PENGEMBANGAN ASESMEN TERINTEGRASI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PERKULIAHAN OPTIKA CALON GURU FISIKA.

(1)

Riskan Qadar, 2015

PENGEMBANGAN ASESMEN TERINTEGRASI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PERKULIAHAN OPTIKA CALON GURU FISIKA

Riskan Qadar (1007239)

ABSTRAK

Studi dengan desain eksperimen terintegrasi dilakukan untuk menghasilkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri dengan penekanan pada data kuantitatif, yang melibatkan sejumlah (n=32 & 33) calon guru Fisika di sebuah LPTK di Provinsi Kalimantan Timur pada perkuliahan optika. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kemampuan berinkuiri (observasi, manipulasi, generalisasi, verifikasi, dan aplikasi) dalam bentuk rubrik, lembar observasi (aspek afektif: menerima, menanggapi, menghargai, organisasi, karakterisasi), tes penguasaan optika saat pembelajaran (esai) sebagai asesmen formatif, tes kemampuan optika setelah perkuliahan secara keseluruhan (pilihan ganda) sebagai asesmen sumatif, dan tes penalaran formal (Test of Logical Thinking, TOLT). Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara, analisis dokumen, dan angket. Keterampilan yang dapat dimiliki calon guru adanya kemampuan berupa mengidentifikasi masalah pada saat melakukan investigasi, mendesain dan melakukan investigasi ilmiah, membangun hukum-hukum dasar secara empiris dengan bukti dan logika berdasarkan proses induksi, dapat mengkomunikasikan temuan dengan argumen ilmiah, dan dapat menggunakan matematika selama investigasi. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa penggunaan asesmen aspek afektif, kemampuan berinkuiri, formatif, dan sumatif memiliki peran memperbaiki pembelajaran, namun belum konsisten muncul sesuai dengan yang direncanakan. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan instrumen asesmen formatif untuk semua materi optika, instrumen aspek afektif, instrumen kemampuan inkuiri dinyatakan valid (dengan skor tes di atas skor tabel) dan reliabel (dengan skor di atas batas penerimaan). Selain itu hasil implementasi menunjukkan bahwa instrumen asesmen sumatif valid dan reliabel, dan terdapat peningkatan N-gain dengan rata-rata 0,46 (46%) kategori sedang dan peningkatan berpikir logis, serta terdapat korelasi antara penguasaan konsep optika dengan penalaran formal secara signifikan.


(2)

DEVELOPMENT OF ASSESSMENT EMBEDDED INQUIRY LEARNING OF OPTICS COURSE FOR PRESERVICE PHYSICS TEACHER

Riskan Qadar (1007239)

ABSTRACT

A study using mixed methods through an embedded experimental design as assessment development model was conducted to develop an embedded assessment of inquiry learning in the course of optics for preservice physics teachers. The study involved a number of (n=33) preservice teachers as an experimental class and (n=32) preservice teachers as trial class taken from Physics study program an LPTK in East Kalimantan Province. Quantitative data was collected by using instruments of inquiry capabilities (observation, manipulation, generalization, verification, application) in the form of rubrics, observation sheet for affective aspects (receiving, responding, valuing, organization and characterization), optics mastery essay tests during instruction (formative assessment), multiple choice test for the optics mastery after the instruction (summative assessment), and formal reasoning tests (TOLT). Qualitative data was collected through interviews, document analysis, and questionnaires. Preservice teachers skills consisted of capability to identify investigation problems, design and conducting a scientific investigations, establishing empirical laws on the basis of evidence and logic based on the process of induction, able to communicate the findings as a scientific argument, and using mathematics during investigations. The results of the qualitative analysis showed that the use of assessment of affective aspects, the inquiry ability, formative, and summative roles improve learning, but have not consistently been performed as planned. The results of quantitative analysis showed that the formative assessment instrument for all optics, instrument categorized in affective aspect, and instrument inquiry ability were declared valid (by a score above r table) and reliable (with scores above the limit of reception) respectively. Other findings after implementation instruction among others were as follows. Summative assessment instrument was valid and reliable, and the use of it resulted in an increase N-gain with a mean 0,46 (46%) category of medium and further it was found that there is a significant relationship between optics concept mastery with the formal reasoning.


(3)

Riskan Qadar, 2015

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Definisi Operasional ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Asesmen dalam Pembelajaran Inkuiri... 13

B. Asesmen ... 14

C. Domain Kognitif, Afektif, dan tentang Kemampuan Berinkuiri 18 1. Taksonomi Afektif ... 19

2. Taksonomi Kognitif ... 22

3. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains ... 24

D. Teori Piaget dan Penalaran Logis ... 29

E. Kajian Teoretis Hasil Penelitian Asesmen ... 33

F. Teori Belajar Sebagai Penerapan Pendidikan Sains dan Pembaharuan Berbasis Inkuiri ... 35

G. Materi Optika di LPTK dan Sekolah Menengah ... 37

1. Lensa Tipis ... 42

2. Kamera dan mata manusia (cacat mata) ... 47

3. Lup, Mikroskop, dan Teleskop ... 52

4. Interferensi Cahaya Dua Celah ... 56

5. Difraksi Cahaya Celah Tunggal ... 58


(4)

Halaman

BAB III PENDEKATAN PENELITIAN ... 62

A. Paradigma dan Desain Penelitian ... 62

1. Paradigma Penelitian ... 62

2. Desain Penelitian ... 64

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

C. Subjek Penelitian ... 67

D. Instrumen Penelitian ... 67

E. Teknik Pengumpulan Data ... 69

1. Pengumpulan Data sebelum Proses Pembelajaran... 69

2. Pengumpulan Data saat Perkuliahan ... 69

3. Pengumpulan Data sesudah Proses Perkuliahan ... 70

F. Teknik Analisis Data ... 71

G. Tahap Pengembangan Desain ... 75

1. Pembuatan Silabus dan SAP ... 75

2. Pembuatan Instrumen ... 76

3. Hasil pada Tahap Validasi ... 77

4. Hasil Tahap Pengembangan Asesmen ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Hasil Studi Pendahuluan ... 84

B. Pelaksanaan Asesmen ... 88

C. Hasil Tahap Implementasi Asesmen ... 91

1. Karakteristik Model Asesmen ... 91

2. Aspek Kognitif Materi Optika ... 94

3. Aspek Afektif Calon guru ... 96

4. Aspek Kemampuan Berinkuiri Calon Guru Fisika ... 97

5. Penguasaan Konsep Materi Optika ... 98

6. Level Pendekatan Pembelajaran Inkuiri yang Digunakan terhadap Penguasaan Konsep Materi Optika ... 103

7. Hubungan Kemampuan Penalaran Logis dengan Penguasaan Konsep Materi Optika ... 105

D. Analisis Data Pencapaian Calon Guru ... 108

1. Aspek Kognitif Calon Guru Selama Perkuliahan ... 108


(5)

Riskan Qadar, 2015

5. Hubungan Kemampuan Penalaran Logis dengan

Penguasaan Konsep Materi Optika ... 143

Halaman 6. Tanggapan Calon Guru dan Dosen ... 146

E. Pembahasan Hasil Implementasi ... 147

1. Karakteristik Model Asesmen ... 148

2. Instrumen Aspek Kognitif Materi Optika Tes Model Esai (Asesmen Formatif) ... 151

3. Instrumen Aspek Afektif ... 154

4. Instrumen Aspek Kemampuan Berinkuiri ... 156

5. Penguasaan Konsep Optika Calon Guru (Asesmen Sumatif) 159 6. Kemampuan Penalaran Logis Calon Guru ... 163

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 174

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 174

B. Implikasi Penelitian ... 178

C. Saran ... 178


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator dan kata kerja pada aspek afektif ... 20

2.2 Dimensi Pengetahuan Revisi Bloom ... 23

2.3 Dimensi Proses Kognitif Revisi Bloom ... 23

2.4 Pendekatan, tujuan pedagogik, dan deskripsi inkuiri ...25

2.5 Perbedaan antara cookbook labs dengan inquiry labs ... 29

2.6 Matriks pengetahuan dan proses kognitif SK dan KD untuk materi optika fisika SMP, SMA, dan SMK ... 39

2.7 Hubungan materi perkuliahan optika dan penelitian dengan Pendekatan pembelajaran ... 41

3.1 Data dan instrumen yang diperlukan pada penelitian Pengembangan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri ... 68

3.2 Tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri ... 76

3.3 Karakteristik instrumen kemampuan kognitif hasil uji coba Tes objektif ... 79

3.4 Sebaran item soal pilihan ganda menurut tingkat kemudahan, daya pembeda, dan signifikansi ... 80

3.5 Validitas hasil uji coba instrumen kemampuan kognitif tes esai .... 80

3.6 Validasi hasil uji coba instrumen aspek afektif ... 81

3.7 Data hasil uji coba dan analisis instrumen kemampuan berinkuiri . 83 4.1 Identifikasi penguasaan materi optika oleh calon guru fisika ... 86

4.2 Hasul uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor aspek kognitif yang terintegrasi pembelajaran inkuiri ... 94

4.3 Hasil analisis deskriptif asesmen kognitif terintegrasi pembelajaran inkuri ... 95

4.4 Ketercapaian aspek afektif tiap pendekatan pembelajaran inkuiri... 96

4.5 Ketercapaian aspek kemampuan berinkuiri tiap pendekatan pembelajaran inkuiri ... 98

4.6 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan skor akhir pembelajaran inkuiri pendekatan DemInter 1 dan DemInter 2 ... 99


(7)

Riskan Qadar, 2015

4.8 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan skor akhir pendekatan PemIkir 1 dan PemIkir 2 ...100 4.9 Hasil uji t dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan

skor tes akhir pembelajaran inkuiri pendekatan PemIkir 1 dan 2 ...101

Tabel Halaman

4.10 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes

awal dan skor akhir pembelajaran inkuiri pendekatan labikir 1 dan 2102 4.11 Hasil uji t dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan

skor tes akhir pembelajaran inkuiri pendekatan labikir 1 dan 2 ... 103 4.12 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes

awal dan skor akhir pembelajaran inkuiri ... 103 4.13 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan rerata

skor tes akhir tiap pendekatan pembelajaran inkuiri ...104 4.14 Output hasil One Way ANOVA ... 105 4.15 Hasil uji normalitas penalaran logis calon guru fiska

menggunakan program SPSS 20 ... 106 4.16 Hasil analisis korelasi antara skor kemampuan kognitif dengan

penalaran logis calon guru fisika ... 107 4.17 Data perubahan level berpikr logis antara tes awal dan akhir ... 108 4.18 Persentase kategori aspek afektif yang muncul pada calon guru

