INTERNALISASI BUDAYA JAWA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGICAL MATHEMATICS DAN INTER-INTRAPERSONAL CALON GURU KIMIA PADA PERKULIAHAN ELEKTROMETRI BERBASIS AKTIVITAS INKUIRI LABORATORIUM.

(1)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas

INTERNALISASI BUDAYA JAWA DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGICAL

MATHEMATICS DAN INTER-INTRAPERSONAL

MAHASISWA CALON GURU KIMIA PADA PERKULIAHAN

ELEKTROMETRI BERBASIS AKTIVITAS INKUIRI

LABORATORIUM

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan dalam Bidang Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam

SRI WARDANI

NIM 0809554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI UNTUK UJIAN TAHAP II

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si

Ko-Promotor

Prof. Dr. H. Buchari

Anggota


(3)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas

INTERNALISASI BUDAYA JAWA DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGICAL

MATHEMATICS DAN INTER-INTRAPERSONAL

MAHASISWA CALON GURU KIMIA PADA

PERKULIAHAN ELEKTROMETRI BERBASIS

AKTIVITAS INKUIRI LABORATORIUM

Oleh Sri Wardani

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Doktor Kependidikan dalam Bidang Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam

© Sri Wardani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

INTERNALISASI BUDAYA JAWA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGICAL MATHEMATICS DAN INTER-INTRAPERSONAL CALON GURU KIMIA

PADA PERKULIAHAN ELEKTROMETRI BERBASIS AKTIVITAS INKUIRI LABORATORIUM

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menghasilkan model perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium (PEBAIL) yang dapat meningkatkan kecerdasan Logical mathematics, kecerdasan inter-intrapersonal, dan penguasaan konsep mahasiswa calon guru kimia dalam internalisasi budaya Jawa. Penelitian dirancang menggunakan disain mixed method dengan model Embedded Experimental. Model diimplementasikan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia LPTK Negeri di Semarang, dengan melibatkan 29 mahasiswa pada kelas eksperimen dan 35 mahasiswa kelas kontrol. Mahasiswa di kelas eksperimen mengikuti model PEBAIL, sedangkan mahasiswa di kelas kontrol bekerja di laboratorium dengan prosedur praktikum seperti biasa. Data penelitian dikumpulkan berupa tes bentuk uraian untuk mengukur kecerdasan Logical mathematics dan penguasaan konsep. Lembar observasi digunakan untuk mengukur kinerja, kecerdasan inter-intrapersonal, dan budaya jawa. Analisis data menggunakan prinsip Quan-(qual). Analisis kuantitatif untuk mengukur penguasaan konsep dan Logical mathematics sebelum dan sesudah implementasi model (N-gain). Analisis kualitatif digunakan untuk mengolah data observasi, angket, dan tugas. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa model PEBAIL dapat meningkatkan penguasaan konsep, kecerdasan Logical mathematics, dan keterampilan praktikum. Selain itu, model yang diimplementasikan bersinergi dengan internalisasi budaya Jawa dapat mengembangkan kecerdasan inter-intrapersonal, sehingga apabila diimplementasikan berkelanjutan dapat membangun habits of mind. Hasil penelitian yang lebih terinci menunjukkan bahwa kecerdasan Logical mathematics mahasiswa kelas eksperimen diperoleh pada kategori sedang (%N-gain= 61,37) lebih baik dibandingkan mahasiswa kelas kontrol (% N-gain = 42,99). Peningkatan penguasaan konsep mahasiswa kelas eksperimen termasuk kategori sedang (%N-gain = 60) lebih baik dibandingkan kelas kontrol (% N-gain = 42). Peningkatan kecerdasan intrapersonal pada kelas eksperimen terjadi dengan rerata capaian 84,4%, lebih baik dari kelas kontrol dengan rerata 73,6%. Peningkatan kecerdasan interpersonal pada kelas eksperimen dengan rerata capaian 84,6 lebih baik dari kelas kontrol dengan rerata capaian 71,2%. Budaya jawa menunjukkan korelasi positip dengan kecerdasan interpersonal (r= 0,778) dan intrapersonal (r= 0,813). Budaya Jawa berpengaruh positip terhadap kinerja PEBAIL( r= 0,934). Mahasiswa memberikan tanggapan yang positif terhadap implementasi perkuliahan dengan model PEBAIL dalam budaya jawa.


(5)

JAVANESE CULTURAL INTERNALIZATION INTO DEVELOPING LOGICAL MATHEMATICS AND INTER INTRA-PERSONAL INTELLIGENCE ON THE CHEMISTRY PROSPECTIVE TEACHERS IN THE ELECTROMETRY BASED ON

INQUIRY LABORATORY ACTIVITIES Abstract

This study aims to produce a model of learning electrometric based on laboratory activities inquiry (PEBAIL). This model was designed to improve logical mathematics intelligence, inter-intrapersonal intelligence, and conceptual understanding of prospective chemistry teachers in the internalization of Javanese culture. Conducted with the mixed methods and embedded experimental design, the model was then implemented on using student of prospective chemistry teacher of LPTK in Central Java (29 students). It was also used a control class consisting of 35 students studying the course with the same material and laboratory activities. The test was carried out to measure Logical mathematics intelligence and mastery of concepts (non-objective test). The Observation sheets were used to measure performance, inter-intrapersonal intelligence, and Javanese culture. Data analysis used the principle of Quan-(qual). Quantitative analysis was used to measure mastery of concepts and logical mathematics intelligence before and after the implementation of the model (N-gain). Qualitative analysis was used to process the data observations, questionnaires, and tasks. The Research shows that the PEBAIL model improved mastery of concepts, mathematics Logical intelligence as well as inquiry laboratory skills. In addition, the model implemented together with the internalization of Javanese culture increased the inter-intrapersonal skills and Javanese culture as well as habits of mind. The more detailed results indicates that the Logical intelligence mathematics of experimental class students obtained in the medium category (% N-gain = 61.37), better than the control class students (% N-gain = 42.99). The increase of student mastery of the concept of experimental classes was moderate in category (% N-gain = 60), better than the control class (% N-gain = 42). The increase of intrapersonal intelligence in the experimental class was 84.4% in average, better than the control class as much as 73.6%. The improving of interpersonal intelligence in the experimental class is 84.6 in average, better than control classes with the average 71.2%. It was also showed the positive correlation between Javanese culture with interpersonal intelligence (R = 0.778) and intrapersonal (r = 0.813). More over, it reveals that Javanese culture shows positive correlation with the performance of PEBAIL (r = 0.934). Students responded positively to the implementation of the model PEBAIL lectures in Javanese culture.


(6)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

PERNYATAAN ……….. iii

KATA PENGANTAR ………. iv

UCAPAN TERIMAKASIH ……… v

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT ……… viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………... xii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang .………. 1

B. Rumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan Penelitian ………... 8

D. Manfaat Penelitian ………. 8

E. Definisi Operasional ……….. F. Sistematika Penulisan ……… 9 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 A. Pembelajaran Inkuiri ……… B. Kecerdasan Logical Mathematics ……….. C. Kecerdasan Inter-intrapersonal ………. 11 17 18 D. Nilai Budaya Jawa ………….………... E. Perkuliahan Elektrometri di Laboratorium ……….. 21 25 F. Penelitian yang Relevan ………... 52


(7)

BAB III METODE PENELITIAN 57

A. Paradigma Penelitian ………..………... B. Desain Penelitian ………...

57 58

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ………... D. Instrumen Penelitian ………..

69 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 75

A. Hasil Studi Pendahuluan ……….. B. Karakteristik Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas

Inkuiri Laboratorium dengan Internalisasi Budaya Jawa ... C. Hasil Uji Coba Terbatas Pembelajaran Elektrometri Berbasis

Aktivitas Inkuiri Laboratorium ………

75 83 95 1. Hasil Validasi Ahli ………...

2. Hasil Uji Coba Model Pembelajaran ……… D. Hasil Implementasi Pembelajaran Elektrometri Berbasis

Aktivitas Inkuiri Laboratorium dan Pembahasannya …………... 1. Peningkatan Kecerdasan Logical Mathematics dan

Pembahasannya …………………..... 2. Peningkatan Kecerdasan Intrapersonal dan Pembahasannya .. 3. Peningkatan Kecerdasan Interpersonal dan Pembahasannya ... 4. Hubungan Budaya Jawa dengan Kecerdasan

Inter-intrapersonal ………. 5. Peningkatan Penguasaan Konsep Elektrometri ……… 6. Peningkatan Aktivitas Inkuiri dan Korelasinya den gan

Budaya Jawa ……….

7. Penguatan Budaya Jawa dalam Implementasi PEBAIL ……... 8. Tanggapan Mahasiswa terhadap Pembelajaran Elektrometri

Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium dan Internalisasi

Budaya Jawa ……….

95 97 99 100 112 121 130 136 145 149


(8)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………... B. Rekomendasi ……….

