HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEER GROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) TERHADAP KENAKALAN REMAJA : Studi Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEER GROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) TERHADAP KENAKALAN REMAJA
(Studi Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Sosiologi
Oleh
Muhammad Irfan Triawan 1002955
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
(3)
(4)
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEER GROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) TERHADAP KENAKALAN REMAJA
(Studi Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi)
Oleh
Muhammad Irfan Triawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Muhammad Irfan Triawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(5)
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Ucapan Terima Kasih ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... x
Daftar Bagan ... xii
Daftar Grafik ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
1. Tinjauan tentang Peer Group ... 9
a. Pengertian Peer Group ... 9
b. Latar Belakang Timbulnya Peer Group... ... 11
c. Hakikat Peer Group ... 13
d. Fungsi Peer Group ... 15
e. Ciri-ciri Peer Group ... 16
f. Bentuk-bentuk Peer Group ... 17
g. Pengaruh Peer Group ... 17
(6)
a. Gambaran Umum Profil Perilaku dan Pribadi Remaja ... 21
3. Tinjauan tentang Perilaku Menyimpang ... 21
a. Ciri-ciri Penyimpangan ... 21
1) Penyimpangan dapat didefinisikan ... 21
2) Penyimpangan yang diterima atau ditolak ... 22
3) Penyimpangan yang relatif dan yang mutlak ... 22
4) Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal .. 23
5) Norma-norma penghindaran ... 23
6) Penyimpangan yang bersifat adaptif (menyesuaikan) ... 24
b. Teori Penyimpangan ... 24
1) Teori Biologis ... 24
2) Teori Psikologi ... 25
3) Teori Sosialisasi ... 25
4) Teori Anomi ... 26
5) Teori Reaksi Masyarakat ... 26
6) Teori Konflik ... 27
7) Teori Pengendalian ... 27
4. Tinjauan tentang Kenakalan Remaja ... 27
a. Konsep Kenakalan Remaja ... 28
b. Penyebab Kenakalan Remaja ... 29
5. Tijauan tentang Sekolah ... 31
a. Pengertian Sekolah ... 31
b. Peranan, Fungsi dan Komponen Sekolah ... 32
1) Peranan Sekolah ... 32
2) Fungsi Sekolah ... 34
3) Komponen Sekolah ... 35
B. Kerangka Pemikiran ... 35
C. Penelitian Terdahulu ... 37
(7)
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Metode Penelitian ... 42
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
C. Populasi dan Sampel ... 43
1. Populasi ... 43
2. Sampel ... 44
D. Definisi Operasional ... 45
E. Variabel Penelitian... 47
1. Variabel Bebas (Variabel X) ... 48
2. Variabel Terikat (Variabel Y) ... 49
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
1. Kuesioner (Angket) ... 51
2. Studi Literatur ... 52
3. Dokumentasi ... 52
G. Instrumen Penelitian ... 53
1. Proses Pengembangan Instrumen ... 56
a. Uji Validitas ... 57
b. Uji Reliabilitas ... 62
H. Analisis Data ... 63
a. Perhitungan Prosentasi ... 64
b. Hubungan Antar Variabel ... 65
c. Analisis Data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Hasil Penelitian ... 68
1. Tingkat Lingkungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi ... 68
a. Aspek Usia yang Relatif Sama ... 68
b. Aspek Tingkatan Kelas yang Sama... 71
c. Aspek Hobi atau Kegemaran yang Sama ... 73
(8)
e. Aspek Imitasi ... 77
f. Aspek Sugesti ... 79
g. Aspek Identifikasi ... 81
h. Aspek Simpati ... 83
i. Variabel Peer Group ... 85
2. Hubungan Antara Lingkungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) Terhadap Kenakaln Remaja Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi ... 87
a. Analisis Korelasi ... 89
b. Koefisien Determinasi ... 90
3. Kadar Kebermaknaan Antara Lingkungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) Terhadap Kenakalan Remaja Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi ... 91
B. Pembahasan ... 92
1. Tingkat Lingkungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi ... 93
2. Terdapat Hubungan Antara Lingkungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) Terhadap Kenakaln Remaja Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi ... 96
3. Kadar Kebermaknaan Antara Lingkungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) Terhadap Kenakalan Remaja Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi ... 99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 101
A.Simpulan ... 101
B.Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 105
LAMPIRAN ... 109
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Gambaran Umum Profil Perilaku dan Pribadi Remaja ... 21
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ... 37
Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 44
Tabel 3.2. Sampel Penelitian ... 44
Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel ... 46
Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 53
Tabel 3.5. Skala Likert ... 54
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Sebelum Uji Validitas) ... 55
Tabel 3.7. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Sebelum Uji Validitas) ... 56
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Angket (Variabel X) Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) ... 58
Tabel 3.9. Keterangan Hasil Uji Validitas Angket (Variabel X) Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) ... 59
Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Angket (Variabel Y) Kenakalan Remaja ... 59
Tabel 3.11. Keterangan Hasil Uji Validitas Angket (Variabel Y) Kenakalan Remaja ... 61
Tabel 3.12. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Sesudah Uji Validitas) ... 61
Tabel 3.13. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Sesudah Uji Validitas) ... 62
Tabel 3.14. Penentuan Kategori ... 66
Tabel 4.1. Perhitungan Statistik ... 69
Tabel 4.2. Interval Pengkategorian ... 69
Tabel 4.3. Kategorisasi Aspek Usia yang Relatif Sama ... 70
Tabel 4.4. Perhitungan Statistik ... 71
Tabel 4.5. Interval Pengkategorian ... 72
Tabel 4.6. Kategorisasi Aspek Tingkatan Kelas yang Sama ... 72
Tabel 4.7. Perhitungan Statistik ... 73
Tabel 4.8. Interval Pengkategorian ... 74
Tabel 4.9. Kategorisasi Aspek Hobi atau Kegemaran yang Sama ... 74
Tabel 4.10. Perhitungan Statistik ... 75
Tabel 4.11. Interval Pengkategorian ... 76
Tabel 4.12. Kategorisasi Aspek Keinginan dan Tujuan yang Sama ... 76
Tabel 4.13. Perhitungan Statistik ... 77
Tabel 4.14. Interval Pengkategorian ... 78
Tabel 4.15. Kategorisasi Aspek Imitasi ... 78
Tabel 4.16. Perhitungan Statistik ... 79
Tabel 4.17. Interval Pengkategorian ... 80
Tabel 4.18. Kategorisasi Aspek Sugesti ... 80
Tabel 4.19. Perhitungan Statistik ... 81
(10)
Tabel 4.21. Kategorisasi Aspek Identifikasi ... 82
Tabel 4.22. Perhitungan Statistik ... 83
Tabel 4.23. Interval Pengkategorian ... 84
Tabel 4.24. Kategorisasi Aspek Simpati ... 84
Tabel 4.25. Perhitungan Statistik ... 85
Tabel 4.26. Interval Pengkategorian ... 86
Tabel 4.27. Kategorisasi Peer Group ... 86
Tabel 4.28. Perhitungan Statistik ... 87
Tabel 4.29. Interval Pengkategorian ... 88
Tabel 4.30. Kategorisasi Kenakalan Remaja ... 88
(11)
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran ... 40 Bagan 3.1. Hubungan variabel indipenden (X) dengan variabel
dependen (Y) ... 45 Bagan 3.2. Desain Penelitian ... 50
(12)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Aspek Usia yang Relatif Sama ... 70
Grafik 4.2. Aspek Tingkatan Kelas yang Sama ... 72
Grafik 4.3. Aspek Hobi atau Kegemaran yang Sama ... 74
Grafik 4.4. Aspek Keinginan dan Tujuan yang Sama ... 77
Grafik 4.5. Aspek Imitasi ... 78
Grafik 4.6. Aspek Sugesti ... 80
Grafik 4.7. Aspek Identifikasi ... 82
Grafik 4.8. Aspek Simpati ... 84
Grafik 4.9. Kategorisasi Peer Group ... 86
Grafik 4.10. Kategorisasi Kenakalan Remaja ... 88
Grafik 4.11. Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho Variabel Peer Group Terhadap Kenakalan Remaja ... 92
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN – LAMPIRAN 109
LAMPIRAN 1 SK PEMBIMBING SKRIPSI 110
LAMPIRAN 2 SK UJIAN SIDANG SKRIPSI 115
LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN 121
