Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Studi Kuasi Eksperimen Pada Pelajaran Kewirausahaan Materi Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan di Kelas XI SMK Negeri 1 Cilamaya, Ka

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pelajaran Kewirausahaan Materi Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan di Kelas XI

SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013/2014)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

ROSIDA EVI SANTIHOSI 1201137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pelajaran Kewirausahaan Materi Menyusun Laporan Keuangan di Kelas XI

SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP.196110221986031002

Pembimbing II

Dr. Dadang Dahlan, M.Pd NIP.195712051982031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Disman, MS NIP.195902091984121001


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar menciptakan lingkungan atau pengkondisian terhadap peserta didik (Momon Sudarma, 2013:47). Upaya tersebut semestinya memberi pencerahan, mengembangkan penalaran serta meningkatkan keterampilan berpikir yang baik, sehingga menghasilkan lulusan pendidikan yang optimal dan berkualitas. Hal tersebut sesuai dengan tuntutan era globalisasi saat ini yang membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, memiliki daya saing tinggi, baik secara lokal maupun global.

Salah satu tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk generasi yang kreatif, selain tentu saja menciptakan generasi yang tangguh, berbasis teknologi dengan berlandaskan iman dan taqwa sehingga mampu bersaing dengan dengan penduduk lain didunia (Mulyasa, 2013:7). Untuk menghasilkan generasi yang kreatif, tangguh dan berbasis teknologi, diperlukan adanya penyempurnaan kurikulum dari semula Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Melalui Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan berdaya saing tinggi.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia dinilai rendah, dianggap masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh TIMSS (Trends in International Match

Science Survey) dari Global Institute, data tahun 2011, Indonesia menempati


(5)

jauh dibawah Singapura yang menempati posisi pertama dengan skor 590, negara tetangga terdekat : Malaysia berada 8 peringkat diatas Indonesia yaitu di posisi ke-32 dengan skor 426, sedangkan negara Asia Tenggara lainnya yakni Thailand berada di posisi ke-27 dengan skor 451. Selain itu data dari PIRLS (Progress in Reading

Literacy Student Assessment) tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia memperoleh

skor 428 menempati posisi ke-43 dari 45 negara yang di survey, Singapura jauh lebih unggul mencapai skor 567, sehingga berada di posisi ke-4. Demikian pula dengan hasil survey PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2011 juga menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, dengan skor 384 Indonesia berada pada posisi ke 63 dari 65 negara yang di survey, sangat jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang memperoleh skor 556 sehingga menempati posisi ke-2. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia secara umum berada dibawah negara-negara tetangga. Oleh karena itu pemerintah menganggap perlunya pengembangan kurikulum baru yang dapat meningkatkan kemampuan siswa, yakni Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, yang hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik yakni berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum 2013 diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Berikut ini merupakan indikator - indikator perubahan yang diharapkan dalam implementasi Kurikulum 2013: 1. Adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif dan mandiri; 2. Adanya peningkatan mutu pembelajaran; 3. Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar; 4. Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat; 5. Adanya peningkatan tanggung


(6)

jawab sekolah; 6. Tumbuhnya sikap, keterampilan dan pengetahuan secara utuh dikalangan siswa; 7. Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM); 8. Terciptanya iklim yang aman, nyaman dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull

learning); 9. Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement). (Mulyasa, 2013:11)

Dalam hal mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) tersebut sebagai salah satu indikator perubahan yang diharapkan maka diperlukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dapat menstimulasi motivasi peserta didik agar aktif dan kreatif sehingga meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif peserta didik, sehingga menghasilkan output yang berdaya saing tinggi sesuai tuntutan global.

Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat diperoleh dalam proses pembelajaran yang bermakna, proses yang dilakukan secara maksimal dengan melibatkan dan memberdayakan semua elemen-elemen, sub-sub, bagian-bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang terkait. Seperti telah diketahui bahwa proses belajar dan penguasaan informasi setiap individu berbeda-beda, tergantung gaya belajar dan motivasi masing-masing individu. Momon Sudarma (2013:35) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir (thinking skills) atau pemikiran yang terlatih, bukan saja penting dalam dunia kerja, pendidikan dan pelatihan atau riset. Keterampilan berpikir ini, penting dimiliki oleh setiap orang, baik didunia kerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari, sebagai modal untuk bisa menemukan solusi atas masalah yang terjadi dalam kehidupannya, baik masalah didalam kelompoknya maupun masalah dirumah.


