PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMAN 21 BANDUNG.

(1)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI SMAN 21 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh

NURUL NURBANI RAHAYU NIM. 1001196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


(2)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMAN 21 BANDUNG

Oleh :

Nurul Nurbani Rahayu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

© Nurul Nurbani Rahayu 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa izin penulis


(4)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed


(5)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI SMA NEGERI 21 BANDUNG Oleh :

Nurul Nurbani Rahayu Skripsi ini dibimbing oleh :

Dr. Kurjono. M.Pd

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya motivasi belajar siswa terutama dalam mata pelajaran akuntansi yang sering dianggap sulit oleh siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terhadap motivasi belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripif verifikatif, dengan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 21 Bandung yang berjumlah 166 siswa dengan sampel sebanyak 118 siswa yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan bantuan komputer program SPSS v.20 for windows. Hasil penelitian menunjukan kompetensi pedagogik tergolong sedang, kompetensi profesional tergolong sedang, dan motivasi belajar siswa pun tergolong sedang. Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru berpengaruh secara simultan terhadap motivasi belajar siswa sebesar 63,6%, dimana faktor yang berpengaruh paling besar adalah ko mpetensi profesional guru, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Kompetensi pedagogik guru berpengaruh secara langsung terhadap motivasi belajar sebesar 4,2% dan pengaruh tidak langsung melalui hubungannya dengan kompetensi profesional guru sebesar 8,9% sehingga total pengaruh adalah sebesar 13,2%. Kompetensi profesional guru berpengaruh secara langsung terhadap motivasi belajar sebesar 41,4% dan pengaruh tidak langsung melalui hubungannya dengan kompetensi pedagogik guru sebesar 8,9% sehingga total pengaruh adalah sebesar 50,4%. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Saran dari penelitian ini antara lain: (1) guru dapat melakukan perencanaan pembelajaran yang inovatif sebelum


(6)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 melakukan kegiatan pembelajaran, (2) guru seharusnya merefleksi terhadap kinerja sendiri secara terus- menerus seperti menanyakan kesan dan pesan terhadap kegiatan belajar mengajar, (3) Diharapkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi dapat dipertahankan.

Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Motivasi Belajar THE INFLUENCE OF PEDAGOGICAL COMPETENCE AND PROFESSIONAL’S TEACHER COMPETENCE TOWARDS STUDENT

LEARNING MOTIVATION ON ACCOUNTING SUBJECT IN CLASS XI IPS IN SMAN 21 BANDUNG

By

Nurul Nurbani Rahayu Supervisor : Dr. Kurjono, M.Pd

ABSTRACT

The problem examined in this research is the lack of student’s learning motivation

especially in learning accounting subject which is commonly cons idered difficult by students. The aim of this research is to identify the effect of teacher’s

pedagogical and professional competence towards student’s learning motivation.

This type of research is descriptive research verification, with survey method. The population in this study was the students of class XI Social SMAN 21 Bandung, amounting to 166 students with sample of 118 students drawn by simple random sampling technique. Analysis of the data used is Path Analysis supported by the program SPSS v.20 for windows. The result of this research showed that pedagogical competence, professional competence, and student learning motivation got a medium result. Pedagogical competence and professional competence simultaneously have a positive influence toward student learning motivation amount 63,6% which the factor that has the biggest influence is professional competence, and the rest is influenced by other factors. Pedagogical competence has a direct influence toward in student learning motivation amount 4,2%, and indirect influence through it’s relation with professional competence amount 8,9% so that the total of influence is 13,2%. While the professional competence has a direct influence toward in student learning motivation amount


(7)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 41,4%, and indirect influence through it’s relation with pedagogical competence amount 8,9% so that the total of influence is 50,4%.Conclusion of this research is pedagogical competence and professional competence of teacher, have a positive effect on students learning motivation. Suggestions of this research: (1) teacher can planning inovative learning before doing teaching and learning activities, (2) teacher should reflect on their own performance continously, such as asking the impression and message on the learning activities, (3) expected student learning motivation in accounting subject can be maintained.

Keywords: Pedagogical Competence, Professional Competence, Student Learning Motivation


(8)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. ... Lata r Belakang Penelitian ... 1

1.2. ... Rum usan Masalah Penelitian ... 6

1.3. ... Mak sud dan Tujuan Penelitian... 7

1.4. ... Man faat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1. ... Pen didikan ... 9

2.2. ... Bela jar ... 9


(9)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014

2.2.2 Prinsip-Prinsip Belajar ... 10

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 11

2.2.4 Tujuan Belajar ... 12

2.2.5 Manfaat Belajar ... 13

2.3. ... Moti vasi ... 13

2.3.1 Pengertian Motivasi ... 13

2.3.2 Pengertian Motivasi Belajar ... 14

2.3.3 Fungsi Motivasi Dalam Belajar ... 17

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi... 18

2.3.5 Cara Menumbuhkan Motivasi ... 19

2.3.6 Indikator Motivasi ... 20

2.4. ... Ko mpetensi Guru... 21

2.4.1 Pengertian Kompetensi ... 21

2.4.2 Pengertian Kompetensi Guru... 21

2.4.3 Kompetensi Pedagogik ... 22

2.4.3.1 Indikator Kompetensi Pedagogik ... 22

2.4.4 Kompetensi Profesional ... 23

2.4.4.1 Indikator Kompetensi Profesional ... 24

2.5. ... Aku ntansi ... 25

2.5.1. ... Pen gertian Akuntansi ... 25


(10)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 2.5.2. ... Pros

es Akuntansi ... 26 2.5.3. ... Keg

unaan Akuntansi ... 27 2.6. ... Pen

garuh Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi Belajar ... 27 2.7. ... Pen

garuh Kompetensi Profesional Terhadap Motivasi Belajar ... 28 2.8. ... Pene

litian Terdahulu... 29 2.9. ... Kera

ngka Pemikiran ... 30 2.10. Hipotesis ... 33 BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. ... Des ain Penelitian ... 34 3.2. ... Ope

rasionalisasi Variabel ... 35 3.3. ... Pop

ulasi dan Sampel Penelitian ... 37 3.3.1. ... Pop

ulasi ... 37 3.3.2. ... Sam


(11)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 3.4. ... Tek

nik Pengumpulan Data... 41 3.5. ... Tek

nik Pengujian Instrumen ... 42 3.5.1 Uji Reliabilitas ... 42 3.5.2 Uji Validitas ... 44 3.6. ... Tek