LAMPIRAN 4 LAPORAN KEMAJUAN PENULISAN SKRIPSI 126 LAMPIRAN 5 KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENELITIAN 128
LAMPIRAN 6 OLAH DATA SPSS 152
(14)
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEER GROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) TERHADAP KENAKALAN REMAJA
(Studi Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi)
Pembimbing 1: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si Pembimbing 2: Wilodati, M.Si
Muhammad Irfan Triawan 1002955
Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut juga masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di masa remaja terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui agar remaja itu sendiri dapat menguasai keterampilan dan pola perilaku sepanjang rentang kehidupannya. Secara geografis, letak-letak SMA Negeri di Kota Cimahi, letaknya sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena letaknya yang strategis akses untuk menuju beberapa tempat tongkrongan dan tempat favorit mereka. Tentu saja hal ini bisa memudahkan peserta didik-siswi yang bersekolah di beberapa SMA Negeri di Kota Cimahi untuk terpengaruh untuk mengunjungi tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang cenderung negatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja pada peserta didik di sekolah. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Kota Cimahi dengan populasi 6 sekolah dan sampel sebanyak 138 responden. Penelitian yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peer group memberikan signifikan terhadap kenakalan remaja peserta didik. Artinya, semakin tinggi Peer Group peserta didik, maka semakin tinggi kenakalan remaja SMA Negeri di Kota Cimahi. Sebaliknya jika semakin rendah Peer Group peserta didik, maka semakin rendah pula kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
(15)
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN ENVIRONMENT PEER GROUP (peer) TO JUVENILE DELINQUENCY
(Study of Students Against High School in Cimahi) Preceptor 1: Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si
Preceptor 2: Wilodati, M.Si Muhammad Irfan Triawan
1002955
Adolescence is a period in the range of life's journey and become part of the cycle through which human development. Today is also called transition or transition from childhood into adulthood. In adolescence there are a number of developmental tasks that must be passed in order to teens themselves can master the skills and patterns of behavior throughout the life span. Geographically, High school-location in Cimahi, very strategic location that is located not far from downtown. Because of its strategic location for access to the haunts and some of their favorite places. Of course this could facilitate learners-students who attend school in a few high schools in Cimahi to be affected to visit these places and do lifestyle tend to be negative.
The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between the environment of peer group (peer group) to juvenile delinquency among students in school. The experiment was conducted in High School Cimahi with 6 school population and a sample of 138 respondents. The study, the authors used in this research is quantitative research. In conducting this study, researchers used a descriptive research method. Data collection techniques in this study using the enclosed questionnaire.
The results showed that a significant peer group provides learners to juvenile delinquency. That is, the higher the Peer Group learners, the higher delinquency High School in Cimahi. Conversely, if the lower Peer Group learners, then the lower the delinquency learners High School in Cimahi.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut juga masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di masa remaja terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui agar remaja itu sendiri dapat menguasai keterampilan dan pola perilaku sepanjang rentang kehidupannya. Seperti yang diungkapkan Conger dalam Makmun (2007, hlm. 132) menyatakan bahwa, “Menekankan pada pendekatan interdisipliner dalam pemahaman terhadap kehidupan masa remaja
masa kini”. Sejalan dengan pendapat Erikson dalam Makmun (2007, hlm. 132)
mengungkapkan bahwa :
Teori kepribadian berorientasi kepada psychological crisis development, menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal, ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.
Menurut Daradjat dalam Willis (2010, hlm. 22) mengatakan bahwa,
“Remaja adalah usia transisi di mana seorang indvidu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya maupun terhadap
masyarakat.”
Seberapa besar perkembangan seorang individu dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas (keturunan/pembawaan) dan lingkungannya. Lingkungan berarti keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan peserta didik itu sendiri. Lingkungan perkembangan yang dimaksud disini adalah menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, peer group (kelompok teman sebaya), dan masyarakat.
(17)
2
Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab dari kenakalan remaja. Salah satu yang akan dibahas ini adalah kenakalan remaja yang berkaitan dengan lingkungan. Lingkungan sosial adalah tempat atau suasana di mana sekelompok orang merasa sebagai anggotanya, seperti lingkungan kerja, lingkungan RT (Rukun Tetangga), lingkungan pendidikan, lingkungan pesantren, dan sebagainya. Misalnya seseorang yang berstatus sebagai eks pengguna narkoba. Pada masa sebelumnya ia berada dalam lingkungan anak-anak pengguna narkoba. Jika seorang anak yang pada mulanya adalah anak baik-baik (bukan pengguna narkoba) kemudian memasuki wilayah lingkungan tersebut, maka secara otomatis dia akan tersosialisasi oleh pola-pola perilaku para pengguna narkoba. Demikian pula dengan para mantan pengguna narkoba yang kemudian dimasukkan ke lingkungan pesantren oleh orang tuanya. Dia secara otomatis, maua atau tidak, pasti tersosialisasi oleh pola-pola perilaku yang berlaku di dalam lingkungan kepesantrenan.
Menurut Santosa (2004, hlm. 79) mengemukakan tentang kelompok
sebaya bahwa, “Kelompok sebaya adalah kelompok anak sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak
tersebut adalah hal yang menyenangkan saja”. Pengertian lain menurut Santosa (2004, hlm. 79) mengenai kelompok teman sebaya bahwa, ”Secara umum kelompok teman sebaya dapat diartikan sebagai sekumpulan orang (sebaya/seumuran) yang mempunyai perasaan serta kesenangan yang relatif sama.”
Dalam lingkungan mana pun seseorang pasti akan tersosialisasi dengan tata aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Seperti yang diungkapkan Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 181) bahwa :
Di dalam lingkungan kerja, seseorang akan tersosialisasi oleh pola-pola yang berlaku di lingkungan kerja tersebut, misalnya dia harus menjalankan peran sesuai dengan status dan kedudukannya di dalam lingkungan tersebut. Peran seorang direktur dan seorang supervisor tentunya tidak sama, peran seorang kepala sekolah pun tidak sama dengan peran seorang guru. Semua peran tersebut merupakan hasil sosialisasi secara tidak langsung dalam masing-masing lingkungan sosial di mana seseorang berada.
(18)
3
Lembaga pendidikan adalah lembaga yang diciptakan oleh pemerintah untuk mendidik anak-anak sebagai langkah untuk merpersiapkan potensi anak dalam rangka membangun negara. Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan banyak keahlian tertentu yang hanya akan dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan.
Dalam lingkungan pendidikan, sosialisasi lebih diarahkan pada penanaman ilmu pengetahuan, teknologi dan moralitas. Di sinilah seorang peserta didik dikenalkan dengan nilai dan norma yang bersifat resmi.
Kenakalan remaja dalam studi sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si pelaku aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilkau tersebut adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia mengetahui apa yang dilakukannya melanggar aturan.
Kemudian proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap.