Berdasarkan materi optika dan pendekatan pembelajaran ... 118 4.19 Hirarki pembelajaran sains berorientasi inkuiri. Tingkat

pengalaman intelektual dan lokus kontrol berbeda tiap pendekatan 134 4.20 Rata-rata skor dan skor total tes awal, tes akhir, dan N-gain

materi optika ... 143 4.21 Frekuensi capaian model penalaran logis calon guru laki-laki dan

Perempuan... 144 4.22 Data perubahan level penalaran logis antara tes awal dan akhir .... 144 4.23 Hasil analisis korelasi antara skor kemampuan kognitif dengan

penalaran logis calon guru fisika... 145 4.24 Rekapitulasi tanggapan calon guru terhadap kelayakan materi dan

proses belajar mengajar ... 146 4.25 Data perubahan penalaran logis berdasarkan kelompok atas dan

bawah tiap pembelajaran pendekatan inkuiri ... 169 4.26 Perolehan kriteria skor tiap pendekatan inkuiri dan model

penalaran logis calon guru... 171


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan kajian penelitian tentang asesmen ... 33

2.2 Jenis-jenis lensa (a) lensa cembung dua, (b) lensa cembung datar, (c) lensa cembung cekung, (d) lensa cekung dua, (e) lensa cekung datar, (f) lensa cekung cembung ... 42

2.3 Sifat sinar yang melewati lensa berdasarkan hukum Snell dan sinar tidak mengumpul di satu titik fokus karena aberasi sferis... 43

2.4 Posisi titik fokus pertama dan kedua (F1 dan F2) sebuah lensa tipis konvergen dan divergen... 44

2.5 Tiga sinar pembentuk bayangan pada lensa cembung dan cekung. 45

2.6 Proses pembentukan bayangan pada kamera... 47

2.7 Mata dan sel batang (rod) dan sel kerucut (cone) pada retina... 48

2.8 Jenis astigmatisme miopia dan cara membetulkannya ... 49

2.9 Mata miopia dan kacamata lensa cekung ... 50

2.10 Mata hiperopia dan kacamata lensa cembung ... 51

2.11 Sebuah benda diletakkan pada titik dekat (p = 25 cm) dan sebuah lup di depan benda ... 52

2.12 Skema percobaan interferensi cahaya dua celah oleh Young dan pola garis gelap-terang yang terjadi pada layar ... 56

2.13 Diagram representasi sebuah analisis terjadinya interferensi cahaya monokromatik pada garis terang ke m pada layar... 57

2.14 Variasi terbentuknya garis terang dan garis gelap pada layar berdasarkan fase panjang gelombang yang bertemu di layar ... 57

2.15 Skema percobaan (a) difraksi Fresnel, (b) difraksi Frounhofer ... 59

2.16 Skema percobaan pola difraksi Fraunhofer yang terbentuk pada layar ... 59

2.17 Memperlihatkan ketika cahaya melewati kisi difraksi... 60

3.1 Paradigma penelitian ... 63

3.2 Desain asesmen terintegrasi saat perkuliahan ... 64

3.3 Desain penelitian terintegrasi model eksperimen terintegrasi... 66 3.4 Tahap implementasi model asesmen menggunakan desain


(9)

Riskan Qadar, 2015

4.2 Grafik rata-rata persentase skor tiap nomor materi optika ... 110 4.3 Grafik jumlah rata-rata persentase skor tiap materi optika ... 110 4.4 Soal yang terdiri benda dan bayangan dan jawaban calon guru ... 111

Gambar Halaman

4.5 Sinar-sinar pembentuk bayangan dari ujung-ujung benda menuju bayangan yang memotong sumbu utama menunjukkan letak lensa. 112 4.6 Hubungan aspek menerima, menanggapi, menghargai, organisasi,

dan karaterisasi tiap pendekatan pembelajaran dan materi optika .... 121 4.7 Rata-rata persentase skor rubrik kemampuan berinkuiri tiap

pendekatan pembelajaran... 122 4.8 Dua posisi lensa yang terletak antara benda dan layar ... 131 4.9 Rerata skor aktifitas kemampuan berinkuiri terhadap pendekatan

pembelajaran DemInter, PemIkir, dan labikir... 132 4.10 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 135 4.11 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 136 4.12 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 137 4.13 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 138 4.14 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 139 4.15 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 141 4.16 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 142


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

2 Pembuktian persamaan-persamaan optika ... 183 3.1a Instrumen kognitif tes objektif optika; validasi tahap 1 oleh ahli .... 191 3.1b Instrumen kognitif tes objektif optika; tahap 2 untuk uji coba dan

rekomendasi hasil uji coba ... 209 3.1c Instrumen kognitif tes objektif optika; tahap 3 untuk uji

implementasi dan rekomendasi hasil uji implementasi ... 227 3.2a Instrumen kognitif lensa tipis tahap 1; validasi oleh ahli ... 241 3.2b Instrumen kognitif lensa tipis tahap 2; hasil uji coba untuk uji

implementasi... 248 3.2c Instrumen kognitif kamera dan cacat mata tahap 1; validasi ahli .... 254 3.2d Instrumen kognitif kamera dan cacat mata tahap 2; hasil perbaikan

untuk uji implementasi ... 260 3.2e Instrumen kognitif materi lup/mikroskop/teleskop tahap 1; validasi

ahli... 266 3.2f Instrumen kognitif materi lup/mikroskop/teleskop tahap 2; hasil

Perbaikan untuk uji implementasi... 273 3.3a Instrumen afektif; tahap 1 validasi oleh ahli ... 280 3.3b Instrumen afektif; tahap 2 hasil perbaikan untuk uji implementasi 282 3.4a Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan labikir materi lens

tipis, tahap 1 validasi oleh ahli ... 284 3.4b Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan labkir materi lensa

tipis, tahap 2 hasil perbaikan untuk uji implementasi ... 288 3.4c Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan PemIkir materi

kamer dan cacat mata, tahap 1 validasi oleh ahli ... 291 3.4d Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan PemIkir materi

kamera dan cacat mata, tahap 2 hasil perbaikan untuk uji

implementasi ... 296 3.4e Instrumen kemampuan berinkuiri materi lup/mikroskop/teleskop


(11)

Riskan Qadar, 2015

3.5a SAP materi lensa tipis pendekatan labikir ... .317 3.5b SAP materi kamera dan cacat mata pendekatan PemIkir ... 321 3.5c SAP materi lup, mikroskop, teleskop ... 327

Lampiran Halaman

3.6 Rekap hasil analisis uji coba butir soal penguasaan kognitif ... 333 3.7 Data hasil uji coba instrumen kognitif model esai ... 334 3.8a-c Data hasil uji coba aspek afektif pendekatan DemInter ... 340 3.9a-f Data analisis uji coba instrumen kemampuan berinkuiri materi lup,

mikroskop, teleskop ... 343 4.1 Data hasil implementasi skor asesmen formatif tiap pendekatan

pembelajaran inkuiri ... 349 4.2a-f Data hasil implementasi instrumen aspek afektif ... 350 4.3a-f Data hasil implementasi skor asesmen kemampuan berinkuiri

materi lup, mikroskop, dan teleskop ... 356 4.4a-d Data hasil implementasi tes awal dan tes akhir ... 362 4.5a-c Data skor rerata tes akhir tiap pendekatan, skor total, dan skor TOLT


(12)

i

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Definisi Operasional ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Asesmen dalam Pembelajaran Inkuiri... 13

B. Asesmen ... 14

C. Domain Kognitif, Afektif, dan tentang Kemampuan Berinkuiri 18 1. Taksonomi Afektif ... 19

2. Taksonomi Kognitif ... 22

3. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains ... 24

D. Teori Piaget dan Penalaran Logis ... 29

E. Kajian Teoretis Hasil Penelitian Asesmen ... 33

F. Teori Belajar Sebagai Penerapan Pendidikan Sains dan Pembaharuan Berbasis Inkuiri ... 35

G. Materi Optika di LPTK dan Sekolah Menengah ... 37

1. Lensa Tipis ... 42

2. Kamera dan mata manusia (cacat mata) ... 47

3. Lup, Mikroskop, dan Teleskop ... 52


(13)

Riskan Qadar, 2015

Halaman

BAB III PENDEKATAN PENELITIAN ... 62

A. Paradigma dan Desain Penelitian ... 62

1. Paradigma Penelitian ... 62

2. Desain Penelitian ... 64

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

C. Subjek Penelitian ... 67

D. Instrumen Penelitian ... 67

E. Teknik Pengumpulan Data ... 69

1. Pengumpulan Data sebelum Proses Pembelajaran... 69

2. Pengumpulan Data saat Perkuliahan ... 69

3. Pengumpulan Data sesudah Proses Perkuliahan ... 70

F. Teknik Analisis Data ... 71

G. Tahap Pengembangan Desain ... 75

1. Pembuatan Silabus dan SAP ... 75

2. Pembuatan Instrumen ... 76

3. Hasil pada Tahap Validasi ... 77

4. Hasil Tahap Pengembangan Asesmen ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Hasil Studi Pendahuluan ... 84

B. Pelaksanaan Asesmen ... 88

C. Hasil Tahap Implementasi Asesmen ... 91

1. Karakteristik Model Asesmen ... 91

2. Aspek Kognitif Materi Optika ... 94

3. Aspek Afektif Calon guru ... 96

4. Aspek Kemampuan Berinkuiri Calon Guru Fisika ... 97

5. Penguasaan Konsep Materi Optika ... 98

6. Level Pendekatan Pembelajaran Inkuiri yang Digunakan terhadap Penguasaan Konsep Materi Optika ... 103

7. Hubungan Kemampuan Penalaran Logis dengan Penguasaan Konsep Materi Optika ... 105

D. Analisis Data Pencapaian Calon Guru ... 108

1. Aspek Kognitif Calon Guru Selama Perkuliahan ... 108

2. Aspek Afektif Calon Guru Selama Perkuliahan ... 117

3. Aspek Kemampuan Berinkuiri Calon Guru Selama Perkuliahan ... 122

4. Aspek Kognitif Penguasaan Konsep ... 134

5. Hubungan Kemampuan Penalaran Logis dengan Penguasaan Konsep Materi Optika ... 143


(14)

iii

Halaman

6. Tanggapan Calon Guru dan Dosen ... 146

E. Pembahasan Hasil Implementasi ... 147

1. Karakteristik Model Asesmen ... 148

2. Instrumen Aspek Kognitif Materi Optika Tes Model Esai (Asesmen Formatif) ... 151

3. Instrumen Aspek Afektif ... 154

4. Instrumen Aspek Kemampuan Berinkuiri ... 156

5. Penguasaan Konsep Optika Calon Guru (Asesmen Sumatif) 159 6. Kemampuan Penalaran Logis Calon Guru ... 163

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 174

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 174

B. Implikasi Penelitian ... 178

C. Saran ... 178


(15)

