PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP TIMBULNYA PERILAKU MENYIMPANG REMAJA : Penelitian eksplanasi Di SMA Negeri Kota Bandung.

(1)

No Skripsi: 4223/UN.420.2.8/PL/2014

PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP TIMBULNYA PERILAKU MENYIMPANG REMAJA

(Penelitian eksplanasi Di SMA Negeri Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajuk an Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik an Jurusan Pendidik an Sosiologi

oleh:

Luthfi Muzayyin Kamil 1003050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Pengaruh Teman Sebaya (

Peer Group

) Terhadap Timbulnya

Perilaku Menyimpang Remaja

(Penelitian eksplanasi Di SMA Negeri Kota Bandung)

Oleh

Luthfi Muzayyin Kamil

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

© Luthfi Muzayyin Kamil 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Perilaku Menyimpang & Kenakalan Remaja ... 9

1. Pengertian Perilaku Menyimpang... 9

2. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang ... 11

3. Sebab-Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang ... 12

4. Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang ... 14

5. Macam-Macam Perilaku menyimpang... 14

6. Perilaku menyontek ... 15

7. Perilaku membolos ... 16

8. Bullying ... 17

9. Pornografi ... 18


(5)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

11.Sebab-Sebab Kenakalan Remaja ... 20

12.Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja ... 22

B. Kajian Tentang Teman Sebaya (Peer Group) ... 23

1. Pengertian Teman Sebaya (Peer Group) ... 23

2. Latar Belakang Timbulnya Teman Sebaya (Peer Group) ... 23

3. Hakikat Teman Sebaya ... 24

4. Fungsi Teman Sebaya... 25

5. Ciri-Ciri Teman Sebaya... 26

6. Pengaruh Teman Sebaya ... 27

C. Kajian Tentang Remaja... 28

1. Pengertian Remaja ... 28

2. Ciri-Ciri Remaja... 29

3. Kebutuhan-Kebutuhan Remaja ... 30

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 31

E. Kerangka Pemikiran ... 33

F. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Populasi ... 37

3. Sampel... 38

4. Teknik Sampling ... 39

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 40

D. Definisi Operasional Variabel ... 41

1. Variabel Bebas (X) ... 41

2. Variabel Terikat (Y) ... 42


(6)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

1. Jenis Instrumen Penelitian ... 43

2. Penyusunan Instrumen... 43

3. Pemberian Skor Instrumen Penelitian ... 44

F. Pengembangan Instrumen ... 45

1. Uji Validitas... 45

2. Uji Reliabilitas ... 50

G. Teknik Pengumpulan Data ... 52

H. Analisis Data... 53

1. Analisis Deskriptif ... 54

2. Perhitungan Presentase ... 54

3. Distribusi Frekuensi Relatif... 55

4. Analisis Data Korelasi dan Pengujian Hipotesis ... 56

5. Uji Kontribusi (Koefisien Determinasi) ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 58

1. SMA Negeri 7 Kota Bandung ... 58

2. SMA Negeri 13 Kota Bandung ... 60

3. SMA Negeri 22 Kota Bandung ... 61

B. Pemaparan Data ... 62

1. Analisis Deskriptif ... 62

2. Gambaran Umum Keterikatan Remaja Dengan Teman Sebayanya... 90

3. Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja ... 91

4. Kontribusi Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja... 93

C. Pembahasan Data... 94 1. Keterikatan Remaja Dengan Teman Sebayanya


(7)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

(Peer Group) ... 94

2. Pengaruh Teman Sebaya (Peer group) Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja ... 96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 100

1. Simpulan Umum... 100

2. Simpulan Khusus ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(8)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... ... 32

2. Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... ... 37

3. Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... ... 42

4. Tabel 3.3 Pola Survey of Study Habits and Attitudes ... ... 44

5. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Teman Sebaya ... ... 46

6. Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Mencontek ... ... 47

7. Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Angket Membolos ... ... 48

8. Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Angket Bullying ... ... 49

9. Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Angket Menonton Video/Gambar Porno... ... 50

10. Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... ... 51

11. Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y1 ... ... 51

12. Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y2 ... ... 52

13. Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y3 ... ... 52

14. Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y4 ... ... 52

15. Tabel 3.14 Penafsiran Prosentase... ... 54

16. Tabel 3.15 Interpretasi Koefisien Korelasi ... ... 56

17. Tabel 4.1 Pernyataan: Saya berkelompok/berteman dengan orang yang memiliki beberapa persamaan dengan saya... ... 63

18. Tabel 4.2 Pernyataan: Setiap harinya saya menghabiskan waktu bersama teman-teman ... ... 63

19. Tabel 4.3 Pernyataan: Saya lebih menuruti kata teman daripada kata orang tua/guru ... ... 64

20. Tabel 4.4 Pernyataan: Jika teman saya sedang kesusahan, saya akan membantunya ... ... 65


(9)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

21. Tabel 4.5 Pernyataan: Setiap ada masalah, saya bercerita

pada teman saya ... ... 65 22. Tabel 4.6 Pernyataan: Setiap ada teman yang bermasalah

akan menjadi masalah bagi semua anggota

kelompok ... ... 66 23. Tabel 4.7 Pernyataan: Saya dan teman saya saling

tergantung satu sama lain ... ... 66 24. Tabel 4.8 Pernyataan: Saya merasa senang ketika sedang

bersama dengan teman-teman saya ... ... 67 25. Tabel 4.9 Pernyataan: Pada saat malam minggu atau hari

libur, saya menghabiskan waktu bersama

teman-teman ... ... 68 26. Tabel 4.10 Pernyataan: Saya menggunakan bahasa gaul seperti

seperti yang digunakan oleh teman-teman ... ... 68 27. Tabel 4.11 Pernyataan: Teman saya ada pada saat saya senang

dan susah ... ... 69 28. Tabel 4.12 Pernyataan: Saya mencontek karena teman-teman

saya mencontek ... ... 69 29. Tabel 4.13 Pernyataan: Teman-teman saya memberikan saya

contekan ketika ulangan/ujian ... ... 70 30. Tabel 4.14 Pernyataan: Pada saat ulangan/ujian, saya dan

teman-teman saya saling berbagi kunci

jawaban ... ... 71 31. Tabel 4.15 Pernyataan: Teman-teman saya tidak pernah melarang

saya mencontek ... ... 71 32. Tabel 4.16 Pernyataan: Di setiap ulangan/ujian, saya dan teman-

teman saya selalu mencontek ... ... 72 33. Tabel 4.17 Pernyataan: Saya mencontek karena saya malu apabila