Menurut Soekanto (1994, hlm. 102) menjelaskan mengenai kelompok sosial bahwa, “Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, antara anggotanya saling berhubungan, saling memengaruhi dan memiliki kesadaran untuk saling menolong”. Untuk itulah Soekanto mengemukakan, syarat kelompok sosial adalah:
(19)
4
2) ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu,
3) ada suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama oleh anggota anggota kelompok, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat berupa kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain- lain,
4) memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku yang sama, 5) bersistem dan berproses.
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Beberapa ahli mengatakan :
a. Kartono (2009, hlm. 93) mengatakan bahwa, “Remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu
kelainan dan disebut “kenakalan”.”
b. Gunarsa (1988, hlm. 19) mengatakan :
Dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
1) Kenakalan yang bersifat amoral dan serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Secara geografis, lokasi SMA Negeri di Kota Cimahi, lokasinya sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena lokasinya yang strategis ini akses untuk menuju beberapa tempat tongkrongan dan tempat favorit mereka. Tentu saja hal ini bisa memudahkan peserta didik yang bersekolah di beberapa SMA Negeri di Kota Cimahi untuk terpengaruh untuk mengunjungi tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang cenderung negatif. Lalu seringnya sepulang sekolah peserta didik ini sering nongkrong sepulang sekolah di tempat-tempat yang mereka favoritkan. Hal ini lah yang dapat memicu peserta didik
(20)
5
khususnya para peserta didiknya untuk membuat sebuah kelompok peer group atau teman sebaya.
Melihat data di lapangan bahwa peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda pula, ada yang berasal dari keluarga menengah-atas maupun menengah-bawah. Berdasarkan pengamatan penulis, peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi bergaul secara berkelompok yang dari setiap kelompoknya tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Pada kelas X merupakan masa adaptasi peserta didik dari jenjang SMP ke SMA, kelas XI merupakan masa peralihan dimana pada saat tersebut biasanya peserta didik mencari jati diri, sedangkan pada kelas XII peserta didik memasuki masa penentuan dimana pada masa tersebut peserta didik menentukan masa depannya, apakah akan melanjutkan pendidikan atau karir. Penelitian ini akan penulis lakukan pada kelas X, XI, XII sebagai objek yang akan diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang peer group (kelompok teman sebaya), terutama ingin melihat hubungan antara lingkungan peer group terhadap kenakalan remaja. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN PEER GROUP
(KELOMPOK TEMAN SEBAYA) TERHADAP KENAKALAN REMAJA (Studi Terhadap Peserta Didik SMA Negeri di Kota Cimahi)”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Masa remaja adalah masa dimana seorang individu berada dalam posisi yang labil, keinginan untuk mencari jati diri sangat kuat dan hasrat untuk meniru cukup tinggi. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini biasanya remaja sudah tidak ingin dianggap sebagai kanak-kanak tetapi menginjak dewasa pun belum. Dalam fase ini biasanya para remaja mempunyai dunia sendiri diluar lingkungan keluarga. Inilah yang biasanya disebut sebagai teman sebaya atau disebut juga dengan peer group. Peer group merupakan kelompok yang terdiri dari individu-individu yang memiliki usia , minat, hobi, karakteristik yang sama. Kelompok teman sebaya ini biasanya dimiliki oleh setiap remaja. Biasanya kelompok teman sebaya ini terbentuk karena
(21)
6
adanya interaksi yang intensif antar anggota kelompoknya. Para remaja cenderung memiliki kelompok teman sebaya ini di lingkungan sekolah.
Peer group menghabiskan waktu bersama-sama untuk berinteraksi. Selain mereka berkelompok dalam hal akademis disekolah, mereka juga bersama-sama berbagi dalam hal lainnya seperti permasalahan pribadi, pergaulan dan hobi. Biasanya mereka pergi bermain bersama-sama dan menghabiskan waktu bersama. Secara langsung maupun tidak langsung, pengaruh interaksi seorang remaja dengan teman sebayanya dapat menumbuhkan kenakalan remaja berupa geng motor. Keinginan untuk diterima dalam keompoknya membuat seorang remaja berusaha sebisa mungkin untuk menjadi identik terhadap anggota yang lainnya. Proses interaksi yang terjadi secara tidak langsung dapat menbuahkan sebuah perilaku. Kemudian konformitas yaitu satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja anggota kelompok tersebut.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dalam penelitian hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri Kota Cimahi terdapat beberapa rumusan masalah. Pembahasan yang luas akan menyebabkan kekaburan dalam mencapai tujuan. Untuk itu peneliti membatasi ruang lingkup masalah. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Seberapa besar tingkat lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi?
2. Seberapa besar hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi?
3. Seberapa besar kadar kebermaknaan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi?
(22)
7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja pada peserta didik di sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi. b. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan lingkungan peer group
(kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
c. Untuk mengetahui kadar kebermaknaan lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang akan membawa kearah pemahaman secara sistematis tentang hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja yang berupa data dan informasi. Serta dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian sosiologi.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini secara praktis, dapat memberikan informasi seberapa besar hubungan peer group dalam membentuk kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi. Memberikan informasi mengenai bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dilakukan peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
(23)
8
b. Remaja, diharapkan mampu menjadi dirinya sendiri, pandai menyesuaikan diri, serta tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan ataupun teman sepermainan yang membawa pengaruh negatif.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara bertahap, diantaranya:
Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi bagian latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi dari penelitian.
Bab II, merupakan pengembangan dari kajian teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji, kerangka pikir, dan hipotesis.
Bab III, merupakan bab bab yang mengkaji tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti, di dalamnya meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, dan analisis data.
Bab IV, merupakan bab yang mengkaji hasil penelitian dan menganalisis data yang telah ditemukan.
Bab V, merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan saran-saran dari hasil penelitian.
(24)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah yang dimana penelitian ini adalah suatu pemecahan suatu permasalahan. Penelitian merupakan bagian dari pemecahan suatu masalah. Jadi fungsi penelitian adalah menjelaskan dan menjawab terhadap suatu permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan suatu masalah.
Menurut Sugiyono (2004, hlm. 1), metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja, sehingga untuk mengukur hubungan antar variabel harus diketahui terlebih dahulu nilai dari setiap variabel tersebut. Selain itu, pendekatan kuantitatif dapat mengukur dengan sampel yang banyak, berbeda dengan pendekatan kualitatif.
Metode Penelitian Kuantitatif menurut Sugiyono (2009, hlm. 14) adalah: Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dan pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Suryabrata (1983, hlm. 75) “Tujuan dari penelitian deskriptif ialah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif ini peneliti dapat mengetahui apakah terdapat hubungan yang
(25)
43
signifikan antara lingkungan peer group dan memaparkan kondisi kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitan
Secara geografis, letak-letak SMA Negeri di Kota Cimahi, letaknya sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena letaknya yang strategis akses untuk menuju beberapa tempat tongkrongan dan tempat favorit mereka. Tentu saja hal ini bisa memudahkan peserta didik-siswi yang bersekolah di beberapa SMA Negeri di Kota Cimahi untuk terpengaruh untuk mengunjungi tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang cenderung negatif. Lalu seringnya sepulang sekolah peserta didik-siswi ini sering nongkrong sepulang sekolah di tempat-tempat favorit mereka. Hal ini lah yang memicu peserta didik-siswi khususnya para peserta didiknya untuk membuat sebuah kelompok peer group atau teman sebaya.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Untuk menentukan subjek penelitian, maka pentinglah terlebih dahulu ditentukan populasi. Menurut Arikunto (1998, hlm. 115) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Adapun Menurut Sugiyono (2014, hlm. 119) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yag ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka yang menjadi Populasi dalam penelitian ini yaitu peserta didik SMA Negeri yang berada di wilayah kota Cimahi yang terdiri dari 6 SMA Negeri.
