Penerapan Metode Proyek Guna Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran PAI (Penelitian Tindakan Kelas di SMK Islam Ruhama Cireundeu, Ciputat)

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu tarbiuah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualitatifikasi SI Kependidikan dan Mencapai

Guru Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)

Oleh

Anike SuciBadriawan 1110011000094

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Skripsi ini membahas tentang penerapan metode proyek dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI. Sebab, berdasarkan hasil observasi di kelas XI AP SMK Islam Ruhama menunjukan adanya kepasifan siswa dalam pembelajaran PAI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan penerapan metode proyek dan peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IX semester genap SMK Islam Ruhama Tanggerang Selatan tahun ajaran 2013/2014 melalui penerapan metode proyek. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitiannya yaitu seluruh siswa kelas IX AP SMK Islam Ruhama Tanggerang Selatan tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 17 siswa, sedangkan objek penelitiannya adalah kekatifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, catatan lapangan, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data berupa deskriptif kualitatif dengan metode alur. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dengan yang dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan siswa yang dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan belajar siswa yang meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, mental activities, emetional activities.hal ini didapat bahwa pada siklus I adalah siswa sangat aktif 6,04%, siswa yang aktif 63,19%, siswa cukup aktif 24, 11% dan siswa yang kurang aktif 4,67%. Sedangkan pada siklus II didapat data siswa yang sangat aktif 19,75%, siswa yang aktif 78,99%, siswa yang cukup aktif 1,26%. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode proyek pada mata pelajaran PAI kelas IX AP materi tata cara pengurusan jenazah dapat meningkatkan keaktifan siswa


(7)

ii

Anike Suci Badriawan (1110011000094). Application of Project Method To Improve Student Motivation in Religious Education Learning Islamdi SMK Islam Ruhama, South Tangerang

This thesis discusses the application of the project method in improving the learning activity of students in the PAI. Therefore, based on the results of observations in class XI SMK Islam Ruhama AP showed the presence of students in the learning PAI passivity.

This study aims to assess and describe the application of the project method and increase the activity of students of class IX term 2 SMK Islam Ruhama South Tangerang 2013/2014 school year through the implementation of the project method. The research method using action research approach. Research subjects that all students of class IX AP SMK Islam Ruhama South Tangerang 2013/2014 school year, amounting to 17 students, while the object of research is activenees and student learning outcomes in subjects of Islamic Education.

Data collection techniques such as observation, interviews, field notes, tests and documentation. Data analysis techniques in the form of qualitative descriptive methods groove. The results showed an increase in the activity of which can be seen from the increased activity of students that can be seen from the increase in the activity of student learning activities that include visual, oral activities, listening activities, writing activities, the motor activities, mental activities, emetional activities.hal been found that the the first cycle is very active student of 6.04%, 63.19% students were active, fairly active 24 students, 11% of students who are less active and 4.67%. While the data obtained in the second cycle students are very active 19.75%, 78.99% students were active, fairly active student 1.26%. The conclusion of this research is the application of the project method in class IX AP subjects PAI material bodies maintenance procedures can increase the activity of students.


(8)

iii

rahmat-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan kepada umat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmatdan hidayah-Nya skrisi yang berjudul

“Penerapan Metode Proyek Guna Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran PAI” dapat diselesaikan dan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususnan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Sekretariat Jurusan Ibu Marhamah Saleh, M. A yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan PAI.

3. Ibu Siti Khadijah, M.A, Dosen Pembimbing Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahan dan bimbingannya, serta arahan kerelaan waktu dan tempat yang telah diluangkan untuk penulis selama proses bimbingan skripsi.

4. Bapak Rusdi Jamil, M. A, Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Pendidikan agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah


(9)

iv

6. Ibu Hj. Masmidah, S. Pd.I, Guru PAI SMK Islam Ruhama yang telah banyak membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.

7. Khususnya kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Wawan dan Ibunda Siti Khatimah, yang tak berhenti-hentinya mendo’akan, mencurahkan kasih sayang serta memberikan dukungan moril maupun materi kepada penulis. Tak lupa juga kepada Ibunda Alm. Siti Badriah kasih sayang mu selalu melekat di hati, Allahummagfirlahaa warhamhaa waa’fihaa wa’fu a’nhaa. 8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam 2010 yang

telah memberikan dukungan, semangat, motivasi serta bantuannya. Khususnya teman-teman Molose PAI C 2010 yang selalu menyemangati dan menjaga kekompakan persahabatan kita, sehingga selesai dlam penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah memberikan dorongan dan bantuan dalam menyusun Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khazanah ilmu pengetahuan.

Fastabiqul Khoirot

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 20 Agustus 2014 Penulis,

Anike Suci Badriawan NIM. 1110011000094


(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka menjadi manusia yang dapat menggapai cita-citanya. Adapaun menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peseerta didik melalui kegaiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.1 Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, dalam buku peranan pendidikan agama terhadap pemecahan problema remaja karangan Drs. H. Sahilun A. Nasir mengatakan bahwa suatu usaha manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia itu supaya sampai kepada titik maksimal yang dapat dicapai sesuai tujuan yang dicita-citakan.2

Jadi, dapat di simpulkan pendidikan adalah suatu usaha dan proses pembentukan pribadi manusia dengan menanamkan segenap kemampuan. Baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk membawa peserta didik pada suatu perubahan tingkah laku yang diinginkan. Pengertian ini kelihatan cukup simpel dan sederhana, akan tetapi bila pengertian ini ditelaah lebih dalam, maka akan terlihat rumit dan begitu kompleksnya proses yang dituntut dalam mengelolah pelajaran itu sendiri. Hal itu bisa dipahami karena membawa peserta didik kearah perubahan yang diinginkan merupakan

1

Hasbullah, Dasar-dasarIlmu Pendidikan, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 1999), h. 4

2

Drs. Sahilun Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,


(17)

pekerjaan yang berat. Pekerjaan ini membutuhkan suatu analisis yang tajam dan perencanaan yang mantap, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat serta menerapkannya kepada peserta didik.

Mengajarkan bukan semata persoalan menceritakan, belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Adapun yang biasa membuahkan hasil yang langgeng hanyalah kegiatan aktif.

Melvin Silberen berpendapat dalam buku active learning 101 cara belajar siswa aktif bahwa siswa belajar aktif, yaitu mengerjakan beberapa tugas, menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif itu harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. meningglkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud)3

Pengalaman belajar diperoleh melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan dan interaksi dengan materi pelajaran, teman, narasumber dan sumber belajar lainnya. Selanjutnya siswa mengkontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang diperolehnya.

Penyempurnaan KBM dicobakan dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan pendekatan kooperatif.4

Belajar dalam konteks nyata menjadi pencetus lahirnya prestasi belajar karena belajar menemukan kemampuan belajarnya melalui rasa kemandirian yang dibangun secara bersama akan meningkat seiiring dengan tantangan yang dikembangkan dalam belajar menggunakan perencanaan model Project Based

3

Melvin silberman. Active learing 101 cara belajar siswa aktif,( Bandung : Nusa media, 2011) h.

