Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berargumentasi dan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengel

(1)

ABSTRAK

Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berargumentasi dan Hasil Belajar Siswa

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan) Oleh

Helen Meta Afisha

Hasil observasi oleh guru di kelas VII SMP N 20 Bandar Lampung, diketahui bahwa siswa belum diajarkan untuk menulis argumen dan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi dan hasil belajar siswa, salah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap kemampuan berargumentasi dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretest postest non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIID dan kelas VIIH yang dipilih dari populasi secara purpose sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa kemampuan berargumentasi siswa dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran PBL yang dianalisis secara


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL mampu meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa di kelas eksperimen dengan rata-rata kemampuan berargumentasi siswa 52% dengan kriteria “cukup” lebih besar dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata kemampuan berargumentasi siswa 27% berkriteria “kurang”. Pada indikator claim pertemuan pertama berkriteria “baik” dan pertemuan kedua berkriteria “sangat baik”, indikator data

dan warrant pertemuan pertama dan pertemuan kedua berkriteria “cukup”, indikator backing dan rebuttal pada pertemuan pertama dan kedua berkriteria

“kurang” . Disamping itu semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran PBL. Meningkatnya kemampuan berargumentasi diikuti dengan meningkatnya hasil belajar IPA dengan rata-rata N-gain sebesar 67. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap kemampuan berargumentasi dan hasil belajar siswa. Namun model pembelajaran PBL masih kurang optimal untuk meningkatkan indikator backing dan rebuttal.


(3)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP KEMAMPUAN BERARGUMENTASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan) Oleh

HELEN META AFISHA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Wonoagung, Rawajitu Selatan, pada tanggal 30 Juli 1993, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Eri Trisna dan Ibu Hera Wati. Tempat tinggal penulis beralamatkan di Jalan P.Antasari Perumahan Villa Citra 2 Blok G1 No 20A. (CP : 085789477730).

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Wono Agung (1999-2005), SMP Negeri 2 Rawajitu Selatan (2005-2008), SMA Negeri 13 Bandar Lampung (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur SNMPTN.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Karya Penggawa dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Pesisir Barat (Tahun 2014), dan melakukan penelitian pendidikan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd.


(8)

Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku yang tulus kepada :

Eri Trisna ayahandaku dan Herawati ibundaku tercinta yang senantiasa menyayangiku, mendoakanku, memotivasi, selalu menasihati serta mengajariku untuk selalu bersyukur dalam segala hal dan selalu mengharapkanku untuk hidup lebih baik dari mereka.Diaz Age Erlando, S.T. kakakku dan Regita Putri Avrilia adikku yang aku sayangi

yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa serta menantikan keberhasilanku.Keluarga besar KABUL AZHARI yang selalu memberikan motivasi untuk terus

melangkah kedepan.

Mas Obie Nova Jaya, A.Md.Kom yang selalu memberikan waktunya, motivasi, semangat yang tiada hentinya serta selalu ada untukku.

Sahabat terhebat Rani Utami, S.H. dan Fauziah Naimah, A.Md.Keb yang selalu ada untukku.

Sahabatku CMI Wirdona Yunisa Nia Neliana Arfiyana destaria T, Welly Mentari, Khoirunnisa, Kadek Mela, Suci Mardianti, Mega Ridni Utari, Ismah Fatimah, Sujono Dwi Putra, dan Samsul Huda serta teman-teman seangkatan 2011 pendidikan biologi yang tiada henti menyemangatiku.


(9)

MOTO

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai

dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya

kepada Tuhan mu lah kamu berharap

(Q.S. Al-Insyirah : 6-8)

Belajarlah mengalah sampai tak seorangpun

yang bisa mengalahkanmu.

Belajarlah merendah sampai tak seorangpun

yang bisa merendahkanmu.

(Gobind Vashdev)

Jangan pernah berhenti bermimpi. Karena mimpi memberikan asa

Dan harapan dalam menjalani kehidupan


(10)

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat meraihnya gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul “Pengaruh ModelProblem Based Learning(PBL) Terhadap Kemampuan

Berargumentasi dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Peran Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik serta Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini; 5. Dina Maulina, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan


(11)

6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan motivasi yang sangat berharga;

7. Dra. Hj. Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung dan Sri Hartati, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIDdan VIIHSMP Negeri 20 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 9. Ayahanda Eri Trisna dan ibunda Herawati orang tuaku tercinta, terimakasih atas

cinta dan kasih sayang yang tulus serta dukungan yang tiada hentinya;

10. Kakakku Diaz Age Erlando S.T., dan adikku Regita Putri Avrilia yang sangat aku kasihi, terimakasih atas motivasi yang sangat berharga;

11. Mas Obie Nova Jaya, A.Md.Kom., terimakasih atas waktu, dukungan, dan semangat yang tiada hentinya;

12. Sahabat seperjuangan (Pendidikan Biologi 2011), kakak serta adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terimakasih atas bantuan dukungan dan persahabatan yang sangat berharga;

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis


(12)

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat penelitian... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Problem Based Learning (PBL) ... 9

B. Kemampuan Berargumentasi ... 14

C. Hasil Belajar ... 17

D. Kerangka Pikir... 19

E. Hipotesis... 21

III. METODE PENELITIAN... 22

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Desain Penelitian... 22

D. Prosedur Penelitian... 23

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknis dan Analisis Data... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41

A. Hasil Penelitian ... 41


(13)

V. SIMPULAN DAN SARAN... 59

A. Simpulan... 59

B. Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN 1. Silabus ... 67

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

3. Soal Pretes dan Postes... 101

4. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ... 107

5. Lembar Kerja Siswa ... 110

6. Nilai Pretes dan Postes ... 135

7. Analisis Uji Statistik ... 137

8. Tabulasi Nilai Kemampuan Berargumentasi Tertulis ... 144

9. Data Angket Tanggapan Siswa ... 153


(14)

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah PBL ...14

2. Ringkasan jenjang belajar ...18

3. Lembar penilaian kemampuan berargumentasi tertulis ...34

4. Keterangan rubrik penilaian kemampuan berargumentasi tertulis ...34

5. Klasifikasi indeks kemampuan berargumentasi siswa...38

6. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran PBL ...38

7. Skor perjawaban angket ...39

8. Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran PBL ...39

9. Klasifikasi persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model PBL...40

10. Kemampuan berargumentasi tertulis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ...41

11. Analisis uji statistik pretes dan N-gain oleh siswa kelas eksperimen dan kontrol ...43


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 20

2. Desain penelitian pretes dan postes kelompok non-ekuivalen... 23

3. Bagan langkah-langkah uji statistik untuk data hasil belajar ... 32

4. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran PBL ... 44

5. Contoh argumen yang ditulis oleh siswa ... 46

6. Contoh indikatorclaimyang baik ... 47

7. Contoh indikatordatayang baik ... 48

8. Contoh indikatorwarrantyang dibuat siswa ... 48

9. Contoh indikatorrebuttalyang ditulis siswa ... 49

10. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatorclaimyang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan pertama ... 50

11. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatorclaimyang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan kedua... 50

12. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatordatayang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan pertama ... 52

13. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatordatayang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan kedua... 52

14. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatorwarrantyang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan pertama ... 53

15. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatorwarrantyang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan kedua... 54

16. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatorrebuttalyang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan pertama ... 56

17. Contoh kemampuan berargumentasi untuk indikatorrebuttalyang dibuat oleh siswa kelas eksperimen pertemuan kedua... 56


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sesungguhnya merupakan cara memperoleh pengetahuan yaitu melalui kajian fenomena alam kemudian melakukan interpretasi terhadap hasil penelitiannya dan selanjutnya mengkomunikasikan hasilnya (Berland, 2008:167). Dengan demikian mengkonstruksi pengetahuan juga merupakan proses sosial yang melibatkan komunitas di lingkungannya. Dalam dua dekade terakhir ini para pakar pendidikan sains mulai mengkaji pembelajaran sains sebagai sarana untuk membangun pengetahuan melalui proses sosial. Peran bahasa dan komunikasi dalam pembelajaran sains mulai mendapat perhatian (Erduran, 2004:267).

