PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA DI SEKOLAH :StuditerhadapSiswaSMA Negeri di Kota Bandung:.
TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA DI SEKOLAH (StuditerhadapSiswaSMA Negeri di Kota Bandung)
SKRIPSI
diajukanuntukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperolehgelar SarjanaPendidikanpada Program StudiPendidikanSosiologi
oleh :
DaraAgnisSeptiyuni 1000119
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer
Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa di
Sekolah
Oleh
Dara Agnis Septiyuni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dara Agnis Septiyuni 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
(5)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA DI SEKOLAH
(Studi Terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Bandung) Dara Agnis Septiyuni
1000119
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap terjadinya perilaku bullying siswa di sekolah. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Kota Bandung dengan mengambil siswa sebagai objek penelitian sekaligus responden. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu : 1) untuk mengetahui gambaran umum mengenai kelompok teman sebaya, 2) untuk mengetahui gambaran umum mengenai perilaku bullying siswa, 3) untuk mengetahui pengaruh kelompok teman sebaya terhadap terjadinya perilaku
bullying siswa. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dengan
menggunakan skala ordinal atau Likert. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden yang berasal dari tiga SMA Negeri yang berbeda dengan teknik pengambilan sampel proporsional. Setelah data terkumpul, dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, koefisien korelasi dan koefisien determinasi dengan menggunakan bantuan software SPSS 20. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus Rank Spearman karena data penelitian merupakan data ordinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Siswa SMA cenderung mempertimbangkan kesamaan usia, tingkat kelas, minat dan hobi, serta tujuan dalam memilih dan menentukan kelompok teman sebaya, 2) Sebagian besar siswa SMA pernah melakukan perilaku bullying baik secara verbal, fisik maupun psikis. Namun yang paling sering adalah bullying secara psikis, 3) Kelompok teman sebaya berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku bullying siswa di
SMA Negeri di Kota Bandung dengan koefisien korelasi sebesar 0,360 dan ρ <
0,05 , serta koefisien determinasi sebesar 13%. Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 13% dari variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Sedangkan sisanya sebanyak 87% dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak termasuk pada penelitian ini.
(6)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PEER GROUPS AGAINST THE BULLYING BEHAVIOR OF STUDENTS IN SCHOOL
(Study of High School Students in the City of Bandung)
Dara Agnis Septiyuni 1000119
This research was conducted to find out if the peer group influence on the occurrence of behaviors bullying of students in the school. This research was conducted at the high school in the city of Bandung by taking students as an object of research and the respondent. This study has three objectives, namely: 1) to figure out a general overview of the cohort peers, 2) to figure out a general overview about the behavior of bullying students, 3) to determine the influence of peer groups against the occurrence of behaviors bullying students. Data collected through questionnaires using charging scale Likert or ordinal. The size of the sample used in this study is as much as 100 respondents coming from three different high school with proportional sampling technique. After the data has been collected, carried out the data analysis techniques using a frequency distribution table, coefficient of correlation and coefficient of determination by using SPSS software assistance 20. The correlation coefficient is calculated by using the formula of Rank Spearman because research data is ordinal data. The results showed that: 1) high school students tend to consider the similarities in age, grade level, interests and hobbies, as well as a goal in selecting and determining peer groups, 2) mostly high school students bullying behavior is never done either in verbal, physical or psychic. But the most frequent is bullying psychologically, 3) Group of peers influenced positively and significantly to student bullying behaviour in SMA Negeri Bandung with a coefficient of correlation of 0,360 and ρ < 0,05, as well as the coefficient of determination of 13%. This illustrates that as much as 13% of the dependent variable is affected by the independent variable. While the rest as much as 87% are influenced by other independent variables that are not included in this research.
(7)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keywords : peer groups, bullying behavior, high school students.
(8)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ...7
C. Rumusan Masalah Penelitian ...7
D. Tujuan Penelitian ...7
E. Manfaat Penelitian...8
F. Struktur Organisasi Skripsi ...9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ...11
A. Kajian Pustaka...11
1. Kelompok Sosial ...11
2. Kelompok Teman Sebaya ...17
3. Interaksi Sosial ...27
4. Perilaku Menyimpang ...31
(9)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Penelitian Terdahulu ...50
B. Kerangka Pemikiran ...51
C. Hipotesis Penelitian ...54
BAB III METODE PENELITIAN ...55
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian ...55
B. Desain Penelitian ...60
C. Metode Penelitian ...64
D. Definisi Operasional ...66
E. Instrumen Penelitian ...68
F. Proses Pengembangan Instrumen ...71
G. Teknik Pengumpulan Data ...78
H. Rancangan Analisis Data ...80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...85
A. Hasil Penelitian ...85
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...85
2. Deskripsi Data Varibel Penelitian ...97
3. Analisis Koefisien Korelasi dan Pengujian Hipotesis ...120
4. Analisis Koefisien Determinasi ...121
B. Pembahasan ...122
1. Gambaran Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) di Sekolah ...122
2. Gambaran Perilaku Bullying Siswa di Sekolah ...124
3. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Bullying Siswa ...128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...132
A. Kesimpulan ...132
(10)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ...136 LAMPIRAN
(11)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perilaku bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak Indonesia. Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara fisik maupun non-fisik.
Di temukan fakta seputar bullying berdasarkan survei yang dilakukan oleh Latitude News pada 40 negara. Salah satu faktanya adalah bahwa pelaku
bullying biasanya para siswa atau mahasiswa laki-laki. Sedangkan siswi atau
mahasiswi lebih banyak menggosip ketimbang melakukan aksi kekerasan dengan fisik. Dari survei tersebut juga terdapat negara-negara dengan kasus bullying tertinggi di seluruh dunia. Dan yang parahnya, Indonesia masuk di urutan ke dua. Lima negara dengan kasus bullying tertinggi pada posisi pertama ditempati oleh Jepang, kemudian Indonesia, Kanada, Amerika Serikat, dan Finlandia.(tersedia : http://uniqpost.com/50241/negara-negara-dengan-kasus-bullying-tertinggi-indonesia-di-urutan-ke-2/).
Kasus bullying di Indonesia seringkali terjadi di institusi pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying tertinggi di lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82 diantaranya meninggal dunia (Komnas PA, 2011).
