratif dan uraian. Juga data penjelasan dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam proses pengumpulan data hasil penelitian ini. Jenis data dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

1. Catatan Lapangan.

Dalam membuat catatan lapangan, peneliti melakukan prosedur dengan mencatat seluruh peristiwa yang benar-benar terjadi di lapangan sebagai hasil observasi partisipatif yang dilakukan peneliti.

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang dilihat, didengar, dialami dan dipikirkankan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data. Catatan lapangan berfungsi sebagai jantungnya penelitian, karena tanpa catatan lapangan tidak akan diperoleh data yang lengkap dan terpercaya untuk disusun dalam laporan penelitian (Satori, 2011: 194).

Adapun proses catatan lapangan dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:


(30)

Selesai melakukan kegiatan tersebut (pulang ke rumah) barulah peneliti menyusun catatan lapangan secara utuh.

Catatan lapangan ini berbeda dengan catatan di lapangan. Ketika di lapangan saat pengumpulan data catatan yang dibuat berupa coretan seperlunya pada buku catatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Joukowsky (Satori, 2011: 194)

bahwa, “Catatan di lapangan atau field notes, sesuai dengan namanya, merupakan catatan yang dibuat langsung pada buku catatan ketika peneliti berada di

lapangan”. Catatan di lapangan ini diubah ke dalam catatan yang lengkap dan

dinamakan catatan lapangan.

Proses penyusunan catatan lapangan terus berlanjut selama ada catatan dari lapangan sebagai hasil observasi, pengamatan dan studi dokumentasi. Penulisan catatan lapangan ini bertujuan untuk mencatat segala yang terjadi di lapangan dengan rinci dan menghindari kemungkinan lupa yang disebabkan keterbatasan peneliti.

2. Rekaman Audio Video

Peneliti merekam wawancara dengan beberapa pihak terkait, yaitu guru, siswa dan kepala sekolah. Dari data hasil rekaman tersebut peneliti deskripsikan dalam bentuk transkrip wawancara. Peneliti juga melakukan rekaman video terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

3. Dokumentasi

Data ini dikumpulkan melalui berbagai sumber data tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi objektif, juga silsilah dan pendukung data lainnya.


(31)

4. Foto.

Foto merupakan bukti yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata namun sangat mendukung kondisi objektif penelitian berlangsung.

D.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif maka yang menjadi instrumennya adalah peneliti sendiri. Pendekatan kualitatif menuntut kehadiran peneliti di lapangan karena peneliti sebagai instrumen utama penelitian, sekaligus sebagai perencana tindakan, pengumpul data, penganalisa data, dan pelapor hasil penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Moleong (2011: 53) bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,

penafsir, dan akhirnya sebagai pelapor penelitian yang dilaksanakan”.

E.Sampel Sumber Data

Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Sugiyono (2008: 218) mengemukakan bahwa purposive sampling adalah “teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”.

Pertimbanga dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi yang luas, rinci, dan mendalam tentang kemampuan komunikasi siswa sehingga didapat suatu kebenaran yang bermakna dan menyeluruh. Sampel diambil dari tiga katagori siswa yang memiliki kemampuan matematika level tinggi, sedang dan rendah.


(32)

Sumber data penelitian terdiri dari unsur manusia sebagai instrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat dalam observasi partisipasi, serta guru dan siswa sebagai unsur informan. Unsur non manusia digunakan sebagai data pendukung.

F.Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif, di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata dan gambar, bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari catatan observasi, naskah transkif wawancara, dokumen, foto, dan rekaman audio video, yang dikumpulkan melalui teknik observasi partisipasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 63) bahwa “Ada empat macam tekhnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, angket,

dokumentasi dan gabungan keempatnya”.

1. Observasi

Observasi menjadi teknik utama pengumpulan data penelitian ini, karena peneliti ingin melihat langsung gerak-gerik, sikap, suasana dan kesan secara menyeluruh dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (2011: 165) bahwa “Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana

yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya”. Hal senada dikemukakan Asmami (2011: 123) bahwa “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”. Peneliti meyakini bahwa suatu objek hanya dapat diungkap datanya apabila peneliti menyaksikan langsung melalui observasi.


