HUBUNGAN PENERAPAN METODE DISKUSI DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Sukamanah.
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN PENERAPAN METODE DISKUSI DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
(Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Sukamanah)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh : Lina Budiarti
0800090
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN PENERAPAN METODE DISKUSI DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
(Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Sukamanah)
Oleh Lina Budiarti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sejarah
© Lina Budiarti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh: Lina Budiarti
0800090
HUBUNGAN PENERAPAN METODE DISKUSI DENGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
(Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Sukamanah)
Disetujui dan disahkan oleh: Dosen Pembimbing I
Dr. Dadang Supardan, M.Pd Prof.
NIP. 19570408 198403 1 003
Dosen Pembimbing II
M.Pd
S.Pd Yeni Kurniawati Sumantri,
NIP. 19770602 200312 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Prof.Dr. Dadang Supardan, M.Pd
(4)
i Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari keresahan peneliti terhadap aktivitas siswa yang kurang mendapatkan tempat dalam proses pembelajaran sejarah. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membangun motivasi siswa dalam belajar sejarah, maka siswa harus dilibatkan dalam proses pembelajaran. Mengenal hal itu, guru harus pandai dalam memilih metode yang dapat membangun keaktifan siswa. Berdasarkan beberapa pendapat menyatakan bahwa salah satu metode yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah adalah metode diskusi. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Penerapan Metode Diskusi dengan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Sukamanah)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara penggunaan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu metode diskusi sebagai variabel bebas dan keaktifan siswa sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut dilakukan pengukuran disertai dengan analisis data secara statistik dengan menggunakan metode korelasional. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan manipulasi data dari kedua variabel tersebut, hanya menggambarkan kondisi apa adanya dilapangan. Data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket tertutup. kepada sampel penelitian yang berjumlah 202. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Hasil penyebaran angket tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi
Prodect Moment dengan bantuan SPSS 16,0. Berdasarkan hasil uji korelasi maka
diperoleh hubungan antara penerapan metode diskusi dengan keaktifan siswa memiliki hubungan yang signifikan, tinggi dan positif (searah) dengan koefisien korelasi sebesar 0,611. Hal ini berarti bahwa semakin baik penggunaan metode diskusi maka semakin tinggi keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil peneltian tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) yang dirumuskan dalam penelitian ini mengenai adanya hubungan yang signifikan antara metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah diterima. Sehingga dapat dibuat kesimpulan bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber literatur kepustakaan mengenai hubungan metode diskusi dengan keaktifan siswa bagi para akademisi khususnya serta memberi ilmu pengetahuan baru bagi yang membacanya.
(5)
v
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pembelajaran Sejarah di SMA ... 8
B. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ... 13
C. Metode Diskusi ... 19
1. Pengertian Metode Diskusi ... 23
2. Tujuan dan Macam- Macam Metode Diskusi ... 25
(6)
vi
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Penggunaan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam
Pembelajaran Sejarah ... 34
E. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 39
B. Desain Penelitian ... 41
C. Desain Penelitian ... 43
D. Variabel Penelitian ... 44
E. Definisi Operasional Variabel ... 44
1. Metode Diskusi ... 44
2. Keaktifan Siswa ... 46
F. Instrumen Penelitian... 49
1. Instrumen Metode Diskusi ... 50
2. Instrumen Keaktifan Siswa ... 52
3. Teknik Skoring ... 54
G. Reliabilitas dan Validitas Instrumen ... 55
1. Uji Reliabilitas ... 55
a. Reliabilitas Instrumen Metode Diskusi ... 56
b. Reliabilitas Instrumen Kektifan Siswa ... 56
2. Uji Validitas ... 57
(7)
vii
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
A. Latar Belakang Subjek Penelitian ... 63
B. Analisis Penelitian ... 67
1. Deskripsi Data Penelitian ………... 68 a. Deskripsi Variabel Metode Diskusi ... 69
b.Deskripsi Variabel Keaktifan Siswa ... 70
2. Uji Linearitas ... 71
3. Analisis Korelasi ... 73
a. Perumusan Hipotesis ... 73
b. Ketentuan Uji Korelasi ... 74
c. Uji Korelasi ... 74
C. Pembahasan ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENELITI
(8)
1
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan kunci utama tercapainya tujuan pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya adalah guru, siswa, kurikulum, metode, tujuan, evaluasi, lingkungan belajar dan lainnya. Namun komponen yang paling utama dalam proses pembelajaran adalah siswa dan guru. Hal ini dikarenakan hakekat pembelajaran adalah usaha terencana yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat belajar.
Menurut Sudjana (2010: 5)” belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, kebiasaan, keterampilan dan perubahan aspek- aspek lainnya pada individu yang belajar. Perubahan tersebut tidak akan terjadi apabila tidak adanyan keaktifan siswa dalam belajar.
Keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kusnandar, 2008:
15)”. Berdasarkan pengertian tersebut keaktifan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran karena pengetahuan, sikap dan keterampilan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan perlu adanya kegiatan siswa dalam mengolahnya.
Pembelajaran yang menekankan bahwa siswa harus aktif sesuai dengan teori kontruktivisme. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa. Artinya, siswa harus aktif secara mental dalam membangun pengetahuannya. Sementara itu,
(9)
2
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Driver and Bell (Suryono dan Hariyanto, 2011: 106) mengemukakan karakteristik pembelajaran kontruktivisme sebagai berikut;
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
2. Belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikontruksi secara personal.
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar.
5. Kurikulum bukanlah sekedar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
Namun kondisi ideal dalam pembelajaran menurut padangan teori kontruktivisme tersebut kurang terlihat dalam pembelajaran sejarah sehingga menimbulkan permasalahan. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran sejarah berdasarkan pengalaman peneliti dan hasil pengamatan diantaranya adalah proses pembelajaran guru yang mendominasi, siswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Menurut Wiriaatmadja (2002: 132)
“pembelajaran sejarah kurang mengikutsertakan siswa dan membiarkan budaya diam yang berlangsung di dalam kelas”. Budaya diam dalam proses belajar dapat menghambat untuk memperoleh pengetahuan karena tidak adanya keinginan siswa untuk menggali materi yang sedang dipelajari. Pembiaran seperti ini tentunya dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi diri siswa.