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

158 158 160 162 172


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri ... 16 Tabel 2.2. Aplikasi Taksonomi Kognitif untuk Kecerdasan Logical

mathematics ... 18 Tabel 2.3 Aplikasi Taksonomi Kognitif untuk Kecerdasan

Interpersonal ... 19 Tabel 2.4 Aplikasi Taksonomi Kognitif untuk Kecerdasan

Intrapersonal ... 20 Tabel 2.5 Nilai Budaya Jawa dan Internalisasinya ... 25 Tabel 2.6 Daya Hantar Ekuivalen ion (λ+° dan λ-°) pada 25°C ……….. 44

Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Penilaian Para Ahli dan Praktisi terhadap

Model Pembelajaran dan Asesmennya ………... 61 Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 63

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ………...……….. 66 Tabel 3.4 Rekap Hasil Analisis Butir Soal untuk Tes Konsep Materi

Elektrometri ……… 68

Tabel 3.5 Rekap Hasil Analisis Butir Soal untuk Tes Logical

mathematics Materi Elektrometri ……… 68 Tabel 3.6 Kriteria tingkat pencapaian N-Gain ………... 71 Tabel 3.7

Tabel 3.8

Hubungan Antara Jenis Data, Jenis Instrumen, dan Analisis

Data ……….

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

73 74 Tabel 4.1 Pelaksanaan Praktikum yang Selama ini dilakukan ……….. 76 Tabel 4.2 Rerata Nilai Kemampuan Menjelaskan ……….. 77 Tabel 4.3 Hasil Tanggapan Budaya Jawa Pada Uji Pendahuluan (%)... 82 Tabel 4.4 Karakteristik Langkah Pembelajaran Elektrometri Berbasis

Aktivitas Inkuiri Laboratorium... 89 Tabel 4.5 Rangkuman Para Ahli dan Praktisi terhadap Model


(10)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19

Rangkuman Identifikasi Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Uji Coba Pembelajaran elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium dan Usaha

Perbaikan……….

Pengelompokan Prestasi Subjek Penelitian Kelas Eksperimen ... Hasil Uji Normalitas, homogenitas, dan Uji-t antara Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen ………...

Perbandingan Peningkatan (Uji-t) Kecerdasan Logical mathematics Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah pada Kelas Eksperimen ... Hasil Uji Homogenitas dan Uji-t Pretes dan Postes tiap Indikator Kecerdasan Logical Mathematics pada Kelas

Eksperimen ……….………....

Tabel Korelasi tiap Indikator Logical Mathematics ... Hasil Pengujian Statistik terhadap Peningkatan Kecerdasan Intrapersona pada awal dan akhir Aktivitas Inkuiri

Laboratorium ………..

Tabel Korelasi tiap Indikator Kecerdasan Intrapersonal …… Hasil Pengujian Statistik terhadap Peningkatan Kecerdasan Interpersonal pada saat Presentasi Proposal dan Hasil

Penelitian ………

Korelasi tiap Indikator Kecerdasan Interpersonal ……… Hasil Korelasi tiap Indikator Interpersonal dengan

Intrapersonal ……….

Data Hasil Observasi Budaya Jawa ……… Uji Korelasi Budaya Jawa dengan Kecerdasan Inter-intrapersonal ……… Korelasi tiap Indikator Interpersonal dengan Budaya Jawa A pada Kelas Eksperimen ...

98 99 102 103 105 106 115 115 123 123 124 131 133 134


(11)

Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23

Tabel 4.24 Tabel 4.25

Tabel 4.26

Tabel 4.27

Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30

Korelasi tiap Indikator Intrapersonal Praktikum vs Budaya Jawa B pada Kelas Eksperimen ……….. Korelasi Budaya Jawa B Akhir dengan Intrapersonal ………. Korelasi Budaya Jawa A Akhir dengan Interpersonal ………. Hasil Analisis Uji Normalitas, homogenitas, dan Uji Beda antara Kelas Kontrol dan Eksperimen pada Materi Potensiometri, Coulometri, dan Konduktometri ……… Korelasi Logical Mathematics dengan Penguasaan Konsep

Potensiometri, Konduktometri dan Coulometri ………..

Hasil Uji Homogenitas, Normalitas, Uji -t Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah pada Kelas Eksperimen secara keseluruhan ... Korelasi Peningkatan tiap Indikator Logical Mathematics dengan Penguasaan Konsep Potensiometri, Konduktometri

dan Coulometri ………

Hasil Pengujian Korelasi Budaya Jawa tiap Indikator (X)

dengan Kinerja PEBAIL (Y) ………...

Uji–t dan Uji Homogenitas Budaya Jawa antara Kelas

Kontrol dan Eksperimen ………

Hasil Uji Beda Jawa Akhir tiap Indikator antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ………... Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium dan Internalisasi

Budaya Jawa ………...

134 135 135 139 139

140

145 147

149 151


(12)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur makro elektrometri ……… 30

Gambar 2.2 Sel galvani ……….. 33

Gambar 2.3 Sel elktrolisis ………... 34

Gambar 2.4 Sel elektrokimia tanpa hantaran ……….. 36

Gambar 2.5 Pola hantaran ekivalen sebagai fungsi konsentrasi untuk elektrolit lemah CH3COOH dan elektrolit kuat HCl ……….. 45

Gambar 2.6 Pola kurva titrasi konduktometri ………. 47 Gambar 2.7 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10

Skema dari pengendapan suatu logam ……… Paradigma penelitian ………...

Desain Penelitian ………

Rerata nilai keterampilan dasar praktikum dan penguasaan konsep praktikum kimia analitik instrumen ……… Tahapan perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri

laboratorium ………

Rerata nilai pretes, postes, dan %N-gain kecerdasan logical mathematics antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen………...

Rerata nilai pretes, postes, dan % N-gain kecerdasan logical mathematics antara kelompok tinggi dan kelompok rendah

pada kelas eksperimen ………

Rerata %N-gain tiap indikator kecerdasan logical mathematics pada kelas eksperimen ………... Korelasi tiap indikator kecerdasan logical mathematics …… Persentase tiap indikator kecerdasan intrapersonal antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol……….

Persentase tiap indikator kecerdasan intrapersonal pada rancangan proposal percobaan dan laporan hasil percobaan Korelasi tiap indikator kecerdasan intrapersonal ………. Persentase tiap indikator kecerdasan interpersonal antara

52 57 60 78 88 101 103 104 112 113 114 120


(13)

Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15

Gambar 4.16

Gambar 4.17

Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20

kelas kontrol dan kelas eksperimen ………... Persentase tiap indikator kecerdasan intrapersonal pada

rancangan proposal percobaan dan laporan hasil percobaan Korelasi tiap indikator kecerdasan interpersonal ………. Rerata nilai budaya Jawa A dan Jawa B ………. Korelasi inter-intrapersonal dengan budaya Jawa …………. Rerata pretes, postes, dan %N-gain penguasaan

konsepsecara keseluruhan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen ……….

Rerata pretes-postes, & % N-gain mahasiswa pada materi potensiometri, konduktometri, dan coulometri untuk kelas

kontrol dan eksperimen ………..

Rerata nilai pretes, postes, dan %N-gain pada kelompok atas - bawah kelas eksperimen ……….. Rerata Nilai Hasil Observasi Budaya Jawa dan Nilai Kinerja

Laboratorium antara Kelas Kontol dan Kelas Eksperimen … Interaksi Dimensi Belajar Aktivitas Inkuiri (diadaptasi

Marzano, 1993) ………..

Hasil tanggapan tentang budaya Jawa mahasiswa pada awal

dan akhir implementasi PEBAIL ………...

122 122 128 133 136

137

138 140 146 148 156


(14)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A PERANGKAT PERKULIAHAN 172

A.1 Desain Perkuliahan………... 173

A.2 Satuan Acara Perkuliahan Kimia Analisis Instrumen dengan Aktivitas Inkuiri Laboratorium………... 195

A.3 Hasil Praktikum Elektrometri. Kelas Eksperimen... 203

B INSTRUMEN PENELITIAN 213 B.1 Soal dan Kunci Jawaban Penguasaan Logical Mathematics pada Elektrometri………...... 214

B.2 Soal dan Kunci Jawaban Penguasaan Tiap Indikator Logical Mathematics... 225

B.3 Soal dan Kunci Jawaban Penguasaan Konsep pada Elektrometri... 236

B.4 LKM Percobaan Elektrometri………... 246

B.5 Lembar Observasi Penilaian Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa 249 B.6 Lembar Observasi Penilaian Kecerdasan Intrapersonal Mahasiswa 251 B.7 Lembar Observasi Kinerja Mahasiswa... 253

B.8 Penilaian Laporan Proyek Praktikum... 254

B.9 Angket Tanggapan Mahasiswa………... 257

B.10 Kuesioner Respon Mahasiswa Terhadap Budaya Jawa……….. 259

B.11 Rambu-rambu Pemberian Skor Budaya Jawa Mahasiswa Calon Guru Kimia ………. 261


(15)

Lampiran Halaman

C DATA PENELITIAN 263

C.1 Nilai untuk Soal Logical Mathematics ……… 264 C.2 Hasil Validitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran ……….. 264 C.3 Nilai untuk Validitas Soal Penguasaan Konsep …………...………. 265 C.4 Hasil Validitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran pade