9.

4

Ni Made Suci, “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan

PartisipasiBelajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha”,


(18)

Learning. Salah sati ciri dari belajara berbasis proyek adalah adanya perilaku anggota kelompok yang bekerja secara bersama. Hal ini dipertegas oleh Blumenfled (2000) yang menyebutkan salah satu dari empat esesnsial pengetahuan yang didesain dalam Project Based Learning, yaitu adanya kolaborasi yang dibangun sesama komunitas.

Hal ini memungkinkan, pemebelajaran Project Based Learning efektif berfokus pada kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara pelajar dengan kawan sebayanya untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Selain itu pengajar hanyalah sebagai fasilitator, merancang kegaiatan, dan sumber belajar, memberikan nasehat pada pelajar yang secara subtansial mendorong lahirnya proses belajar yang bermakna.5

Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode kooperatif, penemuan, inkuiri, eksploratif, berpikir kritis dan memecahkan masalah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah metode Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek/Penugasan). Pembelajaran Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis proyek/Penugasan) merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara kelompok. Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “learning by doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai tujuan. Dengan menggunakan metode proyek, anak memperoleh

5

Muh. Rais, “ Model Project Based Learning sebagai upaya meningkatkan prestasi akademik


(19)

pengalaman belajar dalam berbagai pekerjaan dan tanggung jawab untuk dapat dilaksanakan secara terpadu dalam rangka mencapai tujuan bersama.6

Karena pendidikan itu merupakan proses kehidupan dan bukan penyiapan kehidupan di masa yang akan datang, maka pekerjaan guru akan sangat penting dan sangat bernilai bila apa yang dilakukan guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, melainkan mengerjakan bagaimana menjalani kehidupan. Manusia menjalani kehidupan dengan berbagai masalah yang dihadapi untuk diselesaikan secara memuaskan. Gagasan John Dewey di atas yakni “learning by doing” dikembangkan oleh William H. Kilpatrich dalam metode proyek. Metode proyek berusaha membantu anak untuk meningkatkan aktivitas belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dari orientasi tanggung jawab yang penekanannya pada guru beralih ke tanggung jawab kepada anak didik. Aktivitas pengajaran dengan menggunakan metode proyek dimaksudkan untuk membantu anak mencari jalan keluar pemecahan masalah yang dihadapi yang menyibukkan pikiran mereka. Karena berkaitan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, metode proyek diharapkan dapat menjadi wahana untuk menggerakkan kemampuan kerjasama dengan sepenuh hati dan memecahkan masalah tertentu secara efektif dan efisien.7

Pembelajaran berdasarkan proyek tidak dapat terjadi tanpa guru mengembangkan kelas yang memungkinkan pertukaran ide secara terbuka, sehingga metode pembelajaran proyek ini tidak lepas dari adanya diskusi kelas.

Pembelajaran berdasarkan proyek berguna untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan bekerjasama dengan temannya dalam menyelesaikan proyek atau tugas yang diberikan guru, sehingga pokok bahasan yang sesuai untuk diajarkan dengan metode pembelajaran

6

Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak -kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.

138.

7


(20)

berdasarkan proyek adalah bahasan yang menuntut siswa untuk menyelesaikan proyek/tugas yang diberikan guru dengan bekerjasama.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat berhubungan erat dengan dunia nyata siswa, misalnya: thaharah, shalat, haji dan umrah, merawat jenazah, jual beli, warisan dan lain-lain. Untuk itu seorang pendidik harus kreatif dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam, menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa merasa tertarik dan mampu memahami materi yang disampaikan oleh pendidik secara maksimal. Sebelumnya penulis sudah berbincang- bincang dengan guru mata pelajaran PAI bahwa materi yang sulit di mengerti oleh siswa adalah tentang pengurusan jenazah. Maka, peneliti mencoba salah satu metode pembelajaran yang digunakan di SMK Islam Ruhama Cirendeu Tangerang Selatan adalah metode pembelajaran berbasis proyek, dengan adanya metode pembelajaran berbasis proyek ini diharapkan siswa SMK Islam Ruhama Cirendeu Tangerang Selatan mampu memahami materi PAI yang disampaikan oleh pendidik, sehubungan dalam hal ini penulis ingin mengetahui pengaruh metode pembelajaran berbasis proyek terhadap kualitas pembelajaran PAI di SMK Islam Ruhama Cirendeu Tangerang Selatan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Penerapan Metode Proyek Guna Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran PAI masih ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa.

2. Keaktifan belajar PAI siswa yang masih rendah.


(21)

4. Sebagian siswa belum mampu berfikir secara menyeluruh sehingga belum memahami keterkaitan satu meteri dengan materi lainnya.

5. Masih sedikit siswa yang mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari.

6. Belum diterapkan metode proyek di sekolah ini.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah:

1. Metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dibatasi dengan menggunakan metode proyek, yaitu metode yang teknik penyajian bahan pelajaran dengan eksperimen. Maka siswa yang akan menyusun proyek kerja dengan sendiri.

2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI di batasi pada keaktifan siswa dalam proses proyeknya, keaktifan bertanya, dan mengemukakan pendapat. 3. Mata pelajaran yang dibatasi dakam materi tata cara pengurusan jenazah.

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah yang meliputi: 1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran berbasis proyek di SMK Islam

Ruhama?

2. Apakah Metode proyek dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI?

3. Adakah kelebihan dan kekurangan dalam penerapan metode proyek guna meningkatkan keaktifan siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai. Sesuai dengan permasalahan yang diungkap maka tujuan dilaksanakan karya penelitian ini adalah :


(22)

1. Untuk mengatasi kepasifan siswa dalam pembelajaran PAI di SMK Islam Ruhama

2. Untuk mengetahui penerapan metode proyek yang dapat meningkatkan keaktifan siswa.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam metode proyek. F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari suatu penelitian ini setidaknya ada dua, yaitu manfaat di bidang ilmu pengetahuan (akademik ilmiah) dan manfaat di bidang sosial praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat akademik ilmiah

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka manfaat akademik ilmiahnya adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat sosial praktis

Dalam penelitian ini manfaat sosial praktiknya adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai atau digunakan sebagai alternative pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di SMK Islam Ruhama Cirendeu Tangerang Selatan


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keaktifan Belajar Siswa

1. Pengertian Keaktifan Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif yang berarti giat (bekerja, berusaha).8 Belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dianggap sebagai proses perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

Hilgard mengungkapkan “learning is the process by wich an activity orginates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atributable to training.” Bagi Hilgrad, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di adalam laboratorium amaupun dalam lingkungan alamiah.9

Keaktifan belajar siswa pada pemebelajaran PAI dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran seperti pada saat mendengarkan ceramah, mendiskusikan, mendemontrasikan, pelaksanaan tugas dan sebagainya.

Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:

a. Visual Activeties (kegiatan visual) seperti membaca, mengamati eksperiment, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekrja atau bermain

b. Oral Activeties (kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mangajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening Activeties (kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagianya.

8Tim Penyusun Kamus Besar Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 13

9

Zurinal dan Wahdi Sayiti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan,

(Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 117


(24)

d. Writing Activeties (kegiatan menulis) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebaginya.

e. Drawing Activeties ( kegiatan menggambar) seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebaginya.

f. Motor Activities (kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

g. Mental Activities (kegiatan mental) seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

h. Emotional Activities (kegiatan emesional) seperti manaruh minat, merasa bosan, gembira, tenang, gugup, sedih, dan segabainya.10

Kegiatan belajar siswa menurut Diedrich sangat bervariasi. Aktivitas di sini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja melainkan aktivitas rohani juga dapat diamati secara langsung. Seorang siswa sering bertanya berulang-ulang kepada guru, belum tentu dapat dikatakan aktif karena dalam menilai keaktifan seorang siswa tidak hanya diukur dari aspek kognitif saja , tetapi juga harus diukur dari segi efektif dan psikomotoriknya.

Adapun konsep dari pembelajaran aktif adalah:

a. Dipandang dari sisi proses pembelajaran, yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, keaktifan dari segi fisik, mental, emesional, dan intelektual.

b. Dipandang dari segi hasil belajar, yaitu tidak hanya membentuk siswa yang cerdas tetapi diimbangi oleh sikap dan keterampilan siswa. Seperti kemampuan menemukan, menganalisis, mencari data, dan sebagainya.11 Adapun penerapan pembelajaran beroreantasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut :

a. Kadar pembelajaran beroreantasi aktivitas siswa dilihat dari proses perencanaan, adalah:

10Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. Ke 7. H. 172

11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Preneda Media Group, 2008), cet. Ke. 5, hal.


(25)

1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran. 2) Adanya keterlibatan siswa dalam menentukandan memilih sumber

belajar yang diperlukan.

3) Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.

b. Kadar pembelajaran beroreantasi aktivitas siswa dilihat dari proses pembelajaran, adalah:

1) Adanya keterlibatan siswa baik fisik, mental, emesional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran

2) Siswa belajara secara langsung. Dalam hal ini maksudnya konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata.

3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

4) Adanya keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia serta relevan.

5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan.

6) Terjadinya interkasi yang multi-arah, abaik anatara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa.

c. Kadar pembelajaran beroreantasi aktivitas siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran, adalah:

1) Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

2) Adanya keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas.

3) Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secra lisan berkenan hasil belajar yang diperolehnya.12


(26)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Keaktifan Siswa

Keberhasilan penerapan keaktifan siswa dalam proses pembelajran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

a. Kemampuan guru

Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik unutk membelajarkan siswa

b. Sikap profesional guru

Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang prfesional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal, oleh karena itu ia akan selalu menambah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.

c. Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru

Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru sangat berpengaruh terhadap implementasi pembajaran proses belajar siswa aktif. Hal ini memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak, pemahaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajar siswa dan pemahaman berbagai model pembelajaran.

d. Ruang kelas

Ruang kelas yang terlau sempit misalnya, akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Selain itu penataan tempat duduk siswa juga diperhatiakan, karena pembelajaran beroreantasi aktivitas siswa menghendaki siswa aktif dalam belajar, sebaiknya tempat duduk tidak bersifat statis , melainkan dinamis. Artinya tempat duduk didesain agar dapat dipindah-pindah sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.


(27)

e. Media dan sumber belajar

Dalam pembelajaran aktis siswa yang menggunakan multimetode dan multimedia akan memudahkan siswa untuk menadapatkan atau menerima berbagai sumber informasi secara mandiri, baik secara grafis seperti buku, majalah, koran, surat kabar, buletin, dan lain-lain, atau dari media elektronik seperti radio, televisi, flim slide, video, komputer, dan lain-lain. f. Lingkungan belajar

Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah misalnya, jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil, dan lain-lain. Selain itu adalah lingkungan psikologi meliputi iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu mislanya keharmonisan hubungan guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, termasuk hubungan pihak sekolah dengan orangtua siswa.13

B. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) 1. Pengertian

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Melalui pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat. Metode ini dapat dipandang sebagai bentuk open-ended contextual activity-bases learning, dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif, yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada periode tertentu.14

13Ibid,. h. 143-146

14

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tinjauan Konseptual


(28)

Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.

Kata proyek berasal dari bahasa latin, yaitu proyektum yang berarti maksud tujuan, rancangan, rencana.15

Metode pembelajaran proyek adalah kegiatan belajar mengajar yang prosesnya berdasarkan inkuiri. Dalam pembelajaran ini, siswa berfokus pada pertanyaan dan permasalahan yang kompleks. Kemudian menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah memalui proses investigasi yang dilakukan secara kolaboratif dalam beberapa waktu. Kebanyakan proyek terlaksana dengan melakukan investigasi isu-isu dan topik-topik otentik yang ditemukan di luar sekolah, selama proses inkuiri, siswa mempelajari isi, informasi dan fakta-fakta yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan dari tiap-tiap pertanyaan. Selama proses berlangsung siswa juga mempelajari keterampilan-keterampilan dan kebiasaan berpikir yang bernilai.16

Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli.

a. Thomas Mergendoller dan Michaelson mengatakan PBL adalah metode pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajaran ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan autentik dan perancangan produk dan tugas.

15

Risa Agustin, Kamus Ilmiyah Populer, ( Surabaya : Serba Jaya, 2010), h. 440.

16

Noerazizah, “Pengaruh Metode Proyek trehadap hasil Belajar Biologi Siswa kelas X pada

Konsep Pencemaran Lingkungan” Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, Jakarta, Jakarta,


(29)

b. Baron B. mengatakan PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata relevan bagi kehidupannya.

c. Blumenfeld menjelaskan bahwa PBL adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajaran melakukan riset terhadap permasalahan nyata.

d. Boud dan Felleti mengemukakan PBL adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus aktivitas pelajar.17

Moeslichatoen dalam bukunya “metode pengajaran di taman kanak-kanak” mengatakan bahwa: model pembelajaran berdasarkan proyek (PBL) adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Menurut hasil penelitian terdapat hubungan yang erat antara proses memperoleh pengalaman yang sebenarnya dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan bagi anak harus diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan anak yang banyak menghadapkan anak dengan pengalaman langsung.

Pembelajaran Berbasiskan Proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning by Doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.18

Jadi pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam

17

Elly Ika Susanti, “Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN I Karang Binangun

Lamongan” Skripsi pada Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2008, h. 25-26,

tidak dipublikasikan

18


(30)

mengumpulkan, mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Kemudian masalah tersebut dipecahkan secara berkelompok. Dan dalam pembelajaran ini siswa mampu menemukan sendiri penyelesaian dari produk/tugas yang diberikan.