Permasalahan pembelajaran sejarah di atas akan menimbulkan kurang kondusifnya proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajarannya pun tidak dapat tercapai karena adanya rasa bosan ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran menggunakan metode belajar yang terpusat pada guru (teacher center), sehingga kemauan memecahkan masalah dan berpendapat siswa rendah. Proses pembelajaran seperti itu dikemukakan oleh pendapat Supriatna (2007: 21) ”guru- guru di Indonesia menggunakan sebagian waktunya dengan berbicara dan sedikit
(10)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mendengarkan siswa- siwanya menyampaikan pendapat”. Proses pembelajaran ini menyebabkan terjadinya komunikasi satu arah, sehingga siswa tidak aktif dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya, dengan kata lain tidak terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar. Padahal pada kenyataannya Schroeder (Silberman, 2009: 8) menunjukkan bawa;
Para peserta didik sekolah lanjutan atas lebih suka belajar aktivitas yaitu aktivitas kongkret bukan aktivitas yang berupa refleksi abstrak dengan perbandingan 5:1. Dari ini semua, dia menyimpulkan bahwa model mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang bagus untuk peserta didik sekarang. Agar efektif, pendidikan hendaknya menggunakan hal- hal berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian), presentasi kelas dan berdebat, latihan pengalaman lapangan, simulasi lab studi kasus
Berdasarkan pendapat Schroeder di atas, siswa tingkat lanjut atas dalam proses belajar mengajar harus diikutsertakan secara aktif. Keaktifan siswa tidak terlepas dari peran guru karena guru berhadapan langsung dengan siswa melalui proses belajar mengajar. Sebagai seorang guru tidak hanya mengajarkan materi saja namun juga mempunyai tugas sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Gurulah yang menjadi ujung tombak untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga guru harus memiliki kemampuan dalam mengatur suasana belajar mengajar yang diharapkan oleh siswa. Misalnya dalam menguasai materi dan hakikatnya serta menguasai berbagai strategi pembelajaran.
Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang sebagian besar materinya bersifat deskriptif tentang masa lalu sehingga apabila kurang tepatnya dalam penggunaan metode pembelajaran dapat mengakibatkan munculnya permasalahan yang dikemukakan di atas. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar perlu adanya metode pembelajaran yang efektif dan mampu menciptakan suasana yang lebih mengaktifkan siswa pada mata pelajaran sejarah. Metode yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran salah satunya adalah metode diskusi. Hal ini senada dengan pendapat Jacobsen dkk (2009: 279):
(11)
4
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diskusi merupakan strategi pengajaran yang memanfaatkan interaksi guru-siswa dan siswa – siswa sebagai kendaraan utama untuk mencapai tujuan pembelajaran tingkat tinggi. Strategi ini ditandai dengan menurunnya fokus pada guru, meningkatnya interaksi antarsiswa dan berkembangnya keterlibatan siswa dalam ruang kelas. Jika digunakan dengan efektif, diskusi dapat merangsang pemikiran, menantang sikap dan kepercayaan dan mengembangkan skill interpesonal. Namun jika tidak diatur dan dikelola dengan tepat, strategi ini akan membosankan bagi siswa, membuat guru frustasi dan secara umum hanya dapat membung- buang waktu.
Diskusi ialah usaha semua siswa dalam suatu kelas untuk mencapai pengertian disuatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide atau menentukan tindakan yang akan diambil. Menurut Suryosubroto ( 2009: 167 ), metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kepada para siswa (kelompok- kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Peran guru dalam metode diskusi yaitu memberikan pengarahan mengenai pemecahan masalah. Selain itu, guru memiliki peran sebagai pengawas jalannya diskusi dan fasilitator, guru masih perlu untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin. Dengan adanya metode ini diharapkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Peneliti juga melihat dari berbagai hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tati Cahyati pada tahun 2008 yang berjudul Penerapan Diskusi Kelompok Dalam Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Tentang Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Nugraha Kelas IV) dalam ringkasan hasil penelitian
skripsinya, beliau menyatakan bahwa selama proses diskusi berlangsung terlihat antara siswa terjalin sering pendapat, saling bantu membantu, kerjasama dan saling menghargai. Hal lain yang terlihat selama proses
(12)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran berfokus pada siswa aktif. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Penerapan metode diskusi kelompok berdampak pada hasil pembelajaran secara individu dari segi afektif siswa yang tadinya tidak mampu bersosialisasi mampu menumbuhkan sikap percaya diri dan berkomunikasi, sehingga suasana belajar menyenangkan. Selain itu, keterampilan menyampaikan pendapat, mempertahankan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dapat dilihat dari penggunaan metode diskusi kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti tertarik untuk melihat seberapa besar hubungan penggunaan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini dikarenakan metode diskusi sering digunakan oleh guru pelajaran sejarah dibeberapa sekolah, salah satunya adalah MAN Sukamanah. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian mengenai seberapa besar hubungan metode diskusi dengan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah “ Adakah Hubungan yang Signifikan Antara Penggunaan Metode Diskusi dengan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI MAN Sukamanah. Rumusan masalah tersebut diubah menjadi pertanyaan penelitian yaitu adakah hubungan yang signifikan antara penerapan metode diskusi
dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah.
(13)
6
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai hubungan penerapan diskusi dengan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI MAN Sukamanah. Adapun manfaat praktisnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam pengembangan metode dalam pembelajaran sejarah.
2. Bagi Siswa dapat meningkatkan kemampuan bertanya, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berpendapat.
3. Bagi penulis diharapkan mampu memberi pengalaman baru dalam pembelajaran sejarah dalam penggunaan metode diskusi, sehingga dapat menambah referensi cara mengajar ketika penulis nanti menjadi seorang pendidik.
E. Sruktur Organisasi Skripsi
Sistematika peniltian digunakan untuk memperoleh gambaran penitian yang dikembangkan oleh peneliti. Adapun sistematika dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, pada bab ini menjelasakan keresahan- keresahan yang peneliti temukan dalam suatu pembelajaran yang diungkapkan dalam latar belakang. Supaya penelitinnya terfokus dan terarah peneliti membuat rumusan masalah disertai pertanyaan- pertanyaan penelitian. Penelitian ini juga memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis maupun bagi orang lain. Selain itu, peneliti membuat sistematika penulisan yang menggambarkan isi dari bab- bab yang peneliti tulis.
(14)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Diskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini peneliti mengembangkan konsep- konsep, peneliian terdahulu dan pendapat para ahli yang sesuai dengan hubungan penggunaan metode diskusi dengan keaktifan belajar siswa. Konsep yang dikembangkan adalah yaitu pembelajaran sejarah di SMA, metode diskusi dan keaktifan.Selain itu, peneliti juga menguatkan penelitian dengan mencantumkan teori pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti.
Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian. Metode yang digunakan anadalah metode penelitian korelasi yang merupakan salah satu bentuk penelitian kuantitatif. Bab ini juga, mencantumkan lokasi, populasi, sampel penelitian. Walaupun peneliti sudah mencantumkan desain penelitian dalam bab satu, di bab ini juga dibahas kembali namun lebih jelas dan terperinci. Instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data juga dibahas dalam bab ini.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menguraikan tentang penjelasan- penjelasan terhadap rumusan masalah penelitian. Selain itu, peneliti membahas hasil analisis data yang dikembangkan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh selama penelitian dan pembahasan atau analsis temuan.
Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari jawaban permasalahan- permasalahan yang terdapat pada bab- bab sebelumnya yang berisi tentang penafsiran penenliti terhadap hasil penelitiannya. Peneliti juga mencantumkan rekomendasi atau saran untuk peneliti selanjutnya, supaya penelitiannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(15)
39
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sebuah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya yaitu MAN Sukamanah. Penelitian dilakukan untuk menghasilkan data yang diperlukan, data tersebut harus menggambarkan populasi. Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal- hal yang terjadi (Arifin, 2011: 215). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN Sukamanah tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 410 orang yaitu:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah siswa
1. XI- IPA 1 37 orang
2. XI- IPA 2 37 orang
3. XI- IPA 3 32 orang
4. XI- IPA 4 34 orang
5. XI- IPA 5 37 orang
6. XI- IPS 1 41 orang 7. XI- IPS 2 41 orang 8. XI- IPS 3 40 orang 9. XI- IPS 4 42 orang 10. XI- Agama 1 35 orang 11. XI- Agama 2 34 orang
Jumlah 410 orang
Menurut Arikunto (2005:105) sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pemilihan sampel harus bersifat representatif, artinya sampel harus mewakili populasi . Supaya sampel tersebut representatif maka harus melakukan sampling dengan baik. Menurut Hadi (1993:75) “sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”. Teknik sampling ini ditujukan agar mempermudah penelitian, baik dari segi waktu maupun dana. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik random sampling.
(16)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak, semua populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan strata dalam populasi.
Random Sampling yang digunakan dalam bentuk undian atau untung- untungan, dimana peneliti membuat kertas kecil- kecil yang ditulis nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas digulung dan dimasukan ke dalam alat untuk mengkocoknya. Setiap nomor yang keluar itulah yang merupakan nomor subjek yang akan dijadikan sampel penelitian.
Peneliti menggunakan presisi untuk menentukan jumlah sampel dengan rumus yang digunakan oleh Toro Yamane ( Ridwan, 2004: 65) dengan rumus sebagai berikut:
n = N N. d² + 1
Keterangan: n = jumlah sampel N = Jumlah populasi
d² = Presisi yang ditetapkan
Berdasarkan rumus tersebut maka banyaknya sampel yang digunakan dengan jumlah presisi 5% dan dengan tingkat kepercayaan 95%, maka jumlah sampel minimalnya yaitu:
n = 410
(410)(0.05²) + 1 = 202, 47
= 202
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 202 siswa dari semua siswa kelas XI.
(17)
41
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti berdasarkan pendapat Kuntjojo ( tersedia dalam http://www. scribd.com/doc/66900803/13/ bagan- 12- Desain- Penelitian- Korelasional) [30 Januari 2013], dengan bagan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Desain Penelitian Korelasi
Varibel Bebas
Variabel Terikat
Deskripsi Variabel
Interpretasi makna/art
Uji hubungan
Deskripsi Variabel Masalah
(18)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan grafik tersebut langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah:
1. Masalah
Penelitian pada dasarnya untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penelitian pendidikan, masalah digunakan untuk menaksir apa yang telah menjadi sebuah persoalan siswa dalam pembelajaran. Proses ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi mengenai pembelajaran sejarah di kelas.
2. Penentuan variabel
Menentukan variabel merupakan kunci dari sebuah penelitian pendidikan. Peneliti menggunakan dua variabel (bevariat) yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
3. Mendeskripsikan variabel
Setelah menentukan variabel, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah mendeskripsikan variabel penelitian. Langkah ini ditujukan supaya orang lain atau peneliti lainnya tidak salah dalam menafsirkan konsep variabel yang digunakan oleh peneliti.
4. Uji hubungan
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji hubungan dari variabel bebas dan terikat untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari kedua variabel tersebut.
5. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan kriteria atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.
(19)
43
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Metode Penelitian
Penelitian adalah sebuah cara yang sistematis untuk mencari atau menguji fakta- fakta yang ada, sehingga penelitian dapat berfungsi untuk menguji teori atau menghasilkan sebuah teori. Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry), menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal- hal yang bersifat teka- teki ( Sukmadinata, 2010: 52).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memperoleh data penelitian dengan menggunakan instrumen- instrumen penelitian yang sesuai dengan variabel- variabel yang akan diteliti. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu metode yang data penelitiannya berupa angka- angka yang kemudian dilakukan analisis menggunakan statistik. Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran terdapat diluar peneliti, sehingga bersifat independen, maka dengan demikian peneliti sama sekali tidak mengenal responden.
Salah satu metode penelitian yang termasuk ke dalam pendekatan kuantitatif adalah metode korelasional. Metode ini yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel dan jika ada seberapa eratkah serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006). Metode ini digunakan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah.
Penelitian korelasi dalam prakteknya tidak melakukan manipulasi data, hanya menggambarkan kondisi apa adanya di lapangan. Data diperoleh dari pengisian angket atau kuesioner yang ditujukan kepada sampel penelitian secara langsung. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis statistik terhadap metode diskusi dan keaktifan siswa.
(20)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Variabel Penelitian
Menurut Hatch dan Farhady „variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain‟ (Sugiyono, 2011: 60). Dalam penilitian ini terdapat dua variabel yaitu metode diskusi sebagai variabel independen atau variabel bebas (X) dan keaktifan siswa sebagai variabel dependen atau variabel terikat (Y). Hubungan kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
E. Definisi Operasional Variabel
Setelah peneliti menentukan dan mengklasifikasikan variabel penelitian selanjutnya variabel tersebut didefinisikan secara operasional. Menurut Arifin (2011:190) definisi operasional adalah “definisi khusus yang didasarkan atas sifat- sifat yang didefinisikan, dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti lain”. Tujuan peneliti mengembangkan definisi operasional supaya orang lain tidak salah dalam menafsirkan konsep variabel yang digunakan oleh peneliti.
