Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6 Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 272012023 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Moral merupakan aspek mendasar manusia yang perlu dibenahi dan
dikembangkan dengan sebaik-baiknya untuk menciptakan kepribadian manusia yang
lebih baik. Kaelani (2010) menyatakan bahwa moral merupakan ajaran-ajaran
ataupun wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan
maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan menjadi manusia yang
baik. Pertumbuhan dan kepribadian suatu individu akan terasa lengkap dan semakin
mantap apabila moral manusia itu tertata secara baik. Sikap serta kharakteristik
seseorang menunjukkan kualitas moral yang dimilikinya. Bahkan, perilaku yang
ditunjukan oleh individu tertentu dalam kesehariannya menunjukkan sejauh mana dan
sebaik apa nilai moral yang dimiliki individu tersebut.
Semestinya, pembentukan moralitas individu perlu menjadi prioritas dan
mendapatkan perhatian khusus. Untuk menciptakan individu-individu yang memiliki
moral yang baik, proses pembenahan faktor tersebut perlu dilakukan sejak dini.
Tentunya, tingkatan usia seseorang membedakan proses perlakuan berhubungan
dengan pembentukan moralitasnya. Namun, pengembangan moralitas individu yang
dilakukan sejak dini akan membantu mempersiapkan individu tersebut untuk
menjalani kehidupan ketika bersosialisasi dengan orang lain dan dalam berbagai

kondisi lingkungan.
Dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2014) tentang
Kurikulum 2013 yang mengatur tentang pendidikan anak usia dini menyatakan
perkembangan moral ditetapkan sebagai salah satu kompetensi inti yang perlu
dicapai. Dalam lampiran satu yang memuat tentang kerangka dasar dan struktur
kurikulum pendidikan anak usia dini menjelaskan salah satu karakteristik kurikulum
2013 ini yaitu untuk mengoptimalkan perkembangan anak yang salah satunya
meliputi perkembangan moral. Hal tersebut juga terlihat di mana dua kompetensi inti
yang perlu dikembangkan berkaitan erat dengan proses perkembangan moral anak.
1

Dua kompetensi inti tersebut meliputi kompetensi dasar spiritual dan kompetensi
dasar sosial. Zuchdi (2009) menyatakan bahwa moral mencakup pengetahuan tentang
sikap, keterampilan dan kepercayaan. Sedangkan Santrock (2009) menyatakan bahwa
perkembangan moral merupakan perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang harus dilakukan dalam interaksinya dengan orang lain.
Untuk itu, perkembangan moral perlu menjadi perhatian khusus sebab moral
berkaitan erat dengan kemampuan spiritual dan sosial anak. Hal ini menjadi sangat
penting untuk mendorong potensi yang ada pada anak.
Santrock (2009) juga menambahkan anak-anak ketika dilahirkan tidak

memiliki moral (inmoral) tetapi dalam dirinya memiliki potensi untuk di
kembangkan. Hal tersebut berarti bahwa pengembangan moral sejak dini sangat
esensial untuk dilakukan. Oleh karena itu, pengalamanya berinteraksi dengan orang
lain menjadi bagian dalam pembentukan moral yang baik dalam dirinya. Di sini,
pembentukan moral anak harus dimulai dari lingkungan yang paling kecil hingga
lingkungan yang lebih luas.
Salah satu area yang turut berperan dalam pembentukan moral anak adalah
lingkungan sekolah. Berkowitz (dalam Damon, 2002) mengatakan bahwa sekolah
hadir sebagai lingkungan kedua yang turut mempengaruhi konsep diri, keterampilan
sosial, nilai, kematangan penalaran moral, perilaku prososial, pengetahuan tentang
moralitas dan sebagainya. Oleh karena itu, sekolah seharusnya tidak hanya menjadi
ajang untuk semata-mata melakukan transfer ilmu pengetahuan dan mengejar ranking
tetapi juga mentransfer nilai-nilai kehidupan yang dapat menuntun anak menjadi
pribadi yang kuat dan mampu bersosialisasi dengan baik dalam berbagai kondisi
lingkungan.
Asumsinya adalah bahwa ketika seseorang memiliki kompetensi yang baik
dalam bidang tertentu tetapi tidak memiliki kepribadian yang baik, ilmu tersebut akan
menjadi sia-sia dan tidak akan diaplikasikan dengan baik. Kepribadian seseorang
memberi gambaran yang jelas mengenai siapa sebenarnya individu tersebut di mata
orang lain. Oleh karena itu, kejelian sekolah dalam mempersiapkan pribadi anak yang