(10)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

34. Tabel 4.18 Pernyataan: Saya mencontek karena melihat teman- teman saya yang sering mencontek mendapat nilai

bagus ... ... 73 35. Tabel 4.19 Pernyataan: Pada saat saya mencontek, teman-teman

saya melindungi saya agar tidak ketahuan mencontek

oleh guru atau pengawas... ... 73 36. Tabel 4.20 Pernyataan: Jika teman saya membolos, saya ikut

membolos ... ... 74 37. Tabel 4.21 Pernyataan: Apabila ada teman yang mengajak

membolos, saya ikut membolos ... ... 75 38. Tabel 4.22 Pernyataan: Saya tidak bisa menolak ajakan teman

untuk membolos ... ... 75 39. Tabel 4.23 Pernyataan: Apabila saya menolak ajakan teman untuk

membolos, saya dikucilkan/dibully oleh

teman-teman ... ... 76 40. Tabel 4.24 Pernyataan: Teman-teman saya tidak pernah melarang

saya membolos ... ... 76 41. Tabel 4.25 Pernyataan: Saya dan teman-teman saya sering

merencanakan untuk membolos apabila sedang

malas sekolah/masuk kelas... ... 77 42. Tabel 4.26 Pernyataan: Apabila ada mata pelajaran/guru yang

tidak disukai, saya dan teman-teman saya lebih

untuk tidak masuk kelas ... ... 78 43. Tabel 4.27 Pernyataan: Saya ikut membolos/tidak masuk kelas

bersama teman-teman saya karena alasan solidaritas

antar teman ... ... 78 44. Tabel 4.28 Pernyataan: Saya dan teman-teman saya menjuluki

siswa tertentu dengan julukan yang lucu/buruk/tidak


(11)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

45. Tabel 4.29 Pernyataan: Saya membicarakan siswa yang tidak

saya sukai bersama teman-teman saya ... ... 79 46. Tabel 4.30 Pernyataan: Saya dan teman-teman saya tidak

Mengajak siswa yang tidak disukai dalam suatu

kegiatan ... ... 80 47. Tabel 4.31 Pernyataan: Saya dan teman-teman saya menggosipkan

hal-hal buruk tentang siswa yang tidak disukai . ... 81 48. Tabel 4.32 Pernyataan: Saya mengikuti ajakan teman untuk

memusuhi siswa tertentu... ... 81 49. Tabel 4.33 Pernyataan: Saya ikut-ikutan ketika teman-teman

saya melakukan kekerasan fisik pada orang yang

tidak disukai ... ... 82 50. Tabel 4.34 Pernyataan: Saya ikut-ikutan ketika teman-teman

saya sedang mengucilkan orang lain... ... 82 51. Tabel 4.35 Pernyataan: Saya tidak mau berteman dengan orang

yang dimusuhi oleh teman-teman saya ... ... 82 52. Tabel 4.36 Pernyataan: Saya memanggil siswa tertentu dengan

nama orang tuanya ... ... 84 53. Tabel 4.37 Pernyataan: Saya menjauhi siswa yang tidak

saya sukai ... ... 84 54. Tabel 4.38 Pernyataan: Teman saya selalu mengajak saya untuk

menonton video/gambar porno... ... 85 55. Tabel 4.39 Pernyataan: Saya mengikuti ajakan teman untuk

menonton video/gambar porno... ... 85 56. Tabel 4.40 Pernyataan: Saya dan teman-teman saling berbagi

informasi ketika saya atau teman-teman saya

mempunyai video/gambar porno terbaru... ... 86 57. Tabel 4.41 Pernyataan: Apabila teman saya sedang menonton


(12)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

58. Tabel 4.42 Pernyataan: Video/gambar porno yang pernah saya lihat adalah pemberian/pinjaman dari

teman-teman ... ... 87 59. Tabel 4.43 Pernyataan: Saya dan teman-teman saya sering

menonton video/gambar porno di sekolah... ... 88 60. Tabel 4.44 Pernyataan: Saya menonton video/gambar porno di

handphone/kompute r/laptop ... ... 88 61. Tabel 4.45 Pernyataan: Saya selalu mengoleksi video/gambar

porno di handphone/komputer/laptop ... ... 89 62. Tabel 4.46 Pernyataan: Teman-teman saya tidak pernah

melarang saya menonton video/gambar porno ... ... 90 63. Tabel 4.47 Pernyataan: Gambaran umum Variabel

Peer Group... ... 91 64. Tabel 4.48 Pernyataan: Korelasi Spearman Rank antara pengaruh

Peer Group terhadap timbulnya perilaku-perilaku

menyimpang remaja ... ... 92 65. Tabel 4.49 Pernyataan: Kontribusi pengaruh Peer Group

terhadap timbulnya perilaku menyimpang

Remaja ... ... 93


(13)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... ... 35


(14)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

ABSTRAK

Luthfi Muzayyin Kamil. (2014). Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja (Penelitian Eksplanasi Di SMA Negeri Kota Bandung)

Luthfi Muzayyin Kamil1, Karim Suryadi2, Wilodati3

1

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi, FPIPS UPI 2

Dekan FPIPS UPI/Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPS UPI 3

Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPS UPI email : luthfimuzayyin@gmail.com

Sebagai kota besar Bandung memiliki berbagai masalah, salah satunya yaitu banyaknya remaja di Kota Bandung yang mempunyai perilaku menyimpang. Sebagai individu yang masih dalam fase labil, ketika remaja perilaku manusia cenderung terpengaruhi oleh teman sebayanya, tidak jarang para remaja menuruti dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya, meskipun hal yang dilakukannya adalah perilaku negatif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah teman sebaya mempunyai pengaruh yang positif terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. Adapun faktor yang akan diteliti yaitu seberapa besar keterikatan remaja dengan teman sebayanya dan adakah pengaruh teman sebaya terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Kota Bandung dengan mengambil siswa sebagai objek penelitian sekaligus responden. Perilaku menyimpang yang diteliti dalam penelitian ini adalah mencontek, membolos, bullying, dan menonton video/gambar porno.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanasi, dimana peneliti akan menguji kebenaran hipotesis yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti. Untuk menguji kebenaran hipotesis, peneliti menyebar angket kepada responden, mengolah data, serta menganalisis data yang telah diolah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa keterikatan remaja di Kota Bandung dengan teman sebayanya berada pada level tinggi. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya responden yang memiliki keterikatan tinggi dengan teman sebayanya, yaitu sebanyak 31,11% dari total keseluruhan responden, sedangkan responden yang memiliki keterikatan sangat rendah dan rendah sangat sedikit, yaitu 5,56% dan 11,11%. Sisanya yaitu memiliki keterikatan sedang dan sangat tinggi, yaitu 30,00% dan 22,22% dari total seluruh responden. Hasil penelitian lainnya menunjukan bahwa


(15)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

teman sebaya berpengaruh terhadap timbulnya perilaku mencontek dengan nilai korelasi hanya 0,252, berpengaruh terhadap timbulnya perilaku membolos dengan nilai korelasi hanya 0,276, berpengaruh terhadap timbulnya perilaku bullying dengan nilai korelasi hanya 0,277, dan berpengaruh terhadap timbulnya perilaku menonton video/gambar porno dengan nilai korelasi hanya 0,297. Meskipun pengaruhnya lemah, namun terindikasi kuat atau signifikan.

Kata Kunci: perilaku menyimpang, teman sebaya, remaja

Abstract: The influence of peer group towards the appearance of juvenile delinquency. This research was held in order to find out whether peer group influences the appearance of juvenile delinquency. This research was carried on at Senior High School in Bandung, taking the students as the object of the research also as the respondents. The delinquencies which analyzed in this research are cheating, absent without reason, bullying, and watching porn video. This research has three

aims, there are: 1) to find out how deep the adolescent’s relation to its peer group, 2) to find out the influence of peer group towards the appearance of juvenile delinquency, 3) to find out the degree of coefficient determination between peer

group’s influence with the appearance of juvenile delinquency. The result of the study shows that: 1) the relation of adolescent in Bandung with its peer group is in the high level. 2) peer group influenced toward the appearance of juvenile delinquency with the correlation value 0,252 (cheating), 0,276 (absent without reason), 0,277 (bullying), and 0,297 (watching porn video). The degree of coefficient determination

between peer group’s influence with the appearance of juvenile delinquency are

6,35% (cheating), 7,62% (absent without reason), 7,67% (Bullying), dan 8,82 (watching porn video).