nik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1. ... Gam baran Objek Penelitian... 58 4.1.1. ... Seja

rah Singkat SMAN 21 Kota Bandung... 58 4.1.2. ... Visi

dan Misi SMAN 21 Kota Bandung ... 59 4.1.2.1. ... Visi

SMAN 21 Kota Bandung... 59 4.1.2.2. ... Misi

SMAN 21 Kota Bandung... 59 4.1.3. Struktur Organisasi SMAN 21 Kota Bandung ... 59 4.2. ... Des

kripsi Hasil Penelitian ... 60 4.2.1. ... Gam


(12)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 4.2.1.1. ... Gam

baran Indikator Kompetensi Pedagogik ... 61 4.2.2. ... Gam

baran Umum Kompetensi Profesional Guru ... 68 4.2.2.1. ... Gam

baran Indikator Profesional ... 69 4.2.3. ... Gam

baran Umum Motivasi Belajar Siswa... 74 4.2.3.1. ... Gam

baran Indikator Minat Berwirausaha... 75 4.3. ... Tek

nik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Penelitian... 79 4.3.1. ... Uji

Normalitas ... 79 4.3.2. ... Uji

Linearitas ... 80 4.3.3. ... Uji

Multikolinieritas ... 82 4.3.4. ... Uji

Heteroskedastisitas ... 83 4.3.5. ... Anal

isis Jalur ... 84 4.4. ... Pem


(13)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 4.4.1. ... Pen

garuh Kompetensi Pedagogik Terhadap

Motivasi Belajar Siswa... 91 4.4.2. ... Pen

garuh Kompetensi Profesional Terhadap

Motivasi Belajar Siswa... 92 4.4.3. ... Pen

garuh Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru

Terhadap Motivasi Belajar Siswa ... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1. ... Kesi mpulan ... 96 5.2. ... Sara

n ... 96 DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN


(14)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan terkadang dipandang sebagai identitas suatu negara sehingga pendidikan sering kali dijadikan sebagai indikator utama dalam melakukan penilaian kemajuan terhadap suatu negara. Pendidikan menduduki posisi penting karena sasarannya adalah kualitas sumber daya manusia yang menuntut semua pihak dalam berbagai bidang untuk meningkatkan kompetensinya. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam mencapai tujuan pendidikan di Indonesia masih terdapat masalah mengenai rendahnya motivasi belajar berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) Indonesia berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Salah satu faktor yang menimbulkan hal ini terjadi dikarenakan rendahnya motivasi belajar siswa (Kompas Online, 02/03/2011).

Melihat masalah tersebut, maka perlu adanya upaya dalam mengatasi rendahnya motivasi belajar dengan cara membenahi motivasi belajar. Motivasi


(15)

2

belajar sangat diperlukan di dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Proses belajar akan terjadi karena adanya motivasi yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Santrock (2007:509) menyatakan bahwa “motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar. Murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar”. Sekolah sebagai lembaga formal tempat pencapaian tujuan pendidikan serta tempat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Pada semua jenjang sekolah, suatu proses belajar mengajar itu dapat dikatakan berhasil apabila peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan sebelumnya.

SMAN 21 Bandung merupakan sekolah yang sama pada umumnya dengan SMA lain dengan akreditasi A. Adapun masalah rendahnya motivasi belajar yang terjadi pada siswa kelas XI IPS SMAN 21 Bandung yang diperoleh dari hasil wawancara kepada Bapak Drs. Adi Sumiarto, M.Pd selaku guru akuntansi SMAN 21 Bandung yang juga menjabat sebagai Wakasek bidang kurikulum mengenai keaktifan siswa saat di dalam kelas serta usaha mereka dalam mengerjakan tugas yang penulis temui pada tanggal 06 Desember 2013. Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa hanya 50% dari keseluruhan siswa kelas XI IPS yang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran akuntansi selama jam pelajaran berlangsung. Pada saat guru mata pelajaran akuntansi memberikan tugas kepada siswa kelas XI IPS, hanya ada sekitar 65% dari keseluruhan siswa yang mengerjakan tugas yang telah diberikan. Adapun studi dokumentasi yang dilakukan penulis mengenai tingkat ketidakhadiran siswa dalam mengikuti mata pelajaran akuntansi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Rekapitulasi Ketidakhadiran Siswa (Tanpa Keterangan) Pada Mata Pelajaran Akuntansi

Kelas XI SMAN 21 Bandung Tahun ajaran 2013/2014

No Kelas Bulan (%)

Juli Agst Sept Okt Nov Des


(16)

2 XI IPS 2 1,8 5,2 6,1 0,6 1,8 3,2

3 XI IPS 3 3,0 6,1 6,1 2,4 6,7 1,6

4 XI IPS 4 1.2 5,0 5,6 0,3 0,6 0,8

Rata-rata (%) 1,8 5,5 6,1 1,3 2,6 1,8 Sumber: Dokumentasi SMAN 21 Bandung (Data diolah)

Tingkat ketidakhadiran siswa pada bulan Agustus dan September cukup tinggi dan telah melebihi 5% yang merupakan standar maksimal tingkat ketidakhadiran siswa yang telah ditetapkan oleh SMA tersebut yakni sekurang-kurangnya sebesar 95% dan akan lebih baik lagi jika tingkat kehadiran siswa sebesar 100%. Data tersebut merupakan angka dari ketidakhadiran siswa pada mata pelajaran akuntansi.

Penulis juga melakukan wawancara pada tanggal 06 Desember 2013 kepada sebagian siswa kelas XI IPS mengenai inisiatif mereka untuk berlatih kembali materi yang telah diajarkan. Hasilnya kebanyakan siswa jarang berlatih kembali materi yang telah diberikan di kelas dan kebanyakan alasan dari mereka tidak mengerjakan tugas itu dikarenakan mereka menganggap bahwa akuntansi merupakan pelajaran yang sulit sehingga pada saat mereka menemui kesulitan mereka tidak berusaha untuk memecahkan masalah tersebut. Kondisi di atas menunjukan bahwa peran serta siswa yang kurang merupakan salah satu indikasi atau gejala bahwa motivasi belajar siswa yang rendah. Apabila hal ini dibiarkan saja, maka dampaknya adalah mereka tidak dapat belajar optimal selama di kelas, selain itu prestasi belajar siswapun akan ikut rendah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dikaji pembelajaran akuntansi dilihat dari segi motivasi belajar siswa.