(33)

Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi (participant observation) yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan di mana observer atau peneliti terlibat dalam keseharian responden. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 65) bahwa, “Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas

mereka”. Adapun data yang ingin diungkap melalui observasi ini adalah seluruh aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, terutama yang berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari guru dan siswa sebagai sumber data penelitian, maksudnya sambil observasi peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Melalui observasi partisipasi ini peneliti berharap data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan menyeluruh.

Tujuan peneliti melakukan observasi partisipasi adalah untuk memperoleh data yang lebih lengkap, tajam, sampai mengetahui tingkat makna dari perilaku yang nampak, yang tidak terungkapkan oleh responden dalam wawancara, sehingga dapat menepis kesenjangan antara apa yang dikatakan partisipan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Maleong

(Satori, 2011: 117), bahwa “Observasi partisipasi pada dasarnya berarti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun”.


(34)

2. Wawancara

“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu” (Sugiyono, 2012: 72).

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal mendalam yang tidak ditemukan melalui observasi. Adapun data yang ingin diungkap peneliti melalui wawancara ini meliputi: masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis serta upaya guru dalam mengembangkan kemampuan tersebut.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam. Menurut Asmani (2011: 122-123) wawancara mendalam (in–depth interview) adalah:

Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dalam pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan instrumen sebagai pedoman wawancara disertai alat bantu lain yaitu: buku catatan untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data,serta audio video untuk merekam semua percakapan dan memotret aktivitas pembicaraan peneliti dengan sumber data. 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan sebagai pelengkap dari observasi dan wawancara, sehingga hasil wawancara dan observasi akan lebih


(35)

kredibel/dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Adapun dokumen yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: propil sekolah, Administrasi guru termasuk di dalamnya RPP dan data tentang perkembangan kemajuan dan nilai siswa.

Menurut Satori (2011: 149) studi dokumentasi adalah “Mengumpulkan dokumen

dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian

suatu kejadian”. Lebih lanjut Satori (2011: 147) menegaskan bahwa “Dokumen

merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anecdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen”.

Melalui studi dokumentasi ini, peneliti berharap memperoleh informasi bukan hanya dari orang sebagai nara sumber, tetapi memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan.

G. Analisis Data.

“Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan

refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian” (Creswell, 2010: 274).

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan mulai dari sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Hal ini sejalan


(36)

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian”.

Sebelum peneliti memasuki lapangan, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, namun masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan dan selama di lapangan.

Selama di lapangan analisis dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Jika setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan lagi sampai data yang dianggap kredibel.

Hal ini sesuai dengan pendapat Miles and Huberman (Sugiyono, 2011: 91)

bahwa, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Aktivitas dalam analisis data ini meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification, seperti tampak pada halaman berikut ini:

Gb. 3.1 Komponen dalam analisis data

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions: Drawing/Verifying


(37)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa langkah yang dilakukan dalam analisis data pada penelitian ini adalah dari data yang sudah terkumpul, peneliti segera mereduksi data tersebut, dalam hal ini peneliti merangkum, memilih data yang pokok dan penting, dan membuat katagorisasi berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka.

Setelah data direduksi langkah selanjutnya mendisplay data (menyajikan data) dalam bentuk teks yang bersifat naratif, berupa grafik dan chart. Dalam mendisplay data, huruf besar, huruf kecil dan angka pada saat reduksi data disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami.

Langkah ketiga yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis data adalah verification atau membuat kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan peneliti masil bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

H. Pengecekan Keabsahan Temuan.

Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak

ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. (Sugiyono, 2008: 268)

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui uji kredibilitas yang meliputi triangulasi (triangulation), dan penggunaan referensi.


(38)

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. (Sugiyono, 2012: 125) .

Berpijak dari pendapat di atas maka triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

a. Triangulasi sumber.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu, guru, kepala sekolah dan siswa.

Data dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan, dikatagorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Setelah data dianalisis dan menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut. Secara rinci gambaran triangulasi dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Data.

Kepala Sekolah

Guru


(39)

b. Triangulasi Teknik.

Triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data yang diperoleh dengan wawancara di cek dengan observasi, dokumentasi atau catatan lapangan. Gambaran triangulasi teknik ini dapat dilihat dari gambar di halaman berikut:

Gambar 3.3. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data.

c. Triangulasi Waktu.

Karena waktu sering mempengaruhi kredibilitas data, maka peneliti melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan teknik yang lainnya dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang sehingga sampai ditemukan kepastian gambar datanya. Gambaran triangulasi waktu yang dilakukan peneliti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3.4. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data.