1. Metode Diskusi
Metode diskusi menurut Suryosubroto (2009: 167) adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok- kelompok siswa) untuk mengadakan
Metode Diskusi (x)
Keaktifan Siswa (y)
(21)
45
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
Berdasarkan pengertian tersebut metode diskusi merupakan strategi yang digunakan oleh guru agar berperan aktif secara langsung dalam proses pembelajaran. Menurut Mulyasa, E (2011: 89) metode diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Agar diskusi menjadi efektif, siswa harus memiliki beberapa informasi umum mengenai topik yang akan didiskusikan, terkecuali jika guru ingin memanfaatkan diskusi sebagai sarana memperkenalkan topik bahasan baru.
Metode diskusi yang dimakud oleh peneliti adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dan siswa melakukan perbincangan ilmiah mengenai topik yang ditentukan oleh guru. Namun sebelum pelaksanaan diskusi, siswa diberi ke dalam beberapa kelompok untuk mengkaji topik atau masalah. Topik yang diberikan kepada masing- masing kelompok berbeda satu sama lain, sehingga membentuk kelompok ahli dalam topik tertentu. Kajian topik dilakukan sebagai tugas yang diberikan guru kepada masing- masing kelompok. Hal ini dilakukan agar siswa memperoleh informasi atau sumber lain selain buku pegangan siswa atau buku sejarah untuk MAN. Hasil kajian dari tiap kelompok dipresentasikan di depan kelas dengan tujuan agar siswa yang lain terlibat satusama dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.
Peran guru dalam metode ini adalah sebagai fasilitator atau pengarah diskusi agar siswa terlibat secara aktif. Langkah- langkah atau tahapan kegiatan dalam menggunakan metode diskusi menurut Sharan dkk dalam (http://blokgurubelajar.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us -x-none.html)[12 Maret 2013] yaitu:
1. Pemilihan topik
(22)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditetapkan oleh guru. Dalam hal ini siswa memilih lembar kegiatan yang disediakan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi empat sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok-kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.
2. Merencanakan Diskusi Kelompok
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan dari subtopik yang telah dipilih sebelumnya.
3. Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah dikembangkan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran ini hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas serta hendaknya mengarah siswa kepada jenis sumber- sumber yang ada di dalam maupun diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan bila dibutuhkan.
4. Presentasi hasil kajian tiap kelompok
Beberapa kelompok menyajikan hasil penyelidikannya kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain terlibat satusama dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Sehingga dalam tahap ini semua siswa terlibat secara langsung baik mengemukakan pendapat atau bertanya mengenai sesuatu yang belum dipahami terhadap kelompok penyaji.
5. Evaluasi
Siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
(23)
47
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Menurut pendapat Kusnandar (2008: 15) keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, dan perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Keatifan siswa yang dimaksud oleh peneliti adalah seluruh siswa ikut aktif dalam kegiatan diskusi di kelas. Mereka aktif dalam mengatasi persoalan atau masalah yang sedang didiskusikan untuk memperoleh pemahaman baik dengan cara bertanya maupun memberikan pendapat.
Keaktifan siswa di kelas dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari indikator keaktifan. Indikator keaktifan siswa berdasarkan jenis aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menurut Paul B. Diedrich dalam Sadirman (1992: 100) adalah:
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangka laporan,
angket, menyalin.
e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antaralain melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
(24)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas yang akan penulis kembangkan dalam penelitian ini adalah oral activities (aktivitas lisan), listening activities (aktivitas mendengarkan), dan writing activities (aktivitas menulis). Oral activities ini digunakan karena metode diskusi digunakan untuk bertukar pikiran dan wawasan dalam memecahkan masalah bersama- sama. Peserta didik mempunyai pandangan yang berbeda- beda tentang masalah yang dijadikan topik diskusi. Sehingga, harus terjadi dialog atau komunikasi ilmiah dan intelektual diperlukan. Aktivitas lisan yang menunjang dalam pemecahan masalah diantranya adalah:
a. Aktivitas dalam mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan (bertanya) adalah ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal- hal yang merupakan hasil pembahasan (Hasibuan dan Moejono, 2000: 62). Bertanya yang dimaksud oleh peneliti adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan masalah yang belum dipahami atau dimengerti pada proses diskusi.
Indikator yang dikembangkan oleh peneliti dalam kegiatan atau aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan (bertanya) pada proses diskusi yaitu:
1) Menanyakan permasalahan yang berkaitan dengan materi sejarah yang sedang dibahas.
2) Pertanyaan yang tidak mengacu pada hafalan misalnya tama tokoh, tahun, tempat peristiwa.
(25)
49
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menjawab yang dimaksud adalah memberi jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan oleh siswa dalam pembelajaran sejarah pada saat diskusi berlangsung baik oleh kelompok yang memaparkan pembahasan maupun oleh siswa lainnya. Indikator dari aktivitas menjawab yaitu:
1. Memberi jawaban atas pertanyaan siswa lain 2. Menjawab pertanyaan dengan fakta yang relevan c. Aktivitas dalam mengemukakan pendapat (berpendapat)
Menurut kamus bahasa Indonesia pendapat adalah buah pemikiran atau perkiraan tentang suatu hal. Dalam hal ini sebuah aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam mengemukakan buah pemikiran tentang masalah yang sedang dikaji dalam pembelajaran sejarah pada saat melaksanakan diskusi. Indikator dari mengemukakan pendapa yang peneliti kembangkan yaitu:
1. Merespon suatu pernyataan atau persoalan dari siswa lain dalam bentuk argument yang meyakinkan.
2. Memberikan ide dari masalah yang sedang didiskusikan 3. Menerima pendapat orang lain
Listening activities mempunyai peran penting dalam kesuksesan
komunikasi dalam sebuah diskusi karena sebelum mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan siswa harus mendengarkan terlebih dahulu masalah yang sedang didiskusikan. Dengan demikian kegiatan mendengarkan berfungsi untuk memperoleh informasi dalam diskusi, sehingga dapat memberikan respon yang tepat terhadap sesuatu yang didengar. Aktivitas ini ditunjukkan oleh kegiatan siswa dalam mendengarkan dan menyimak pada saat diskusi kelompok berlangsung.
Writing activities merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan
catatan pada suatu media dengan menggunakan tulisan. Aktivitas menulis dalam penelitian ini adalah membuat laporan diskusi, mencatat informasi penting pada saat diskusi dan hasil diskusi.
(26)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Instrumen Penelitian
Alat ukur atau Instrumen penelitian yang digunakan berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala pengukuran Likert. Menurut Sugiyono (2011: 199) kuesioner merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Selain menentukan instrument yang akan digunakan, peneliti juga membuat kisi- kisi untuk mempermudah penggunaan instrument di lapangan. Menurut Arikunto (2006: 162), kisi- kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal- hal yang disebutkan dalam baris dengan hal- hal yang disebutkan dalam kolom.