Penguasaan Konsep ………. 265

C.5 C.6

Rerata nilai Kemampuan Menjelaskan ………

Hasil Tanggapan Budaya Jawa pada Uji Pendahuluan (%) …………

266 266 C.7 IP Mahasiswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas

Kontrol dan Eksperimen

267 C.8 Nilai Kecerdasan Logical Mathematics ……….……….. 268 C.9 RerataPretes, Postes, dan %N-gain tiap Indikator Kecerdasan

Logical Mathematics antara Kelompok Tinggi dan Rendah Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 272 C.10 Hasil Uji Homogenitas dan Uji-t Pretes dan Postes tiap Indikator

Kecerdasan Logical Mathematics pada Kelas Kontrol ………... 273 C.11 Tabel Logical Mathematics antara Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ………. 278

C.12 Hasil Uji Homogenitas dan Uji-t Pretes dan Postes tiap Indikator

Kecerdasan Logical Mathematics pada Kelas Kontrol ………... 278 C.13 Hasil Uji Homogenitas dan Uji-t Pretes dan Postes tiap Indikator

Kecerdasan Logical Mathematics pada Eksperimen ………. 278 C.14 Uji Normalitas, Homogenitas & Uji T pada Penguasaan Logical

Mathematics ……… 279 C.15 Persentase tiap Indikator Kecerdasan Intrapersonal antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ………...…………. 280 C.16 Nilai Intrapersonal antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen … 284 C.17 Persentase tiap Indikator Kecerdasan Interpersonal antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 285

C.18 Nilai Kecerdasan Interpersonal antara Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ………... 289

C.19 Rerata Nilai Budaya Jawa A, B, dengan Kecerdasan

Inter-Intrapersonal ……….. 290 C.20 Uji –t Uji Homogenitas Budaya Jawa dan Inter-intrapersonal ……… 292 C.21 Uji Korelasi Budaya Jawa dengan Kecerdasan Inter-Intrapersonal 292 C.22 Uji Korelasi Budaya Jawa dan Inter-intrapersonal ……… 292 C.23 Uji Normalitas Budaya Jawa dan Inter-intrapersonal ………... 293 C.24 Rerata Pretes, Postes, dan %N-gain Penguasaan Konsep secara


(16)

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

Lampiran Halaman C.25 Rerata Nilai Pretes-Postes & %N-gain Mahasiswa pada Materi

Potensiometri, Konduktometri, dan Coulometri untuk Kelas Kontrol

dan Eksperimen ………...……... 298

C.26 Analisis Nilai Pretes dan Postes Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelas Kontrol dan Eksperimen pada Materi Potensiometri,

Coulometri, dan Konduktometri ………. 301 C.27 Hasil Uji Homogenitas, Normalitas, Uji -t Kelompok Tinggi dan

Kelompok Rendah pada Kelas Eksperimen secara Keseluruhan 301 C.28 Perbandingan Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelas kontrol

dan Eksperimen pada Materi Potensiometri, Coulometri, dan

Konduktometri ………... 302 C.29 Perbandingan Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelompok

Tinggi dan kelompok rendah pada Kelas kontrol pada Materi

Elektrometri ./... 302 C.30 Perbandingan Mahasiswa Secara Keseluruhan antara Kelompok

Tinggi dan kelompok rendah pada Kelas eksperimen pada Materi

Elektrometri ………... 302 C.31 Hasil Pengujian Statistik terhadap Peningkatan Penguasaan Materi

untuk setiap Sub Materi Elektrometri ………. 303 C.32 Hasil Pengujian Statistik terhadap Peningkatan Penguasaan Materi

Secara Keseluruhan ………. 303

C.33 Rerata Penilaian Proses Pembelajaran Elektrometri Berbasis

Aktivitas Inkuiri Laboratorium ……… 304 C.34 Rerata Nilai Hasil Observasi Budaya Jawa dan Nilai Kinerja

Laboratorium antara Kelas Kontol dan Kelas Eksperimen ... 306 C.35 Nilai Budaya Jawa dengan Kinerja PEBAIL Untuk Uji Korelasi 307 C.36 Hasil Pengujian Korelasi Budaya Jawa tiap Indikator (X) dengan

Kinerja PEBAIL (Y) ………... 311

C.37 Uji–t dan Uji Homogenitas Budaya Jawa antara Kelas Kontrol dan

Eksperimen ………...………... 311

C.38 Hasil Uji Beda Jawa Akhir tiap Indikator antara Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ……….. 312

C.39 Nilai Praktikum pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 313 C.40 Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Elektrometri Berbasis

Aktivitas Inkuiri Laboratorium dan Internalisasi Budaya Jawa …….. 316 C.41 Hasil tanggapan tentang budaya Jawa Mahasiswa pada Awal dan

Akhir Implementasi PEBAIL ………...………... 317 C.42 Prosedur Asesmen Proses Pembelajaran Elektrometri Berbasis

Aktivitas Inkuiri Laboratorium (Observer: Dosen Pengampu


(17)

Lampiran Halaman C.43 Nilai Awal dan Akhir Budaya Jawa antara Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen ……….. 322

C.44 Respon Mahasiswa Terhadap Budaya Jawa ……… 323 C.45 Hasil Tanggapan Mahasiswa ………... 324

Dokumentasi 325


(18)

1

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mengembangkan dan mengoptimalkan potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Depdiknas, 2006). Pendidikan dapat pula diartikan sebagai proses mentransmisikan ilmu dan nilai-nilai budaya yang telah terakumulasi dari satu generasi ke generasi lainnya (Suastra, 2005). Hal ini menandakan bahwa pendidikan termasuk suatu hal yang sangat hakiki dalam proses pemanusiaan pada masyarakat yang berbudaya (Mulyani, 2011).

Hakikat pendidikan dalam kehidupan sangatlah penting karena pendidikan dapat mengubah nasib suatu bangsa. Terkait hal ini, tokoh nasional seperti Soekarno dan Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa hanyalah pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan secara nasional harus dirancang tersistem dengan tujuan yang dirumuskan secara cermat, serta mengakomodasi keutuhan perkembangan bangsa.

Pemerintah telah merumuskan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan secara eksplisit dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka


(19)

2

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung Jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Depdiknas (2006) telah merumuskan lima pilar pendidikan, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk mengetahui (learning to know), (3) belajar untuk berbuat (learning to do), (4) belajar untuk hidup antar sesama secara berdampingan (learning to live together), dan (5) belajar untuk membentuk jati diri ( learning to be). Didasarkan kelima pilar tersebut, Pendidikan diharapkan dapat membentuk masyarakat Indonesia yang tidak hanya cerdas dalam bidang intelektual (IQ), tetapi juga diharapkan memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) dalam kehidupan bersosialisasi di masyarakat.

Gardner (2003) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda dengan berbagai potensinya, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan (multiple intelligence) dengan kadar pengembangan yang berbeda-beda. Namun demikian, sebanyak-banyaknya kecerdasan yang dimiliki manusia, haruslah diimbangi dengan toleransi terhadap segala perbedaan yang ada seperti ras, suku bangsa, agama, dan lainnya (Tilaar, 2008).

Kecerdasan majemuk merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan


(20)

3

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, lingkungan, dan budaya dimana kita hidup dan mengembangkan diri.

Gardner dalam Lazear (2004) mengidentifikasi ada delapan jenis kecerdasan manusia. Kedelapan jenis kecerdasan manusia tersebut adalah kecerdasan linguistic, kecerdasan logical mathematics, kecerdasan spatial visual, kecerdasan musical rhythmic, kecerdasan bodily kinesthetic, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Berdasarkan kajian mendalam, Rustaman (2010) untuk memahami dan dapat mengembangkan suatu konsep serta mengingat atau menyimpan dalam memori jangka panjang, banyak hal yang harus dilakukan dan melibatkan beberapa indera, seperti melakukan latihan serta mengorganisasi dan mengelaborasi pengetahuan yang telah dipelajari (Dahar, 1996). Semakin banyak indera yang dilibatkan, semakin mendukung memori jangka panjang.

Lebih lanjut Dahar (1996) mengemukakan bahwa belajar lebih mudah dipahami apabila dimulai dengan sesuatu yang sudah diketahui atau dikenal termasuk budayanya. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran selain perlu memperhatikan pengetahuan awal, peserta didik juga perlu memperhatikan latar belakang budayanya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suastra (2005) dan Baker (1995) yang menemukan bahwa pembelajaran sains akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik apabila guru memperhatikan budayanya.