(26)
44
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No. Nama Sekolah Peserta Didik
1. 2. 3. 4. 5. 6.
SMA Negeri 1 Cimahi SMA Negeri 2 Cimahi SMA Negeri 3 Cimahi SMA Negeri 4 Cimahi SMA Negeri 5 Cimahi SMA Negeri 6 Cimahi
710 orang 1.058 orang 897 orang 1.107 orang 686 orang 714 orang
Jumlah 6 Sekolah Jumlah 5.172 orang
Sumber: www.cimahikota.go.id
2. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2014, hlm. 120) “Sampel adalah bagian dari jumlah karakterisik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Menurut Margono (2004, hlm. 121) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagai bagian dari populasi”. Dari pengertian menurut ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sasaran penelitian.
Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2014, hlm. 123). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sampel penelitian No. Teknik
Sampling
Sekolah
Jumlah
1 2 3 4 5 6
1. USP XII XI XI XI X X 6
2. USS XII
IPS 1 (n= 30)
XI IPS 1 (n= 22)
XI IPS 4 (n= 20) XI IPA 1 (n= 18) X IPA 4 (n= 35) X IPA 2 (n= 13) 138 peserta didik Sumber: Diolah oleh peneliti
(27)
45
D. Definisi Operasional
Agar terdapat persamaan pandangan atau persepsi tentang konsep-konsep yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan konsep tersebut sehingga menjadi jelas dan dapat dipahami dengan benar.
Dalam penelitian ini menetapkan hubungan peer group (kelompok teman sebaya) sebagai variabel independen atau variabel bebas (X) dan kenakalan remaja sebagai variabel dependen atau variabel terikat (Y).
Bagan 3.1
Hubungan variabel indipenden (X) dengan variabel dependen (Y)
Sumber: Diolah oleh peneliti
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Peer group (kelompok teman sebaya) adalah kelompok teman sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal-hal yang menyenangkan saja (Santosa, 2004, hlm. 79). Peer group atau kelompok teman sebaya yaitu “kelompok sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain : kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya beranggotakan anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal (Tirtarahardja dan La Sulo, 2000, hlm. 181). Teman sebaya adalah sekelompok anak yang mempunyai kesamaan dalam minat, nilai-nilai, sifat-sifat kepribadian dan pendapat. Kesamaan inilah yang menjadi faktor utama pada anak dalam menentukan daya tarik hubungan interpersonal dengan teman seusianya (Syamsu, 2006, hlm. 60).
Hubungan Peer Group (kelompok teman
sebaya)
(28)
46
2. Kenakalan remaja merujuk pada tindakan pelanggaran suatu hukum atau peraturan oleh seorang remaja. Pelanggaran hukum atau peraturan bisa termasuk pelanggaran berat seperti membunuh atau pelanggaran seperti membolos dan mencontek. Pembatasan mengenai apa yang termasuk sebagai kenakalan remaja mungkin dapat dilihat dari tindakan yang diambilnya: tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial, tindakan pelanggaran ringan (status offenses), dan tindakan pelanggaran berat (index offences) (Santrock, 1998). Dari segi sosiologis Hurton dan Hunt (1984, hlm. 195) Teori penyimpangan dibagi ke dalam 7 teori, yaitu; 1. Teori Biologis; 2. Teori Psikologi; 3. Teori Sosialisasi; 4. Teori Anomi; 5. Teori Rekasi Masyarakat; 6. Teori Konflik; 7. Teori Pengendalian.
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep
Variabel
Dimensi Indikator Skala
Data Kelompok teman sebaya (X) “suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain kelompok bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang beranggotakan anak-anak sejenis
kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak
Karakteristik (peer group) kelompok teman sebaya
1. Usia yang relatif sama
2. Menduduki
tingkatan kelas yang sama, yaitu pada kelas X, XI, XII
3. Hobi atau
kegemaran yang sama
4. Keinginan dan tujuan yang sama
Likert
Interaksi sosial dengan (peer group) kelompok teman sebaya
1. Imitasi atau peniruan 2. Sugesti yang berarti
pengaruh/dipengaruhi 3. Identifikasi, yaitu adanya dorongan untuk menjadi sama dengan kelompoknya
(29)
47
nakal” Tirtarahardja (1995, hlm. 181)
4. Simpati yang berarti turut merasakan atau saling mengerti
Kenakalan remaja (Y)
Teori
penyimpangan dibagi ke dalam 7 teori, yaitu; 1. Teori Biologis; 2. Teori
Psikologi; 3. Teori
Sosialisasi; 4. Teori Anomi; 5. Teori Rekasi
Masyarakat; 6. Teori Konflik; 7. Teori Pengendalian. (Horton dan Hunt, 1984, hlm. 195)
Sosialisasi (transmisi budaya)
Berkata kasar Likert
Sosialisasi (kebudayaan khusus yang menyimpang)
Mencontek Likert
Anomi Membolos Likert
Rekasi Masyarakat
Bullying Likert
Asosiasi diferensial
Pornografi Likert
Sumber: Diolah oleh peneliti
E. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian peneliti perlu menentukan variabel penelitian. Variabel penelitian digunakan untuk menentukan indikator dan batasan-batasan sejauh mana sasaran atau objek yang akan menjadi fokus penelitian. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 59) yang dimaksud dengan variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 59) :
Terdapat dua jenis variabel yaitu variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Dependent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitan variabel bebas disebut juga Variabel X sedangkan variabel terikat disebut juga Variabel Y.
(30)
48
Yang menjadi variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Variabel X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peer group atau kelompok teman sebaya pada peserta didik SMANegeri Kota Cimahi. Adapun indikator dari peer group (kelompok teman sebaya) tersebut adalah:
a. Peserta didik yang memiliki usia yang relatif sama;
b. Peserta didik yang menduduki tingkatan kelas yang sama, yaitu pada kelas X, XI, XII;
c. Memiliki hobi atau kegemaran yang sama; d. Memiliki ciri-ciri atau gaya yang relatif sama; e. Memiliki keinginan dan tujuan yang sama; f. Selalu berkumpul bersama-sama.
Lingkungan setiap peer group (kelompok teman sebaya) tentunya terdapat berbagai macam bentuk interaksi yang terjadi, karena pada proses itulah seseorang dapat mempengaruhi anggota kelompok satu dan yang lainnya. Beberapa bentuk-bentuk interaksi yang dapat terjadi diantara kelompok teman sebaya antara lain:
a. Simpati, yaitu adanya sikap turut merasakan atau saling memahami diantara anggota kelompok;
b. Konformitas, yaitu proses penyesuaian diri yang meliputi perubahan sikap, tingkah laku maupun presepsi sehingga menjadi sama dengan kelompoknya;
c. Kerjasama, yaitu proses usaha bersama atau berkelompok untuk mencapai tujuan bersama;
d. Sugesti, yaitu proses saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain; e. Imitasi, yaitu proses seseorang untuk meniru tindakan orang lain; f. Identifikasi, yaitu proses dimana seorang individu untuk menjadi sama
atau identik dengan orang lain. Identifikasi merupakan proses imitasi yang lebih mendalam lagi.
(31)
49
2. Variabel Terikat (Variabel Y)
Variabel terikat (variabel Y) adalah variabel yang timbul akibat dari variabel bebas atau sebagai responden terhadap variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kenakalan remaja peserta didik di sekolah. Fokusnya adalah bagaimana kenakalan remaja ini timbul akibat dari adanya interaksi atau pergaulan remaja dengan peer group (kelompok teman sebaya).