Kisi- kisi yang dibuat oleh peneliti yaitu kisi- kisi umum dan kisi- kisi khusus. Kisi- kisi umum adalah kisi- kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua variabel yang akan diukur. Dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber data, semua metode dan instrument yang mungkin dipakai (Arikunto, 2006: 163).
Tabel 3.2 Kisi- kisi umum No. Variabel
Penelitian
Sumber Data
Metode Instrumen Jumlah
Butir
1.
Metode Diskusi
Siswa yang mengalami atau pelaku
Angket atau Kuesioner
Angket yang berbentuk Rating Scale 25 2. Keaktifan Siswa
Siswa yang mengalami atau pelaku
Angket atau Kuesioner
Angket yang berbentuk Rating Scale
25
Berdasarkan variabel yang digunakan maka terdapat dua instrument yang digunakan yaitu instrument angket tentang metode diskusi dan instrument angket tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah.
(27)
51
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Instrumen Metode Diskusi
Instrumen metode diskusi yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti, kemudian membentuk indikator- indikatornya. Setelah itu, disusun pernyataan sesuai indikator tersebut untuk mengungkap penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah di MAN Sukamanah. Berikut merupakan kisi- kisi instrument metode diskusi.
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Instrumen Metode Diskusi
No. Aspek Indikator No.Item
Instrumen
Jumlah Butir
1. Pemilihan topik dan pembentukan kelompok
- Siswa membentuk kelompok heteregon dari segi akademisnya dan etnis yang dibantu oleh guru atau ditentukan langsung oleh guru. - Menetukan topik yang
akan dikaji
1,2,3, 3
2. Perencanaan diskusi kelompok
- Merencanakan pengerja- an tugas yang telah diberikan guru.
- Guru merancang tujuan pembelajaran dengan metode diskusi
- Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan denga penggunaan metode
(28)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diskusi. 3. Implementasi
perencanaan
- Mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik dan optimal.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dengan
menggunakan metode diskusi
7, 8, , 10, 11 4
4. Analisis dan sintesis
- Menganalisis sumber yang digunakan dalam mengkaji topik.
9 1
5. Presentasi Hasil - Menyajikan hasil penyelidikan kelompok terhadap topik yang dikaji di depan kelas - Kelompok lain atau
peserta diskusi merespon kelompok penyaji
12,13,14,16, 17,18,19,20, 21,22
10
6. Evaluasi - Membuat kesimpulan
diskusi
- Menilai siswa yang ikut partisipasi dalam kegiatan diskusi.
- Mengevaluasi kondisi diskusi yang telah dilaksanakan untuk diskusi selanjutnya agar lebih baik lagi.
15,23,24,25 4
2. Instrumen Keaktifan Siswa
Instrumen keaktifan siswa dikembangkan berdasarkan indikatornya yang dikemukan oleh Paul B. Diedrich dalam Sadirman (1992: 100) seperti ysng dikemukakan sebelumnya, namun yang digunakan oleh peneliti hanya pada oral activities (aktivitas lisan), listening activities (aktivitas mendengarkan), dan writing activities (aktivitas menulis). Dari instrumen ini dapat diperoleh mengenai data keaktifan siswa dalam aktivitas yang dikemukakan di atas pada saat pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode diskusi.
(29)
53
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Kisi- Kisi Instrumen Keaktifan Siswa
No. Aspek Indikator
No. Item Instrumen
Jumlah Butir
1. Oral activities 1.1 Aktivas Bertanya; Kemampuan menge- mukakan masalah yang belum dipahami atau dimengerti pada proses diskusi. Akti- fitas mengajukan pertanyaan (bertanya) pada proses diskusi yaitu:
a. Menanyakan perma- salahan yang ber- kaitan dengan materi sejarah yang sedang dibahas.
b. Pertanyaan yang tidak mengacu pada hafalan misalnya nama tokoh, tahun dan temapat peris- tiwa.
1.2 Aktivitas Menjawab; Siswa menjawab atas pertanyaan yang dike- mukakan oleh siswa lain dalam pembelaja- ran sejarah pada saat diskusi.
a. Memberi jawaban atas siswa lain. b. Menjawab pertanya-
an dengan fakta yang relevan
27, 28, 29, 30, 34, 35, 36
32, 41, 42
7
(30)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.3 Aktivitas Berpendapat Mengemukakan buah pemikiran tentang mas- alah yang sedang dikaji dalam pembelajaran se- jarah pada saat diskusi. a. Merespon suatu per-
tanyaan atau persoalan dari siswa lain dalam bentuk argumen.
b. Memberikan ide dari permasalahan yang se- dang didiskusikan
c. Menerima pendapat orang lain
26, 31, 33, 37, 38, 39, 40
7
2. Listening activities Siswa mendengarkan ketika kegiatan diskusi berlangsung untuk mem- peroleh informasi dalam diskusi, sehingga dapat memberikan respon yang tepat terhadap sesuatu yang didengar
43, 44, 45 3
3. Writing activities Siswa membuat catatat pada suatu media dengan menggunakan tulisan. Aktivitas menulis dalam penelitian ini adalah membuat laporan diskusi, mencatat informasi pen- ting pada saat diskusi dan hasil diskusi.
46, 47, 48, 50
4
3. Teknik Skoring
Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang
(31)
55
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 134). Responden diminta untuk memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap suatu pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang diberikan. Setiap pernyataan yang disajikan memiliki rentang skor dari 1-4, dimana setiap item intrumen mempunyai nilai favourable (+) dan
unfavourable (-).
Tabel 3.5
Pola Penskoran Kuesioner
Pilihan Favourable (+) Unfavourable (-)
Selalu
4 1
Sering
3 2
Kadang- kadang
2 3
Tidak Pernah
1 4
G. Reliabilitas dan Validitas Instrumen
Penelitian akan menjadi valid dan reliabel apabila menggunakan instrument yang valid dan reliable. Sehingga peneliti akan melakukan uji validitas dan realibilitas instrument yang akan digunakan. Uji instrument tersebut akan diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0.
1. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrument yang bersangkutan. Suatu instrument dapat dikatakan reliable jika selalu memberi hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin: 2011, 248). Parameter yang digunakan untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas instrument, dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai dengan kriteria indeks koefisien reliabilitas berikut ini;
(32)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
< 0,20 = derajat reliabilitas hampir tidak ada, hubungan lemah sekali
0,21 – 0,40 = derajat reliabilitas rendah, hubungan rendah tapi pasti 0,41 – 0,70 = derajat reliabilitas sedang, hubungan cukup berarti 0,71 – 0,90 = derajat reliabilitas tinggi, hubungan yang tinggi, kuat 0,91 – 1,00 = derajat reliabilitas sangat tinggi sekali, hubungan sangat tinggi, kuat sekali
(Wibowo, A: 2012, 53)
Uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0.
a. Realibitas Instrumen Metode Diskusi
Setelah dilakukan uji reliabilitas instrumen metode dengan menggunakan software SPSS 16.0 secara keseluruhan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Uji Realibitas Instrumen Diskusi
Case Processing Summary
N %
Cas es
Valid 25 100.0
Excludeda 0 .0
(33)
57
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Case Processing Summary
N %
Cas es
Valid 25 100.0
Excludeda 0 .0
Total 25 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.793 25
Dari data tersebut menunjukkan bahwa, nilai cronbach alpha sebesar 0.793 sedangkan nilai kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0.05 dengan jumlah data (n) 25, didapatkan nilai r tabel sebesar 0.396 karena r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka dapat disimpulkan instrumen tersebut reliable. Reliabilitas pada instrumen metode diskusi adalah 0.793, hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dikatakan tinggi.
b. Realibilitas Instrumen Keaktifan Siswa
Setelah dilakukan uji reliabilitas instrumen metode dengan menggunakan software SPSS 16.0 secara keseluruhan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Realibilitas Instrumen Keaktifan Siswa
Case Processing Summary
N %
(34)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.838 25
Dari data tersebut menunjukkan bahwa, nilai cronbach alpha sebesar 0.838 sedangkan nilai kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0.05 dengan jumlah data (n) 25, didapatkan nilai r tabel sebesar 0.396 karena r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka dapat disimpulkan instrumen tersebut reliable. Reliabilitas pada instrumen metode diskusi adalah 0.834, hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dikatakan sangat tinggi.
2. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arifin: 2011, 168- 169). Oleh karena itu, pengujian validitas ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan kekuatan instrumen.
Pengujian validitas instrumen dalam SPSS yang digunakan oleh peneliti adalah Korelasi Person atau Corrected Item Total Correlation. Analisis ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total item. Semua item yang mencapai koefisien korelasi rxy ≥ 0,30
dianggap sebagai item yang memiliki daya beda yang memuaskan. Namun apabila item yang lolos masih kurang mencukupi jumlah yang diinginkan,
Excludeda 0 .0
Total 25 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
(35)
59
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maka batas kriterianya dapat diturunkan dari 0,30 menjadi 0,25, sehingga item yang diinginkan tercapai (Azwar, 2007: 103). Hasil uji validitas metode diskusi dan keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
a. Uji Validitas Instrumen Metode Diskusi
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Instrumen Metode Diskusi No. Item r hitung rxy ≥ 0,30 rxy ≥ 0,25
1. 0,305 Valid Valid
2. 0,241 Tidak Valid Tidak Valid
3. 0,414 Valid Valid
4. 0,073 Tidak Valid Tidak Valid
5. 0,521 Valid Valid
6. 0,637 Valid Valid
7. 0,444 Valid Valid
8. 0,658 Valid Valid
9. 0,329 Valid Valid
10. 0,448 Valid Valid
11. 0,345 Valid Valid
12. 0,504 Valid Valid
13. 0,115 Tidak Valid Tidak Valid
15. 0,397 Valid Valid
16. 0,480 Valid Valid
17. 0,159 Tidak Valid Tidak Valid
18. 0,661 Valid Valid
19. 0,232 Tidak Valid Tidak Valid
20. 0,431 Valid Valid
21. 0,576 Valid Valid
22. 0,576 Valid Valid
23. 0,271 Tidak Valid Valid
24. 0,634 Valid Valid
(36)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti terhadap 25 item pada instrumen metode diskusi dengan menggunakan
software SPSS 16.0, maka diperoleh 19 item yang valid pada koefisien
korelasi rxy ≥ 0,30 dan 20 item yang valid pada koefisien korelasi rxy ≥
0,25. Dalam hal ini peneliti memutuskan 20 item yang akan digunakan dan 5 item yang tidak digunakan dalam penelitian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.9
Item yang Digunakan dan Item yang Tidak Digunakan Pada Instrumen Metode Diskusi
Item yang digunakan Item yang tidak digunakan 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15,
16, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25
2 ,4, 13, 17, 19
b. Uji Validitas Instrumen Keaktifan Siswa
Tabel 3.10
Hasil Uji Validitas Instrumen Keaktifan Siswa No. Item r hitung rxy ≥ 0,30 rxy ≥ 0,25
26. 0,497 Valid Valid
27. 0,490 Valid Valid
28. 0,203 Tidak Valid Tidak Valid
29. 0,397 Valid Valid
30. 0,536 Valid Valid
31. 0,530 Valid Valid
32. 0,489 Valid Valid
33. 0,474 Valid Valid
34. 0,600 Valid Valid
35. 0,601 Valid Valid
36. 0,297 Tidak Valid Valid
37. 0,200 Tidak Valid Tidak Valid
38. 0,715 Valid Valid
(37)
61
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40. 0,517 Valid Valid
41. 0,476 Valid Valid
42. 0,519 Valid Valid
43. 0,526 Valid Valid
44. 0,379 Valid Valid
45. 0,220 Tidak Valid Tidak Valid
46. 0,508 Valid Valid
47. 0,601 Valid Valid
48. 0,514 Valid Valid
49. 0,420 Valid Valid
50. 0,471 Valid Valid
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti terhadap 25 item pada instrumen metode diskusi dengan menggunakan
software SPSS 16.0, maka diperoleh 20 item yang valid pada koefisien
korelasi rxy ≥ 0,30 dan 21 item yang valid pada koefisien korelasi rxy ≥
0,25. Dalam hal ini peneliti memutuskan 20 item yang akan digunakan dan 5 item yang tidak digunakan dalam penelitian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.9
Item yang Digunakan dan Item yang Tidak Digunakan Pada Instrumen Keaktifan Siswa
Item yang digunakan Item yang tidak digunakan 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
38, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50
28, 36, 37, 39, 45,
(38)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data- data mentah yang diperoleh peneliti kemudian peneliti melakukan pengolahan dan analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan statistik. Dilihat dari jenis statistik, maka tugas statistik menurut Arifin (2011: 251) adalah:
1. deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, kemudian menyajikannya dengan baik. Jadi statistik deskriptif hanya menerangkan atau menggambarkan suatu gejala atau keadaan, seperti mean, median dan modus dari suatu kelompok tertentu. Kegiatan statistik deskriptif meliputi mengklasifikasian data, penyajian data, baik deng tabel maupun dengan grafik (grafik garis, batang, dan gambar).