Saat ini perhatian para pakar pendidikan sains mengalami pergeseran dari yang sebelumnya terfokus padastudent centered processdengan berbasis inkuiri menjadi lebih terfokus pada peran bahasa dan komunikasi dalam praktek pembelajaran di kelas (Osborn, Erduran, & Simon, 2004:65). Pada umumnya pembelajaran IPA di kelas lebih menekankan pada kerja praktek dari pada melibatkan siswa dalam proses berpikir melalui serangkaian wacana ilmiah seperti diskusi, argumentasi dan negosiasi (Kim & Song, 2005:134). Adanya pergeseran dalam pemilihan strategi pembelajaran ini, peran guru tersebut tidak boleh lepas dari tanggung jawab guru sebagai pendidik dan


(17)

2

harus tetap memperhatikan aspek-aspek pendidikan. Antara lain guru harus memberikan penekanan terhadap begaimana membangun kemampuan berargumen yang didasari argumentasi ilmiah dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk membangun suatu konsep (Santoso, 1989:82).

Dalam pembelajaran IPA keterampilan berkomunikasi dan memberikan alasan untuk mencari dukungan merupakan proses yang sangat penting (Briker & Bell, 2008:55). Untuk itu pembelajaran IPA perlu memberi perhatian pada keterampilan berbahasa dan memberikan argumen bukan hanya untuk memberikan pemahaman tentang hakekat sains. Pembelajaran IPA di Indonesia khususnya pada hasil belajar dan kemampuan

berargumentasi masih tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2012:37) dalam surveynya TIMMS dan PIRLS tentang kemampuan siswa-siswa menjawab soal-soal pada materi IPA untuk tingkat menengah di Indonesia.

Berdasarkan hasil survey TIMMS dan PIRLS Kemendikbud (2012:37) menunjukkan kemampuanreasoningsiswa sebanyak 40% siswa dalam kategori rendah dan sebanyak 60% siswa Indonesia hasil belajarnya mencapai kategori rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar dan kemampuanreasoningpembelajaran IPA di Indonesia masih rendah, terbukti dari data tersebut lebih dari setengah jumlah siswa masuk dalam kategori rendah.

Rendahnya hasil belajar IPA di Indonesia selama ini diduga karena kurangnya pengetahuan guru mengenai strategi pembelajaran dan sistem


(18)

pembelajaran yang digunakan selama ini. Kurangnya pengetahuan guru terhadap hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa sebab hasil belajar siswa menunjukkan suatu keberhasilan sistem pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Sanjaya (2012:30) yang menyatakan bahwa hasil belajar sebagai kriteria keberhasilan suatu sistem pembelajaran. Selain hasil belajar yang rendah.

Sejalan dengan kenyataan yang ada di Indonesia, ternyata di Provinsi Lampung hasil belajar IPA masih rendah. Hal ini terbukti rendahnya hasil belajar siswa SMP dari fakta kelulusan UN siswa SMP pada tahun 2012/2013 pada mata pelajaran IPA. Dari 119,294 total peserta siswa yang mengikuti UN di Provinsi Lampung, 0,36% yang tidak lulus UN sekitar 433 siswa dan 125 siswa diantaranya tidak lulus pada mata pelajaran IPA (Kemendikbud, 2013:16). Dan dalam survei Kemendikbud (2012:24) yang memberikan soal-soal untuk mengetahui tingkat kemampuanreasoningsiswa-siswa di Provinsi Lampung sekitar 65% hasilnya belum mencapai kategori sedang. Hasil observasi pada guru IPA di SMP N 20 Bandar Lampung yang telah dilakukan pada tanggal 04 November 2014 menyatakan bahwa kurang lebih sekitar 35% siswanya masih dibawah KKM yang sebagian siswanya masih kesulitan dalam memecahkan masalah dan soal, terutama untuk materi pelajaran Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan Kerusakan lingkungan nilai rata-rata siswa masih banyak yang rendah. Selain itu siswa SMP N 20 Bandar Lampung belum diajarkan dan belum terbiasa untuk menulis argumen yang baik dan benar. Kurangnya pengetahuan tentang model-model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan


(19)

4

argumentasi siswa di kelas merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru IPA di SMP N 20 Bandar Lampung. Guru dalam proses pembelajaran biasanya menggunakan pendekatanscientificyang prosesnya kurang maksimal artinya masih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berargumentasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Lestari (2012:197) bahwa metode/model sangat penting peranannya dalam pembelajaran, karena melalui pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif dan peningkatan hasil belajar serta kemampuan berkomunikasi yang lebih baik.

Dari uraian data dan fakta di atas, mengharuskan ada upaya pembelajaran alternatif yaitu salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL). PBL memberikan kebebasan kepada siswanya untuk belajar sesuai dengan minat dan perhatiannya, sehingga dengan PBL siswa akan terlibat intensif dan aktif yang pada akhirnya bisa membuat siswa untuk terus belajar dan terus mencari tahu. Dalam proses pembelajaran berbasis masalah, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menghadirkan permasalahan dunia nyata didalam kelas yang tentunya berkaitan dengan materi atau indikator yang akan dicapai, sehingga siswa akan terlibat langsung dalam memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan keterampilan serta pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Permasalahan dalam pendekatan ini menjadi komponen yang


(20)

sangat penting, karena tema-tema permasalahan yang dirancang harus mencakup semua tuntutan kurikulum (Barrows & Myers, 2005:13). Peran guru dalam proses ini adalah memacu siswa untuk berpikir dalam

memberikan solusi atau tanggapan terhadap permasalahan yang ada. “PBL dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri” (Nurhadi, 2004:5)

Berdasarkan tujuan dari pembelajaran berbasis masalah siswa nantinya diharapkan memiliki kemampuan berargumentasi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru dikelas. Hamdayama (2014:97) menyatakan dalam pembelajaran siswa di haruskan melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.

Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang menggunakan PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Khairudin, dkk (2012) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning (Belajar Berdasarkan Masalah) Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA N 1 Ngaglik” dan Rusmiyanto (2013) berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dan


(21)

6

Jetis Kabupaten Mojokerto”. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Cho, Kyoo Lak and David H. Jonassen dalam jurnalnya Roshayanti (2012) menyatakan bahwa kemampuan berargumentasi bisa meningkat dengan model berbasis masalah.

Berdasarkan uraian di atas, PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berargumentasi siswa. Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang berjudul:“Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Kemampuan

berargumentasi Pada Materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Mengatasi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh model PBL terhadap kemampuan berargumentasi siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan ?

2. Apakah pengaruh model PBL terhadap hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi


(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Model PBL terhadap kemampuan berargumentasi tertulis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari Model PBL terhadap hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk

mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru IPA, sebagai (a) bahan informasi tentang efektivitas model pembelajaran PBL, (b) alternatif model pembelajaran IPA,

2. Bagi siswa, dapat mengurangi kejenuhan siswa saat belajar dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berargumentasi.

3. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

4. Bagi peneliti: (a) penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar berupa pengalaman untuk menjadi calon guru, (b) memberikan wawasan kepada peneliti sebagai landasan teoritis mengembangkan model PBL, (c) sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan dunia pendidikan.


(23)

8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. PBL adalah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian masalah (nyata atau simulasi) dan pemecahan masalah oleh siswa.

2. Kemampuan berargumentasi yang diukur adalah kemampuan berargumentasi tertulis yang diukur menggunakan LKS. Indikator kemampuan berargumentasi yang digunakan diantaranya yaitu: (1)Claim yang berarti pernyataan (2)Groundyang berarti bukti-bukti yang

menjadi dasar untuk membuatclaim(3)Warrantyang berarti

jaminan/penguatan (3)Backingyang berarti dukungan (4)Rebuttalyang berarti sanggahan/penolakan.

3. Hasil belajar yang diukur yaitu pada aspek kognitif (pengetahuan) yang diukur dari hasil pretes sebagai penilaian awal siswa dan postes sebagai penilaian akhir siswa yang ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain. 4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII IPA semester genap SMP

Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

5. Materi pada penelitian ini adalah“KD 7.4 Mengaplikasikanperan

manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan”.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (PBL)

Model PBL merupakan suatu model pembelajaran dengan siswa mengerjakan permasalahan yang autentik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends, 2008:92).

Pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah, materi dan pengaturan diri (Eggen, Paul dan Don Kauchak, 2012:307).

Model PBL mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Model PBL melatih ketajaman pola pikir metakognitif yakni kemampuan strategis dalam memecahkan masalah (Purwanto, 2008:67). Hal ini menjelaskan pernyataan Dasna dan Sutrisno (2007:77) bahwa pendidikan hampir selalu berakar pada masalah sehari-hari yang dihadapi oleh peserta didik. Menurut Rusman (2010: 229) bahwa pembelajaran berbasis masalah mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui bekerja sama dalam kelompok sehingga siswa mampu memberdayakan, mengasah, dan menguji kemampuan berpikirnya secara kesinambungan.

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009:14) menyatakan bahwa tiga unsur yang menonjol dalam pembelajaran dengan model PBL, yaitu adanya pemicu


(25)

10

masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa, dan penggunaan pengetahuan untuk menunjukan pemahaman terhadap masalah. Lebih lanjut Barret (2005:14) menyatakan bahwa PBL mencakup kurikulum dan proses, kurikulum mencakup masalah yang didesain dengan kebutuhan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah belajar mandiri dan keterampilan bekerja sama oleh siswa. Sedangkan dalam prosesnya menggunakan pendekatan yang sering digunakan untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dihadapi dalam kehidupan nyata.

Model PBL dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur atau sesuatu yang kacau(ill-structure).Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Menurut Sugiyanto (2009:46) masalahill-structurememiliki ciri (1) tidak menyediakan informasi yang diperlukan untuk mengembangkan solusi, informasi tambahan sangat diperlukan untuk mendefinisikan masalah (2) tidak ada satu jawaban yang benar terhadap solusi masalah (3) siswa tidak pernah 100% yakin bahwa mereka membuat pilihan yang tepat diantara pilihan solusi yang ada karena beberapa informasi kurang. Rusman

(2010:243) merumuskan langkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa dalam proses PBL adalah (1) menentukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta; (4) membuat hipotesis; (5) penelitian; (6)rephrasing masalah; (7) menyuguhkan alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.

Model PBL tidak dirancang untuk guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Model PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir pemecahan masalah, dan keterampilan


(26)

intelektual (Jauhar 2011:88). PBL memiliki beberapa keuntungan, seperti yang diutarakan oleh Brunning (dalam Eggen, 1997:300) bahwa berpikir dengan masalah memiliki keuntungan setidaknya dalam dua hal yaitu manfaat dari pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memungkinkan orang lain untuk menerapkan cara yang sama dalam memecahkan masalah.

Siswa dalam model PBL mampu memahami konsep dan prinsip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui investigasi,inquiry, dan pemecahan masalah. Siswa membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasi keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami

sebelumnya. Model PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu (Rusman, 2010:242-243). Dalam model PBL bahan belajar siswa berupa masalah-masalah yang harus dipecahkan. Belajar pemecahan masalah-masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi sertainsight (tilikan akal) amat diperlukan (Syah, 2004:127)

Belajar dengan model PBL memiliki beberapa keuntungan (benefit). Model PBL dapat membantu siswa aktif dalam pembelajaran dengan menyediakan


(27)

12

masalah dengan situasi yangrealdengan dunia nyata demgam demikian siswa merasa bertanggung jawab dalam pembelajaran (Hmelo, 2004:236). Hal ini didukung dengan pernyataan Smaldino (2008:36) bahwa belajar dengan masalah yangrealdengan dunia nyata member kesempatan kepada siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan model PBL dapat meningkatkan keaktifan siswa dan lebih dan lebih interaktif. Senada dengan pernyataan Desna dan Sutrisno (2007:78) bahwa dalam PBL guru dan siswa akan menyusun atau memilih suatu masalah, kemudian menentukan tujuan dari masalah tersebut dan mengidentifikasi bentuk masalah yang akan

disajikan. Guru dan siswa mengidentifikasikan sumber yang diperlukan untuk masalah tersebut dan menggambarkan proses yang mereka lakukan.

Pembelajaran dengan model PBL dapat memfasilitasi siswa untuk turut dalam pembelajaran sehingga pengalaman belajar siswa bertambah. Model PBL dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian (Sukmadinata, 2007:179). Mendukung pernyataan tersebut, Eggen (1997:442) menyatakan bahwa tujuan dalam suatu pembelajaran adalah memajukan kemampuan berpikir dan mengambil keputusan. Sukses dalam sekolah dan kemudian hari bergantung pada siswa, tidak hanya mengetahui sesuatu, tetapi juga mampu


(28)

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Rusman (2010:234-233) adalah (1) masalah digunakan sebagaistarting pointdalam belajar; (2) permasalahan bersifatrealdengan dunia nyata yang tidak terstruktur; (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda; (4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; (5) belajar pengarahan diri menjadi hak yang utama; (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang essensial dalam pembelajaran berbasis masalah; (7) proses pembelajaran berlangsung secara kolaboratif komunikasi dan

kooperatif; (8) mengembangkan keterampilaninquirydan pemecahan masalah untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9) keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; (10) pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman dan proses belajar.

Hal ini serupa dengan karakteristik model PBL yang dikemukakan oleh Lie (2008:12) yaitu (1) pembelajaran berpusat pada siswa(student-centered); (2) pembelajaran dalam kelompok kecil; (3) peranan guru sebagaifasilitator; (4) masalah yang autentik menjadistarting pointdalam pembelajaran; (5) masalah sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah; (6) informasi baru diperoleh melalui belajar yang mandiri. Proses pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi siswa belajar dalam kelompok/tim dan berkolaborasi untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk memahami permasalahan, mengambil dan


(29)

14

menganalisis informasi/data yang relevan dan mengelaborasi solusi (Rusman, 2010:235).

Ibrahim (dalam Rusman, 2010:243) merumuskan langkah-langkah PBL seperti pada (Tabel 1).

Tabel 1. Langkah-langkah PBL

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mengidentifikasikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

3 Membimbing pengalaman individu/kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan meyiapkan karya yang sesuai laporandan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

B. Kemampuan Berargumentasi

Komunikasi adalah salah satu yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. Salah satu kemampuan komunikasi yang harus dikuasai siswa adalah berargumentasi dalam sebuah forum. Salah satu teknik diskusi yang dapat dikembangkan dalam kelas adalah diskusi debat. Debat sangat menarik untuk dicobakan karena debat adalah jenis diskusi yang dapat dipertandingkan. Melalui debat siswa dapat memberikan argumentasi dengan


(30)

bukti yang relevan untuk mempertahankan argumen yang disampaikan (Asrom, dkk. 1997:167).

Dalam kegiatan menulis, argumentasi menjadi bagian penting yang harus diperhatikan. Menurut Choesin (2004:49) argumentasi merupakan inti dari bagian terbanyak penulisan ilmiah yang telah ada. Dalam sebuah tulisan ilmiah penulis berusaha menyampaikan pendapatnya tentang suatu gejala, konsep atau teori tentunya dengan tujuan bahwa ia dapat meyakinkan pembacanya akan kebenaran pendapatnya. Oleh karena itu seorang penulis harus benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan sebuah argumen. Keraf (1985:3) menyebutkan bahwa melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.

Argumentasi pada akhirnya mempunyai tujuan untuk meyakinkan dan membujuk pembaca tentang pendapat yang diungkapkan oleh penulis (Semi, 1990: 47).