(16)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa yang ada di lingkungannya. Pada saat bayi, manusia belajar dari apa yang ada di lingkungan keluarganya, seperti belajar berbicara, belajar berjalan dari orang tuanya. Pada saat remaja, manusia mulai belajar dari luar lingkungan keluarganya. Seperti lingkungan bermain, dan lingkungan sekolah. Apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan terkadang menjadi acuan dalam berperilaku.

Ketika remaja, perilaku manusia cenderung terpengaruhi oleh lingkungan bermainnya/temannya karena waktu yang mereka habiskan dengan teman-teman mereka relatif lebih lama dibanding dengan keluarganya. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa Peer Group sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja, baik perilaku positif ataupun perilaku yang negatif.

Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku individu pada saat remaja, diantaranya keluarga, media massa, dan teman sebaya. Pada saat remaja, setiap individu tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkelompok. Kelompok yang dimaksud yaitu keluarga, masyarakat, ataupun teman sebaya atau Peer Group.

Peer Group merupakan suatu wadah bagi individu untuk menunjukan eksistensi dirinya pada saat remaja, wadah untuk menunjukan eksistensi diri sangat dibutuhkan agar mereka bisa diakui dan dianggap oleh individu-individu lainnya. Tidak jarang para remaja menuruti dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-temannya, meskipun hal yang dilakukannya adalah perilaku negatif. Sebagai contoh, banyak para remaja yang kecanduan merokok akibat terpengaruh oleh teman-teman


(17)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

sepermainannya, seorang siswa membolos karena mengikuti teman-temannya yang membolos pula, bahkan ada seorang remaja yang ikut membunuh musuh temannya karena alasan solidaritas antar teman.

Selain untuk menunjukan eksistensi diri, alasan mengapa seorang remaja mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sebayanya adalah karena adanya hasrat keinginan untuk dipuji yang sangat besar. Pada masa remaja adalah hal yang wajar apabila kebutuhan akan pujian sangat besar terutama kebutuhan akan pujian dari teman sebayanya, namun yang menjadi masalah adalah ketika teman-teman sebayanya justru hanya memberikan pujian terhadap hal-hal negatif dan dipandang menyimpang oleh masyarakat pada umumnya. Contohnya, seorang remaja yang tidak merokok akan dijuluki „si banci‟ oleh teman-temanya yang sering mengkonsumsi rokok, karena tidak mau dijuluki „si banci‟ pada akhirnya remaja tersebut mengkonsumsi rokok. Penulis mempunyai pengalaman tersendiri ketika masih duduk di bangku SMA, ada seorang siswa yang tidak pernah membolos, namun pada suatu waktu siswa tersebut membolos karena ingin dianggap sebagai teman yang „kompak dan solid‟ oleh teman-temannya.

Perilaku menyimpang di kalangan remaja pada saat ini memang sudah dalam tahap memprihatinkan, sudah tidak bisa dianggap sebelah mata. Setiap harinya selalu saja ada berita mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di media massa, khususnya penyimpangan sekunder seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, tawuran, geng motor, dan perilaku menyimpang sekunder lainnya. Sungguh dilematis memang dengan kondisi remaja di Indonesia pada saat ini mengingat remaja merupakan generasi penerus bangsa, namun yang muncul ke permukaan justru kebanyakan adalah remaja yang bermasalah.

Tidak jauh berbeda dengan penyimpangan sekunder, penyimpangan primer yang dilakukan oleh para remaja pun sangat memprihatinkan. Meskipun penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang masih bisa ditoleransi, namun apabila dilakukan secara terus menerus tentu akan meresahkan masyarakat. Toleransi yang diberikan oleh masyarakat sering dianggap sebagai angin lalu oleh kebanyakan


(18)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

para remaja, masuk ke telinga kanan dan langsung keluar di telinga kiri. Para remaja menganggap nilai dan norma yang ada di masyarakat adalah sebagai penghambat dalam menunjukan eksistensi mereka. “meumpeung ngora keneh, bebas we arek nanaonan oge, nu penting mah senang” istilah itulah yang sering muncul dibenak para remaja, cara pandang hidup yang salah kaprah tersebut secara tidak langsung akan membawa pengaruh negatif bagi remaja itu sendiri, baik disadari atau tidak oleh si remaja tersebut. Contohnya, tidak sedikit siswa yang sering membolos merupakan siswa yang pernah diberi sanksi oleh pihak sekolah. Ajakan untuk nongkrong dari teman-temannya lebih menarik dibanding ketakutan siswa akan sanksi dari pihak sekolah apabila dia ketahuan membolos lagi.

Sebagai individu yang masih dalam fase labil, para remaja memang cenderung sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu, ketidakmampuan menyerap dan memilah-milah informasi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan para remaja melakukan penyimpangan.

Penyimpangan yang terjadi di kalangan remaja juga disebabkan oleh sebuah proses belajar yang menyimpang, menurut Setiadi & Kolip (2011, hlm.223) yang dimaksud dengan proses belajar yang menyimpang adalah “proses di mana anak-anak mengidentifikasi perilaku di lingkungannya yang menyimpang, terutama dari kelompok seusia dan sepermainan mereka”. Seorang remaja bisa saja menjadi seorang pemabuk meskipun dari sejak kecil tidak diajarkan untuk menjadi seorang pemabuk oleh keluarganya. Remaja tersebut menjadi pemabuk hanya karena sering bergaul dengan remaja-remaja yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol.

Menurut Saptono (2006, hlm.147), perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja terjadi karena adanya proses sosialisasi yang tidak sempurna. Artinya:

Apa yang diajarkan dalam keluarga dan sekolah berbeda dengan apa yang dilihat dan dialami seseorang dalam kehidupan nyata di masyarakat. Misalnya, dalam keluarga anak diajarkan berbuat jujur, namun dalam masyarakat ternyata begitu banyak orang berbuat tidak jujur.


(19)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Menurut Soekanto (2009, hlm.72-73), ada beberapa alasan mengapa para remaja lebih condong mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sebayanya dibanding menuruti nasihat orang tuanya, yaitu:

1. Orang tua terlalu kolot atau terlalu bebas.

2. Orang tua hanya memberikan nasehat, tanpa memberikan teladan yang mendukung advis tersebut.

3. Orang tua terlalu mementikan pekerjaan kantor, organisasi dan lain sebagainya.

4. Orang tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material (kebendaan) belaka.

5. Orang tua lazimnya mau menang. Artinya, tidak mau menyesuaikan diri dengan kebutuhna dasar remaja yang mungkin berbeda.

