PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU PADA PEMBELAJARAN BERBICARA: Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

(1)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU PADA PEMBELAJARAN BERBICARA (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP YAS Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh Leni Pujiastuti

NIM 0900630

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


(2)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU PADA PEMBELAJARAN BERBICARA (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP YAS Bandung

Tahun Ajaran 2012-2013)

oleh Leni Pujiastuti

NIM 0900630

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

@ Leni Pujiastuti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LENI PUJIASTUTI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU PADA PEMBELAJARAN BERBICARA

(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP YAS Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Dr. H. E. Kosasih, M. Pd. NIP 1973042620022121001

Pembimbing II,

Drs. Wawan Hermawan, M. Pd. NIP 196003071987031003

Mengetahui,


(4)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 1972040319990310


(5)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Leni Pujiastuti

0900630 ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu pada Pembelajaran Berbicara” (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP YAS Bandung Tahun Ajaran 2012-2013). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: 1) bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu; 2) bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu; 3) adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini berupa tes lisan, observasi, dan penilaian unjuk kerja (kinerja). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII E sebagai kelas eksperimen dan VII F sebagai kelas pembanding. Kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum mendapat pelakuan secara keseluruhan masih kurang maksimal. Hal itu tergambar pada perolehan nilai prates di kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata 63,65, sedangkan kelas pembanding 69. Pada pascates kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata 82,66, sedangkan kelas pembanding 79,19 sehingga kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen dan kelas pembanding mengalami peningkatan. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola kelas eksperimen dengan kelas pembanding. Hasil penelitian ini diperkuat dengan adanya perhitungan statistik. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan antara data hasil prates dan pascates dengan melakukan uji hipotesis. Hasil yang didapat thitung sebesar 6,193 dan ttabel dengan derajat kebebasan 92 dan taraf signifikansi 1% atau taraf kepercayaan 99% adalah 2,36. Hal ini berarti thitung (6,193) > ttabel (2,36), dengan begitu perbedaan antara nilai prates dan pascates terbukti signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima.

Simpulan penelitian ini adalah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen mengalami peningkatan dan perbedaan yang signifikan dengan kelas pembanding sesudah diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu ini sebagai salah satu alternatif model yang digunakan pada pembelajaran berbicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dan perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu ini dalam pembelajaran


(6)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU PADA PEMBELAJARAN BERBICARA (Penelitian Eksperimen Semu

terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Leni Pujiastuti

0900630 ABSTRACT

This skripsi entitled "Application of Model Cooperative Learning Techniques in Teaching Speaking Bamboo Dance" (Quasi-Experimental Research on Seventh Grade Students of SMP YAS London School Year 2012-2013). This study aims to answer these questions: 1) how the students 'speaking ability VII semester of eighth grade YAS Bandung in telling the idol before using cooperative learning model bamboo dance techniques, 2) how students' speaking ability VII semester of eighth grade YAS Bandung in telling idol after using cooperative learning model bamboo dance techniques; 3) is there a significant difference between students' speaking ability VII semester of eighth grade YAS Bandung in telling the idol in the classroom before and after the experiment using a model of cooperative learning with the bamboo dance technique classes are not comparable use cooperative learning model bamboo dance technique.

The method used in this study is a quasi-experiment. Instruments used in this research is the data collection oral tests, observation, and assessment of performance (performance). Samples taken in this study were students of class VII as an experimental class E and class VII F as a comparison. Their speaking ability in telling the idol before it gets its commission as a whole is still less than the maximum. This was reflected in the acquisition of pre-test in the experimental class scored an average of 63.65, while the comparison class 69. At post-test experimental class scored an average of 82.66, while 79.19 comparator class so that students' speaking ability in telling the idol in the experimental class and comparison class has increased. Thus, there are significant differences between students' speaking ability in telling the class idol comparison experiments with the class. The result is reinforced by statistical calculations. Based on the calculations have been made between the pre-test and post-test results data to post-test the hypothesis. The results obtained at 6.193 and ttable t with 92 degrees of freedom and a significance level of 1% or the 99% confidence level is 2.36. This means that t (6.193)> t table (2.36), so the difference between the pre-test and post-test proved significant and acceptable working hypothesis.

Conclusion of this study is the ability to speak in telling students in the experimental class idol has increased and a significant difference with the comparison class after cooperative learning model treated bamboo dance technique. Indonesian language and literature teachers can use cooperative learning model bamboo dance technique as an alternative model used in the study talked to improve their speaking ability in telling the idol and there should be further research on the application of cooperative learning model bamboo dance technique in other learning to prove the effectiveness of cooperative learning model bamboo dance techniques as applied to other learning.


(7)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... . xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 7

D. Definisi Operasional ... 8

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TARI BAMBU A. Keterampilan Berbicara ... 9

1. Pengertian Berbicara ... 9

2. Tujuan dan Manfaat Berbicara ... 10

3. Jenis Berbicara ... 13

4. Hambatan Berbicara ... 14


(8)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ... 19

7. Sikap Mental dalam Berbicara ... 22

8. Penilaian Kemampuan Berbicara ... 24

B. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola ... 26

C. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu ... 27

D. Anggapan Dasar ... 31

E. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33

B. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 35

1. Teknik Pengumpulan Data ... 35

a. Tes ... 35

b. Nontes ... 36

2. Teknik Pengolahan Data ... 38

a. Uji Reliabilitas Antarpenimbang ... 38

b. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 39

c. Uji Hipotesis ... 40

d. Pengolahan Hasil Observasi ... 41

C. Instrumen Penelitian ... 41

1. Instrumen Tes dan Nontes ... 41

a. Tes Lisan (Berbicara) ... 41

b. Nontes ... 47

1) Observasi ... 47

2) Tes Kinerja (Penilaian Unjuk Kerja) ... 49

2. Validitas Instrumen ... 51

a. Logis ... 52

b. Empiris ... 52

D. Populasi dan Sampel ... 53

1. Populasi ... 53


(9)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 55

1. Deskripsi Data Hasil Prates ... 56

a. Kelas Eksperimen ... 56

b. Kelas Pembanding ... 59

2. Deskripsi Data Hasil Pascates ... 63

a. Kelas Eksperimen ... 63

b. Kelas Pembanding ... 66

B. Analisis Data ... 71

1. Analisis Data Hasil Prates ... 71

a. Kelas Eksperimen ... 71

1) Nilai Tertinggi ... 71

2) Nilai Sedang ... 78

3) Nilai Terendah ... 80

b. Kelas Pembanding ... 83

1) Nilai Tertinggi ... 83

2) Nilai Sedang ... 85

3) Nilai Terendah ... 87

2. Analisis Data Hasil Pascates ... 89

a. Kelas Eksperimen ... 90

1) Nilai Tertinggi ... 90

2) Nilai Sedang ... 92

3) Nilai Terendah ... 94

b. Kelas Pembanding ... 96

1) Nilai Tertinggi ... 96

2) Nilai Sedang ... 104

3) Nilai Terendah ... 106

3. Analisis Data Hasil Observasi ... 108

a. Analisis Data Hasil Observasi Prates ... 109 b. Analisis Data Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran


(10)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kooperatif Teknik Tari Bambu ... 111

c. Analisis Data Hasil Observasi Pascates ... 114

4. Analisis Data Hasil Penilaian Unjuk Kerja (Kinerja) ... 117

a. Analisis Data Hasil Penilaian Unjuk Kerja (Kinerja) Prates ... 117

b. Analisis Data Hasil Penilaian Unjuk Kerja (Kinerja) Pascates . 121 C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 124

1. Uji Normalitas ... 124

2. Uji Homogenitas ... 125

D. Pembuktian Hipotesis ... 125

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 126

1. Kemampuan Siswa dalam Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu ... 127

2. Kemampuan Siswa dalam Menceritakan Tokoh Idola Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu ... 129

3. Perbedaan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Menceritakan Tokoh Idola di Kelas Eksperimen dengan Kelas Pembanding ... 134

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 139

B. Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 140

RIWAYAT HIDUP ... 145


(11)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fakta yang peneliti temukan di lapangan mengenai pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran berbicara masih kurang optimal. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih kurang bervariasi. Hal ini diperkuat dengan adanya pengamatan di SMP Negeri Terbuka 36 Bandung dan SMP YAS Bandung bahwa guru lebih sering menggunakan metode yang sama dalam setiap pembelajaran. Misalnya, menggunakan metode ceramah dan diskusi sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Selain itu, guru cenderung mendikte dan kurang melibatkan siswa untuk berpraktik terutama dalam pembelajaran berbicara. Hal tersebut memberi dampak kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Kurangnya pelibatan siswa dalam pembelajaran menjadikan siswa kaku untuk berkomunikasi.

Pernyataan di atas lebih memperjelas bahwa kemampuan berbicara siswa masih kurang baik. Kesulitan mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaan menjadi kendala dalam keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran guru lebih menekankan pada teori bukan praktik langsung yang dapat meningkatkan kompetensi siswa sehingga kemampuan berbicara siswa dapat terlatih dan lebih baik.

Pemaparan di atas memberikan gambaran bahwa dalam penguasaan keterampilan berbicara membutuhkan kemampuan yang kuat dan latihan secara konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicara seseorang tidak bersifat instan sehingga membutuhkan latihan dan bimbingan. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh seseorang, terutama siswa sebagai generasi penerus bangsa. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara secara


(12)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan pengarahan atau bimbingan secara intensif.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti meninjau pada kurikulum yang berlaku saat ini bahwa cakupan materi berbicara di SMP cukup banyak. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada materi menceritakan tokoh idola. Peneliti berasumsi bahwasannya dari sekian banyak materi berbicara, salah satunya menceritakan tokoh idola tidak disampaikan secara mendalam oleh guru dan tidak dipelajari secara matang oleh siswa sehingga kemampuan siswa dalam menceritakan tokoh idola belum maksimal.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SMP Negeri Terbuka 36 Bandung dan SMP YAS Bandung ternyata dalam pembelajaran di kelas siswa cenderung diam dan pasif. Hal ini disebabkan kurangnya pelibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung selama ini belum bisa mengarahkan siswa untuk mampu berbicara secara aktif.

Berkenaan dengan hal di atas, munculnya permasalahan dalam pembelajaran berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola tidak hanya disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru saja, tetapi ada faktor lain yang menghambat kemampuan berbicara siswa yakni faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. Misalnya, kurang percaya diri, kesulitan menentukan topik pembicaraan, mengungkapkan, mengekspresikan, menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan, serta kebiasaan malas dalam berlatih.

Pemaparan di atas ternyata merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa faktor penyebab kesulitan siswa dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri siswa, pembelajaran yang monoton dan tidak menarik, dan kurangnya pembelajaran yang menekankan pada praktik terutama dalam latihan berbicara. Pernyataan tersebut peneliti kemukakan berdasarkan kenyataan yang didapati di sekolah tempat melakukan kegiatan penelitian.

Selain itu, peneliti berasumsi bahwa menceritakan tokoh idola merupakan salah satu cakupan keterampilan berbicara yang harus mendapatkan perhatian


(13)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lebih karena siswa dapat belajar berawal dari kegemaran atau kesukaan terhadap tokoh yang diidolakannya. Hal itu akan menjadi daya tarik bagi siswa untuk terampil dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Tarigan (2008:1) yaitu semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran berbicara di kelas, seorang guru memerlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktik dan latihan berbicara serta mengeluarkan gagasan-gagasan kreatif mereka dengan baik. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Dalam menumbuhkan gagasan-gagasan kreatif, Ruseffendi (1991:239) berpendapat sebagai berikut.

Sifat kreatif akan tumbuh dalam diri anak bila ia dilatih, dibiasakan melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan, dan memecahkan masalah. Jadi, yang dapat menunjang pertumbuhan kreatif anak dengan menyelenggarakan banyak kegiatan yang menggunakan metode-metode mengajar dan menyediakan beragam materi pelajaran.

Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, peneliti berusaha memperbaiki keadaan dengan menawarkan sebuah solusi yang kiranya dapat mengatasi masalah tersebut. Solusi yang ditawarkan yakni mengenai model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang dapat merangsang dan memotivasi siswa agar mau berbicara di depan umum, minimal di depan teman sebayanya. Namun, bukan hanya sekadar asal bicara saja, tetapi berbicara dengan memperhatikan sopan santun berbahasa.

Pernyataan di atas didukung dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Selain itu, ada penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran teknik tari bambu sebagai upaya pemecahan masalah di kelas.

Santy Purnama Sari (2012), meneliti kemampuan siswa dalam pembelajaran mendongeng dengan model bapa raden hatta. Hasil penelitiannya terdapat


(14)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perbedaan yang signifikan antara kemampuan mendongeng siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model bapa raden hatta terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2011/2012.

Widaningsih (2010), meneliti kemampuan siswa dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan menggunakan teknik REIS. Hasil penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diterapkannya teknik REIS (read, explain, and imititation style) dalam menceritakan tokoh idola terhadap siswa kelas VII SMP Persada Bayongbong tahun ajaran 2009/2010.