Sementara itu Suppe (2000:187) mengemukakan bahwa argumentasi merupakan dialog antara dua atau lebih individu yang mengkoordinasikan fakta dan teori untuk memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang suatu model, prediksi atau suatu evaluasi. Dalam dunia pendidikan

argumentasi sering digunakan untuk memberitahu dan membujuk orang lain untuk menguatkan sesuatu. Osborne & Simon (2004:190) memberikan contoh argumen dalam pembelajaran sains, yakni guru memberikan eksplanasi ilmiah kepada siswa untuk membantu mereka memahami


(31)

16

eksplanasi ilmiah tersebut sebagai suatu alasan (reasoning).Argumentasi dapat diartikan pula sebagai eksplorasi yang sistematis

Eemeren (1996:88) mengidentifikasi empat karakteristik argumentasi (1) argumentasi merupakan aktifitas verbal yang secara normal dibangun oleh bahasa setempat; (2) argumentasi adalah aktivitas sosial yang pada prinsipnya mengarahkan orang lain; (3) argumentasi adalah aktivitas penalaran yang mengindikasikan beberapa pemikiran tentang suatu objek; (4) argumentasi terkait dengan opini ataustandpointtentang suatu objek yang spesifik. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa argumentasi diarahkan untuk meningkatkan atau menurunkan penerimaan (acceptability) pendengar atau pembaca tentangstandpointyang kontroversial.

Kemampuan berargumentasi ini meliputi pujian dan kritikan. argumentasi membutuhkan pemecah masalah untuk mengidentifikasi berbagai perspektif alternatif, pandangan/opini, mengembangkan dan memilih solusi yang masuk akal serta disukai. Mendukung setiap solusi dengan fakta atau bukti Menurut Keraf (1985:222) ada beberapa indikator dalam kemampuan berargumentasi yaitu:

1. Claim(pernyataan/tuntutan) artinya pernyataan yang diangkat dan diyakini kebenarannya oleh penulis/penutur.

2. Ground(dasar argumen) artinya bukti-bukti atau informasi yang dijadikan dasar untuk membuat sebuahclaim/pernyataan.

3. Warrant(penguatan) artinya jaminan atau adanya bukti sebagai pembenaranclaimyang dibuatnya

4. Backing(dukungan) artinya bila anggota menyajikan data-data fakta untuk mendukungwarrantyang dibuatnya.


(32)

5. Rebuttal(bantahan) artinya bila anggota melakukan penyanggahan atau pengecualian terhadap pertanyaan/pernyataan anggota lainnya.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik (Sukmadinata, 2007:102). Sementara itu Abdurrahman (2009:37) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan proses mencapai tujuan, dengan demikian terjadi perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran. Guru dalam kegiatan pembelajaran merumuskan tujuan-tujuan dari belajar yang harus dicapai siswa. Siswa yang berhasil adalah siswa yang mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Hasil belajar yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran bervariasi tingkatan ketercapaiannya. Tingkat keberhasilan siswa menurut Djamarah dan Zain (2006:107) digolongkan menjadi empat yaitu (1)

istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dikuasi oleh siswa; (2) baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76-99%) bahan pelajaran dikuasai oleh siswa; (3) baik/minimal: apabila hanya (60-75%) bahan pelajaran dikuasai oleh siswa; dan (4) kurang: apabila kurang


(33)

18

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila

seluruhnya atau sebagian besar (75%). Lebih lanjut dalam proses

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkanoutputyang banyak dan bermutu tinggi serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa, 2003:101)

Hasil belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang dikatakan oleh Eggen (1997:441) bahwa sebagian besar tujuan dan hasil belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah beberapa Negara bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada pengetahuan dan pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan pemecahan masalah. Hal ini juga senada dengan pernyataan Prawilaga (2009:82) yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif. Dengan kata lain, berpikir kognitiflah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan pengingkatan kemampuan. Prawilaga (2009:95) merumuskan jenjang pada berpikir kognitif yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, seperti pada (Tabel 2).

Table 2. Ringkasan jenjang belajar menurut Prawilaga (2009:95)

Berpikir Uraian Rincian

Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang.

• Mengenali • Mengingat Mengerti Membentuk arti dari pesan

pembelajaran (isi): Lisan, tulisan, grafis atau gambar

• Memahami • Membuat contoh • Mengelompokkan • Meringkas


(34)

• Meramalkan • Membandingkan • Menjelaskan Menerapkan Melaksanakan atau

menggunakan prosedur dalam situasi tertentu

• Melaksanakan • Mengembangkan Menganalisis Menjabarkan komponen atau

strukstur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan, dst

• Membedakan • Menyusun kembali • Menandai

Menilai Menyusun pertimbangan berdasrkan criteria dan persyaratan khusus

• Mengecek • Mengkritik Berkreasi Menyusun sesuatu hal baru:

memodifikasi suatu model lama menjadi sesuatu yang berbeda, dst.

• Menghasilkan • Merencanakan • Membentuk

D. Kerangka Pikir Penelitian

Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan model

pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar dan kemampuan berargumentasi siswa serta menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, artinya siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model tersebut adalah PBL.

Model PBL merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berbasis

masalah berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, orientasi masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara kelompok kecil maupun secara individual yang berfokus pada

penyajian masalah merupakan ciri utama model PBL. Permasalahan menjadi fokus stimulus dan pemandu proses belajar sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari


(35)

20

informasi, memperkaya wawasan dan keterampilan melalui berbagai upaya aktif dan mandiri sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung.

Dalam penelitian ini akan digunakan model PBL untuk mengetahui hasil belajar dan kemampuan berargumentasi siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Dengan menggunakan model PBL diharapkan hasil belajar siswa dan kemampuan berargumentasi siswa meningkat sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar. Dengan model ini guru tidak memberikan informasi terlebih dahulu tetapi informasi akan diperoleh siswa setelah memecahkan masalah.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar dan kemampuan

berargumentasi siswa. Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada bagan dibawah ini.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan : X : Pengaruh model pembelajaran PBL Y1 : Kemampuan Berargumentasi Y2 : Hasil Belajar

X

Y1


(36)

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh penggunaan PBL terhadap kemampuan berargumentasi siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. H0 = Tidak ada pengaruh signifikan penggunaan PBL

terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

H1 = Ada pengaruh signifikan penggunaan PBL terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan


(37)

22

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di SMP N 20 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Teknik pengambilan populasi dan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purpose sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP N 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIH (sebagai kelas eksperimen) dan kelas VIID (sebagai kelas kontrol).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes postes nonekuivalen (Margono, 2010:48). Dengan kelas eksperimen (kelas VIIH) diberikan perlakuan menggunakan model PBL, sementara kelas kontrol (VIID) diberikan perlakuan dengan model diskusi. Setelah itu, kedua kelompok diberikan pretest sebelum pembelajaran dimulai.


(38)

Dan diberikan postest diakhir pembelajaran dengan soal yang sama dengan pretest. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Desain penelitian pretest dan postest non-ekuivalen Keterangan:

I = Kelas eksperimen (VIIH) II = Kelas kontrol (VIID)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan diskusi O1= Pretest

O2= Postest

Untuk menilai kemampuan berargumentasi tertulis siswa dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan lembar kerja siswa.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

1) Membuat surat izin penelitian yang ditujukan untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

2) Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subyek penelitian.

Kelas Pretest Perlakuan Postest

I O1 X O2


(39)

24

3) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

4) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

5) Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest dan postest, lembar observasi kemampuan berargumentasi siswa, dan angket tanggapan siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan PBL untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

2.1Kelas Eksperimen a. Kegiatan Awal

1) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran.

2) Guru memberikan pretest tentang materi pencemaran lingkungan.

3) Guru memberikan apersepsi berupa:,Pertemuan I: “Guru memberikan pertanyaan kepada siswa, jika kita sedang berjalan ke suatu tempat kita melihat ada sampah yang berserakan di jalan, apa yang akan kalian lakukan?”


(40)

Pertemuan II: “Salah satu Provinsi yang terkenal dengan hutannya adalah Kalimantan. Namun sering terjadi eksploitasi hutan besar-besaran di Kalimantan. Jika

pepohonan yang ada di Kalimantan banyak yang ditebang, apa dampaknya bagi manusia dan lingkungan? Bagaimana peran pemerintah untuk mengatasi eksploitasi ini ?”

4) Guru memberikan motivasi:

Pertemuan I: “Sampah sebenarnya memiliki nilai positif jika kita bisa mengelolanya, contohnya kita bisa membuat suatu karya dari sampah organik maupun anorganik?” Pertemuan II: Guru mengajukan pertanyaan “Pohon sangat banyak manfaatnya bagi manusia dan lingkungan, karena pohon termasuk paru-paru bagi lingkungan kita.”

b. Kegiatan Inti

1) Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok, masing-masing terdiri dari 4-5 orang yang heterogen baik dari akademik maupun jenis kelamin.