(7)

Hal ini sesuai dengan desain pembelajaran konstruktivistik yang memandang manusia memiliki potensi berbeda antara satu dan lainnya. Dalam pembelajaran konstruktivistik pengetahuan dibangun melalui pengalaman, interaksi sosial dan kehidupan nyata. Peserta didik membentuk pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kegiatan pembelajaran yang pada umumnya dilaksanakan saat ini masih mengutamakan peningkatan pemahaman konsep, sebatas penguasaan materi pelajaran. Siswa lebih diarahkan untuk menghafal informasi, mengingat dan menyimpan informasi tanpa memahami bagaimana penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal semestinya dengan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam membentuk kehidupan sebagai individu yang dapat hidup mandiri.

Oleh karena itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan), mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2013:99).

Seperti telah diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam segala aspek kehidupan. Demikian pula dalam mata pelajaran kewirausahaan, menurut Suryana (2013: 2) pada awalnya kewirausahaan dipandang sebagai kemampuan yang dilahirkan dari pengalaman langsung dilapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir,


(8)

sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya mengenai urusan lapangan dan bakat bawaan, tetapi juga disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang berhasil menjadi wirausahawan adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasikan usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausahawan yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya.

Berdasarkan pengamatan penulis permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Kewirausahaan di SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang adalah sebagai berikut: (1) Peran guru yang terlalu mendominasi proses pembelajaran, (2) Guru hanya berfokus pada buku pelajaran. Pada umumnya proses pembelajaran masih menggunakan model ceramah. Belum banyak guru yang memiliki keinginan menggunakan model-model pembelajaran kreatif yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Meskipun telah diketahui bersama bahwa model yang demikian itu akan menurunkan minat belajar peserta didik, serta membekukan daya nalarnya. Siswa akan terkondisi dalam keadaan tidak terbiasa

berpikir dan memecahkan masalah, hanya ‘menerima’, kurang aktif dalam mencari

atau menemukan informasi baru untuk menjawab masalah atau untuk memecahkan masalah.

Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian kuasi eksperimen. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI (sebelas) SMK Negeri 1 Cilamaya, Kab. Karawang Tahun Pelajaran 2013/2014. Data yang diperoleh dari hasil pra-penelitian, diketahui bahwa hasilnya menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil pra-penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(9)

Tabel 1.1

Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XI SMKN I Cilamaya – Tahun Pelajaran 2013/2014

Kelas Jumlah Siswa

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif (%) Berpikir

Lancar (Fluency)

Berpikir Luwes (Flexible)

Berpikir Orisinal

Berpikir Terperinci (Elaborasi)

XI TKR 1 29 2,11 0,54 1,76 0,81

XI TKR 2 24 2,94 0,84 2,19 0,97

XI TKR 3 28 2,18 0,73 1,85 0,88

XI TPHPi 22 2,43 1,09 2,04 1,65

XI AP 1 24 2,14 0,95 2,29 0,81

XI AP 2 24 2,57 1,09 1,91 1,26

Rata-rata 2,40 0,87 2,01 1,06

Sumber: Pra-Penelitian, data diolah

Dari tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pencapaian indikator kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Cilamaya menunjukkan angka yang rendah, yaitu masih dibawah 50 %. Hal tersebut menunjukkan tingkat kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang rendah. Banyak faktor yang mungkin saja menjadi penyebab rendahnya pencapaian tersebut, salah satunya adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang didominasi peran guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center), bukan berpusat pada siswa (student center).


(10)

Dalam hal ini, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dianggap mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Dewey (Delisle, 1997:10) bahwa pengertian Problem Based Learning (PBL) adalah :

To organize education so that natural active tendencies shall be fully enlisted in doing something, while seeing to it that the doing requires observation, the acquisition of information, and the use of a constructive imagination, is what needs to be done to improve social conditions.

