PENGARUH PENGALAMAN DAN PROFESIONALISME AKUNTAN FORENSIK TERHADAP KUALITAS BUKTI AUDIT GUNA MENGUNGKAP FRAUD.

(1)

No. Daftar : 671/UN40.7.D1/LT/2014

PENGARUH PENGALAMAN DAN PROFESIONALISME AKUNTAN FORENSIK TERHADAP KUALITAS BUKTI AUDIT GUNA MENGUNGKAP FRAUD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh: Elsa Tiara

1006674

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH PENGALAMAN DAN PROFESIONALISME AKUNTAN FORENSIK TERHADAP BUKTI AUDIT GUNA MENGUNGKAP FRAUD

Oleh

Elsa Tiara

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Elsa Tiara 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Maret 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGARUH PENGALAMAN DAN PROFESIONALISME AKUNTAN FORENSIK TERHADAP KUALITAS BUKTI AUDIT GUNA MENGUNGKAP FRAUD

SKRIPSI Oleh: Elsa Tiara NIM. 1006674

Telah disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing

Dr. Rozmita Dewi Yuniarti R, S.Pd, M.si NIP. 19710629 200604 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. H. Nono Supriatna, M. Si NIP. 19610405 198609 1 001


(4)

ABSTRAK

P

ENGARUH PENGALAMAN DAN PROFESIONALISME AKUNTAN

FORENSIK TERHADAP KUALITAS BUKTI AUDIT GUNA MENGUNGKAP

FRAUD

(Studi Pada Perwakilan Badan Pengawan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat)

Oleh : Elsa Tiara

1006674 Dosen Pembimbing :

Dr. Rozmita Dewi Yuniarti R, S.Pd, M.si

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud. Metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien determinasi.

Data kuantitatif merupakan data primer. Data primer berupa kuesioner yang dikumpulkan dari akuntan forensik pada Perwakilan Badan Pengawan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman akuntan forensik dan profesionalisme akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.

Kata Kunci : Pengalaman Akuntan Forensik, Profesionalisme Akuntan Forensik, Bukti Audit, Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud.


(5)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EXPERIENCE AND FORENSIC ACCOUNTANT’S PROFESSIONALISM TO QUALITY OF AUDIT EVIDENCE TO UNCOVER OF

FRAUD

(Study of Finance and Development Supervisory Agency West Java Province)

By :

Elsa Tiara 1006674

Supervisor :

Dr. Rozmita Dewi Yuniarti R, S.Pd, M.si

This research aimed to examine the influence of experience and forensic

accountant’s professionalism on quality of audit evidence to uncover of fraud in Finance and Development Supervisory Agency (BPKP) West Java Province. Research methodology that is used in this research is a associative method. The hypotheses were tested using correlation coefficient analysis and determination coefficient analysis.

Quantitative data in form of primary data. Primary data are collected from the forensic accountant in Finance and Development Supervisory Agency (BPKP) West Java Province.

The results showed that experience and forensic accountant’s professionalism have positive influence on the quality of audit evidence.

Keywords: experience of forensic accountant, professionalism of forensic accountant,


(6)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMAKASIH ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...8

1.3.1 Maksud Penelitian ...8

1.3.2 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Kegunaan Penelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIRAN, DAN HIPOTESIS ...10


(7)

ii

2.1.1 Pengalaman ...10

2.1.1.1 Pengertian Pengalaman ...10

2.1.1.2 Unsur-unsur yang melatarbelakangi pengalaman ...11

2.1.2 Prefesionalisme Akuntan Forensik ...13

2.1.2.1 Pengertian Profesionalisme ...13

2.1.2.2 Pengertian Akuntan Forensik ...15

2.1.2.3 Ruang Lingkup Akuntan Forensik ...17

2.1.2.4 Atribut dan Kode Etik Akuntan Forensik ...18

2.1.3 Kualitas Bukti Audit ...20

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Bukti Audit ...20

2.1.3.2 Jenis Pembuktian ...22

2.1.4 Fraud ...25

2.1.4.1 Pengertian Fraud ...25

2.1.4.2 Jenis-Jenis Fraud ...26

2.1.4.3 Fraud Triangle ...27

2.1.5 Penelitian Terdahulu ...30

2.2 Kerangka Pemikiran ...30


(8)

iii

BAB III METODE PENELITIAN ...35

3.1 Objek Penelitian ...35

3.2 Metode Penelitian ...35

3.2.1 Desain Penelitian ...35

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ...36

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...38

3.2.3.1 Populasi ...38

3.2.3.2 Sampel Penelitian ...39

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ...39

3.2.5 Instrumen Penelitian ...40

3.2.6 Skala Pengukuran ...40

3.2.7 Jenis dan Sumber Data ...42

3.2.8 Uji Validitas dan Realibilitas ...42

3.2.9 Teknik Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis ...44

3.2.9.1 Analisis Koefisien Korelasi ...44

3.2.9.2 Analisis Koefisien Determinasi ...46

3.2.9.3 Uji Hipotesis ...46


(9)