Observasi Wawancara

Catatan Lapangan

Sore Siang


(40)

I. Tahap-tahap Penelitian.

Penelitian ini dilakukan secara sistematis dengan tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan: a. Observasi Awal

Peneliti melakukan observasi awal ke lokasi penelitian dengan tujuan memotret profil sekolah mulai dari gambaran lokasi penelitian, mengetahui sejarah singkat SD Laboratorium UPI Cibiru, mengenal guru, siswa, latar belakang pendidikan subjek penelitian dan mengetahui sekilas tentang pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah tersebut.

b. Merumuskan Masalah.

Rumusan masalah sangat penting dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu peneliti harus merumuskan masalah setelah melakukan beberapa studi pendahuluan. Dengan adanya rumusan masalah, peneliti lebih terfokus dan mudah membuat laporan hasil penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan a. Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan (observasi) sesuai dengan acuan pada metode penelitian, wawancara dengan informan, serta mempelajari sumber-sumber tertulis melalui instrumen


(41)

penelitian, dan mempelajari dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Analisis Data

Setelah melakukan persiapan, peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan kemudian menganalisis data tersebut untuk dijadikan laporan pada akhir penelitian dan disusun secara sistematis untuk memudahkan tahap penulisan laporan penelitian. Analisis data dilakukan setiap saat terutama setelah memperoleh data baru.

Seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru, maka langkah konkrit yang dilakukan peneliti dalam menganalis tentang kemampuan komunikasi matematis tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan indikator komunikasi matematis yang akan dianalisis.

2) Mengumpulkan data mentah (transkrip wawancara, transkrip audio video, catatan lapangan, tranksrip observasi, dokumentasi, gambar/foto-foto, sebagai hasil dari kegiatan observasi, wawancara, rekaman audio video, dan studi dokumentasi yang peneliti lakukan selama proses penelitian berlangsung, terhadap aktivitas guru dan siswa yang berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematis.

3) Mengolah dan mempersiapkan data tentang kemampuan komunikasi matematis siswa untuk di analisis.


(42)

4) Membaca keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan selama melakukan penelitian.

5) Mengcoding data untuk memudahkan analisis.

6) Menyajikan data dengan teks naratif, gambar dan diagram batang.

7) Menarik kesimpulan tentang analisis kemampuan komunikasi matematis siswa berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian.

3. Tahap Penyusunan Laporan.

Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan penelitian berupa hasil yang sebenarnya yang diperoleh dari lapangan seperti catatan-catatan hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi dan rekaman audio video yang kemudian digambarkan atau dideskripsikan ke dalam tulisan.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Temuan dan pembahasan yang disajikan pada Bab IV, menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan masing-masing pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam memunculkan indikator komunikasi tersebut. Indikator kemampuan komunikasi matematis tersebut muncul secara epektif melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik yang ditunjang oleh metode diskusi, tanya jawab dan presentasi. Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang muncul pada siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru selama proses pembelajaran berlangsung meliputi: kemampuan menjelaskan ide, situasi atau persoalan matematika secara lisan maupun tulisan; kemampuan menghubungkan benda nyata dan gambar ke dalam ide matematika; kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; kemampuan membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika; kemampuan membuat konjektur, menyusun argumentasi, dan membuat generalisasi (kesimpulan); kemampuan mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, serta kemampuan menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.


(44)

Semua indikator kemampuan komunikasi matematis ini muncul pada siswa kelas IV SD, selama proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI berlangsung, namun intensitas kemunculan indikatornya berbeda untuk setiap siswa dan pada tahapan pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru.

2. Semua indikator kemampuan komunikasi matematis siswa muncul dalam setiap tahapan pembelajaran matematika realistik, tetapi tidak semua siswa memunculkan semua indikator tersebut. Namun secara umum pada sebagian besar siswa semua indikator tersebut muncul. Siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang lebih berpeluang untuk memunculkan semua indikator tersebut, sementara siswa yang tergolong berkemampuan rendah hanya memunculkan sebagian dari indikator komunikasi matematis tersebut.

3. Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya kemampuan komunikasi matematis siswa selama pembelajaran berlangsung, antara lain: penggunaan media, strategi, serta model pembelajaran inovatif PMRI yang ditunjang oleh metode tanya jawab, diskusi dan presentasi, kemampuan siswa, pemberian motivasi, dan pembiasaan yang dilakukan guru turut pula menunjang terhadap pencapaian indikator kemampuan komunikasi tersebut.

4. Di antara jumlah siswa sebanyak 23 orang ada beberapa orang siswa yang sulit memunculkan semua indikator kemampuan komunikasi matematis tersebut, di antaranya: indikator kemampuan komunikasi membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika dan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika, serta kemampuan membuat konjektur, menyusun argumuntasi dan membuat generalisasi.


(45)

5. Ada beberapa faktor yang membuat siswa kesulitan dalam memunculkan kemampuan komunikasi matematis, terdiri dari faktor internal yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa, meliputi: pembawaan siswa yang memiliki rasa malu pendapatnya didengar oleh orang lain, dan perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa baik dalam memahami suatu presentasi matematika, maupun kemampuan siswa dalam berbahasa, serta faktor eksternal yang muncul dari luar diri siswa yang meliputi: kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran termasuk di dalamnya penggunaan pendekatan/strategi pembelajaran, media dan sumber belajar yang membangkitkan minat siswa, pembiasaan, pemberian motivasi, dan pemberian penghargaan turut menjadi faktor terhadap kemunculan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa.

6. Ada beberapa kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika terutama dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa di antaranya: siswa yang kurang konsentrasi, kurang bisa bekerja sama dengan temannya dan terkadang siswa kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapatnnya, sehingga diperlukan upaya guru dalam mengemas pembelajaran agar dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, serta rasa percaya diri dan sikap kooperatif pada siswa, yang bermuara pada pencapaian kemunculan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa secara optimal.


(46)

7. Ada beberapa upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa antara lain: menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran PMRI didukung dengan penggunaan metode diskusi, tanya jawab dan presentasi, memberikan kesempatan dan keleluasaan pada siswa untuk menyampaikan ide/tanggapannya terhadap permasalahan yang muncul, menggunakan alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa, serta pemberian penghargaan dengan menggunakan bintang keaktifan juga menjadi stimulan bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. 8. Berdasarkan analisis terhadap seluruh data yang diperoleh peneliti selama

penelitian berlangsung, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru cukup baik, walaupun kemunculan indikator komunikasi matematis tersebut tidak sama untuk setiap siswa. Hal ini dapat terlihat dari kemunculan berbagai indikator komunikasi matematis pada setiap tahapan dalam pendekatan yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung, yang meliputi: kemampuan menjelaskan ide baik secara lisan maupun tulisan dengan benda nyata atau gambar; kemampuan menghubungkan benda nyata dan gambar ke dalam ide matematika; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika; membuat konjektur, dan menyusun argumentasi; mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika, serta kemampuan menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.


(47)

Hal ini ditunjang pula dengan hasil nilai rata-rata siswa selama proses pembelajaran berlangsung yaitu: 94,24 untuk rata-rata nilai LKS dan 89,89 untuk nilai evaluasi akhir, sehingga diperoleh nilai rata-rata akhir (evaluasi + LKS) sebesar 92.12.

B. Rekomendasi

Sebagai respon terhadap temuan dan kesimpulan, maka peneliti merekomendasikan hal-hal berikut ini:

1. Kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika oleh karena itu guru sebagai ujung tombak dan pemegang kendali utama di lapangan, harus senantiasa mengembangkan kemampuan komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika dengan menggunakan berbagai strategi/pendekatan dalam pembelajaran agar indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dapat muncul dan berkembang optimal.

2. Penggunaan model/pendekatan pembelajaran inovatif, salah satunya Pendekatan Matematika Realistik (PMRI) yang didukung dengan penggunaan metode tanya jawab, diskusi, dan presentasi disarankan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran matematika sebagai sarana dalam mengembangkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa, terutama di sekolah dasar, sebagai pondasi dalam mengembangkan kemampuan lebih lanjut.