Berdasarkan uraian fenomena tersebut, penulis merencanakan suatu penelitian eksperimen kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dengan Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.” (Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Materi Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan di Kelas XI SMK Negeri 1 Cilamaya Tahun Pelajaran 2013/2014)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Diskusi? 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata

pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Ceramah?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan antara kelas yang menggunakan model


(11)

Problem Based Learning dengan metode Diskusi dibandingkan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran Ceramah?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dengan metode Diskusi.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Ceramah.

3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan antara kelas yang menggunakan model

Problem Based Learning (PBL) dengan metode Diskusi dibandingkan kelas

yang menggunakan model pembelajaran Ceramah.

1.4Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan, khususnya dalam penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan metode diskusi.

2. Manfaat Praktis

Bagi peserta didik, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar dan minat peserta didik dalam memahami dan mempelajari lebih dalam tentang mata pelajaran kewirausahaan dengan menjadikan teman


(12)

sekelas sebagai sarana untuk saling bertukar pikiran, saling mendengarkan dan saling menghargai pendapat orang lain.

Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu informasi mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran kewirausahaan pada peserta didik serta sebagai salah satu pertimbangan dan acuan dalam proses pembelajaran kewirausahaan, terutama penggunaan alternatif model pembelajaran.

Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam rangka peningkatan dan perbaikan proses serta hasil pembelajaran agar bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Suharsimi (2012: 203) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan metode eksperimen semu

(quasi-experimental design). Campbell & Stanley (Shadissh et al.:15) mengemukakan

pendapatnya tentang quasi-experimental design sebagai berikut:

There are many natural social settings in which the research person can introduce something like experimental design into his scheduling of data collection procedures (e.g., the when and to whom of measurement, even though he lacks the fall control over the scheduling of experimental stimuli (the when and to whom of exposure and the ability to randomize exposure) which make a true experiment possible. Collectively, such situations can be regarded as quasi-experimental designs.

Quasi experiment, disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum

memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu. (Suharsimi, 2010:123).

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Non-Equivalent Pretest-Posttest

Control Group Design. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1

Non-Equivalent Pretest and Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


(14)

Kelas Kontrol O3 O4 Keterangan :

X : Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning)

O1 : Pre Test (Tes awal sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen O2 : Post Test (Tes akhir setelah perlakuan ) pada kelompok eksperimen O3 : Pre Test (Tes awal) pada kelompok kontrol

O4 : Post Test (Tes akhir) pada kelompok kontrol

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1 Cilamaya Tahun Pelajaran 2013/204 dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa. Terdapat dua kelas dalam penelitian ini, yakni salah satu kelas sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan metode diskusi, sedangkan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah

Tabel 3.2

Deskripsi Subjek Penelitian

Kelas Jumlah Siswa Laki-Laki Perempuan

PBL 19 16 3

Ceramah 19 16 3

Kelas yang dikenakan perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah kelas XI AP2 dan yang menjadi kelas kontrol adalah kelas XI TKR2. Kedua kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 19 orang per kelas, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan


(15)

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model Problem Based Learning dan variabel terikatnya yaitu kemampuan berpikir kreatif.

Definisi konsep menurut Preisseisen dalam Martinis Yamin (2012:71) menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kreatif (creative thinking) yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi dan intuisi individu.

Sedangkan dalam definisi operasional: kemampuan berpikir kreatif adalah skor siswa yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kreatif yang mengukur perilaku (1) kelancaran, (2) keluwesan, (3) keaslian, dan (4) elaborasi sebagai indikator kemampuan berpikir kreatif seperti tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Indikator Berpikir Kreatif

No Perilaku Arti

1 Berpikir lancar - Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan - Arus pemikiran lancar

2 Berpikir luwes (fleksibel) - Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam

- Mampu mengubah cara atau

pendekatan

- Arah pemikiran yang berbeda-beda

3 Berpikir orisinal - Memberikan jawaban yang tidak

lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang 4 Berpikir terperinci

(elaborasi)

- Mengembangkan, menambah,

memperkaya suatu gagasan - Memperinci detail-detail


(16)

- Memperluas suatu gagasan Sumber: Munandar (2009:192)

3.5 Alat Tes Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2006:151)

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif mengenai materi pelajaran yang telah diberikan pada siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes soal pilihan ganda sebanyak 10 soal. Pretest diberikan kepada kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemudian posttest juga diberikan kepada kedua kelas tersebut setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan, yaitu treatment model problem based learning dengan metode diskusi di kelas eksperimen dan metode ceramah di kelas kontrol.