2) Guru meminta siswa duduk pada kelompoknya yang telah ditentukan.

3) Guru menyajikan materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan (Pertemuan I). Guru menyajikan materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi


(41)

26

kerusakan lingkungan (Pertemuan II)

4) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa yang berisi permasalahan tentang peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan pada pertemuan I, dan materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan pada pertemuan II.

5) Guru meminta siswa untuk mencari informasi untuk menjawab LKS dari buku-buku IPA yang tersedia serta sumber-sumber lainnya yang relevan.

6) Guru membimbing siswa mengerjakan LKS bersama kelompoknya.

7) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menaggapi penjelasan dari temannya.

8) Guru membahas masalah-masalah yang ada didalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa.

9) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

c. Kegiatan Penutup

1) Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.


(42)

2) Bersama siswa guru mengulas materi yang telah dipelajari 3) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari

materi yang telah dipelajari

4) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang

5) Guru memberikan postest tentang materi pencemaran lingkungn dan dampaknya bagi makhluk hidup pada pertemuan II.

2.2Kelas Kontrol a. Kegiatan Awal

1) Guru memberikan salam kepada siswa

2) Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran.

3) Guru mengadakan pretest pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan.

Guru memberikan apersepsi berupa: Pertemuan I: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa, jika kita sedang berjalan ke suatu tempat kita melihat ada sampah yang berserakan di jalan, apa yang akan kalian lakukan?

”Pertemuan II: “Salah satu Provinsi yang terkenal dengan hutannya adalah Kalimantan. Namun sering terjadi eksploitasi hutan besar-besaran di Kalimantan. Jika


(43)

28

apa dampaknya bagi manusia dan lingkungan? Bagaimana peran pemerintah untuk mengatasi eksploitasi ini ?”

3) Guru memberikan motivasi:

Pertemuan I: “Sampah sebenarnya memiliki nilai positif jika kita bisa mengelolanya, contohnya kita bisa membuat

suatu karya dari sampah organik maupun anorganik.” Pertemuan II: Guru mengajukan pertanyaan “ Pemerintah

kota sering menggalakkan gerakan menanam seribu pohon,

apa pentingnya program tersebut bagi lingkungan ?”

b. Kegiatan Inti

1) Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang yang heterogen baik dari akademik maupun jenis kelamin.

2) Guru meminta siswa untuk duduk pada kelompok yang telah ditentukan.

3) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa yang mengkaji peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk

mengatasi pencemaran lingkungan pada pertemuan I dan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan pada pertemuan II. 4) Guru membimbing siswa mengerjakan LKS bersama

kelompoknya masing-masing.

5) Guru mengintruksikan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan


(44)

kesempatan bagi kelompok lain untuk menanggapi. c. Kegiatan Penutup

1) Siswa berasama guru menarik kesimpulan.

2) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan

3) Guru memberikan postest pada pertemuan II 4) Guru menutup pelajaran hari ini dengan salam.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Data

Pada penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan data kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:

1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup yang diperoleh dari nilai pretest dan postest. Dan dihitung niliai N-gain lalu dianalisis dengan menggunakan statistik.

2) Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa kemampuan berargumentasi siswa selama proses pembelajaran dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan PBL.


(45)

30

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Teknik pengumpulan data untuk data kuantitatif

1) Pretest dan Postest

Pretest dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan ke-1 sedangkan postest dilakukan diakhir proses pembelajaran pada pertemuan ke-2, masing-masing dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Teknik penskoran pretes dan postes yaitu:

S =N x R

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab N = Skor maksimum dari tes tersebut.

b. Teknik pengumpulan data untuk data kualitatif 1) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan sebagai bahan belajar dan untuk mengetahui hasil kemampuan berargumentasi tertulis oleh siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen

menggunakan LKS berbasis masalah sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS tanpa masalah.

2) Angket Tanggapan Siswa terhadap Model PBL

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai model pembelajaran PBL dalam pembelajaran di kelas terhadap kemampuan berargumentasi. Angket tanggapan


(46)

siswa ini berisi 10 pernyataan, yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 jawaban yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS).

F. Teknik dan Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif pada penelitian ini adalah data hasil belajar berupa nilai pretest, postest, dan N-gain. Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus (Hake, 1999:209):

Keterangan:

Spost = skor postest Spre = skor pretest Smax = skor maksimum

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berdustribusi normal atau tidak. Selanjutnya dilakukan uji

homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang sama (homogen). Jika homogen selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t, untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

N-gain = � −� �


(47)

32

Gambar 3. Bagan langkah-langkah uji statistik untuk data hasil belajar

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data yang dilakukan menggunakan uji liliefors dengan menggunakan program SPSS versi 17 (Badri, 2012: 210).

a. Hipotesis

Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

α : 0,05

b. Kriteria Pengujian

 Jika nilai p-value >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

 Jika nilai p-value >0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak dengan menggunakan program SPSS versi 17 (Chandra, 2013: 68 ).

Uji Normalitas Uji Homogenitas

Uji-t

Syarat: jika data berdistribusi normal


(48)

a. Hipotesis

H0 : σ12 = σ22 (varians data homogen) H1 : σ12 ≠ σ22 (varians data tidak homogen)

α : 0,05

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t (kesamaan dan perbedaan dua rata-rata) dengan program SPSS versi 17 (Gunawan, 2013: 113). 1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

Ho = tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan perlakuan yang berbeda. H1 = ada perbedaan ratarata hasil belajar siswa dengan

menggunakan perlakuan yang berbeda

α : 0,05

b. Kriteria Uji

Jika ttabel < thitung < ttabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.


(49)

34

b. Kriteria Uji :

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak

2. Data Kualitatif

a. Kemampuan Berargumentasi Tertulis

Data kemampuan berargumentasi siswa diperoleh pada saat proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui LKS. Data tersebut dianalisi dengan menggunakan indeks kemampuan berargumentasi siswa.

Adapun lagkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung rata-rata skor kemampuan berargumentasi tertulis siswa dengan menggunakan rumus (Gunawan, 2013:97).

�̅ = ∑ ��

x 100%

Keterangan: �̅ = Rata-rata Kemampun berargumentasi tertulis siswa

∑ ��

= Jumlah skor maksimal yang diperoleh

n = Jumlah siswa

Tabel 3. Lembar Penilaian Kemampuan Berargumentasi Tertulis Pertemuan Ke- Nomor Soal Aspek yang Dinilai

Nomor Responden (Siswa) X1

1 2 3 4 5 Dst.

1 1 A B C D E 2 A B C D E Dst. A B


(50)

Dst.

C D E

Skor Maksimum Skor Maksimal Yang Diperoleh

Persentase Kemampuan Berargumentasi Tertulis Siswa Indeks Kemampuan Berargumentasi

Tabel 4. Keterangan Rubrik Penilaian Kemampuan Berargumentasi Tertulis

Indikator Rubrik

skor Deskripsi Analisis Kemampuan Berargumentasi

A. Claim Penulis memberikan pernyataan yang berhubungan terhadap masalah dengan jelas dan menyeluruh (lengkap).

3 Stand point

“Membuang sampah atau

limbah dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan”

Contoh :

- Saya setuju bahwa membuang sampah atau limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. - Saya mendukung

pernyataan anda yang mengungkapkan bahwa membuang sampah atau limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. - Menurut saya memang benar membuang sampah dan limbah dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan.

ATAU

- Saya tidak setuju bahwa membuang sampah atau limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. - Saya tidak sependapat

dengan anda yang menyatakan bahwa membuang sampah atau limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. - Menurut saya tidak benar

bahwa membuang sampah atau limbah dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan.

Penulis memberikan pernyataan berhubungan terhadap masalah tetapi tidak disertai dengan pernyataan secara tegas yang benar-benar lengkap. Informasi yang ada sudah cukup untuk menunjukan maksud dari siswa, namun informasi tersebut terlalu luas.

penulis memberikan pernyataan yang berhubungan dengan masalah, namun pernyataan tersbut kurang spesifik atau petunjuk yang diberikan kurang jelas. Penulis tidak memberikan pernyataan yang berhubungan dengan masalah atau pernyataan yang disampaikan tidak jelas.