iv

4.1 Hasil Penelitian...48

4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subjek Penelitian ...48

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat ...48

4.1.1.2 Kedudukan dan Tupoksi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat ...49

4.1.1.3 Lingkungan Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat ...50

4.1.2 Data Responden...53

4.1.3 Deskripsi dan Data Variabel Penelitian ...54

4.1.3.1 Pengujian Validitas Instrumen...54

4.1.3.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ...56

4.1.3.3 Variabel Pengalaman Akuntan Forensik ...57

4.1.3.4 Variabel Profesionalisme Akuntan Forensik...64

4.1.3.5 Variabel Kualitas Bukti Audit ...72

4.1.4 Analisis Data Pengaruh Pengalaman Akuntan Forensik terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat ...83

4.1.4.1 Hasil Analisis Koefisien Korelasi ...83

4.1.4.2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi...85

4.1.5 Analisis Data Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat ...86


(10)

v

4.1.5.1 Hasil Analisis Koefisien Korelasi ...86

4.1.5.2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi...88

4.2 Pembahasan ...89

4.2.1 Pengaruh Pengalaman Akuntan Forensik Terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud ...89

4.2.2 Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik Terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud ...91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...93

5.1 Simpulan ...93

5.2 Saran ...94 Daftar Pustaka


(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...29

Tabel 3.1 Indikator Variabel ...38

Tabel 3.2 Intepretasi Interpretasi Skor Hasil Kategori ...41

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ...45

Tabel 4.1 Demografi Responden ...53

Tabel 4.2 Validitas Variabel Pengalaman Akuntan Forensik ...55

Tabel 4.3 Validitas Variabel Profesionalisme Akuntan Forensik...55

Tabel 4.4 Validitas Variabel Kualitas Bukti Audit ...56

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Reliabilitas ...57

Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Pengalaman Akuntan Forensik...58

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Lamanya Waktu Menekuni Bidang Akuntan Forensik...60

Tabel 4.8 Frekuensi Jawaban Sering Tidaknya Melakukan Tugas Akuntan Forensik...61

Tabel 4.9 Frekuensi Jawaban Jenis Pelaksaan Tugas Akuntansi Forensik yang Biasa Dihadapi ...62

Tabel 4.10 Frekuensi Jawaban Pendidikan yang Berkelanjutan ...63


(12)

vii

Tabel 4.12 Frekuensi Jawaban Dedication To The Profession ...67

Tabel 4.13 Frekuensi Jawaban Social Obligation ...68

Tabel 4.14 Frekuensi Jawaban Demands for Autonomy ...69

Tabel 4.15 Frekuensi Jawaban Belief in Self-Regulation ...70

Tabel 4.16 Frekuensi Jawaban Professional community Affiliation ...71

Tabel 4.17 Frekuensi Jawaban Kualitas Bukti Audit...74

Tabel 4.18 Frekuensi Jawaban Relevansi...76

Tabel 4.19 Frekuensi Jawaban Independensi Penyedia Bukti ...77

Tabel 4.20 Frekuensi Jawaban Efektivitas Pengendalian Internal ...78

Tabel 4.21 Frekuensi Jawaban Pemahaman Langsung Pemeriksa ...79

Tabel 4.22 Frekuensi Jawaban Kualifikasi Penyedia Bukti...80

Tabel 4.23 Frekuensi Jawaban Objektivitas Bukti...81

Tabel 4.24 Frekuensi Jawaban Ketepatan Waktu...82

Tabel 4.25 Hasil Analisis Koefisien Korelasi Rank Spearman...84

Tabel 4.26 Hasil Analisis Koefisien Korelasi Rank Spearman...87


(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Akuntansi Forensik ...17 Gambar 2.2 Fraud Triangle ...27 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ...34


(14)

ix

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kuesioner Lampiran 2 Tabulasi Data

Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 Frekuensi Bimbingan


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era seperti sekarang ini, kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak pernah ada habisnya. Perkembangan dunia telah membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam dunia kerja semakin ketat yang sangat menuntut tantangan dalam profesionalisme di dalam bekerja. Kemajuan ekonomi mendorong munculnya pelaku kecurangan baru untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Berbagai kebijakan yang telah dibuat sedemikian rupa oleh suatu instansi tidak bisa membuat takut berbagai pihak untuk berbuat kecurangan dalam rangka memperkaya suatu organisasi ataupun individunya sendiri. Banyak kerugian yang dihasilkan dari perbuatan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut, baik instansi ataupun para investor yang telah menanamkan saham di instansi tersebut.