Berdasarkan teori belajar behaviourisme, bahwa dalam pembelajaran, lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah jika terdapat stimulus dan respon. “Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa” Sukardjo (2009 :33). Jadi berdasarkan teori behaviourisme pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. “Menurut teori belajar behaviourisme menyatakan bahwa belajar tejadi bila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati, bila kebiasaan berprilaku


(17)

4

terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar” Hadis (2008:67).

Menurut Baharudin dan Wahyuni (2008:87) bahwa “aliran behaviouristik memandang belajar sebagai kegiatan yang mekanistik antara stimulus dan respon”. Implikasi terhadap pendidikan khususnya motivasi yaitu motivasi belajar yang berasal dari luar atau sering disebut motivasi eksternal dan motivasi tersebut harus tetap dilaksanakan agar motivasi tetap terjaga.

Oleh karena itu dalam pandangan behaviouristik, motivasi dikontrol oleh kondisi lingkungan, maka tergantung pada pendidiklah pengaturan lingkungan kelas sehingga peserta didik termotivasi dalam belajar. Kegagalan peserta didik dalam belajar berarti kegagalan pendidik dalam mengatur program belajar, bukan kegagalan peserta didik karena ketidak mampuannya.

Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Adapun faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Purwanto (dalam Handrianto, 2012):

1. Faktor Intrinsik yaitu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang berasal dari siswa itu sendiri. Seperti minat, cita-cita, kondisi siswa. 2. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Contoh:

kecemasan terhadap hukuman, penghargaan dan pujian, peran orang tua, peran pengajar dan kondisi lingkungan.

Guru merupakan elemen utama dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Hal ini disebabkan karena guru sebagai titik sentral dalam peningkatan mutu pendidikan dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik yang profesional. Apabila kemampuan mengajar guru tersebut baik, maka akan membawa dampak peningkatan pada iklim belajar mengajar yang baik pula.

Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang guru harus memiliki bekal dalam menjalankan tugasnya sebagai guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Hal ini apabila dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, akan mengantarkannya pada kesuksesan dalam kegiatan belajar mengajar. Bekal yang dimaksud adalah kompetensi mengajar yang baik.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang


(18)

sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana telah diungkapkan Hayat (dalam Mariyana, 2005) bahwa “Teacher Is The Heart Of Quality Education.” Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa guru merupakan salah satu indikator yang menentukan kualitas pendidikan. Menurut Usman (2005:5), “guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus”. Bagus tidaknya kualitas pendidikan akan terlihat dari kinerja dan kompetensi guru sebagai pendidik yang melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Cooper (dalam Mariyana, 2005) “Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, dengan tugas profesionalnya, guru berfungsi membantu peserta didik untuk belajar dan berkembang, membantu perkembangan intelektual, personal dan sosial warga masyarakat yang memasuki sekolah”.

Guru sebagai pelaksana pendidikan nasional merupakan faktor kunci. Peningkatan motivasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di kelas. Guru mempunyai kompetensi yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kompetensi guru adalah suatu kemampuan yang dimiliki seorang guru, yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, proses berpikir, penyesuaian diri, sikap dan nilai- nilai yang dianut dalam melaksanakan profesi sebagai guru. Kompetensi guru memikul tanggung jawab utama dala m mengubah peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil manjadi terampil.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, guru harus memiliki standar kompetensi untuk menunjang dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10

butir 1 bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Namun pada penelitian ini peneliti mengambil dua kompetensi guru saja yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru. Kompetensi


(19)

6

pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan kompetensi profesional guru meliputi kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyani (2011) dalam penelitiannya terhadap 58 siswa di SMA pasundan 8 menunjukan bahwa kompetensi pedagogik guru yang diterapkan pada mata pelajaran akuntansi itu mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Wina (2012) mengenai pengaruh kompetensi profesional guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA Muhammadiyah Tasikmalaya. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi profesional guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dengan thitung sebesar 42,202 dan ttabel dengan taraf signifikansi 0,05.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Motivasi Belajar Sis wa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di SMAN 21 Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana gambaran kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru akuntansi di SMAN 21 Kota Bandung.

b. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 21 Kota Bandung.


(20)

c. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 21 Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru akuntansi dan kaitannya dalam motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut: a. Untuk menjelaskan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru

akuntansi di SMAN 21 Bandung.

b. Untuk menjelaskan motivasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 21 Bandung.

c. Untuk memverifikasi pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 21 Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam hal informasi dan pengetahuan tentang meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 21 Bandung. Manfaat yang ingin disampaikan penulis dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia pendidikan, khususnya mengenai aplikasi teori kompetensi pedagogik, kompetensi profesional guru dan motivasi belajar dalam mata pelajaran akuntansi. Selain itu, dapat dijadikan pengembangan lebih lanjut untuk penelitian berikutnya.


(21)

8

2) Manfaat praktis a. Bagi Guru

Guru dapat lebih memahami upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan mendayagunakan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional mengajar yang dimilikinya.

b. Bagi siswa

Dengan adanya tenaga pengajar yang memiliki kompetensi mengajar yang baik maka akan meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran akuntansi.

c. Bagi penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan, serta pengalaman yang bermanfaat untuk mendukung studi pembelajaran akuntansi.


(22)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga rumusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab dan diuji secara akurat. Pemilihan dan penentuan metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian sangat berguna bagi peneliti karena dengan pemilihan dan penentuan metode yang tepat dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2010:3) menyatakan bahwa

“secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif. Penelitian deskriptif merupakan studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2009:34)

Metode deskripsi adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta- fakta dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik, dari suatu kelompok atau daerah.

Sedangkan metode verifikatif atau metode analisis menurut Prastowo

(2011:57) yaitu “menghubungkan dunia teori dengan dunia empiris (faktual)”. Begitu juga dengan pendapat Rochaety (2007:13) “Metode verifikatif merupakan

metode penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan variabel dari hipotesis-hipotesis yang disertai data empiris”

Jadi, metode penelitian deskriptif verifikatif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel melalui suatu


(23)

35

pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010:60) “variabel adalah suatu atribut atau sifat nilai

dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel

dapat dijelaskan sebagai ciri atau aspek dari fakta sosial yang memiliki nilai lebih dari satu. Variabel-variabel tersebut adalah:

1) Variabel independen (variabel bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel ini akan mempengaruhi perubahan pada variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kompetensi pedagogik guru (X1) dan kompetensi profesional guru (X2). Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, peranca ngan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan kompetensi profesional guru meliputi kemampuan penguasaan materi pembelajaran antara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan da lam Standar Nasional Pendidikan (PP No.19 tahun 2005)

2) Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Apabila variabel independen berubah maka variabel dependen akan ikut berubah pula. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah motivasi belajar siswa (Y). Menurut Uno (2010:23) mengatakan bahwa “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya de ngan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.