Fenomena bullying di lingkungan sekolah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Diantara kasus tersebut lima kasus bullying yang sempat ramai menjadi pemberitaan di media adalah yang terjadi di SMA di Jakarta, yaitu kasus bullying di SMA 90 Jakarta korban di paksa lari dan ditampar oleh senior, kemudian kasus Ade Fauzan siswa kelas I yang menjadi korban
(12)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kekerasan dari siswa kelas III SMA 82 Jakarta. Ade saat itu sampai dirawat di RS Pusat Pertamina (RSPP). Lalu ada Okke Budiman, siswa kelas 1 SMA 46 mengaku dianiaya oleh seniornya siswa kelas 3 karena tidak mau meminjamkan motornya. Ada kasus bullying SMA 70 Jakarta, seorang siswi dihardik, dipukul dan dicengkeram oleh tiga seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara tidak memakai kaos dalam (kaos singlet). Dan yang terbaru adalah kasus bullying yang menimpa Ary di SMA Don Bosco Pondok Indah, Ary mengaku dipukul dan disundut rokok oleh senior di SMA tersebut. (Tersedia : http://news.detik.com/read/2012/07/31/105747/1979089/10/6/5-kasus-bullying-sma-di-jakarta#bigpic).
Maraknya kasus-kasus kekerasan seperti di atas merupakan bagian dari kasus bullying di sekolah. Kasus bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia, tidak hanya menjadi permasalahan di Indonesia saja tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Bullying merupakan satu kasus yang sering terjadi pada remaja
sekolah yang dilakukan atas nama senioritas. Namun kasus ini masih kurang mendapat perhatian karena seringkali di anggap sebagai hal yang biasa terjadi di sekolah. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil penelitian LSM Sejiwa terhadap lebih dari 1.300 orang pelajar dan guru di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta, menunjukkan bahwa di setiap sekolah pasti ada kasus bullying mulai dari yang ringan hingga berat (tersedia : http://sejiwa.org/penelitian-mengenai-kekerasan-di-sekolah-2008/).
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan (fisik, psikologis maupun sosial) individu, khususnya remaja (Sejiwa, 2008). Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka selanjutnya. Para ahli menyatakan bahwa school bullying merupakan bentuk agresivitas antarsiswa yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya (Wiyani,2012, hlm 16). Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan di mana pelaku yang berasal dari kalangan siswa atau siswi yang
(13)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merasa lebih senior melakukan tindakan tertentu kepada korban, yaitu siswa-siswi yang lebih junior yang cenderung merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan perlawanan. Dampak lain yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga. Penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, bahkan berkeinginan untuk bunuh diri. Menurut Rigby (dalam Wiyani, 2012, hlm. 18) bahwa hasil penelitian menunjukkan siswa yang menjadi korban akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga absensi mereka tinggi dan tertinggal pelajaran, mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan kesehatan mental maupun fisik mereka terpengaruh baik itu dalam jangka pendek maupun panjang. Dengan kata lain, bullying di sekolah merupakan gejala yang berdampak buruk pada pelajar yang terlibat bullying, baik sebagai pelaku dan korban. Bahkan dampak tersebut dapat membuat korban menjadi pelaku bullying apabila terjadi siklus kekerasan (Adilla, 2009, hlm. 58).
Hasil konsultasi Komisi Nasional Perlindungan Anak dengan anak-anak di 18 provinsi di Indonesia pada 2007 memperlihatkan bahwa sekolah juga bisa menjadi tempat yang cukup berbahaya bagi anak-anak, jika ragam kekerasan yang terjadi tidak diantisipasi dan ditindaklanjuti (Wiyani, 2012, hlm. 17). Bukti nyata akibat dari tidak ditangani dengan serius masalah
bullying ini adalah terdapatnya korban-korban meninggal.
Perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang serius. Perilaku agresif dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor-faktor situasional yang dapat memicu terbentuknya perilaku agresif menurut O’Connell (dalam Annisa, 2012, hlm 3) antara lain budaya sekolah (bullying yang dilakukan guru atau teman sebaya), teknologi dan norma kelompok. Menurut Santosa (2009, hlm. 79) “Kelompok sebaya adalah kelompok anak sebaya yang
(14)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh
anak-anak tersebut adalah hal yang menyenangkan saja”. Pengertian lain menurut
Santosa bahwa secara umum kelompok sebaya dapat diartikan sebagai sekumpulan orang (sebaya/seumuran) yang mempunyai perasaan serta kesenangan yang relatif sama.
Kelompok teman sebaya atau peer group itu sendiri biasanya terbentuk di lingkungan terdekat remaja seperti di sekolah. Peer group terbentuk karena adanya kesamaan tujuan atau ideologi antar sesama siswa yang tergabung ke dalam suatu kelompok tersebut. Selain itu peer group terbentuk karena adanya kebutuhan remaja, sebagai wadah untuk menunjukkan eksistensi diri. Faktor pembentuk peer group pada kalangan remaja juga di sebabkan oleh kebutuhan sosialnya, yang paling menonjol antara lain kebutuhan untuk dikenal dan kebutuhan untuk berkelompok (Willis, 2008, hlm. 51) .
Banyakya kasus bullying yang terjadi di sekolah ada hubungannya dengan peran kelompok teman sebayayang cukup kuat dalam perkembangan kepribadian dan perilaku remaja. Remaja cenderung ingin selalu bersikap sama dengan kelompok sebayanya agar merasa diakui dalam kelompok tersebut. Remaja juga mempunyai dorongan kebutuhan untuk dikenal biasanya tampak pada kecenderungan remaja untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menarik perhatian orang lain termasuk berkelompok-kelompok sebagai bentuk aktualisasi diri (Willis, 2008, hlm. 51).
Pengaruh kelompok teman sebaya atau peer group yang kuat pada remaja dapat ditunjukkan dari hasil penelitian Pratiwi S (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja khususnya siswa di sekolah, bahwa faktor yang paling kuat dalam masalah perilaku menyimpang siswa adalah peer group dari siswa tersebut yang juga melakukan perilaku menyimpang.
(15)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peer group sendiri berperan besar dalam perkembangan kepribadian
remaja. Dalam hal ini keterikatan antara remaja dengan kelompok teman sebayanya (peer group) sangatlah erat. Mengkaji persahabatan di kalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama untuk menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara para remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam minat, nilai-nilai pendapat, dan sifat-sifat kepribadian. (Yusuf, 2004, hlm. 60) menjelaskan dalam
bukunya mengenai hasil penelitian oleh Hans Sabald bahwa “teman sebaya
lebih memberikan pengaruh dalam memilih cara berpakaian, hobi, perkumpulan (club) dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya”.