Dalam kehidupan ada tujuh unsur kebudayaan yang mengatur kehidupan manusia, yaitu (1) sistem teknologi dan peralatan, (2) sistem organisasi kemasyarakatan, (3) sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi, (4) organisasi


(21)

4

sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) agama, dan (7) kesenian (Soebadio, 1995). Ketujuh unsur kebudayaan tersebut meninggalkan benda, tradisi, dan nilai peninggalan leluhur yang masih ada dan dipelihara sebagai kearifan lokal oleh masyarakat sampai sekarang. Budaya Jawa sampai saat ini merupakan salah satu budaya yang menurut beberapa kajian masih melekat pada sebagian besar orang Jawa terutama yang menetap di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Beberapa budaya seperti pembuatan dan pemeliharaan warisan budaya keris, wayang, batik, gamelan, dan jamu terkait erat dengan proses kimia. Proses pembuatan keris berhubungan dengan bagaimana membuat komposisi campuran logam yang tahan karat, kuat ditempa serta dapat ditatah. Pemeliharaan keris, dan asesoris logam pada wayang erat kaitannya dengan konsep/proses elektrolisis/penyepuhan yang merupakan bagian dari elektrometri, dan jamu sangat erat kaitannya dengan kimia bahan alam.

Banyak nilai budaya Jawa yang relevan dengan proses pendidikan dan pembelajaran, diantaranya nastiti ngati-ati artinya bekerja dengan cermat, teliti dan hati-hati; aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa artinya jangan merasa bisa tetapi belajar bisa merasakan rasa; alon-alon waton kelakon artinya walaupun pelan tetapi harus tercapai tujuannya; rukun agawe santoso artinya bekerja sama dengan damai akan membuat berhasil; ngunduh wohing pakarti artinya berbuat pasti mendapat hasilnya, ojo dumeh artinya jangan sombong/harus bisa menghargai teman dan menghargai pendapatnya; serta gotong royong artinya bekerja bersama dalam mencapai satu tujuan.


(22)

5

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

Sebagai bagian dari proses pendidikan, guru kimia harus mampu menangkap unsur-unsur budaya ini untuk diakomodasi dalam pembelajaran, seperti yang disampaikan oleh Suastra (2005) dan Baker (1995). Oleh karena itu, calon guru kimia perlu memperoleh pengalaman dalam proses pembelajarannya yang mengemas Internalisasi budaya.

Secara umum mahasiswa di perguruan tinggi termasuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) berasal dari daerah di mana perguruan tinggi tersebut berdiri. Dari hasil penelitian pendahuluan, asal mahasiswa pada perguruan tinggi di Jawa Tengah yang dijadikan sampel penelitian 100 % orang Jawa. Oleh karena itu, pola pikir mahasiswa tersebut dalam belajar di kelas maupun beraktivitas di laboratorium akan dipengaruhi oleh pola pikir budaya Jawa.

Aktivitas laboratorium merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kimia yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir, mengembangkan metakognisi, bekerja dalam tim dan berkomunikasi (Cacciatore, 2009). Menurut Rustaman (2007), dalam proses belajar sains, seharusnya dilakukan melalui tahapan eksplorasi dari pengalaman yang dimilikinya, mencari jurnal pendukung dan mengembangkannya, merancang langkah kerja, dilanjutkan observasi data primer dengan melibatkan kemampuan dasar aktivitas inkuiri laboratorium, sampai dengan menemukan kesimpulan yang menjadi pengetahuan baru.

Aktivitas laboratorium akan mencapai tujuannya apabila dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur melalui tahapan inkuiri. Aktivitas inkuiri diawali dengan pencarian informasi dari berbagai sumber. Pada langkah ini kecerdasan


(23)

6

yang berhubungan dengan usaha keras untuk dapat merancang percobaan dengan benar termasuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal.

Aktivitas inkuiri berikutnya adalah mempersiapkan percobaan yang antara lain membuat pereaksi, larutan standar, merangkai alat percobaan. Aktivitas ini membutuhkan kecermatan( nastiti ngati-ati) dalam menghitung, menimbang dan melarutkan. Pada langkah ini kecerdasan logical mathematics secara langsung terkembangkan. Aktivitas inkuiri berikutnya adalah melaksanakan penelitian, membuat laporan, dan presentasi hasil penelitian. Ketiga langkah tersebut harus dilakukan secara gotong royong, alon-alon waton kelakon, dan nastiti ngati-ati. Yang kesemuanya terhubungnya dengan kecerdasan inter-intra personal pada saat membuat laporan penelitian dilakukan melalui langkah menganalisis data dan menghitung hasil, yang keduanya berkaitan dengan kecerdasan logical mathematics.

Elektrometri merupakan bagian dari kimia analitik yang dalam proses pembelajarannya selalu terkait dalam aktivitas laboratorium. Praktikum elektrometri, sebagaimana praktikum-praktikum lain yang terkait dengan analisis kuantitatif, selalu berhubungan dengan ketelitian, akurasi, dan kerjasama yang baik dalam kelompok. Sikap ilmiah ini merupakan nilai budaya Jawa yang perlu dikembangkan yaitu yang berhubungan dengan Nastiti ngati-ati dan gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, aktivitas inkuiri laboratorium sangat potensial digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan kecerdasan logical- mathematics dan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa. Selain itu, aktivitas


(24)

7

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

laboratorium tertentu yang dikemas melalui aktivitas inkuiri yang sistematis dan terstruktur dapat pula mengakomodasi proses internalisasi budaya.

Dari uraian di atas maka dipandang perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium (PEBAIL) yang dapat mengembangkan kecerdasan logical-mathematics, kecerdasan inter-intrapersonal dan menginternalisasi budaya Jawa mahasiswa calon guru kimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas Inkuiri laboratorium dalam internalisasi budaya Jawa mampu mengembangkan kecerdasan logical-mathematics, kecerdasan inter-intrapersonal dan penguasaan konsep mahasiswa calon guru kimia?

Secara lebih khusus masalah yang akan diteliti:

1. Bagaimanakah karakteristik perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium (PEBAIL) yang mampu mengembangkan kecerdasan logical-mathematics, dan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa calon guru kimia?

2. Bagaimanakah peningkatan kecerdasan logical-mathematics mahasiswa calon guru kimia setelah implementasi PEBAIL?

3. Bagaimanakah peningkatan kecerdasan intrapersonal mahasiswa calon guru kimia setelah implementasi PEBAIL?


(25)

8

4. Bagaimanakah peningkatan kecerdasan interpersonal mahasiswa calon guru kimia setelah implementasi PEBAIL?

5. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep mahasiswa calon guru kimia setelah implementasi PEBAIL?

6. Apakah ada korelasi antara internalisasi budaya Jawa dan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa calon guru kimia?

7. Bagaimana pengaruh implementasi PEBAIL terhadap penguatan budaya Jawa pada mahasiswa calon guru kimia?

8. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap model perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium dalam internalisasi budaya Jawa yang diimplementasikan untuk mengembangkan kecerdasan logical-mathematics, dan kecerdasan inter-intrapersonal pada mahasiswa calon guru kimia? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model perkuliahan berwawasan budaya Jawa yang dapat mengembangkan kecerdasan logical mathematics, kecerdasan inter-intrapersonal, dan penguasaan konsep mahasiswa calon guru kimia melalui PEBAIL.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan strategi belajar mengajar kimia yang baru dalam rangka inovasi model pembelajaran kimia di laboratorium, silabi materi subyek yang berorientasi pada pengembangan kecerdasan logical mathematics, kecerdasan


(26)

9

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

inter-intrapersonal dalam internalisasi budaya Jawa mahasiswa calon guru kimia.

E. Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan pada penelitian ini yaitu

1. Perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium adalah praktikum elektrometri dengan tahapan inkuiri yang dapat mengembangkan kecerdasan logical mathematics, dan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa calon guru kimia.

2. Internalisasi budaya adalah proses budaya yang mempengaruhi perilaku, sikap dan pola pikir masyarakat suatu daerah karena sudah terbentuk turun-temurun sejak nenek moyangnya (Purwadi,2004).

3. Berbasis aktivitas inkuiri laboratorium adalah pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium dengan tahapan inkuiri, tahapan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru kimia dalam berpikir dan bertindak pada aktivitas laboratorium yaitu: (a) penggalian diri dan perencanaan (b) perbaikan untuk merancang percobaan (c) Prossesing, (d) perancangan informasi (e) bertukar pendapat dalam kelompok kecil (f) evaluasi (g) presentasi hasil pada kelompok besar (NRC, 2000, Lasear, 2004).

4. Praktikum Elektrometri pada penelitian ini difokuskan pada analisis secara potensiometri, konduktometri dan coulometri.


(27)

10

F. Sistematika Penulisan

Disertasi ini terdiri atas lima bab yang ditulis berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia edisi tahun 2011. Bab I menguraikan tentang pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, definisi operasional istilah yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II membahas tentang aktivitas inkuiri laboratorium, pengembangan kecerdasan logical mathematics, kecerdasan inter-intrapersonal dan internalisasi budaya Jawa mahasiswa calon guru kimia.

Penulisan diawali dengan tinjauan tentang aktivitas inkuiri laboratorium kemudian dilanjutkan dengan pengembangan kecerdasan logical mathematics, kecerdasan inter-intrapersonal dan internalisasi budaya Jawa mahasiswa calon guru kimia. Selain itu diuraikan juga hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Bab III menguraikan tentang metode penelitian meliputi lokasi dan subyek penelitian, disain penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV menguraikan tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasan. Adapun Bab V menguraikan tentang kesimpulan, saran, dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.