Umi Fatimah (2009), meneliti kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik tari bambu. Hasil penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi yang diberi perlakuan dengan menggunakan teknik tari bambu dan teknik konvensional dengan nilai thitung (6,358) > ttabel (2,042). Di samping menggunakan perbandingan thitung dengan ttabel, digunakan pula perbandingan sig (2-tailed) dengan α (0,025) yang dapat digunakan untuk mengukur perbedaan kelas eksperimen dan kelas pembanding yaitu sig (2-tailed) (0,000) < α (0,025) dalam pembelajaran menulis puisi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2008/2009.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, telah tergambar bahwa model yang tepat dapat memberikan dampak positif terhadap keterampilan berbahasa. Sejauh pengamatan dan pengetahuan peneliti, belum ada yang mengaitkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan pembelajaran berbicara. Peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola dan menggunakan model pembelajaran yang peneliti anggap tepat untuk mengatasi permasalahan siswa dalam menceritakan tokoh idola.

Sedikit gambaran terkait model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu bahwa pada dasarnya merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada interaksi dan kerja sama siswa dalam kelompok-kelopok kecil. Huda (2012:147-148) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan


(15)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. Selain itu, dengan adanya struktur yang jelas siswa dapat berbagi informasi pada waktu yang bersamaan dengan singkat dan teratur.

Dengan adanya prosedur-prosedur model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang diterapkan pada pembelajaran berbicara dapat menjadi daya tarik bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan dan perasaannya terutama dalam menceritakan tokoh idola. Adanya kerja sama dan interaksi antarsiswa menjadikan siswa termotivasi untuk meningkatkan kemapuan berbicara dalam menceritakan tokoh idola. Oleh karena itulah, peneliti berencana untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP YAS Bandung Tahun Ajaran 2012-2013).

B. Masalah Penelitian

Rincian masalah penelitian ini terdiri atas identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, tergambar ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan sehingga timbullah sejumlah masalah. Adapun masalahnya adalah sebagai berikut.

a. Siswa merasa kesulitan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan gagasan-gagasannya di depan umum.

b. Guru kurang melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran sehingga siswa kaku dan tidak aktif dalam pembelajaran.

c. Pada pembelajaran guru lebih menekankan teori bukan praktik sehingga kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola belum maksimal.

d. Kemampuan guru mengajar masih kurang menarik sehingga siswa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar.


(16)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Teknik pembelajaran yang digunakan masih kurang variatif sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.

a. Kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola.

b. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola di kelas VII semester dua SMP YAS Bandung adalah model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu?

b. Bagaimana kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu?

c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan hal-hal berikut ini:


(17)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu;

b. kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu;

c. perbedaan kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu.

2. Manfaat Penelitian

Ketercapaian manfaat yang positif dalam pembelajaran berbicara harus segera diraih siswa sejak dini, dan ketercapaian tersebut merupakan suatu keberhasilan belajar yang harus diraih pula sesegera mungkin. Keberhasilan tersebut bergantung pada upaya guru dalam mengelola pembelajaran yang menarik, kreatif, dan inovatif. Namun, keberadaan seorang guru hanyalah salah satu penunjang keberhasilan terlaksananya pembelajaran. Di samping itu, agar suatu pembelajaran berlangsung maksimal tentu dibutuhkan suatu model, metode, teknik, strategi, media pembelajaran, dan penilaian yang tepat. Berikut beberapa manfaat dari penelitian ini bagi siswa, guru, peneliti, dan lembaga. a. Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa memperoleh pengalaman dan motivasi belajar yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola yang lebih maksimal. b. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam menentukan model yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran berbicara agar mampu menarik perhatian siswa dan siswa termotivasi untuk belajar


(18)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sehingga kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola menjadi lebih baik.

c. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bahwasannya model pembelajaran yang dikemas secara menarik dapat memberikan dampak positif pada pembelajaran. Selain itu, sebagai calon pendidik muncul kesadaran diri bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia harus terpenuhi, baik itu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.

d. Lembaga

Bagi SMP YAS Bandung, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang berkenaan dengan pembelajaran berbicara. Selain itu, melalui penelitian ini pihak Universitas Pendidikan Indonesia mendapatkan hasil penelitian mengenai kelayakan suatu model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang diterapkan dalam proses pembelajaran berbicara dan dapat mempublikasikannya guna kemajuan pendidikan. Berkenaan dengan hal itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi konkret dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terutama pembelajaran berbicara dan sebagai alternatif model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang dapat dijadikan bahan pijakan untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola.

D. Definisi Operasional

Menghindari munculnya berbagai penafsiran, peneliti menjelaskan definisi operasional sebagai berikut.


(19)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

2. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

3. Teknik tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Teknik pembelajaran ini lebih menitikberatkan pada kegiatan siswa untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur.


(20)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian

Dalam proses pengambilan data untuk mencapai suatu tujuan harus dilakukan secara ilmiah, yakni dengan menggunakan ciri-ciri keilmuan yang meliputi kerasionalan, empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2012: 3). Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti dapat memahami bahwasannya metode penelitian merupakan suatu langkah kerja yang sistematis, dan dilakukan secara ilmiah mulai dari tahap persiapan, mengumpulkan data, mengolah data, dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimen semu (eksperimen kuasi). Pada hakikatnya metode eksperimen semu ini menginginkan ketercapaian suatu kesempurnaan yang didapatkan apabila menggunakan metode desain eksperimental yang benar (true experimental design), tetapi hal tersebut tidak mungkin tercapai disebabkan dalam penelitian yang dilakukan kali ini menggunakan manusia sebagai subjek penelitiannya (Syamsuddin, 2009: 169). Tujuan metode penelitian eksperimen semu ini adalah untuk melihat hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan suatu perlakuan khusus kepada satu kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu kelompok pembanding yang tidak dikenai perlakuan khusus.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok kontrol prates dan pascates. Sebagaimana yang dijelaskan Arikunto (2010: 124) bahwa desain kelompok kontrol prates dan pascates bertujuan untuk mengetahui keadaan kemampuan awal siswa sebelum dilakukan perlakuan melalui kegiatan prates dan mengetahui kemampuan akhir siswa dalam keterampilan tertentu setelah diberikan perlakuan khusus melalui kegiatan pascates.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya bahwa desain penelitian ini menggunakan dua kelas. Satu kelas berperan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas yang lain berperan sebagai kelas pembanding. Peran kelas eksperimen


(21)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam penelitian yang dilakukan adalah kelompok sampel yang diberikan perlakuan secara khusus. Perlakuan yang dimaksud adalah perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu pada pembelajaran berbicara dengan materi menceritakan tokoh idola yang disampaikan guru melalui proses pembelajaran. Kelas pembanding dalam penelitian ini berperan sebagai kelompok sampel yang tidak mendapat perlakuan secara khusus seperti kelas eksperimen. Penyampaian materi menceritakan tokoh idola hanya dilakukan secara konvensional.