6. Orang tua kurang mencurahkan kasih sayang.

Sebagai masyarakat yang berbudaya, tentu segala aspek kehidupan kita diatur oleh nilai dan norma yang telah disepakati bersama oleh masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma, yang menjadi tujuan masyarakat diharapkan akan tercapai. Penyimpangan merupakan salah satu faktor yang dapat mengancam eksistensi nilai dan norma yang ada di masyarakat, tanpa terkecuali penyimpangan di kalangan remaja karena semakin banyak penyimpangan yang terjadi di masyarakat maka akan semakin membuat nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut menjadi “abu -abu” atau tidak jelas, bahkan bisa merubah kondisi sosial budaya masyarakat tersebut. Kondisi remaja di suatu masyarakat dapat dijadikan gambaran bagaimana kondisi masyarakat tersebut di masa yang akan datang. Apabila kondisi remaja di masyarakat tersebut pada masa sekarang sering berperilaku menyimpang, maka bisa diprediksi bagaimana kondisi masyarakat tersebut di masa depan.

Menurut penulis, masalah ini perlu dikaji lebih dalam lagi agar penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja tersebut tidak meluas ke penyimpangan yang tingkatannya lebih berat. Penulis berharap setelah dilakukannya penelitian ini, akan muncul solusi-solusi untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para remaja.


(20)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Berdasarkan pada pertimbangan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berkenaan dengan “Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja (Penelitian eksplanasi di SMA Negeri Kota Bandung)”.

B. Identifikasi Masalah

Kelompok teman sebaya atau Peer Group merupakan keluarga kedua bagi kebanyakan para remaja. Pada masa remaja individu lebih tertarik untuk melakukan aktivitas di luar rumah bersama dengan teman sebayanya, bahkan aktivitas yang dilakukan oleh para remaja dengan teman sebayanya sering kali jauh lebih lama dibandingkan dengan keluarganya. Banyaknya waktu yang para remaja habiskan dengan teman sebayanya dan banyaknya aktivitas yang dilakukan bersama, maka akan terjalin keterikatan yang sangat erat antara remaja dengan kelompok teman sebayanya. Keterikatan yang dimaksud adalah rasa solidaritas, rasa persaudaraan, senasib dan sepenanggungan.

Adanya keterikatan yang sangat erat diantara para remaja dengan teman sebayanya memang sangat berpengaruh positif bagi perkembangan kepribadian para remaja. Selain untuk memupuk rasa solidaritas dari sejak dini, juga untuk melatih keterampilan para remaja dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, namun perlu diketahui bahwa selain memberikan pengaruh yang positif, terdapat pengaruh-pengaruh negatif yang diakibatkan oleh kelompok teman sebaya, salah satunya yaitu perilaku menyimpang.

Di dalam kelompok teman sebaya terdapat aturan-aturan atau nilai dan norma yang mengatur setiap anggotanya dan setiap kelompok teman sebaya memiliki aturan-aturan yang khas dan berbeda dengan kelompok teman sebaya lainnya, sehingga setiap kelompok teman sebaya memiliki ciri khasnya masing-masing, namun tidak sedikit kelompok teman sebaya yang nilai dan normanya melenceng atau tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat, sehingga anggotanya berperilaku menyimpang dari kebiasaan masyarakat pada umunya.


(21)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Dengan adanya pengaruh yang diakibatkan oleh kelompok teman sebaya (Peer Group) terhadap remaja, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu dilakukan perumusan masalah untuk memperoleh sasaran sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar keterikatan remaja dengan teman sebayanya (Peer Group)?

2. Adakah pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja?

3. Berapa besar kadar kebermaknaan antara pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar keterikatan remaja dengan teman sebayanya (Peer Group).

2. Untuk mengetahui adakah pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

3. Untuk mengetahui besar kadar kebermaknaan antara pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis ataupun praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam bidang keilmuan Sosiologi yang diharapkan mampu memperbaharui informasi


(22)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

dalam kajian tentang penyimpangan sosial, khususnya penyimpangan sosial di kalangan remaja.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khususnya bagi sosiolog atau guru sosiologi dalam memecahkan masalah mengenai perilaku menyimpang dikalangan remaja atau siswa.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengkaji lebih jauh masalah timbulnya perilaku menyimpang di kalangan remaja.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya kepada para orang tua dan guru akan dampak dari teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

c. Sebagai bahan masukan bagi orang tua dan guru agar lebih memperhatikan pola perilaku anak/siswanya yang menjurus ke arah yang menyimpang.

d. Sebagai bahan masukan bagi para remaja, bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

F. Struktur Organisasi Skripsi 1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I berisi uraian tentang Pendahuluan yang berisikan :

a. Latar Belakang Masalah : Di dalam latar belakang masalah dijelaskan alasan mengapa masalah tersebut harus diteliti.

b. Identifikasi Masalah : Identifikasi masalah berisikan tentang pengenalan masalah atau inventarisasi masalah yang akan diteliti.

c. Rumusan Masalah : Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya yang di dalamnya membahas tentang masalah penelitian, variabel yang di teliti, dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. d. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai


(23)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

penelitian harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian.

e. Manfaat penelitian : Di dalam manfaat penelitian dijelaskan mengenai manfaat-manfaat yang akan diperoleh peneliti dan masyarakat luas.

f. Struktur Organisasi Skripsi : Menjelaskan mengenai urutan penulisan dari setiap bab dalam skripsi.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam Tinjauan Pustaka membahas tentang konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil dan turunannya yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Metode Penelitian berisikan tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB IV terdiri dari dua hal utama, yaitu:

a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan penelitian.

b. Pembahasan dan analisis temuan. 5. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(24)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai “Pengaruh Peer Group Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja” akan dilakukan di Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat. Sebagai kota besar Bandung memiliki berbagai macam masalah, tidak terkecuali masalah yang ditimbulkan oleh para remajanya. Oleh karena itu, penulis memilih kota Bandung sebagai lokasi penelitian karena dinilai tepat untuk meneliti masalah yang akan diteliti.

2. Populasi

Menurut Martono (2011, hlm.24), yang dimaksud dengan populasi adalah “keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti”. Sedangkan menurut Prasetyo & Jannah (2005, hlm.119) “Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang ada di wilayah kota Bandung yang terdiri dari 27 SMA Negeri.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

POPULASI PENELITIAN

SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 8, SMAN 9, SMAN 10, SMAN 11, SMAN 12, SMAN 13, SMAN 14, SMAN 15, SMAN 16, SMAN 17, SMAN 18, SMAN 19, SMAN 20, SMAN 21, SMAN 22, SMAN 23, SMAN 24, SMAN 25, SMAN 26, SMAN 27.


(25)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014 3. Sampel

Menurut Martono (2011, hlm.24) “Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti” . Sedangkan menurut Prasetyo & Jannah (2005, hlm.119) “sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti”. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan cara pengambilan sampel Proportionate Random Sampling. Proportionate Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan apabila sifat atau unsur dalam populasi homogeny dan berstrata secara proporsional (Martono, 2011, hlm.76). Adapun cara penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin (Septiyuni: 2014 dengan rumus:

n = N 1+N(d²) Keterangan : N : Besar populasi n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan / Ketepatan yang diinginkan perhitungannya adalah sebagai berikut :

n = N

1+ N (d²) n = 27

1+ 27 (0,5)² n = 14

1+ 27 (0,25) n = 27

1+6,75 n = 27

7,75


(26)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Secara keseluruhan peneliti mengambil 3 sekolah untuk dijadikan sampel, yaitu:

1. SMA Negeri 22 Bandung kelas XI = 369 siswa 2. SMA Negeri 13 Bandung kelas XI = 258 siswa 3. SMA Negeri 7 Bandung kelas XI = 315 siswa

Jadi jumlah sampel adalah 942. Alasan peneliti menjadikan kelas XI sebagai sampel karena kelas XI dianggap telah melewati masa adaptasi di sekolah dan belum terlalu disibukan oleh hal-hal akademis.