2

1

0

B. Ground Penulis menyampaikan data pendukung lengkap, akurat, dan

sesuai dengan pernyataan.

Penulis menyampaikan data yang sesuai 3

2

Data

Ditemukan ikan-ikan disungai Ciliwung sekitar 70 ekor/hari mati akibat sampah dan limbah disungai tersebut,


(51)

36

namun tidak lengkap. Siswa

menyampaikan data tanpa kutipan yang lengkap untuk menentukan reliabilitas data (data sesuai dengan kenyataan) sebagai bukti.

Penulis siswa memberikan data atau bukti yang lemah tidak akurat,, atau tidak lengkap, seperti: a)mencoba

menggunakan prinsip umum tanpa adanya kebenaran dari prinsip tersebut; b) penggunaan contoh berdasarkan pengalaman pribadi yang tidak umum; c)kutipan data yang tidak mencantumkan sumber teridentifikasi; dan d)penggunaan alasan yang secara jelas menyimpang atau materi yang sudah kuno. Penulis tidak memberikan data pendukung atau data yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan.

1

0

selain itu ph air sungai menjadi semakin basa dan tidak dapat digunakan. Contoh:

- Sesuai dengan data yang menunjukkan sebanyak 70 ekor ikan mati di perairan karimata akibat tumpahan minyak dari kapal tanker. - Berdasarkan data

ditemukan sebanyak 70 ekor ikan/hari mati dan pH air sungai meningkat menjadi 9.

C. Warrant Penulis menjelaskan data dengan satu cara secara jelas sehingga mendukung pernyataan.

Penulis Siswa menjelaskan data dengan beberapa cara, namun penjelasan tersebut tidak spesifik untuk mendukung

pernyataan.

Penulis mencoba menghubungkan data dengan pernyataan dan uraian dari data, namun siswa gagal dalam memaparkan hubungan tersebut atau terlalu banyak aturan dan prinsip yang tidak valid atau relevan.

Penulis tidak menjelaskan hubungan data dengan pernyataan yang disampaikan.

3

2

1

0

- Saya setuju dengan pernyataan anda yang menyatakan bahwa membuang sampah atau limbah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

karena sesuai data

ditemukan sekitar 70 ekor ikan/hari mati dan pH air sungai berubah menjadi basa.

- Mengapa saya

mendukung pernyataan saudara, karena data yang ditemukan menyatakan bahwa

sebanyak 70 ekor ikan mati dan pH air meningkat menjadi basa. Hal ini dapat membenarkan bawha membuang sampah atau limbah menyebabkan pencemaran dan

berdampak bagi makhluk hidup.

- Saya tidak setuju dengan pernyataan saudara,Hal yang membuat saya tidak setuju adalah data yang ditemukan tidak sesuai. Hanya 1 ekor ikan/hari yang ditemukan mati disungai dan pH air masih normal. Hal ini belum bisa dikatan bahwa

membuang sampah atau limbah dapat


(52)

menyebabkan pencemaran lingkungan.

D. Backing

E.Rebuttal

Penulis memberikan pernyataan secara tepat relevan, dan memiliki sumber pendukung yang spesifik.

Penulis menberikan pernyataan secara tepat, sumber pendukung relevan, namun sumber tesebut sangat umun (tidak spesifik).

Penulis memberikan pernyataan tidak tepat dan tidak didukung sumber yang relevan

Penulis tidak memberikan sumber pendukung.

Penulis memberikan pernyataan secara lengkap dengan batasan-batasan (pengecualian) dalam pemecahan masalah diidentifikasi secara sistematis. Penulis dapat mengidentifikasi batasan-batasan (pengecualian) dalam pemecahan masalah, namun batasan tersebut kurang lengkap. 3 2 1 0 3 2

- Berdasarkan yang pernah saya alami jika kita selalu membuang sampah dapat

menyebabkan ikan-ikan mati dan sungai menjadi tercemar.

- Menurut apa yang terdapat di buku menyatakan bahwa

membuang sampah disungai dapat

menyebabkan ikan mati dan sungai tercemar. - Bila kita lihat fakta-fakta

tentang sungai Ciliwung, hutan Kalimantan, serta tambang minyak bumi di Riau suda cukup jelas bahwa kegiatan yang yang mencemari lingkungan dapat berdampak pada lingkungan dan manusia. - Saya pernah mendengar

tentang tambang minyak bumi di Riau yang

berdampak pada kerusakan lingkungan seperti

tercemarnya sungai dan tanah.

- Fenomena/data/ fakta berikut ini membuktikan bahwa aktivitas manusia dapat berdampak buruk pada lingkungan - Melarang pabrik-pabrik

untuk membuang limbah disungai memang dapat mengurangi pencemaran sungai namun kurang efektif jika masyarakat selalu membuang sampah disungai. Membuang sampah disungai secara terus menerus dapat menyebabkan pencemaran sungai.


(53)

38

Penulis memberikan batasan-batasan (pengecualian) dalam pemecahan masalah, namun batasan tersebut tidak diuraikan.

Penulis tidak menyebutkan batasan-batasan (pengecualian) dalam pemecahan masalah

1

0

(Roshayanti, 2012:90) 2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Kemampuan

Berargumentasi

Tabel 5. Klasifikasi Indeks Kemampuan Berargumentasi Siswa

Persentase (%)

Kriteria

87,50 – 100 75,50 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

(Depdiknas, 2006:66)

b. Angket Tanggapan Siswa

Data tanggapan siswa mengenai model pembelajaran PBL

dikumpulkan melalui menyebarkan angket. Angket tanggapan siswa berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengelolaan angket dilakukan sebagai berikut:

1) Membuat pernyataan angket tanggapan siswa seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model

Pembelajaran PBL

No. Pernyataan-Pernyataan S TS

1 Saya lebih mudah menyampaikan pendapat dalam diskusi dengan model pembelajaran yang digunakan (problem based learning)

2 Saya merasa sulit menyampaikan alasan atas pendapat saya selama proses diskusi dan presentasi dengan model


(54)

pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya lebih mudah menyampaikan sanggahan atau bantahan terhadap pendapat siswa lain melalui model pembelajaran yang digunakan (problem based learning) 4 Pembelajaran yang diberikan tidak mengembangkan

kemampuan saya dalam berkomunikasi didepan kelas. 5 Saya merasa lebih mudah memberikan dukungan atau

pembenaran terhadap pernyataan siswa lain melalui pembelajaran yang dilakukan (problem based learning)

6 Saya merasa sulit menuliskan pendapat saya saat mengerjakan LKS

7 Model yang digunakan (problem based learning) tidak membuat saya lebih aktif berkomunikasi dalam diskusi dan presentasi di kelas

8 Saya merasa mudah menuliskan alasan atas pendapat yang saya berikan saat mengerjakan LKS

9 Saya merasa sulit menuliskan bantahan atau

ketidaksetujuan terhadap suatu pernyataan ketika saya mengerjakan LKS

10 Model pembelajaran yang digunakan (problem based learning) tidak memberikan kesempatan untuk mangasah kemampuan berargumentasi saya

2) Menghitung skor angket pada setiap jawaban yang sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan

Skor

1 0

Positif S TS

Negative TS S

Keterangan: S = Setuju; TS = Tidak Setuju

3) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.


(55)

40

Table 8. Data angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran PBL No Pertanyaan Angket Pilihan Jawab an Nilai Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst 1 S

TS 2 S

TS 3 S

TS Dst S

TS

4) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus ( Sudjana, 2002:45) sebagai berikut:

Xin = ∑ �

����� x 100%

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa

∑ S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan. 5) Menafsirkan persentase angket tanggapan siswa terhadap

penerapan model PBL.

Table 9. Klasifikasi persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model PBL

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0 Semuanya Sebagian Besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada (Riduan, 2004:14)


(56)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap kemampuan berargumentasi siswa pada meteri peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. 2. Penerapan model pembelajaran PBL memiliki pengaruh dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Peneliti diharapkan lebih memahami sintak model pembelajaran PBL supaya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL lebih efektif dan efisien.