Riskan Qadar, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator dan kata kerja pada aspek afektif ... 20

2.2 Dimensi Pengetahuan Revisi Bloom ... 23

2.3 Dimensi Proses Kognitif Revisi Bloom ... 23

2.4 Pendekatan, tujuan pedagogik, dan deskripsi inkuiri ...25

2.5 Perbedaan antara cookbook labs dengan inquiry labs ... 29

2.6 Matriks pengetahuan dan proses kognitif SK dan KD untuk materi optika fisika SMP, SMA, dan SMK ... 39

2.7 Hubungan materi perkuliahan optika dan penelitian dengan Pendekatan pembelajaran ... 41

3.1 Data dan instrumen yang diperlukan pada penelitian Pengembangan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri ... 68

3.2 Tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri ... 76

3.3 Karakteristik instrumen kemampuan kognitif hasil uji coba Tes objektif ... 79

3.4 Sebaran item soal pilihan ganda menurut tingkat kemudahan, daya pembeda, dan signifikansi ... 80

3.5 Validitas hasil uji coba instrumen kemampuan kognitif tes esai .... 80

3.6 Validasi hasil uji coba instrumen aspek afektif ... 81

3.7 Data hasil uji coba dan analisis instrumen kemampuan berinkuiri . 83 4.1 Identifikasi penguasaan materi optika oleh calon guru fisika ... 86

4.2 Hasul uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor aspek kognitif yang terintegrasi pembelajaran inkuiri ... 94

4.3 Hasil analisis deskriptif asesmen kognitif terintegrasi pembelajaran inkuri ... 95

4.4 Ketercapaian aspek afektif tiap pendekatan pembelajaran inkuiri... 96

4.5 Ketercapaian aspek kemampuan berinkuiri tiap pendekatan pembelajaran inkuiri ... 98

4.6 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan skor akhir pembelajaran inkuiri pendekatan DemInter 1 dan DemInter 2 ... 99

4.7 Hasil uji t dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan skor tes akhir pembelajaran inkuiri pendekatan DemInter 1 dan DemInter 2 ...100

4.8 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan skor akhir pendekatan PemIkir 1 dan PemIkir 2 ...100


(16)

v

4.9 Hasil uji t dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan skor tes akhir pembelajaran inkuiri pendekatan PemIkir 1 dan 2 ...101

Tabel Halaman

4.10 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes

awal dan skor akhir pembelajaran inkuiri pendekatan labikir 1 dan 2102 4.11 Hasil uji t dengan program SPSS versi 20 dan skor tes awal dan

skor tes akhir pembelajaran inkuiri pendekatan labikir 1 dan 2 ... 103 4.12 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan skor tes

awal dan skor akhir pembelajaran inkuiri ... 103 4.13 Hasil uji normalitas dengan program SPSS versi 20 dan rerata

skor tes akhir tiap pendekatan pembelajaran inkuiri ...104 4.14 Output hasil One Way ANOVA ... 105 4.15 Hasil uji normalitas penalaran logis calon guru fiska

menggunakan program SPSS 20 ... 106 4.16 Hasil analisis korelasi antara skor kemampuan kognitif dengan

penalaran logis calon guru fisika ... 107 4.17 Data perubahan level berpikr logis antara tes awal dan akhir ... 108 4.18 Persentase kategori aspek afektif yang muncul pada calon guru

Berdasarkan materi optika dan pendekatan pembelajaran ... 118 4.19 Hirarki pembelajaran sains berorientasi inkuiri. Tingkat

pengalaman intelektual dan lokus kontrol berbeda tiap pendekatan 134 4.20 Rata-rata skor dan skor total tes awal, tes akhir, dan N-gain

materi optika ... 143 4.21 Frekuensi capaian model penalaran logis calon guru laki-laki dan

Perempuan... 144 4.22 Data perubahan level penalaran logis antara tes awal dan akhir .... 144 4.23 Hasil analisis korelasi antara skor kemampuan kognitif dengan

penalaran logis calon guru fisika... 145 4.24 Rekapitulasi tanggapan calon guru terhadap kelayakan materi dan

proses belajar mengajar ... 146 4.25 Data perubahan penalaran logis berdasarkan kelompok atas dan

bawah tiap pembelajaran pendekatan inkuiri ... 169 4.26 Perolehan kriteria skor tiap pendekatan inkuiri dan model


(17)

Riskan Qadar, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan kajian penelitian tentang asesmen ... 33

2.2 Jenis-jenis lensa (a) lensa cembung dua, (b) lensa cembung datar, (c) lensa cembung cekung, (d) lensa cekung dua, (e) lensa cekung datar, (f) lensa cekung cembung ... 42

2.3 Sifat sinar yang melewati lensa berdasarkan hukum Snell dan sinar tidak mengumpul di satu titik fokus karena aberasi sferis... 43

2.4 Posisi titik fokus pertama dan kedua (F1 dan F2) sebuah lensa tipis konvergen dan divergen... 44

2.5 Tiga sinar pembentuk bayangan pada lensa cembung dan cekung. 45

2.6 Proses pembentukan bayangan pada kamera... 47

2.7 Mata dan sel batang (rod) dan sel kerucut (cone) pada retina... 48

2.8 Jenis astigmatisme miopia dan cara membetulkannya ... 49

2.9 Mata miopia dan kacamata lensa cekung ... 50

2.10 Mata hiperopia dan kacamata lensa cembung ... 51

2.11 Sebuah benda diletakkan pada titik dekat (p = 25 cm) dan sebuah lup di depan benda ... 52

2.12 Skema percobaan interferensi cahaya dua celah oleh Young dan pola garis gelap-terang yang terjadi pada layar ... 56

2.13 Diagram representasi sebuah analisis terjadinya interferensi cahaya monokromatik pada garis terang ke m pada layar... 57

2.14 Variasi terbentuknya garis terang dan garis gelap pada layar berdasarkan fase panjang gelombang yang bertemu di layar ... 57

2.15 Skema percobaan (a) difraksi Fresnel, (b) difraksi Frounhofer ... 59

2.16 Skema percobaan pola difraksi Fraunhofer yang terbentuk pada layar ... 59

2.17 Memperlihatkan ketika cahaya melewati kisi difraksi... 60

3.1 Paradigma penelitian ... 63

3.2 Desain asesmen terintegrasi saat perkuliahan ... 64

3.3 Desain penelitian terintegrasi model eksperimen terintegrasi... 66

3.4 Tahap implementasi model asesmen menggunakan desain one group pretest-posttest design ... 67

4.1 Skor minimum dan maksimum perolehan instrumen asesmen kognitif ... 95

4.2 Grafik rata-rata persentase skor tiap nomor materi optika ... 110


(18)

vii

4.4 Soal yang terdiri benda dan bayangan dan jawaban calon guru ... 111

Gambar Halaman

4.5 Sinar-sinar pembentuk bayangan dari ujung-ujung benda menuju bayangan yang memotong sumbu utama menunjukkan letak lensa. 112 4.6 Hubungan aspek menerima, menanggapi, menghargai, organisasi,

dan karaterisasi tiap pendekatan pembelajaran dan materi optika .... 121 4.7 Rata-rata persentase skor rubrik kemampuan berinkuiri tiap

pendekatan pembelajaran... 122 4.8 Dua posisi lensa yang terletak antara benda dan layar ... 131 4.9 Rerata skor aktifitas kemampuan berinkuiri terhadap pendekatan

pembelajaran DemInter, PemIkir, dan labikir... 132 4.10 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 135 4.11 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 136 4.12 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 137 4.13 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 138 4.14 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 139 4.15 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 141 4.16 Diagram pencar skor tes akhir dan tes awal dan diagram pencar

skor N-Gain dan skor tes akhir ... 142


(19)

Riskan Qadar, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

2 Pembuktian persamaan-persamaan optika ... 183 3.1a Instrumen kognitif tes objektif optika; validasi tahap 1 oleh ahli .... 191 3.1b Instrumen kognitif tes objektif optika; tahap 2 untuk uji coba dan

rekomendasi hasil uji coba ... 195 3.1c Instrumen kognitif tes objektif optika; tahap 3 untuk uji

implementasi dan rekomendasi hasil uji implementasi ... 201 3.2a Instrumen kognitif lensa tipis tahap 1; validasi oleh ahli ... 206 3.2b Instrumen kognitif lensa tipis tahap 2; hasil uji coba untuk uji

implementasi... 210 3.2c Instrumen kognitif kamera dan cacat mata tahap 1; validasi ahli .... 213 3.2d Instrumen kognitif kamera dan cacat mata tahap 2; hasil perbaikan

untuk uji implementasi ... 216 3.2e Instrumen kognitif materi lup/mikroskop/teleskop tahap 1; validasi

ahli... 219 3.2f Instrumen kognitif materi lup/mikroskop/teleskop tahap 2; hasil

Perbaikan untuk uji implementasi... 222 3.3a Instrumen afektif; tahap 1 validasi oleh ahli ... 225 3.3b Instrumen afektif; tahap 2 hasil perbaikan untuk uji implementasi 226 3.4a Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan labikir materi lens

tipis, tahap 1 validasi oleh ahli ... 227 3.4b Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan labkir materi lensa

tipis, tahap 2 hasil perbaikan untuk uji implementasi ... 229 3.4c Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan PemIkir materi

kamer dan cacat mata, tahap 1 validasi oleh ahli ... 231 3.4d Instrumen kemampuan berinkuiri pendekatan PemIkir materi

kamera dan cacat mata, tahap 2 hasil perbaikan untuk uji

implementasi ... 233 3.4e Instrumen kemampuan berinkuiri materi lup/mikroskop/teleskop

Pendekatan DemInter, tahap 1 validasi ahli ... 235 3.4f Instrumen kemampuan berinkuiri materi lup/mikroskop/teleskop

pendekatan DemInter, tahap 2 hasil perbaikan untuk uji

implementasi... 237 3.5a SAP materi lensa tipis pendekatan labikir ... .239 3.5b SAP materi kamera dan cacat mata pendekatan PemIkir ... 242