4. Teknik Sampling

Dalam mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan sampling. Menurut Riduwan (2013, hlm.57) bahwa “teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya”.

Populasi dalam penelitian ini bersifat homogeny yaitu siswa. Oleh karena itu penulis memilih teknik probability sampling. Menurut Sugiyono (2013, hlm.218) “probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Untuk menghitung besarnya ukuran sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin (Septiyuni: 2014) dengan rumus:

n = N 1+ N (d²) n = 942

1+ 942(0,1)² n = 942


(27)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

n = 942 1+ 9.42 n = 942

10,42

n = 90.40 dibulatkan menjadi 90 siswa.

Setelah besar ukuran sampel diketahui, maka sebaran sampel penelitiannya adalah sebagai berikut:

SMA Negeri 22 = 369 x 90 = 35 siswa 942

SMA Negeri 13 = 258 x 90 = 25 siswa 942

SMA Negeri 7 = 315 x 90 = 30 siswa 942

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Arikunto (2010, hlm.90) adalah “rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah desain kausalitas. Desain kausalitas bertujuan untuk mendapatkan bukti hubungan-hubungan, sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Sehingga dapat diketahui variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhinya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Martono (2011, hlm.20) penelitian kuantitatif adalah “penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu


(28)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010, hlm.14) metode penelitian kuantitatif adalah:

Penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian karena hasil penelitiannya lebih terukur dan baku karena berdasarkan pada angka-angka. Metode penelitian lain yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanasi. Menurut Faisal (2010, hlm.21), objek telaahan penelitian eksplanasi adalah:

Untuk menguji hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya; atau apakah sesuatu variabel disebabkan/dipengaruhi ataukah tidak oleh variabel lainnya.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Suryabrata dalam Idrus (2009, hlm.77), “variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variabel penelitian itu dinyatakan sebagai gejala yang akan diteliti”. Arikunto (2007, hlm.99) menjelaskan bahwa “variabel adalah objek penelitian/apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

1. Variabel bebas (X)

Menurut Creswel (2010, hlm.77), “variabel bebas (Independent variables) merupakan variabel yang (mungkin) menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada outcome. Variabel ini juga dikenal dengan istilah variabel treatment, manipulated, atecedent, atau predictor”. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah teman sebaya (Peer Group).


(29)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014 2. Variabel Terikat (Y)

Menurut Creswell (2010, hlm.77), variabel terikat (dependent variables) merupakan variabel yang bergantung pada variabel bebas. Variabel terikat ini merupakan outcome atau hasil dari pengaruh variabel bebas. Istilah lain untuk variabel terikat adalah variabel criterion, outcome, dan effect. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah timbulnya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja, yaitu perilaku menyimpang mencontek, membolos, bullying, dan menonton video/gambar porno.

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

NO Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala

Data 1 Teman

sebaya/Peer Group (Variabel X)

“Satu kelompok khusus yang datangnya bukan dari orang dewasa, tetapi dari anak-anak lain yang hampir seusia. Kelompok sebaya ini juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat searah dengan

bertambahnya usia anak. Kelompok sebaya terdiri dari sejumlah individu yang rata-rata usianya hampir sama yang mempunyai kepentingan tertentu yang bersifat sangat sementara”. Tirtahardja dan Sula (2000, hlm.97).

Karakterisitik kelompok teman sebaya

1) Remaja yang memiliki usia sama atau hampir sama 2) Remaja yang

memilki

tingkatan kelas yang sama 3) Remaja yang

memiliki

minat/hobi yang sama

4) Remaja yang memiliki tujuan dan keinginan yang sama


(30)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

NO Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala

Data 2 Perilaku

Menyimpang (Variabel Y)

“Semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam system itu untuk memperbaiki perilaku tersebut” . Robert M.Z Lawang dalam Setiadi & Kolip (2011, Hlm.188)

Macam-macam perilaku menyimpang 1. Mencontek 2. Membolos 3. Bullying 4. Menonton video/gambar porno Ordinal

E. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner. Menurut sugiyono (2010, hlm.199) kuesioner adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Instrumen penelitian ini nantinya akan dibagikan kepada sampel penelitian yang telah dipilih dari 3 SMA Negeri berbeda yang ada di Kota Bandung.

2. Penyusunan Instrumen

Pada penelitian ini peneliti menyebarkan angket tertutup kepada sampel penelitian yaitu 90 siswa yang telah dipilih menjadi sampel dengan rincian pertanyaan sebanyak 46 pertanyaan. Dalam menentukan jumlah pertanyaan dalam angket, Arikunto (1998, hlm.144) berpendapat :

Berapakah jumlah pertanyaan angket menurut teori? Pertimbangannya adalah: semua indikator sudah terwakili dalam pertanyaan, sekurang-kurangnya satu. Jika indikator yang diungkap tidak terlalu banyak, setiap


(31)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

indikator sebaiknya dinyatakan lebih dari satu kali, yang penting adalah bahwa jumlah pertanyaannya jangan terlalu banyak sehingga waktu yang digunakan untuk mengisi hanya kurang lebih dari satu jam saja.

3. Pemberian Skor Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2013, hlm.102) adalah “ suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan bentuk skala ordinal. Sugiyono (2013, hlm.84) menyatakan bahwa “Skala ordinal ialah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Analisis statistik yang digunakan ialah statistik nonparametrik”.

Karena penelitian ini akan mengukur perilaku atau kebiasaan maka yang digunakan adalah angket SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA ini tidak berbeda dengan skala Likert yaitu bernilai favourable dengan lima option berikut, yaitu :

Tabel 3.3

Pola Survey of Study Habits and Attitudes Alternatif jawaban

variabel

Bobot

Selalu 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2


(32)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

F. Pengembangan Instrumen

Pengembangan Instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat gejala-gejala yang akan diukur. Adapun uji coba validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 4 Juni 2014 terhadap 24 siswa kelas XI IPA 1 di SMA Pasundan 7 Bandung.

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (1998, hlm.160) bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau keshahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Terdapat interpretasi terhadap korelasi dikemukakan oleh Masrun (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 134), bahwa “item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”.

Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Teknik korelasi yang digunakan adalah rumus Rank Spearman, yaitu :

Keterangan :

= nilai koefisien korelasi Spearman Rank d2 = Selisih setiap pasangan rank


(33)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Pengujian validitas dilakukan terhadap 15 item angket teman sebaya, 8 item angket mencontek, 8 item angket membolos, 10 item angket bullying, dan 9 item angket menonton video/gambar porno. Peneliti menggunakan aplikasi SPSS dalam menghitung validitas. Berikut hasil dari uji validitas angket:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Angket Teman Sebaya

No item rxy (r hitung) r kritis Keterangan

1

0,149 0,300 Tidak Valid

2

0,133 0,300 Tidak Valid

3

0,147 0,300 Tidak Valid

4

0,456 0,300 Valid

5

0,607 0,300 Valid

6

0,245 0,300 Tidak Valid

7

0,553 0,300 Valid

8

0,310 0,300 Valid

9

0,691 0,300 Valid

10

0,446 0,300 Valid

11

0,810 0,300 Valid

12

0,564 0,300 Valid

13

0,320 0,300 Valid

14

0,515 0,300 Valid

15


(34)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Berdasarkan hasil uji validitas angket variabel X (teman sebaya), terdapat 4 item pertanyaan yang tidak valid, yaitu item pertanyaan nomor 1, 2, 3, dan 6. Item-item pertanyaan yang tidak valid tersebut tidak diikut sertakan dalam analisis data selanjutnya karena sudah terwakili dengan nomor item pertanyaan yang lainnya.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Angket Mencontek

No item rxy (r hitung) r kritis Keterangan

16

0,861 0,300 Valid

17

0,712 0,300 Valid

18

0,690 0,300 Valid

19

0,760 0,300 Valid

20

0,860 0,300 Valid

21

0,670 0,300 Valid

22

0,846 0,300 Valid

23

0,800 0,300 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas angket variabel Y1 yang berjumlah 10 item pertanyaan, keseluruhan item dinyatakan valid karena nilai r hitung masing-masing item pertanyaan lebih besar daripada nilai r kritis dan seluruh item pertanyaan tersebut akan digunakan dalam analisis data selanjutnya.


(35)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Angket Membolos

No item rxy (r hitung) r kritis Keterangan

24

0,915 0,300 Valid

25

0,915 0,300 Valid

26

0,760 0,300 Valid

27

0,382 0,300 Valid

28

0,759 0,300 Valid

29

0,806 0,300 Valid

30

0,757 0,300 Valid

31

0,800 0,300 Valid

Setelah dilakukan uji validitas dengan menggunakan Software SPSS, item pertanyaan variabel Y2 (Membolos) dinyatakan valid karena nilai r hitung dari setiap item pertanyaan lebih besar daripada nilai r kritis. Item pertanyaan variabel Y2 yang berjumlah 8 item, selanjutnya akan digunakan dalam proses analisis data selanjutnya.


(36)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Angket Bullying

No item rxy (r hitung) r kritis Keterangan

32

0,592 0,300 Valid

33

0,546 0,300 Valid

34

0,523 0,300 Valid

35

0,472 0,300 Valid

36

0,704 0,300 Valid

37

0,751 0,300 Valid

38

0,615 0,300 Valid

39

0,573 0,300 Valid

40

0,519 0,300 Valid

41

0,801 0,300 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas angket variabel Y3 (Bullying) yang berjumlah 10 item pertanyaan, keseluruhan item dinyatakan valid karena nilai r hitung masing-masing item pertanyaan lebih besar daripada nilai r kritis dan seluruh item pertanyaan tersebut akan digunakan dalam analisis data selanjutnya.


(37)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Angket Menonton Video/Gambar Porno

No item rxy (r hitung) r kritis Keterangan

42

0,773 0,300 Valid

43

0,869 0,300 Valid

44

0,841 0,300 Valid

45

0,846 0,300 Valid

46

0,701 0,300 Valid

47

0,824 0,300 Valid

48

0,776 0,300 Valid

49

0,742 0,300 Valid

50

0,592 0,300 Valid

Setelah dilakukan uji validitas, item pertanyaan variabel Y4 (Menonton video/gambar porno) dinyatakan valid karena nilai r hitung dari setiap item pertanyaan lebih besar daripada nilai r kritis. Item pertanyaan variabel Y4 yang berjumlah 9 item, selanjutnya akan digunakan dalam proses analisis data selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (1998, hlm.170) berpendapat bahwa:

Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapakali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliable artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.


(38)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Dalam menguji reliabilitas, penulis menggunakan rumus dari Alpha. Menurut Riduwan (2013, hlm.115-116) “metode mencari reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran”. Rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Ket:

r11 = nilai reliabilitas

∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total

K = jumlah item

Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS maka diperoleh nilai reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Kelompok Teman Sebaya)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.711 15

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Mencontek)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


(39)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Tabel 3.11

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Membolos)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.883 8

Tabel 3.12

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Bullying)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.811 10

Tabel 3.13

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Menonton Video/Gambar Porno)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.903 9

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang metode dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik yang diharapkan dapat mengungkap masalah dari data yang telah terkumpul dan mampu membantu peneliti dalam merumuskan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penyebaran angket (Questionnare). Menurut Riduwan (2013, hlm.71) angket adalah:

Daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan


(40)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

H. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data yang telah diperoleh tadi. Menurut Prasetyo & Jannah (2005, hlm.108) tujuan dari analisis data adalah “untuk menyusun dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah diperoleh.

Adapun tahapan dalam menganalisis data Menurut Prasetyo & Jannah (2005, hlm.169-182) adalah sebagai berikut:

1. Pengkodean Data (Data Coding)

Data Coding merupakan “suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti komputer”.

2. Pemindahan Data ke Komputer (Data Entering)

Data Entering adalah “memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data”. Cara yang digunakan oleh peneliti dalam proses Data Entering adalah dengan membuat Coding Sheet (lembar kode) dan program komputer yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data adalah program SPSS (Statistical Package for Social Science).

3. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Data Cleaning adalah “memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya”.

4. Penyajian Data (Data Output)

Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam bentuk numerik atau dalam bentuk angka.

5. Penganalisisan Data (Data Analyzing)

penganalisisan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data

Dalam proses penganalisisan data (Data Analyzing) peneliti menggunakan rumus-rumus untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dijelaskan di BAB I. adapun cara yang digunakan adalah sebagai berikut:


(41)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

P

=

×

100%

1. Analisis Deskriptif

Penulis menggunakan analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk menjelaskan data dari satu variabel yang diteliti. Ukuran statistik deskriptif yang sering digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian adalah frekuensi dan rata-rata. Pengukuran dengan menggunakan kuesioner dilakukan untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. Masing-masing kuesioner disertai dengan lima kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan dianggap sesuai menurut responden. Dari jawaban tersebut kemudian disusun kriteria penilaian untuk setiap item pernyataan berdasarkan prosentase.

2. Perhitungan Prosentase

Teknik prosentase digunakan untuk melihat banyaknya responden menjawab suatu item pertanyaan dalam angket. Melalui teknik prosentase ini peneliti dapat mempresentasikan setiap jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti dalam mempresentasekan setiap jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti. Teknik prosentase ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Arikunto (2006:239) Keterangan:

P = Prosentase penafsiran

f 0 = Frekuensi Observer (jumlah responden yang memilih pilihan)

N = Jumlah Sampel

Tabel 3.14 Penafsiran Prosentase

Prosentase (%) Penafsiran

0 – 1% Tidak ada 2% - 25% Sebagian kecil 26% - 49% Kurang dari setengahnya


(42)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Prosentase (%) Penafsiran

51% - 75% Lebih dari setengahnya 76% - 99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

Sumber: Arikunto (2006, hlm. 226)

3. Distribusi Frekuensi Relatif

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 yaitu mengenai Seberapa besar keterikatan remaja dengan teman sebayanya (Peer Group), peneliti menggunakan rumus distribusi frekuensi. Menurut Prasetyo & Jannah (2005, hlm.183) distribusi frekuensi adalah “susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan menurut kelas atau kategori-kategori tertentu”.