2. Statistik inferensial atau statistik induktif (Inductive Statistics or Statistical
inferensial ). Statistik induktif disebut juga statistik inferensial, yaitu
statistic yang mempunyai tugas untuk mengambil kesimpulan dan membuat keputusan baik dari rasional, disamping mengumpulkan data, menyajikan, menganalisis dan menginterpretasikannya. Jadi statistik induktif bertugas meramalkan kejadian dan mengontrol keadaan.
Berdasarkan pendapat Arifin di atas maka dalam pengolahan data peneliti melakukan beberapa langkah yaitu:
a. Editing
Editing ini dilakukan sebelum dilakukannya pengolahan data, dengan kata lain data yang diperoleh dari kuesioner diperbaiki dulu apabila terjadi kesalahan atau belum memenuhi data yang diperlukan.
b. Koding (mengkode atau kodifikasi data)
Koding yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban responden dengan jalan prosedur masing- masing kode tertentu. Bila analisis kuantitatif maka yang diberikan adalah angka (Margono, 2010: 191). Pengolahan data dengan menggunakan statistik inferensial maupun deskriptif.
c. Membuat tabulasi
Proses selanjutnya dalam pengolahan data adalah membuat tabulasi yaitu memasukan data ke dalam tabel- tabel dan mengatur angka- angka sehingga dapat dihitung sesuai dengan kategorinya.
(39)
63
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah peneliti melakukan pengolahan data langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Tujuan analisi korelasi adalah untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya hubungan itu. Korelasi berarti mencari hubungan antara satu variabel dan variabel lainnya (Arifin, 2011: 271). Analisis ini adalah untuk mengetahui korelasi signifikan atau tidaknya antara metode diskusi dengan keaktifan siswa.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik analisis Korelasi Koefisien Kontingensi. Teknik Korelasi Koefisien Kontingensi adalah salah satu teknik analisis korelasi bivariat, yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal (Sudijono, 1987: 252 - 253). Untuk mengetahui kuat- lemah, tinggi- rendah, atau besar kecilnya korelasi antara metode diskusi dengan keaktifan siswa, dapat diketahui dari besar- kecilnya indeks korelasi atau Cofficient
Contingency.
Penelitian ini menggunakan kriteria pengujian dengan signifikasi 0,05 dengan dilakukan perhitungan menggunakan bantuan SPSS 16.0. Selain itu juga dilakukan pengujian signifikansi dengan dua sisi (two tailed) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan signifikan antara variabel tersebut.
(40)
82
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakuakan merupakan kajian tentang hubungan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara penerapan metode diskusi dengan keaktifan siswa adalah positif dan signifikan.Arah hubungan positif menunjukkan bahwa semakin positif penggunaan metode diskusi maka semakin tinggi keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah.kelas XI MAN Sukamanah.
Hal ini bisa dipahami bahwa dengan metode diskusi dapat memunculkan keberanian serta keterampilan bertanya, menjawab, berpendapat dan aktivitas lainnya. Selain itu, materi sejarah yang bersifat problematis sangat cocok untuk didiskusikan. Itulah yang menyebabkan tingginya keaktifan siswa pada pelaksanaan diskusi dalam pelajaran sejarah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan atau menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah.
B. Saran
Metode diskusi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejah. Peneliti melihat bahwa perlu adanya peningkatan kualitas dari proses belajar mengajar sejarah sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan, sehingga respon siswa dalam belajar sejarah positif.
Peneliti melakukan penelitian seoptimal mungkin, namun dalam penelitian ini banyak kekurangan- kekurangan sehingga dapat dikatakan kurang sempurna. Adapun saran yang peneliti berikan
(41)
83
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap pihak- pihak yang terkait dan penelitian selanjunya adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian ini dapat dijadikan sebuah referensi guru
untuk meningkatkan keaktifan siswa melalui metode diskusi. Namun dalam penggunaan metode diskusi hendaknya seorang guru memiliki berbagai kemampuan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, seorang guru hendaknya mengetahui dan memahami nilai- nilai yang terdapat pada kegiatan diskusi, sehingga siswa mampu mengembangkan rasa bertanggungjawab dan toleransi terhadap pendapat dan keputusan siswa lain.
Kedua, bagi peneliti selanjutnya karya ilmiah ini dapat
dijadiakan sebuah referensi untuk penelitian korelasi. Akan tetapi bagi peneli selanjuatnya supaya memperoleh data yang repensentatif maka penelitian yang dilakukan tidak hanya siswa yang diteliti tetapi kemampuan guru dalam melaksanakan prose belajar mengajar. Selain itu, diharapkan dapat memperluas dan memperbanyak lagi sampel penelitian dan variabel yang digunakan harus dikembangkan lagi dengan baik, sehingga skripsi yang dihasilkan lebih baik dari skripsi peneliti.