Sementara itu beberapa penelitian mengindikasikan bahwa dalam pergaulan dengan teman sebaya tidak hanya berdampak positif saja melainkan berdampak negatif. Menurut Yusuf (2004, hlm. 61) bahwa “hasil penelitian Healy dan Browner menemukan bahwa 67% dari 3000 anak nakal di Chicago ternyata mendapat pengaruh dari teman sebayanya”. Dampak negatif peer group bagi remaja bermacam-macam diantaranya perilaku menyimpang seperti merokok, penggunaan kata-kata kasar, perkelahian pelajar, dan perilaku bullying kepada sesama pelajar di sekolah.Bullying termasuk pada tindakan juvenile deliquency. Juvenile deliquency dapat diartikan sebagai tindakan seorang anak yang berada pada fase-fase usia remaja yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum, sosial, susilaan agama (Sudarsono, 2008, hlm. 14).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kasus bullying yang dilakukan siswa di sekolah sedikit banyaknya mendapat pengaruh dari kelompok teman sebaya (peer group) nya. Artinya peran peer group memang cukup besar dalam menentukan perilaku siswa di sekolah karena siswa tersebut memiliki keterikatan kuat dengan peer groupnya yang merupakan kelompok untuk menunjukkan eksistensi dan aktualisasi dirinya sebagai remaja yang sedang mencari jati diri. Lemahnya emosi pada remaja juga
(16)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyebabkan remaja kurang dapat mengontrol sebaiknya perilaku mana yang baik dan tidak baik.
Menurut Yusuf (2004, hlm. 198) dalam bukunya menjelaskan bahwa : Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya. Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti atau diimitasinya itu menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral atau agama dapat dipertanggungjawabkan, seperti kelompok remaja yang taat beribadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku malas atau melecehkan nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Sesuai pendapat Yusuf diatas, proses mempelajari perilaku biasanya terjadi pada kelompok dengan pergaulan/interaksi sosial yang sangat akrab yang pada akibatnya bisa menimbulkan hal positif dan negatif dari siswa tersebut.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, banyaknya kasus bullying yang terjadi di sekolah dan hubungannya dengan peran peer group yang cukup kuat dalam perkembangan remaja maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang menganalisis pengaruh kelompok teman sebaya atau peer group terhadap perilaku bullying siswa di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti umumnya dilakukan atas dasar pertimbangan efektif, efisien, dan ekonomi. Kota Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian mengingat Kota Bandung merupakan daerah ibukota provinsi Jawa Barat dengan kehidupan remaja yang cukup beragam. Penelitian ini akan diberi judul ”Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku
Bullying Siswa Di Sekolah(Studi terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Bandung)”.
(17)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perilaku bullying di Indonesia yang terjadi pada anak-anak remaja usia sekolah semakin meningkat. Bullying merupakan perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik (Wiyani, 2012, hlm. 14). Perilaku bullying dapat terjadi dikarenakan berbagai faktor, diantaranya adalah pola asuh orangtua dan pergaulan dengan kelompok teman sebayanya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan kedua yang paling erat dengan individu setelah keluarga. Pada usia remaja, anak cenderung lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Dalam kelompok sebaya anak-anak remaja biasanya saling berinteraksi dan secara otomatis saling terkondisionir untuk bertingkah laku sesuai dengan norma kelompoknya. Pergaulan dengan kelompok sebaya sendiri dapat membawa dampak yang negatif maupun positif bagi remaja. Sebuah perilaku bullying yang dilakukan siswa bisa terjadi akibat adanya pengaruh atau tekanan dari kelompok sebayanya di sekolah yang cenderung berperilaku negatif. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara kelompok teman sebaya dengan perilaku bullying yang dilakukan siswa di sekolah.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Tanpa adanya pembatasan dalam masalah bisa menyebabkan kekaburan dalam mencapai tujuan penelitian, untuk itu peneliti merasa perlu membatasi ruang lingkup masalah atau perumusan masalah yaitu seperti yang di uraikan berikut ini :
1. Bagaimana gambaran mengenai kelompok teman sebaya (peer group) siswa di sekolah ?
(18)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana pengaruh kelompok teman sebaya (peer group) terhadap terjadinya perilaku bullying siswa di sekolah ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dirumuskan sebagai pedoman tentang apa yang harus dicapai dalam pekerjaan tersebut. Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kelompok teman sebaya atau peer
group berpengaruhterhadap terjadinya perilaku bullying siswa di sekolah.
Secara khusus penelitian ini betujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai kelompok teman sebaya (peer
group) siswa di sekolah.
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku bullying siswa di sekolah
3. Untuk mengetahui pengaruh kelompok teman sebaya (peer group) terhadap terjadinya perilaku bullying siswa di sekolah
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama dalam kajian ilmu Sosiologi dan Penyimpangan Sosial.
b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian
(19)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lebih lanjut terhadap objek sejenis yang belum tercakup dalam penelitian ini.
c. Menambah wawasan bagi para praktisi ilmu sosial, psikologi dan pendidikan, bahwa perilaku bullying tidak semata-mata timbul dari keinginan pribadi pelaku.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan bagi para guru kelas maupun guru konseling berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi perilaku bullying sehingga dapat melakukan intervensi secara tepat dalam upaya mencegah dan memberikan treatment pada anak yang memiliki perilaku
bullying.
b. Sebagai bahan masukan bagi pelajar dan siswa, bahwa bullying adalah tindakan merugikan yang harus dijauhi dan pintar-pintarlah dalam memilih teman.
c. Dapat menjadi masukan bagi orangtua hendaknya lebih memperhatikan bagaimana dan dengan siapa anaknya bergaul agar anak terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak diinginkan seperti misalnya perilaku bullying.
F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang berisi :
a. Latar belakang penelitian, memaparkan tentang alasan peneliti tertarik untuk meneliti masalah penelitian.
b. Identifikasi masalah penelitian, berisi pengenalan dan inventarisasi masalah.
c. Rumusan masalah penelitian, dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya tentang masalah yang akan diteliti.
(20)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian tersebut selesai dilakukan.
e. Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang diperoleh biasanya dipandang dari salah satu atau beberapa aspek.
f. Struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penulisan setiap bahasan bagian bab dalam skripsi mulai dari bab 1 sampai dengan bab terakhir.
BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis
Tinjauan Pustaka dimaksudkan sebagai landasan teoritik dalam analisis penelitian. Pada tinjauan pustaka peneliti mengaitkan teori dengan penelitian yang akan diteliti. Tinjauan pustaka memuat berbagai teori mengenai variabel-variabel yang ada di dalam penelitian, juga teori pendukung yang berasal dari penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu berisi kerangka pikir peneliti dalam melakukan penelitian. Dan ditutup dengan hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Dalam metode penelitian menjelaskan secara rinci tentang metodologi yang ingin digunakan dan jenis penelitian. Termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini memuat dua hal utama yaitu pengolahan datadan analisis data atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif. Bagian pembahasan atau analisis temuan yaitu mendiskusikan penelitian tersebut dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas di Bab II.
(21)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Bab V disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian.