Cara mengetahui subjek di kelas eksperimen dan kelas pembanding yaitu dengan cara melakukan prates. Prates dilaksanakan sebagai tahapan awal untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sebelum ada perlakuan apapun, kegiatan berikutnya yakni adanya perlakuan. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah model yang dipilih efektif digunakan dalam pembelajaran berbicara yakni menceritakan tokoh idola, maka dilakukan pascates. Berikut peneliti sajikan tabel desain kelompok kontrol prates dan pascates.

Tabel 3.1

Kelompok Kontrol Prates dan Pascates

(Control Group Prates-Postest)

Kelompok Prates Perlakuan Pascates

X 0 T1 X1

Y 0 - X2

Keterangan:

X : kelas eksperimen

Y : kelas pembanding atau pembanding

0 : kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen dan pembanding sebelum dilakukan perlakuan

T1 : perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu


(22)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

eksperimen setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu

X2 : kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas pembanding tanpa diberikan perlakuan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu

Berkaitan dengan pemaparan di atas, langkah selanjutnya peneliti membandingkan data hasil prates dan pascates yang dilakukan pada dua kelas tersebut untuk diarahkan pada tahap penarikan simpulan. Setelah itu peneliti menganalisis perbedaan hasil belajar yang didapatkan sehingga diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data yang akurat dalam menguji hipotesis yang diajukan serta menjawab permasalahan yang terjadi yaitu adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa kelas VII semester dua SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu?

B.Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Menurut Nurgiyantoro (2010: 105), tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku. Selain itu, tes adalah salah satu bentuk pengukuran, dan tes hanyalah merupakan satu cara untuk mendapatkan informasi (kompetensi, pengetahuan, keterampilan) tentang peserta didik.


(23)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berkenaan dengan hal itu Arikunto (2010:193) menyatakan pula bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti berasumsi bahwa tes itu merupakan alat atau instrumen pengumpul data utama yang digunakan dalam suatu penelitian. Penggunaan tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tes lisan di kelas. Nurgiyantoro (2010: 141) menjelaskan bahwa tes lisan di kelas dimaksudkan sebagai tes yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Bentuk tes lisan ini bisa berupa kuis, pertanyaan singkat, atau menjawab latihan yang sengaja diberikan.

Sebelum melakukan tes lisan, siswa diberi soal esai yang berisi perintah sebagai persiapan sebelum menceritakan tokoh idola. Hal ini bertujuan agar siswa lebih terarah ketika menceritakan tokoh yang diidolakannya.

b. Nontes

Menurut Nurgiyantoro (2010: 90) teknik nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan peserta didik atau peserta tes tanpa melalui tes dengan alat tes. Ada sejumlah teknik nontes yang dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar atau informasi tentang siwsa. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik nontes yaitu observasi dan tes kinerja (penilaian unjuk kerja). Instrumen ini berfungsi untuk memperkuat hasil penelitian yang diperoleh. Berikut pemaparan lebih mendalam mengenai instrumen nontes ini.

1) Observasi

Dalam hal ini observasi digunakan untuk menilai kegiatan atau pengamatan terhadap perlakuan yang dilakukan di kelas eksperimen


(24)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yaitu penilaian terhadap model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang diterapkan dalam pembelajaran berbicara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan akibat yang timbul setelah pembelajaran. Selain itu, teknik observasi ini dilakukan untuk mengamati perilaku siswa dan mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola. Kegiatan observasi penelitian ini dilakukan oleh satu tim yang beranggotakan tiga orang guru bahasa Indonesia SMP YAS Bandung.

Kegiatan observasi ini lebih dikhususkan pada kelas eksperimen. Pada kegiatan observasi ini peneliti membagi ke dalam tiga bagian yaitu mengobservasi kegiatan sebelum ada perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu, ketika penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu, dan sesudah ada perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. 2) Tes Kinerja (Penilaian Ujuk Kerja)

Berkaitan dengan pemaparan di atas, dalam teknik pengumpulan data secara nontes dilengkapi pula dengan adanya teknik unjuk kerja atau tes kinerja. Teknik unjuk kerja atau tes kinerja ini digunakan untuk menilai kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Menurut Khaerudin (2012: 182) penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Selain itu, penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Daftar cek ini lebih praktis digunakan untuk mengamati subjek dalam jumlah besar.

Khaerudin (2012: 182) menyebutkan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penilaian unjuk kerja yaitu sebagai berikut. a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik


(25)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.

e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam menilai kemampuan berbicara siswa yakni dilakukan prates dan pascates. Prates dan pascates ini bertujuan untuk menilai kemampuan berbicara siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu.

Perbandingan antara prates dan pascates akan mengantarkan pada suatu kesimpulan apakah model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang diterapkan dalam proses pembelajaran efektif atau tidak. Adapun aspek yang dinilai dalam prates dan pascates pada kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola adalah keruntutan dalam berbicara, keefektifan kalimat, kejelasan suara, kelancaran, dan gerakan badan (gesture).

2. Teknik Pengolahan Data

Proses pengembangan dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan yaitu tahap logis dan empiris. Pada tahap empiris instrumen pengumpulan data dikelola dengan menggunakan statistik. Berikut ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam mengolah data pada tahap empiris agar dapat memahami secara jelas dan lebih terarah terkait proses pengolahan data.

a. Uji Reliabilitas Antarpenimbang

Dalam menguji penilaian antarpenimbang ini, penilaian ini dilakukan oleh lebih dari satu orang penimbang bagi setiap tesnya, maka uji reliabilitas dilakukan dengan mencari nilai:


(26)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukkan ke dalam format ANAVA. Reliabilitas antarpenimbang dilakukan dengan rumus:

Kemudian, nilai dimasukkan ke dalam tabel Guillford berikut. Tabel 3.2

Nilai Koefisien Tabel Guillford

Nilai Kualitas Korelasi

< dari 0,20 0,20-0,40 0,40-0,60 0,60-0,80 0,80-0,90

Tidak ada korelasi Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi tinggi sekali (Subana dan Sudrajat, 2005:104) b. Uji Normalitas dan Homogenitas

Dalam menentukan teknik statistik yang akan dipakai peneliti terlebih dahulu menguji normalitas dan homogenitas tes awal dan tes akhir terkait dengan performa siswa pada kedua kelompok antara kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Berikut langkah-langkah yang akan dilakukan. 1) Uji Normalitas

Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menguji normal tidaknya data yang didapatkan adalah sabagai berikut.