3.6 Analisis Uji Alat Tes

Alat tes penelitian yang akan mengukur hasil belajar peserta didik setelah dilakukan eksperimen akan diuji. Alat tes tersebut akan diuji validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji daya pembeda dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS versi 21.

a. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Demikian pula pendapat Suliyono (2012: 40) bahwa validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam pengukuran.


(17)

Dalam penelitian ini, perhitungan validitas dilakukan untuk validitas item soal. Untuk mengukur tingkat validitas item soal, digunakan rumus korelasi product momment :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan :

= Angka korelasi product momment

N = Number of Cases (Jumlah Siswa)

∑ = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑ = Jumlah skor X

∑ = Jumlah skor Y

Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Interpretasi Uji Validitas

Nilai Interpretasi

0,800 ~ 1,000 Sangat tinggi

0,600 ~ 0,799 Tinggi

0,400 ~ 0,599 Cukup

0,200 ~ 0,399 Rendah

0,000 ~ 0,199 Sangat rendah

Untuk penafsiran harga koefisien korelasi harus dikonfirmasi dengan tabel harga kritik product momment dengan taraf signifikasi 95%, sehingga


(18)

dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. disebut juga r hitung. Hasil r hitungyang diperoleh, harus dikonfirmasikan dengan harga distribusi r kritis dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 yang artinya peluang membuat kesalahan sebesar 5% setiap item akan terlihat tingkat kesalahannya. Apabila harga r hitung> r tabel maka korelasi tersebut dinilai valid (signifikan) dan sebaliknya.

b. Uji Reliabilitas

Selain uji validitas, yang tidak kalah penting adalah reliabilitas. Arikunto (2010: 221) mengemukakan bahwa reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Inti dari reliabilitas adalah keajegan dari data tersebut. Sehingga bila digunakan beberapa kali pun akan menunjukkan hasil yang sama.

Dalam penelitian ini, untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus

Spearman-Brown. Dalam teknik ini, skor yang diperoleh dikelompokkan

menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal (ganjil-genap). Dengan teknik ganjil-genap ini skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan akan diperoleh harga rxy. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :


(19)

= rxyyang disebut sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen.

Jika sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product momment, dengan kriteria :

 Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : Sangat tinggi

 Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : Tinggi

 Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : Cukup

 Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : Rendah

 Antara 0,00 sampai dengan 0,199 : Sangat rendah

c. Uji Tingkat Kesukaran

Indeks tingkat kesukaran menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal, besarnya indeks tingkat kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0. Soal dengan indeks tingkat kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= s

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar

s : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan interpretasi tingkat kesukaran yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 5


(20)

Harga TK Klasifikasi

TK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < TK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < TK ≤ 1,00 Soal mudah

TK = 1,00 Soal terlalu mudah

Dengan menggunakan SPSS 21 maka indeks kesukaran hasil perhitungan instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Soal Tes Pilihan Ganda

No. Soal Nilai Indeks Keterangan

1 0,34 Sedang

2 0,90 Mudah

3 0,69 Sedang

4 0,34 Sedang

5 0,38 Sedang

6 0,93 Mudah

7 0,86 Mudah

8 0,79 Mudah

9 0,52 Sedang

10 0,17 Sukar

d. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda adalah untuk membedakan dan mengelompokkan data, setiap butir soal tes hasil belajar peserta didik yang diawali dengan cara mengurutkan skor total seluruh butir soal, dengan cara mengelompokkannya


(21)

soal. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda soal menggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah.Adapun harganya dihitung dengan rumus berikut:

= n

Keterangan:

DP : daya pembeda

: jumlah jawaban benar untuk kelompok atas

: jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah

n : jumlah peserta didik kelompok atas dan kelompok bawah

Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu disajikan dalam Tabel 3.7:

Tabel 3. 7

Interpretasi Daya Pembeda

Harga DP Klasifikasi

0,40 – 1,00 soal diterima/baik

0,30 – 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 – 0,29 soal perlu diperbaiki

