PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS.

(1)

Lia Anggraeni, 2014

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14

BANDUNG

(Survey Pada Siswa Kelas XI IPS) Skripsi

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

Lia Anggraeni ( 0901584 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

(3)

(4)

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG

(Survei Pada Siswa Kelas XI IPS)

Lia Anggraeni

Pembimbing : Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di SMAN 14 Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh tentang kompetensi guru dan motivasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung beserta pengaruhnya.

Desain penelitian ini menggunakan metode survey dan verifikatif. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS berjumlah 104 siswa. Hal ini dikarenakan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi ganda dan pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS V.21 for windows.

Gambaran kompetensi guru pada mata pelajaran akuntansi adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi sedangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional berada dalam kategori sedang. Adapun gambaran motivasi belajar siswa berada dalam kategori sedang.

Berdasarkan analisis data yang yang telah dilakukan menggunakan analisis korelasi ganda maka diperoleh gambaran pengaruh kompetensi guru secara simultan dan parsial. Pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 0,370 atau 37%, sedangkan 63% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan pengaruh kompetensi guru secara parsial yaitu kompetensi pedagogik berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 25,70%, kompetensi kepribadian berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 9,79%, kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap motivasi belajar sebesar 29,81%, dan kompetensi sosial berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 15,84%.


(5)

Lia Anggraeni, 2014

THE INFLUENCE OF TEACHER’S COMPETENCE TOWARDS STUDENT

LEARNING MOTIVATION OF ACCOUNTING SUBJECT IN CLASS XI IPS SMAN 14 BANDUNG

( Survey On Grade Students XI IPS ) Lia Anggraeni

Supervisor : Drs . H. Ajang Mulyadi, M.M ABSTRACT

The research was conducted at SMAN 14 Bandung. The purpose of this research is to describe and examine the effect of the teacher’s competence and student’s learning motivation on accounting subjects in SMAN 14 Bandung, Social Sciences Class Grade XI.

This research uses survey and verification method. Populations and samples used in this research are students of class XI IPS with 104 students. This is due to the usage of saturated sampling technique as data collecting techniques. The techniques of data analysis which is used are multiple correlation analysis and data processing using SPSS V.21 for windows.

The teacher’s competence in accounting subjects are pedagogical competence and social competence, and it’s in the top category while personal competence and professional competence are in a mediocre category. The picture of the students' motivation is in the medium category.

The data analysis that has been done using multiple correlation analysis, results a picture of the influence of the teacher competence, simultaneously and partially. Influence of pedagogical competence, personal competence, professional competence, and social competence positively affect student’s motivation by 0,370 or 37 %, the other 63 % is influenced by other factors. While the influence of partial teacher’s competence which is pedagogical competence, negatively affect motivation by 25,70 % , personal competence negatively affect motivation by 9,79 %, professional competence has a positive effect on learning motivation by 29,81 %, and the effect of social competence negatively affect student’s motivation by 15,84 % . Keywords: Teacher Competence , Motivation Learning students


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...i

KATA PENGANTAR ……….………iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………...iv

DAFTAR ISI ………....v

DAFTAR TABEL ……….…viii

DAFTAR GAMBAR ………...xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..1

1.2 Rumusan Masalah ……….………..8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………8

1.4 Kegunaan Penelitian ………9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Guru ………10

2.1.1 Definisi Kompetensi ………...10

2.1.2 Kompetensi guru ………11

2.1.3 Kompetensi Pedagogik ………...12

2.1.4 Kompetensi Kepribadian ……...……….14

2.1.5 Kompetensi Profesional ………...17

2.1.6 Kompetensi Sosial ………..18

2.2 Hubungan antar Kompetensi ………...20


(7)

Lia Anggraeni, 2014

2.2.2 Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kompetensi Profesional…....20

2.2.3 Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kompetensi Sosial ………....21

2.2.4 Hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Profesional….22 2.2.5 Hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Sosial ………23

2.2.6 Hubungan Kompetensi Profesional dengan Kompetensi Sosial…...……23

2.2.7 Hubungan Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar……….24

2.3 Teori Belajar ………26

2.3.1 Pengertian Belajar ……….26

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ………..27

2.3.3 Prinsip-prinsip Belajar ………..29

2.4 Motivasi Belajar ………...30

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar ……….30

2.4.2 Fungsi dan Tujuan Motivasi ……….34

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ………34

2.4.5 Teknik Pemberian Motivasi ………..35

2.4.6 Indikator Motivasi……….36

2.6 Penelitian Terdahulu ………36

2.7 Kerangka Pemikiran ………38

2.8 Hipotesis ………..45

BAB III METODE PENELITIAN ……….46

3.1 Desain Penelitian………..46

3.2 Operasionalisasi Variabel ………47


(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Dataa ……….55

3.5 Teknik Pengujian Instrumen ………56

3.51 Uji Validitas ………...56

3.52 Uji Reliabilitas ………...66

3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ………..71

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ……….76

4.1 Gambaran Objek Penelitian ………...76

4.1.1 Sejarah Sekolah ………...76

4.1.2 Visi & Misi ………..77

4.2 Deskripsi Penelitian ………...79

4.2.1 Gambaran Umum Kompetensi Guru ………...79

4.2.2 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru (Variabel X1) ………..81

4.2.3 Gambaran Kompetensi Kepribadian Guru (Variabel X2) ………….…..87

4.2.4 Gambaran Kompetensi Profesional Guru (Variabel X3) …………...…..93

4.2.5 Gambaran Kompetensi Sosial (Variabel X4) ………..96

4.2.6 Gambaran Motivasi Belajar Siswa (Y) ………..100

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ………...109

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ………...120

4.4.1 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi Belajar ………..120

4.4.2 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Motivasi Belajar ……...121

4.4.3 Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Motivasi Belajar ………123

4.4.4 Pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Motivasi Belajar ………..124

4.4.5 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar ………126

BAB V KESIMPULAN & SARAN ………...128

5.1 Kesimpulan ………128

5.2 Saran ………..129 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Lia Anggraeni, 2014

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa ………...4

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ………...50

Tabel 3.2 Populasi dan Sampel ………...50

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung ………..56

Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….57

Tabel 3.3 Penilai Numerical Scale ………..58

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) ……….60

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian) ………..62

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional) ………...62

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial) ………63

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar) ……….64

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) ……….65

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian) ………66

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional) ……….67

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial) ………..67

Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar) ………...68


(10)