(22)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan di kota Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu kota besar yang maju, kota Bandung tidak terlepas dari berbagai masalah yang salah satunya ditimbulkan oleh remaja siswa. Oleh karena itu, penulis memilih kota Bandung sebagai lokasi penelitian karena dinilai tepat untuk meneliti masalah yang akan diteliti.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling a. Populasi
Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Dalam menganalisa suatu data, langkah pertama yang sangat penting adalah menentukan populasi yang akan diteliti. Arikunto (2010, hlm. 173) menyebutkan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Sugiyono (2013, hlm. 115) menjelaskan bahwa “populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sekaran (2006, hlm. 122) menyatakan “populasi merupakan kumpulan semua elemen dalam populasi dimana sampel diambil”.
Sesuai dengan permasalahan penelitian, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang
(23)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berada di wilayah kota Bandung. Terdiri dari 27 SMA Negeri yang terbagi ke dalam tiga cluster.
b. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2013, hlm.
116) menyebutkan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penelitian sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi homogen. Subjek penelitian ini homogen yaitu siswa SMA, maka penelitian ini dapat dilakukan dengan teknik penelitian sampel.
Teknik pengambilan sampel pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling (Sugiyono, 2013, hlm. 117).
Prasetyo dan Jannah (2006, hlm. 122) menjelaskan bahwa :
Teknik penarikan sampel probabilita adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dengan kesempatan yang sama ini, hasil dari suatu penelitian dapat digunakan untuk memprediksi populasi. Sementara itu, teknik penarikan sampel nonprobabilita adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan pada setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama. Anggota yang satu memiliki kesempatan lebih besar dibandingkan dengan anggota yang lain. Pemilihan sampel penelitian dilakukan melalui pengambilan sampel dengan teknik kombinasi probability sampling dan non probability sampling. Pertama untuk menentukan SMA, pengambilan sampel SMA dilakukan dengan teknik cluster dan random, yaitu seluruh SMA negeri di
(24)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kota Bandung diklasifikasikan sesuai dengan cluster nya. Terdiri dari tiga sekolah yang mewakili masing-masingcluster. Cluster SMA diurutkan berdasarkan passing grade atau perolehan nilai ujian nasional tertinggi sampai terendah di kota Bandung. Penulis memperolehdata cluster SMA Negeri di Kota Bandung melalui observasi terhadap kantor Dinas Pendidikan dan dari websitenya. Berikut tabelclusterSMA Negeri di Kota Bandung
Tabel 3.1
Cluster SMA Negeri di Kota Bandung
Cluster Populasi
1
SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5, SMAN 8, SMAN 11, SMAN 242
SMAN 1, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 9, SMAN 20, SMAN 223
SMAN 10, SMAN 12, SMAN 13, SMAN 14, SMAN 15, SMAN 16, SMAN 17, SMAN 18, SMAN 19, SMAN 21, SMAN 23, SMAN 25, SMAN 26, SMAN 27 Sumber : http.//www.ppdbkotabandung.web.id/
Kemudian setelah SMA diklasifikasikan sesuai cluster nya, perwakilan dari setiap cluster dipilih secara random atau acak dengan cara undian. Setelah SMA perwakilan dari tiap cluster terpilih, dilakukan teknik random dengan cara undian kembali untuk menentukan kelas subjek penelitian yang akan mewakili SMA terpilih dari setiap cluster.
Cluster
1
2
3
SMAN 4 SMAN 9 SMAN 26
(25)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1
Alur Penarikan Sampel Penelitian
Untuk mewakili cluster pertama yang terpilih adalah SMA Negeri 4, SMA Negeri 4 terpilih karena lokasinya yang berada di pusat perkotaan yaitu di jalan Gardujati dapat menggambarkan dan mewakili karakter siswa dari daerah kota. Kemudian mewakili cluster kedua ada SMA Negeri 9 yang berlokasi di kawasan pangkalan militer di Lanud Husein Sastranegara, mewakili karakter siswa perkotaan yang sekolah nya berada dalam kawasan keras militer. Kemudian yang terakhir mewakili cluster ketiga yang terpilih adalah SMA Negeri 26 yang berlokasi di daerah Cibiru yang merupakan salah satu daerah transisi antara kota dan kabupaten Bandung sehingga dapat mewakili karakter siswa dari kawasan perbatasan. Sedangkan untuk kelas yang terpilih mewakili masing – masing sekolah adalah kelas XI bagi SMA Negeri 4, kelas X bagi SMA Negeri 9 dan kelas XI bagi SMA Negeri 26.
c. Teknik Sampling
Dalam menarik anggota sampel dari anggota populasi agar sampel refresentatif harus diupayakan agar setiap subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur anggota sampel. Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan sampling, menurut Sugiyono (2013, hlm 116)
(26)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel atau sebagian elemen populasi untuk memahami karakteristik dari keseluruhan populasi” (Permana, 2012, hlm. 67). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proportional random sampling. Penentuan jumlah sampel dari masing-masing sekolah dilakukan secara proporsional, dan responden dari masing-masing sekolah dipilih secara acak (random) karena populasi mempunyai anggota homogen yaitu siswa SMA.
Arikunto (2010, hlm. 178) dalam bukunya mengemukakan bahwa : Penentuan besarnya sampel dengan persentase seperti yang dahulu banyak digunakan, kini sudah harus ditinggalkan. Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus untuk menentukan besarnya sampel.
Untuk menghitung besarnya ukuran sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin (Umar 2006 hlm. 59; Prasetyo dan Jannah 2006 hlm. 137; Noor 2012, hlm. 158) dengan rumus :
n =
�
1+
�
²
Dimana :
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel minimum
e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan
pengambilan sampel
Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
(27)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
n = 906
1+(906� 0.1 2)
n = 90,0596 n = 90
Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas maka jumlah sampel minimal yang diteliti adalah berjumlah 90 responden dengan taraf kesalahan 1%.Namun peneliti akan membulatkannya menjadi 100 responden. “Taraf kesalahan bisa 1%, 5%, dan 10%” (Sugiyono, 2013, hlm. 124). Semakin besar taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Kemudian untuk sebaran sampel penelitian akan dilakukan secara proporsional sesuai dengan jumlah populasi sampel penelitian.Adapun sebaran sampel secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Sebaran Sampel Penelitian
No. Nama Sekolah Kelas Jumlah
Siswa Jumlah Sampel
1 SMA Negeri 4 XI 287 287
906x100 = 31,67 / 32
2 SMA Negeri 9 X 344 344
906 x 100 = 37,96 / 38
3 SMA Negeri 26 XI 275 275
906x 100 = 30,35 / 30
(28)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alreck dan Seetle (dalam Permana, 2012, hlm. 67) menjelaskan
bahwa „untuk populasi yang yang besar sampel minimum kira-kira 100 responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden‟.