(28)

57

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

BAB III

METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian

Gagasan pemikiran penelitian yang dilakukan disampaikan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Paradigma penelitian

Program pembelajaran yang akan dikembangkan mencerminkan perpaduan potensi kecerdasan Majemuk, budaya Jawa yang sudah dimiliki, untuk mencapai kompetensi calon guru kimia yang sesuai dengan Standar Kompetensi Guru Pemula (SKGP). Salah satu butir kompetensi dalam SKGP adalah penguasaan bidang studi kimia yang harus dimiliki calon guru yaitu mengembangkan konsep kimia dengan memanfaatkan teknologi dan seni.

57

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada

Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium Kecerdasan Logical

Mathematics

-Penguasaan Konsep -Kinerja inkuiri laboratorium

Kecerdasan Inter-intrapersonal SKGP

Praktikum Elektrometri (Inkuiri)

Kompetensi Calon Guru Kimia

Kecerdasan Majemuk Elektrometri


(29)

58

Kemudian salah satu indikator dalam butir kompetensi tersebut adalah menggunakan sarana instrumen kimia dalam pengembangan konsep kimia. Nilai budaya jawa yang sudah ada pada diri mahasiswa akan mempengaruhi pola pikir dan pola bekerja di laboratorium, begitupula kecerdasan majemuk yang juga sudah dimiliki mahasiswa perlu dikembangkan secara optimal untuk pencapaian kompetensi calon guru kimia. Pola praktikum elektrometri dengan tahapan inkuiri diduga kuat sangat potensial untuk mencapai SKGP.

Fakta praktikum yang saat ini terlaksana masih bersifat vervfikasi, belum bisa sesuai dengan harapan SKGP, sehingga melalui praktikum elektrometri berbasis aktivitas inkuiri diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan majemuk, khususnya kecerdasan logical mathematics dan kecerdasan inter-intrapersonal dalam internalisasi budaya jawa. Sehingga dapat dikatakan praktikum elektrometri berbasis aktivitas inkuiri, kecerdasan logical mathematics, pemahaman konsep dan kecerdasan inter-intrapersonal, berkaitan dengan budaya jawa serta kecerdasan majemuk. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium untuk meningkatkan kecerdasan logical mathematics dan kecerdasan inter-intrapersonal dalam internalisasi budaya Jawa.

B. Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mixed method yang menekankan pada pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara simultan selama proses pengembangan. Dalam penelitian mixed method terdapat empat jenis disain, yaitu: 1) triangulation design; 2) embedded design; 3) explanatory


(30)

59

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

design; dan 4) exploratory design. Dalam penelitian ini digunakan embedded design yang melibatkan kegiatan ujicoba (eksperimen), maka digunakan model “Embedded Experimental Model” (Creswell, 2008). Disain penelitian serta deskripsi kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahap ditunjukkan pada Gambar 3.2. Uraian tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yang disajikan pada gambar tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Sebelum Intervensi

Tahap sebelum intervensi mencakup studi pendahuluan mengenai analisis kebutuhan calon guru kimia. Hasil analisis tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium (PEBAIL). Pada tahap ini dilakukan studi literatur, analisis materi praktikum elektometri, analisis indikator kecerdasan logical mathematics, dan indikator kecerdasan inter-intrapersonal untuk mahasiswa calon guru kimia, serta analisis internalisasi budaya Jawa.

Selain itu, dilakukan studi pendahuluan di laboratorium kimia analitik yang difokuskan pada praktikum elektrometri di jurusan Pendidikan Kimia. Beberapa hal yang menjadi informasi tentang pelaksanaan praktikum elektrometri, analisis empiris dan dokumentasi, keterlibatan mahasiswa dan dosen dalam praktikum, hambatan-hambatan pelaksanaan praktikum serta analisis awal tentang pembelajaran praktikum elektrometri.


(31)

60

Gambar 3.2 Disain Penelitian (Model Embedded Experimental)

Interpretasi berdasarkan data QUAN (qual) Quali sebelum intervensi Analisis QUAN (qual) sesudah intervensi Qual selama intervensi QUAN Pretes QUAN Postes Tahap Sebelum Intervensi Tahap Intervensi Tahap Analisis Data Tahap Interpretasi Studi Literatur: -Hasil Penelitian

Terdahulu -Kajian Teoritis Studi Lapangan: -Pelaksanaan

Praktikum Kimia Saat ini

-Hasil Belajar -Budaya Jawa Analisis Kebutuhan Guru

Kebutuhan untuk Merancang Model:

- Perancangan model

PEBAIL dan penyusunan alat evaluasi

- Penyusunan skenario pembelajaran

- Penyusunan instrumen pre dan postes

Draft Model

Validasi Pakar Kimia Analitik dan Pakar

Pendidikan

Uji Coba Terbatas Model

Revisi Draft Model

Produk Model PEBAIL

Analisis Data Q U A N q u a l LAPORAN intervensi Implementasi terhadap Kelas Eksperimen Evaluasi: Kecerdasan logical mathematics dan inter-intrapersonal, hasil belajar (penguasaan konsep, kemampuan bekerja ilmiah, observasi

budaya Jawa)


(32)

61

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

b. Perancangan Model Pembelajaran

Hasil-hasil yang diperoleh dari analisis kebutuhan dijadikan bahan untuk merancang pembuatan perangkat pembelajaran, instrumen penelitian (alat ukur, model PEBAIL, angket, kuesioner dan lembar observasi kinerja) yang mencakup indikator-indikator kecerdasan logical mathematics dan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa calon guru kimia, termasuk juga perbaikan kuesioner budaya Jawa yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktikum elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium. Instrumen penelitian yang telah dikembangkan selanjutnya dilakukan judgement untuk mendapatkan validasi isi instrumen. Kemudian dilakukan perbaikan perangkat instrumen berdasarkan judgement untuk dilakukan uji coba terbatas.

Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Penilaian Para Ahli dan Praktisi terhadap Model Pembelajaran dan Asesmennya.

No Validasi tentang Rangkuman komentar

1

LKM - Bebarapa kalimat diperbaiki dan ditambah kata perintah

- Tema masalah diarahkan untuk analisis sampel yang ada di sekitar kita.

2

Deskripsi pembelajaran - Perlu dijelaskan rincian waktu (pertemuan ke) dalam langkah-langkah pembelajaran. - Kuesioner, tanggapan mahasiswa, dan

asesmen kinerja perlu dimunculkan dalam langkah-langkah pembelajaran dan deskripsi pembelajaran

3

Indikator Kecerdasan logical mathematics, interpersonal , intrapersonal,

- Dilakukan diskusi bersama untuk menganalisis indikator terutama dari intrapersonal dan logical mathematics

4

Alat ukur penguasaan konsep dan Kecerdasan logical mathematics,

- Tes dibuat dalam bentuk uraian, yang diawali soal penguasaan konsep dilanjutkan soal logical mathematics. Beberapa kalimat perlu diperbaiki


(33)

62

- Urutan soal perlu diubah disesuaikan urutan materi dan indikatornya

- Beberapa kunci Jawaban perlu diperbaiki Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Penilaian Para Ahli dan Praktisi terhadap Model

Pembelajaran dan Asesmennya (Lanjutan)

No Validasi tentang Rangkuman komentar

5

LembarObservasi dan rubrik untuk mengukur kecerdasan interpersonal dan intrapersonal,

- Keterbacaan perlu diperbaiki, hendaknya dibaca 2 orang teman yang sekaligus diminta untuk memberikan saran dan 10 mahasiswa. - Beberapa kalimat perlu diperbaiki

- Beberapa pernyataan perlu dihilangkan, diganti dengan pernyataan yang disarankan

6

Asesmen kinerja - Beberapa kalimat perlu diperbaiki

- Rubrik perlu diperbaiki,ditambahkan juga untuk budaya kerja Jawa.

- Cara penilaian untuk laporan akhir dan

presentasi hasil diperbaiki ditambah nilai jurnal 7

Tanggapan mahasiswa Beberapa kalimat perlu diperbaiki

- Tanggapan disesuaikan dengan pembelajaran praktikum yang diimplementasikan

8

Kuesioner budaya Jawa - Beberapa kalimat perlu diperbaiki agar lebih sesuai urutan budaya Jawanya dan lebih mudah mengisinya

2. Tahap Intervensi a. Pengembangan Model

Model PEBAIL yang telah divalidasi dan direvisi selanjutnya dilakukan uji coba secara terbatas. Dengan menggunakan rancangan eksperimen one group pretest-posttes design. Pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan terhadap 15 mahasiswa program studi pendidikan kimia di salah satu LPTK di Jawa Tengah. Mahasiswa tersebut terbagi menjadi 5 kelompok atau dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang agar lebih dapat bekerja sama. Hasil temuan yang diperoleh dijadikan


(34)

63

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

acuan untuk memperbaiki draft model PEBAIL, selanjutnya diimplementasikan dalam praktikum analisis instrument pada materi elektrometri.

b. Implementasi Model PEBAIL

Model PEBAIL yang telah direvisi selanjutnya diimplementasi dalam praktikum analisis instrumen materi elektrometri, terhadap mahasiswa program studi pendidikan kimia di salah satu LPTK di Jawa Tengah dengan metode pretest-posttes design. Prosesnya diawali dengan pretes, dilanjutkan dengan implementasi model dan diakhiri dengan postes.