Dalam perspektif agama Islam belajar adalah kewajiban bagi setiap Muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga derajat kehidupannya meningkat. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- Mujadalah ayat 11 sebagai berikut:



























































































Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.19

Selain itu juga firman Allah dalam surat Al-Isro’ ayat 36 menyatakan :


(31)



























Artinya : dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya20

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Buck Institute for Education, bahwa belajar berbasis proyek memilki karakteristik:

a. Pembelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya c. Pembelajar merancang proses untuk mencapai hasil

d. Pembelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang didapatkan

e. Melakukan evaluasi secara continue

f. Pembelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan g. Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya

h. Kelas memiliki atmosfer yang memberikan toleransi atas kesalahan dan perubahan. karakter tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar.

Pembelajaran berbasis proyek memiliki lima prinsip yang merupakan ciri yang dapat membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan model pembelajaran lain, yaitu:

a. Centrality, proyek sebagai pusat atau sentral


(32)

b. Driving Question, Project-Based Learning difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

c. Constuctive investigation, proyek harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan proyek yang dijalankan harus memberikan keterampilan dan pengetahuan baru bagi siswa.

d. Autonomy, aktivitas siswa sangat penting, siswa sebagai pemberi keputusan dan berperan sebagai pencari solusi (problem solver).

e. Realisme, kegiatan siswa difokuskan pada kegiatan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya atau dunia nyata. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap professional.

Lima prinsip dari pembelajaran berbasis proyek ini merupakan karakter yang harus ada dalam model pembelajaran proyek. Karakter ini menunjukan bahwa model pembelajaran berbasis proyek mengutamakan aktifitas siswa dalam menghimpun konsep dan pengetahuannya.

Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek memang sangat mirip, keduanya menekankan lingkungan belajar siswa aktif, kerja kelompok (kolaboratif), dan tekhnik evaluasi otentik (authentic assessment). Maka dalam project-based learning siswa lebih didorong pada kegiatan desain: merumuskan job, merancang (desaigning), mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan dan mengevaluasi hasil. 21

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek terutama dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan memecahkan masalah dalam penugasan (proyek) belajar peranan orang dewasa melalui

21


(33)

pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri. Uraian rincian terhadap ketiga tujuan ini diuraikan sebagai berikut:

a. Metode proyek merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak didik memperoleh keterampilan dalam memecahkan persoalan sehari- hari lebih baik.

b. Melalui pembelajaran berbasis proyek diharapkan siswa mendapat kesempatan untuk menggunakan kemampuan, keterampilan dan minta serta kebutuhannya terpadu dengan kemampuan, dan minat serta kebutuhan siswa lain dalam mencapai tujuan kelompok.

c. Metode proyek diharapkan dapat memberi pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan penalaran, karena proyek merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah.

d. Metode proyek bertujuan mengembangkan kemampuan mengadakan hubungan siswa dengan siswa lain dalam kelompok, yang dapat menimbulkan kecenderungan berpikir, merasakan dan bertindak lebih kepada tujuan kelompok dari pada diri sendiri.

e. Metode proyek memberi peluang kepada tiap anak untuk berperan serta dalam pemecahan masalah yang dihadapi dengan memilih bagian pekerjaan kelompok sesuai dengan kemampuan, keterampilan, kebutuhan, dan minat masing-masing.

Dari beberapa tujuan metode proyek di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan memecahkan masalah dalam penugasan melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri.22

22


(34)

4. Tahap pembelajaran berbasis proyek

Dalam startegi pembelajaran berbasis proyek terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan, agar pelaksanaan seluruh proses kegiatan strategi pembelajaran berbasis proyek dapat berhasil. Strategi pembelajaran berbasis proyek terdiri atas tiga tahap utama, yaitu :

a. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan pembelajaran merupakan tahap yang sangat penting dalam setiap proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan berbasis proyek, tahap perencanaan ini sangat mempengaruhi proses pelaksanaan pembelajaran, tahap perencanaan ini harus dirancang secara sistematis sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Maka langkah-langkah perencanaan dirancang sebagai berikut :

1) Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek

Mengingat pembelajaran pratik berbasis proyek lebih bersifat kompleks, maka sertiap bagian proyek harus dirumuskan tujuan pembelajaran yang jelas. Dari setiap pekerjaan proyek harus dirumuskan tujuan pembelajarannya, baik tujuan umum maupun tujuan khusus.

2) Mengalisis karakteristik siswa

Untuk mengelompokan siswa ke dalam kelompok, jenis pekerjaan yang ada dalam proyek, maka harus dilihat kemampuan dan keterampilan siswa.

3) Merumuskan strategi pembelajaran 4) Membuat lembar kerja (job sheet) 5) Merancang kebutuhan sumber belajar 6) Merancang alat evaluasi

b. Tahap Pelaksanaan

1) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan 2) Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja


(35)

4) Mengerjakan proyek c. Tahap Evaluasi

1) Mempresentasikan hasil proyeknya 2) Adanya forum tanya jawab

3) Guru mengevaluasi secara lengkap

4) Kemajuan belajar siswa dapat diketahui jelas

5) Begitupun kelemahan dalam proses pembelajaranya sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secara tepat.23

5. Kelebihan model pembelajaran berbasis proyek

Pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan metode pembelajaran lainnya, yang dapat memberikan keuntungan bagi siswa, guru, dan perkembangan kualitas sekolah.

Menurut Moursund dalam buku Made Wena, keuntungan pembelajaran berbasis proyek antara

lain sebagai berikut:

a. Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberap laporan penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

b. Increased Problem-solving ability, beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif, dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.

c. Improved library research skill. Karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat harus mampu memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

d. Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan memperaktikan keterampilan

23


(36)

komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dalam proyek.

e. Increased resource-management skills. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan peraktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.24

Metode proyek adalah metode yang terbaik untuk mendidik murid-murid berfikir bebas dan lepas dari pengawasan dari guru. Siswa di sarankan untuk berfikir, tidak menghafal kaedah-kaedah, membahas dan bekerja, sehingga tercapai hasil yang memuaskan.25

Sekolah pada hakikatnya berkewaiban mempersiapkan anak didiknya agar tidak canggung hidup di tengah-tengah masyarakat yang banyak sekali masalah-masalah yang akan ditemuinya. Oleh karenanya guru berkewajiban melatih anak didik untuk memberikan kemampuan tehnik menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat.26

Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada kelas atau sekolah. Desain khusus untuk sekolah dapat diwujudkan jika keadaan memang ideal. Namun, jika sekolah belum bisa mewujudkan desain kelas atau sekolah yang sesuai dengan karakter pembelajaran berbasis proyek, maka guru atau staf sekolah yang lain dapat dimaksimalkan fasilitas yang ada ataupun menyesuaikan dengan kemampuan sekolah dan kemampuan murid. Peran guru sangat penting dalam pembelajaran berbasis proyek, walaupun keadaan terbatas, guru dapat memotivasi siswa dan berinovasi agar pembelajaran yang bermakna dapat terwujud.27

24

Ibid,. h. 147

25

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : PT.Hardika Agung, 1990),

hal : 103

26

Zakiah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),

cet 4, h. 310


(37)