(42)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C, dkk. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press
Ali, M. (2004). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Arends, R. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar
Arifin, Z.(2011). Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. (2007). Tes Pretes: Fungsi dan Pengukuran Pengembangan
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dahar. (2011). Teori- Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Gulo. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
Hadi, S. (1993). Statistik. Yogyakarta: Andi Offset
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamid, H. (2012). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran. Bandung: CV
Pustaka Setia
Hasibuan dan Moedjiono. (2000). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hatimah. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira
Hugiono dan Poerwanata. (1992).Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Isjoni, dkk. (2007). Model- Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(43)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jacobsen, dan Eggenm, K. (2009). Methods For Teaching Metode-metode
pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA. Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Kochhar, S. K (2008). Pembelajaran Sejarah ( Teaching of History).PT Gramedia: Jakarta
Kusnandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Margono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mudjiono, D. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Mulyana, A dan Gunawan, R. (2007). Sejarah Lokal. Bandung: Salamina
Press
Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nakubo, C dan Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumu Aksara
Nata, A. (2009). Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Ridwan. (2004). Dasar- Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta
Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Roestiyah. (2008).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Silberman, M (2009). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Slameto. (2002). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
(44)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudijono, A. (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Gafindo Persada
Sudjana, N. (2005). Dasar- Dasar Proses Beajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sudjana, N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & B). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Soemanto, W. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Supriatna, N. (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Perss
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryono dan Haryanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya
Syaodih, N dan Ibrahim. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Wibowo, A. (2012). Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Yogyakarta: Gava Media
Widja. (1989). Dasar- Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Wiriaatmadja, R (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press
Sumber Skripsi:
Cahyati, T. (2008). Penerapan Diskusi Kelompok Dalam Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Tentang Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penitian Tindakan
(45)
Lina Budiarti, 2013
Hubungan Penerapan Metode Oiskusi Dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nugraha). Skripsi
Sarjan pada PGSD Universitas Pendidikan Bandung. Tidak Diterbitkan Amalia,R. (2009). Upaya Meningkatkan Aktivitas Bertanya Siswa Melalui
Metode Diskusi Pada Pembelajaran IPA (PTK Terhadap Siswa Kelas VI A SDN Kotabaru Kecamatan Cibeureum Tahun Ajaran 2008/2009),
Skripsi Sarjan pada PGSD Universitas Pendidikan Bandung. Tidak Diterbitkan
Sumber Internet:
Hansiswany [ONLINE] http://hanckey.pbworke.com/w/page/16454829/ Pembelajaran%20Sejarah (12 Desember 2012)
Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. [ONLINE] http://www.scribd.com
/doc/66900803/13/Bagan-12-DESAIN-PENELITIAN-KORELASIONAL (30 Januari 2013)
Sharan dkk [ONLINE] http://blokgurubelajar.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us -x-none.html (12 Maret 2013)
Wardi [ONLINE] http:// id. Shvoong.com/ society- ard- news/ culture/ 2156917--konsep-belajar-aktif/ (12 Desember 2012)
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Penelitian yang dilakuakan merupakan kajian tentang hubungan metode diskusi dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara penerapan metode diskusi dengan keaktifan siswa adalah positif dan signifikan.Arah hubungan positif menunjukkan bahwa semakin positif penggunaan metode diskusi maka semakin tinggi keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah.kelas XI MAN Sukamanah.
Hal ini bisa dipahami bahwa dengan metode diskusi dapat memunculkan keberanian serta keterampilan bertanya, menjawab, berpendapat dan aktivitas lainnya. Selain itu, materi sejarah yang bersifat problematis sangat cocok untuk didiskusikan. Itulah yang menyebabkan tingginya keaktifan siswa pada pelaksanaan diskusi dalam pelajaran sejarah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan atau menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah.
B. Saran
Metode diskusi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sejah. Peneliti melihat bahwa perlu adanya peningkatan kualitas dari proses belajar mengajar sejarah sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan, sehingga respon siswa dalam belajar sejarah positif.
Peneliti melakukan penelitian seoptimal mungkin, namun dalam penelitian ini banyak kekurangan- kekurangan sehingga dapat dikatakan kurang sempurna. Adapun saran yang peneliti berikan
(2)
83
terhadap pihak- pihak yang terkait dan penelitian selanjunya adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian ini dapat dijadikan sebuah referensi guru
untuk meningkatkan keaktifan siswa melalui metode diskusi. Namun dalam penggunaan metode diskusi hendaknya seorang guru memiliki berbagai kemampuan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, seorang guru hendaknya mengetahui dan memahami nilai- nilai yang terdapat pada kegiatan diskusi, sehingga siswa mampu mengembangkan rasa bertanggungjawab dan toleransi terhadap pendapat dan keputusan siswa lain.
Kedua, bagi peneliti selanjutnya karya ilmiah ini dapat
dijadiakan sebuah referensi untuk penelitian korelasi. Akan tetapi bagi peneli selanjuatnya supaya memperoleh data yang repensentatif maka penelitian yang dilakukan tidak hanya siswa yang diteliti tetapi kemampuan guru dalam melaksanakan prose belajar mengajar. Selain itu, diharapkan dapat memperluas dan memperbanyak lagi sampel penelitian dan variabel yang digunakan harus dikembangkan lagi dengan baik, sehingga skripsi yang dihasilkan lebih baik dari skripsi peneliti.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C, dkk. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press
Ali, M. (2004). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Arends, R. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Belajar
Arifin, Z.(2011). Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. (2007). Tes Pretes: Fungsi dan Pengukuran Pengembangan
Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dahar. (2011). Teori- Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Djamarah dan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Gulo. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
Hadi, S. (1993). Statistik. Yogyakarta: Andi Offset
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamid, H. (2012). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran. Bandung: CV
Pustaka Setia
Hasibuan dan Moedjiono. (2000). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hatimah. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira
Hugiono dan Poerwanata. (1992).Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Isjoni, dkk. (2007). Model- Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(4)
Jacobsen, dan Eggenm, K. (2009). Methods For Teaching Metode-metode
pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA. Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Kochhar, S. K (2008). Pembelajaran Sejarah ( Teaching of History).PT Gramedia: Jakarta
Kusnandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Margono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mudjiono, D. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Mulyana, A dan Gunawan, R. (2007). Sejarah Lokal. Bandung: Salamina
Press
Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nakubo, C dan Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumu Aksara
Nata, A. (2009). Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Ridwan. (2004). Dasar- Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta
Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Roestiyah. (2008).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Silberman, M (2009). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Slameto. (2002). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
(5)
Sudijono, A. (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Gafindo Persada
Sudjana, N. (2005). Dasar- Dasar Proses Beajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sudjana, N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & B). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Soemanto, W. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Supriatna, N. (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Perss
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryono dan Haryanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya
Syaodih, N dan Ibrahim. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Wibowo, A. (2012). Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Yogyakarta: Gava Media
Widja. (1989). Dasar- Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Wiriaatmadja, R (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press
Sumber Skripsi:
Cahyati, T. (2008). Penerapan Diskusi Kelompok Dalam Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Tentang Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penitian Tindakan
(6)
Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Nugraha). Skripsi
Sarjan pada PGSD Universitas Pendidikan Bandung. Tidak Diterbitkan Amalia,R. (2009). Upaya Meningkatkan Aktivitas Bertanya Siswa Melalui
Metode Diskusi Pada Pembelajaran IPA (PTK Terhadap Siswa Kelas VI A SDN Kotabaru Kecamatan Cibeureum Tahun Ajaran 2008/2009),
Skripsi Sarjan pada PGSD Universitas Pendidikan Bandung. Tidak Diterbitkan
Sumber Internet:
Hansiswany [ONLINE] http://hanckey.pbworke.com/w/page/16454829/ Pembelajaran%20Sejarah (12 Desember 2012)
Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. [ONLINE] http://www.scribd.com
/doc/66900803/13/Bagan-12-DESAIN-PENELITIAN-KORELASIONAL (30 Januari 2013)
Sharan dkk [ONLINE] http://blokgurubelajar.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us -x-none.html (12 Maret 2013)
Wardi [ONLINE] http:// id. Shvoong.com/ society- ard- news/ culture/ 2156917--konsep-belajar-aktif/ (12 Desember 2012)