Kecurangan atau yang sering disebut fraud dilakukan dengan beragam modus, contohnya saja korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Laporan Tahunannya menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun nilai kecurangan dari tindak pidana korupsi yang berhasil diselematkan KPK terus mengalami peningkatan.


(16)

2

Tabel 1.1

Data Nilai Tindak Kecurangan Korupsi Tahun Nilai yang berhasil diselamatkan KPK

2011 Rp 152,96 triliun

2012 Rp 302,61 triliun

2013 Rp 403,1 triliun

Menurut KPK, nilai tersebut didapatkan bukanlah dengan penindakan, melainkan melalui upaya-upaya pencegahan, koordinasi, dan sinergi dengan instansi pemerintah yang terkait, seperti BP Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Hal ini semakin menasbihkan pentingnya upaya pencegahan bersama tindakan-tindakan represif dalam pemberantasan fraud. Kecurangan secara umum merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain.

Orang awam seringkali mengasumsikan secara sempit bahwa fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi. Korupsi telah merugikan masyarakat. Saat ini diketahui bahwa untuk mendapat pelayanan prima dari instansi pemerintah, masyarakat seringkali terpaksa memberikan gratifikasi ke aparat pemerintah. Tanpa gratifikasi tersebut, aparat pemerintah seringkali memperlambat pelayanannya


(17)

3

kepada masyarakat dengan berbagai alasan. Parahnya tingkat korupsi di Indonesia tercermin dari adanya 51,592 laporan yang diterima KPK pada tahun 2011.

Contohnya saja kasus kecurangan yang terjadi di Bank Century yang sampai saat ini masih proses penyelidikan. Keinginan untuk mengusut kasus Century tidak lepas dari keberhasilan membongkar skandal Bank Bali oleh KAP Pricewaterhouse Coopers (PwC). Terinspirasi dari sukses tersebut yang mendorong KPK dan BPK melakukan akuntansi forensik terhadap Bank Century (kompasiana.com).

Pada Maret 2014, terdakwa dalam perkara tersebut adalah mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengelolaan Moneter dan Devisa dan Kantor Perwakilan (KPW) Budi Mulya. Jaksa BPK mendakwa Budi Mulya dengan berbagai pasal berlapis, yaitu pasal tersebut mengatur tetang penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya jabatan atau kedudukan sehingga dapat merugikan keuangan dan perekonomian negara. Ancaman pelaku yang terbukti melanggar pasal tersebut adalah pidana penjara maksimal 20 tahun denda paling banyak Rp 1 miliar (antaranews.com).

Selanjutnya kasus fraud yang terjadi di Jawa Barat salah satunya adalah pada tahun 2011tentang pencairan deposito Rp6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa Barat. Pada saat jatuh tempo, nasabah yang ingin mencairkan depositonya dijawab bahwa dananya sudah tidak ada. Kasus ini melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan seorang pelaku dari luar bank (stabilitas.co.id).


(18)

4

Dalam rangka menindaklanjuti berbagai kecurangan yang terjadi, maka diperlukan keahlian dan kemampuan dari seorang pemeriksa untuk mendapatkan hasil akhir yang tepat. Keahlian dan kemampuan ini diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman agar seorang pemeriksa dapat melakukan tugasnya dengan baik. Selain itu, pengarahan yang diberikan oleh pemeriksa senior kepada junior juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan kerja.

Menurut Davia (2005:157) pemeriksa berpengalaman biasanya memulai kerja mereka dengan pola pikir bahwa mereka memiliki kecerdasan untuk tidak membuang aset, dan mencari sudut pandang penipuan dalam tindakan mereka. Perhatikan, bukti adalah faktor yang menentukan dalam mengklasifikasikan kerugian sebagai limbah atau penipuan, dan entitas tidak menemukan bukti kecurangan jika mereka tidak mencarinya. Pengalaman merupakan bahan utama untuk membuat kasus dan mendapatkan bukti. Dapat disimpulkan bahwa, pemeriksa yang berpengalaman mempunyai cara khusus untuk menemukan bukti-bukti yang berkualitas, dibandingkan dengan pemeriksa yang belum berpengalaman.

Bidang akuntansi yang dekat dengan istilah fraud adalah akuntansi forensik. Akuntansi forensik sebenarnya sudah lama dipraktekkan di Indonesia. Praktek ini tumbuh dengan pesat tidak lama setelah krisis keuangan tahun 1997. Akhir-akhir ini ada dorongan kuat untuk berkembangnya praktek akuntansi forensik di Indonesia. Akuntansi forensik merupakan dasar dalam upaya memerangi pemberatasan korupsi. Penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum, artinya akuntansi dapat


(19)

5

bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan atau dalam proses peninjauan judicial dan administrative. Akuntansi forensik bertujuan untuk mencari bukti-bukti penyimpangan atau kecurangan sehingga dapat mengerahkan pelakunya ke meja pengadilan, sehingga akuntansi forensik ini digunakan apabila telah diyakini bahwa di suatu instansi terdapat indikasi adanya pelaku kejahatan (korupsi, kecurangan,dsb).