(a)Menentukan mean =


(27)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Arikunto, 2002: 276) (c)Menentukan daftar frekuensi observasi dan ekspektasi dengan rumus:

 Rentang skor (R) = skor terbesar – skor terkecil  Banyaknya kelas (Bk) = 1 + 3,3 log n

 Panjang kelas

 Derajat kebebasan = Bk – 3

(d)Menggunakan rumus chi-kuadrat untuk memperoleh thitung dengan rumus:

Ket.: Oi = Frekuensi observasi atau pengamatan Ei = Frekuensi ekspektasi

Berdasarkan rumus-rumus di atas, menurut Subana dan Sudrajat (2005: 124) data dikatakan normal jika nilai chi-kuadrat dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi 3 (dk = k – 3). Jika diperoleh harga X2 (thitung) < X2 (ttabel), pada taraf nyata α tertentu, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Jika X2 (thitung) > X2 (ttabel), maka dapat dikatakan bahwa data tidak berdistribusi tidak normal.

2) Uji Homogenitas

Cara menghitung uji homogenitas varian rata-rata tes awal dan tes akhir dengan menggunakan rumus:

Ket.: Fhitung = Nilai yang dicari Vb = Varian terbesar Vk = Varian terkecil

Data yang dinyatakan homogen jika Fhitung < Ftabel.

(Nurgana, 2012: 62) c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dapat ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Apabila skor prates dan


(28)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pascates terkait performa siswa dalam berbicara berdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Mencari rata-rata dari kelas pembanding dan kelas eksperimen dari kegiatan prates dan pascates.

2) Mencari jumlah deviasi dari setiap nilai x1 dan x2, y1 dan y2

3) Mengitung thitung

4) Menentukan db dengan rumus =

5) Menentukan dengan taraf signifikan (α) = 0,01 dan derajat kebebasan yang telah dicari sebelumnya.

6) Pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan hipotesis: H0 ditolak dan H1 diterima jika thitung > ttabel

H0 ditolak dan H1 diterima jika thitung < ttabel

(Arikunto, 2010: 354) d. Pengolahan Hasil Observasi

Subana dan Sudrajat (Luki, 2012) menyatakan bahwa data mengenai proses pembelajaran dapat dianalisis dengan cara mendeskripsikan perhitungan skor dari setiap kategori yang diberikan observer. Observasi dilakukan untuk menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran berbicara terutama dalam menceritakan tokoh idola dengan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. Penilaian dilakukan oleh observer dan cara menghitung rata-rata hasil ketiga observer adalah dengan rumus:


(29)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C.Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes dan Nontes a. Tes Lisan (Berbicara)

Sebelumnya sudah dijabarkan bahwa dalam teknik pengumpulan data agar lebih terarah, peneliti memberikan tes lisan dalam bentuk perintah kepada siswa sebelum dilaksanakan prates dan pascates. Perintah-perintah yang diberikan kepada siswa yaitu sebagai berikut.

1) Siswa diminta untuk memilih salah satu tokoh idola yang sangat mereka idolakan. Perintah ini dimaksudkan guru tidak turut campur dalam pemilihan tokoh idola yang diidamkannya sehingga tidak ada unsur pemaksaan kehendak guru. Secara leluasa siswa dapat menentukan dan memilih tokoh yang mereka idolakan dengan bebas.

2) Siswa diminta untuk mengemukakan identitas tokoh, keunggulan tokoh, dan alasan mengidolakan sang tokoh. Perintah ini bertujuan agar siswa memahami betul tokoh yang diidolakannya.

3) Siswa diminta untuk berdiri seperti deretan bambu yang berjajar dengan saling berhadapan untuk menceritakan tokoh idola yang sangat diidolakannya. Perintah ini bertujuan agar siswa dapat bertukar informasi kepada temannya dalam waktu yang bersamaan. Dengan hal itu, siswa mendapatkan berbagai informasi terkait tokoh idola yang diceritakan oleh setiap individu.

4) Memahami sang tokoh yang diidolakan sehingga mampu menceritakan tokoh tersebut dapat dibuktikan dengan cara mengungkapkan secara jelas dan rinci terkait identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakan tokoh tersebut.

5) Dalam menceritakan tokoh idola siswa menggunakan bahasa sendiri. Tujuan perintah ini adalah agar siswa dapat lebih percaya diri dan


(30)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memahami betul tentang tokoh yang akan diceritakannya sehingga tidak mempersulit siswa dalam menceritakan tokoh idolanya.

6) Dalam menceritakan tokoh idola siswa diminta memperhatikan hal-hal berikut, seperti keruntutan dalam berbicara, diksi, kejelasan suara, kelancaran dalam bercerita, gestur, dan mimik atau ekspresi. Tujuan dari perintah ini adalah agar siswa mengetahui hal apa saja yang menjadi penilaian saat menceritakan tokoh idola.

Siswa yang melaksanakan perintah di atas, maka siswa tersebut berhak untuk mendapatkan nilai. Nilai yang mereka peroleh akan dimasukan ke dalam beberapa ketegori, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Tokoh Idola

No Aspek yang

Dinilai Kriteria Skor

1 Keruntutan dalam berbicara

Siswa menceritakan tokoh idola secara lengkap dan terstruktur dari mulai mengungkapkan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakan tokoh.

4

Siswa menceritakan tokoh idola terstruktur, namun kurang lengkap dalam menceritakan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakannya.

3

Siswa menceritakan tokoh idola secara tidak lengkap dan tidak terstruktur, mulai dari menceritakan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakannya.

2


(31)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lengkap dan tidak terstruktur, mulai dari menceritakan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakannya (hanya garis besarnya saja).

2 Keefektifan Kalimat

Siswa dapat mengemukakan gagasan tentang tokoh yang diidolakannya secara tepat, logis, kata-kata yang digunakan tidak berlebihan, dan menggunakan penekanan secara tepat dan variatif (bergaya) sehingga isi pembicaraannya dapat dipahami oleh siswa lain.

4

Siswa menceritakan tokoh idola dengan menggunakan kata-kata yang tidak berlebihan namun dalam penekanan yang dianggap penting masih kurang.

3

Siswa mengungkapkan gagasan tentang tokoh yang diidolakannya kurang tepat dan kata-kata yang digunakan berlebihan.

2

Siswa tidak dapat mengungkapkan gagasannya secara tepat sehingga tidak sesuai dengan topik pembicaraan.

1

3 Kejelasan suara

Suara siswa keras, terdengar jelas, dan lantang oleh seluruh pendengar. 4 Suara terdengar jelas oleh seluruh pendengar, namun siswa ragu-ragu saat berbicara.

3

Suara tidak terlalu terdengar dengan jelas, namun siswa secara mantap dan lantang berbicara (menceritakan tokoh idola)


(32)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Suara terdengar muncul dan tenggelam, bahkan tidak terdengar sama sekali saat menceritakan tokoh idola

1

4 Kelancaran

Siswa menceritakan dengan santai, lancar, tidak tersendat-sendat atau mengalami banyak gangguan saat berbicara.