Pada variabel Y yaitu kenakalan remaja peserta didik di sekolah. Indikator dari kenakalan remaja diantaranya:
Berkata kasar Mencontek Membolos Bullying Pornografi
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) sebagai variabel bebas (X) dan kenakalan remaja sebagai variabel terikat (Y). Berdasarkan variabel tersebut, peneliti menguraikannya menjadi beberapa indikator dari tiap variabel. Pada variabel X, indikator dari lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) diantaranya:
Usia yang relatif sama;
Menduduki tingkatan kelas yang sama; Hobi atau kegemaran yang sama; Ciri-ciri atau gaya yang relatif sama; Keinginan dan tujuan yang sama; Selalu berkumpul bersama-sama.
Pada variabel Y yaitu kenakalan remaja peserta didik di sekolah. Indikator dari kenakalan remaja diantaranya:
Berkata kasar Mencontek Membolos
(32)
50
Bullying Pornografi
Dibawah ini merupakan desain penelitian pada penelitian ini: Bagan 3.2
Desain Penelitian
Sumber: Diolah oleh peneliti Studi Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Perumusan Hipotesis
Populasi dan Sampel
Pengembangan Instrumen
Pengujian Instrumen
Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Pengujian Hipotesis
(33)
51
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 187) “Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data”. Sehingga dalam penelitian selain dibutuhkan metode yang tepat, perlu juga memilih teknik dan pengumpulan data yang relevan agar hasil dari penelitiannya objektif. Zuriah (2009, hlm. 171) menyatakan bahwa “penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.”
Menurut Bungin (2011, hlm. 133) bahwa “metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian.” Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.
Dari pengertian di atas peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yakni kuantitatif menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner (angket). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :
1. Kuesioner (Angket)
Creswell dalam Sugiyono (2014, hlm. 192) mengungkapkan bahwa “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data di mana partisipan/responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian setelah diisi dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti”.
Metode angket digunakan oleh peneliti bertujuan untuk mendapatkan informasi berupa data tertulis mengenai data-data para migran. Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden”.
Angket biasa juga disebut dengan kuesioner yaitu dengan tujuan untuk mengumpulkan data dari informan atau sampel penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai sikap dari sasaran penelitian yaitu peserta didik SMA Negeri Kota Cimahi.
Menurut Arikunto (1993, hlm. 124) bahwa dalam kuesioner berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
(34)
52
informasi dari responden, dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui tentang masalah yang diteliti atau dibahas oleh peneliti.
Isi dari angket tersebut berupa pertanyan-pertanyaan yang memuat skala sikap sama halnya yang dikemukakan oleh Arikunto (1993, hlm. 27) bahwa “skala sikap pada umumnya disajikan dalam bentuk bertingkat. Jawaban dari skala sikap ini dapat menunjukkan perilaku responden tersebut”. Adapun alasan penulis menggunakan teknik ini adalah:
1) Untuk memperoleh jawaban dari responden yang terarah dan seragam sehingga memudahkan penulis untuk mengolah data.
2) Untuk menghemat waktu, biata, dan tenaga.
3) Memberikan keleluasaan kepada responden untuk mengadakan pertimbangan dalam memberikan jawaban.
2. Studi Literatur
Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah variabel yang diteliti dari peer group (kelompok teman sebaya) dan kenakalan remaja. Studi literatur ini didapat dari sumber sebagai berikut :
a. Beberapa buku yang penulis beli sendiri di toko buku Palasari, dan toko buku Gramedia.
b. Beberapa buku yang tersedia di perpustakaan UPI. c. Skripsi angkatan terdahulu yang relevan.
d. Jurnal-jurnal penelitian.
e. Media elektronik seperti internet
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi dibutuhkan untuk menunjang kelengkapan data-data serta membantu dalam mempertajam kesimpulan yang akan diambil, dengan memperoleh data langsung dari tempat penelitian, dokumentasi kegiatan penelitian pada saat penyebaran dan pengisian angket.
(35)
53
Tabel 3.4
Teknik Pengumpulan Data
No. Teknik Pengumpulan Data Sumber Data 1 Angket/Kuesioner Peserta didik SMA Negeri yang
menjadi responden
2 Studi Literatur Teori mengenai peer group (kelompok teman sebaya) dan kenakalan remaja
3 Dokumentasi Data – data penunjang yang relevan Sumber : Diolah oleh peneliti
G. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014, hlm. 105) mengungkapkan bahwa “instrumen penlitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.” Dengan demikian jumlah variabel akan menentukan banyaknya instrumen penelitian.
Adapun teori dari ahli lain yaitu, menurut Suryabrata (1983, hlm. 52) mengatakan bahwa:
Alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 203) bahwa :
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hubungan lingkungan peer group sebagai varibel X dan kenakalan remaja sebagai variabel Y. Adapun instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari data peneltian ini adalah kuesioner. Karena peneliti menggunakan kuantitatif jadi menggunakan kuesioner. Kuesioner untuk mencari data dan menjawab rumusan masalah penelitian ini.
(36)
54
Skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 136) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA ini tidak berbeda dengan skala Likert yaitu bernilai favourable dengan lima option berikut :
Tabel 3.5 Skala Likert Alternatif Jawaban
Variabel Bobot
Selalu (SL) 5
Sering (SR) 4
Kadang-kadang (KD) 3
Jarang (JR) 2
Tidak Pernah (TP) 1
Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 137)
Keunggulan skala model ini tidak mengukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-hari. “Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata”. (Sugiyono, 2014, hlm. 136)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kenakalan remaja yang diklasifikasikan dalam bentuk skala likert, yang mengungkap 5 indikator yang dikembangkan dari Hurton dan Hunt (1984, hlm. 195), yang terdiri dari:
(37)
55
b. Mencontek c. Membolos d. Bullying e. Pornografi
Berikut merupakan kisi-kisi instrumen penelitian: Tabel 3.6
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Sebelum Uji Validitas)
Variabel Dimensi Indikator No Item
Peer Group (Kelompok Teman Sebaya)
Karakteristik kelompok teman sebaya
Usia yang relatif sama
3 Menduduki tingkatan
kelas yang sama, yaitu kelas X, XI, XII.
2
Hobi atau kegemaran yang sama
1,4 Keinginan dan tujuan
yang sama
6,7,24 Interaksi sosial
dengan kelompok teman sebaya
Imitasi atau peniruan 13,15,21,23 Sugesti yang berarti
pengaruh/dipengaruhi
8,9,10,11,12 Identifikasi, yaitu
adanya dorongan untuk menjadi sama dengan kelompoknya
5,14,22
Simpati yang berarti turut merasakan atau saling mengerti
16,17,18,19,20,25
Total 25
(38)
56
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Sebelum Uji Validitas)
Variabel Dimensi Indikator No Item
Kenakalan Remaja Peserta didik
Sosialisasi
(transmisi budaya)
Berkata kasar 1,2,3 Sosialisasi
(kebudayaan
khusus yang menyimpang)
Mencontek 4,5,6,7,8,9,10,11
Anomi Membolos 12,13,14,15,16,17,
18,19 Rekasi masyarakat Bullying 20,21,22,23,24,25,
26,27,28,29,30,31, 32
Asosiasi diferensial Pornografi 33,34,35,36,37,38, 39
Total 39
Sumber: Diolah oleh peneliti
1. Proses Pengembangan Instrumen
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Sebelum di sebar langsung kepada objek penelitian, instrumen penelitian ini diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat akurasinya terhadap responden yang memiliki karakteristik sama dengan objek penelitian yang sebenarnya. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari kegagalan total dalam melakukan pengumpulan data karena seringkali instrumen yang telah disusun memiliki kelemahan. Selain itu, yang terpenting dalam uji coba angket ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas dari instrumen tersebut.