(20)

ix

3.5c SAP materi lup, mikroskop, teleskop ... 245

Lampiran Halaman

3.6 Rekap hasil analisis uji coba butir soal penguasaan kognitif ... 248 3.7 Data hasil uji coba instrumen kognitif model esai ... 249 3.8a-c Data hasil uji coba aspek afektif pendekatan DemInter ... 255 3.9a-f Data analisis uji coba instrumen kemampuan berinkuiri materi lup,

mikroskop, teleskop ... 258 4.1 Data hasil implementasi skor asesmen formatif tiap pendekatan

pembelajaran inkuiri ... 264 4.2a-f Data hasil implementasi instrumen aspek afektif ... 265 4.3a-f Data hasil implementasi skor asesmen kemampuan berinkuiri

materi lup, mikroskop, dan teleskop ... 271 4.4a-d Data hasil implementasi tes awal dan tes akhir ... 277 4.5a-c Data skor rerata tes akhir tiap pendekatan, skor total, dan skor TOLT


(21)

Riskan Qadar, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan metode agar tujuan pembelajaran tercapai dan saat ini berbagai metode pembelajaran telah digunakan. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru dan ada yang berpusat pada siswa. Landasan teori yang mendukung metode pembelajaran yang berpusat pada guru adalah teori belajar sosial, behavioral, dan pemrosesan informasi. Adapun landasan teori yang mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah teori kognitif dan konstruktif. Dari kedua metode pembelajaran ini peran guru dan siswa berbeda untuk menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Di antara metode yang telah digunakan yakni ekspositori dan inkuiri.

Pembelajaran matakuliah fisika selama ini pada Program Studi Pendidikan Fisika di salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di Kalimantan Timur masih didominasi metode ekspositori (hasil studi pendahuluan). Seringnya digunakan metode ini dalam pembelajaran karena memiliki kemudahan dalam tataran operasional. Adapun pendekatan pembelajaran inkuiri memiliki karakteristik tersenidiri dalam langkah-langkah pembelajaran. Pendekatan ini salah satunya telah dikembangkan oleh Wenning (2005) yang memperkenalkan tingkat-tingkat pembelajaran inkuiri dalam sains dengan urutan terstruktur. Tingkatan pembelajaran inkuiri tersebut adalah: (a) pembelajaran discovery, (b) demonstrasi interaktif, (c) pembelajaran inkuiri, (d) laboratorium inkuiri, dan (e) inkuiri hipotetis. Masing-masing tingkatan inkuiri ini memiliki tingkat keterlibatan intelektual siswa yang bervariasi. Tingkat keterlibatan intelektual siswa yang paling rendah ada pada tingkat pembelajaran discovery dan selanjutnya mengalami peningkatan keterlibatan intelektual paling tinggi ada pada tingkat inkuiri hipotetis. Setiap tingkatan inkuiri pendekatan pembelajaran sains ini juga memiliki jenis-jenis keterampilan proses sains tersendiri. Adapun peran guru paling tinggi ada pada tingkatan pembelajaran discovery dan paling rendah ada pada tingkatan inkuiri hipotetis.


(22)

2

Peningkatan kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif pada materi fisika bagi calon guru diperlukan untuk mengatasi masalah pembelajaran. Peningkatan ini dapat diketahui menggunakan asesmen. Agar asesmen yang digunakan bersifat komprehensif dalam pembelajaran untuk tiga kompetensi, maka digunakan asesmen yang terintegrasi pada pembelajaran.

Selama ini, asesmen yang digunakan untuk memantau kemajuan hasil belajar lebih terfokus pada pengukuran kemajuan aspek kognitif mahasiswa dan cenderung mengabaikan kemajuan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Pelaksanaan asesmen dan evaluasi hanya dilakukan pada ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan tugas-tugas yang diberikan secara dadakan dalam bentuk pekerjaan rumah (homework) untuk pemahaman aspek kognitif. Salah satu kelemahan asesmen yang hanya dilakukan pada UTS dan UAS tidak dapat digunakan secara akurat untuk tujuan perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung karena hanya bertujuan sebagai evaluasi hasil belajar mahasiswa dalam perkuliahan. Keberadaan evaluasi hanya UTS dan UAS mengharuskan calon guru hadir dalam ujian. Catatan kehadiran dan peningkatan kemajuan selama perkuliahan berlangsung tidak menjadi bahan pertimbangan bagi penilai.

Pendekatan pembelajaran dan teknik asesmen di atas menyebabkan pembelajaran tidak mampu melihat kemajuan pemahaman mahasiswa tentang materi optika yang dipelajari. Untuk mengetahui kemajuan belajar calon guru fisika sangat diperlukan asesmen yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah asesmen tersebut dapat saling berhubungan atau terintegrasi satu satu sama lain seperti yang diungkapkan oleh Shaw & Nagashima (2009), bahwa peningkatan aspek afektif dan aspek psikomotor akan berkorelasi pada peningkatan aspek kognitif. Hasil penelitian Shaw dan Nagashima tersebut menemukan bahwa prestasi siswa dapat meningkat melalui asesmen kinerja sains dalam kelas berbasis inkuiri.


(23)

Riskan Qadar, 2015

siswa dalam berpikir, yakni kemampuan berpikir proporsional, pengontrolan variabel, probabilitas, korelasional, dan kombinatorial. Lima penalaran formal ini dibagi dalam bentuk tiga kategori berupa kemampuan berpikir konkret, transisional, dan penalaran formal. Hal ini diperkuat dengan studi awal yang dilakukan pada mahasiswa pendidikan fisika angkatan 2010 dengan menggunakan tes kemampuan berpikir logis (the test of logical thinking) yang dapat digunakan untuk tujuan studi. Data yang diperoleh dari calon guru sebanyak 51 orang mahasiswa dari dua kelas yang akan memprogramkan perkuliahan optika secara garis besar terdiri 39% mahasiswa memiliki kemampuan berpikir konkret, 45% mahasiswa memiliki kemampuan berpikir transisional, dan 16% mahasiswa memiliki kemampuan berpikir formal. Selain itu dilakukan pula studi lapangan berupa wawancara langsung pada dosen pengajar dan mahasiswa angkatan 2009 yang pernah mengikuti perkuliahan optika dan pelaksanaan praktikum optika di laboratorium. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode ekspositori dan konten materi optika tidak seluruhnya tercakup pada perkuliahan yang disebabkan karena terbatasnya waktu. Begitu pula dengan kegiatan praktikum optika tidak sempat terlaksana karena keterbatasan ruangan dan waktu di laboratorium. Keterbatan ini disebabkan hanya satu ruang laboratorium dan digunakan untuk melakukan praktek fisika dasar oleh empat program studi, yakni: Prodi Fisika, Prodi Biologi, Prodi Kimia, dan Prodi Matematika. Akibatnya praktek untuk matakuliah fisika lanjut dinyatakan tidak dapat dilakukan.

Seorang pengajar yang menggunakan asesmen dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas ataupun di laboratorium cenderung akan semakin meningkatkan hasil belajar itu sendiri. Hal ini, dikarenakan asesmen itu sendiri bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran yang sedang berlangsung. Setelah informasi diperoleh pengajar dapat memperbaiki kekurangan yang dialami siswa dalam kelas ataupun dalam laboratorium, baik saat pembelajaran berlangsung maupun pada pembelajaran berikutnya. Istilah asesmen merujuk pada portofolio yang dikumpulkan dan disintesiskan oleh guru tentang siswa dan kelasnya pada satu topik. Informasi dapat diperoleh secara informal


(24)

4

seperti melalui observasi dan dapat pula diperoleh secara formal seperti tugas rumah, tes, dan laporan tertulis. Informasi yang diperoleh ini dapat bervariasi seperti umpan balik informal dari pendidik (dosen) sampai laporan yang ditugaskan oleh pendidik yang berasal dari serangkaian tes-tes terstandar. Cara seperti ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Primo dan Furtak (2007) bahwa penggunaan asesmen formatif informal dapat berhubungan dengan kemampuan siswa dalam pembelajaran sains menggunakan pendekatan inkuiri. Dari uraian ini asesmen diartikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Arends, 2012). Jadi asesmen merupakan komponen yang terintegrasi dengan pengalaman belajar siswa.

Asesmen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran. Pelaksanaannya bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, asesmen tidak dapat disiapkan dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, seorang pengajar hendaknya merancang asesmen secara sistematis dan terprogram. Beberapa hal yang dipertimbangkan diantaranya: Bagaimana cara menilainya? Kapan pelaksanaannya? Prosedur apa yang diperlukan? Apa yang perlu dipersiapkan untuk mengases peserta didik? Semua kegiatan ini tentu memerlukan waktu yang perlu direncanakan dengan cermat.

Asesmen yang dilakukan oleh seorang pengajar umumnya adalah asesmen formatif dan asesmen sumatif baik dilaksanakan di kelas sebagai hasil belajar maupun di laboratorium sebagai hasil kerja praktikum. Selain itu, masih banyak aktivitas pembelajaran yang perlu diases untuk kemajuan peserta didik. Beberapa jenis asesmen yang perlu dilakukan oleh seorang pengajar adalah asesmen: a) diagnostik, b) informal, c) formatif, d) sumatif, dan e) screening (https:// www.georgiastandards.org, online). Apa yang hendak diukur dapat dipilih berdasarkan jenis asesmen di atas. Prosedur yang diperlukan dapat berupa: a) asesmen respon terbatas, b) asesmen kinerja, c) asesmen esai, dan d) asesmen


(25)

Riskan Qadar, 2015

diskrit, d) pengetahuan konten, e) apa yang pelajar tidak ketahui, dan f) oleh guru sendiri (NRC,1996). Memasuki abad 21 ini, fokus asesmen mengalami perubahan dengan mengases pada a) proses belajar, b) apa yang paling esensial, c) pengetahuan, dan keterampilan, d) pemahaman dan penalaran, dalam area konten dan lintas konten, e) apa yang dapat dipahami dan dilakukan, dan f) terlibat dengan asesmen kerja mereka dan yang lain (Shute & Becker, 2010). Sejalan dengan uraian ini, Rustaman (1995) dalam mengemukakan bahwa asesmen pendidikan sedang diprioritaskan untuk membantu sistem evaluasi dan mencoba mengungkap potensi siswa bukan hanya melalui belajar, melainkan juga melalui proses pembelajaran. Rustaman (2004) juga menyatakan bahwa berdasarkan filosofisnya asesmen lebih menekankan pada hasil dan proses belajar, berpihak pada yang diases serta ditujukan untuk mengembangkan potensi individu yang diases dan biasanya terkait pada pencapaian target kurikulum.