Tabel 4.2 Gambaran Umum Kompetensi Guru ………..88

Tabel 4.3 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru ………90

Tabel 4.4 1. Memahami Peserta Didik Secara Mendalam ………91

Tabel 4.5 2. Merancang Pembelajaran termasuk Memahami Landasan Pendidikan91 Tabel 4.6 3. Melaksanakan Pembelajaran……… 93

Tabel 4.7 4. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan ………94

Tabel 4.8 5. Mengembangkan Peserta Didik Mengaktualisasikan Berbagai Potensinya………..95

Tabel 4.9 Gambaran Umum Kompetensi Kepribadian Guru ………96

Tabel 4.10 1. Kepribadian yang Mantap dan Stabil ………..97

Tabel 4.11 2.Kepribadian yang Dewasa ………98

Tabel 4.13 3. Kepribadian yang Arif ……….99

Tabel 4.14 4. Kepribadian yang Berwibawa ………..100

Tabel 4.15 5. Berakhlak Mulia ……….………..101

Tabel 4.15 Gambaran Umum Kompetensi Profesional ………102

Tabel 4.16 1. Menguasai Substansi Yang Terkait Bidang ………..103

Tabel 4.17 2. Memahami metode dan struktur keilmuan ………...104

Tabel 4.18 Gambaran Umum Kompetensi Sosial ……….. 104

Tabel 4.19 1. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan Peserta Didik ………107

Tabel 4.20 2. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan sesama Pendidik …...108

Tabel 4.21 3. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan Orangtua/wali ……..109

Tabel 4.22 Gambaran Motivasi Belajar Siswa ……….………...111


(11)

Lia Anggraeni, 2014

Tabel 4.24 2. Frekuensi Kegiatan ………..113

Tabel 4.25 3. Persistensi ………114

Tabel 4.26 4. Ketabahan, Keuletan, dan Kemampuannya dalam Menghadapi Rintangan untuk Mencapai Tujuan ………..115

Tabel 4.27 5. Devosi dan Pengorbanan Untuk Mencapai Tujuan ………..116

Tabel 4.28 6. Tingkat Aspirasi yang Hendak Dicapai dengan Kegiatan yang Dilakukan ………...116

Tabel 4.29 7. Tingkat Kualifikasi Prestasi, Produk, Output, yang Dicapai dari Kegiatannya ………...117

Tabel 4.30 8. Arah Sikapnya Terhadap Suatu Sasaran Kegiatan ………118

Tabel 4.31 Coefficients ………..………...119

Tabel 4.32 Uji Korelasi Antar Variabel ………..………..121

Tabel 4.33 Interpretasi Koefisien Korelasi ………..………124

Tabel 4.34 R Square Variabel ………..……….127

Tabel 4.35 Uji F ………..………..128

Tabel 4.36 Uji t ………..………...130


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow ………...35 Gambar 2.2 Model Hubungan Antar Variabel………46

Gambar 3.1 Model Penelitian………..78

Gambar 4.1 Grafik Uji Normalitas Data Variabel Motivasi Belajar (Y)…………..120 Gambar 4.2 Grafik Uji Heteroskedastisitas………...122 Gambar 4.3 Rumusan Model jalur…...124 Gambar 4.4 Model Diagram Jalur……….134


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam membangun kemajuan suatu Negara. Pendidikan bertransformasi untuk membangun manusia yang berkualitas baik dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi serta karakter bangsa itu sendiri. Kunci utama kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan. Oleh karena itu, kemajuan tersebut dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.

Ketatnya persaingan yang timbulkan atas efek dari globalisasi menjadi sebuah tantangan bagi dunia pendidikan, tak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menyiasati hal tersebut. Selain sumber daya alam, sumber daya manusia yang berkualitas pun memiliki peranan yang cukup strategis dalam membenahi permasalahan yang mencuat.

Pendidikan merupakan salah satu garda terdepan yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan pembangunan atas suatu bangsa. Karena dari dunia pendidikan inilah muncul bibit-bibit baru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengubah kemajuan bangsa itu sendiri.

Sayangnya, hari ini kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini dikemukakan oleh Education Development Index (EDI) bahwa Indonesia berada pada


(14)

peringkat ke-69. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34) (http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan). Fakta lainnya disebutkan oleh Human Development Index (HDI) (dalam Mulyasa, 2012:3) bahwa Indonesia menempati peringkat 108 tahun 1998, peringkat 109 tahun 1999, dan ranking 111 tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti.

Pendidikan yang berkualitas tergantung dari sebuah proses pembelajaran yang terjadi di dalamnya. Dimana semua komponen yang berhubungan dengan aktivitas tersebut memiliki kaitan yang erat sehingga dapat menciptakan output yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Uno (2010 : 15) belajar adalah :

Pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Dalam melaksanakan proses belajar tentunya dibutuhkan suatu tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan belajar menurut Hamalik (2010 : 73) yaitu :

Sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.


(15)

Tujuan belajar dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting. Karena sistem pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus kepentingan itu terletak pada ( Hamalik, 2010 : 75 ) :

1. Untuk menilai hasil pembelajaran; 2. Untuk membimbing siswa belajar; 3. Untuk merancang sistem pembelajaran;

4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lain dalam meningkatkan proses pembelajaran; dan

5. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran.

Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor y ang mempengaruhi siswa. Salah satunya adalah motivasi belajar siswa itu sendiri. Menurut Purwanto (2011:71), “motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasilnya atau tujuan tertentu.” Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Namun, terkadang motivasi siswa perlu dirangsang dari luar sehingga menimbulkan motivasi belajar.

Santrock (2007 : 509) menyatakan bahwa “motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar. Murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar.”

Hal yang dipaparkan diatas menjelaskan bahwa motivasi merupakan elemen penting dalam proses belajar agar siswa terdorong untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan keberhasilan yang optimal. Sayangnya motivasi yang


(16)

tumbuh di kalangan siswa belum muncul ke permukaan. Hal ini dapat dilihat dari data pra penelitian yang dibagikan pada siswa XI IPS SMAN 14 Bandung.

Tabel 1.1

Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa Alternatif Jawaban Skala Frekuensi Persentasi

Positif tertinggi 5 27 12,86%

Positif tinggi 4 43 20,48%

Positif sedang 3 87 41,43 %

Positif rendah 2 31 14,76 %

Positif terendah 1 22 10,48 %

Jumlah 210 100%

Sumber : Pra Penelitian di SMAN 14 Bandung (Data diolah)

Pra penelitian ini untuk mengungkap gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 14 Bandung mengenai kecenderungan siswa dalam menyempatkan waktunya untuk belajar akuntansi, tingkat aspirasi, arah sikap, ketertarikan siswa terhadap akuntansi, dan kemampuan siswa dalam memahami akuntansi.