6. Perbedaan pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran konvensional

Pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa perbedaan dengan pembelajaran konvensional, berikut ini adalah tabel yang menunjukan perbedaan tersebut.28

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Pembelajaran Konvensional

Aspek Pendidikan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Berbasis Proyek

Fokus Kurikulum Cakupan isi Kedalaman pemahaman Pengetahuan tentang

fakta-fakta

Penguasaan konsep-konsep dan fakta-fakta Belajar keterampilan “Building-block” dalam isolasi Pengembangan keterampilan pemecahan masalah kompleks Lingkup dan Urutan Mengikuti urutan

kurikulum secara ketat

Mengikuti minat siswa

Berjalan dari blok ke blok atau unit ke unit

Unit-unit besar tebentuk dari problem dan isu yang

kompleks Memusat, fokus berbasis

disiplin

Meluas, fokus intersidipliner Peranan Guru Penceramah dan direktur

pembelajaran

Penyedia sumbr belajar

Peranan Guru Ahli Pembimbing/partner Fokus Pengukuran Produk Proses dan produk


(38)

Skor tes Pencapaian yang nyata Membandingkan dengan

yang lain

Untuk kerja standard an kemajuan dari waktu ke

waktu

Reproduksi informasi Demonstrasi pemahaman Bahan-bahan

Pembelajaran

Teks, ceramah dan presentasi

Langsung sumber-sumber asli: bahan-bahan terceak, interview, dokumen, dan

lain-lain Aspek Pendidikan Pembelajaran

Konvensional

Pembelajaran Berbasis Proyek

Bahan-bahan pembelajaran

Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan guru

Data dan bahan dikembangkan siswa Penggunaan

teknologi

Penyokong, periferal Utama, integral Dijalankan guru Diarahkan siswa Kegunaan untuk perluasan

presentasi guru

Kegunaan untuk perluasan presentasi siswa

atau penguatan kemampuan siswa Kontek kelas Siswa bekerja sendiri Siswa bekerja kelompok

Siswa berkompetensi satu dengan lainnya siswa menerima informasi dari

guru

Siswa kolaboratif satu dengan yang lainnya siswa mengkonstruksi,

berkontribusi, dan melakukan sintesis

informasi


(39)

oleh diri sendiri Pengingat dan pengulangan

fakta

Pengkaji, integrator, dan penyaji ide Siswa menerima dan

menyelesaikan tugas-tugas laporan pendek

Siswa menentukan tugas mereka sendiri dan bekerja secara independen

dalam waktu yang besar Tujuan jangka

pendek

Pengethuan tentang fakta, istilah dan isi

Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang

kompleks Tujuan jangka

panjang

Luas pengetahuan, lulusan yang memiliki pengetahuan

yang berhasil pada tes standar pencapaian belajar

Dalam pengetahuan, lulusan yang berwatak

dan terampil mengembangkan diri,

mandiri, dan belajar sepanjang hayat29.

Dalam table diatas, terlihat sangat jelas perbedaan antara pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran berbasis konvensional yang lebih condong pada pembelajaran tradisional. Dilihat dari beberapa aspek terlihat perbedaan yang sangat mencolok. Dalam pembelajaran berbasis proyek lebih cendrung menekankan pada keaktifan dan kemandirian siswa, sedangkan pada


(40)

7. Pedoman Pembimbing dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun pedoman pembimbingan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Keautentikan

Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa setratgi sebagai berikut :

1) Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari tugas yang dikerjakan.

2) Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu menyelesaikannya tepat waktu.

3) Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari tugas yang dikerjakannya.

b. Ketaatan terhadap nilai akademik

Hal ini bias dilakukan dengan beberapa setratgi berikut:

1) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai pengetahuan/disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan. 2) Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi

tantangan pada siswa untuk dapat menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah.

3) Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berfikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah.

c. Belajar pada dunia nyata

Hal ini bias dilakukan dengan beberapa stratgi berikut,

1) Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks permasalahan yang nyata yang ada dimasyarakat.

2) Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi organisasi yang menggunakan teknologi yang tinggi.

3) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan keterampilan pribadinya.


(41)

d. Aktif meneliti

Hal ini bias dilakukan dengan beberapa setratgi berikut,

1) Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai jadwal yang telah dibuatnya.

2) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber.

3) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lain.

e. Hubungan dengan ahli

Hal ini bias dilakukan dengan beberapa setratgi berikut,

1) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang relevan.

2) Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja/berdiskusi dengan orang lain dalam memecahkan masalah.

3) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak/meminta pihak luar untuk terlibat dalam menilai kerjanya.

f. Penilaian

Hal ini bias dilakukan dengan beberapa setratgi berikut,

1) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya.

2) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat mengembangka standar kerja yang terkait dengan tugasnya.

3) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.30 C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan perserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga


(42)

mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Darajat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senanatiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup31

Meunurut Muhaiminin, bahwa “pendidikan agama Islam adalah upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang”.32

Zakia Daradjat dalam bukunya Abdul majid dan Dian Andiyani “Pendidikan Agama islam Berbasis Kompetesis” memaknai pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

1) Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life)

2) Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar agama Islam.

3) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akherat kelak.33

Prof. Dr. Athiyah Al-Abrasyi dalam bukunya “Dasar-dasar pokok pendidikan Islam” menegaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan),

31

Abdul Majid dan Dian Andiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130

32

Muhaiminin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2009), h. 7 33


(43)

membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur34

Dengan demikian yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah tingkat baik buruknya suatu upaya belajar siswa tentang ajaran agama Islam sebagaimana tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

2. Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Umum (SMU). 1) Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban,

saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya

2) Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi.

3) Memilih, memadukan dan menerapkan kosmep-konsep, pola, tehnik-tehnik, struktur, dan hubungan.

4) Memilih, mencari, menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber.

5) Memahami, menghargai lingkunagn fisik, makhluk hidup, dan teknologi. 6) Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat. 7) Brekreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual serta

menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.

8) Berpikir logis dan logis

9) Menunjukan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan orang lain.35

3.Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di SMU bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

34

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), hal. 155


(44)

penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketekunannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.36

4.Ruang lingkup mata pelajaran PAI

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain :

1) Hubungan manusia dengan Allah

2) Hubungan manusia dengan sesama manusia

3) Hubungan manusia dengan makhluk lain (selain manusia) dan lingkungan.37

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas berfokus pada lima aspek yaitu:

1) Al-Qur'an 2) Aqidah 3) Syari'ah 4) Akhlak 5) Tarikh

Dan dalam penelitian ini model pembelajaran berbasis proyek diaplikasikan pada mata pelajaran PAI pokok bahasan penyelenggaraan jenazah yang mana termasuk dalam ruang lingkup pelajaran pendidikan agama Islam pada aspek Syari'ah.