(48)

3. Pada peneliti selanjutnya disarankan agar pandai mengemas pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan bermakna bagi siswa dengan menggunakan multi media/metode, melakukan pembiasaan dan memberikan penghargaan sebagai upaya dalam membangkitkan motivasi dan inspirasi dalam memunculkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Disarankan pula agar pembelajaran difokuskan pada siswa sebagai subjek pembelajar yang aktif (student centered) bukan teacher centered, sehingga siswa tidak terbelenggu dan dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian paradigma lama yang menganggap siswa sebagai objek dalam pembelajaran sedikit demi sedikit dapat dikikis dan dihilangkan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agustyaningrum, N. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle

5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Tesis pada Jurusan Pendidikan

Matematika, Pascasarjana UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan. Alwasilah, C. (2011). Pokoknya Kualitatif.Jakarta: Pustaka Jaya

Ansari, B.I. (2003). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write.

Makalah National Seminar On Science And Mathematics. FMIPA-UPI in

cooperation with JICA. Dirjen Dikti Depdiknas. 25 Agustus 2003.

Asmami, M.J. (2011) Tuntutan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Pres.

Asikin, M. (2002). ”Menumbuhkan Kemampuan Komunikasi Matematika melalui

Pembelajaran Matematiak Realistik”. Jurnal Matematika atau

Pembelajarannya (Proseding Konferensi Nasional Matematika XI). 7, (Edisi khusus), (492-496).

Bogdan, R., & Biklen, S. (1992). Qualitative Research for Education. Boston, MA: Allyn and Bacon.

Brenner, M.E. (1998). Development of Mathematical Communication in Problem

Solving by Language Minority Student. Bilingual Research Journal,

22:2,3&4 Spring, Summer, & Fall.(online). Tersedia: Http://www.(11Juni 2008)

Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantutatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahar, R. W. (1993). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmodjo, H & Kaligis, J. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 3 Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(50)

Depdiknas. (2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Media Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta: Depdiknas

Shadiq, F. (2007). Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran

Matematika 15–16 Maret 2007 di P4TK (PPPG) Matematika.

Yogyakarta.Tersedia di: http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/06/07-lapsemlok_limas.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Jacob, C. (2002). “Matematika sebagai Komunikasi”. Jurnal Matematika atau

Pembelajarannya. (8). 378-382.

John, A. Van de Walle. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah (Dr. Suyono, M. Si. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Marpaung, Y. (2000). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika di SD. Proceding Konverensi Nasional X Matematika. ITB, 17-20 Juli 2000. Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

NCTM. [National Council of Teachers of Mathematics]. (2000a). Principles and

Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.

Permen No. 22 Tahun 2006

Poedjiadi, A. (2005). Sains Tekonologi Masyarakat Model Pembelajaran

Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(51)

Rahayu, P. (2006). Model Pembelajaran Konstrutivisme untuk meningkatkan

Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SD. Tesis

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rahman, N.W. (2008). Rujukan Filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung: Prenada Media Group.

Satori, Dj & Komariah, A (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sutardi & Sudirjo, (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada

Siswa Sekolah Menengah. Makalah National Seminar On Science And Mathematics. FMIPA-UPI in cooperation with JICA. Dirjen Dikti

Depdiknas. 25 Agustus 2003.

Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika

(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita

Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Undang, G. dkk. (1998). Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar

Sekolah Dasar. Bandung: Siger Tengah.

Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Wahyudin (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran

Witheringthon, H.C. & Burton, W.H. (1986). Teknik-Teknik Belajar dan


(52)

Yonandi, M. T. (2010). Meningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan

Masalah Matematik Melalui Pembelajaran Berbantuan Komputer

(Computer-Assisted Instructions). Makalah Seminar Nasional Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta 17 April 2010.


(1)

Hal ini ditunjang pula dengan hasil nilai rata-rata siswa selama proses pembelajaran berlangsung yaitu: 94,24 untuk rata-rata nilai LKS dan 89,89 untuk nilai evaluasi akhir, sehingga diperoleh nilai rata-rata akhir (evaluasi + LKS) sebesar 92.12.

B. Rekomendasi

Sebagai respon terhadap temuan dan kesimpulan, maka peneliti merekomendasikan hal-hal berikut ini:

1. Kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika oleh karena itu guru sebagai ujung tombak dan pemegang kendali utama di lapangan, harus senantiasa mengembangkan kemampuan komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika dengan menggunakan berbagai strategi/pendekatan dalam pembelajaran agar indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dapat muncul dan berkembang optimal.