Instrumen yang telah disusun adalah untuk mengungkapkan dua variabel : Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dan Kenakalan Remaja dari populasi dan sampel yang telah ditentukan. Sumber datanya adalah peserta didik SMA Negeri di kota Cimahi. Bentuk instrumennya adalah checklist. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman observasi, wawancara, maupun sebagai kuesioner.
(39)
57
a. Uji Validitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan layak dan baik apabila memenuhi persyaratan valid an reliabel. Oleh karena itu sebelum digunakan instrumen akan diuji coba terlebih dahulu melalaui validasi instrumen agar instrumen yang digunakan valid atau tepat mengukur apa yang harus diukur. Validitas menurut Purwanto (2010, hlm. 197) adalah “kemampuan alat ukur mengukur secara tepat keadaan yang diukurnya.” Untuk menguji validitas konstruk setiap item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment.
Adapun langkah-langkah dalam uji validitas menurut Riduwan (2013, hlm. 98) adalah sebagai berikut:
1. Mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment.
n(∑XY) –(∑X).(∑Y)
rhitung = ──────────────────────────────
Ket:
rhitung = koefisien korelasi ∑Xi = jumlah skor item
∑Yi = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden
2. Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
Ket:
t = nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil rhitung n = jumlah responden
ttabel = α
1- ─── ; dk= n-2
(40)
58
distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusan : jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya
thitung < ttabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran menggunakan indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah
antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid). Pengujian validitas dilakukan terhadap 25 item angket kelompok teman sebaya (peer group), dan 39 item angket kenakalan remaja dengan jumlah subjek 20 orang peserta didik. Uji validitas ini dilaksanakan bukan pada objek penelitian yang sesungguhnya, akan tetapi dilaksanakan di SMA Pasundan 1 Kota Cimahi.
Berikut hasil dari uji validitas angket:
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Angket (Variabel X) Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) No Item rxy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
1 0,7178 0,444 Valid
2 0,7078 0,444 Valid
3 0,5007 0,444 Valid
4 0,5236 0,444 Valid
5 0,5464 0,444 Valid
6 0,5858 0,444 Valid
7 0,5312 0,444 Valid
8 0,6003 0,444 Valid
9 0,6408 0,444 Valid
10 -0,0666 0,444 Tidak Valid
11 0,5922 0,444 Valid
12 0,5608 0,444 Valid
13 0,4644 0,444 Valid
(41)
59
15 0,0894 0,444 Tidak Valid
16 0,4969 0,444 Valid
17 0,4847 0,444 Valid
18 0,6732 0,444 Valid
19 0,5414 0,444 Valid
20 0,1132 0,444 Tidak Valid
21 0,518 0,444 Valid
22 0,5236 0,444 Valid
23 0,6177 0,444 Valid
24 0,5425 0,444 Valid
25 0,3912 0,444 Tidak Valid
Sumber: Diolah oleh peneliti Tabel 3.9
Keterangan Hasil Uji Validitas Angket (Variabel X) Peer Group (Kelompok Teman Sebaya)
Keterangan No Item Jumlah
Valid 1, 2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 ,11 ,12 ,13 ,16 ,17 ,18, 19, 21, 22, 23, 24
20
Tidak Valid 10,14,15,20,25 5
Sumber: Diolah oleh peneliti Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Angket (Variabel Y) Kenakalan Remaja No Item rxy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
1 0,5354 0,444 Valid
2 0,4549 0,444 Valid
3 0,4525 0,444 Valid
4 0,5244 0,444 Valid
5 0,6252 0,444 Valid
(42)
60
7 0,3333 0,444 Tidak Valid
8 0,6568 0,444 Valid
9 0,7443 0,444 Valid
10 0,7794 0,444 Valid
11 0,5899 0,444 Valid
12 0,2759 0,444 Tidak Valid
13 0,5145 0,444 Valid
14 0,1754 0,444 Tidak Valid
15 0,4865 0,444 Valid
16 0,4983 0,444 Valid
17 -0,1473 0,444 Tidak Valid
18 0,55141 0,444 Valid
19 0,2296 0,444 Tidak Valid
20 0,2804 0,444 Tidak Valid
21 0,2838 0,444 Tidak Valid
22 0,4713 0,444 Valid
23 0,4899 0,444 Valid
24 0,6923 0,444 Valid
25 0,6923 0,444 Valid
26 0,6016 0,444 Valid
27 0,2759 0,444 Tidak Valid
28 0,275 0,444 Valid
29 0,3083 0,444 Tidak Valid
30 0,4759 0,444 Valid
31 0,3092 0,444 Tidak Valid
32 0,0988 0,444 Tidak Valid
33 0,4869 0,444 Valid
34 0,0759 0,444 Tidak Valid
35 0,5615 0,444 Valid
(43)
61
37 0,4936 0,444 Valid
38 0,5271 0,444 Valid
39 -0,0707 0,444 Tidak Valid
Sumber: Diolah oleh peneliti Tabel 3.11
Keterangan Hasil Uji Validitas Angket (Variabel Y) Kenakalan Remaja
Keterangan No Item Jumlah
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 33, 35, 37, 38
25
Tidak Valid 7, 12, 14, 17, 19, 20, 21,
27, 29, 31, 32, 34, 36, 39 14 Sumber: Diolah oleh peneliti
Setelah dilakukan uji validitas maka diperoleh item soal yang telah valid dan akan diikut sertakan dalam pengolahan data. Berikut kisi-kisi instrumen angket setelah dilakukan uji validitas:
Tabel 3.12
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Sesudah Uji Validitas)
Variabel Dimensi Indikator No Item
Peer Group (Kelompok Teman Sebaya)
Karakteristik kelompok teman sebaya
Usia yang relatif sama
3 Menduduki tingkatan
kelas yang sama, yaitu kelas X, XI, XII.
2
Hobi atau kegemaran yang sama
1, 4 Keinginan dan tujuan
yang sama
6, 7, 20 Interaksi sosial
dengan kelompok teman sebaya
Imitasi atau peniruan 12, 17, 19 Sugesti yang berarti 8, 9, 10, 11
(44)
62
pengaruh/dipengaruhi Identifikasi, yaitu adanya dorongan untuk menjadi sama dengan kelompoknya
5, 18
Simpati yang berarti turut merasakan atau saling mengerti
13, 14, 15, 16
Total 20
Sumber: Diolah oleh peneliti
Tabel 3.13
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Sesudah Uji Validitas)
Variabel Dimensi Indikator No Item
Kenakalan Remaja Peserta didik
Sosialisasi
(transmisi budaya)
Berkata kasar 1, 2, 3 Sosialisasi
(kebudayaan
khusus yang menyimpang)
Mencontek 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Anomi Membolos 11, 12, 13, 14
Rekasi masyarakat Bullying 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 Asosiasi diferensial Pornografi 22, 23, 24, 25
Total 25
Sumber: Diolah oleh peneliti
b. Uji Reliabilitas
Menurut Purwanto (2010, hlm. 196) bahwa reliabilitas “menunjukan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap.” Dalam penelitian ini dalam uji reliabilitasnya menggunakan metode Alpha. Menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm. 115) menjelaskan “metode mencari reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran”, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:
= Dimana:
(45)
63
= nilai reliabilitas
= jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians item
k = jumlah item
Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6.
Keputusan dengan membandingkan dengan
Kaidah keputusan: jika > berarti reliabel, dan < berarti tidak reliabel
Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013¸ maka diperoleh nilai reliabilitas 0,88 dan angket tersebut memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.
H. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti (tentunya dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang diperoleh. Di dalam melakukan analisis data kuantitatif ini, terdapat suatu proses dengan beberapa tahap yang dilakukan peneliti. Menurut Prasetyo dan Jannah (2010, hlm. 171) tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut:
1. Pengkodean data (data coding)
Data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuisioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh pengolah data seperti komputer.
2. Pemindahan data ke komputer (data entering).
Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin pengolah data.
(46)
64
Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.
4. Penyajian data (data output)
Data output adalah hasil pengolahan data. 5. Penganalisisan data (data analyzing)
Penganalisisan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian mengan Karena penelitian ini meerupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 199) terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian kuantitatif yaitu, statistik deskriptif dan statistik infersial. Dalam penelitian hubungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi yang digunakan ialah statistik deskriptif. Menurut Bungin (2010, hlm. 171) statistik deskriptif adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada. Dalam penelitian ini pun memakai analisis statistik kuantitatif diantaranya :
a. Perhitungan Prosentasi
Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis prosentasi dengan menggunakan formula. Formula prosentasinya sebagai berikut:
Keterangan: p = prosentasi
f = data yang di dapatkan n = jumlah seluruh data 100% = bilangan konstan
(47)
65
b. Hubungan Antar Variabel
Dalam suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel maka diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel. Dalam menganalisis variabel diperlukan skala pengukuran. Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Skala pengukuran dalam penelitian hubungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik kelas SMA Negeri di Kota Cimahi ialah menggunakan skala likert. Menurut Riduwan (2007, hlm.12) bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
c. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data responden sudah terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan yaitu diarahkan untuk menjawab setiap rumusan masalah. Ada tiga rumusan masalah dalam penelitian hubungan Peer Group (Kelompok Teman Sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi. Di bawah ini dipaparkan rumusan masalah dan cara mengolah data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
1) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi.
Teknik statistik yang digunakan yaitu uji mean dan standard deviation. Setelah mendapat skor mean dan standard deviation, kemudian dibuat kategorisasi skor untuk dijadikan acuan atau norma dalam hubungan antara lingkungan peer group. Dengan norma kategorisasi yaitu, rendah, sedang dan tinggi. Setelah mendapat kategorisasi hubungan antara lingkungan peer group maka digunakan teknik statistik presentase untuk memperoleh hubungan antara lingkungan peer group peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi. Menurut Supranto (2000,
(48)
66
hlm. 50) pengkategorian ini dapat diperoleh dengan menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan interval serta jarak interval sebagai berikut :
Nilai Maksimum = Skor Tertinggi Nilai Minimum = Skor Terendah
Interval =
Tabel 3.14 Penentuan Kategori Penentuan kategori (range)
Nilai minimum + interval Kategori Rendah Nilai kategori rendah + interval Kategori Sedang Nilai kategori sedang + interval Kategori Tinggi
Sumber : Supranto (2000, hlm. 50)
2) Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi rumus statistik yang digunakan ialah rumus spearmen rank. Menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.74) rumus spearmen rank sebagai berikut :
= 1
-Dimana = Nilai korelasi spearmen rank
d² = Selisih setiap pasangan rank
n = Jumlah pasangan rank atau spearman
Setelah mengetahui besaran koefisien korelasi, selanjutnya menghitung uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi
(49)
67
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar varian yang terjadi pada variabel Y turut ditentukan oleh varian yang terjadi pada variabel X. Dalam penelitian ini, variabel X yaitu Peer group dan variable Y yaitu kenakalan remaja. Adapun menurut Furqon (2011, hlm.100) rumus uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien korelasi
3) Kemudian untuk mengetahui seberapa besar kadar kebermaknaan antara lingkungan peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri di Kota Cimahi, dihitung menggunakan uji-t. Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.81) dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : = nilai
r = nilai Koefisien Korelasi n = jumlah sampel.
distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusan: jika > berarti valid, sebaliknya
< berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteri penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) seperti menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm.83) diantaranya sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599: cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399: rendah
(50)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pada bagian ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan. Kemudian peneliti memberikan beberapa saran yang memungkinkan kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan dengan penelitian. Adapun kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Simpulan Umum
Peer group (teman sebaya) merupakan anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya diantaranya sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga. Salah satu ciri remaja yaitu berusaha melepaskan diri dari ketergantungan orang tua (keluarga) dan bergabung dengan teman-teman sebayanya. Bergabungnya remaja dengan teman-teman sebayanya akan membentuk kelompok teman sebaya atau peer group dengan ciri dan kegiatan yang berbeda satu sama lain. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya mereka akan mengembangkan perilaku yang menyimpang, yaitu kenakalan remaja. pengertian kelompok teman sebaya yaitu suatu kelompok yang terdiri dari anak-anak yang memiliki umur hampir sama dan memiliki kesenangan yang sama pula. Peer group membantu remaja untuk memahami identitas diri, sebab tidak ada fase perkembangan lainnya yang kesadaran identitas dirinya itu tidak stabil (mudah berubah), kecuali masa remaja. Hal ini dapat terjadi karena usianya sudah lewat masa anak namun belum dapat diterima sebagai orang yang dewasa, oleh karena itu remaja harus mempersiapkan dirinya untuk belajar sedikit demi sedikit menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada di masyarakat. Di lingkungan baru inilah remaja membentuk kelompok yang disebut peer group atau kelompok teman sebaya. Peer Group peserta didik SMA Negeri Kota Cimahi yang dibagi ke
(51)
102
dalam 8 aspek, yaitu aspek usia yang relatif sama, tingkatan kelas yang sama, hobi atau kegemaran yang sama, keinginan dan tujuan yang sama, imitasi, sugesti, identifkasi dan simpati. Salah satu bentuk dari kenakalan remaja diantaranya berkata kasar, mencontek, membolos, bullying, pornografi. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, ditemukan fakta bahwa peer group menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di sekolah.
2. Simpulan Khusus
Berikut ini akan disajikan sejumlah simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada SMA Negeri di Kota Cimahi, peserta didik memiliki Peer Group pada tingkat sedang. Tingkat Peer group sedang itu artinya, dalam kesehariannya peer group peserta didik tergolong masih normal. Peserta didik menjalin hubungan dengan peer group masih melakukan kegiatan-kegiatan yang dianggap normal dalam aktivitasnya, seperti belajar bersama, kumpul bareng, mengerjakan tugas dan kegiatan-kegiatan lainnya. Jadi ketergantungan peserta didik pada Peer Group ini tergolong rata-rata seperti peserta didik lain. Peer group pada tingkat rendah, artinya aktivitas peserta didik dalam peer group tidak terlalu ketergantungan satu sama lain, aktivitas peserta didik dalam hal lainnya lebih dominan daripada peer group.
2. Hubungan peer group terhadap kenakalan remaja SMA Negeri di Kota Cimahi memilki tingkat kenakalan remaja yang sedang. Nilai korelasi antara peer group (kelompok teman sebaya) terhadap kenakalan remaja adalah sebesar 0,533 termasuk dalam kategori hubungan yang sedang. Kontribusi hubungan yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 28,4 % artinya Peer Group memberikan kontribusi pengaruh sebesar 28,4 % terhadap kenakalan remaja.
(52)
103
3. Peer group memberikan signifikan terhadap kenakalan remaja peserta didik. Dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0, 000 < 0, 05 dan t-hitung 7.311 < t- table 2, 021. Artinya, semakin tinggi Peer Group peserta didik, maka semakin tinggi kenakalan remaja SMA Negeri Kota Cimahi. Sebaliknya jika semakin rendah Peer Group peserta didik, maka semakin rendah pula kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri Kota Cimahi.