0,19 – 1,00 soal tidak dipakai/dibuang

Dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 maka daya pembeda tiap butir soal tes kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Interpretasi Daya Pembeda Soal Tes Pilihan Ganda No. Soal Nilai Indeks Keterangan


(22)

1 0,41 Soal diterima/baik 2 0,21 Soal perlu diperbaiki 3 0,28 Soal perlu diperbaiki

4 0,34 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 5 0,34 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 6 0,14 Soal tidak dipakai/dibuang

7 0,28 Soal perlu diperbaiki 8 0,28 Soal perlu diperbaiki 9 0,41 Soal diterima/baik

10 0,34 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki

3.7 Prosedur Penelitian

Tiga tahapan dalam penelitian ini adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan kemudian tahap pengolahan data penelitian sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Berikut tahapan persiapan penelitian sebelum mulai dilaksanakan :

a. Mengkaji standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada materi pelajaran kewirausahaan melalui buku pelajaran kewirausahaan SMK b. Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian c. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

d. Membuat alat instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda e. Melakukan uji coba instrumen penelitian

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian : validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran

g. Menentukan waktu penelitian

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan selesai, kemudian dilaksanakan kegiatan penelitian sebagai berikut:

a. Mencari tahu kemampuan awal siswa dengan memberikan pretest baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol


(23)

b. Menerapkan model pembelajaran problem based learning dengan metode diskusi sebagai treatment pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol.

c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran berakhir

3. Pengolahan Data Penelitian

Setelah dilaksanakan penelitian, tahapan terakhir adalah pengolahan data penelitian, sebagai berikut:

a. Data hasil pretest, posttest dan nilai rata-rata diolah dan dianalisis b. Menguji hipotesis dan menganalisis hasil penelitian

c. Data hasil penelitian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing

d. Menarik kesimpulan, menjawab pertanyaan masalah penelitian berdasarkan hasil pengolahan data penelitian

e. Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran

Prosedur penelitian yang telah dijelaskan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:


(24)

48 ROSIDA EVI SANTIHOSI, 2015

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Studi Pendahuluan Studi Pustaka

Masalah

Menentukan Subjek Penelitian Menyusun Instrumen

Instrumen Teruji

Uji Coba Instrumen Kelas Eksperimen (X1) Kelas Kontrol (X)

Treatment Pretest

Ceramah (X) PBL (X1)


(25)

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

Data Pretest dan Posttest kelas Eksperimen diolah mulai dari penskoran, menghitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata, kemudian menghitung N-Gain.

b. Teknik Analisis Data

Uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis, yaitu sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis

chi-kuadrat (X2). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan frekuensi. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengadakan estimasi dan untuk menguji hipotesis.


(26)

Yaitu:

X2 = nilai chi-kuadrat

Fo = frekuensi yang diperoleh Fe = frekuensi yang diharapkan

Adapun kriteria dalam pengujian ini, jika chi-kuadrat dalam tabel (X2) hitung lebih kecil dari harga chi-kuadrat (X2) dalam tabel pada taraf signifikansi 5% atau ᴾ > 0,05, maka sebaran datanya berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

b)Uji Homogenitas

Uji homogenitas diketahui untuk menguji apakah sampel berasal dari variansi yang sama atau tidak. Uji yang digunakan dalam menguji homogenitas adalah uji F.

Rumus homogenitas tersebut sebagai berikut:

Adapun kriteria dalam pengujian ini adalah jika f hitung lebih kecil daripada f tabel, maka dapat dikatakan sampel homogen atau sebaliknya.

c) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan uji t, model Separated Varian, dengan rumus sebagai berikut:


(27)

Apabila nilai t hitung > tabel 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, , artinya terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Problem-based

learning lebih tinggi daripada siswa yang diberikan metode pembelajaran

konvensional.

Ketentuan diterima tidaknya hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Hipotesis

 Ho : Tidak ada pengaruh dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

 H1 : Terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol

b. Ketentuan

 T hitung > tabel , maka Ho di tolak

 T hitung < tabel , maka Ho di terima

Berikut tabel dari masalah, hipotesis dan statistik uji dari penelitian ini.

Tabel 3.9

Masalah, Hipotesis dan Statistik Uji Masalah Hipotesis Hipotesis


(28)

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning? 1. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n setelah pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning.