Kualitas bahan bukti merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Para aparat penegak hukum seperti majelis hakim, ataupun lembaga/institusi pengadilan maupun pemerintah yang berhak memutuskan perkara membutuhkan bukti yang berkualitas dalam pembuktiannya untuk memvonis para terdakwa kecurangan di depan sidang. Kepercayaan akan bukti persidangan yang diberikan akuntan forensik menjadi salah satu tolak ukur utama para pihak tersebut untuk meyakinkan bukti yang disajikan telah mewakili dan menggambarkan keseluruhan tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa. Maka peran serta fungsi akuntan forensik harus dapat berjalan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Peran serta fungsi dari seorang akuntan forensik itu sendiri dapat tercemin dengan sikap profesionalisme yang mereka jalankan.

Ekspektasi masyarakat yang tinggi akan peran dan fungsi akuntan forensik dalam menemukan bukti kecurangan yang kompeten serta memberantas kecurangan tersebut menjadi tantangan dan tanggung jawab tersendiri bagi akuntan forensik. Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pemeriksaan sehingga kompetensi suatu bukti atas kecurangan ini dapat terjadi, maka


(20)

6

profesionalisme menjadi syarat utama bagi seorang akuntan forensik dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Davia (2005:153), pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Karena untuk menjadi seorang investigator yang baik diperlukan kemampuan teknis baik yang bersifat keuangan namun non-keuangan yang dapat diperoleh dari banyaknya kasus fraud yang dihadapi, maka diharapkan dengan profesionalisme akuntan forensik yang semakin baik, maka akan menunjang diketemukannya temuan atau bukti yang berkualitas atas indikasi fraud yang terjadi dalam suatu investigasi.

Akuntansi forensik dilaksanakan oleh berbagai lembaga seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Bank Dunia (untuk proyek-proyek pinjamannya), dan Kantor-kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut berperan aktif dalam mencegah, menangkal dan mengungkapkan praktek kecurangan, contohnya korupsi. Wujud nyata yang terlihat di masyarakat dari pemberantasan korupsi adalah penanganan kasus-kasus tindak pidana koruspsi dalam bentuk penyelidikan serta proses pengadilan terhadap para pelaku tindak pidana korupsi. Ini merupakan kewenangan aparat penegak hukum.

Penulis juga mengacu pada penelitian terdahulu tentang bukti audit yang kompeten yang dilakukan Yoswandi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul


(21)

7

“Pengaruh Kualitas Akuntan Forensik terhadap Kompetensi Bukti Audit Guna

Menangkap Fraud”. Hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa kualitas akuntan forensik memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi bukti audit guna mengungkap fraud. Dan juga penelitian yang dilakukan Wardoyo (2011)

yang berjudul “Pengaruh Pengalaman dan Pertimbangan Auditor Terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit Yang Dikumpulkan”. Dalam penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa pengalaman dan pertimbangan auditor berpengaruh terhadap kualitas bukti audit yang dikumpulkan.

Berdasarkan latar belakang dan acuan dari penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis dalam penelitian ini maka penulis tertarik untuk mengambil

judul untuk penulisan skripsi ini yaitu: “Pengaruh Pengalaman dan Profesionalisme

Akuntan Forensik Terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud (Studi Kasus pada Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi

Jawa Barat)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang mengenai pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntansi forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud, pokok masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:


(22)

8

1. Apakah pengalaman akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud?

2. Apakah profesionalisme akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui terdapat pengaruh positif pengalaman akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.

2. Untuk mengetahui terdapat pengaruh positif profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas akuntan forensik kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.

1.4 Kegunaan Penelitian

Apabila tujuan penelitian ini dapat dipenuhi, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


(23)

9

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pelaku bisnis ekonomi khususnya para investigator.

2. Menambah bukti empiris pengalaman dan profesionalisme terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.

3. Bagi pemeriksa diharapkan menjadi masukan dalam mendukung pencarian bahan bukti audit yang akan mengungkap fraud untuk mencapai tujuan klien yang diinginkan.

4. Dari segi akademis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan tentang pengalaman dan profesionalisme dalam menunjang kualitas bukti audit baik di sektor swasta maupun di sektor pemerintah.


(24)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud bagi para akuntan forensik yang melakukan audit investigatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para akuntan forensik Perwakilan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat pada bidang investigasi.