Saat ini asesmen yang dilakukan pada beberapa perkuliahan disesuaikan dengan kebutuhan seperti asesmen formatif, asesmen sumatif, dan asesmen kinerja. Asesmen ini dilakukan secara terpisah dari perkuliahan dan lebih menekankan pada aspek kognitifnya. Namun, belum pernah dilakukan asesmen yang terpadu dengan pembelajaran yang dikenal dengan embedded assessment. Sehubungan dengan pelaksanaan asesmen saat pembelajaran yang diintegrasikan dengan pembelajaran inkuiri, maka embedded assessment padanan dalam bahasa Indonesia adalah asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri. Digunakannya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri karena inkuiri mengacu pada cara-cara yang beragam pada ilmuwan mempelajari alam dan mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti dari pekerjaan mereka. Inkuiri mengedepankan keterlibatan aktif dalam pemikiran ilmiah dan investigasi dalam membangun pengetahun. Selain itu inkuiri memiliki dua aspek penting berupa proses mencari tahu dan produk dari pencarian (NRC, 1996). Jadi tujuan penggunaan pendekatan inkuri dalam pembelajaran adalah untuk mengedepankan keterlibatan siswa secara aktif dan untuk mengajar siswa bagaimana mereka bertanya. Dalam buku classroom Assessment and the National Science Education Standards (NRC, 2001) dijelaskan bahwa embedded assesment merupakan asesmen yang dilakukan


(26)

6

bersamaan dan bagian dari pembelajaran. Karena tidak ada asesmen tunggal yang dapat mempertemukan semua tujuan asesmen atau informasi yang dibutuhkan guru kelas, maka pelaksanaan asesmen terintegrasi yang menghendaki guru mengases lebih dari satu tujuan dapat menggunakan sejumlah asesmen sesuai kebutuhan itu sendiri.

Keunggulan penilaian dengan menggunakan asesmen terintegrasi adalah kemajuan kompetensi yang dapat diukur pada calon guru melalui pemantauan. Dengan kata lain asesmen yang dilakukan melalui pengukuran segera menganalisis nilai mereka dan kemudian kembali fokus pada pembelajaran untuk meluruskan kesalahpahaman bersama oleh sejumlah besar siswa di kelas (Shute & Becker, 200). Melalui beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan sistem embedded assessment, kinerja dipengaruhi oleh disiplin ilmu (Shaw & Nagashima, 2009). Selain itu, penelitian yang bersifat embedded assessment yang dilakukan oleh Miedijensky (2009) menyatakan bahwa penilaian yang dirancang secara eksplisit dapat meningkatkan pembelajaran dalam matakuliah sains dan merupakan alat yang ampuh bagi guru dan siswa dan memberikan kontribusi untuk pembelajaran bermakna bagi kedua belah pihak.

Selain kebutuhan optika pada berbagai bidang, perilaku dari optika dalam kehidupan sehari-hari juga nampak banyak. Beberapa fenomena diantaranya dalam kehidupan seperti terjadinya fatamorgana, pelangi, penggunaan kacamata bagi orang yang memiliki cacat mata seperti miopia, hiperopia, dan astigmatisme. Dalam mempelajari optika diperlukan kompetensi kognitif untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip umum optika, melaksanakan praktikum untuk memprediksi perilaku sifat sinar-sinar pembentuk bayangan, dan memiliki keterampilan menyusun dan menggunakan alat praktikum saat praktikum pada perkuliahan optika. Mengingat pentingnya proses pembelajaran, pengetahuan otentik dan keterampilan yang harus dikuasai oleh calon guru fisika, maka diperlukan perkuliahan optika dengan asesmen terintegrasi dalam pembelajaran untuk


(27)

Riskan Qadar, 2015

berinkuiri bagi calon guru fisika selama mengikuti perkuliahan optika. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang didasarkan pada taksonomi Bloom hasil revisi yang meliputi dimensi pengetahuan kognitif berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Taksonomi Bloom hasil revisi pada dimensi proses kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan kreatif (Anderson & Krathwohl, 2001). Aspek afektif meliputi menerima, menanggapi, menghargai, konseptualisasi nilai (organisasi nilai), dan internalisasi nilai yang berhubungan dengan karakteristik sikap yang tercermin pembelajaran atau pelaksanaan praktikum (Tomei, 2005). Aspek kemampuan berinkuiri berhubungan aktivitas mengamati, memanipulasi, menggeneralisasi, memverifikasi, mengaplikasi (Wenning, 2011).

Pelaksanaan asesmen terintegrasi dalam penelitian ini digunakan beberapa tingkatan pembelajaran berbasis inkuiri pada perkuliahan optika. Pendekatan inkuiri yang dipilih adalah pada tingkatan demonstrasi interaktif (DemInter), pembelajaran inkuiri (PemIkir), dan laboratorium inkuiri (LabIkir) (Wenning, 2011). Penggunaan pendekatan inkuiri ini lebih menanamkan pada aspek pedagoginya yang dipantau melalui rubrik kemampuan berinkuiri.

B. Identifikasi Masalah

Studi lapangan yang telah dilakukan bagi calon guru angkatan 2009 dan 2010 Program Studi Pendidikan Fisika di salah satu LPTK di Kalimantan Timur mengindikasikan bahwa pelaksanaan asesmen belum digunakan sebagaimana mestinya, yaitu membantu calon guru untuk mencapai tujuan belajarnya sesuai kompetensi perkuliahan. Asesmen yang dilakukan selama ini cenderung diorientasikan sebagai evaluasi untuk membuktikan kemampuan kognitif. Dalam fisika tiga kompetensi sangat baik ditingkatkan yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Target kompetensi kognitif meliputi kemajuan intelektual dengan klasifikasi pengetahuan dan proses kognitif. Target kompetensi afektif meliputi ketekunan, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah logis dan sistematis.


(28)

8

Adapun target kompetensi psikomotorik meliputi kemampuan gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan keterampilan motorik.

Desain asesmen dan evaluasi yang digunakan selama ini diperoleh informasi awal bahwa: 1) kompetensi psikomotorik calon guru masih kurang, seperti tidak terlaksananya praktikum optika atau pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan metode ekspositori, 2) kemampuan individu pada aspek afektif masih kurang disebabkan pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode ekspositori, 3) kemampuan individu pada aspek kognitif masih rendah. Hal ini terlihat pada sistem asesmen yang dilakukan masih terbatas pada UTS, UAS, dan tugas-tugas pekerjaan rumah yang diberikan secara dadakan yang tidak terencana dengan baik sesuai tujuan pembelajaran.

Penggunaan UTS, UAS, dan tugas-tugas bentuk pekerjaan rumah (homework) pada ranah kognitif terkadang masih memperlihatkan kecurangan beberapa calon guru. Sebagai contoh, pada pelaksanaan UAS di kelas, dosen matakuliah yang tidak sempat melakukan pengawasan langsung, dilakukan oleh panitia ujian yang ketegasannya masih perlu ditingkatkan. Hal ini terkadang membiarkan beberapa calon guru bekerja sama dalam ujian. Begitu pula pada tugas-tugas kognitif lebih cenderug dikerjakan oleh beberapa calon guru dan difotocopy oleh teman-temannya. Pelaksanaan asesmen yang cukup bagus hanya ada pada UTS karena diamati langsung oleh dosen sesuai jadwal perkuliahan. Asesmen dan evaluasi melalui UTS, UAS, dan tugas-tugas kognitif bentuk homework ini memperlihatkan bahwa aspek afektif dan aspek psikomotorik tidak terlaksana secara maksimal sebagai salah satu kompetensi matakuliah.

Berdasarkan latar belakang dan dasar pemikiran tersebut, maka penulis mencoba mengembangkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri dalam perkuliahan optika. Pelaksanaan asesmen terintegrasi dimaksudkan agar dapat memperbaiki pembelajaran melalui aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek kemampuan berinkuiri calon guru fisika, khususnya pada topik yang terkait


(29)

Riskan Qadar, 2015

perkuliahan menggunakan pembelajaran inkuiri dengan pendekatan DemInter, PemIkir, dan LabIkir. Tes ini dilakukan sebagai tes awal sebelum perkuliahan dilakukan dan tes akhir setelah perkuliahan dilakukan secara keseluruhan. Selain itu, calon guru ingin pula diketahui kemampuan berpikir logis yang dimiliki. Oleh sebab itu, dilakukan pula tes awal dan tes akhir berpikir logis calon guru untuk mengetahui adanya hubungan antara kemampuan kognitif dan berpikir logis yang dimiliki setelah perkuliahan dengan pembelajaran inkuiri.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut. “Apakah asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri

yang dikembangkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan kemampuan berinkuiri pada perkuliahan optika calon guru fisika?”

Rumusan masalah dioperasionalkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana karakteristik asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri yang dikembangkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan penguasaan konsep optika calon guru fisika?

2. Bagaimana kualitas instrumen asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri yang dikembangkan?

3. Apakah asesmen aspek kognitif yang terintegrasi pembelajaran inkuiri yang dikembangkan memiliki peran memperbaiki proses perkuliahan optika?

4. Apakah asesmen aspek afektif yang terintegrasi pembelajaran inkuiri yang dikembangkan memiliki peran memperbaiki proses perkuliahan optika?

5. Apakah asesmen aspek kemampuan berinkuiri yang terintegrasi pembelajaran inkuiri yang dikembangkan memiliki peran memperbaiki proses perkuliahan optika?

6. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep optika calon guru fisika sebagai efek pelaksanaan perkuliahan yang menggunakan model pembelajaran inkuiri?


(30)

10

7. Bagaimana perubahan penalaran logis calon guru fisika sebagai efek pelaksanaan perkuliahan yang menggunakan pendekatan DemInter, PemIkir, dan LabIkir?

D. Definisi Operasional

1. Asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri adalah asesmen yang dilakukan saat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Adapun tingkatan inkuiri yang digunakan saat pembelajaran adalah pendekatan DemInter (demonstrasi interaktif), PemIkir (pembelajaran inkuiri), dan LabIkir (laboratorium inkuiri) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan tujuan pedagoginya.