4

Siswa menceritakan dengan santai dan lancar, namun sedikit tersendat-sendat mengalami sedikit gangguan saat berbicara.

3

Siswa menceritakan dengan santai dan kurang lancar, serta cukup tersendat-sendat mengalami banyak gangguan saat berbicara.

2

Siswa menceritakan dengan tidak santai, kurang lancar, dan banyak tersendat-sendat mengalami banyak gangguan saat menceritakan tokoh idola dan banyak gangguan.

1

5 Gerakan badan (Gesture)

Siswa menceritakan dengan santai, lancar, tidak tersendat-sendat atau mengalami banyak gangguan saat berbicara.

4

Siswa menceritakan dengan santai dan lancar, namun sedikit tersendat-sendat mengalami sedikit gangguan saat berbicara.

3

Siswa menceritakan dengan santai dan kurang lancar, serta cukup tersendat-sendat mengalami banyak gangguan saat berbicara.

2

Siswa menceritakan dengan tidak santai, kurang lancar, dan banyak tersendat-sendat mengalami banyak gangguan saat


(33)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menceritakan tokoh idola dan banyak gangguan.

Berikut rubrik yang digunakan oleh peneliti dalam menilai kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola ketika pelaksanaan prates dan pascates.

Tabel 3.4

Rubrik Penilaian Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Tokoh Idola

No Nama Siswa

Aspek yang Dinilai

Ju

m

lah

S

k

or

Nilai

Keruntutan dalam Berbicara

Pemilihan Kata (Diksi)

Kejelasan

Suara Kelancaran

Gerakan Badan (Gesture)

Keterangan: skor pada setiap aspek yaitu 1 – 4 Catatan:

a. Kolom aspek yang dinilai diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.

1 = kurang baik 2 = cukup/sedang


(34)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3 = baik 4 = sangat baik

b. Nilai akhir merupakan jumlah dari skor-skor tiap indikator aspek yang dijumlahkan dengan rumus berikut.

Tabel 3.5

Kategori Penilaian Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Tokoh Idola

Skala Nilai Kategori

85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 <40

Sangat Baik (SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)

(Kurniawan, 2012: 186-188) b. Nontes

1) Observasi

Menurut Nurgiyantoro (2010: 93) penilaian yang dilakukan dengan teknik observasi adalah penilaian dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek secara langsung, cermat, dan sistematis dengan mendasarkan diri pada rambu-rambu tertentu. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi berstruktur. Maksudnya, kegiatan pengamatan telah diatur dan dibatasi dengan kerangka kerja tertentu yang telah disusun secara sistematis. Observasi terhadap perilaku siswa dalam proses pembelajaran ini dilakukan oleh observer atau guru. Berikut format observasinya.

Tabel 3.6 Lembar Observasi


(35)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Teknik Tari Bambu

No Aspek-Aspek yang Diamati Ya Tidak

1

Apakah siswa memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari?

2 Apakah siswa aktif bertanya dan menjawab ketika proses pembelajaran?

3 Apakah siswa dapat menceritakan tokoh idola secara lengkap, jelas, dan lancar?

4

Apakah siswa dapat menceritakan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakan tokoh dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami oleh pendengar?

5 Apakah siswa menceritakan tokoh idola disertai ekspresi dan gesture yang sesuai?

6 Apakah siswa mengalami demam panggung sebelum menceritakan tokoh idola?

Tabel 3.7 Lembar Observasi

Ketika Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu

No Aspek-Aspek yang Diamati Ya Tidak

1

Apakah siswa memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari?

2 Apakah siswa aktif bertanya dan menjawab ketika proses pembelajaran?


(36)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan menggunakan teknik tari bambu?

4

Apakah siswa berperan aktif ketika pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif teknik tari bambu?

5 Apakah siswa dapat bekerja sama dan saling berbagi informasi dengan siswa lain tentang tokoh idolanya?

6

Apakah siswa dapat menceritakan tokoh idola secara lengkap, jelas, dan lancar ketika pembelajaran dengan menggunakan teknik teri bambu?

7

Apakah siswa dapat menceritakan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakan tokoh dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami oleh pendengar?

8 Apakah siswa menceritakan tokoh idola disertai ekspresi dan gesture yang sesuai?

9 Apakah siswa mengalami demam panggung ketika menceritakan tokoh idola dihadapan siswa yang lain?

Tabel 3.8 Lembar Observasi

Sesudah Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu

No Aspek-Aspek yang Diamati Ya Tidak

1 Apakah siswa memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari? 2 Apakah siswa aktif bertanya dan menjawab ketika

proses pembelajaran?


(37)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lengkap, jelas, dan lancar?

4

Apakah siswa dapat menceritakan identitas, keunggulan, dan alasan mengidolakan tokoh dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami oleh pendengar?

5 Apakah siswa menceritakan tokoh idola disertai ekspresi dan gesture yang sesuai?

6 Apakah siswa mengalami demam panggung ketika menceritakan tokoh idola dihadapan siswa yang lain?

7

Apakah model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu memudahkan siswa dalam menceritakan tokoh idola?

8

Apakah model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu membuat siswa termotivasi untuk melatih kemampuan berbicaranya secara maksimal?

2) Tes Kinerja (Penilaian Unjuk Kerja)

Pada penilaian unjuk kerja ini lebih menekankan pada performa siswa ketika berbicara yakni menceritakan tokoh idola. Penilaian unjuk kerja ini bertujuan untuk mengamati kegiatan siswa ketika menceritakan tokoh idola. Dalam hal ini guru mengamati dan menilai langsung terhadap kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Bentuk penilaian unjuk kerja ini yaitu rating-scale, seperti bentuk angket. Hanya yang membedakannya yaitu pada pengisisannya, kalau angket diisi oleh siswa, sedangkan penilaian unjuk kerja dilakukan oleh guru yang mengamati siswa ketika pembelajaran berbicara berlangsung. Berikut format lembar penilaian unjuk kerja (kinerja) yang akan digunakan dalam menilai kemampuan berbicara siswa pada pelaksanaan prates dan pascaates.


(38)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.9

Lembar Penilaian Unjuk Kerja (Kinerja)

No Aspek Penilaian Ya Tidak

1.

Identitas Tokoh Idola a.Apakah siswa menceritakan identitas tokoh secara

lengkap (runtut dari mulai nama sampai cita-cita tokoh)?

b.Apakah siswa menceritakan identitas tokoh dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami oleh pendengar?

c.Apakah siswa menceritakan identitas tokoh dengan volume suara yang jelas?

d.Apakah siswa menceritakan identitas tokoh dengan lancar tanpa hambatan?

e.Apakah siswa menceritakan identitas tokoh dengan ekspresi dan gesture yang sesuai sehingga tidak menunjukkan demam panggung?

2.