Berdasarkan tabel 1.1 tentang gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa termasuk ke dalam golongan sedang dengan persentase sebesar 41,43%. Motivasi yang tergolong sedang ini menunjukkan kecenderungan siswa dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi masih belum begitu mendalam.

Hal tersebut pun diakui oleh siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung saat diwawancarai oleh peneliti. Meskipun diakui bahwa mereka telah memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran akuntansi, namun hal tersebut belum dapat memicu motivasi belajar mereka. Kecenderungan dalam meluangkan waktu untuk


(17)

belajar mata pelajaran akuntansi diakui masih sangat jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Tingkat ketabahan dan keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan pun belum terlihat begitu tinggi. Jika dihadapkan pada soal akuntansi yang dianggap sulit, siswa lebih memilih untuk menunggu guru akuntansi membahas soal secara bersama-sama di kelas. Pada akhirnya siswa memang menyadari bahwa motivasi belajar mereka terhadap akuntansi belum tumbuh secara utuh.

Melihat masalah tersebut maka perlu ada upaya untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan membenahi motivasi belajar siswa. Apabila motivasi belajar siswa tidak tumbuh secara tepat maka kesadaran siswa untuk melakukan perbuatan belajar dan mencapai keberhasilan pembelajaran tidak akan optimal. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (2010 : 108) bahwa “motivasi dapat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan optimal.” Oleh karena itu, motivasi menjadi salah satu salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.

Dalam hal ini peran guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting untuk mendongkrak motivasi belajar siswa agar tercapainya keberhasilan program pembelajaran. Seorang guru menjadi tolok ukur dunia pendidikan. Kualitas seorang guru merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Hal tersebut karena kualitas seorang guru akan menentukan dan memberi pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Seorang guru haruslah menjadi figur teladan, sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi siswanya. Selain menjadi


(18)

tenaga pengajar, seorang guru juga harus mampu mendidik, mengarahkan, menjadi fasilitator, dan motivator siswanya agar mampu maju dan berkembang sesuai dengan cita-cita mereka sendiri.

Dalam kaitannya dengan motivasi belajar siswa, guru merupakan salah satu motor penggerak yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Karena menurut Mulyasa “untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.” Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki peran dalam meningkatkan pendidikan yang terencana dan berkala. Dalam menjalankan perannya tersebut guru harus selalu melakukan perkembangan atas dirinya sendiri baik itu dari aspek kompetensi maupun keterampilannya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh guru menurut UU No.14 Tahun 2005 terdiri atas kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Menurut Mulyasa (2012:58) :

Eloknya setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana peserta didik belajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar sebaik-baiknya.

Oleh karena itu guru yang dibekali kompetensi pedagodik, kepribadian, profesional, dan sosial mampu untuk mengerahkan kemampuannya dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa.


(19)

Guru dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan menjadikan dirinya sebagai sosok yang inspiratif dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dalam kegiatan belajar. Karena menurut pernyataan Gary dan Margaret (dalam Mulyasa, 2012:21) bahwa :

Guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback), dan penguatan (reinforcement), dan (4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.

Hal ini serupa pun dinyatakan oleh Naim (2011:171) bahwa, “perpaduan antara guru yang inspiratif dan suasana pembelajaran akan menjadi dimensi inspiratif semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa.” Perubahan positif inilah yang akan menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2012:58) bahwa “motivasi dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan, maupun emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.”

Oleh karena itu, guru dapat menjadi salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam mengarahkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat dapat tumbuh dengan baik.

Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di SMAN 14 Bandung.”


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah mengenai penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

3. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.


(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta menguji kebenaran teori mengenai adanya pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai gambaran serta pengaruh kompetensi guru akuntansi dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Hal ini juga dapat menjadi bekal bagi peneliti ketika melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi.

b. Bagi guru-guru, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk dapat terus memotivasi belajar siswa dan mengasah kompetensi guru serta menjadi bahan evaluasi ke depannya sehingga dapat membawa dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru.

c. Bagi Sekolah, hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan inovasi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran.

d. Bagi LPTK, hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi sehingga terus meningkatkan kualitas dalam mencetak guru-guru yang profesional bagi bangsa Indonesia.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian tentang pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan verifikatif.

Menurut Prasetyo, B & Jannah, L (2010:143) :

Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan tersruktur/sistematis tersebut dikenal dengan istilah kuesioner.

Menurut Neuman (dalam Prasetyo,B & Jannah, L, 2010:143 “kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden.”

Menurut Hasan (2006:22) “metode penelitian verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada sebelumnya.”

Maka berdasarkan pengertian di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa metode yang tepat untuk penelitian ini metode survei, karena data yang diperoleh dilakukan pada sejumlah sampel dengan menggunakan angket. Dalam penelitian ini metode survei digunakan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa mengenai


(23)

Lia Anggraeni, 2014

kompetensi guru akuntansi yang terdiri atas kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial dan tingkat motivasi belajar siswa di SMAN 14 Bandung. Selanjutnya hasil dari data persepsi tersebut diverifikasi apakah sesuai dengan hipotesis yang diajukan sesuai dengan data yang diperoleh dilapangan.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010:38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu independen yang selanjutnya kita sebut sebagai variabel (X) atau variabel independen dan variabel (Y) yang selanjutnya kita sebut sebagai variabel dependen.

a.Variabel independen sering juga disebut variabel bebas. Menurut Sugiyono (2010:61) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun variabel independen dalam penelitian ini dibagi menjadi empat dimensi yaitu kompetensi pedagogik (sebagai variabel X1), adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian (sebagai variabel X2) adalah kemampuan guru untuk memiliki kepribadian yang dapat dijadikan teladan meliputi sikap yang dewasa, sopan, santun, dan berakhlak mulia, kompetensi profesional (sebagai variabel X3) adalah


(24)

kemampuan guru dalam menguasai pembelajaran secara mendalam, dan kompetensi sosial (sebagai variabel X4) adalah kemampuan guru dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya meliputi siswa, sesama guru, dan masyarakat

b.. Variabel dependen atau (Y) sering juga disebut sebagai variabel terikat. Menurut Sugiyono (2010:61) variabel dependen adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yaitu dorongan yang berasal dari dalam maupun luar diri siswa untuk bergerak melakukan sesuatu guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang ingin dicapai.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Dimensi Indikator Skala No Item

1. Independent (X)

“Kompetensi Guru”