(57)

60

2. Peneliti diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran PBL karena model

pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan agar membentuk kelompok pada waktu sebelum jam dimulai proses pembelajaran agar labih mengefisienkan waktu.


(58)

Abdurahman, Mulyono. 2009.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Arends, Richard I. 2008.Learning To Teach (Terjemahan Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Asrom, dkk. 1997.Belajar Mengajar dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta. Erlangga.

Bandri, Sutrisno. 2012.Metode Statistika Untuk Penelitian Kuantitatif. Yogakarta. Penerbit Ombak.

Barret, Terry. 2005.Understanding Problem Based Learning.(Online). (http://file.upi.edu/Direktori/KD-Learning.pdf, diakses pada 8 Januari 2015; 11.30 WIB).

Barrows, El & Myers. 2005.Curriculum and Education. Jakarta. Indeks. Berland, L. K. 2008.Understanding The Composite Practice That From When

Classroom Take Up The Practice of Scientific Argumentation. Graduate School of Northwestern University. Disertasi Doktor.

Bricker, L. A., & Bell, P. 2008. TerjemahanConceptualizations of argumentation from science studies and the learning sciences and their implications for the practices of science education. Bekasi. Kencana Pranada Group. Chandra, Aji. 2013.Pengantar Statistika. Jakarta. Bumi Aksara.

Choesin, Ezra M. 2004.Karya Tulis Ilmiah Sosial :Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya–Menyusun Struktur Argumen. Jakarta. Yayasan Obor Jakarta.

Dasna, I. W. dan sutrisno. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang. Lembanga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

______. 2010.Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Malang. Universitas Malang.


(59)

Depdiknas. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Depdiknas. Djamara dan Zain, A. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Duch, Barbara J., Groh, Susan E., & Allen, Deborah E. 2001.The Power of

Problem-based Learning : A Practical “How to” for Teaching

Undergraduate Course in Any Discipline. USA. Stylus Publishing. Eemeren, V., Grootendorst, R., Henkemans, A, 1996.Argumentation Analysis,

Evaluation, Presentations. London. Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Eggen, Paul. D dan Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta. Indeks.

______. 1997.Learning And Teaching-Research Based Methods. Jakarta. Indeks. Erduran, S., Simon., & Osborne, J. 2004.TAPing into argumentation:

Developments in the application of Toulmin’s argument pattern for

studying science discourse, Science Education. Northwestern University. Indeks.

Gunawan, Imam. 2013. Statistikauntuk Kependidikan Sekolah Dasar.Yogyakarta. Penerbit Ombak.

Hake, R.R. 1999.Analyzing Change/Gain Scores. Dept.of Physics Indiana University. (Online). (http://www.physics.indiana.edu, diakses pada 8 Januari 2015; 19.10 WIB).

Hamdayama, Jumanta. 2014.Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor. Ghalia Indonesia.

Havani, Esty. 2013.Penerapan Metode Debat untuk Meningkatkan kemampuan Berargumentasi Siswa Kelas VII SMP N 4 Palangkaraya. (Online). (https://id.scribd.com/doc/120020252/penerapan-metode-debat-untuk- meningkatkan-kemampuan-berargumentasi-siswa-kelas-vii-smpn-4-palangkaraya, diakses pada 27 Maret 2015; 20.44 WIB).

Hmelo, Silver & Cindy E,. 2004.Problem Based Learning. (Online).

(http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-26331-8106122062%20Daftar%20Pustaka.pdf, diakses pada 5 April 2015; 19.15).

Jauhar, Muhammad. 2011.Imlementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustakarya.


(60)

Kemendikbud. 2012.Pengembangan Kurikulum 2013. (Online).

(http://edu.fakta.penelitian.wordpress.com, diakses pada 10 Desember 2014; 23.45 WIB).

______. 2013.Konferensi Pers Hasil UN Tahun Pelajaran 2012/2013. (Online). (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/sites/default/files/Konpres%20U N%20SMP%202013%2031%20Mei%202013.pdf, diakses pada 12

Desember 2014; 21.12 WIB).

Keraf, Gorys. 1985.Argumentasi dan Narasi. Jakarta. PT Gramedia.

Khairuddin, dkk. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning. (Belajar Berdasarkan Masalah) Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA N 1 Ngaglik. (Online).

(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/280/46/80, diakses pada Januari 2015; 19.35 WIB).

Kim, H. & Song, J. 2005.Terjemahan The Features of Peer Argumentation in Middle School Students’Scientific Inquiry. Jakarta. Buana Pustaka. Lestari, Indah. 2012.Metode Pembelajaran Untuk sekolah Dasar. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Lie, Anita. 2008.Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta. Grasindo.

Margono, S. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Mulyasa. 2003.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nasution. 1982.Model-Model Pembelajaran. Jakarta. Pustaka Karya.

Nova, Arindita. 2014. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berargumentasi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Takegon. (Online). (http://digilib.unimed.ac.id/efektivitas-penggunaan- metode-simposium-terhadap-kemampuan-berargumentasi-siswa-kelas-viii-smp-negeri-2-takengon-tahunpembelajaran-20132014-32051, diakses pada 27 Maret 2015; 23.22 WIB).

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang. UM Press.


(61)

Osborne, J., Erduran, S. & Simon, S. (2004).Enhancing the quality of argument in schoolscience. (Online). (http://Journal of Research in Science

Teaching-994-1020, diakses pada 7 januari 2014; 22.34 WIB).

Prayitno. 2006.Model Pembelajaran Berbasis Masalah.Jakarta. Pustaka Karya. Prayitno, Sudi. 2006.Model Pembelajaran Berdasar Masalah untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Yogyakarta. Kependidikan Lembaga Penelitian UNY.

Prawilaga. 2009.Belajar Mengajar. Yogyakarta. Grasindo.

Purwanto, M. N. 2008.Prinsip-Pronsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Riduan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta.

Roshayanti, Fenny. 2012.Pengembangan Asesmen Argumentatif untuk Meningkatkan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa Pada Konsep Fisiologi Manusia. (Online).

(http://www.google.com/Fenny-Roshayanti/pengembangan-asesmen-argumentatir-2012/7/13, diakses pada Januari 2015, 20.45 WIB).

Rusman. 2010.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

______. 2012.Model-Model Pembelajaran. Depok. Rajagrafindo Persada. Rusmiyanto. 2013. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dan

Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Jetis Kabupaten Mojokerto. (Online).

(http://pasca.unesa.ac.id/s2-teknologi-pendidikan/jurnal/t/, diakses pada 8 Januari 2015; 19.40 WIB). Sahri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Kemampuan Menulis Argumentatif Siswa SMP. (Online).

(http://eprints.uny.ac.id/1207/1/DEKA_KURNIA.pdf, diakses pada 5 April 2015; 19.45 WIB).

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

Santoso. 1989. Kemampuan Nalar Siswa SMP. Bogor. Remaja Rosdakarya. Semi, Atar. 1990.Menulis Efektif. Padang. Angkasa Raya.


(62)

Sudjana, Nana. 2002.Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyanto. 2009.Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta. Presindo Suhandi, Muslim. A. 2012.Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berargumentasi Siswa SMP. (Onine).

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135446&val=5648& title=, diakses pada 27 Maret 2015; 23.36 WIB).

Sukmadinata Nana. S. 2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Suppe, F. 2000.Understanding scientific theories: An assessment of developments 1969–1998 Philosophy of Science. Jakarta. Indeks.

Suryantono, Buang. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. (Online).

(http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-model-problem-based-learning.html, diakses pada 14 Maret 2015; 20.00 WIB).

Syah, Muhibbin. 2004.Psikologi Pembelajaran Suatu Pendekatan Baru. Bandung Rosdakarya.

Osborne, J., Erduran, S. & Simon, S. 2004.Enhancing the quality of argument in school science.(Online). (http://journal of research in science


(1)

60

2. Peneliti diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran PBL karena model

pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan agar membentuk kelompok pada waktu sebelum jam dimulai proses pembelajaran agar labih mengefisienkan waktu.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2009.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Arends, Richard I. 2008.Learning To Teach (Terjemahan Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Asrom, dkk. 1997.Belajar Mengajar dari Narasi Hingga Argumentasi. Jakarta. Erlangga.