Keunggulan Tokoh Idola a. Apakah siswa menceritakan keunggulan atau

keistimewaan tokoh secara lengkap?

b. Apakah siswa menceritakan keunggulan tokoh dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami oleh pendengar?

c. Apakah siswa menceritakan keunggulan tokoh dengan volume suara yang jelas?

d. Apakah siswa menceritakan keunggulan tokoh dengan lancar tanpa hambatan?

e. Apakah siswa menceritakan keunggulan tokoh dengan ekspresi dan gesture yang sesuai sehingga


(39)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak menunjukkan demam panggung?

3.

Alasan Mengidolakan a. Apakah siswa menceritakan alasan mengidolakan

tokoh secara lengkap berdasarkan fisik, prestasi, sikap, dan bidang keahliannya serta keteladanan tokoh?

b.Apakah siswa menceritakan alasan mengidolakan tokoh dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami oleh pendengar? c. Apakah siswa menceritakan alasan mengidolakan

tokoh dengan volume suara yang jelas?

d.Apakah siswa menceritakan alasan mengidolakan tokoh dengan lancar tanpa hambatan?

e. Apakah siswa menceritakan alasan mengidolakan tokoh dengan ekspresi dan gesture yang sesuai sehingga tidak menunjukkan demam panggung?

2. Validitas Instrumen

Sebelum instrumen pengumpulan data digunakan, maka instrumen tersebut harus diuji kelayakannya terlebih dahulu. Uji kelayakan instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat oleh peneliti sudah tepat sehingga dapat digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian ini hanya melakukan uji validitas instrumen yang terdiri atas dua tahap yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Logis

Dalam uji validitas instrumen secara logis terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengukur apakah instrumen tes yang digunakan merupakan instrumen yang tepat dan baik. Salah satu caranya yaitu dengan meminta judgement pada dosen atau orang yang dianggap ahli atau


(40)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kompeten yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Kegiatan tersebut bertujuan agar instrumen yang dirancang mendapatkan penilaian yaitu sesuai dengan kriteria kevaliditasan dan reliabilitas.

Berkaitan dengan pemaparan di atas, kevaliditasan tes secara logis yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui cara exspert judgement dari ahli untuk memberikan penilaian terhadap kelayakan instrumen yang dibuat oleh peneliti. Instrumen tes dalam penelitian ini tidak dikorelasikan dengan tes lainnya karena diasumsikan tidak ada yang setara, baik dari segi materi ataupun kesamaan kemampuan pembelajarannya.

Oleh karena itulah, pengujian kelayakan instrumen ini dilakukan dengan meminta judgement langsung dari pakar bahasa Indonesia yang terpercaya dan ahli. Selain itu, pakar atau ahli yang memberikan penilaian terhadap instrumen adalah ahli keterampilan berbicara.

b. Empiris

Dalam uji validitas instrumen tidak hanya dilakukan secara logis, tetapi secara empiris juga. Berkaitan dengan pemaparan di atas, tahapan selanjutnya setelah instrumen tersebut mendapatkan judgement dari para ahli atau pakar, yaitu instrumen pengumpulan data dapat dikelola atau diolah secara empiris. Dalam penggolahan data secara empiris yaitu dengan pengujian statistik. Pengujian statistik ini yakni menguji data-data yang diperoleh dari proses penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dalam bagian pembahasan hasil penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah pengujian secara empiris yaitu sebagai berikut.

1)Uji reliabilitas antarpenimbang 2)Uji normalitas dan homogenitas 3)Penentuan daftar frekuensi observassi 4)Mencari thitung

5)Pengujian hipotesis

6)Mengolah atau mengelola data hasil observasi


(41)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8)Analisis data

Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu mendeskripsikan data hasil prates dan pascates kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori sangat baik, baik, sedang/cukup, kurang, dan sangat kurang. Setelah itu, peneliti menganalisis data hasil prates dan pascates siswa dalam menceritakan tokoh idola berdasarkan kategori yang sesuai kriteria atau aspek penilaian berbicara..

9)Pembahasan

Pada bagian ini lebih difokuskan untuk menjelaskan jawaban-jawaban dari rumusan masalah yang ada dalam bab satu. Pemaparan tersebut dilengkapi dengan teori yang tercantum dalam bab dua. Selain itu, dilengkapi pula dengan hasil hitungan statistik untuk lebih menguatkan hasil penelitian yang dilakukan.

D.Populasi dan Sampel

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Berdasarkan pengertian tersebut peneliti berkesimpulan bahwa dalam sebuah penelitian mustahil jika tidak ada subjek penelitiannya. Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini meliputi populasi dan sampel yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Populasi

Berdasarkan pernyataan Sugiyono (2011:80) bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek dan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP YAS Bandung tahun ajaran 2012/2013. Kelas VII SMP YAS Bandung tahun ajaran 2012/2013 berjumlah enam kelas yang terdiri atas kelas VII A – VII F. Secara khusus yang menjadi objek penelitian ini adalah kelas VII E dan VII F. Peneliti memilih objek tersebut berdasarkan pertimbangan


(42)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesesuaian materi yang akan diteliti dan tingkat kemampuan berbicara siswa yang dianggap masih kurang maksimal.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan merandom populasi. Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Hal itu diperkuat dengan penyataan Sugiyono (2011: 81) bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa di kelas VII E SMP YAS Bandung yang berperan sebagai kelas eksperimen sehingga bisa mewakili karakteristik yang terdapat pada populasi.


(43)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu pada pembelajaran berbicara terhadap siswa kelas VII SMP YAS Bandung bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) bagaimana kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum perlakuan; 2) bagaimana kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sesudah ada perlakuan; dan 3) adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah perlakuan baik kelas eksperimen dan kelas pembanding.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini berupa tes lisan, observasi, dan penilaian unjuk kerja (kinerja). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII E sebagai kelas eksperimen dan VII F sebagai kelas pembanding. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan dan diperkuat dengan hitungan statistik untuk memperoleh kesimpulan yang objektif serta berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas dan hipotesis penelitian diperoleh simpulan seperti di bawah ini.

Kemampuan berbicara siswa kelas VII SMP YAS Bandung dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum mendapat pelakuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu secara keseluruhan pada prates mendapat nilai rata 63,65 sedangkan kelas pembanding mendapat nilai rata-rata 69. Pada data prates di kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi sebesar 83 dan nilai terendah sebesar 42 sedangkan di kelas pembanding nilai tertinggi adalah 87 dan nilai terendah adalah 53. Dengan demikian, data hasil prates baik kelas eksperimen sebelum mendapat perlakuan dengan menggunakan model


(44)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berada pada kategori kurang hingga baik.