Kompetensi pedagogik

2.1 Memahami peserta didik secara mendalam yaitu :

a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan koginitif

b. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan kepribadian c. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik


(25)

Lia Anggraeni, 2014

2.2 Merancang pembelajaran termasuk memahami landasanpendidikan untuk kepentingan pembelajaran yaitu :

a. Memahami landasan pendidikan

b. Menerapkan teori

dan belajar

pembelajaran

c. Menentukan strategi pembelajaran

berdasarkan

karakteristik peserta didik kompetensi yang akan dicapai materi ajar

d. Menyusun rancangan pembelajaran

berdasarkan strategi yang dipilih

4

2.3Melaksanakan pembelajaran yaitu :

a. Menata latar (setting) pembelajaran

b. Melaksanakan

pembelajaran yang kondusif

5,6,7,8,9

2.4Merancang dan

Melaksanakan evaluasi pembelajaran yaitu :

a. Merancang dan melaksanakan

evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode

b. Menganalisis hasil evaluasi proses dan


(26)

hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning) c. Memanfaatkan hasil

penilaian

pembelajaran untuk perbaikan kualitas program

pembelajaran secara umum

2.5 Mengembangkan peserta didikuntuk

mengaktualisasi berbagai potensinya yaitu :

a. Memfasilitasi peserta

didik untuk

pengembangan berbagai potensi akademik

b. Memfasilitasi peserta

didik untuk

mengembangkan berbagai potensi non akademik

c. Memfasilitasi peserta

didik untuk

mengembangkan berbagai potensi akademik

12,13

Kompetensi kepribadian

1.1 Kepribadian yang mantap dan stabil yaitu :

a. Bertindak sesuai dengan

norma hukum

b. Bertindak sesuai dengan norma sosial c. Bangga sebagai guru d. Memiliki konsistensi

dalam bertindak


(27)

Lia Anggraeni, 2014

sesuai dengan norma 1.2 Kepribadian yang dewasa yaitu:

a. Menampilkan

kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik

b. Memiliki etos kerja sebagai guru

16

1.3 Kepribadian yang arif yaitu :

a. Menampilkan

tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,sekolah,masyar akat

b. Menunjukkan

keterbukaan dalam berfikir dan bertindak

17

1.4 Kepribadian yang berwibawa yaitu :

a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik

b. Memiliki perilaku yang disegani

18,19,20,21

1.5 Berakhlaq mulia yaitu : a. Bertindak sesuai

dengan norma religious (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) b. Memiliki perilaku

yang diteladani peserta didik

22

Kompetensi professional

3.1 Menguasai substansi keilmuan yang terkait bidang studi yaitu :

a. Memahami materi


(28)

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. Memahami struktur

konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar

c. Memahami

hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Memahami struktur dan metode keilmuan yaitu : Menguasai langkah- langkah penelitian kajian kritis untuk

memperdalam pengetahuan

atau materi bidang studi

27

Kompetensi sosial

4.1 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik yaitu:

a. Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik

4.2Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

4.3 Mampu berkomunikasi


(29)

Lia Anggraeni, 2014

dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan

masyarakat sekitar yaitu : a. Berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 2. Dependent

(Y) “Motivasi Belajar Siswa”

a. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan

penggunaan

waktunya untuk melakukan kegiatan) b. Frekuensi kegiatan

(berapa sering dilakukan dalam periode waktu tertentu)

c. Persistensinya

(ketepatan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan) d. Ketabahan, keuletan,

dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan atau kesulitan untuk mencapai tujuan

e. Devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan f. Tingkat aspirasinya

yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan g. Tingkat kualifikasi

prestasi, produk, output yang dicapai dari kegiatannya h. Arah sikapnya

Interval 31,32,33

,34,35,36,

37,38,39,

40,41,42,


(30)

terhadap sesuatu sasaran kegiatan.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan.” Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung. Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2010:117:5) adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”

Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah sama dengan populasinya yaitu siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung. Dan karena jumlah populasi dan sampelnya sama, maka dengan demikian penelitian ini menggunakan metode sensus. Metode sensus disebut juga sampling jenuh. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2010:124). Alasan dipilihnya seluruh populasi untuk dijadikan sampel karena data yang diambil sebanyak 104 siswa sudah dianggap representatif (mewakili) untuk dilakukan penelitian. Adapun jumlah sampelnya adalah sebagai berikut :


(31)

Lia Anggraeni, 2014

Tabel 3.2

Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Jumlah Siswa

XI IPS 1 35

XI IPS 2 35

XI IPS 3 34

Jumlah 104

Sumber : Absensi Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung 2013/2014

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010:193) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi data hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei (kuesioner) yang dilakukan secara langsung kepada siswa kelas XI IPS di SMAN 14 Bandung.

Adapun instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala numerik. Skala ini menggunakan dua buah nilai ekstrim dan subjek diminta untuk menentukan responnya diantara dua nilai tersebut yang disediakan dengan angka-angka numerik (Jogiyanto, 2009:67).

Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Kuesioner disini memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab dengan cara melingkari salah satu angka dari skala 1 sampai dengan 5. Responden


(32)

dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.

Tabel 3.3 Penilai Skala Numerik

Sering dilakukan Tidak pernah dilakukan

Adapun tahapan penelitian survei menurut Isaac dan Michael (dalam Sukardi, 2004:196) yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan dan skope survei

2. Mendesain angket atau petunjuk wawancara

3. Mengetes instrumen untuk mengidentifikasi dan memperbaiki item yang berkurang relevan, dan mencapai format yang baik, mudah ditabulasi dan dianalisis

4. Jika menggunakan wawancara sebaiknya dibuat guide-nya, dilakukan oleh orang-orang yang terlatih

5. Yakinkan bahwa instrumen harus memiliki karakteristik jelas, simpel, dan langsung berkaitan dengan permasalahannya

6. Menggunakan program komputer yang relevan dan efisien

7. Mempertimbangkan sifat-sifar penting dari responden yang menjadi sasaran utamanya ketika survei dilaksanakan dan analisis data dilakukan 8. Bayangkan variasi hasil yang mungkin muncul dari penelitian survei,

termasuk efek yang mungkin mengejutkan.