(24)

Adapun operasionalisasi variabel yang dituangkan dalam bentuk variabel seperti dibawah ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Kompetensi Pedagogik (X1)

1. Kemampuan merencanakan kegiatan belajar mengajar

1. Kemampuan guru dalam memilih materi

Interval 2. Kemampuan guru dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Kemampuan guru menentukan

strategi pembelajaran

4. Kemampuan guru menentukan sumber belajar

2. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar

1. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran

2. Kemampuan guru dalam menyajikan materi secara sistematis

3. Kemampuan guru dalam

menggunakan metode pembelajaran yang baik

4. Kemampuan guru dalam

menggunakan alat peraga kegiatan belajar mengajar

5. Kemampuan guru menggunakan bahasa yang komunikatif 3. Kemampuan

melakukan evaluasi

1. Kemampuan guru dalam

melaksanakan penilaian dengan baik 2. Kemampuan guru dalam

menggunakan waktu belajar dengan baik

3. Kemampuan guru dalam memilih tingkat kesukaran soal

4. Kemampuan dalam mengevaluasi tindak lanjut

Kompetensi Profesional (X2)

1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran

1. Kemampuan memahami materi, struktur, konsep, pola pikir keilmuan yang mendukung.

Interval

2. Kemampuan menunjukan manfaat mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar

1. Kemampuan memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu


(25)

37

mata pelajaran 2. Kemampuan memahami kompetensi dasar

3. Kemampuan memahami tujuan pembelajaran

3. Mengembangkan materi secara kreatif

1. Kemampuan memilih materi pembelajaran yang sesuai 2. Kemampuan mengolah materi

pembelajaran secara kreatif 4. Mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan

1. Kemampuan merefleksi kinerja diri sendiri secara terus menerus

2. Kemampuan mengikuti perkembangan zaman dengan belajar melalui berbagai sumber

5. Memanfaatkan teknologi

1. Kemampuan memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi dan

pengembangan diri Motivasi

Belajar Siswa (Y)

Motivasi Ekstrinsik 1. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)

2. Frekwensi kegiatan (berapa sering dilakukan dalam periode waktu tertentu)

3. Presistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan 4. Ketabahan, keuletan, dan

kemampuan dalam menghadapi rintangan atau kesulitan untuk mencapai tujuan

5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan

6. Tingkat aspirasinya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

7. Tingkat kualifikasi

prestasi/produk/output yang dicapai dari kegiatannya

8. Arah sikapnya terhadap sesuatu sasaran kegiatan

Interval

3.3 Populasi dan Sampel 1) Populasi

Pelaksanaan penelitian tidak akan lepas dari objek yang akan diteliti karena melalui objek yang diteliti tersebut akan diperoleh variabel-variabel yang merupakan permasalahan dalam penelitian dan diperoleh suatu pemecahan masalah yang akan menunjang keberhasilan penelitian.


(26)

Menurut Sugiyono (2010:117) mengemukakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan rumusan di atas maka dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 21 Kota Bandung. Berikut ini adalah rincian jumlah siswa tiap kelas

Tabel 3.2

Jumlah Siswa Kelas XI IPS

No. Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS 1 42 Orang

2 XI IPS 2 41 Orang

3 XI IPS 3 41 Orang

4 XI IPS 4 42 Orang

Jumlah Siswa 166 orang Sumber: SMA Negeri 21 Bandung

2) Sampel

Sugiyono (2010:116) mengemukakan bahwa “sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representative (mewakili)”.

Sample yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono (2010:120) “Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara


(27)

39

pengambilan sample untuk jumlah siswa yang akan diteliti menggunakan rumus berikut:

(Riduwan, 2007:65)

Keterangan:

n = Jumlah Sample N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan (5%)

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:

Dari perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 118 siswa. Setelah diperoleh sampel siswa maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel untuk setiap kelas. Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional yang dapat dihitung dengan rumus:

(Riduwan, 2007:22-23) Keterangan:

ni : Jumlah sampel menurut kelas n : Jumlah sampel seluruh

Ni : Jumlah populasi menurut kelas N : Jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah masing-masing sample dari setiap kelasnya sebagai berikut:


(28)

Tabel 3.3

Penarikan Sampel Siswa No Kelas Jumlah

Siswa Sample Siswa Nomor Responden 1 XI IPS 1 42

Orang 42/116 x 118 = 30

1,2,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15, 16,17,19,20,22,23,24,26,27,28, 30,31,32,33,36,38,39

2 XI IPS 2 41

Orang 41/116 x 118 = 29

1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,14,15, 16,17,18,19,21,23,24,25,28,29, 30,31,32,33,34,36

3 XI IPS 3 41

Orang 41/116 x 118 = 29

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 15,16,17,18,19,20,22,24,25,26, 27,30,31,36,37

4 XI IPS 4 42

Orang 42/116 x 118 = 30

1,2,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15, 16,17,19,20,22,24,26,27,28,30, 32,33,34,35,37,38,39

Jumlah Siswa

166

orang 118 Orang Sumber: Data diolah

Dari 166 siswa akan diambil sampel sebanyak 118 siswa dengan cara random. Sebelum penyebaran angket dilakukan, sampel yang akan menerima angket harus dikocok/diundi terlebih dahulu sesuai dengan jumlah angket yang akan disebar agar adil. Berikut prosedur pengambilan sampling secara random:


(29)

41

2. Beri nomor urut semua satuan sampling

3. Nomor urut satuan sampling ditulis pada lembaran-lembaran kertas berukuran kecil berdasarkan NIS

4. Gulung kertas-kertas tersebut

5. Ambil gulungan kertas tersebut satu persatu dari kotak sampai mencapai sejumlah ukuran sampel yang diinginkan

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara dan alat yang dipakai dalam memperoleh informasi atau keterangan mengenai objek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket (kuisioner). Menurut Sugiyono (2010:199) angket (kuisioner), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuisioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

Angket yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah angket tertutup (angket berstruktur) artinya angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau checklist (). Untuk memperoleh data mengenai persepsi siswa mengenai penelitian ini, dibuat beberapa pertanyaan yang disusun dalam bentuk skala numerik. Menurut Sekaran

(2006:33), “Skala numerik (numerical scale) mirip dengan skala diferensial

semantik, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata sifat berkutub dua pada ujung keduanya”.