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2012 : 2) secara umur metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada metode penelitian ini menggunakan penelitian asosiatif, karena penelitian ini meneliti pengaruh antar variabel dengan merumuskan hipotesis setelah membuat paradigman penelitian. Penelitian asosiatif mencari dua hubungan dengan jumlah minimal dua variabel.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif dengan pendekatan survey. Metode survey bertujuan untuk membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatlan pembenaran terhadap keadaan dan


(25)

praktek-36

praktek yang sedang berlangsung. Pendekatan survey biasa dilakukan dalam penelitian, dalam rangka memperoleh data yang sesuia untuk menjelaskan hubungan antar variabel.

Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dengan instrumen berupa kuesioner yang disebarkan pada para akuntan forensik yang terdapat di Perwakilan BPKP RI Provinsi Jawa Barat. “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data” (Sugiyono, 2012 : 402). Data primer ini diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan mengumpulkan informasi dari akuntan forensik yang bekerja di Perwakilan BPKP RI Provinsi Jawa Barat sebagai responden pada penelitian ini.

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2012 : 58) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Sesuai dengan judul pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud, maka kualitas bukti audit guna mengungkap fraud diukur dengan pernyataan akuntan forensik terhadap pertanyaan yang diajukan. Pengukuran di atas dapat didefinisikan menjadi variabel-variabel operasional yang berperan dan terbagi ke dalam 3 variabel-variabel, yaitu:


(26)

37

1. Variabel bebas/Tidak Terikat/Independen (X) yaitu Pengalaman dan Profesionalisme Akuntan Forensik sebagai variabel penyebab dan untuk selanjutnya akan digunakan sebagai variabel X. Maka, Pengalaman (X1) dan

Profesionalisme Akuntan Forensik (X2).

Pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik dalam penelitian ini menerupakan yang berhubungan atau menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (variabel dependen), sehingga kualitas akuntan forensik merupakan variabel tidak terikat (variabel independen) dan diberi simbol X. 2. Variabek Tidak Bebas/Terikat/Dependen (Y) yaitu kualitas bukti audit guna

mengungkap fraud sebagai akibat dan untuk selanjutnya digunakan variabel Y.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala Item

Pengalaman Pengalaman ialah suatu

pengetahuan yang timbul bukan pertama-pertama dari pemikiran, melainkan terutama dari pergaulan praktis dengan dunia.

(Hughes et al, 2005)

- Lamanya bekerja

sebagai akuntan forensik

- Sering tidaknya

melakukan tugas akuntansi forensik

- Jenis pelaksanaan tugas

akuntansi forensik yang biasa dihadapi

- Pendidikan yang

dimiliki

(Hughes et al, 2005)

Ordinal 1

2

3, 4

5

Profesionalisme Akuntan Forensik

Dedikasi terhadap profesi, kewajiban sosial, tuntutan otonomi personal, percaya pada peraturan profesi. (Hall, 2013)

Dimana akuntansi forensik adalah aplikasi keterampilan

- Dedication to the profession - Social Obligation

- Demands for autonomy

- Belief in Self-Regulation - Professional community

Affiliation

Ordinal 6

7 8 9


(27)

38

investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh pengadilan atau hukum. (Hopwood et al, 2008)

(Hall, 2013) 10, 11

Kualitas Bahan

Bukti Audit

Setiap informasi yang digunakan investigator untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan dengan kriteria yang telah ditetapkan. (Arens et al, 2012)

- Relevansi

- Independensi penyedia

bukti

- Efektivitas

pengendalian intern

- Pemahaman langsung

auditor

- Kualifikasi penyedia

bukti

- Objektivitas bukti

- Ketepatan waktu

(Arens et al, 2012)

Ordinal 12

13 14 15 16 17 18

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.3.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2003:271). Berdasarkan uraian tersebut, populasi dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang Akuntan Forensik Perwakilan BPKP RI Provinsi Jawa Barat.

Pertimbangan untuk memilih tempat yaitu Perwakilan BPKP RI Provinsi Jawa Barat adalah karena Jawa Barat adalah provinsi besar di Indonesia, sehingga aktivitas perekonomian terjadi di daerah tersebut, sehingga tingkat kemungkinan atas terjadinya fraud di wilayah Jawa Barat akan semakin besar. Selain itu di Jawa Barat terdapat kasus kecurangan yang menyeret tiga pejabat tinggi daerah dalam tiga kasus berbeda, yang terjadi dalam dua tahun tahun ini. Kasus kecurangan yang melibatkan


(28)

39

tiga pejabat tinggi daerah dalam waktu dua tahun terakhir hanya terjadi di Jawa Barat, di daerah atau provinsi lain tidak pernah ada kasus seperti ini. Pertimbangan yang cukup dapat memperkuat pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkan fraud yang diangkat dalam penelitian kali ini.