3.5 Teknik Pengujian Instrumen 3.5.1 Uji Validitas

Dalam penelitian yang menggunakan metode survei dan instrumen khusus yang digunakan berupa angket, sehingga dibutuhkan pengujian validitas dan reliabilitas. Metode pengujian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Produk Moment Pearson yaitu untuk menguji hipotesis hubungan


(33)

Lia Anggraeni, 2014

antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini digunakan jika data yang diperoleh data berbentuk interval/ratio. Adapun rumus korelasi Produk Moment Pearson sebagai berikut :

(Arikunto, 2009:72) Keterangan :

rxy = Nilai korelasi ProductMoment Pearson

= Jumlah skor item

= Jumlah skor total item n = Jumlah responden

Hasil perhitungan rxy dengan rtabel untuk kriteria kelayakan adalah sebagai berikut dimana :

1. Jika nilai rxy > nilai rtabel maka hasil perhitungan dinyatakan valid 2. Jika nilai rxy ≤nilai rtabel maka hasil perhitungan dinyatakan tidak valid Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa pernyataan yang tidak valid pada beberapa indikator yang dilakukan pada pengujian pertama. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengujian instrumen yang kedua untuk mendapatkan pernyataan yang valid dari seluruh indikator.

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden. Jumlah pernyataan yang terdapat dalam kuesioner uji


(34)

coba pertama berjumlah 43 item. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS V.21.0 for windows.

Berikut merupakan hasil pengujiian instrumen penelitian pertama dari tiap variabel yaitu variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi pedagogik (X1) dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

1 1 0,025 0,301 Tidak Valid

2 2 0,641 0,301 Valid

3 3 0,367 0,301 Valid

4 4 0,509 0,301 Valid

5 5 0,225 0,301 Tidak Valid

6 6 0,366 0,301 Valid

7 7 0,372 0,301 Valid

8 8 0,026 0,301 Tidak Valid

9 9 0,558 0,301 Valid

10 10 0,554 0,301 Valid

11 11 0,434 0,301 Valid

12 12 0,059 0,301 Tidak Valid

13 13 0,150 0,301 Tidak Valid

14 14 0,106 0,301 Tidak Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 14 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 8 pernyataan yang


(35)

Lia Anggraeni, 2014

dinyatakan valid yaitu item nomor : 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, dan 11. Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 6 buah yaitu item nomor : 1, 5, 8, 12, 13, dan 14.

Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut kemudian diujikan kembali 30 responden yang berbeda. Peneliti pun memberikan 4 pernyataan tambahan untuk beberapa indikator pada pengujian instrumen kedua sehingga jumlah pernyataan yang diujikan kembali untuk variabel kompetensi pedagogik sebanyak 18 buah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya pernyataan yang tidak valid dari suatu indikator.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi kepribadian (X2) dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

15 19 0,406 0,301 Valid

16 20 0,574 0,301 Valid

17 21 0,414 0,301 Valid

18 22 0,579 0,301 Valid

19 23 0,308 0,301 Valid

20 24 0,339 0,301 Valid

21 25 0,757 0,301 Valid

22 26 0,736 0,301 Valid

23 27 0,363 0,301 Valid


(36)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 9 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu yaitu item nomor : 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi profesional (X3) dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional)

No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%) Keputusan

24 28 0,670 0,301 Valid

25 29 0,650 0,301 Valid

26 30 0,774 0,301 Valid

27 31 0,596 0,301 Valid

28 32 0,452 0,301 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 5 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item nomor : 24, 25, 26, 27, dan 28.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi sosial (X4) dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial)

No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%) Keputusan

29 33 0,753 0,301 Valid

30 34 0,791 0,301 Valid

31 35 0,856 0,301 Valid


(37)

Lia Anggraeni, 2014

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 3 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item nomor : 29, 30, dan 31.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel motivasi belajar (Y) dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut.

Tabel 3.8

Hasil Uji validitas Variabel Y (Motivasi Belajar)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

32 36 0,296 0,301 Tidak Valid

33 37 0,704 0,301 Valid

34 38 0,657 0,301 Valid

35 39 0,730 0,301 Valid

36 40 0,273 0,301 Tidak Valid

37 41 0,444 0,301 Valid

38 42 0,658 0,301 Valid

39 43 0,566 0,301 Valid

40 44 0,726 0,301 Valid

41 45 0,815 0,301 Valid

42 46 0,399 0,301 Valid

43 47 0,739 0,301 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 12 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 10 pernyataan yang dinyatakan valid yaitu item nomor : 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan 43. Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 2 buah yaitu item nomor : 32 dan 36. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut diujikan kembali kepada 30 responden yang berbeda. Peneliti pun memberikan 4


(38)

pernyataan tambahan pada pengujian instrumen kedua sehingga jumlah pernyataan berjumlah 16 buah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya pernyataan yang tidak valid pada sebuah indikator.

Selanjutnya merupakan hasil pengujian instrumen penelitian kedua dari tiap variabel yaitu variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi pedagogik (X1) dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut.

Tabel 3.9

Hasil Uji validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel

(n=30, α=5%) Keputusan

1 1 0,469 0,276 Valid

2 2 0,657 0,276 Valid

3 3 0,535 0,276 Valid

4 4 0,486 0,276 Valid

5 5 0,642 0,276 Valid

6 6 0.537 0,276 Valid

7 7 0,522 0,276 Valid

8 0,267 0,276 Tidak Valid

9 8 0,704 0,276 Valid

10 9 0,668 0,276 Valid

11 0,219 0,276 Tidak Valid

12 10 0,376 0,276 Valid

13 0,358 0,276 Valid

14 11 0,460 0,276 Valid

15 0,277 0,276 Valid

16 0,141 0,276 Tidak Valid


(39)

Lia Anggraeni, 2014

18 13 0,688 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 18 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 13 pernyataan yang dinyatakan valid yaitu item nomor : 1,2,3,4,5,6,7,9,10,12,14,17, dan 18. Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 5 buah yaitu item nomor : 8, 11, 13, 15, dan 16. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut kemudian dapat dihilangkan sehingga jumlah pernyataan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 13 pernyataan.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi kepribadian (X2) dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Hasil Uji validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel

(n=30, α=5%) Keputusan

19 14 0,391 0,276 Valid

20 15 0,492 0,276 Valid

21 16 0,836 0,276 Valid

22 17 0,563 0,276 Valid

23 18 0,523 0,276 Valid

24 19 0,784 0,276 Valid

25 20 0,698 0,276 Valid

26 21 0,842 0,276 Valid

27 22 0,704 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 9 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item nomor : 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27.


(40)

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi profesional (X3) dapat dilihat pada tabel 3.12 sebagai berikut.

Tabel 3.12

Hasil Uji validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel

(n=30, α=5%) Keputusan

28 23 0,770 0,276 Valid

39 24 0,724 0,276 Valid

30 25 0,424 0,276 Valid

31 26 0,717 0,276 Valid

32 27 0,526 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 5 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item nomor : 28, 29, 30, 31, dan 32.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi sosial (X4) dapat dilihat pada tabel 3.13 sebagai berikut.