B. Desain Penelitian
E.A Suchman (dalam Nazir, 2005, hlm. 84) menjelaskan bahwa
„desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian‟. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitian mencakup proses-proses berikut (V. Shah dalam Nazir, 2005, hlm. 84) :
1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian
2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya
3. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkau, dan hipotesis untuk diuji
4. Membangun penyelidikan atau percobaan
5. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel 6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan
7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data
8. Membuat coding, serta mengadakan editing dan procesing data
9. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik
10. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran-saran dan kerja penelitian yang akan datang
Menurut Malhotra (dalam Noor, 2012, hlm. 107) „desain penelitian
adalah kerangka atau cetak biru dalam melaksanakan suatu proyek riset. Suatu prosedur penting untuk informasi yang dibutuhkan untuk menyusun
pemecahan masalah penelitian‟. Adapun menurut Philips (dalam Noor, 2012, hlm. 108) „desain penelitian untuk membantu penelitian dalam pengalokasian sumber daya yang terbatas dengan menempatkan pilihan penting dalam
(29)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metodologi‟. Menurut Kerlinger (dalam Noor, hlm. 108) „desain penelitian
diklasifikasikan sebagai rencana dan struktur investigasi yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian‟. “Berdasarkan pendapat dari berbagai ahli tersebut, maka desain penelitian dibagi dalam dua bagian besar, yaitu secara menyeluruh dan
parsial‟ (Noor, 2012, hlm. 108). Dalam hal ini komponen desain dapat
mencakup semua struktur penelitian diawali saat menemukan ide, menentukan tujuan, kemudian merencanakan penelitian. Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya.
Dari pemaran diatas, terlihat bahwa dengan adanya desain penelitian, maka akan mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian dan mencapai tujuan yang diharapkan dari penelitiannya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka penjabaran desain atau rancangan proses penelitian kuantitatif dapat dijabarkan dalam gambar berikut : Studi pendahuluan Latar Belakang Masalah Fenomena Makro Fenomena Mikro Rumusan Masalah Studi Literatur Perumusan Hipotesis Pengumpulan Data Populasi dan Sampel Pengembangan Instrumen Analisis Data Pengujian Hipotesis Kesimpulan dan Saran
(30)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2
Desain Penelitian
Berdasarkan gambar di atas, penulis mencoba menggambarkan desain penelitian yang akan dilakukan. Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, masalah itu sendiri akan didapatkan setelah melalui studi pendahuluan terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Kemudian disusun latar belakang yang terdiri dari gambaran fenomena makro dan fenomena mikro yang terjadi di masyarakat. Pada dasarnya, latar belakang penelitian ini lahir dari hasil studi pendahuluan peneliti terhadap masalah penelitian.
Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut kemudian peneliti melakukan studi literatur terhadap berbagai teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori digunakan untuk menjawab rumusan masalah tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru berupa teori tersebut
(31)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dinamakan hipotesis, maka hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah.
Hipotesis yang masih berupa jawaban sementara itu akan dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan data dari lapangan. Untuk itu, peneliti kemudian melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi dan sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah diuji kelayakan dan pengembangannya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Data yang telah terkumpul melalui penyebaran instrumen selanjutnya dianalisis. Analisis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberi pembahasan. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.
Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, selanjutnya adalah merumuskan kesimpulan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Karena peneliti melakukan penelitian untuk memecahkan masalah, oleh karena itu peneliti berkewajiban memberikan saran-saran yang dirumuskan berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.
C. Metode Penelitian
Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, serta variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian korelasional. Arikunto (2010, hlm. 4) mengungkapkan bahwa :
(32)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Untuk lebih rincinya, ada dua jenis penelitian korelasi, yaitu (1) korelasi sejajar dan (2) korelasi sebab-akibat.
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah hubungan kausal atau korelasi sebab-akibat. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono
(2012, hlm. 37) bahwa “hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat
sebab akibat. Ada variabel independent (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependent (variabel yang dipengaruhi)”. Variabel independent dalam
penelitian ini kelompok teman sebaya (peer group) (X) dan variabel
dependent adalah perilaku bullying (Y).
Metode penelitian dapat di artikan sebagai “cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010, hlm. 203). Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti berdasarkan atas tujuan penelitiannya adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Nazir (2005, hlm. 54), mengemukakan bahwa :
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, dan tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membantu deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif untuk menggambarkan masing-masing variabel yang akan diteliti secara empiris, yaitu gambaran empiris pada variabel X (kelompok teman sebaya) dan gambaran empiris pada variabel Y (perilaku bullying).
(33)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh
Kelompok Teman Sebaya terhadap Perilaku Bullying”. Persoalan pertama yang harus diketahui adalah gambaran tentang kelompok teman sebaya, lalu yang kedua adalah gambaran tentang perilaku bullying. Apabila telah diperoleh hasil gambaran dari masing-masing variabel, maka selanjutnya dipakai untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berikutnya, yaitu apakah terdapat pengaruh antara kelompok teman sebaya terhadap perilaku bullying. Untuk dapat mengetahui hal tersebut, maka metode yang kedua menggunakan metode verifikatif. Sifat penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan
Selain itu, berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian korelasional yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode explanatory survey yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis di lapangan.Metode explanatory survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.Sugiyono (2012, hlm. 6) memberikan pengertian bahwa :
Metode survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara, test, dan sebagainya.
Prasetyo dan Jannah (2006, hlm. 143) berpendapat bahwa “penelitian
survey merupakan suatu penelitian dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis”.
Aaker, Kumar dan Day (dalam Permana2012, hlm. 65) mengemukakan dua keuntungan dari penelitian survey. Pertama, penelitian survey dapat mengumpulkan data yang banyak mengenai responden individu dalam suatu
(34)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
waktu. Kedua, penelitian survey dapat dilakukan untuk tujuan deskriptif maupun kausal.
Penelitian yang dilakukan pada penelitian ini merupakan penelitian yang membutuhkan waktu kurang dari satu tahun. Oleh sebab itu, analisis data dalam penelitian ini dinamakan analisis cross-sectional, karena data yang dikumpulkan hanya sekali dengan menyebarkan kuesioner kepada siswa SMA Negeri di Kota Bandung. Menurut Asep Hermawan (dalam
Ratnaningsih, 2011, hlm. 46) „metode cross-sectional adalah suatu penelitian yang dikumpulkan sekaligus, merupakan hasilnya sekali bidik (one
snapshoot) pada satu saat tertentu‟. Metode cross-sectional adalah metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang).
D. Definisi Operasional
“Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel. Dimensi (indikator dapat berupa : perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik” (Sekaran, 2006, hlm.97).