3.2.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:116). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh, salah satu teknik pengambilan sampling nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2012:68), sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Berdasarkan teknik sampling tersebut karena populasi akuntan forensik di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat berjumlah 30 orang, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 orang.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data dikumpulkan melalui personal. Tujuan dari penyebaran kuesioner ini untuk mendapatkan data langsung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Di dalam penelitian ini, kuesioner sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu kuesioner yang pertanyaannya berkaitan dengan pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik sebagai variabel X1 dan X2, dan kuesioner yang pertanyaannya


(29)

40

berkaitan dengan kualitas bahan bukti audit sebagai variabel Y. Ketiga kuesioner tersebut akan disebarkan kepada para akuntan forensik yang terdapat di Perwakilan BPKP RI Provinsi Jawa Barat.

3.2.5 Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2012 : 146). Jenis instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disebarkan pada responden. Skala pengukuran yang digunakan adalah likert. Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner selanjutnya akan dianalisis dengan menghitung masing-masing skor dari setiap pertanyaan sehingga didapat kesimpulan mengenai kondisi setiap item pertanyaan pada obyek yang diteliti.

3.2.6 Skala Pengukuran

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil pengisian kuesioner oleh responden adalah menggunakan skala likerts. Skala likert pada penelitian ini menggunakan ukuran ordinal, ukuran ordinal adalah ukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tapi juga menyatakan rangking/peringkat dari objek/variabel yang diukur (Nur Indriantoro, 2002:98). Peringkat menyatakan urutan penilaian/tingkat prefensi. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penelitian, dengan rentang 1 (satu) hingga 5 (lima).

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Dalam penelitian ini penulis akan


(30)

41

menggunakan pilihan ganda. Karena dengan cara demikian makan kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom tertentu dari bentuk checklist dapat dikurangi. Dengan model pilihan ganda juga responden akan selalu membaca pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya.

Menurut Sugiyono (2012:141), kriteria intepretasi skor berdasarkan jawaban responden dapat ditentukan sebagai berikut, “skor maksimum setiap kuesioner adalah 5 dan skor minimum adalah 1, atau berkisar antara 20% sampai 100% maka jarak antara skor yang berdekatan adalah 16% ((100% - 20%)/5).” Sehingga dapat diperoleh kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Skor Hasil Kategori

Presentase Interpretasi

20% - 35,99% Tidak Baik / Tidak Efektif 36% - 51,99% Kurang Baik / Kurang Efektif 52% - 67,99 % Cukup Baik / Cukup Efektif

68% - 83,99% Baik / Efektif

84% - 100% Sangat Baik/ Sangat Efektif Sumber: data yang diolah

Interpretasi skor diperoleh dengan cara membandingkan skor item yang diperoleh berdasarkan jawaban responden dengan skor tertinggi jawaban kemudian dikalikan 100%.


(31)

42

Skor item diperoleh dari hasil perkalian antara nilai skala pertanyaan dengan jumlah responden yang menjawab pada nilai tersebut. Sementara skor tertinggi diperoleh dari jumlah nilai skala pertanyaan paling tinggi dikalikan dengan jumlah responden secara keseluruhan.

3.2.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer. Data Primer yang digunakan berupa data subjek (self report data) yang berupa opini dan karakteristik dari responden. Data primer dalam penelitian ini berupa:

1. Karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan, pengalaman menjadi akuntan forensik.

2. Opini atau tanggapan dan jawaban kuesioner responden atas pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit yang bekerja pada Perwakilan BPKP RI Provinsi Jawa Barat.

3.2.8 Uji Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono (2012:172) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data dikumpulkan oleh peneliti.

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Peneliti


(32)

43

menggunakan analisis korelasiRank Spearman. Menurut Sugiyono (2010), korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikasi hipotesis asosiatif bila masing – masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama.

Kriteria keputusan uji validitas sebagai berikut:

a. Jika ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid. b. Jika < 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid.

Pengujian dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item setiap butir pernyataan dengan skor total, selanjutnya interpretasi dari koefisien korelasi yang dihasilkan, bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya lebih dari sama dengan 0,3 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik. (Sugiyono, 2010:178).

b. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu (Sugiyono 2012:172). Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi data. Penggunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek dan data, apakah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Peneliti menggunakan metode koefisien Cronbach’s Alpha, yaitu sebagai berikut.


(33)

44

Keterangan:

= Reliabilitas Instrumen = Jumlah Pertanyaan = Jumlah Varians Butir

Kriteria keputusan uji reliabilitas sebagai berikut:

Jika > 0,60, maka instrumen tersebut bersifat reliabel. Jika < 0,60, maka instrumen tersebut bersifat tidak reliabel.

(Sumber: Sugiyono, 2012 : 172)

3.2.9 Teknik Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis

Data kuantitatif diperoleh dari pengumpulan data sekunder dan hasil pengisian kuisioner oleh responden yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden dengan memberi tanda pada jawaban yang telah disediakan. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan menggunakan variabel berukuran ordinal.