Tabel 3.13

Hasil Uji validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial)

No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

33 28 0,725 0,276 Valid

34 29 0,643 0,276 Valid

35 30 0,850 0,276 Valid


(41)

Lia Anggraeni, 2014

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 3 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item nomor : 33, 34, dan 35.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel motivasi belajar (Y) dapat dilihat pada tabel 3.14 sebagai berikut.

Tabel 3.14

Hasil Uji validitas Variabel Y (Motivasi Belajar)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

36 -0,002 0,276 Tidak Valid

37 31 0,992 0,276 Valid

38 32 0,595 0,276 Valid

39 33 0,405 0,276 Valid

40 34 0,672 0,276 Valid

41 35 0,610 0,276 Valid

42 0,257 0,276 Tidak Valid

43 36 0,472 0,276 Valid

44 37 0,661 0,276 Valid

45 38 0,507 0,276 Valid

46 39 0,438 0,276 Valid

47 40 0,690 0,276 Valid

48 41 0,661 0,276 Valid

49 42 0,802 0,276 Valid

50 43 0,538 0,276 Valid

51 44 0,5233 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 16 pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 14 pernyataan yang dinyatakan valid yaitu item nomor : 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,


(42)

dan 51. Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 2 buah yaitu item nomor : 36 dan 42. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut kemudian dapat dihilangkan sehingga jumlah pernyataan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 14 pernyataan.

3.5.2 Reliabilitas

Menurut Arikunto, S (2009:86), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan tes.”

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Dalam penelitian kali ini, penulis menghitung uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha :

Arikunto,S (2009:109)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari n = Jumlah item

= Jumlah varians skor tiap item = Varians total


(43)

Lia Anggraeni, 2014

Untuk mencari nilai varians per item digunakan rumus varians sebagai

Arikunto, S (2009:110) Keterangan :

= Harga varians tiap butir

= Jumlah kuadrat jawaban responden dan setiap item = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item N = Jumlah responden

Kemudian untuk mencari nilai varian total maka menggunakan rumus sebagai berikut :

Arikunto, S (2009:112)

Keterangan :

= Harga varians total

= Jumlah kuadrat skor total responden ( ) = Jumlah skor total responden

N = Jumlah responden

Setelah diperoleh nilai rxy dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Adapun kriteria pengujian instrumen dapat dikatakan reliabel adalah dengan ketentuan :

1. Jika r11 > rtabel, maka hasil perhitungan dinyatakan reliabel 2. Jika r11 ≤ rtabel, maka hasil perhitungan dinyatakan tidak reliabel Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS V.21.0 for windows.


(44)

Berdasarkan pengujian instrumen pertama, didapatkan hasil perhitungan reliabilitas variabel kompetensi pedagogik didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,625. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi kepribadian didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,702. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301

dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut

dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi profesional didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,746. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi sosial didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,823. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.


(45)

Lia Anggraeni, 2014

Uji reliabilitas pada variabel motivasi belajar didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,749. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Oleh karena itu, seluruh item pernyataan kuesioner pada pengujian instrumen pertama yang disebarkan kepada 30 responden dapat dikategorikan reliabel karena rhitung > rtabel.

Adapun pada pengujian instrumen kedua, hasil perhitungan reliabilitas variabel kompetensi pedagogik didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,733. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%. Uji reliabilitas pada variabel kompetensi kepribadian didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,734. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276

dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut

dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi profesional didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,753. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276


(46)

dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi sosial didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,796. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel motivasi belajar didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,735. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Oleh karena itu, seluruh item pernyataan kuesioner yang disebarkan kepada 30 responden dapat dikategorikan reliabel karena rhitung > rtabel.

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas data

Data sebelum diolah menggunakan pengujian infarensi parametrik maupun non parametrik harus diuji normalitas. Pengujian normalitas data bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi penelitian masing-masing variabel penelitian. Apabila data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Uji normalitas data


(47)

Lia Anggraeni, 2014

dilihat dari grafik plot linier dan histogram. Priyatno (2009:144) menyatakan bahwa beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot of regression standardized residual. Jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.

Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menentukan data berdistribusi normal dilihat apabila tersebar mengikuti garis normal. Sebaliknya jika data yang tersebut tidak mengikuti garis normal maka data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS V.21.0 for windows.

2. Analisis Korelasi Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi berganda. Menurut Hasan (2003:270) bahwa :

Korelasi linear berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang terjadi antara variabel terikat (variabel Y) dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, …, Xk). Analisis korelasinya menggunakan tiga koefisien korelasi yaitu koefisien determinasi berganda, koefisien korelasi berganda, dan koefisien korelasi parsial.

Dalam perhitungan koefisien korelasi, peneliti menggunakan software SPSS V.21 for windows. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan analisis korelasi berganda adalah sebagai berikut:


(48)

a. Menentukan korelasi ganda antara X1,X2, X3, X4, terhadap Y Dengan rumusan hipotesis statistik :

Ho : R = 0 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa.

Ha : R ≠ 0 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru tidak berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

b. Menentukan koefisien korelasi parsial

1) Menentukan koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 dengan menganggap X2, X3, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Sudjana (2002:385) 2) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X2 dengan

menganggap X1, X3, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus sebagai berikut :


(49)

Lia Anggraeni, 2014

3) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X3 dengan menganggap X1, X2, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Sudjana (2002:385) 4) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X4 dengan menganggap X1, X2, X3 sebagai konstan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Sudjana (2002:385) Dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :

a) Ho : ry1 = 0 Kompetensi pedagogik guru tidak berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry1 > 0 Kompetensi pedagogik guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

b) Ho : ry2 = 0 Kompetensi kepribadian guru tidak berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry2 > 0 Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa


(50)

c) Ho : ry3 = 0 Kompetensi profesional guru tidak berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry3 > 0 Kompetensi profesional guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

d) Ho : ry4 = 0 Kompetensi sosial guru tidak berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry4 > 0 Kompetensi sosial guru berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

Kemudian diuji signifikansi koefisien korelasi parsial dengan rumus :

Sudjana (2002:386)

Dengan syarat pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung ≤ ttabel b) Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel c. Menghitung Koefisien Determinasi

Menurut Hasan (2003:274), “koefisien determinasi atau koefisien

penentu parsial merupakan penentu antara dua variabel jika variabel lainnya dianggap konstan, pada hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel.” Adapun tujuan koefisien determinasi menurut Hasan (2003:274) adalah:


(51)

Lia Anggraeni, 2014

Dengan koefisien penentu parsial ini dapat diketahui besarnya sumbangan satu variabel bebas terhadap variasi atau naik turunnya nilai variabel terikat (Y), jika variabel bebas lainnya dianggap konstan. Dari koefisien penentu parsial inilah dapat diketahui faktorr yang dominan mempengaruhi variabel terikat (Y).

Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = (r)2 x 100%

Sudjana (2002:386)

Keterangan :

KD = Besarnya pengaruh variabel x terhadap y (r)2 = Kuadrat koefisien korelasi


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik berada dalam kategori tinggi, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa guru sudah mampu memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan harapan siswa. Kompetensi kepribadian berada dalam ketegori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah cukup mampu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa dan arif, serta berakhlak mulia sesuai dengan harapan siswa. Kompetensi profesional berada dalam kategori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah cukup menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidangnya dan memahami struktur dan metode keilmuan yang sesuai dengan harapan dan yang dirasakan oleh siswa. tidak begitu mendalam atau berada dalam


(53)

Lia Anggraeni, 2014

kategori sedang. Sedangkan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah mampu memiliki kemampuan dalam berinteraksi dan bergaul dengan siswa, guru dan tenaga kependidikan, serta orangtua/wali dan lingkungan masyarakat.

2. Motivasi belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 14 Bandung berada dalam kategori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, tingkat motivasi belajar siswa belum begitu mendalam atau sedang.

3. Berdasarkan perhitungan statistik secara simultan (bersama-sama), kompetensi pedagogik , kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru akuntansi di SMAN 14 Bandung memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 37%. Sedangkan pengaruh kompetensi guru secara parsial yaitu kompetensi pedagogik berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 25,70%, kompetensi kepribadian berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 9,79%, kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 29,81% dan kompetensi sosial berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 15,84%

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan yang bermanfaat bagi semua


(54)

pihak yang memerlukan. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Penulis memberikan saran kepada pihak sekolah untuk memberikan dukungan bagi peningkatan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya mengadakan pelatihan untuk dapat memperbaharui dan meningkatkan kompetensi guru di sekolah.

2. Bagi Guru Akuntansi

Guru akuntansi hendaknya senantiasa mempertahankan dan meningkatkan yang dimilikinya yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal ini semata-mata agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang akan berdampak langsung pada keberhasilan pendidikan.

Dari hasil gambaran umum, secara keseluruhan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru akuntansi di SMAN 14 Bandung berada dalam kategori sedang, sedangkan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi.

Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan memperbaharui elemen-elemen yang membentuk keempat kompetensi


(55)

Lia Anggraeni, 2014

tersebut. Misalnya dalam kompetensi pedagogi masih terdapat beberapa indikator yang memiliki penilaian yang rendah dari siswa. Diantaranya adalah guru belum begitu memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. Hendaknya guru mencari tahu dan memperbaharui ilmunya mengenai bagaimana cara agar dapat memahami peserta didik dengan mencoba beberapa pendekatan yang dapat menciptakan hubungan emosional antara keduanya, guru melakukan suatu terobosan dan pengembangan baru dalam merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, dan guru senantiasa mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya baik di bidang akademik maupun non akademik yang berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi. Sehingga nantinya guru dapat meningkatkan gairah dan motivasi belajar siswa.

Dalam kompetensi kepribadian, hendaknya guru selalu menjaga etika dan akhlaknya sehingga siswa dapat meniru dan menjadikan guru sebagai teladan. Namun berdasarkan hasil perolehan data masih ditemukan penilaian dalam kategori rendah yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan indikator yang lainnya. Diantaranya adalah kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif, dan berakhlak mulia. Dalam hal ini hendaknya guru senantiasa


(56)

memperbaiki kepribadiannya sehingga dapat diteladani oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerima kritik yang dilontarkan oleh siswa, senantiasa melihat suatu permasalahan dari dua sisi dan selalu menggunakan sisi positif dalam berperilaku.

Dalam kompetensi profesional, hendaknya guru makin aktif dalam memperdalam teori berdasarkan bidang ilmu yang dikajinya. Selain itu, henndaknya guru dapat menemukan dan mengaplikasikan metode ajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi yang canggih.

Dalam kompetensi sosial, seorang guru hendaknya semakin luwes dalam berinterkasi dan bergaul dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini khususnya siswa yang dididiknya dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan hasil perolehan data masih ditemukan penilaian dalam kategori rendah yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan indikator yang lainnya. Diantaranya kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik dan orangtua/wali serta masyarakat di sekitarnya. Hendaknya guru lebih meningkatkan kembali jalinan komunikasi dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan peserta didik dan orangtua/wali serta masyarakat di sekitarnya.


(57)

Lia Anggraeni, 2014

Dengan keempat kompetensi yang selalu diperbaharui inilah guru diharapkan dapat menjadi motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Bagi peneliti lainnya hendaknya melakukan penelitian dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa yang belum diungkapkan dalam penelitian ini. Demikian hasilnya akan menambah keberagaman referensi sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajara akuntansi. Selain itu, dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan penolakan hipotesis yang artinya hasil penelitian tidak sejalan dengan teori yang dibahas. Makaa untuk penelitian selanjutnya apabila ingin meneliti kembali mengenai variabel kompetensi guru hendaknya agar memperbaiki penelitian ini, khususnya pada pembuatan instrumen penelitian. Baiknya, pencantuman identitas pada lembar instrumen penelitian dihilangkan. Hal ini dilakukan agar kondisi psikologis responden merasa tidak terancam sehingga responden dapat mengisi lembar instrumen penelitian dengan jujur dan apa adanya. Selain itu, pengambilan teknik sampling jenuh perlu diperhatikan dan ditinjau kembali agar tidak membuat responden merasa jenuh dalam mengisi instrumen penelitian. Hal ini dikarenakan oleh pengujian uji coba instrumen


(58)

penelitian dan uji instrumen penelitian yang sama-sama dilakukan terhadap sampel sekaligus populasi yang sama. Sehingga nantinya tidak akan menghasilkan perolehan data yang bias.