B. Saran
Berdasarkan rumusan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut :
1. Peserta didik SMA
Perlu membangun kesadaran dan pemahaman pada diri peserta didik sebagai makhluk sosial. Dengan banyaknya tugas perkembangan remaja, seperti belajar peserta didik akan cenderung lebih bosan dengan kegiatan belajar, maka peserta didik cenderung melakukan tindakan dengan peer group nya. Sebagai peserta didik disarankan untuk dapat membagi waktunya dalam bermain dengan peer group dan belajar, mengikuti ekstrakulikuler dan kegiatan-kegiatan lain di sekolah yang lebih mempererat dengan peer group agar dapat terhindar dari kenakalan remaja.
2. Sekolah
Pihak sekolah disarankan untuk dapat lebih mengarahkan siswanya kepada kegiatan yang lebih positif. Misalnya siswa diwajibkan untuk mengikuti ekstrakulikuler agar terhindar dari kenakalan remaja yang dapat.
3. Jurusan Pendidikan Sosiologi UPI
Diharapkan mampu memberikan kontribusi khususnya terhadap peer group dikaitkan dengan mata pelajaran sosiologi. Disarankan untuk lebih memperbanyak jurnal atau sumber mengenai peer group dan mengenai kenakalan remaja agar mempermudah mahasiswa dalam mengkaji topik-topik yang berhubungan dengan perilaku menyimpang peserta didik.
(53)
104
4. Penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti secara mendalam hubungan peer group terhadap kenakalan remaja peserta didik yang lebih luas dan lebih mendalam. Penelitian tersebut mampu menggali faktor-faktor yang menyebabkan peer group berhubungan terhadap kenakalan remaja.
(54)
105
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (1997). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, M, dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. (1993). Manajemen Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Arikunto, S. (2003). Prosuder Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta : Bina Aksara Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Bungin, B. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif (komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Daradjat, Z. (1995). Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama. Darmansyah. (1986). Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional. Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Goode, William L (1983). Sosiologi Keluarga, Terj. Lailahanoum Hasyim.
Jakarta: Bina Aksara.
Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S. D. (1988). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Gramedia. Horton, B.P & Hunt, L. C. (1984). Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B (1994). Psikologi Perkembangan, (5th ed). Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B. (1978). Psikolgi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Idris, Z. (1986). Pengantar Pendidikan I. Indonesia : Gramedia Widia Sarana. Kartono, K. (2009). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Rajawali Pers.
(1)
3. Peer group memberikan signifikan terhadap kenakalan remaja peserta didik. Dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0, 000 < 0, 05 dan t-hitung 7.311 < t- table 2, 021. Artinya, semakin tinggi Peer Group peserta didik, maka semakin tinggi kenakalan remaja SMA Negeri Kota Cimahi. Sebaliknya jika semakin rendah Peer Group
peserta didik, maka semakin rendah pula kenakalan remaja peserta didik SMA Negeri Kota Cimahi.
B. Saran
Berdasarkan rumusan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut :
1. Peserta didik SMA
Perlu membangun kesadaran dan pemahaman pada diri peserta didik sebagai makhluk sosial. Dengan banyaknya tugas perkembangan remaja, seperti belajar peserta didik akan cenderung lebih bosan dengan kegiatan belajar, maka peserta didik cenderung melakukan tindakan dengan peer group nya. Sebagai peserta didik disarankan untuk dapat membagi waktunya dalam bermain dengan peer group dan belajar, mengikuti ekstrakulikuler dan kegiatan-kegiatan lain di sekolah yang lebih mempererat dengan peer group agar dapat terhindar dari kenakalan remaja.
2. Sekolah
Pihak sekolah disarankan untuk dapat lebih mengarahkan siswanya kepada kegiatan yang lebih positif. Misalnya siswa diwajibkan untuk mengikuti ekstrakulikuler agar terhindar dari kenakalan remaja yang dapat.
3. Jurusan Pendidikan Sosiologi UPI
Diharapkan mampu memberikan kontribusi khususnya terhadap peer group dikaitkan dengan mata pelajaran sosiologi. Disarankan untuk lebih memperbanyak jurnal atau sumber mengenai peer group dan mengenai kenakalan remaja agar mempermudah mahasiswa dalam mengkaji topik-topik yang berhubungan dengan perilaku menyimpang peserta didik.
(2)
104
4. Penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti secara mendalam hubungan peer group terhadap kenakalan remaja peserta didik yang lebih luas dan lebih mendalam. Penelitian tersebut mampu menggali faktor-faktor yang menyebabkan peer group berhubungan terhadap kenakalan remaja.
(3)
Didik). Jakarta : PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. (1993). Manajemen Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Arikunto, S. (2003). Prosuder Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta : Bina Aksara Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Bungin, B. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif (komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Bungin, B. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Daradjat, Z. (1995). Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama. Darmansyah. (1986). Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional. Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Goode, William L (1983). Sosiologi Keluarga, Terj. Lailahanoum Hasyim.
Jakarta: Bina Aksara.
Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S. D. (1988). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Gramedia. Horton, B.P & Hunt, L. C. (1984). Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B (1994). Psikologi Perkembangan, (5th ed). Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B. (1978). Psikolgi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Idris, Z. (1986). Pengantar PendidikanI. Indonesia : Gramedia Widia Sarana. Kartono, K. (2009). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Rajawali Pers.
(4)
106
Koeswara (1988). Agresi Manusia. Bandung: PT Eresco.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Nasution, Z. (1995). Sosiologi Komunikasi Kebudayaan Suatu Pendekatan
Global. Jakarta: Universitas Terbuka
Nasution, S. (1995). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurihsan, J dan Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Refika Aditama.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1984). Sosiologi, Jilid 1 Edisi Keenam, Terj. Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Erlangga
Prasetyo, B. dan Jannah, M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rice, F. P (1999). The adolescent: Development, relationship, and culture, (9th ed.). Allyn and Bacon, Boston.
Riduwan. (2007). Skala pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Riduwan dan Sunarto. (2012). Statistika untuk penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Santosa, S. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Santrock, W. Jhon. (2007). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W (1991). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
(5)
Setiadi, E. M. dan Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi, Jakarta: Kencana. Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama: Bandung. Simandjuntak, B. (1981). Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial.
Bandung: Tarsito.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekanto, S. (1994). Pengantar Sosiologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2004). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
Sunarto, K. (1993). Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Supranto, J. (2000). Statistik Teori Dan Aplikasi Edisi Keenam. Bandung : Erlangga.
Surbakti, E.B. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Syafaat, A., Sahrani, S. dan Muslih. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Jakarta: Rajawali Pers.
Syamsu, Y. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
(6)
108
Syamsu, Y. (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Tim Dosen MKDK IKIP Bandung. (1994). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Tirtarahardja, U. dan Sula, La. (2000). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Willis, S. Sofyan. (2010). Remaja & Masalahnya. Bandung: Alfabeta
Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Dari Web
Pemkot Cimahi. (2014). Sekolah di SMA Negeri Kota Cimahi. Tersedia di http://www.kotacimahi.go.id/id/sekolah-di-sma-negeri-cimahi.html
Universitas Muhammdiyah Malang. (2014). Data SMA dan SMK Kota Cimahi. Tersedia di
http://www.umm.ac.id/id/page/041111/23/data-sma-dan-smk-kota-cimahi.html. [Agustus 2014].
Skripsi, Tesis
Mariah, U. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. (Tesis). Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Ningrat, P. R. W. (2011). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Experiencers (Studi pada Remaja Siswa Kelas XI SMAN 2 Bandung). (Skripsi). Jurusan Psikologi , FIP UPI, Bandung.
Purnamasari, R. (2011). Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya (Peer Group) dengan Perilaku Merokok Remaja (Studi Korelasi pada Siswa Laki-laki SMAN 1 Bungursari Purwakarta). (Skripsi). Jurusan