bermoral menjadi kunci serta prioritas yang utama di samping perkembangan

2

kemampuan kognitif mereka. Untuk itu, semua komponen yang ada di lingkungan
sekolah bertanggung jawab dalam upaya membentuk dan mengembangkan moral
anak. Salah satu figur penting yang paling dekat dengan anak adalah guru.
Sebagai bagian dari pelaksana pendidikan di sekolah, kehadiran guru sebagai
tenaga pendidik diharapkan mampu memberi perubahan yang positif khususnya
dalam membentuk moral anak. Peran guru sangat penting karena guru merupakan
sosok orang tua bagi anak di sekolah yang bertanggung jawab untuk membimbing
serta memberi teladan bagi mereka. Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam
membimbing, mengembangkan serta mentransfer nilai-nilai moral yang bermanfaat
bagi perkembangan anak didik. Amini (2008) menggambarkan bahwa banyak guru
hanya berfokus pada kognitif anak tanpa melihat pembentukan aspek moral serta
afeksi mereka. Mereka hanya berfokus pada pengajaran baca, tulis dan hitung
(calistung) secara intensif dan kurang memperhatikan masalah aspek pengasuhan
yang akan memperkaya karakter anak.
Sementara itu, dalam pembentukan moral anak masih juga terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan guru. Menurut Megawangi (2003), terjadi

beberapa hal seperti tidak terdapat tauladan yang baik, adanya celaan, hinaan,
kutukan dan kekerasan pada anak, menggertak, memukul, mendorong, mencubit
dengan keras, menyuruh anak berlutut, ataupun hukuman yang lain tanpa memikirkan
konsekuensinya. Inilah beberapa contoh perilaku yang kerap dilakukan guru dalam
membentuk moral anak. Perlakuan-perlakuan tersebut di atas tentunya dapat
berdampak negatif karena anak bisa saja meniru dan melakukan hal yang sama dalam
perjalanan kehidupan mereka.
Kondisi di atas memberi gambaran mengenai betapa dangkalnya proses
pembentukan moral anak sejak dini. Sedangkan di pihak lain, mereka perlu
dipersiapkan agar kemudian mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
khususnya ketika memasuki bangku sekolah. Mereka diharapkan dapat berbaur
dengan sesama dan menunjukkan perilaku yang

positif ketika berada di antara

teman-temannya. Mereka dapat membangun suatu relasi yang positif dengan
lingkungan sekitar tanpa adanya rasa takut, malu, minder ataupun mengisolir diri