Setelah data diperoleh dengan lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan proses analisis data sebagai berikut:

3.2.9.1Analisis Koefisien Korelasi

Untuk melihat arah hubungan antara variabel X terhadap variabel Y digunakan alat hitung dengan menggunakan statistik hitung korelasi rank spearman, dengan rumus:


(34)

45

(Sugiyono, 2012) Keterangan:

= Koefisien Korelasi Rank Spearman = Rangking Data Variabel

n = Jumlah Responden

Setelah melalui perhitungan persamaan analisis korelasi Rank Spearman, kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan, yaitu dengan membandingkan nilai ρ hitung dengan ρ tabel yang dirumuskan sebagai berikut.

 Jika, ρ hitung 0, berarti diterima dan ditolak.

 Jika, ρ hitung 0, berarti ditolak dan diterima.

Kemudian nilai r yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan kriteria angka korelasi untuk menentukan kuat atau lemahnya kedua variabel. Kriteria untuk menentukan korelasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Korelasi Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Korelasi Rendah 0,40 - 0,599 Korelasi Sedang 0,60 - 0,799 Korelasi Kuat 0,80 - 1,000 Korelasi Sangat Kuat Sumber: (Sugiyono, 2012:184)


(35)

46

3.2.9.2 Analisis Koefisien Determinasi

Menurut Sugiono (2012 : 216), koefisien determinasi adalah koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui variabel yang terjadi pada variabel independen. Analisis ini digunakan untuk menilai seberapa besar variabel X dapat memberikan pengaruh terhadap Variabel Y dengan rumus sebagai berikut:

(Sumber: Sugiyono, 2012 : 217) Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

3.2.9.3 Uji Hipotesis

Penetapan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan positif antara variabel X1, X2 dan variabel Y, yaitu hipotesis

nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

a. Hipotesis Pertama

H0: Artinya pengalaman akuntan forensik tidak berhubungan

positif dengan kualitas bukti audit guna mengungkap fraud. Ha:> Artinya pengalaman akuntan forensik berhubungan positif

dengan kualitas bukti audit guna mengungkap fraud. b. Hipotesis Kedua


(36)

47

H0:≤ Artinya profesionalisme akuntan forensik tidak berhubungan

positif dengan kualitas bukti audit guna mengungkap fraud. Ha: Artinya profesionalisme akuntan forensik berhubungan positif


(37)

93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengalaman akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat. Besarnya pengaruh pengalaman akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit adalah sebesar 26,63%.

2. Profesionalisme akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat. Besarnya pengaruh profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit adalah sebesar 68,89%. Akan tetapi, salah satu indikator profesionalisme yaitu Dedication To The Profession masih rendah karena akuntan forensik berorientasi pada fee atau materi. Ini berpotensi fraud jika ada pihak ketiga yang memberi imbalan lebih untuk merubah atau menghilangkan suatu bukti.


(38)

94

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan simpulan yang diperoleh, maka terdapat beberapa saran yang penulis sampaikan sehubungan dengan pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit beserta hal lainnya yang terkait, yaitu:

1. Bagi instansi:

Meskipun tingkat profesionalisme yang dimiliki oleh akuntan forensik sudah sangat baik akan tetapi dilihat dari hasil penelitian yang telah diolah pada BAB IV, bahwa dedikasi profesi para akuntan forensik masih dinilai belum cukup baik, karena akuntan forensik mudah tergiur pekerjaan lain dengan imbalan lebih tinggi yang ditawarkan oleh pihak lain. Dengan imbalan yang dirasa kurang cukup, rentan bagi akuntan forensik untuk melakukan sebuah kecurangan. Fee yang diberikan lebih baik ditambahkan, karena fee yang diterima oleh akuntan forensik dirasa masih kurang dibandingkan dengan pekerjaan yang telah mereka kerjakan. Hal ini dilakukan agar akuntan forensik tidak mudah tergiur dengan tawaran yang diberikan pihak ketiga untuk berbuat kecurangan. 2. Bagi akuntan forensik:

Alangkah baiknya jika pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen


(39)

95

pribadi, sehingga kompensasi utama atau materi yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.

3. Bagi peneliti selanjutnya:

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang serupa, sebaiknya melakukan penelitian terhadap variabel lain, contohnya independensi, kompetensi. Dengan mengembangkan teori-teori variabel tersebut. Selain itu, dapat pula dilakukan pada Institusi lainnya yang memiliki akuntan forensik, contohnya BPK atau kantor akuntan publik, sehingga dengan melakukan perbandingan teori-teori dan tempat lainnya tersebut maka dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada untuk meningkatkan kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, et al. (2012). Auditing and Assurance Service an Integrated Approach. Ed 14th. Pearson Education Inc: New Jersey.

Christine, Dwi K. (2013). Jurnal: “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik Terhadap Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi”. Universitas Maranatha Bandung.