Adapun langkah-langkah untuk mencari distribusi frekuensi relatif menurut Sudjana (2005, hlm.47-50) adalah sebagai berikut:

1) Membuat daftar distribusi frekuensi

Menurut Sudjana (2005, hlm.46-48) cara-cara untuk membuat daftar distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

a) Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi data terkecil.

b) Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Banyak kelas sering biasa diambil paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih menurut keperluan.

c) Tentukan panjang kelas interval p. Ini, secara ancer-ancer ditentukan oleh aturan:

rentang P = ────────

banyak kelas

Harga p diambil sesuai dengan ketelitian satuan data yang digunakan. Jika data berbentuk satuan, ambil harga p teliti sampai satuan. Untuk data hingga satu decimal, p ini juga diambil hingga satu decimal, dan begitu seterusnya.

d) Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bisa diambil sama dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah ditentukan. Selanjutnya daftar diselesaikan dengan menggunakan harga-harga yang telah dihitung.


(43)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

2) Mencari Distribusi Frekuensi Relatif

Menurut Sudjana (2005, hlm.50) cara untuk mencari distribusi frekuensi relatif atau f(%) adalah sebagai berikut:

f

f(%) = ─── X 100% n

4. Analisis Data Korelasi dan Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 mengenai korelasi teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja (korelasi X terhadap Y), peneliti menggunakan rumus korelasi Rank Spearman. Alasan peneliti menggunakan rumus tersebut karena data yang terkumpul merupakan data dengan skala ordinal. Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

Keterangan :

= nilai koefisien korelasi Spearman Rank d2 = Selisih setiap pasangan rank

= jumlah responden Tabel 3.15

Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000

0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat

Rendah Sangat Rendah Sumber: Riduwan (2013, Hlm. 138)


(44)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji dua pihak (two tail test) sehingga bila dirumuskan secara statistik adalah sebagai berikut :

Ho : ρ = 0, Tidak terdapat pengaruh antara teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

Ha : ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh antara teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

5. Uji Kontribusi (Koefisien Determinasi)

Selanjutnya menurut Riduwan (2013, hlm.139) “untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan”.

KD = r2 x 100% KD = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi


(45)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Pada bagian ini penulis akan menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan dari penelitian tentang pengaruh teman sebaya terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja adalah sebagai berikut:

1. Simpulan Umum

Pada penelitian ini penulis memiliki hipotesis yang harus dibuktikan,

Setelah melalui proses analisis data, hipotesis penulis “Terdapat pengaruh antara

teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja”

dapat diterima, hal tersebut dibuktikan dengan nilai p ≠ 0. Hasil penelitian

menunjukan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh yang positif terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja.

2. Simpulan Khusus

Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa keterikatan remaja dengan teman sebayanya adalah tinggi. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya responden yang memiliki keterikatan tinggi dengan teman sebayanya, yaitu sebanyak 31,11% dari total keseluruhan responden, sedangkan responden yang memiliki keterikatan sangat rendah dan rendah sangat sedikit, yaitu 5,56% dan 11,11%. Sisanya yaitu memiliki keterikatan sedang dan sangat tinggi, yaitu 30,00% dan 22,22% dari total seluruh responden. Selain itu, berdasarkan analisis data dan uji hipotesis mengenai nilai korelasi, signifikansi, dan koefisien determinasi mengenai pengaruh teman sebaya terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja, ditemukan fakta bahwa teman sebaya mempunyai pengaruh yang lemah terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja yaitu berpengaruh terhadap timbulnya perilaku mencontek dengan nilai korelasi hanya 0,252,


(46)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

berpengaruh terhadap timbulnya perilaku membolos dengan nilai korelasi hanya 0,276, berpengaruh terhadap timbulnya perilaku bullying dengan nilai korelasi hanya 0,277, dan berpengaruh terhadap timbulnya perilaku menonton video/gambar porno dengan nilai korelasi hanya 0,297 dengan kontribusi masing-masing 6,35% untuk perilaku mencontek, 7,62% untuk perilaku membolos, 7,67% untuk perilaku bullying, dan 8,82% untuk perilaku menonton video/gambar porno. Apabila dilihat dari nilai signifikansi, meskipun korelasinya lemah namun korelasi antara teman sebaya dengan timbulnya perilaku menyimpang remaja bernilai signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing perilaku menyimpang, yaitu 0,017 untuk perilaku mencontek, 0,008 untuk perilaku membolos, 0,008 untuk perilaku bullying, dan perilaku menonton video/gambar porno mendapat nilai signifikansi 0,004.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Saran bagi pihak sekolah :

a. Hendaknya para guru memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang kedapatan melakukan tindakan yang menyimpang.

b. Mengintensifkan bimbingan dan penyuluhan dalam mengawasi siswa-siswi yang dipandang dapat melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang.

c. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bersahabat untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang.

2. Saran bagi orang tua

a. Para orang tua disarankan untuk mengenal teman sebaya anaknya, agar orang tua bisa ikut berperan dalam menyeleksi teman sebaya bagi anaknya


(47)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

dan dapat memberikan kritik dan saran apabila anaknya berteman dengan remaja yang berperilaku menyimpang.

b. Hendaknya orang tua memberikan sanksi yang tegas kepada anaknya yang kedapatan melakukan tindakan yang menyimpang.

c. Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman dan bersahabat untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang.

3. Saran bagi siswa :

a. Siswa hendaknya lebih selektif dalam memilih teman dan dalam bergaul dengan teman sebaya. Apabila telah terlanjur berteman dengan mereka yang sering melakukan tindakan menyimpang, maka alangkah baiknya jika siswa dapat membatasi interaksi dengan teman sebaya yang sering melakukan tindakan menyimpang dan lebih bisa memilih mana yang pantas untuk diikuti dan mana yang tidak.

b. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kesadaran beragama agar tidak mudah terpengaruh melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan oleh teman disekelilingnya.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya :

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja seperti pola asuh orang tua dan media massa.

b. Dalam membantu perkembangan ilmu dan pengetahuan, diharapkan peneliti selanjutnya agar mencari lebih banyak teori dari berbagai referensi yang tersedia di buku, jurnal nasional maupun internasional yang relevan dengan penelitian agar mendapatkan hasil penenlitian yang lebih maksimal.


(48)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Daftar Pustaka

Akdon, Dr. Dan Hadi, Sahlan. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewi Ruchi

Ali, M. dan Ansori, M. (2009). Psikologi Remaja. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka cipta

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Cetakan Ketujuh. Jakarta : Bumi Aksara.

Creswell, S Jhon. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: PUSTAKAPELAJAR.

Djubaedah, N. (2003). Pornografi & Pornokasi Ditinjau Dari Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media.

Faisal, Sanapiah. (2010). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Gunarsa, Y.S.D. dan Gunarsa, S.D. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hanurawan, Fattah. (2010). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Harmono, Erwin. (2011). Pengaruh Permainan Game Online Terhadap Perilaku Menyimpang Moral Anak. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.


(49)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Hawari, D. (2002). Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS. Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatab Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Istiqomah, F. dan Nursalim, M. (2013). Studi Tentang Penanganan Siswa Membolos Di SMTA Negeri Magetan. Jurnal BK UNESA, 03 (01), hlm. 235-236.

Jerry, Gytha Larasati. (2014). Kenakalan Remaja Akibat Kelompok Pertemanan Siswa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Magfirah, U. Dan Rachmawati, M.A. (2010). Hubungan Antara Iklim Sekolah Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying. Jurnal Psikologi, 1 (1), hlm. 3-4. Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT

RAJAGRAFINDO PERSADA

Maryati, Kun. Dan Suryawati, Juju. (2001). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Esis.