2. Penggunaan model/pendekatan pembelajaran inovatif, salah satunya Pendekatan Matematika Realistik (PMRI) yang didukung dengan penggunaan metode tanya jawab, diskusi, dan presentasi disarankan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran matematika sebagai sarana dalam mengembangkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa, terutama di sekolah dasar, sebagai pondasi dalam mengembangkan kemampuan lebih lanjut.


(2)

3. Pada peneliti selanjutnya disarankan agar pandai mengemas pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan bermakna bagi siswa dengan menggunakan multi media/metode, melakukan pembiasaan dan memberikan penghargaan sebagai upaya dalam membangkitkan motivasi dan inspirasi dalam memunculkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Disarankan pula agar pembelajaran difokuskan pada siswa sebagai subjek pembelajar yang aktif (student centered) bukan teacher centered, sehingga siswa tidak terbelenggu dan dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian paradigma lama yang menganggap siswa sebagai objek dalam pembelajaran sedikit demi sedikit dapat dikikis dan dihilangkan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agustyaningrum, N. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika, Pascasarjana UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Alwasilah, C. (2011). Pokoknya Kualitatif.Jakarta: Pustaka Jaya

Ansari, B.I. (2003). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write. Makalah National Seminar On Science And Mathematics. FMIPA-UPI in cooperation with JICA. Dirjen Dikti Depdiknas. 25 Agustus 2003.

Asmami, M.J. (2011) Tuntutan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Pres.

Asikin, M. (2002). ”Menumbuhkan Kemampuan Komunikasi Matematika melalui Pembelajaran Matematiak Realistik”. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya (Proseding Konferensi Nasional Matematika XI). 7, (Edisi khusus), (492-496).

Bogdan, R., & Biklen, S. (1992). Qualitative Research for Education. Boston, MA: Allyn and Bacon.

Brenner, M.E. (1998). Development of Mathematical Communication in Problem Solving by Language Minority Student. Bilingual Research Journal, 22:2,3&4 Spring, Summer, & Fall.(online). Tersedia:

Http://www.(11Juni 2008)

Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantutatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahar, R. W. (1993). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmodjo, H & Kaligis, J. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 3 Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(4)

Depdiknas. (2006). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Media Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta: Depdiknas

Shadiq, F. (2007). Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika 15–16 Maret 2007 di P4TK (PPPG) Matematika. Yogyakarta.Tersedia di: http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2008/06/07-lapsemlok_limas.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Jacob, C. (2002). “Matematika sebagai Komunikasi”. Jurnal Matematika atau

Pembelajarannya. (8). 378-382.

John, A. Van de Walle. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah (Dr. Suyono, M. Si. Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Marpaung, Y. (2000). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika di SD. Proceding Konverensi Nasional X Matematika. ITB, 17-20 Juli 2000. Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

NCTM. [National Council of Teachers of Mathematics]. (2000a). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.

Permen No. 22 Tahun 2006

Poedjiadi, A. (2005). Sains Tekonologi Masyarakat Model Pembelajaran Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(5)

Rahayu, P. (2006). Model Pembelajaran Konstrutivisme untuk meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SD. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rahman, N.W. (2008). Rujukan Filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Prenada Media Group.

Satori, Dj & Komariah, A (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sutardi & Sudirjo, (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada Siswa Sekolah Menengah. Makalah National Seminar On Science And Mathematics. FMIPA-UPI in cooperation with JICA. Dirjen Dikti Depdiknas. 25 Agustus 2003.

Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Undang, G. dkk. (1998). Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung: Siger Tengah.

Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Wahyudin (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran

Witheringthon, H.C. & Burton, W.H. (1986). Teknik-Teknik Belajar dan Mengajar. Bandung: Jemmars


(6)

Yonandi, M. T. (2010). Meningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematik Melalui Pembelajaran Berbantuan Komputer (Computer-Assisted Instructions). Makalah Seminar Nasional Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta 17 April 2010.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Write Pair Switch Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Kognitif

10 55 143

PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 2 36

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR: Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.

0 2 23

PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV di SDN 1 Cibogo Kab. Bandung Barat.

0 5 36

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Studi Kualitatif Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Matematika.

1 8 49

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 4 50

PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMANDANGAN INDAH PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI PERCOBAAN (SDNP) CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 0 42

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PPL UPI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 98

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PPL UPI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 0 65

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN HABITS OF MIND SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR: Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar - repository UPI T PD 1200891 Titel

2 3 3