3


mereka. Selain itu, tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang berakibat
buruk ataupun mencelakakan teman atau orang lain.
Untuk itu, melengkapi anak menjadi pribadi yang berkharakter positif adalah
tugas guru yang secara langsung berinteraksi dengan anak di kelas. Guru harus
menjadi model (Prasetyanigsih, 2009). Kehadiran guru semestinya memberi contoh
dan tauladan yang positif bagi anak dalam bersikap dan bertindak, melengkapi anak
dengan pengetahuan yang benar berhubungan dengan perilakunya, membekali anak
tentang bagaimana membangun suatu relasi dengan sesama tanpa menimbulkan halhal yang merugikan. Di samping itu, menerapkan kebijakan-kebijakan yang akurat
serta memberi semangat dan dukungan dalam membangun kepribadian anak sehingga
mampu menghadapi dan menjalani kehidupannya dalam berbagai lingkungan.
Untuk itulah peran guru menjadi kunci dan modal utama bagi pembentukan
moral anak. Kehadiran guru yang secara langsung berbaur dengan anak di kelas akan
sangat membantu serta memberi kontribusi yang besar dalam pembentukan moral
mereka. Sebagai orang tua anak di sekolah, penerapan berbagai tindakan yang positif
yang dapat diteladani oleh anak merupakan prioritas. Guru berkewajiban menuntun
anaknya memiliki kepribadian yang positif dan menjauhi tindakan-tindakan yang
merugikan dan berakibat fatal bagi perkembangan moral anak. Di sisi lain, anak
sebagai objek tentunya memiliki ketergantungan pada guru dalam membimbing
mereka untuk bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, peran guru benar-benar
menjadi senjata pamungkas bagi pembentukan moral anak.

Sebagaimana rencana penelitian ini akan dilakukan di TK Kristen 03 Eben
Haezer, Salatiga, maka dalam sesi ini dibahas beberapa hal yang tentunya dijumpai
pada institusi tersebut terutama yang berhubungan dengan pendidikan anak usia 4-6
tahun. Banyak hal positif yang mewarnai aktivitas anak selama berada di sekolah
seperti memberi salam terlebih dahulu kepada teman dan guru, mengucapkan terima
kasih ketika menerima sesuatu dari orang lain, menunggu di luar ketika sedang ada
kegiatan berdoa.
Selain itu, beberapa anak mulai belajar untuk memberi maaf kepada teman
ketika teman melakukan kesalahan. Mereka juga mulai belajar untuk antri dalam

4

kegiatan- kegiatan tertentu seperti saat mencuci tangan dan saat masuk ataupun keluar
kelas serta membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, mereka juga belajar
mempraktekan sikap doa yang benar menurut iman Kristiani yaitu tutup mata dan
lipat tangan.
Namun, tidak semua hal yang terjadi pada anak bersifat positif saja. Ada pula
hal-hal yang perlu mendapat perhatian dan harus diperbaiki sebagai ajang
pembentukan moral anak. Masalah-masalah tersebut seperti anak tidak mau berbagi,
menganggu kegiatan pembelajaran di kelas, acuh tak acuh, berbicara kasar dan suka

bertengkar dengan teman, tidak sabaran dan suka mengganggu teman, sengaja tidak
mematikan keran air setelah menggunakannya. Hal-hal tersebut terjadi di samping hal
lain yang tidak disebutkan. Namun kenyataannya, tindakan dari guru terkesan
membiarkan anak dan tidak konsisten dengan apa yang telah mereka katakan
misalnya tidak menjalankan konsekuensi yang telah mereka berikan kepada anak dan
sebagainya. Padahal di sinilah pentingnya peran guru dalam rangka memperbaiki
kondisi-kondisi tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu visi dan misi TK Kristen 03 Eben
Haezer Salatiga adalah penanaman nilai- nilai moral, agama serta pembentukan
karakter (TK Kristen 03 Eben Haezer, 2014) maka, peneliti ingin mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai peran guru terhadap pembentukan moral anak usia 4-6
tahun pada sekolah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjawab topik penelitian ini
yaitu “Bagaimana Peran Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6
Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan di TK Kristen 03 Eben Haezer,
Salatiga pada bulan Nopember 2015, melalui pengamatan yang intensif, diperoleh
beberapa hal yang tentunya menjadi masalah berhubungan dengan kepribadian anak
dalam keseharian mereka di sekolah, sebagai berikut:
a) Beberapa anak suka mengganggu teman lain ketika sedang bermain.

b) Anak beradu mulut dengan teman sebaya.