Prasetyo, Bambang. dan Jannah, Lina M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Pratiwi, Yunita. (2008). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa Di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta


(50)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Rohmah. A, Ulfi. (2013). Peer Group (Teman Sebaya). [Online]. Tersedia di: http://cuapfhiieear.blogspot.com/2013/02/peer-group-teman-sebaya.html.

[Diakses 9 April 2014]

Santosa, Slamet. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Saptono. dan Suteng S, Bambang (2006). Sosiologi Untuk Kelas X. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Septiyuni, Dara Agnis. (2014). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setyani, U. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Intensi Menyontek Pada Siswa SMA Negeri 2 Semarang. [Online]. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/10644/ [Diakses 14 Oktober 2014]

Simandjuntak, B. (1981). Pengantar Kriminologi dan Patologi sosial. Bandung: Tarsito.

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(51)

Luthfi M uzayyin Kamil, 2014

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Surbakti, E.B. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Syafaat, A., Sahrani, S. dan Muslih. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Jakarta: Rajawali Pers.

Tirtarahardja, Umar. Dan Sula, La. (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(1)

berpengaruh terhadap timbulnya perilaku membolos dengan nilai korelasi hanya 0,276, berpengaruh terhadap timbulnya perilaku bullying dengan nilai korelasi hanya 0,277, dan berpengaruh terhadap timbulnya perilaku menonton video/gambar porno dengan nilai korelasi hanya 0,297 dengan kontribusi masing-masing 6,35% untuk perilaku mencontek, 7,62% untuk perilaku membolos, 7,67% untuk perilaku bullying, dan 8,82% untuk perilaku menonton video/gambar porno. Apabila dilihat dari nilai signifikansi, meskipun korelasinya lemah namun korelasi antara teman sebaya dengan timbulnya perilaku menyimpang remaja bernilai signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing perilaku menyimpang, yaitu 0,017 untuk perilaku mencontek, 0,008 untuk perilaku membolos, 0,008 untuk perilaku bullying, dan perilaku menonton video/gambar porno mendapat nilai signifikansi 0,004.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Saran bagi pihak sekolah :

a. Hendaknya para guru memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang kedapatan melakukan tindakan yang menyimpang.

b. Mengintensifkan bimbingan dan penyuluhan dalam mengawasi siswa-siswi yang dipandang dapat melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang.

c. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bersahabat untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang.

2. Saran bagi orang tua

a. Para orang tua disarankan untuk mengenal teman sebaya anaknya, agar orang tua bisa ikut berperan dalam menyeleksi teman sebaya bagi anaknya


(2)

dan dapat memberikan kritik dan saran apabila anaknya berteman dengan remaja yang berperilaku menyimpang.

b. Hendaknya orang tua memberikan sanksi yang tegas kepada anaknya yang kedapatan melakukan tindakan yang menyimpang.

c. Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman dan bersahabat untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang.

3. Saran bagi siswa :

a. Siswa hendaknya lebih selektif dalam memilih teman dan dalam bergaul dengan teman sebaya. Apabila telah terlanjur berteman dengan mereka yang sering melakukan tindakan menyimpang, maka alangkah baiknya jika siswa dapat membatasi interaksi dengan teman sebaya yang sering melakukan tindakan menyimpang dan lebih bisa memilih mana yang pantas untuk diikuti dan mana yang tidak.

b. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kesadaran beragama agar tidak mudah terpengaruh melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan oleh teman disekelilingnya.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya :

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja seperti pola asuh orang tua dan media massa.

b. Dalam membantu perkembangan ilmu dan pengetahuan, diharapkan peneliti selanjutnya agar mencari lebih banyak teori dari berbagai referensi yang tersedia di buku, jurnal nasional maupun internasional yang relevan dengan penelitian agar mendapatkan hasil penenlitian yang lebih maksimal.


(3)

Daftar Pustaka

Akdon, Dr. Dan Hadi, Sahlan. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewi Ruchi

Ali, M. dan Ansori, M. (2009). Psikologi Remaja. Bandung: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka cipta

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Cetakan Ketujuh. Jakarta : Bumi Aksara.

Creswell, S Jhon. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: PUSTAKAPELAJAR.

Djubaedah, N. (2003). Pornografi & Pornokasi Ditinjau Dari Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media.

Faisal, Sanapiah. (2010). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Gunarsa, Y.S.D. dan Gunarsa, S.D. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hanurawan, Fattah. (2010). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.


(4)

Hawari, D. (2002). Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV/AIDS. Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatab Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Istiqomah, F. dan Nursalim, M. (2013). Studi Tentang Penanganan Siswa Membolos Di SMTA Negeri Magetan. Jurnal BK UNESA, 03 (01), hlm. 235-236.

Jerry, Gytha Larasati. (2014). Kenakalan Remaja Akibat Kelompok Pertemanan Siswa. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Magfirah, U. Dan Rachmawati, M.A. (2010). Hubungan Antara Iklim Sekolah Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying. Jurnal Psikologi, 1 (1), hlm. 3-4. Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT

RAJAGRAFINDO PERSADA

Maryati, Kun. Dan Suryawati, Juju. (2001). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Esis.

Prasetyo, Bambang. dan Jannah, Lina M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Pratiwi, Yunita. (2008). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa Di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta


(5)

Rohmah. A, Ulfi. (2013). Peer Group (Teman Sebaya). [Online]. Tersedia di: http://cuapfhiieear.blogspot.com/2013/02/peer-group-teman-sebaya.html.

[Diakses 9 April 2014]

Santosa, Slamet. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Saptono. dan Suteng S, Bambang (2006). Sosiologi Untuk Kelas X. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Septiyuni, Dara Agnis. (2014). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setyani, U. (2007). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Intensi Menyontek Pada

Siswa SMA Negeri 2 Semarang. [Online]. Tersedia di:

http://eprints.undip.ac.id/10644/ [Diakses 14 Oktober 2014]

Simandjuntak, B. (1981). Pengantar Kriminologi dan Patologi sosial. Bandung: Tarsito.

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Surbakti, E.B. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Syafaat, A., Sahrani, S. dan Muslih. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Jakarta: Rajawali Pers.

Tirtarahardja, Umar. Dan Sula, La. (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

Hubungan Iklan Rokok, Uang Saku Dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Sma Negeri 2 Medan Tahun 2014

1 49 218

Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ Tahun 2012

6 96 167

Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Gaya Hidup Hedonisme Di Kalangan Pelajar.

6 31 34

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA DI SEKOLAH :StuditerhadapSiswaSMA Negeri di Kota Bandung:.

16 81 61

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEER GROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) TERHADAP KENAKALAN REMAJA : Studi Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi.

3 5 57

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA DI SEKOLAH :StuditerhadapSiswaSMA Negeri di Kota Bandung: - repository UPI S SOS 1000119 Title

0 1 4

PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP TIMBULNYA PERILAKU MENYIMPANG REMAJA : Penelitian eksplanasi Di SMA Negeri Kota Bandung - repository UPI S SOS 1003050 Title

1 2 3

A. TEMAN SEBAYA Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Anda dengan memberi tanda checklist ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan. - Pengaruh Teman Sebaya dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA Negeri

0 0 63

Pengaruh Teman Sebaya dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012

0 0 17