Kemampuan berbicara siswa kelas VII SMP YAS Bandung baik kelas eksperimen yang mendapat perlakuan khusus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu mengalami perubahan dan peningkatan yang lebih baik. Hal itu tergambar dari hasil pascates bahwa nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 82,66, sedangkan nilai rata-rata kelas pembanding adalah 79,19. Pada data pascates nilai tertinggi di kelas eksperimen adalah 100 dan nilai terendah adalah 73, sedangkan di kelas pembanding nilai tertinggi adalah 97 dan nilai terendah yaitu 63. Dengan demikian, pada pascates kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen mendapat nilai paling tinggi dibandingkan kelas pembanding. Selain itu, pada pascates kemampuan berbicara siswa di kelas eksperimen dalam menceritakan tokoh idola sesudah mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berada pada kategori baik dan sangat baik, sedangkan pada kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berada pada kategori cukup hingga sangat baik. hasil ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola.

Selain itu, terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan khusus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. Hasil penelitian itu berdasarkan dengan adanya perhitungan statistik. Analisis statistik data dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan antara data hasil prates dan


(1)

140

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berada pada kategori kurang hingga baik.

Kemampuan berbicara siswa kelas VII SMP YAS Bandung baik kelas eksperimen yang mendapat perlakuan khusus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu mengalami perubahan dan peningkatan yang lebih baik. Hal itu tergambar dari hasil pascates bahwa nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 82,66, sedangkan nilai rata-rata kelas pembanding adalah 79,19. Pada data pascates nilai tertinggi di kelas eksperimen adalah 100 dan nilai terendah adalah 73, sedangkan di kelas pembanding nilai tertinggi adalah 97 dan nilai terendah yaitu 63. Dengan demikian, pada pascates kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen mendapat nilai paling tinggi dibandingkan kelas pembanding. Selain itu, pada pascates kemampuan berbicara siswa di kelas eksperimen dalam menceritakan tokoh idola sesudah mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berada pada kategori baik dan sangat baik, sedangkan pada kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu berada pada kategori cukup hingga sangat baik. hasil ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola.

Selain itu, terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola di kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dengan kelas pembanding yang tidak mendapat perlakuan khusus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu. Hasil penelitian itu berdasarkan dengan adanya perhitungan statistik. Analisis statistik data dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan antara data hasil prates dan


(2)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pascates dengan melakukan uji hipotesis. Hasil yang didapat thitung sebesar 6,193 dan ttabel dengan derajat kebebasan 92 dan taraf signifikansi 1% atau taraf kepercayaan 99% adalah 2,36. Hal ini berarti thitung (6,193) > ttabel (2,36), dengan begitu perbedaan antara nilai prates dan pascates terbukti signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu efektif digunakan pada pembelajaran berbicara siswa kelas VII dalam menceritakan tokoh idola.

B.SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang diharapkan menjadi masukan positif bagi dunia pendidikan. Semoga saran-saran yang penulis berikan dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan sehingga tercipta produk-produk terbaik. Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut.

1. Guru bahasa dan sastra Indonesia dapat memanfaatkan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu ini sebagai salah satu alternatif model yang digunakan dalam pembelajaran berbicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Berdasarkan pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dapat memberikan peningkatan yang signifikan dalam proses pembelajaran berbicara. Selain itu, dapat memberikan nilai positif bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berbicara dalam menceritakan tokoh idolanya.

2. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat memilih, menentukan, atau menggunakan teknik serta media yang tepat dan bervariasi terutama dalam pembelajaran berbicara sehingga pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan. Hal itu akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Guru dituntut untuk lebih cerdas dalam membaca dan memahami situasi dan kondisi kelas sehingga guru dapat menentukan dan memilih model, metode, teknik, dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas yang akan diajarkan. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih hidup dengan penuh interaktif


(3)

142

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

antara siswa dan guru terutama dalam pembelajaran berbicara yakni menceritakan tokoh idola.

3. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak menekankan pemahaman kognitif tetapi praktik juga menjadi hal penting yang harus dikembangkan. Apalagi dalam pembelajaran berbicara, salah satu contohnya dalam menceritakan tokoh idola. Kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola harus dilatih supaya siswa maksimal dalam menceritakan tokoh yang diidolakannya. Dengan banyak latihan siswa akan lebih terampil dalam berbicara.

4. Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu hanya diterapkan pada pembelajaran berbicara. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu ini dalam pembelajaran lainnya, untuk membuktikan keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu.


(4)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus et al. (2012). Kemampuan Menulis & Berbicara Akademik. Bandung: Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

AR, Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arsjad, Maidar G dan S, Mukti U. (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Cahyani, Isah & Hodijah. (2007). Bahan Belajar Mandiri Pintar Berbahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fatimah, Umi. (2009). Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik

Tari Bambu”. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ginanjar, Luki. (2011). Penerapan Media Diorama Papercraft dalam

Pembelajaran Menulis Karangan Deskriptif . Proposal Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kosasih, Ekos. (2002). Kompetensi Ketatabahasaan Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: CV Yrama Widya.

Kosasih, Ekos. (2010). Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Genesindo.

Kurniawan, Khaerudin. (2012). Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV Bangkit Citra Persada.

Larry King. (2012). Seni Berbicara (kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(5)

144

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Musaba, Zulkifli. (2012). Terampil Berbicara (Teori dan Pedoman Penerapannya). Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo.

Nurgana, Edi. (1985). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Permadi.

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Priyatni, Endah Tri et al. (2008). Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Indonesia.

Rogers, Natalie. (2008). Berani Berbicara di Depan Publik (Cara Cepat Berpidato). Bandung: Penerbit Nuansa.

Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Dosen Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Subana, H M & Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Media.

Sudjana. (1991). Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Sari, Santy Purnama. (2012). “Keefektifan Model BAPA RADEN HATTA dalam Pembelajaran Mendongeng”. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. (2006). Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Usman, Mustofa et al. (2009). Statistika Pengantar Teknik Analisis Data. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(6)

Leni Pujiastuti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam Menceritakan Tokoh Idola”. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA SMP N 35 MEDAN KELAS VII PADA MATERI HIMPUNAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 3 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KERAJAAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

1 9 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DI KELAS VII SMP NEGERI 4 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

0 2 12

PENGARUH MODEL CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SENI TARI PADA SISWA KELAS VII SMP YAS BANDUNG.

0 1 43

PENERAPAN TEKNIK ASSEP LUVASSA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS BUKU : Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMANegeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 48

PENERAPAN MODEL SAVI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI: Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 30

PENERAPAN METODE SHARED READING DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK: Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lembang Tahun Ajaran 2012/2013.

0 5 48

PENGGUNAAN MEDIA MAJALAH DINDING PADA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI: Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

0 0 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERORINTASI PENDEKATAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS BIOGRAFI: Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 4 28

KEEFEKTIFAN TEKNIK KELOMPOK INVESTIGASI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA: Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 47