Tabel 3.4

Penilaian Skala Numerik


(30)

5 4 3 2 1 Sumber: Sekaran (2006:33)

Keterangan :

 Angka 5 dinyatakan untuk pertanyaan positif tertinggi

 Angka 4 dinyatakan untuk pertanyaan positif tinggi

 Angka 3 dinyatakan untuk pertanyaan positif sedang

 Angka 2 dinyatakan untuk pertanyaan positif rendah

 Angka 1 dinyatakan untuk pertanyaan positif terendah 3.5 Teknik Pengujian Instrumen

Sebelum mengambil data penelitian maka instrumen angket diuji cobakan terlebih dahulu. Kemudian angket tersebut diuji untuk memenuhi dua kriteria, karena instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yakni sahih dan dapat dipercaya. Adapun langkah-langkah dalam uji coba instrumen angket ini adalah sebagai berikut :

3.5.1 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen

tersebut dianggap baik. “Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan

ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan” (Arikunto, 2006 : 178). Untuk menghitung uji reliabilitas penulis menggunakan rumus Alpha dengan rumus dan langkah perhitungan sebagai berikut :

1) Menghitung varians skor tiap-tiap item

Dimana :

= Varian skor tiap item


(31)

43

= Kuadrat skor seluruh respon dari tiap item N = Jumlah responden

2) Kemudian menjumlahkan varians semua item

Dimana :

= Jumlah varians semua item = Varians item ke-1,2,3...n

3) Menghitung varians total

Dimana:

= Varian totals

= Jumlah kuadrat skor total

= Jumlah kuadrat dari jumlah skor total N = Jumlah responden

4) Memasukan nilai Alpha

Dimana:

= Nilai reliabilitas n = Jumlah item

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total


(32)

Setelah diperoleh nilai kemudian dibandingkan dengan nilai dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria pengujian reliabilitas adalah:

 Jika berarti reliabel.  Jika berarti tidak reliabel.

Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas soal, digunakan program Microsoft Excel for Windows agar mempermudah dalam perhitungannya. Berdasarkan hasil perhitungan, reliabilitas instrumen dapat terlihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Keterangan

1 Kompetensi Pedagogik 0,764 0,361 Reliabel 2 Kompetensi Profesional 0,767 0,361 Reliabel

3 Motivasi Belajar 0,830 0,361 Reliabel

Sumber: data diolah, 2014

Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha ( ) untuk variabel kompetensi pedagogik guru didapat sebesar 0,764. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pada tabel r product moment diperoleh harga pada taraf kepercayaan 95% untuk 30 responden yaitu sebesar 0,361, karena > maka soal angket tersebut reliabel pada taraf kepercayaan 95% sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

Perhitungan reliabilitas untuk variabel kompetensi profesional guru didapat sebesar 0,767. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pada tabel r product moment diperoleh harga pada taraf kepercayaan 95% untuk 30 responden yaitu sebesar 0,361, karena > maka soal angket tersebut reliabel pada taraf kepercayaan 95% sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

Perhitungan reliabilitas untuk variabel motivasi belajar siswa didapat sebesar 0,830. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pada tabel r


(33)

45

product moment diperoleh harga pada taraf kepercayaan 95% untuk 30 responden yaitu sebesar 0,361, karena > maka soal angket tersebut reliabel pada taraf kepercayaan 95% sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

3.5.2 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006:168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kevalidan dari suatu instrumen”. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Dalam uji validitas ini digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

= Jumlah skor tiap item dari seluruh responden penelitian

= Jumlah skor total selururh item dari keseluruhan responden penelitian = Jumlah responden penelitian

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini adalah teknik product moment corelation, yakni korelasi antar skor-skor tes yang divaliditaskan dengan skor-skor tes tolak ukurannya dari peserta yang sama. Suatu item dikatakan valid jika rhitung > rtabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel, maka item tidak valid dihapus dari instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas soal, penulis menggunakan program Excel for Windows.

Uji validitas yang dilakukan oleh penulis dengan mengujicobakan angket penelitian kepada beberapa siswa SMA Negeri 21 Kota Bandung dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa. Jumlah pernyataan angket yang disebarkan sejumlah 45 pernyataan.


(34)

Berikut ini ditampilkan hasil uji validitas berdasarkan perhitungan dengan bantuan program Excel for Windows untuk variabel kompetensi pedagogik guru (X1) yang dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas

Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (X1) No Item

Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi ( )

Nilai

(n=30 α=5%) Keterangan

1 1 0,456 0,361 Valid

2 2 0,666 0,361 Valid

3 3 0,401 0,361 Valid

4 0,216 0,361 Tidak Valid

5 4 0,408 0,361 Valid

6 -0,057 0,361 Tidak Valid

7 5 0,708 0,361 Valid

8 6 0,834 0,361 Valid

9 7 0,378 0,361 Valid

10 8 0,612 0,361 Valid

11 9 0,808 0,361 Valid


(35)

47

13 0,016 0,361 Tidak Valid

14 11 0,487 0,361 Valid

15 12 0,727 0,361 Valid

16 13 0,717 0,361 Valid

17 0,141 0,361 Tidak Valid

Sumber : data diolah, 2014

Dari data tersebut dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir pertama hingga butir ke-17 dibandingkan dengan harga untuk 30 responden yaitu sebesar 0,361. Keputusan valid atau tidaknya setiap butir soal dilihat berdasarkan kriteria, yaitu jika harga < maka item soal tersebut tidak valid, sedangkan jika > maka item soal tersebut valid.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa dari 17 pernyataan yang disebarkan kepada responden tersebut terdapat 4 nomor item yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian dihilangkan sehingga jumlah pernyatan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 13 item pernyataan.