Bandri, Sutrisno. 2012.Metode Statistika Untuk Penelitian Kuantitatif. Yogakarta. Penerbit Ombak.

Barret, Terry. 2005.Understanding Problem Based Learning.(Online). (http://file.upi.edu/Direktori/KD-Learning.pdf, diakses pada 8 Januari 2015; 11.30 WIB).

Barrows, El & Myers. 2005.Curriculum and Education. Jakarta. Indeks. Berland, L. K. 2008.Understanding The Composite Practice That From When

Classroom Take Up The Practice of Scientific Argumentation. Graduate School of Northwestern University. Disertasi Doktor.

Bricker, L. A., & Bell, P. 2008. TerjemahanConceptualizations of argumentation from science studies and the learning sciences and their implications for the practices of science education. Bekasi. Kencana Pranada Group. Chandra, Aji. 2013.Pengantar Statistika. Jakarta. Bumi Aksara.

Choesin, Ezra M. 2004.Karya Tulis Ilmiah Sosial :Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya–Menyusun Struktur Argumen. Jakarta. Yayasan Obor Jakarta.

Dasna, I. W. dan sutrisno. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Malang. Lembanga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

______. 2010.Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Malang. Universitas Malang.


(3)

Depdiknas. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Depdiknas. Djamara dan Zain, A. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Duch, Barbara J., Groh, Susan E., & Allen, Deborah E. 2001.The Power of

Problem-based Learning : A Practical “How to” for Teaching Undergraduate Course in Any Discipline. USA. Stylus Publishing. Eemeren, V., Grootendorst, R., Henkemans, A, 1996.Argumentation Analysis,

Evaluation, Presentations. London. Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Eggen, Paul. D dan Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta. Indeks.

______. 1997.Learning And Teaching-Research Based Methods. Jakarta. Indeks. Erduran, S., Simon., & Osborne, J. 2004.TAPing into argumentation:

Developments in the application of Toulmin’s argument pattern for studying science discourse, Science Education. Northwestern University. Indeks.

Gunawan, Imam. 2013. Statistikauntuk Kependidikan Sekolah Dasar.Yogyakarta. Penerbit Ombak.

Hake, R.R. 1999.Analyzing Change/Gain Scores. Dept.of Physics Indiana University. (Online). (http://www.physics.indiana.edu, diakses pada 8 Januari 2015; 19.10 WIB).

Hamdayama, Jumanta. 2014.Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor. Ghalia Indonesia.

Havani, Esty. 2013.Penerapan Metode Debat untuk Meningkatkan kemampuan Berargumentasi Siswa Kelas VII SMP N 4 Palangkaraya. (Online). (https://id.scribd.com/doc/120020252/penerapan-metode-debat-untuk- meningkatkan-kemampuan-berargumentasi-siswa-kelas-vii-smpn-4-palangkaraya, diakses pada 27 Maret 2015; 20.44 WIB).

Hmelo, Silver & Cindy E,. 2004.Problem Based Learning. (Online).

(http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Master-26331-8106122062%20Daftar%20Pustaka.pdf, diakses pada 5 April 2015; 19.15).

Jauhar, Muhammad. 2011.Imlementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustakarya.


(4)

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. 2009.Models Of Teaching. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kemendikbud. 2012.Pengembangan Kurikulum 2013. (Online).

(http://edu.fakta.penelitian.wordpress.com, diakses pada 10 Desember 2014; 23.45 WIB).

______. 2013.Konferensi Pers Hasil UN Tahun Pelajaran 2012/2013. (Online). (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/sites/default/files/Konpres%20U N%20SMP%202013%2031%20Mei%202013.pdf, diakses pada 12

Desember 2014; 21.12 WIB).

Keraf, Gorys. 1985.Argumentasi dan Narasi. Jakarta. PT Gramedia.

Khairuddin, dkk. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning. (Belajar Berdasarkan Masalah) Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA N 1 Ngaglik. (Online).

(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/280/46/80, diakses pada Januari 2015; 19.35 WIB).

Kim, H. & Song, J. 2005.Terjemahan The Features of Peer Argumentation in Middle School Students’Scientific Inquiry. Jakarta. Buana Pustaka. Lestari, Indah. 2012.Metode Pembelajaran Untuk sekolah Dasar. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Lie, Anita. 2008.Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta. Grasindo.

Margono, S. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Mulyasa. 2003.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nasution. 1982.Model-Model Pembelajaran. Jakarta. Pustaka Karya.

Nova, Arindita. 2014. Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berargumentasi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Takegon. (Online). (http://digilib.unimed.ac.id/efektivitas-penggunaan- metode-simposium-terhadap-kemampuan-berargumentasi-siswa-kelas-viii-smp-negeri-2-takengon-tahunpembelajaran-20132014-32051, diakses pada 27 Maret 2015; 23.22 WIB).

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang. UM Press.


(5)

Osborne, J., Erduran, S. & Simon, S. (2004).Enhancing the quality of argument in schoolscience. (Online). (http://Journal of Research in Science

Teaching-994-1020, diakses pada 7 januari 2014; 22.34 WIB).

Prayitno. 2006.Model Pembelajaran Berbasis Masalah.Jakarta. Pustaka Karya. Prayitno, Sudi. 2006.Model Pembelajaran Berdasar Masalah untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Yogyakarta. Kependidikan Lembaga Penelitian UNY.

Prawilaga. 2009.Belajar Mengajar. Yogyakarta. Grasindo.

Purwanto, M. N. 2008.Prinsip-Pronsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Riduan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta.

Roshayanti, Fenny. 2012.Pengembangan Asesmen Argumentatif untuk Meningkatkan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa Pada Konsep Fisiologi Manusia. (Online).

(http://www.google.com/Fenny-Roshayanti/pengembangan-asesmen-argumentatir-2012/7/13, diakses pada Januari 2015, 20.45 WIB).

Rusman. 2010.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Rajagrafindo Persada.

______. 2012.Model-Model Pembelajaran. Depok. Rajagrafindo Persada. Rusmiyanto. 2013. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dan

Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Jetis Kabupaten Mojokerto. (Online).

(http://pasca.unesa.ac.id/s2-teknologi-pendidikan/jurnal/t/, diakses pada 8 Januari 2015; 19.40 WIB). Sahri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Kemampuan Menulis Argumentatif Siswa SMP. (Online).

(http://eprints.uny.ac.id/1207/1/DEKA_KURNIA.pdf, diakses pada 5 April 2015; 19.45 WIB).

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

Santoso. 1989. Kemampuan Nalar Siswa SMP. Bogor. Remaja Rosdakarya. Semi, Atar. 1990.Menulis Efektif. Padang. Angkasa Raya.


(6)

Smaldino, Sharon. E. 2008.Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta. Media Kencana Group.

Sudjana, Nana. 2002.Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyanto. 2009.Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta. Presindo Suhandi, Muslim. A. 2012.Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berargumentasi Siswa SMP. (Onine).

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135446&val=5648& title=, diakses pada 27 Maret 2015; 23.36 WIB).

Sukmadinata Nana. S. 2007.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Suppe, F. 2000.Understanding scientific theories: An assessment of developments 1969–1998 Philosophy of Science. Jakarta. Indeks.

Suryantono, Buang. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. (Online).

(http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-model-problem-based-learning.html, diakses pada 14 Maret 2015; 20.00 WIB).

Syah, Muhibbin. 2004.Psikologi Pembelajaran Suatu Pendekatan Baru. Bandung Rosdakarya.

Osborne, J., Erduran, S. & Simon, S. 2004.Enhancing the quality of argument in school science.(Online). (http://journal of research in science


Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 18 52

Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Lingkungan

1 8 74

Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kingdom Animalia (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Liwa Lampung Barat Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

1 11 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhad

1 9 66

Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

1 8 64

Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berargumentasi dan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengel

0 7 62

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 11 56

Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Aktivitas Manusia dalam Memenuhi Kebutuhan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas VII Semester II Tahun Pelajaran 20172018 di SMP Negeri 2 Gandusari Trenggalek

0 0 7