Penelitian ini terdiri dari dua variabel utama, yaitu kelompok teman sebaya dan perilaku bullying. Secara lengkap definisi operasional variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
(35)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel. 3.3
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
Data
Kelompok teman sebaya (X)
“suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan
usianya, antara lain kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok
monoseksual yang beranggotakan anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal” Tirtarahardja (1995, hlm. 181)
Karakteristik kelompok teman sebaya
1. Usia sama atau hampir sama
2. Tingkatan kelas yang sama
3. Minat atau hobi yang sama
4. Tujuan dan keinginan yang sama
Ordinal
Interaksi sosial dengan
kelompok teman sebaya
1. Imitasi atau peniruan 2. Sugesti yang berarti
pengaruh/dipengaruhi 3. Identifikasi, yaitu
adanya dorongan untuk menjadi sama dengan kelompoknya
4. Simpati yang berarti turut merasakan atau saling mengerti Ordinal Perilaku bullying (X) “Merupakan tindakan agresif dari pihak yang lebih berkuasa dalam bentuk kekerasan fisik, verbal ataupun psikis yang dilakukan dengan sengaja dan dalam periode waktu tertentu (teratur
maupun acak)”
Annisa (2012, hlm. 25)
Bullying secara
verbal
1. Verbal langsung 2. Verbal tidak langsung
Ordinal
Bullying secara
fisik
1. Menyakiti secara fisik 2. Melakukan kekerasan
fisik
Ordinal
Bullying secara
psikis
Semua perilaku yang bersifat merusak atau mengganggu ketentraman psikis seseorang
(36)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian
Karena pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. “Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian” (Sugiyono,
2013, hlm. 146). Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Oleh sebab itu instrumen penelitian harus berdasarkan pada karakteristik sumber data dari variabel yang akan diteliti sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen
penelitian. “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2013, hlm. 199). Menurut Arikunto (2010, hlm. 194) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup, yaitu angket yang telah disediakan alternatif jawabannya oleh peneliti. Akdon (2008, hlm. 132), mendefinisikan “Angket berstruktur (angket tertutup) adalah angket yang disajikan sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakter dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√)”. Jenis angket yang digunakan adalah angket berstruktur yang berupa pernyataan dengan skala
(37)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengukuran ordinal. Karena penelitian ini akan mengukur perilaku atau kebiasaan maka yang digunakan adalah angket SSHA (Survey of Study Habits
and Attitudes) dari Brown dan Holtzman.
Angket yang digunakan dalam penelitian untuk meminta keterangan atau informasi kepada responden yang berhubungan dengan variabel yang diteliti. Dengan demikian, variabel serta sumber data penelitian harus jelas, sehingga instrumen yang dirumuskan sesuai dengan karakteristik sumber data.
1. Variabel Penelitian dan Sumber Data Peneltian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel X (kelompok teman sebaya) dan variabel Y (perilaku bullying). Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di kota Bandung yang telah dipilih untuk menjadi sampel penelitian sesuai dengan perhitungan yang telah di paparkan dalam pembahasan populasi dan sampel yaitu sebanyak 100 orang siswa yang tersebar di tiga sekolah. Siswa dipilih sebagai responden yang akan memberikan gambaran terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
2. Teknik Pengukuran Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA ini tidak berbeda dengan skala Likert yaitu bernilai favourable dengan lima option berikut :
Tabel 3.4 Skala Likert Alternatif Jawaban
Variabel
Bobot
Selalu (S) 5
Sering (SR) 4
(38)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jarang (J) 2
Tidak Pernah (TP) 1
Keunggulan skala model ini tidak mengukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-hari. “Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif
terhadap suatu objek sikap” (Sugiyono, 2012, hlm. 93).
3. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen sangat diperlukan dalam penelitian karena akan melahirkan dimensi dan indikator – indikator yang akan mempermudah dalam penyusunan pernyataan yang akan dijabarkan di dalam instrumen penelitian. Adapun kisi – kisi dari variabel X dan variabel Y akan diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.5
Kisi – kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Kelompok Teman Sebaya)
Variabel Dimensi Indikator No. Item
Instrumen
Kelompok teman sebaya (X)
Karakteristik kelompok teman sebaya
Usia sama atau hampir sama 3
Tingkatan kelas yang sama 2
Minat/hobi yang sama 1, 4
Tujuan dan keinginan yang sama
7, 8,25
Interaksi sosial dengan
(39)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok teman sebaya
Sugesti yang berarti
pengaruh/dipengaruhi
9, 10, 11, 12, 13, 16 Identifikasi, yaitu adanya
dorongan untuk menjadi sama dengan kelompoknya
5, 14, 15, 24
Simpati yang berarti turut merasakan atau saling mengerti
18, 19, 20, 21, 22
Tabel 3.6
Kisi – kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Perilaku Bullying)
Variabel Dimensi Indikator No. Item
Instrumen Perilaku Bullying (Y) Bullying secara verbal Verbal langsung
1, 2, 3, 4, 5, 7, 23
Verbal tidak langsung
6, 8, 9, 10, 11, 22, 24
Bullying
secara fisik
Menyakiti secara fisik
13, 14, 16, 17
Melakukan kekerasan fisik
12, 15
Bullying
secara psikis
Semua perilaku yang bersifat merusak atau mengganggu ketentraman psikis seseorang
18, 19, 20, 21, 25
(40)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Proses Pengembangan Instrumen
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Sebelum di sebar langsung kepada objek penelitian, instrumen penelitian ini di uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat akurasinya terhadap responden yang memiliki karakteristik sama dengan objek penelitian yang sebenarnya. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari kegagalan total dalam melakukan pengumpulan data karena seringkali instrumen yang telah disusun memiliki kelemahan. Selain itu, yang terpenting dalam uji coba angket ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas dari instrumen tersebut.
Instrumen yang telah disusun adalah untuk mengungkapkan duavariabel : Kelompok Teman Sebayadan Perilaku Bullyingdari populasi dan sampel yang telah ditentukan. Sumber datanya adalah siswa SMA Negeri di kota Bandung. Bentuk instrumennya adalah checklist. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman observasi, wawancara, maupun sebagai kuesioner.
Adapun uji cobavaliditas dan reliabilitas instrumen penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 13 Februari 2014terhadap 38siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Bandung. Berikut ikhtisar penyebaran angket uji coba:
Tabel 3.7
Jumlah Data Hasil Uji Coba yang Terkumpul dan Dapat Diolah Sampel Data yang Terkumpul Data yang dapat diolah
(41)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang dapat di olah sebanyak 30 karena sisanya tidak memenuhi aturan pengisian instrumen yang telah di uraikan dalam petunjuk pengisian instrumen penelitian.