Hasil uji validitas berdasarkan perhitungan dengan bantuan program Excel for Windows untuk variabel kompetensi profesional guru (X2) yang dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas

Variabel Kompetensi Profesional Guru (X2) No Item

Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi ( )

Nilai

(n=30 α=5%) Keterangan

1 1 0,614 0,361 Valid

2 2 0,527 0,361 Valid

3 -0,004 0,361 Tidak Valid

4 3 0,362 0,361 Valid

5 4 0,642 0,361 Valid

6 5 0,729 0,361 Valid


(36)

8 7 0,730 0,361 Valid

9 8 0,610 0,361 Valid

10 9 0,597 0,361 Valid

11 10 0,723 0,361 Valid

12 11 0,652 0,361 Valid

13 12 0,583 0,361 Valid

Sumber : data diolah, 2014

Dari data tersebut dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir pertama hingga butir ke-13 dibandingkan dengan harga untuk 30 responden yaitu sebesar 0,361. Keputusan valid atau tidaknya setiap butir soal dilihat berdasarkan kriteria, yaitu jika harga < maka item soal tersebut tidak valid, sedangkan jika > maka item soal tersebut valid.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa dari 13 pernyataan yang disebarkan kepada responden tersebut terdapat satu pertanyaan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian dihilangkan sehingga jumlah pernyatan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 12 item pernyataan.

Hasil uji validitas berdasarkan perhitungan dengan bantuan program Excel for Windows untuk variabel motivasi belajar siswa (Y) yang dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas

Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y) No Item

Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi ( )

Nilai

(n=30 α=5%) Keterangan

1 1 0,823 0,361 Valid

2 2 0,511 0,361 Valid

3 3 0,521 0,361 Valid

4 4 0,419 0,361 Valid

5 0,229 0,361 Tidak Valid


(37)

49

7 6 0,625 0,361 Valid

8 7 0,576 0,361 Valid

9 8 0,367 0,361 Valid

10 9 0,799 0,361 Valid

11 10 0,767 0,361 Valid

12 11 0,678 0,361 Valid

13 12 0,463 0,361 Valid

14 13 0,719 0,361 Valid

15 14 0,820 0,361 Valid

Sumber : data diolah, 2014

Dari data tersebut dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir pertama hingga butir ke-15 dibandingkan dengan harga untuk 30 responden yaitu sebesar 0,361. Keputusan valid atau tidaknya setiap butir soal dilihat berdasarkan kriteria, yaitu jika harga < maka item soal tersebut tidak valid, sedangkan jika > maka item soal tersebut valid.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa dari 15 pernyataan yang disebarkan kepada responden tersebut terdapat satu pertanyaan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian dihilangkan sehingga jumlah pernyatan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 14 item pernyataan.

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.6.1 Uji asumsi klasik

Menurut Gujarati (2003:97), “Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisienan regresinya efisien”. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang dilakukan adalah pengujian normalitas, linieritas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

3.6.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumusan hipotesis adalah sebagai berikut :


(38)

H0 : Data tidak berdistribusi normal H1 : Data berdistribusi normal

Uji normalitas bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus chi-kuadrat ( yaitu :

(Sudjana, 2004 : 180) Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mencari rata-rata (mean)

2) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)

3) Membuat tabel penolong sebagai berikut : Batas

Kelas

Z untuk Batas Kelas

Luas tiap Kelas Interval

Frekuensi Teoritis ( )

Frekuensi Pengamatan ( ) 4) Menghitung nilai z untuk batas kelas (z)

5) Menghitung nilai Frekuensi Teoritis

Bila hasil 2hitung ini dikonsultasikan dengan nilai tabel dengan chi kuadrat dengan derajat kebebasan (dk) = k-3, taraf nyata 5 % maka diperoleh chi kuadrat tabel 2tabel. Kesimpulan yang diambil adalah dengan membandingkan 2hitung dengan 2tabel :

 Jika nilai 2hitung ≥ nilai 2tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

 Jika nilai 2hitung ≤ nilai 2tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Pengujian normalitas juga dapat dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20. Langkah- langkah pengujian normalitas menggunakan SPPS adalah sebagai berikut :


(39)

51

1) Klik Analyze, Klik Legacy Test, Klik 1-Sample K-S

2) Pindahkan data yang akan diuji ke kolom kanan dengan tanda panah 3) Centang Normal pada Test Distribution, lalu tekan Ok

3.6.1.2Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran regresi. Adapun langkah- langkah perhitungan uji linearitas adalah sebagai berikut: 1) Menyusun tabel kelompok data variabel dan variabel Y

2) Melakukan perhitungan dengan rumus menurut Sudjana (2003:17-19) sebagai berikut :

a. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg(a)) dengan rumus:

 

2

) (

n

Y JKrega

b. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg(b/a)) JKreg(b/a) =

  

 

Xn Y

XY b.

c. Menghitung Jumlah Kuadrat Residu (JKsisa) JKsisa =

-JKreg(a) -JKreg(b/a)

2

Y

d. Menghitung Kuadrat Tengah Regresi ( reg(a)) reg(a) = JKreg(a) e. Menghitung Kuadrat Tengah Regresi ( )

= JKreg(b/a) f. Menghitung Kuadrat Tengah Sisa ( )

=

2

-n JKsisa


(40)

g. Mencari Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JKG=

 

         k n Y Y 2 2

h. Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKT C) JKT C = JKsisa - JKE i. Mencari Kuadrat Tengah Tuna Cocok ( )

=

2

-k JKTC

j. Mencari Kuadrat Tengah Galat ( ) =

k n JKG

-k. Mencari nilai Fhitung

F

hitung

=

Setelah melakukan perhitungan seperti langkah diatas langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian, bila hasil ini dikonsultasikan dengan nilai tabel F dengan dk pembilang k-2 dan dk penyebut n-k, taraf nyata 5% maka diperoleh . Kesimpulan yang diambil adalah dengan membandingkan

dengan :

 Jika berarti data tidak linier

 Jika berarti data linier

Pengujian linieritas juga dapat dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20. Langkah-langkah pengujian linieritas menggunakan SPPS adalah sebagai berikut:

1) Dari menu utama SPSS, pilih menu analyze, kemudian submenu compare means, lalu pilih means.

2) Tampak di layar windows means.

3) Pada kotak Dependent List isikan variabel MBS (Motivasi Belajar Siswa) 4) Pada kotak Independent List isikan variabel K.Pd (Kompetensi Pedagogik),


(41)

53

5) Pilih option, dilayar akan muncul tampilan windows Means: Option. 6) Aktifkan pilihan Test for Linearity.

7) Klik continue.

3.6.1.3Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2013:105), “Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)”. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas ya ng harus diatasi. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dalam suatu model adalah salah satu cara yang digunakan menurut Ghozali (2013:105-106) adalah:

Dilihat dari Tolerance Value (TV) dan lawannya Variance Inflation Factors (VIF) dengan menggunakan SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi.