Implementasi diawali dengan pretes, dilanjutkan demonstrasi penggunaan peralatan/instrumen untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilanjutkan praktikum penentuan DHL dan penentuan TE asam kuat dengan basa kuat menggunakan alat konduktometer dengan prosedur yang telah disediakan. Pada kelas eksperimen proses tersebut dimaksudkan untuk melatih cara penentuan TE, pembuatan grafik, dan cara penentuan kadarnya. Langkah-langkah dalam pembelajaran selanjutnya sesuai deskripsi pembelajaran yang telah dibuat. Hasil implementasi program selanjutnya dianalisis untuk melihat tingkat keberhasilan model PEBAIL yang dikembangkan mampu mengembangkan kecerdasan logical mathematics, interpersonal, intrapersonal, dan dapat menginternalisasi budaya Jawa, dengan disain implementasi pada Tabel 3.2.


(35)

64

Kelas Pre test Perlakuan Post test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Keterangan:

X : Pembelajaran Elektrometri Berbais Aktivitas Inkuiri Laboratorium O : tes (logical mathematics dan penguasaan konsep) dan skor penilaian

Data yang diperoleh dari implementasi model PEBAIL berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari kuesioner, lembar observasi, dan tanya jawab; sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Evaluasi dan refleksi hasil implementasi dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan model dan melakukan kajian ulang untuk memperbaiki model pembelajaran yang disusun dengan menambah atau mengurangi bagian-bagian yang dianggap perlu.

c. Pengujian Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dari implementasi model PEBAIL berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari kuesioner, lembar observasi, dan tanya jawab; sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Evaluasi dan refleksi hasil implementasi dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan model dan melakukan kajian ulang untuk memperbaiki model pembelajaran yang disusun dengan menambah atau mengurangi bagian-bagian yang dianggap perlu.

1) Validitas Soal

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur.


(36)

65

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

Hal ini berarti bahwa tes logical mathematics yang dibuat benar-benar mengukur indikator logical mathematics beserta penguasaan konsep calon guru kimia pada matakuliah praktikum kimia analitik instrument materi elektrometri.

Tes logical mathematics dan penguasaan konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini terlebih dahulu divalidasi oleh tiga orang pakar masing-masing dalam bidang Kimia Analitik, multiple intelegence dan budaya Jawa. Validitas yang diuji adalah: 1) validitas permukaan, dan 2) validitas isi. Validitas permukaan adalah validasi yang didasarkan pada analisis rasional. Aspek-aspek yang dianalisis mencakup aspek-aspek antara lain bahasa dan susunan kalimat tiap butir soal. Demikian pula untuk validitas isi dilakukan melalui analisis rasional. Dalam hal ini, dilakukan pemeriksaan terhadap setiap butir soal, apakah sudah sesuai dengan tujuan dan indikator pembelajaran atau materi pokok yang akan diteskan. Tingkat kesesuaian seluruh butir soal (dalam satu tes) dengan kisi-kisi atau dengan bahan yang akan diteskan menunjukkan tingkat validitas isi.

Selanjutnya, tes divalidasi secara empiris, yaitu dengan mencobakan tes tersebut kepada 15 responden yang telah mengambil matakuliah praktikum Kimia Analitik instrument. Uji validitas tes logical mathematics dan penguasaan konsep menggunakan program ANATES versi 4.0.

Hasil pengujian validitas butir soal tes penguasaan materi didapat hasil dari 10 butir soal yang dirancang ternyata semua soal dinyatakan valid. Adapun hasil pengujian validitas butir tes kecerdasan logical mathematics menunjukkan dari 10 soal yang diuji cobakan semua soal dinyatakan valid (Lampiran C.2). Validitas


(37)

66

butir soal yang tinggi tersebut mampu mendukung tes kecerdasan logical mathematics untuk mengukur kemampuan multiple intelegence mahasiswa.

2) Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini analisis reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan program SPSS 16. Pada pengujian tes kecerdasan logical mathematics jumlah butir soal yang diuji sebanyak 10 butir yang diujikan kepada 15 orang mahasiswa. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada soal penguasaan konsep sebesar 0,98 (sangat tinggi). Adapun perhitungan koefisien reliabilitas pada kemampuan logical mathematics diperoleh sebesar 0,99 (sangat tinggi). Dengan demikian releabilitas masing-masing materi memenuhi syarat. Besarnya simpangan baku soal penguasaan konsep dan logical mathematics adalah sebesar 19,34 dan 19,52. Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas (Sugiyono, 2011)

Koefisien Reliabilitas Kriteria 0,00 s.d 0,20

0,21 s.d 0,40 0,41 s.d 0,60 0,61 s.d 0,80 0,81 s.d 1,00

Sangat rendah Rendah

Cukup Tinggi Sangat tinggi


(38)

67

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

3) Analisis tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25% soal mudah, 50% sedang dan 25% sukar. Analisis tes untuk menentukan tingkat kesukaran soal dari tes penguasaan konsep dan kecerdasan logical mathematics.

Dalam penelitian ini tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan program ANATES vesi 4.0. Hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk tes penguasaan konsep menunjukkan kesepuluh soal memiliki kriteria sedang. Selain itu hasil perhitungan untuk tes penguasaan logical mathematics, kesembilan soal memiliki kriteria sedang dan 1 soal mempunyai kriteria mudah pada nomor 7 (Lampiran C.2).

4) Daya pembeda (DP)

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik, jika soal tersebut di jawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai. DP butir soal dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: responden di bagi menjadi 2 (dua). Kelompok A adalah semua responden yang memiliki skor total teratas dan kelompok B adalah semua responden yang memiliki skor total terbawah. Dalam penelitian ini tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan program ANATES vesi 4.0. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat masing-masing 8 responden yang terdapat pada kelompok atas


(39)

68

dan 7 responden pada kelompok bawah. Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda setiap butir soal dapat dilihat pada Lampiran C3.

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dari 10 soal terdapat 2 soal yang memiliki daya pembeda rendah. Akan tetapi soal tersebut tetap digunakan setelah mengalami perbaikan karena untuk mencegah hilangnya butir soal yang mewakili indikator yang diukur. Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda dapat dilihat pada Lampiran C3.Hasil analisis butir soal elektrometri untuk penguasaan konsep terdapat 2 buah soal yang tidak dipakai masing-masing soal nomor 3 dan 8, karena daya bedanya tidak baik. Di lain pihak, dari soal logical mathematics ada 2 yang kurang bagus, karena daya bedanya rendah serta 1 soal direvisi yaitu nomor soal 7. Dengan demikian, jumlah butir soal pada tes pemahaman konsep dan tes logical mathematics masing-masing sebanyak 8 dan 9 butir.

Tabel 3.4 Rekap Hasil Analisis Butir Soal untuk Tes Konsep Materi Elektrometri No

Item

Derajat

Kesukaran Status

Daya

Beda Status Validitas Status

1 67.87 Sedang 40.20 Baik 0.99 Valid

2 63.93 Sedang 40.86 Baik 0.98 Valid

3 61.67 Sedang 7.14 Jelek 0.71 Valid

4 67.07 Sedang 41.11 Baik 0.99 Valid

5 66.53 Sedang 43.59 Baik 0.97 Valid

6 69.87 Sedang 45.02 Baik 0.99 Valid

7 69.20 Sedang 41.09 Baik 0.98 Valid

8 73.53 Sedang 13.32 Jelek 0.84 Valid

9 68.27 Sedang 42.29 Baik 0.98 Valid

10 68.67 Sedang 44.64 Baik 0.99 Valid

Tabel 3.5 Rekap Hasil Analisis Butir Soal untuk Tes Logical mathematics Materi Elektrometri


(40)

69

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

No Item

Derajat

Kesukaran Status

Daya

Beda Status Validitas Status

1 61.40 Sedang 8.79 Jelek 0.84 Valid

2 66.80 Sedang 41.14 Baik 0.97 Valid

3 66.73 Sedang 40.21 Baik 0.99 Valid

4 69.20 Sedang 41.09 Baik 0.99 Valid

5 67.67 Sedang 41.43 Baik 0.98 Valid

6 68.53 Sedang 43.59 Baik 0.99 Valid

7 78.13 Mudah 19.27 Jelek 0.96 Valid

8 70.60 Sedang 42.11 Baik 0.97 Valid

9 69.60 Sedang 42.64 Baik 0.99 Valid

10 71.73 Sedang 43.70 Baik 0.99 Valid

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Kimia salah satu LPTK Negeri di Jawa Tengah. Subyek dalam penelitian ini adalah 64 mahasiswa calon guru kimia, yang mengikuti mata kuliah praktikum kimia analisis instrumen. Jumlah tersebut terbagi dalam kelas eksperimen sebanyak 29 mahasiswa dan kelas kontrol sebanyak 35 mahasiswa. Penentuannya menggunakan random sampling ( karena hanya ada dua kelas, maka diundi untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen). .