1. Uji Validitas
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut Arikunto (2010, hlm. 211) :
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Adapun uji validitas dilakukan dengan analisis item yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan skor total. Perhitungannya, dilakukan dengan bantuan aplikasi SPPS (Statistical
Product and Service Solutions) versi 20. Terdapat interpretasi terhadap
korelasi dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.178), bahwa :
Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa intrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang kuat.
Sedangkan, Masrun (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 134), mengungkapkan bahwa :
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
(42)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal serupa dikemukakan oleh Naga (dalam Purwanto, 2010, hlm. 197)
bahwa „sebuah butir dikatakan valid apabila mempunyai korelasi butir
total (rhitung) minimal +0,30‟.
Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Teknik korelasi yang digunakan adalah rumus Rank Spearman, yaitu :
(Akdon dan Hadi, 2005, hlm.184)
Keterangan :
rs = nilai koefisien korelasiSpearman Rank
d2 = Selisih setiap pasangan rank
n = jumlah responden
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Variabel X (Kelompok Teman Sebaya) No. Item r hitung r kritis Keputusan
1 0,394 0,300 Valid
2 0,499 0,300 Valid
3 0,418 0,300 Valid
4 0,382 0,300 Valid
5 0,507 0,300 Valid
6 0,359 0,300 Valid
7 0,366 0,300 Valid
8 0,365 0,300 Valid
= 1 6 ∑ 2
(43)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 0,701 0,300 Valid
10 0,575 0,300 Valid
11 0,352 0,300 Valid
12 0,697 0,300 Valid
13 0,735 0,300 Valid
14 0,610 0,300 Valid
15 0,524 0,300 Valid
16 0,427 0,300 Valid
17 0,413 0,300 Valid
18 0,377 0,300 Valid
19 0,364 0,300 Valid
20 0,404 0,300 Valid
21 0,336 0,300 Valid
22 0,448 0,300 Valid
23 0,408 0,300 Valid
24 0,314 0,300 Valid
25 0,422 0,300 Valid
Berdasarkan perhitungan uji validitas yang telah dilakukan terhadap 25 item dalam instrumen kelompok teman sebaya dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 20 di peroleh hasil yang menunjukkan bahwa semua butir pernyataan valid karena skor r hitung lebih besar jika di
bandingan dengan r kritis (0,3) seperti yang di kemukakan oleh Sugiyono.
Item-item yang valid selanjutnya akan digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya.
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Variabel Y (Perilaku Bullying) No. Item r hitung r kritis Keputusan
1 0,733 0,300 Valid
2 0,785 0,300 Valid
3 0,676 0,300 Valid
4 0,362 0,300 Valid
(44)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 0,574 0,300 Valid
7 0,592 0,300 Valid
8 0,378 0,300 Valid
9 0,420 0,300 Valid
10 0,510 0,300 Valid
11 0,561 0,300 Valid
12 0,624 0,300 Valid
13 0,680 0,300 Valid
14 0,692 0,300 Valid
15 0,733 0,300 Valid
16 0,541 0,300 Valid
17 0,531 0,300 Valid
18 0,733 0,300 Valid
19 0,376 0,300 Valid
20 0,574 0,300 Valid
21 0,816 0,300 Valid
22 0,608 0,300 Valid
23 0,461 0,300 Valid
24 0,527 0,300 Valid
25 0,621 0,300 Valid
Berdasarkan perhitungan uji validitas yang telah dilakukan terhadap 25 item dalam instrumen perilaku bullying dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 20 di peroleh hasil yang menunjukkan bahwa semua butir pernyataan valid karena skor r hitung lebih besar jika di
bandingan dengan r kritis (0,3) seperti yang di kemukakan oleh Sugiyono.
Item-item yang valid selanjutnya akan digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya.
2. Uji Reliabilitas
Apabila instrumen telah teruji validitas nya, yang dilakukan selanjutnya adalah menguji reliabilitas instrumen penelitian. Uji reliabilitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah di penelitian
(45)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
r11= �−�
1 . 1−
∑ �� �
yang selanjutnya apabila instrumen digunakan pada masalah dan gejala yang sama namun lokasi berbeda akan menunjukkan hasil pengukuran yang sama atau berbeda.
“Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap” (Purwanto, 2010, hlm. 196). Sarwono (2006, hlm. 100)
memberikan penjelasan bahwa “reliabilitas menunjuk pada adanya
konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas
berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya”.
Sebagaimana dikemukakan oleh Noor (2012, hlm. 130) “reliabilitas
atau keterandalan ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama”. Untuk dapat diketahui bahwa dalam perhitungan atau uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas. Apabila tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas.
Dalam pengujian reliabilitas instrumen dianalisis dengan internal
concitency yaitu dilakukan hanya sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Dalam pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode Alpha. Metode Alpha beguna untuk mencari reliabilitas instrumen penelitian dengan skala likert. Adapun rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas yaitu sebagai berikut :
(46)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
r11 : Koefisien realibilitas internal seluruh item
Σsi : Jumlah varian skor tiap-tiap item
St : Varian total
k : Jumlah item
Indeks reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan hanya mempunyai arti untuk memaknai reliabilitas instrumen apabila dihubungkan dengan kriteria uji coba. Kriteria uji coba reliabilitas instrumen penelitian yang dikemukakan oleh Aiken (dalam Purwanto,
2010, hlm. 196) adalah „instrumen reliabel bila hasil perhitungan reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach menunjukkan angka minimal
0,65‟.
Tabel 3.10
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Kelompok Teman Sebaya)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,852 25
Tabel 3.11
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Perilaku Bullying)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,930 25
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, reliabilitas instrumen variabel X memiliki nilai 0,852 dan reliabilitas instrumen variabel Y memiliki nilai 0,926 kedua nya memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar dari kriteria uji yang dikemukakan Aiken (dalam Purwanto, 2010, hlm. 196) yaitu
(47)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebesar 0,650. Artinya kedua instrumen penelitian variabel X (kelompok teman sebaya) dan variabel Y (perilaku bullying) adalah reliabel dan dapat digunakan serta teruji keterandalannya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk kepentingan penelitian. “Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan” (Nazir, 2003,
hlm. 174). Kualitas pengumpulan data tergantung pada teknik atau cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. Ketepatan teknik atau cara yang digunakan akan menunjukkan kualitas data yang dihasilkan. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena pada dasarnya penelitian adalah mengumpulkan data untuk kemudian dianalisis serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan diberikan kesimpulannya.Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Angket/Kuesioner
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012, hlm 142)”. Metode
kuesioner digunakan mengingat jumlah responden yang cukup besar.
Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 142) “... kuesioner
cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar di
wilayah yang luas”. Selain itu, penggunaan kuesioner ini juga agar dapat
dengan segera mendapatkan data dari responden yang besar. Arikunto (2010, hlm. 195) mengemukakan kelebihan penggunaan angket sebagai alat pengumpulan data, yaitu :
(1)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Saran bagi pihak sekolah :
a. Hendaknya guru yang berkewajiban memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang dinilai dapat mengancam atau menyakiti siswa lain.
b. Mengintensifkan bagian Bimbingan dan Penyuluhan dalam mengawasi siswa-siswi yang dipandang dapat melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap siswa lain.
c. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bersahabat untuk meminimalisir terjadi nya perilaku kekerasan atau bullying siswa di sekolah.
2. Saran bagi siswa :
a. Siswa hendaknya lebih selektif dalam memilih teman dan dalam bergaul dengan teman sebaya. Sekalipun terlanjur telah berteman dengan dengan mereka yang sering melakukan tindakan menyimpang, maka alangkah baiknya jika siswa dapat lebih bisa memilih mana yang pantas untuk diikuti dan mana yang tidak. b. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kesadaran beragama sebagai
benteng pertahanan agar tidak mudah terpengaruh melakukan hal-hal buruk yang dilakukan oleh teman disekelilingnya.
(2)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Saran bagi peneliti selanjutnya :
a. Untuk penelitian selanjutnya, apabila akan meneliti hal yang sama dianjurkan untuk menganalisis persamaan regresi agar dapat diketahui bentuk matematis antara hubungan variabel X dengan variabel Y.
b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, alangkah baiknya apabila peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku bullying seperti pola asuh orang tua, lingkungan sekolah, dan media.
c. Dalam membantu perkembangan ilmu dan pengetahuan, diharapkan peneliti selanjutnya agar mencari lebih banyak teori dari berbagai referensi yang tersedia di buku, jurnal nasional maupun internasional yang relevan dengan penelitian agar mendapatkan hasil penenlitian yang lebih maksimal.
(3)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Adilla, N. (2009). Pengaruh kontrol sosial terhadap perilaku bullying pelajar di
sekolah menengah pertama. Jurnal Kriminologi Indonesia, 5 (1), hlm.
56-66.
Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan
Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.
Akdon, dan Hadi, S. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.
Annisa. (2012). Hubungan antara Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying
Remaja. Skripsi Sarjana, Universitas Indonesia. Depok.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Atmaja. (2012). Teori-teori Perilaku Menyimpang. [Online]. Tersedia :
http://sukma-stc.blogspot.com/2012/05/teori-teori-perilaku-menyimpang.html [Diakses 24 Februari 2014].
http.//www.ppdbkotabandung.web.id. [Diakses 24 Februari 2014]
http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_4_Bandung [Diakses 23 Mei 2014] http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_9_Bandung [Diakses 23 Mei 2014] http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_26_Bandung [Diakses 23 Mei 2014] Hurlock, E.B. (1980). Psikologi PerkembanganSuatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Kartono. K. (2013a). Patologi Sosial Jilid 1. Edisi kedua. Jakarta : Rajawali Pers. Kartono. K. (2013b). Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Cetakan ke 11.
Jakarta : Rajawali Pers.
Komnas PA. (2011). Catatan akhir tahun 2011 komisi nasional perlindungan
anak. [Online]. Tersedia :
http://komnaspa.or.id/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-perlindungan-anak/ [Diakses 11 September 2013]
(4)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Legowo, D.C. (2014). Pengaruh Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer
Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.
Levianti. (2008). Konformitas dan bullying pada siswa. Jurnal Psikologi, 6 (1), hlm. 2-9.
Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional
Maryati, K dan Suryawati, J. (2007). Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Esis.
Muin, I. (2013). Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Erlangga. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Noor, J. (2012). Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta : Kencana.
Nurhayati, A. (2007). Studi tentang Hubungan Kelompok Sebaya dengan Perilaku
Moral Remaja di SMA Pasundan 8 Bandung. Skripsi Sarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung.
Olweus. D. (1993). Bullying at School : What We Know, What We Can Do. Massachusets : Blackwell Publisher.
Parsons, L. (2009). Bullied Teacher Bullied StudentGuru dan Siswa yang
Terintimidasi. Jakarta : Grasindo.
Permana, D. (2012). Pengaruh Diferensiasi Produk Green Tourism Destination
terhadap Kepuasan Berkunjung di Pulau Sikuai. Skripsi Sarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Prasetyo, B dan Jannah, L.M. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Pratiwi S, Y. (2008). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya terhadap Perilaku
Meyimpang Siswa di Sekolah . Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.
Prihatiningsih, R. (2012). Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar
PKN Siswa di SMP Pasundan 3 Bandung. Skripsi Sarjana, Universitas
(5)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Purwanto. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ratnaningsih. K. (2011). Pengaruh Tayangan Kekerasan di Televisi Terhadap
Perilaku Agresif Siswa SMA di Kabupaten Majalengka. Skripsi Sarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Santosa, S. (2009). Dinamika Kelompok. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sejiwa. (2008). Bullying : mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar
anak. Jakarta : Grasindo
Sejiwa. (2010) . Penelitian Mengenai Kekerasan di Sekolah . [Online]. Tersedia : http://sejiwa.org/penelitian-mengenai-kekerasan-di-sekolah-2008/[Diakses 11 September 2013]
Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Setiadi, E.M dan Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta :
Kencana.
Smith, P.K dan Sharp, S. (Editor), (1994). School BullyingInsights and
Perspectives. London : Routledge.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru 42. Jakarta : Rajawali Pers
Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Suharyadi, dan Purwanto. (2009). Statistika : Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat.
Tirtarahardja, U dan La Sula. (1995). Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
(6)
Dara Agnis Septiyuni, 2014
Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Trevi, W.S.R. (2012). Sikap siswa kelas x SMK y Tangerang terhadap bullying.
Jurnal Psikologi, 10 (1), hlm. 14-26.
Umar, H. (2006). Metode Penelitian dan Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Widhi K, N. (2012). 5 Kasus Bullying SMA di Jakarta. [Online]. Tersedia : http://news.detik.com/read/2012/07/31/105747/1979089/10/6/5-kasus-bullying-sma-di-jakarta#bigpic[Diakses 11 September 2013]
Wikipedia. Penindasan. [Online]. tersedia :
http://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan [Diakses 24 Februari 2014]
Willis, S.S. (2008). Remaja & Masalahnya. Bandung : Alfabeta.
Wiyani, N.A. (2012). Save our Children from School Bullying. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Yolan, S. (2012). Negara-negara dengan Kasus Bulying Tertinggi, Indonesia di
Urutan ke-2. [Online]. Tersedia :
http://uniqpost.com/50241/negara-negara-dengan-kasus-bullying-tertinggi-indonesia-di-urutan-ke-2/ [Diakses 11 September 2013]
Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.