Batas VIF adalah 10 dan TV adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai TV lebih kecil dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas. Berikut ini disajikan cara mendeteksi multikolinieritas dengan menganalisis matriks korelasi antara variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan VIF menggunakan bantuan software SPSS versi 20 for windows. Dengan langkah-langkah menurut Ghozali (2013:106) sebagai berikut :

1) Dari menu utama SPSS, pilih menu analyze, kemudian submenu regression, lalu pilih linier.

2) Tampak di layar windows Linier Regression.

3) Pada kotak Dependent isikan variabel MBS (Motivasi Belajar Siswa). 4) Pada kotak Independent isikan variabel K.Pd, dan K.Pr.

5) Pada kotak method, pilih enter.

6) Untuk menampilkan matrik korelasi dan nilai Tolerance serta VIF.

7) Pilih Statistics, dilayar akan muncul tampilan windows Linier Regression Statistics.


(42)

3.6.1.4Uji Heteroskedastisitas

Model yang baik adalah model yang tidak terdapat heteroskedastisitas dan seharusnya homoskedasitisitas. Salah satu cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan cara melihat Scatter Plot pada program SPSS. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

Menurut Ghozali (2013:139) dasar pengambilan keputusan uji tersebut yaitu sebagai berikut:

I. Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.

II. Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Langkah- langkah untuk pengujian heteroskedastisitas menggunakan bantuan software SPSS v.20 for windows adalah sebagai berikut menurut Ghozali (2013:140):

1) Lakukan regresi dengan persamaan MBS= f(K.Pd,K.Pr)

2) Lanjutkan dengan menekan tombol Plots hingga layar tampak tampilan windows Linear Regression Plots.

3) Masukan variabel SRESID (S-Residu) pada kotak pilihan Y dan 4) Masukan variabel ZPRED (Z-Prediksi) pada kotak pilihan X 5) Tekan Continue dan abaikan yang lain lalu OK

6) Hasil Output SPSS 3.6.2 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Riduwan dan Kuncoro (2012:2) mengemukakan “model analisis jalur (Path Analysis) digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan


(43)

55

tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat”. Langkah- langkah menguji Path Analysis sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural Hipotesis:

Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.

Strukturnya:

(Riduwan, 2012:116) Keterangan:

Y = Motivasi belajar siswa X1 = Kompetensi pedagogik X2 = Kompetensi profesional

= error term

2. Menghitung koefisien jalur yang berdasarkan pada koefisien regresi

 Gambarkan diagram jalur lengkap dengan sub-sub strukturnya dan rumusan persamaan strukturnya yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yakni:

Gambar 3.1

Hubungan Struktur X1, X2 terhadap Y

- Mengitung koefisien korelasi dan regresi untuk struktur yang telah ditentukan untuk mengetahui berapa besar hubungan antar variabel independen.

Persamaan regresi ganda: Y

rX1X2

x2y

x1y

X1

X2


(44)

3. Menghitung koefisien korelasi jalur secara stimulan (keseluruhan)/ uji F Uji secara stimulan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ho : yx1 = yx2 = 0

Ha : yx1 = yx2 0

Kaidah pengujian signifikan ( menggunakan tabel F)

(Riduwan dan Kuncoro, 2012:117) Keterangan:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen = Rsquare

Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut : Ha :

Ho :

Hipotesis bentuk kalimat :

Ha: kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru secara simultan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

Ho: kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru secara simultan tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Untuk melakukan pengujian signifikansi, dalam penelitian ini menggunakan program SPSS v.20 for windows, dengan kriteria uji signifikansi menurut Riduwan dan Kuncoro (2012:117):

a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.


(45)

57

4. Menghitung koefisien jalur secara individual (parsial) uji t

Pengujian t statistik bertujuan untuk menguji signifikansi masing- masing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Hipotesis pengujian individual dirumuskan sebagai berikut :

Hipotesis 1

Ha : : Secara individual X1 berpengaruh positif terhadap Y Ho : : Secara individual X1 tidak berpengaruh terhadap Y Hipotesis 2

Ha : : Secara individual X2 berpengaruh positif terhadap Y Ho : : Secara individual X2 tidak berpengaruh terhadap Y

Secara individu (parsial) uji statistik yang digunakan adalah uji t yang di hitung dengan rumus:

(Riduwan dan Kuncoro, 2012: 117) Keterangan:

k = koefisien jalur yang akan diuji

tk = t hitung untuk tiap koefisien jalur variabel Xk

k = jumlah variabel eksogen yang terdapat dalam substruktur n = jumlah sampel

= standar eror koefisien jalur

dk = degree of freedom atau derajat kebebasan

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengujian secara parsial dengan menggunakan bantuan program SPSS v.20 for windows yaitu dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.


(46)

b. Jika nilai probabilitas lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

5. Menguji pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap variabel

Untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap variabel, digunakan perhitungan sebagai berikut:

a. Pengaruh X1 terhadap Y:

Pengaruh langsung = YX1YX1

Pengaruh tidak langsung melalui X1.2= YX1 rX1X2 YX2 Pengaruh total X1 terhadap Y = ……….. b. Pengaruh X2 terhadap Y:

Pengaruh langsung = YX2YX2

Pengaruh tidak langsung melalui X1.1= YX2 rX2X1 YX1 Pengaruh total X2 terhadap Y = ……….. 6. Meringkas dan menyimpulkan


(47)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta

Baharudin, dan Wahyuni, E.N. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Dalyono, M. (2009). Psikologi kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah, S B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Kencana

Firdaus, M. (2004). Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara

Firdaus, Y, dkk. (2000). Akuntansi SMU 1. Jakarta: Erlangga

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Edisi 7. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gujarati. (2003). Basic Econometric. Singapore : McGraw Hill

Hadis, A. (2008). Psikologi Dalam Pendidikan (Sangat Penting untuk: Dosen, Guru, Mahasiswa, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerhati Pendidikan).