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran dan alat ukur. Berikut jenis instrumen yang digunakan:

1) Tes bentuk uraian untuk mengukur kecerdasan logical mathematics mahasiswa dengan indikator kecerdasan logical mathematics didasarkan pendapat Stiggins, (1994), Lazear (2004), ada lima indikator kecerdasan logical mathematics yaitu TP, CP, MO, PS, LA. Tes dilakukan di awal dan


(41)

70

akhir implementasi (pretes dan postes), diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol (Lampiran B.1-B.2).

2) Kuesioner budaya Jawa, diberikan sebelum dan sesudah implementasi pembelajaran, diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol (Lampiran B.10).

3) Tes penguasaan konsep bentuk uraian, untuk dapat mengukur kemampuan mahasiswa secara lebih mendalam, karena jawabanya dalam bentuk uraian Stiggins, (1994) (Lampiran B.3).

4) Tanya jawab di setiap tahap pembelajaran untuk membantu pada saat persiapan membuat rancangan percobaan, observasi internalisasi budaya Jawa dan mengungkap kecerdasan inter-intrapersonal yang terkembangkan, 5) Rubrik digunakan untuk menilai rancangan percobaan dan laporan

penelitian aktivitas inkuiri laboratorium,

6) Lembar observasi untuk mengetahui kinerja selama proses pembelajaran (Lampiran B.7).

7) Lembar observasi untuk mengetahui peningkatan kecerdasan inter-intrapersonal selama aktivitas inkuiri laboratorium (Lampiran B.5-B.6). 8) Kuesioner untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap budaya Jawa

dan implementasi model pembelajaran serta kendala-kendala yang dihadapi (Lampiran B.9).

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari implementasi model PEBAIL berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari kuesioner, lembar


(42)

71

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

observasi, dan tanya jawab, kemudian diolah secara diskriptif kuantitatif dengan menghitung persentase jawaban/tanggapan yang diberikan mahasiswa, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemudian terlebih dahulu dihitung nilai gain ternormalisasi dengan kriteria peningkatan capaian N-gain pada Tabel 3.8 Sedangkan peningkatan kecerdasan logical mathematics dan penguasaan konsep dianalisis dengan uji-t.

Uji pengaruh perlakuan ini digunakan untuk menganalisis data skor pre test dan post test penguasaan konsep dan logical mathematics . Rumus N-Gain yang digunakan dari Hake adalah :

(3.1)

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Pencapaian N-Gain (Hake, 1999)

Selanjutnya nilai N-gain yang diperoleh dibandingkan signifikansinya secara statistik. Pengolahan data secara statistik dilakukan melaui tahapan sebagai berikut:

a. Pengujian persyaratan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji normalitas distribusi data menggunakan metode analisis Explore (Kolmogorv-Smirnov) atau 1- Kolmogorv-Smirnov yang terdapat dalam program SPSS 16. Berdasarkan output yang diperoleh maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Interval Kriteria

0 - 30 Rendah

31 – 70 Sedang


(43)

72

 Jika nilai sig. atau nilai probabilitas < 0,05 maka data terdistribusi secara tidak normal.

 Jika nilai sig. atau nilai probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi normal.

2) Uji homogenitas terhadap data dengan metode analisis Explore (uji Levene’s) yang terdapat dalam program SPSS 16. Berdasarkan output yang diperoleh maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:  Jika nilai sig. atau nilai probabilitas < 0,05 maka varians sampel

tidak homogen.

 Jika nilai sig. atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka varians sampel homogen.

b. Pengujian peningkatan kecerdasan logical mathematics dan penguasaan konsep materi elektrometri antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol menggunakan uji-t dua sisi (two-tail t-test) jika populasi terdistribusi normal dan homogen.

Kriteria pengujian berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 16 adalah jika nilai sig. t-test for Equality of Means two-tail lebih kecil daripada 0,05 atau thit ≥ ttabel pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05

dan db = n1 + n2 – 2 maka Ho ditolak atau H1 diterima. Ini berarti peningkatan

kecerdasan logical mathematics dan penguasaan konsep materi elektrometri mahasiswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa di kelas kontrol. Jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.


(44)

73

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium


(45)

74

Tabel 3.7 Hubungan Antara Jenis Data, Jenis Instrumen, dan Analisis Data

Jenis data Jenis Instrumen Analisis data

pengembangan kecerdasan logical mathematics

Tes bentuk uraian Uji t pre-postes, uji N-gain ternormalisasi pengembangan

kecerdasan, inter-intrapersonal

-Lembar observasi - Rubrik

Deskriptif

Penguasaan konsep Tes bentuk uraian Uji t pre-postes, uji N-gain ternormalisasi Budaya Jawa Lembar kuesioner,

observasi dan rubrik

-Deskriptif persentase -Deskriptif

Aktivitas inkuiri Laboratorium

Rubrik Deskriptif

Kinerja mahasiswa Lembar observasi dan rubrik

Deskriptif Presentasi rancangan dan

hasil penelitian

Rubrik Deskriptif

Tanggapan mahasiswa Lembar kuesioner Deskriptif persentase

4. Interpretasi Uji Korelasi

Untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis ke dua, yaitu hubungan tiap indikator kecerdasan logical mathematics, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dengan budaya Jawa. Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan tiap indikator kecerdasan logical mathematics, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal. Selain itu untuk dapat melihat hubungan antara indikator kecerdasan logical mathematics dengan penguasaan konsep, tiap indikator interpersonal dengan indikator intrapersonal, juga kinerja budaya Jawa dengan kinerja PEBAIL. Sehingga dapat dilihat


(46)

75

Sri Wardani, 2013

Internalisasi Budaya Jawa Dalam Mengembangkan Kecerdasan Logical Mathematics Dan Inter-Intrapersonal Mahasiswa Calon Guru Kimia Pada Perkuliahan Elektrometri Berbasis Aktivitas Inkuiri Laboratorium

hubungan secara menyeluruh antara kinerja model PEBAIL dengan peningkatan tiap indikator kecerdasan logical mathematics, penguasaan konsep, peningkatan tiap indikator kecerdasan interpersonal dengan kecerdasan intrapersonal dan kinerja budaya Jawa.

Adapun interpretasi tingkat keeratan hubungan antara variabel X dengan Y (variabel bebas dengan variabel terikat), digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi dalam Sugiyono (2011) sebagai berikut:

Tabel 3.8 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

Dalam penghitungan dan pengolahan data ini peneliti menggunakan bantuan komputer aplikasi SPSS 16.


(47)

158

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model PEBAIL yang diimplementasikan dapat meningkatkan penguasaan konsep, kecerdasan logical mathematics, dan keterampilan praktikum. Selain itu, model yang diimplementasikan bersinergi dengan internalisasi budaya Jawa dapat mengembangkan kecerdasan inter-intrapersonal, sehingga apabila diimplementasikan berkelanjutan dapat membangun habits of mind.

Kesimpulan yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:

1. Model PEBAIL yang dikembangkan, memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) menggunakan tahapan open inquiry terkait dengan materi elektrometri; (b) tanya Jawab pada tiap tahapan untuk mengembangkan kecerdasan inter-intrapersonal mahasiswa dalam internalisasi budaya Jawa; (c) kecerdasan logical mathematics dan penguasaan konsep diukur melalui tes uraian; (d) langkah-langkah perkuliahan elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium dalam penguatan budaya Jawa.

2. Model PEBAIL yang dikembangkan dapat meningkatkan kecerdasan logical mathematics pada kelas eksperimen dengan kategori sedang (% N-gain = 61,37), lebih baik daripada kelas kontrol (%N-gain = 42,99). Hasil %N-gain tertinggi terjadi pada indikator logical analysis (% N-gain = 65), sedangkan %N-gain terendah terjadi pada indikator thingking patterns (% N-gain = 57)

3. Model PEBAIL dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada kelas eksperimen 158


(1)

Hebrank. (2000). Fws. Integrated Charge Card Program Handbook. Http//www.dmf.fws.goc/policies. Akses tanggal 22 November 2008.

Herayanti, L., Agus Setiawan, Dadi Rusdiana. (2009). Model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan berpikir kreatif siswa SMA. Jurnal

Penelitian Pendidikan IPA Vol III (2), Penerbit Program Studi Pendidikan

IPA Sekolah Pascasarjana UPI.

Hernani. (2010). Pembekalan keterampilan generik bagi calon guru melalui pembelajaran berbasis masalah yang mengintegrasikan perkuliahan dan praktikum kimia analitik. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Iriany, Liliasari, Agus Setiabudhi. (2009). Inkuiri laboratorium berbasis teknologi informasi pada konsep laju reaksi untuk meningkatkan ketrampilan generik sains dan berpikir kreatif siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol

III (2). Penerbit Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI

Lawson. A. E. (1995). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. 1st edition. New York: Pearson Educatin, Inc.