36

Ibid,. h. 135

37


(45)

D. Menerepakn Metode Proyek Guna meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Materi Tatacara Pengurusan Jenazah

1. Alur Proses Metode Proyek dalam Pembelajan di kelas XI AP

a. Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok sesuai dengan jumlah peserta yang diperlukan untuk memperagakan. Diperlukan 5-6 orang siswa. b. Setiap kelompok akan diberikan pertanyaan dari guru

c. Siswa merancang rpoyek secara kelompk

d. Kemudian dipragakan atau di presentasikan hasilnya. 2. Pokok Bahasan Pengurusan Jenazah

Perawatan jenazah muslim /muslimat yaitu dimulai dari cara memandikan, mengkafani, menshalatkan, sampai menguburkan. Dalam pelaksanaan perawatan jenazah ini ada tata cara atau kaifiyah yang harus diperhatikan oleh kaum muslim.

a. Memandikan jenazah

Tahap pertama yang harus dilakukan seorang muslim terhadap jenazah yaitu memandikan jenazah. Memandikan jenazah harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasullullah saw. Secara umum, jenazah yang wajib dimandikan yaitu :

1) Jenazah itu orang Islam. Artinya, bila jenazah bukan muslim maka dia diserahkan kepada tata cara yang ditentukan oleh agama si jenazah itu sendiri.

2) Didapati tubuhnya walaupun sedikit. Syarat ini menerangkan bahwa memandikan jenazah tidak berarti harus jenazah yang utuh. Kendati jenazah tersebut hanya tersisa sebagian dari tubuhnya, misalnya karena kecelakaan, maka jenazah tersebut masih memiliki hak untuk dimandikan secara rapih.

3) Status jenazah bukan mati syahid. Ketentuan mati syahid atau tidaknya seseorang, dapat dilakukan dengan merujuk pendapat ulama yang berwenang. Selain syarat umum tersebut, ada syarat khusus dalam


(46)

pelaksanaan memandikan jenazah. Jika jenazah itu laki– laki maka yang memandikannya adalah laki–laki atau boleh istrinya atau mahramnya. Sebaliknya jika jenazah itu perempuan dimandikan oleh perempuan atau suaminya atau mahramnya. Seorang laki-laki tidak boleh memandikan jenazah perempuan yang bukan istri atau muhrimnya. Begitu pula sebaliknya, seorang perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki yang bukan suaminya atau bukan muhrimnya.

Terkecuali bila jenazah yang dimaksud itu adalah jenazah bati atau kanakkanak, maka yang memandikannya boleh berlawanan jenis kelamin dengan jenazah. Hanya saja, perlu diingat bahwa yang paling berhak memandikan jenazah adalah keluarga terdekatnya teapi itu juga kalau keluarga dekatnya berhalangan, maka haknya boleh berpindah kepada orang yang bersifat amanah.

Tata Cara Memandikan Jenazah, antara lain :

1) Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi seperti ranjang. 2) Jenazah dimandikan di tempat yang tertutup.

3) Jenazah hendaknya dipakiakan kain basahan untuk menutupi aurat saat dimandikan

4) Jenazah dibersihkan dari najis.

5) Seluruh tubuhnya dibersihkan dari najis dimulai dari gigi, mulut dengan air sabun lalu tubuhnya dari rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih.

6) Setelah dimandikan, jenazah dirapikan rambutnya dan diwudukan seperti wudhu biasa. Tubuhnya dikeringkan dengan handuk.

b. Mengkafani jenazah

Mengkafani jenazah maksudnya yaitu membungkus jenazah dengan kain kafan. Kewajiban mengkafani jenazah status hukumnya yaitu fardu kifayah bagi orang Islam yang masih hidup. Anggota keluarga yang ditinggalkan memiliki kewajiban untuk menyediakan


(47)

kain kafan bagi jenazah. Bila keadaan ekonomi keluarga yang berkabung tidak sanggup menyediakan kain kafan, persediaan kain kafan disediakan oleh baitul mal. Sementara bila baitul mal tidak ada, maka orang Islam yang mampu berkewajiban untuk menyediakan kain kafan.

Kain kafan hendaknya kain yang bersih, berwarna purtih, sederhana, yakni tidak mahal. Ketentuan dalam mengkafani jenazah : 1) Jenazah laki-laki dibungkus oleh tiga helai kain kafan yang menutupi

tubuhnya sedangkan bagi jenazah perempuan dilapisi lima lembar kain kafan yaitu kain basahan (kain mandi), baju, tutup kepala, kerudung dan kain kafan yang menutupi tubuhnya.

2) Cara memakaikan kain kafan :

a) Hamparkan selembar tikar dan bentangkan 4 utas tali diatasnya yang letaknya dari tempat kepala sampai mata kaki jenazah. b) Setiap helaian kain kafan diberikan harum-haruman.

c) Jenazah hendaknya diolesi kapur barus wangi dan diletakan diatas kain kafan.

d) Kedua tangan diletakan diatas dada dengan letak tangan kanak diatas tangan kiri.

e) Seluruh tubuh jenazah dibalut dengan kain kafan dan empat utas f) tali untuk bagian kepala, lengan,lutut dan mata kakinya.

c. Menyalatkan jenazah

Setelah dimandikan dan dikafani, jenazah hendaknya disalatkan dan hukumnya fardu kifayah bagi orang muslim yang masih hidup. Keluarga dekat jenazah anak yang saleh/salehah boleh ikut menyalatkan orang tuanya yang sudah meninnggal.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam syarat sahnya salat jenazah : 1) Suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian jauh dari najis,


(48)

2) Shalat dilakukan setelah jenazah dimandikan dan dikafani 3) Letak jenazah disebelah orang yang menyalatkan.

Adapun rukun shalat jenazah

1) Salat jenazah dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah Ta’ala.

2) Takbir empat kali.

3) Membaca surah Al-F±tihah sesudah takbir pertama

4) Membaca salawat Nabi Muhammad saw setelah takbir kedua 5) Membaca doa setelah takbir ketiga.

6) Berdoa setelah takbir keempat. 7) Berdiri jika kuasa.

8) Mengucapkan salam.

Adapun sunah-sunah shalat jenazah:

1) Mengangkat tangan Ketika mengucapkan empat kali takbir . 2) Israr yaitu merendahkan suara bacaan salat.

3) Membaca taawwuz.

Beberapa hal tentang salat jenazah

1) Salat jenazah boleh dikerjakan secara munfarid tetapi sebaiknya dilakukan secara berjamaah.

2) Wanita muslimah boleh dan sah mensalatkan jenazah.

3) Jenazah diletakan didepan orang yang menyalatkan dengan posisi

kepala jenazah di utara, badan dan kaki lurus kearah selatan.

4) Bila jenazah laki–laki maka imam hendaknya berdiri menghadap

dan sejajar dengan jenazah.

5) Jika jenazah banyak baik laki-laki maupun perempuan hendakanya

dishalatkan sekaligus.