(59)

Lia Anggraeni, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alma, B. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Barnawi & Arifin,M. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Djamarah, S. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman,P. & Suryana. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan A. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Hasan, Iqbal. (2003). Pokok-Pokok Materi Statistika 2. Jakarta: Sinar Grafika Offset Jogiyanto. (2009). Analisis & Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Kunandar. (2008). Guru Professional Implementasi KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Mulyasa, E. (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya Naim, N. (2011). Menjadi Guru Inspiratif). Yogyakarta: Pustaka Belajar

Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara

Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. (2013). Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia


(60)

Jakarta: Rajawali

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: CV Andi

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Riduwan. (2011). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sarwono, J. (2007). Riset Akuntansi Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana. (2004). Statistika II. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi.(2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi aksara

Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Syamsuddin, A M. (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Uno, H (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Usman, Uzer . (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru


(61)

Lia Anggraeni, 2014

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Sumber Skripsi :

Anisa, Nur. (2012). Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMAN 6 Bandung. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Marlina, Reni. (2012). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Arifin, Winna. 2012. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Sumber Jurnal :

Dahl, D.W. 2011. Does Motivation Matter? On The Relationship Between Perceived Quality of Teaching and Student’s Motivational Orientations. Managerial Finance Vol. 37 No.7, pp 582-609

Han, Xue. 2012. Big Move to Improve The Quality of Teacher Education in China. On The Horizon, Vol 20 No.4, pp 324-335.

Kheruniah, Ade. 2013. A Teacher Personality Comepetence Contribution To A Student Study Motivation And Disipline To Fiqh Lesson. International Journal of Scientific & Technology Research Volume 2, Issue 2

Widoyoko, Eko P. 2005. Kompetensi Mengajar guru SMA Purworejo. Cakrawala Pendidikan Th XXIV No.3.

Sumber Internet :


(1)

132

Lia Anggraeni, 2014

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sman

memperbaiki kepribadiannya sehingga dapat diteladani oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerima kritik yang dilontarkan oleh siswa, senantiasa melihat suatu permasalahan dari dua sisi dan selalu menggunakan sisi positif dalam berperilaku.

Dalam kompetensi profesional, hendaknya guru makin aktif dalam memperdalam teori berdasarkan bidang ilmu yang dikajinya. Selain itu, henndaknya guru dapat menemukan dan mengaplikasikan metode ajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi yang canggih.

Dalam kompetensi sosial, seorang guru hendaknya semakin luwes dalam berinterkasi dan bergaul dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini khususnya siswa yang dididiknya dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan hasil perolehan data masih ditemukan penilaian dalam kategori rendah yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan indikator yang lainnya. Diantaranya kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik dan orangtua/wali serta masyarakat di sekitarnya. Hendaknya guru lebih meningkatkan kembali jalinan komunikasi dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan peserta didik dan orangtua/wali serta masyarakat di sekitarnya.


(2)

Lia Anggraeni, 2014

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sman

Dengan keempat kompetensi yang selalu diperbaharui inilah guru diharapkan dapat menjadi motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Bagi peneliti lainnya hendaknya melakukan penelitian dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa yang belum diungkapkan dalam penelitian ini. Demikian hasilnya akan menambah keberagaman referensi sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajara akuntansi. Selain itu, dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan penolakan hipotesis yang artinya hasil penelitian tidak sejalan dengan teori yang dibahas. Makaa untuk penelitian selanjutnya apabila ingin meneliti kembali mengenai variabel kompetensi guru hendaknya agar memperbaiki penelitian ini, khususnya pada pembuatan instrumen penelitian. Baiknya, pencantuman identitas pada lembar instrumen penelitian dihilangkan. Hal ini dilakukan agar kondisi psikologis responden merasa tidak terancam sehingga responden dapat mengisi lembar instrumen penelitian dengan jujur dan apa adanya. Selain itu, pengambilan teknik sampling jenuh perlu diperhatikan dan ditinjau kembali agar tidak membuat responden merasa jenuh dalam mengisi instrumen penelitian. Hal ini dikarenakan oleh pengujian uji coba instrumen


(3)

134

Lia Anggraeni, 2014

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sman

penelitian dan uji instrumen penelitian yang sama-sama dilakukan terhadap sampel sekaligus populasi yang sama. Sehingga nantinya tidak akan menghasilkan perolehan data yang bias.


(4)

Lia Anggraeni, 2014

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sman DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alma, B. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Barnawi & Arifin,M. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Djamarah, S. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman,P. & Suryana. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan A. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Hasan, Iqbal. (2003). Pokok-Pokok Materi Statistika 2. Jakarta: Sinar Grafika Offset Jogiyanto. (2009). Analisis & Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Kunandar. (2008). Guru Professional Implementasi KTSP dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Mulyasa, E. (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya Naim, N. (2011). Menjadi Guru Inspiratif). Yogyakarta: Pustaka Belajar

Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara

Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. (2013). Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

135

Lia Anggraeni, 2014

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sman

Jakarta: Rajawali

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: CV Andi

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Riduwan. (2011). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sarwono, J. (2007). Riset Akuntansi Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana. (2004). Statistika II. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukardi.(2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi aksara

Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Syamsuddin, A M. (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Uno, H (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Usman, Uzer . (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru


(6)

Lia Anggraeni, 2014

Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sman

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Sumber Skripsi :

Anisa, Nur. (2012). Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi

Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMAN 6 Bandung. Skripsi. Bandung: Program Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

Marlina, Reni. (2012). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Prestasi

Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Arifin, Winna. 2012. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Motivasi

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya. Skripsi. Bandung: Program Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia

Sumber Jurnal :

Dahl, D.W. 2011. Does Motivation Matter? On The Relationship Between Perceived

Quality of Teaching and Student’s Motivational Orientations. Managerial Finance Vol. 37 No.7, pp 582-609

Han, Xue. 2012. Big Move to Improve The Quality of Teacher Education in China. On The Horizon, Vol 20 No.4, pp 324-335.

Kheruniah, Ade. 2013. A Teacher Personality Comepetence Contribution To A

Student Study Motivation And Disipline To Fiqh Lesson. International Journal

of Scientific & Technology Research Volume 2, Issue 2

Widoyoko, Eko P. 2005. Kompetensi Mengajar guru SMA Purworejo. Cakrawala Pendidikan Th XXIV No.3.

Sumber Internet :


Dokumen yang terkait

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 14 BANDUNG.

0 3 58

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMAN 21 BANDUNG.

0 4 52

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS SMA ANGKASA BANDUNG.

0 0 47

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS SMAN 14 BANDUNG.

0 0 40

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS SMA KARTIKA SILIWANGI 2 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012.

0 2 38

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA STUDI: PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA PASUNDAN SE-KOTA BANDUNG.

4 18 58

PENGARUH PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 10 BANDUNG.

0 0 57

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMAN 21 BANDUNG - repository UPI S PEA 1001196 Title

0 0 4

PENGARUH MANAJEMEN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI

0 0 10