Bandung: Alfabeta

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(48)

Masyhuri dan Zainuddin. (2009). Metode Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama

Moeslihat, R. (2005). Akuntansi Untuk SMA Kelas XI. Bogor: CV Regina Mulyadi, A. (2004). Akuntansi Untuk SMA Kelas XI. Bandung

Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana

Program Studi Pendidikan Akuntansi. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Prastowo, A. (2011). Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Riduwan dan Kuncoro, E.A., (2012). Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis. Bandung: Alfabeta

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rochaety, E. (2007). Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media

Sadeli, L M. (2009). Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Santrock, J W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group


(49)

100

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sarwono, J. (2009). Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sekaran, U. (2006). Research Methods For Business – Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Somarya, D. Nuryani, P. dkk. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. (2012) Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sukardjo, dan Komarudin, U. (2009). Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Sujarweni, V W. (2007). Panduan Mudah Menggunakan SPSS (Dilengkapi Contoh Penelitian Bidang Ekonomi). Yogyakarta: Ardana Media

Syamsudin, A M. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Uno, H B. (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


(50)

Usman, U. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit: PT Remaja Rodakarya

Wlodkowski, Raymond & Jaynes. (2004). Hasrat Untuk Belajar (Membantu Anak-Anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar). Yogyakarta: Pustaka

Belajar

Sumber Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

UU No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Sumber Skripsi:

Anggraeni, Lia. (2014). Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMAN 14 Bandung: Survey

Pada Kelas XI IPS. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

Arifin, Winna. (2012). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMA

Muhammadiyah 1 Tasikmalaya. Skripsi. Bandung: Program Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Mulyani, Rima. (2011). Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Akuntansi

Kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung). Skripsi. Bandung: Program


(51)

102

Sumber Internet:

Kompas. (2011). Indikasi Pendidikan Indonesia Menurun. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.%20Pendidi kan.Indonesia.Menurun [03 Januari 2014]

Handrianto, P. (2012). Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Belajar. [Online]. Tersedia: http://sainsjournal- fst11.web.unair.ac.id [04

April 2014]

Mariyana, R. (____). Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122-RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf [07 Desember 2013]

Sumber Jurnal:

Widoyoko, Eko P. (2005). Kompetensi Mengajar Guru SMA Purworejo. Cakrawala Pendidikan. Th XXIV No.3

Werdayanti, Andaru. (2008). Pengaruh Kompetensi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Di Kelas Dan Fasilitas Guru Terhadap Motivasi Belajar. Jurnal

Pendidikan Ekonomi Vol. 3 No. 1 Februari

Williams, K.C and Williams, C.C. (2011). “Five Key Ingredients for Improving


(52)

(1)

NURUL NURBANI RAHAYU, 2014

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

DI S MAN 21 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.ed

No. Daftar: 340/UN40.7.D1/LT/2014 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta

Baharudin, dan Wahyuni, E.N. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Dalyono, M. (2009). Psikologi kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah, S B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Kencana

Firdaus, M. (2004). Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara

Firdaus, Y, dkk. (2000). Akuntansi SMU 1. Jakarta: Erlangga

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Edisi 7. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gujarati. (2003). Basic Econometric. Singapore : McGraw Hill

Hadis, A. (2008). Psikologi Dalam Pendidikan (Sangat Penting untuk: Dosen,

Guru, Mahasiswa, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerhati Pendidikan).

Bandung: Alfabeta

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi (KTSP) dan Sukses dalam


(2)

Masyhuri dan Zainuddin. (2009). Metode Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama

Moeslihat, R. (2005). Akuntansi Untuk SMA Kelas XI. Bogor: CV Regina Mulyadi, A. (2004). Akuntansi Untuk SMA Kelas XI. Bandung

Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber

Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana

Program Studi Pendidikan Akuntansi. (2013). Pedoman Operasional Penulisan

Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Prastowo, A. (2011). Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Riduwan dan Kuncoro, E.A., (2012). Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis. Bandung: Alfabeta

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rochaety, E. (2007). Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media

Sadeli, L M. (2009). Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Santrock, J W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group


(3)

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sarwono, J. (2009). Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar

Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sekaran, U. (2006). Research Methods For Business – Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Somarya, D. Nuryani, P. dkk. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. (2012) Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sukardjo, dan Komarudin, U. (2009). Landasan Pendidikan: Konsep dan

Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers

Sujarweni, V W. (2007). Panduan Mudah Menggunakan SPSS (Dilengkapi

Contoh Penelitian Bidang Ekonomi). Yogyakarta: Ardana Media

Syamsudin, A M. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Uno, H B. (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang


(4)

Usman, U. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit: PT Remaja Rodakarya

Wlodkowski, Raymond & Jaynes. (2004). Hasrat Untuk Belajar (Membantu

Anak-Anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar). Yogyakarta: Pustaka

Belajar

Sumber Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

UU No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Sumber Skripsi:

Anggraeni, Lia. (2014). Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMAN 14 Bandung: Survey Pada Kelas XI IPS. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

Arifin, Winna. (2012). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap

Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya. Skripsi. Bandung: Program Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Mulyani, Rima. (2011). Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap

Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung). Skripsi. Bandung: Program


(5)

Sumber Internet:

Kompas. (2011). Indikasi Pendidikan Indonesia Menurun. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.%20Pendidi kan.Indonesia.Menurun [03 Januari 2014]

Handrianto, P. (2012). Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi

Belajar. [Online]. Tersedia: http://sainsjournal- fst11.web.unair.ac.id [04 April 2014]

Mariyana, R. (____). Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Bimbingan. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122-RITA_MARIYANA/JURNAL_kompetensi_guru_dalam_PBB.pdf [07 Desember 2013]

Sumber Jurnal:

Widoyoko, Eko P. (2005). Kompetensi Mengajar Guru SMA Purworejo.

Cakrawala Pendidikan. Th XXIV No.3

Werdayanti, Andaru. (2008). Pengaruh Kompetensi Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar Di Kelas Dan Fasilitas Guru Terhadap Motivasi Belajar. Jurnal

Pendidikan Ekonomi Vol. 3 No. 1 Februari

Williams, K.C and Williams, C.C. (2011). “Five Key Ingredients for Improving Student Motivation”, Research in Higer Education Journal. Vol. 12 p.1-23


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU, KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK WIJAYAKUSUMA JATILAWANG

1 16 162

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU, KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, FASILITAS BELAJAR DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMIAKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA

1 16 209

“ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 2 Sukoharjo

0 2 14

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 14 BANDUNG.

0 3 58

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS.

0 1 61

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI 6 BANDUNG : Studi Kasus Kelas XI IPS.

0 0 51

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA STUDI: PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA PASUNDAN SE-KOTA BANDUNG.

4 18 58

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 10 BANDUNG.

0 0 57

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI MAN 2 KOTA BANDUNG.

0 0 40

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMAN 21 BANDUNG - repository UPI S PEA 1001196 Title

0 0 4