2. Aspek kognitif terdiri dari dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif) dan dimensi proses kognitif meliputi (mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan kreatif) pada topik optika. Aspek kognitif ini berupa asesmen formatif dengan alat ukur berupa instrumen soal bentuk esai.

3. Aspek afektif berhubungan dengan karakteristik sikap ilmiah yang tercermin pembelajaran yang meliputi menerima, menanggapi, menghargai, konseptualisasi nilai, dan internalisasi nilai. Aspek afektif menggunakan instrumen dalam bentuk lembar observasi.

4. Aspek kemampuan berinkuiri berhubungan aktivitas fisik untuk mengembangkan gerakan terampil berinkuiri berupa kemampuan mengobservasi, memanipulasi, menggeneralisasi, memverifikasi, dan mengaplikasi. Aspek kemampuan berinkuiri menggunakan instrumen dalam bentuk rubrik yang disesuaikan dengan materi optika dan pendekatan pembelajaran yang digunakan.


(31)

Riskan Qadar, 2015

asesmen sumatif dengan alat ukur berupa instrumen soal bentuk pilihan ganda.

6. Kemampuan penalaran logis berhubungan dengan kemampuan berpikir logis yang dimiliki calon guru fisika berupa kemampuan berpikir; konkret, transisional, dan formal. Untuk mengetahui kemampuan berpikir logis calon guru menggunakan instrumen yang disusun oleh Tobin dan Capie (1981).

7. Perkuliahan optika terkait dengan topik bahasan penerapan konsep-konsep optika. Adapun konten materi penelitian disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar materi optika pada pendidikan menengah pertama dan pendidikan menengah atas serta konten materi perkuliahan optika yang meliputi: lensa tipis, kamera, mata manusia, lup, mikroskop, teleskop, interferensi cahaya dua celah, difraksi celah tunggal, dan kisi difraksi.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengembangkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri yang dapat memberi peran untuk memperbaiki pembelajaran berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan kemampuan berinkuiri pada perkuliahan optika calon guru fisika. Secara khusus penelitian ini juga ditunjukan untuk mengetahui:

a. Penggunaan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri pada perkuliahan optika yang dapat memperbaiki pembelajaran bagi calon calon guru fisika. b. Perbaikan pembelajaran melalui penguasaan aspek kognitif optika saat

mengikuti perkuliahan berdasarkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri.

c. Kemampuan aspek afektif saat mengikuti perkuliahan berdasarkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri.

d. Kemampuan aspek kemampuan berinkuiri calon guru fisika saat mengikuti perkuliahan berdasarkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri.


(32)

12

e. Penguasaan konsep calon guru fisika setelah perkuliahan berdasarkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri.

f. Adanya perubahan penalaran logis yang dimiliki calon guru setelah perkuliahan berdasarkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan salah satu alternatif pelaksanaan asesmen pada pembelajaran fisika dalam perkuliahan optika sebagai upaya meningkatkan kompetensi calon guru fisika berdasarkan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri. b. Memperoleh informasi dampak pengembangan asesmen terintegrasi

pembelajaran inkuiri pada mata kuliah optika yang meliputi dampak instruksional serta reaksi para pemangku kepentingan dibidang pendidikan.

c. Mengetahui keunggulan dan keterbatasan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri pada mata kuliah optika bagi calon guru fisika.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

a. Bagi mahasiswa calon guru penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan penilaian dan mampu membuat rencana pembelajaran asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri.

b. Bagi LPTK penelitian ini diharapkan memberikan suatu kerangka pemikiran dalam rangka perbaikan pendidikan dan meningkatkan mutu guru fisika dalam menggunakan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), khususnya dalam penguasaan materi optika serta cara merancang pembelajaran optika bagi


(33)

Riskan Qadar, 2015

c. Bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan asesmen terintegrasi terutama dalam pembelajaran fisika.


(34)

62

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma dan Desain Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang asesmen yang terintegrasi pembelajaran inkuiri pada perkuliahan optika calon guru fisika. Dasar Pemikiran dalam pengembangan asesmen ini berangkat dari hasil studi pendahuluan yang menunjukkan kurangnya pelaksanaan asesmen selama perkuliahan fisika. Alat ukur ini dalam bentuk lembaran observasi untuk ranah afektif, daftar observasi rubrik untuk kemampuan berinkuiri, butir soal bentuk esai untuk ranah kognitif pada asesmen formatif, dan butir soal bentuk pilihan ganda pada asesmen sumatif.

Studi pendahuluan dilakukan terhadap kondisi empirik di lapangan, terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan dan terhadap pustaka yang relevan dengan asesmen perkuliahan fisika. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengungkap proses asesmen perkuliahan fisika. Dua hal yang menjadi fokus studi dalam proses asesmen perkuliahan fisika yaitu mengenai 1) kondisi empirik mengenai proses asesmen pada perkuliahan fisika dan 2) standar asesmen dalam asesmen perkuliahan fisika.

Kemampuan hasil belajar calon guru tentu tidak terlepas dari asesmen yang dilakukan dalam perkuliahan. Proses perlakuan asesmen dalam perkuliahan erat kaitannya untuk memperbaiki pembelajaran. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan aspek afektif dan kognitif yang perlu diperlihatkan calon guru, dan kemampuan berinkuiri pada pendekatan pembelajaran yang digunakan berdasarkan materi fisika dalam perkuliahan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa kurangnya pelaksanaan asesmen dalam perkuliahan mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh calon guru tidak


(35)

Riskan Qadar, 2015

bertugas menjadi guru di sekolah-sekolah. Pentingnya asesmen dalam perkuliahan adalah untuk memantau perkembangan dan penguasaan ranah afektif, kognitif, dan kemampuan berinkuiri hasil belajar optika bagi calon guru fisika.

Pengembangan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri ini lebih lanjut diharapkan menjadi model representatif untuk penyiapan dan pembekalan calon guru fisika tentang kompetensi kemampuan melakukan asesmen pada perkuliahan fisika di kelas. Sejalan dengan itu calon guru diharapkan mampu merancang asesmen dan memilih pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kelas sesuai dengan hakekat sains.

Fokus lain dari penelitian ini adalah standar asesmen yang terintegrasi pembelajaran inkuiri pada perkuliahan fisika. Studi ini dilakukan dengan penelusuran pustaka dan hasil penelitian yang relevan.

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Untuk mendapatkan asesmen yang terintegrasi pembelajaran inkuri pada perkuliahan optika calon guru fisika, perlu didesain model asesmen yang berisi asesmen afektif, asesmen kemampuan berinkuri, dan asesmen kognitif yang digunakan saat perkuiahan berlangsung. Untuk menghasilkan asesmen yang efektif, maka terhadap program yang telah didesain dilakukan validasi melalui


(36)

64

penilaian dan uji coba implementasi. Secara diagramatik, paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Adapun desain asesmen terintegrasi pembelajaran terlihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Desain asesmen terintegrasi pembelajaran

2. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan asesmen terintegrasi pada perkuliahan optika bagi calon guru fisika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian metode campuran (mixed method research). Adapun desain yang dipilih adalah desain model eksperimen terintegrasi (embedded experimental model) (Creswell & Clark, 2007).

Banyak data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sesuai bentuk desain model eksperimen terintegrasi bentuk pengumpulan data kualitatif sebelum intervensi terdiri beberapa tahap.

Tahap pertama, merupakan studi pendahuluan dilakukan pada awal kegiatan penelitian melalui pengamatan langsung proses asesmen dalam perkuliahan di lapangan dan kajian kepustakaan. Pengambilan data pada studi pendahuluan di lapangan menggunakan kuesioner, observasi, dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sesuai karakter data yang dibutuhkan dalam


(37)

Riskan Qadar, 2015

berupa asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri. Pada tahap ini perancangan instrumen asesmen terintegrasi dilakukan.

Tahap ketiga, melakukan validasi instrumen asesmen terintegrasi dan pendekatan pembelajaran inkuiri pada tiga penimbang ahli. Selain itu, dilakukan pula uji coba keterbacaan instrumen kemampuan kognitif pada calon guru. Validasi ahli melibatkan tiga orang pakar dalam bidang materi optika, pendekatan pembelajaran, dan asesmen. Hasil rancangan yang telah divalidasi oleh ahli dilakukan pula uji coba keterbacaan oleh calon guru. Uji coba keterbacaan dilakukan pada calon guru Program Studi Pendidikan Fisika UPI Bandung dan FKIP Unmul Samarinda. Berdasarkan validasi ahli dan uji coba keterbacaan calon guru, kemudian dilakukan revisi program yang dikembangkan.

Selanjutnya, model asesmen yang sudah direvisi dilakukan uji coba kelas terbatas pada kelas paralel calon guru Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unmul selama satu semester pada semester ganjil 2013/2014. Pelaksanaan uji coba pada kelas paralel dilakukan dua minggu lebih awal daripada kelas implementasi pada semester ganjil 2013/2014. Mata kuliah Optika di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unmul merupakan mata kuliah wajib, sehingga calon guru wajib untuk memprogramkan.

Penyempurnaan pembelajaran dan asesmen didasarkan temuan data, refleksi dan evaluasi model. Kelemahan-kelemahan pembelajaran dan asesmen yang ditemukan pada saat uji coba dicari solusi pemecahannya untuk memperbaiki model asesmen yang dikembangkan.

Tahap pengambilan data kuantitatif sebelum intervensi berupa uji validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan. Uji validitas dan reliabilitas instrumen aspek kognitif bentuk pilihan dilakukan pada calon guru yang telah mengikuti perkuliahan matakuliah optika. Uji validitas dan reliabilitas instrumen aspek afektif berbentuk lembaran observasi, kemampuan berinkuiri berbentuk rubrik, dan aspek kognitif berbentuk esai dilakukan pada kelas paralel. Adapun instrumen TOLT dinyatakan validitas dan reliabilitas berdasarkan dari berbagai laporan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada kelas eksperimen data


(38)

66

kuantitatif yang diperlukan sebelum intervensi diawali dengan tes awal instrumen aspek kognitif dan tes TOLT sebelum pembelajaran optika dimulai.

Selanjutnya melakukan tahap intervensi berupa perkuliahan dengan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri. Pada tahap intervensi dilakukan perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri yang terdiri dari pendekatan DemInter, PemIkir, dan LabIkir. Pada kegiatan intervensi ini dilaksanakan asesmen terintegrasi yang terdiri dari aspek afektif, aspek kemampuan berinkuiri, dan aspek kognitif sebagai asesmen formatif.

Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data kuantitatif akhir berupa aspek kognitif sebagai asesmen sumatif dan TOLT. Data kualitatif setelah intervensi dilakukan berupa karakteristik asesmen aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek kemampuan berinkuiri, serta tanggapan dosen dan calon guru. Tahap akhir dari desain penelitian ini berupa interpretasi data aspek kognitif, aspek afektif, aspek kemampuan berinkuiri, dan TOLT. Desain penelitian berupa langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Desain penelitian terintegrasi model eksperimen terintegrasi (Sumber: Creswell dan Clark,2007)


(39)

Riskan Qadar, 2015

digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melihat kemajuan kemampuan calon guru setelah pembelajaran. Secara empirik seperti Gambar 3.4.

Keterangan:

O1: tes awal penguasaan kognitif optika dan TOLT O2: tes akhir penguasaan kognitif optika dan TOLT

X : pembelajaran optika dengan asesmen terintegrasi pada pembelajaran inkuiri Gambar 3.4 Tahap implementasi model asesmen menggunakan desain one group pretest-posttest design.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Uji coba dan implementasi pengembangan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP salah satu LPTK di Kalimantan Timur. Uji coba dilaksanakan pada kelas paralel dengan waktu perkuliahan dua minggu lebih awal daripada kelas implementasi di semester ganjil 2013/2014 selama satu semester, yaitu dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Januari 2014.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah calon guru fisika di Program Studi Pendidikan Fisika yang sedang mengikuti perkuliahan optika. Mata kuliah Optika dibuka dua kelas setiap semesternya, sehingga satu kelas diterapkan sebagai kelas uji coba dan satu kelas diterapkan sebagai kelas implementasi. Jumlah calon guru pada kelas uji coba sebanyak 32 orang dan 33 orang pada kelas implementasi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan merupakan alat pengumpul data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner, interviu, observasi, lembar penilaian dokumen, soal penguasaan aspek kognitif, daftar aspek afektif, dan daftar aspek kemampuan berinkuiri. Kuesioner yang digunakan


(40)

68

disesuaikan dengan identifikasi yang diperlukan, meliuputi: identifikasi cakupan materi optika yang diajarkan, identifikasi pendekatan pembelajaran yang digunakan, identifikasi penguasaan materi, identifikasi kejelasan saat diajarkan, dan tanggapan civitas akademika terhadap pelaksanaan asesmen yang terintegrasi pembelajaran inkuiri. Interviu yang digunakan berupa lembaran yang berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan kecakupan materi optika, kejelasan saat pembelajaran, pendekatan yang digunakan saat optika diajarkan, dan penguasaan materi optika. Adapun instrumen observasi digunakan pembelajaran berlangsung. Lembar penilaian dokumen merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui standar kompetensi dan tujuan perkuliahan yang dilakukan.

Tabel 3.1 Data dan instrumen yang diperlukan pada penelitian pengembangan asesmen terintegrasi pembelajaran inkuiri

Data yang Diperlukan Instrumen Penelitian Sumber Data

Teknik Analisis Data Identifikasi konten materi

optika (silabus dan SAP)

Analisa dokumen

(silabus dan SAP) Dosen Deskriptif Tanggapan mahassiwa

terhadap materi optika Analisis dokumen Calon guru Deskriptif Tanggapan mahassiwa

terhadap penguasaan materi optika

Analisis dokumen Calon guru Deskriptif

Kemampuan kompetensi kognitif calon guru (tes awal dan tes akhir)

Tes kognitif respon terbatas model pilihan ganda

Calon guru Kuantitatif

Kemampuan aspek kognitif

Lembar tes kognitif

model esai Calon guru Kuantitatif Kemampuan aspek

afektif

Lembar observasi

afektif Calon guru Kuantitatif

Kemampuan aspek kemampuan berinkuiri

Lembar observasi kemampuan berinkuiri bentuk rubrik

Calon guru Kuantitatif

Kemampuan penalaran formal

Lembar tes berpikir

logis Calon guru Kuantitatif

Tanggapan calon guru

terhadap pembelajaran Angket calon guru

Dosen dan


(41)

Riskan Qadar, 2015

Lembar aspek kognitif merupakan instrumen yang berisi sejumlah pertanyaan dan atau soal untuk penguasaan konsep-konsep optika pembelajaran berlangsung dalam bentuk asesmen terbatas bentuk esai. Lembar aspek afektif merupakan instumen dalam bentuk lembar observasi. Indikator aspek afektif terdiri dari menerima, menanggapi, menghargai, organisasi, dan karakterisasi. Lembar aspek kemampuan berinkuiri berupa lembar observasi dalam bentuk rubrik. Indikator kemampuan berinkuiri terdiri dari observasi, manipulasi, generalisasi, verifikasi, dan aplikasi.

Adapun pelaksanaan tes awal dan tes akhir berupa instrumen untuk mengevaluasi kemampuan kompetensi kognitif calon guru secara keseluruhan. Bentuk tes yang dibuat berupa tes model pilihan ganda. Konsep materi tes awal dan akhir meliputi seluruh materi optika yang diajarkan selama pembelajaran inkuiri. Selanjutnya, dilakukan pula tes awal dan tes akhir berpikir logis untuk mengetahui perkembangan dan hubungan penalaran formal dengan kemampuan kognitif. Semua instrumen yang digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan seperti terlihat pada Tabel 3.1.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1. Pengumpulan data sebelum proses pembelajaran

a. Melaksanakan tes awal penguasaan konsep optika berupa tes tertulis menggunakan soal-soal berbentuk pilihan ganda

b. Melaksanakan tes awal berpikir logis berupa tes tertulis menggunakan soal-soal berbentuk pilihan ganda dan pilihan alasan serta soal bentuk kombinatorial.

2. Pengumpulan data pembelajaran

a. Melaksanakan observasi pada aspek afektif pada calon guru selama perkuliahan berlangsung.

b. Melaksanakan observasi pada aspek kemampuan berinkuiri pada calon guru selama perkuliahan berlangsung berdasarkan pendekatan pembelajaran inkuiri yang digunakan.


(42)

70

Observasi aspek afektif dan kemampuan berinkuiri dilakukan oleh observer berdasarkan indikator aspek afektif dan kemampuan berinkuiri yang muncul. Tiap observer mengamati calon guru sebanyak empat hingga lima orang. Jumlah observer yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak delapan orang. Agar persepsi observer sama satu sama lain, terlebih dahulu masing-masing observer membaca indikator dan definisi yang akan diamati. Setelah itu dilakukan uji coba dengan pembelajaran pada perkuliahan tiga pendekatan inkuiri yang berbeda. Dalam uji coba ini delapan observer mengamati secara bersama satu kelompok yang terdiri empat orang calon guru. Observer mengamati aspek afektif dan aspek kemampuan berinkuiri secara bersamaan. Hasil uji coba sebagian besar observer memiliki persepsi yang sama terhadap indikator yang muncul. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama untuk menyamakan persepsi pada indikator yang berbeda. Dari tiga kali pertemuan diperoleh kesimpulan bahwa observer memiliki persepsi yang sama terhadap indikator yang muncul pada calon guru saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kesimpulan ini pada pengambilan data setiap observer ditugaskan mengamati empat hingga lima orang calon guru pembelajaran berlangsung. c. Melaksanakan tes kemampuan kognitif sebelum perkuliahan berakhir

sesuai materi yang diajarkan.

d. Melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan asesmen terintegrasi berdasarkan masalah yang terjadi sebelum perkuliahan berakhir. Permasahan yang terjadi dijadikan bahan reflektif untuk memperbaiki asemen terintegrasi pada perkuliahan berikutnya.

3. Pengumpulan data sesudah proses perkuliahan

a. Melaksanakan tes akhir penguasaan konsep optika menggunakan soal pada tes awal.

b. Melaksanakan tes akhir berpikir logis menggunakan soal pada tes awal. c. Menyebarkan kuesioner untuk mengungkap tanggapan calon guru


(43)

Riskan Qadar, 2015

mengambil mata kuliah optika, wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah, dan wawancara dengan calon guru. Data ini digunakan untuk menentukan materi mana yang esensi akan dibahas dalam pembelajaran.

Pengumpulan data saat pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini, dilakukan dengan perekaman terhadap semua aspek yang terjadi selama proses pmbelajaran. Rekaman data berupa lembar observasi aspek afektif, lembar observasi kemampuan berinkuiri, dan lembar jawaban kemampuan kognitif konsep optika bsedasarkan materi yang diajarkan tiap pembelajaran.

Kriteria penilaian aspek afektif menggunakan angka 1 (satu) setiap kemunculan indikator kata kerja dan angka 0 (nol) jika indikator tidak muncul dari calon guru. Adapun kriteria penilaian aspek kemampuan berinkuiri yang merupakan rubrik diberi rentang skor dari 0 – 4. Angka nol menunjukkan bahwa calon guru tidak melakukan aktivitas sama sekali berdasarkan kriteria dan angka empat menunjukkan bahwa calon guru melakukan secara sempurna apa yang diharapkan berdasarkan kriteria kemampuan dalam rubrik. Adapun angka 1 – 3 memperlihatkan kemampuan inkuiri yang sesuai dengan tingkatan yang dilakukan calon guru.

Data penguasaan konsep optika dari tes awal dan tes akhir dikumpulkan melalui lembar jawaban soal pilihan ganda yang terdiri dari 34 item soal. Begitu pula pada tes awal dan tes akhir penalaran formal berpikir logis menggunakan lembar jawaban pilihan ganda beralasan dan jawaban soal kombinatorial.

Data respon calon guru terhadap pembelajaran inkuiri yang dilakukan selama penelitian menggunakan kuesioner. Data respon calon guru dikumpulkan setelah tes akhir kemampuan kognitif dan penalaran formal dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

Dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif bersumber dari kuesioner tanggapan calon guru terhadap materi dan penguasaan konsep materi optika. Adapun data kuantitatif diperoleh dari lembar observasi aspek afektif, aspek kemampuan berinkuiri, tes kemampuan konsep kognitif saat pembelajaran, tes awal dan akhir


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. (2008). Assessment of The Inquiry-Based Project Implementation Process in Science Education Upon Students’ Points of Views. International Journal of Instruction. 1(1). 1-12.

Anderson, L.W., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing:A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

Arends, R.I. (2012). Learning to Teach. 9th Ed. New York: McGraw Hill Companies. Inc.