6) Salat jenazah gaib apabila jenazahnya tidak ada ditempat shalat


(49)

d. Menguburkan jenazah

Jenazah dikuburkan setelah dimandikan, dikafani dan disalatkan. Hukumnya fardu kifayah bagi orang muslim yang masih hidup dan menguburkan jenazah harus segera dilaksanakan. Tempat penguburan adalah tempat penguburan khusus kaum muslimin, terpisah dari kuburan bukan muslim, dan karena diutamakan pelaksanaan penyelesaian Jenazah sesegera mungkin, maka cukup dikubur di tempat yang tersedia dan yang terdekat, dengan pengertian tidak selalu di tempat kuburan keluarga.

Persiapan Penguburan

1) Pembuatan liang lahat sekurang-kurangnya jangan sampai bau busuk mayit dapat keluar, dan sampai dapat dibongkar oleh binatang. 2) Pilih tempat yang cukup kuat tanahnya, dari penggalian binatang

buas, cukup jauh dari arus air,tidak mudah longsor dan hanyut tergusur aliran air.

3) Penutup lubang lahat harus cukup kuat dan rapat, supaya tidak mudah longsor ke bawah.

4) Keranda Janazah hendaknya tertutup rapat dan sesederhana mungkin.

Tata cara Penguburan :

1) Letakkan usungan keranda Janazah di sebelah liang kubur yang longggar.

2) Dibuka tutup keranda dan selubung jenazah.

3) Dua/tiga orang lelaki, dari keluarga jenazah terdekat dan diutamakan yang tidak junub pada malam hari, sebelumnya masuk dalam liang kubur dengan berdiri, menyiapkan diri menerima jenazah.

4) Masukkan jenazah dari arah kaki, didahulukan kepalanya dimasukkan (dari arah selatan).


(50)

5) Letakkan jenazah secara membujur, arah kepala di sebelah barat, dan badan jasadnya dihadapkan miring/serong, mukanya menghadap kiblat.

6) Lepaskan semua ikatan tali, serta dilonggarkan kain kafannya (pipi pelipis tidak harus meneyentuh tanah).

7) Letakkkan gumpalan tanah sebagai penyangga di bagian belakang badan, kepala, pinggang, perut, kaki, agar jasad tidak terlentang. 8) Tutuplah rongga dengan rapat dengan kayu atau batu untuk

kemudian ditimbuni tanah yang cukup padat dan rapat.

9) Buatlah gundukan tanah asal tidak melebihi sejengkal tangan tingginya.

10)Para pelayat diutamakan turut serta menimbuni tanah dengan tiga kali taburan tanah.

Setelah sub-sub kelompok siswa mendiskusikan materi untuk diperagakan, masing-masing kelompok juga menentukan bagaimana mereka akan memperagakan keterampilan itu kepada kelompok. Beri mereka 5-10 menit untuk mempraktikkannya.

Tiap sub kelompok akan mendapatkan giliran melakukan pemeragaan bagi siswa yang lain. Memberi kesempatan adanya pemberian masukan setelah masing-masing pemeragaan selesai dilakukan.38

E.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan yaitu penelitian yang dilakukakan oleh Elly Ika Susanti (2008) Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning) terhadap Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN I Karang Binangun Lamongan,

38

Firmanasari, Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI, (Jakarta: Pusat


(51)

menyimpulkan bahwa bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek siswa kelas X1 telah digunakan di SMA Negeri 1 Karangbinangun Lamongan sesuai dengan konsep. Adapun yang membedakan penelitian yang di lakukan oleh Elly Ika Susanti adalah melihat dari sisi pengaruhnya metode dengan kulitas materi PAI. Sedangkan penlitian saya melihat dari sisi peningkatan keaktifan siswa.

Noer Azizah (2008) dalam penelitian pengaruh Metode Proyek Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X pada Konsep Pencemaran Lingkungan, menyimpulkan bahwa dengan terdapat pengaruh positif antara pembelajaran proyek terhadap penguasaan konsep siswa. Adapun pembeda penelitian yang dilakukan oleh Noer Azizah adalah ruang lingkup pembelajarannya.

Warsito (2008) dalam penelitian Pembelajaran Sains Berbasis Proyek Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Academic Skill Siswa Kelas VII C SMP Muhammadiyyah 3 Depok, menyimpulkan bahwa dengan menggunakan Metode proyek dapat meningkatkan aktivitas siswa dan skill siswa. Adapun pembeda penelitian yang dilakukan oleh Warsito adalah metode proyek diringi dengan eksperimen.

H. Hipotesis Tindakan

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pelajaran tata cara pengurusan jenazah, sedangkan bidang kajiannya adalah tentang metode proyek.

Tata cara pengurusan jenazah merupakan materi dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memerlukan adanya pemahaman mendalam dan terperinci. Karena prosesi pengurusan jenazah dalam Islam memiliki makna yang sangat besar. Selain bisa mengingatkan orang akan kematian juga mempunyai keutamaan dan bisa mendatangkan pahala.

Kurangnya pemahaman terhadap materi ini menjadikan peserta didik akan mengalami kesulitan, terlebih ketika dalam dunia nyata mereka dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang menuntut mereka untuk melakukan tata cara pengurusan jenazah. Untuk mempelajari tata cara pengurusan jenazah perlu


(52)

adanya penyajian yang menarik yang dikemas dalam metode proyek agar dalam praktiknya peserta didik dapat mengaplikasikan berdasarkan pemahaman yang mereka dapat di sekolah.

Pelaksanaan dalam tindakan kelas berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui metode pembelajaran yang tepat dengan penerapan kondisional yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya.

Dalam proses pembelajaran seorang pendidik selain menguasai bahan yang akan diajarkan juga dituntut untuk menguasai berbagai strategi dan metode pembelajaran. Metode tersebut dapat disesuaikan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Begitupun pada materi fiqih mengenai tata cara pengurusan jenazah, siswa dituntut memahami materi pembelajaran bukan dengan mendengarkan informasi dari guru saja tetapi siswa juga dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Untuk memecahkan permasalahan tersebut penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran, metode yang digunakan adalah Metode proyek. Karena berdasarkan penelitian sebelumnya dengan metode proyek siswa akan lebih aktif dalam proses belajar mengajar serta meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam penelitian peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI melalui Metode Proyek, peneliti mengamati reaksi setiap siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di depan kelas. Penelitian tindakan tidak hanya dilakukan sekali, karena perlu adanya pembaharuan dalam pemikiran dan perlu mendapat perhatian sehingga siklus dalam penelitian tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, bulan April, tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SMK ISLAM RUHAMA yang beralamat di Jl. Tarumanegara No. 67 Cireundeu – Ciputat, Telepon 021 – 711724 Kode Pos 15419.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas XI-AP pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, dimulai dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul 1. Penyerahan

proposal ke jurusan

2. Seminar proposal √ 3. Pengumuman

dosen pembimbing & bimbingan awal

4. Pengajuan surat izin penelitian ke sekolah

5. Persiapan dan perencanaan


(54)

6. Observasi (studi lapangan)

7. Pelaksanaan pembelajaran

√ √

8. Analisis data & Penyusunan skripsi

√ √

B.Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal dengan Classroom Action Research, yaitu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.39 Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan menigkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran.

Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa:

1. Analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang”.

2. Menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pembelajaran.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. Perencanaan (Planning) 2. Pelaksanaan tindakan (Acting)


(55)

3. Pengamatan (Observing) 4. Refleksi (Reflecting)

Untuk pelaksanaan sesungguhnya jumlah siklus sangat tergantung pada permasalahan yang perlu dipecahkan.

1. Desain Interensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian

Gambaran tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian a. Perencanaan

1) Merencanakan tinadakan

2) Menetapkan criteria yakni terciptanya kelompok belajar yang aktif, dan hasil belajar yang meningkat.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian melalui proses pembelajaran yang terbagi menjadi beberapa siklus penelitian disesuaikan dengan besarnya masalah yang harus dipecahkan.

1) Siklus pertama

Pelaksanaa pembelajaran menggunakan model pembelajaran proyek pada sub konsep tatacara pengurusan jenazah. Observasi dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung. Hasil pengamatan dijadikan refleksi untuk rencana tindakan siklus kedua.

2) Siklus kedua

Proses pembelajaran tetap menggunakan metode proyek pada sub tatacara pengurusan jenazah. Hasil refleksi pada siklus I dijadikan bahan observasi kembali. Hasil pengamatan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk rencana tindakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kembali.40


(56)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain yang dikemukakan oleh Wina sanjaya, sebagai berikut:

Bagan 3.1

Alur Pelaksanaan PTK

Siklus I

Siklus II

permasalahan Perencanaan

t indakan I

Pelaksanaan t indakan I

Pengam at an/ Pengum pulan dat a Refleksi I

Perm asalahan baru hasil refleksi

Perencanaan t indakan II

Pelaksanaan t indakan II

Pengam at an/ Pengum pulan dat a II

Refleksi II

Apabila perm asalahan belum

t erselesaikan

Dilanjut kan ke siklus


(57)

c. Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pengamatan :

1) Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran dengan menggunakan metode proyek

2) Hasil keaktifan siswa dengan menggunakan metode proyek. Evaluasi dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung. Dengan memberikan koesioner kepada siswa dan post test untuk mengukur pemahaman siswa.

d. Refleksi

Data yang terkumpul pada siklus pertama dianalisis dan didiskusikan bersama guru yang bersangkutan, tentang kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran kemudian dideskripsikan sebagai bahan penyusunan perencanaan tindakan pada pembelajaran siklus yang kedua. Data yang terkumpulkan pada siklus kedua dianalisis dan direfleksikan kembali, dilihat apakah hasil yang didapa tsudah sesuai yang diinginkan peneliti. Dari hasil analisis dilihat seberapa besar peningkatannya. Langkah pembelajaran yang masih kurang direkomendasikan untuk diperbaiki jika ada penelitian selanjutnya.

Pelaksanaan pembelajaran peneliti menggunakan metode proyek yaitu cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar kepada siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas-tugasnya. Pembelajaran metode proyek akan dibagi beberapa kelompok, yaitu satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa untuk berdiskusi dan memecahkan suatu permasalahan pada sub konsep tatacara mengurus jenazah. Observasi dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secra langsung.


(58)

Adapun pelaksanaan tindakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdapat pada metode proyek adalah :

1) Persiapan dalam pembelajaran proyek tahap I pembenyukan kelompok belajar

2) Pada pembelajaran proyek siswa dibagi menjadi 4 kelompok dalam sekelas.

3) Siswa akan diberikan permasalahan-permaslahan yang bersangkutan tentang tatacara mengurus jenazah.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI-AP SMK Islam Ruhama. Observer yang terlibat dalam kegiatan penelitian ini yaitu guru bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas XI-AP sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai kolaborator.

Pada saat pelaksanaan tindakan, guru PAI membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu, guru PAI juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran dan posisi peneliti disini dalah sebagai pengajar dan berkolaborasi dengan satu guru kelas XI-AP yang mengajar pendidikan Agama Islam sebagai observaser.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau penelitian pendahuluan dan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus,


(59)

terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III dan seterusnya. Bagan kegiatan ini sebagai berikut:

Bagan 3.2 Tahapan Tindakan

Kegiatan pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas 2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa 3. Wawancara dengan guru bidang studi PAI 4. Wawancara dengan siswa

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

b. Membuat RPP dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasisi proyek

c. Membuat pedoman observasi d. Membuat pedoman wawancara e. Membuat soal tes siklus I untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Fiqih dengan menerapkan Strategi pembelajaran berbasisi proyek


(60)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan, bahwa hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar mata pelajaran PAI siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar PAI siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata 75 %, di antaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Adapun skor belajar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM adalah 75) pada pelajaran PAI sekolah tersebut.

G.Data dan Sumber Data

Data pada penelitian ini adalah hasil observasi yang berupa proses pembelajaran, tes formatif di setiap akhir pembelajaran, catatan lapangan, hasil wawancra terhadap guru dan siswa, dan hasil dokumentasi ( berupa foto kegiatan pembelajaran). Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti, siswa dan observer (guru mata pelajaran PAI).

H.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian terdiri atas dua jenis yaitu:

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode Group Resume.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.


(61)

1. Instrumen tes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Instrimen tes di berikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan berfungsi sebagai data tambahan.

2. Instrument non tes

Dalam instrument tes ini digunakan instrument sebagai berikut : a. Lembar observasi

Observasi adalah pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah.41 Pengamatan terhadap interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi di kelas, bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam melakukan pengerjaan proyek,bertanya, dan mengemukakan pendapat siswa selama pembelajaran berlangsung, serta untuk mengetahuikekuranagan dalam proses pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI tersebut sebagai observer. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksikan setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran di setiap siklus berikutnya.

b. Lembar wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab dengan orang-orang yang relevan untuk dijadikan sebagai sumber data.42 Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi awal siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan maslah-masalah yang dihadapi di kelas.

41 Iin Rahayu S. Psi dan Tristiadi Ardi M.Si, Observasi dan Wawancara, (Malang : Bayu Media,

2004), h. 1


(62)

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sebagai penunjang adanya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode proyek

d. Catatan lapangan

Catatan lapangan diperlukan untuk mencatat kejiadian-kejadian penting selama proses pembelajaran selama tindakan.

I. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan catatn lapangan, mewawancarai guru dan siswa, tes formatif, dan melakukan observasi ketika proses belajar sedang berlangsung. Hasil pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru observer pada saat menganalisi data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya

Untuk pengumpulan data yang valid yaitu yang objektif dalam penelitian ini digunakan tehnik triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Maksudnya, peneliti yang mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaittu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.43

Tujuan dari triangulasi adalah bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan. Untuk memperoleh informasi tentang keaktifan siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, dan memeriksa catatan siswa.

J. Tehnik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi

Untuk memperoleh data yang valid, yaitu yang objektif dalam penelitian ini digunakan tehnik triangulasi. Tehnik triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik

43


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)