5

c) Berbicara dengan teman ketika guru sedang mengajar sehingga menggangu
ketertiban kelas.
d) Anak tidak mau berbagi dengan teman ketika bermain.
e) Acuh tak acuh ketika dipanggil teman atau guru.
f) Tidak membereskan mainan setelah bermain.
g) Sengaja tidak mematikan keran air setelah menggunakannya
Masalah-masalah tersebut di atas adalah masalah-masalah pokok yang
dijumpai oleh peneliti dalam rangka mengumpulkan data awal. Hasil identifikasi
tersebut memberi gambaran kondisi anak sebagai partisipan dan membuka sebuah
gap mengenai langkah atau peran apakah yang perlu dilakukan untuk memberi
tuntunan yang benar bagi anak. Oleh karena itu, guru sebagai tokoh penting di
sekolah dituntut kepedulian serta fungsinya dalam upaya membentuk moral anak.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin menggali serta mengkaji peran para guru pra
sekolah di TK Kristen 03 Eben Haezer, Salatiga dalam membentuk moral anak didik
mereka sebagai upaya mempersiapkan mereka memasuki masa sekolah.
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, berikut ini adalah rumusan masalah
penelitian yang menjadi fokus untuk dijawab melalui pelaksanaan penelitian ini yaitu
bagaimana peran guru dalam upaya pembentukan moral anak prasekolah usia 4-6
tahun di TK Kristen 03 Eben Heazer Salatiga?

1.4 Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah tersebut di atas, jawabannya akan
menjadi dasar untuk memenuhi tujuan penelitian berikut yaitu untuk menjelaskan
peran guru dalam upaya pembentukan moral anak prasekolah usia 4-6 tahun di TK
Kristen 03 Eben Heazer Salatiga.

6

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1). Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan sosial dan psikologi pada
umumnya terutama bagi mereka yang berhubungan langsung dengan kondisi
sosial, sikap serta psikologi anak.
b. Merupakan landasan bagi peneliti-peneliti lain untuk melakukan penelitian

lanjutan terhadap masalah ini.
2). Manfaat Praktis
a. Memberikan input bagi guru tentang bagaimana menciptakan perhatian,
komunikasi, sikap serta suasana harmonis sehingga mampu membangkitkan
sikap moral yang positif agar anak menjadi mudah bersosialisasi serta memiliki
moral yang baik ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
b. Memberikan input yang bermanfaat bagi orang tua dalam upaya membangun
suatu pola hidup yang kontributif bagi anak bagi kemajuan perkembangan
moral anak.
c. Menjadi acuan bagi lembaga TK Kristen 03 Eben Heazer Salatiga dalam upaya
mendorong dan mengupayakan pentingnya proses sosialisasi yang efektif bagi
pembentukan moral anak pra sekolah.
1.6 Batasan Masalah
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, maka penelitian ini semata-mata
difokuskan untuk mengetahui peran guru mengenai proses atau langkah pembentukan
moral anak usia prasekolah (AUD) dalam upaya mempersiapkan mereka memasuki
jenjang pendidikan selanjutnya. Tujuannya adalah untuk membantu perkembangan
moral anak secara positif sehingga mereka mampu hidup dan bersosialisasi dengan
sekitarnya ketika mereka mulai memasuki tahapan pendidikan di sekolah.


7

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6 Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 272012023 BAB II

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6 Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 272012023 BAB IV

0 0 60

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6 Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 272012023 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6 Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Guru dalam Upaya Pembentukan Moral Anak Usia 4-6 Tahun di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga

0 0 55

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Serta Orang Tua Dalam Pendampingan Anak pada Fase Falik di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 462008057 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Serta Orang Tua Dalam Pendampingan Anak pada Fase Falik di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 462008057 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Serta Orang Tua Dalam Pendampingan Anak pada Fase Falik di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 462008057 BAB IV

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Serta Orang Tua Dalam Pendampingan Anak pada Fase Falik di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga T1 462008057 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Serta Orang Tua Dalam Pendampingan Anak pada Fase Falik di TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga

0 0 13