Lazear, D. (2004). Higher-Order Thinking the Multipple Intelligences Way. Chicago: Zephir Press.

Kipnis, M. dan Hofstein, A. (2007). The inquiry laboratory as a source for development of metacognitive skills. International Journal of Science and

Mathematics Education

Kirsi Tirri And Petri Nokelainen. (2011). Measuring Multiple Intelligences and

Moral Sensitivities In Education. Netherlands: Sense Publishers.

Koentjaraningrat. (2000). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Köken, E.. (2006). The effect of multiple intelligences based instruction on ninth graders chemistry achievement and attitudes towar chemistry. Thesis. Middle East Technical University: Secondary Science And Mathematics Education.

Mandali. (2010). Ngelmu Urip. Semarang: Yayasan Sekar jagad.

Marzano, R.J., Pickering, & McTighe. (1993). Assessing Student Outcomes:

Performance Assesment Using the Dimension of Learning Model.


(2)

Mulyati, A. (2005). Kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran kimia untuk mendukung pengembangan kompetensi calon guru. Laporan Penelitian. Mulyani, M. (2011). Keefektifan model pembelajaran menulis berbasis kearifan

budaya lokal yang berorientasi pendidikan karakter. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington: DC, National Academy Press.

National Research Council. (2000). Inquiry and the National Science Education

Standards: A Guide for Teaching and Learning. [Online]. Tersedia:

http://books.nap. edu/html/inquiry_addendum/notice.html. (Oktober 2011). National Science Teacher Association. (1998). Standars for Science Teacher

Preparation. National Science Teachers Association in Colaboration with

Association for the Educational of Teachers in Science.

National Science Teacher Association. (2003). Standars for Science Teacher

Preparation. National Science Teachers Association in Colaboration with

Association for the Educational of Teachers.

Nugent, G; Kunz, G; Levy, R and David Harwood; Carlon, D. (2008). “The impact of a field-based, inquiry-focused model of instruction on preservice teachers’ science learning and attitude”. Journal of Science Education.

124-537.

Nur, M. (2004). Penerapan ide-ide inovatif pendidikan MIPA dalam seting penelitian. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Pendidikan

MIPA yang diselenggarakan oleh FMIPA Unnes pada tanggal 28 Februari

2004.

Nuryati, N. (2010). Meningkatkan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematik mahasiswa melalui pembelajaran inkuiri. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Popham & Shepard. (2006). Makalah dipresentasikan di FAT SCASS di Austin. Tanggal 10 Oktober 2006. (Online). Tersedia: www.republicschools.org/docs/accountability/..../fastrattributes 04081. Akses tanggal 20 Juli 2008.

Pursitasari, I. D. (2012). Pengembangan perkuliahan dasar-dasar kimia analitik dengan open-ended eksperimen berbasis investigasi kelompok untuk meningkatkan kemampuan problem solving dan penguasaan materi


(3)

Purwadi. (2006). Babad Tanah Jawa, Menelusuri Sejarah Kejayaan Kehidupan

Jawa Kuno, Panji Pustaka Yogyakarta.

Redhana, I.W. (2009). Pengembangan program pembelajaran berbasis masalah terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran kimia siswa pada mata pelajaran kimia SMA. Disertasi SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ruiz-Primo, Maria Araceli and Erin Marie Furtak. (2007). Exploring teachers informal formative assesment practices and student understanding in the context of scientific inkuiri. Journal of Research in Science Teaching. 2007. 44 (1).

Rustaman, N.Y. (2007). Basic science inquiry in science education and its assessment. Makalah utama dipresentasikan pada sidang pleno The First

International Seminar of Science Education on “Science Education Facing against the challenge of the 21st century. di Auditorium FPMIPA UPI di

Bandung.

Rustaman, N.Y. (2010). “Pengembangan Pembelajaran Sains berbasis Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah”. Dalam Topik Hidayat et al., (Eds.). Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA.

Santosa, Imam B.(2010). Nasihat Hidup Orang Jawa. Diva Press yogyakarta. Santrock, J. W. (2008). Educational Psychology (Third edition). New York: MC

Graw Hill International Edition.

Sarwi. (2010). Pengembangan program pembelajaran gelombang sebagai wahana menumbuhkan berpikir kritis calon guru fisika. Disertasi pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Semiawan, C. (1994). Pendekatan Ketrampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan

Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Shearer, C.B. (2006). Using a Multiple Intelligences Assessment to Facilitate Teacher Development.

Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2004). Fundamental of

Analytical Chemistry. 8th. Ed. Canada: Brooks/ Cole-Thomson Learning Academic Resource.

Skoog, D. A. dan West. (1985). Principles of Instrument Analysis, 3 rd ed. New York: Sauders College Publishing.


(4)

Soebadio, H. (1995). Kirana. Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta: PT Intermasa.

Sriyati, S. (2011). Peran asesmen formatif dalam membentuk habits of mind mahasiswa biologi. Disertasi pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Stanley, W.B. & N. W. Brichouse. (2001). The multiculture question revisited.

Science Education. Vol 85(1).

Stepien, W dan Gallagher, S. (1993). Problem-based learning: As Authentic as It Gets, Educational Leadership.

Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company.

Suastra, I.W. (2005). Merekonstruksi sains asli (indigenous science) dalam rangka mengembangkan pendidikan sains berbasis budaya lokal di sekolah.

Disertasi UPI: tidak diterbitkan.

Sujana. (2005). Pembelajaran inkuiri pada bahan kajian unsur transisi periode keempat melalui kegiatan hands-on untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Tesis pada PPs UPI: tidak diterbitkan

Suratno, P. dan Astiyanto,H. (2009). Gusti Ora Sare, Yogyakarta: Adiwacana. Suryadi, L. (1993). Resol Megal Megol Fenomena Kosmogoni Jawa. Yogyakarta:

Andi offset.

Suryomentaram. (1985). Ajaran- ajaran Ki Ageng Suryomentaram. Jakarta: PT Idaya Press.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

The efect of problem-based active learning in science education of student academic achievement, attitude and concept learning. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education, 2007. 3(1), 71-81. Tersedia

(On Line): http: www.eimdte.pom.

Tilaar, H.A.R., dan Rian Nugroho. (2008). Kebijaksanaan Pendidikan: Pengantar

untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Pelajar

Trilling, B. and Paul Hood. (1999). Learning, technology, and education reform in the knowledge age. Educational Technology. Mey-Juni, 1999.


(5)

Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School

Science Teacher. Melbourne: Merril Publishing Company.

Wahyudi. (2003). Tinjauan aspek budaya pembelajaran IPA: pentingnya kurikulum IPA berbasis kebudayaan lokal. Tersedia: http://www.depdiknasgo.id/jurnal/editorial 40.htm

Wardani, S. (2011). Potensi budaya Jawa dalam meningkatkan muliple

intelligence mahasiswa calon guru kimia. Proceeding Seminar Nasional Kimia dan Pend. Kimia. Kerjasama UNDIP-UNNES-UNS, di UNS

Wardani, S. (2012). Analisis kelemahan eksplanasi mahasiswa kaitannya dengan budaya kerja dan pengembangan perkuliahan elektrometri di laboratorium.

Makalah seminar Nasional HKI ke-3. 10 maret 2012

Wardani, S. (2012). Internalisasi budaya Jawa dalam peningkatan kecerdasan

inter-intrapersonal mahasiswa calon guru kimia melalui pembelajaran

elektrometri berbasis aktivitas inkuiri laboratorium, Makalah seminar Nasional IPA 3. 26 mei 2012.

Wildan, I. (2010). Pengaruh pembelajaran inkuiri model silver terhadap kemampuan pemahaman matematis dan penalaran logis siswa sekolah menengah atas di kabupaten bandung. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Windschitl, W.R. (2004). “Meditteranian models for integrating environmental

education and earth sciences through earth system education”. Journal of Science Education. 216-0235

Wiyanto. (2005). Pengembangan kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan laboratorium fisika berbasis inkuiri bagi calon guru. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

YU, T.W. (2009). The moderation of liberal studies school based assessment scores: how to ensure fairness and reliability? International Education

Studies. Vol2, No 4. Tersedia:

http://ccsenet.org/journal/index.php/ies/article/viewFile/3589/3570. Diakses

tanggal 27 januari 2007.

Yuzhi Wang. (2003). Using problem-based learning in teaching analytical chemistry. http:/www/jce.divched.org/JCDLib. Akses tanggal 29 Desember 2009.

Zhang, G. (2002). “Using problem based learning and cooperative group learning


(6)

Zion, M and Sadeh, I. (2007). Curiosity and open inquiry learning. Journal

Biology Education, Autumn 2007. 41(4).

Zulfiani. (2006). Pengembangan program pembelajaran bioteknologi untuk meningkatkan kemampuan inkuiri calon guru. Disertasi pada SPs UPI: tidak diterbitkan.