Atkin, J.M. et al. (2005). Designing Everyday Assessment in the Science Classroom. New York: Teachers College Press.

Atkin, J.M. & Coffey, J.E. (2003). Everyday Assessment in the Science Classroom. Virginia: NSTA Press.

Bass, M., et al. (1995). Handbook of Optics Volume I. New York: McGraw-Hill, Inc.

Black, P. et al. (2006). Learning How to Learn and Assessment for Learning: a theoretical inquiry. Research Papers in Education. 21(2). 119–132.

Bloom, B.S, Engelhart, M.D, Furst, E.J, Hill, WH, & Krathwohl, D.R (Eds) (1956). Taxonomy of Educational Objectives; The Classification of Educational Goals. Handbook I; The cognitive domain. New York: David McKay Co Inc.

Brookhart, S.M. (2010). How to Assess Higher-order Thinking Skills in your classroom, Virginia: ASCD.

Bryant, R. (2006). Assessment Results Following Inquiry and Traditional Physics Laboratory Activities. Journal of College Science Teaching; 35(7). 56-61. Campbell, T., Abd-Hamid, N.H., & Chapman, H. (2010). Development of

Instruments to Assess Teacher and Student Perceptions of Inquiry Experiences in Science Classrooms. J Sci Teacher Educ (2010) 21: 13–30. Cottingham, S.M. (2010). An initial Assessment of Science Inquiry Curriculum

Practices at a Local Level. Disertation, Walden University, tidak diterbitkan.

Creswell, J.W., & Plano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research. California: Sage Publications, Inc.

Cutnell, J.D. & Johnson, K.W. (2012). Physics 9th. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Diamond, R.M. (2008). Designing and Assessing Courses and Curricula: A

Practical Guide.3rd ed. San Francisco: John Wiley & Sons, Inc.

Ding, L. et al.(2006). Evaluating an Electricity and Magnetism Assessment Tool: Brief Electricity and Magnetism Assessment. Physical Review Special Topics – Physics Education Research 2.

Doran, R. et al.(2002). Science Educator’s Guide to Laboratory Assessment. Virginia: NSTA Press.


(3)

Dunbar, T.F. (2002). Development and Use of an Instrument to Measure Scientific Inquiry and Related Factors. Dissertation. The University of New Mexico, Albuquerque. New Mexico: not published.

Gagne, R. (1988). Conditions of Learnig. lrc.binus.ac.id/downloads/TE/Gagne Greenstein, L. (2010). What Teacher Really Need to Know about Formative

Assessment. Alexandria: ASCD.

Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses”. Am. J. Phys., 66 (1), 64-74.

Hanauer, D.I., Hatfull, G.F., & Jacob-Sera, D. (2009). Active Assessment: Assessing Scientific Inquiry. Virginia: Springer.

Heinbecker, B., et al. (2002). Physics: Concepts and Connections Two. Toronto: Irwin Publishing Ltd.

Heller, K.J. (2009). Development and Validation of a Physics Problem-Solving Assessment Rubric. Disertation, Minnesota University, not published.

Hill, W.F. (2001). Learning: A Survey of Psychological Interpretations 7th. Boston: Pearson.

Hotiu, A. (2006). The Relationship Between Item difficulty and Discrimination Indices in Multiple Choice Test in A Physical Science Course. Thesis, Florida Atlantic University, not published.

Johnson R.L., Penny, J.A., & Gordon, B. (2009). Assessing Performance: Designing, Scoring, and Validating Performance Tasks. New York: The Guilford Press.

Krathwohl, D.L., Bloom, B.S., & Masia, B.B. (1964). Taxonomy of Educational Objectives: The Classifications of Educational Goals. Handbook II. Kuhlthau, C.C., et al. Guided Inquiry: Learning in the 21st Century. Westport:

Libraries Unlimited.

Lawson, A.E. (1985). A Review of Research On Formal Reasoning and Science Teaching. Journal of Research in Science Teaching. 22(7), 569-617.

Marshall, J.C., & Smart, J.B., (2013). Teachers’ Transformation to Inquiry-Based Instructional Practice. ScientificResearch Journal.4(2), 132-142. Source: http://dx.doi.org/10.4236/ce.2013.42019. (online: 25 December 2014). Marzano, R.J. (2006). Classroom Assessment and Grading that Work. Alexandria:

ASCD.

Marzano, R.J. & Kendall J.S. (2008). Designing and Assessing Educational Objectives: Applying the New Taxonomy. California: Corwin Press.

Miedijensky, S. (2009). “Embedded Assessment in Project-Based Science Course for the Gifted: Insight to Inform Teaching all Student”. International Journal of Science Education. 31(18), 2411-2435.

Mislevy, R.J. et al.(2003). Design Patterns for Assessing Science Inquiry. California: SRI International.

Nahadi. (2009). Efektivitas Pembekalan Kemampuan Asesmen Pembelajaran Bagi Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi Doktor pada SPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

NCREL. (2001). Performance-Based Teaching and Assessment. Tersedia: http://www. clickit.ort.org.il/files/up1/192089623/851598900.doc. (on-line: 26 Maret 2011)

NRC. (1996). National Science Educational Standards. Washington, DC: National Academy Press.

NRC. (2001). Classroom Assessment and the National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.

Olatunji, M.O. (2013). International Journal On New Trends In Educational And Their Implications; Teaching and Assessing of Affective Characteristics: A Critical Missing Link In Online Education. Tersedia: www. ijonte.org//?pnum=30&pt=2013 Volume 4 Number 1/file/09. on-line: 13/6/2014)

Pierre, E, & Oughton, J, (2007). The affective Domain: Undiscovered Country. College Quaterly, 10(4), hlm.1-7. Terseida: eric.ed.gov/?id=EJ813766 (on-line: 24 September 2014)

Popham, W.J. (2011). Classroom Assessment What Teacher Needs to Know. 6th. Boston:. Pearson.

Ross, R. & Venugopal, P. (2007). Inquiry-Based Activities In A Second Semester Physics Laboratory: Results Of A Two-Year Assessment. American Society For Engineering Education,

Ruiz-Primo, M.A., & Furtak, E.M. (2006). Informal Formative Assessment and Scientific Inquiry: Exploring Teachers’ Practices and Student Learning. Educational Assessment, 11(3 & 4), 205–235.

Ruiz-Primo, M.A., & Furtak, E.M. (2007). Exploring Teachers’ Informal Formative Assessment Practices and Students’Understanding in the Context of Scientific Inquiry. Journal Of Research In Science Teaching. 44(1), 57– 84.

Rustaman, N.Y. (2004). Asesmen Pendidikan IPA, Makalah Diklat NTT www.file.upi,edu/ direktori/SPS/Prodi.PendidikanIPA.pdf. (on-line:11-6-2014)

Rustaman, N.Y. (2013). Assessment Literacy, materi kuliah program pascasarjana. www.file.upi,edu/ direktori/SPS/Prodi.PendidikanIPA.pdf. (on-line:11-6-2014)

Rustaman, N.Y. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. www.scribd.com/doc/pengembangan butir soal keterampilan proses sains-Nuryani Rustaman. (on-line:11-6-2014)

Sarwi. (2009). "Penerapan Open-Ended Laboratory Technique Pada Eksperimen Gelombang". Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(2), 111-120.

Serway, R.A., & Jewett, J.W., 2010. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics,- 9th ed. Boston: Brooks/Cole.

Serway, R.A., & Vuille, C. 2012. College Physics, - 9th ed. Boston: Brooks/Cole. Shaw, J.M., & Nagashima, S.O. (2009). "The Achievement of Student Subgroups

on Science Performance Assessments in Inquiry-Based Classrooms". Electronic Journal of Science Education [Online], 13(2), 24 halaman. Tersedia: http://www. ejse.southwestern. edu /article /viewArticle /7797 - Amerika Serikat - [22 September 2010]


(5)

Shuter, V.J. & Becker, B.J. (2010). Innovative Assessment 21st Century. New York: Springer.

Stinggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company. Inc.

Tatsuoka, K.K. (2009). Cognitive Assessment: An Introduction to the Rule Space Method. New York: Taylor & Francis Group, LLC.

Teodorescu, R.E. (2009). Cognitive Development in Introductory Physics: A Research-Based Approach to Curriculum Reform. Dissertation, the George Washington university, ProQuest LLC, on-line: 2 Pebruari 2014.

Tipler, P.A., & Mosca, G. (2008). Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics 6th. New York: W.H. Freeman and Company.

Tomei, L.A. (2005).Taxonomy for the Technology Domain. Hershey: Information Science Publishing.

Valanides, N.C. (1996). Formal Reasoning and Science Teaching. School Science and Mathematics, 96(2), 99-107.

Valanides, N.C. (1997). Formal Reasoning Abilities and School Achiement. Studies in Educational Evaluation. 23(2), 169-185.

Walker, J. 2008. Halliday and Resnick Fundamentals of Physics, - 8th ed. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons. Inc.

Wenning, C.J. (2007). Assessing Inquiry Skills as a Component of Scientific Literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24. Winter. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (online:18 Nopember 2011).

Wenning, C.J. (2005a). Levels of Inquiry: Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes (revisi 2011). Journal of Physics Teacher Education Online. 2(3). 3-11. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (online:18 Nopember 2011).

Wenning, C.J. (2005b). Minimizing Resistance to Inquiry- Oriented Instruction: The Importance of Climate Setting. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(2). 10-15. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (online:18 Nopember 2011).

Wenning, C.J. (2011a). Experimental Inquiry in Introductory Physics Courses. Journal of Physics Teacher Education Online, 6(2), 2-8. Summer. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (on-line:18 Nopember 2011).

Wenning, C.J. (2011b). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Physics Teacher Education Online. 6(2). 9-16. Summer. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (online:18 Nopember 2011).

Wenning, C.J. & Khan, M.A. (2011). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching: Learning Sequences to Lesson Plans. Journal of Physics Teacher Education Online. 6(2). 17-20. Summer. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (online:18 Nopember 2011).

Wenning, C.J. (2010). The Levels of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education Online.

5(4). 11-20. Summer. Tersedia: wenning@phy.ilstu.edu (online:18

Nopember 2011).

Wiggins, G.P. (1993). Assessing Student Performance: Exploring the Purpose and Limits of Testing. San Francisco: Jossey-Bass Inc.


(6)

Wulan, AR. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry.Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Young, H.D., & Freedman R.A., (2012). Sears and Zemansky’s University