Ho: Ȳpost = Ȳpre H1: Ȳpost >

Ȳpre \Wilcoxon’s Matched Pairs Test Ho tidak dapat diterima jika p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran

Ho: Ȳpost = Ȳpre H1: Ȳpost >

Ȳpre Wilcoxon’s Matched Pairs Test Ho tidak dapat diterima jika p-value


(29)

kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Ceramah? kewirausahaa n setelah pembelajaran dengan metode Ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum belajar dengan menggunakan metode Ceramah. (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan antara kelas yang menggunakan model 3. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n yang belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning

Ho: GA = GK_AA

H1: GA > GK_AA Mann_Whitney U Test Ho tidak dapat diterima jika p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test)


(30)

Problem Based Learning dengan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran Ceramah?

meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunaka n metode pembelajaran Ceramah.


(1)

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

Data Pretest dan Posttest kelas Eksperimen diolah mulai dari penskoran, menghitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata, kemudian menghitung N-Gain.

b. Teknik Analisis Data

Uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis, yaitu sebagai berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis chi-kuadrat (X2). Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan frekuensi. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengadakan estimasi dan untuk menguji hipotesis.


(2)

Yaitu:

X2 = nilai chi-kuadrat

Fo = frekuensi yang diperoleh Fe = frekuensi yang diharapkan

Adapun kriteria dalam pengujian ini, jika chi-kuadrat dalam tabel (X2) hitung lebih kecil dari harga chi-kuadrat (X2) dalam tabel pada taraf signifikansi 5% atau ᴾ > 0,05, maka sebaran datanya berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

b)Uji Homogenitas

Uji homogenitas diketahui untuk menguji apakah sampel berasal dari variansi yang sama atau tidak. Uji yang digunakan dalam menguji homogenitas adalah uji F.

Rumus homogenitas tersebut sebagai berikut:

Adapun kriteria dalam pengujian ini adalah jika f hitung lebih kecil daripada f tabel, maka dapat dikatakan sampel homogen atau sebaliknya.

c) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan uji t, model Separated Varian, dengan rumus sebagai berikut:


(3)

Apabila nilai t hitung > tabel 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, , artinya terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Problem-based learning lebih tinggi daripada siswa yang diberikan metode pembelajaran konvensional.

Ketentuan diterima tidaknya hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Hipotesis

 Ho : Tidak ada pengaruh dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

 H1 : Terdapat pengaruh peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol

b. Ketentuan

 T hitung > tabel , maka Ho di tolak

 T hitung < tabel , maka Ho di terima

Berikut tabel dari masalah, hipotesis dan statistik uji dari penelitian ini. Tabel 3.9

Masalah, Hipotesis dan Statistik Uji

Masalah Hipotesis Hipotesis


(4)

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning? 1. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n setelah pembelajaran dengan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning.

Ho: Ȳpost = Ȳpre H1: Ȳpost >

Ȳpre \Wilcoxon’s Matched Pairs Test Ho tidak dapat diterima jika p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran

Ho: Ȳpost = Ȳpre H1: Ȳpost >

Ȳpre Wilcoxon’s Matched Pairs Test Ho tidak dapat diterima jika p-value


(5)

kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Ceramah? kewirausahaa n setelah pembelajaran dengan metode Ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum belajar dengan menggunakan metode Ceramah. (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test) 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan antara kelas yang menggunakan model 3. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran kewirausahaa n yang belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning

Ho: GA = GK_AA

H1: GA >

GK_AA Mann_Whitney U Test Ho tidak dapat diterima jika p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test)


(6)

Problem Based Learning

dengan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran Ceramah?

meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunaka n metode pembelajaran Ceramah.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Structured Problem Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

1 9 210

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem,

0 7 171

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

5 24 215

Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

1 8 64

Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berargumentasi dan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengel

0 7 62

86 Pengaruh Model Problem Based Learning dengan Metode Eksperimen dan Diskusi Terhadap Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Kelas X MIPA SMA N 1 Mataram

0 0 9

Game Edukasi Kewirausahaan Berbasis Animasi Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Bagi Siswa SMK

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar

0 33 154

Problem Based Learning (PBL) Dengan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa

0 2 45