Davia, Howard R. (2005). Fraud 101: Techniques and Strategies for Detection. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Hopwood, et al. (2008). Forensic Accounting. New York: McGraw Hill.

Hughes, et al. (2005). Leadership: Enhancing The Lessons of Experience. New York: McGraw Hill.

Hall, James A. (2013). Accounting Information Systems Ed 8th. Canada: South Western Cengange Learning.

Hery. (2011). Auditing 1 Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi. Jakarta: Gramedia. Indra, Sastrawat. (2011). Akuntansi Forensik dalam Kasus Century. [Online].

Tersedia: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/02/19/akuntansi-forensik-dalam-kasus-century-341211.html. [5 April 2014].

Indriantoro, N., Supomo, B. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Komisi Pemberantasan Korupsi. (2011). Laporan Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.


(41)

Natalia, Desca Lidya. (2014). Jaksa bacakan kronologi kasus Bank Century. [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/422624/jaksa-bacakan-kronologi-kasus-bank-century. [5 April 2014].

Sudjoko Efferin, et al. (2008). Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Tuanakotta, Thedorus M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatis, Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.

Trimanto, Setyo Wardoyo. (2011). Jurnal: Pengaruh Pengalaman dan Pertimbangan Auditor Terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit Yang Dikumpulkan. Universitas Maranatha Bandung.

Yoswandi, H. (2008). Skripsi: “Pengaruh Kualitas Akuntan Forensik terhadap

Kompetensi Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud”. Universitas Padjajaran Bandung.


(1)

H0:≤ Artinya profesionalisme akuntan forensik tidak berhubungan

positif dengan kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.

Ha: Artinya profesionalisme akuntan forensik berhubungan positif


(2)

93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap

fraud Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengalaman akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat. Besarnya pengaruh pengalaman akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit adalah sebesar 26,63%.

2. Profesionalisme akuntan forensik berpengaruh positif terhadap kualitas bukti audit guna mengungkap fraud Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat. Besarnya pengaruh profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit adalah sebesar 68,89%. Akan tetapi, salah satu indikator profesionalisme yaitu Dedication To The Profession masih rendah karena akuntan forensik berorientasi pada fee atau materi. Ini berpotensi fraud jika ada pihak ketiga yang memberi imbalan lebih untuk merubah atau menghilangkan suatu bukti.


(3)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan simpulan yang diperoleh, maka terdapat beberapa saran yang penulis sampaikan sehubungan dengan pengaruh pengalaman dan profesionalisme akuntan forensik terhadap kualitas bukti audit beserta hal lainnya yang terkait, yaitu:

1. Bagi instansi:

Meskipun tingkat profesionalisme yang dimiliki oleh akuntan forensik sudah sangat baik akan tetapi dilihat dari hasil penelitian yang telah diolah pada BAB IV, bahwa dedikasi profesi para akuntan forensik masih dinilai belum cukup baik, karena akuntan forensik mudah tergiur pekerjaan lain dengan imbalan lebih tinggi yang ditawarkan oleh pihak lain. Dengan imbalan yang dirasa kurang cukup, rentan bagi akuntan forensik untuk melakukan sebuah kecurangan. Fee yang diberikan lebih baik ditambahkan, karena fee yang diterima oleh akuntan forensik dirasa masih kurang dibandingkan dengan pekerjaan yang telah mereka kerjakan. Hal ini dilakukan agar akuntan forensik tidak mudah tergiur dengan tawaran yang diberikan pihak ketiga untuk berbuat kecurangan. 2. Bagi akuntan forensik:


(4)

95

pribadi, sehingga kompensasi utama atau materi yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.

3. Bagi peneliti selanjutnya:

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang serupa, sebaiknya melakukan penelitian terhadap variabel lain, contohnya

independensi, kompetensi. Dengan mengembangkan teori-teori variabel tersebut. Selain itu, dapat pula dilakukan pada Institusi lainnya yang memiliki akuntan forensik, contohnya BPK atau kantor akuntan publik, sehingga dengan melakukan perbandingan teori-teori dan tempat lainnya tersebut maka dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada untuk meningkatkan kualitas bukti audit guna mengungkap fraud.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, et al. (2012). Auditing and Assurance Service an Integrated Approach. Ed 14th. Pearson Education Inc: New Jersey.

Christine, Dwi K. (2013). Jurnal: “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik

Terhadap Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi”. Universitas Maranatha

Bandung.

Davia, Howard R. (2005). Fraud 101: Techniques and Strategies for Detection. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Hopwood, et al. (2008). Forensic Accounting. New York: McGraw Hill.

Hughes, et al. (2005). Leadership: Enhancing The Lessons of Experience. New York: McGraw Hill.

Hall, James A. (2013). Accounting Information Systems Ed 8th. Canada: South Western Cengange Learning.

Hery. (2011). Auditing 1 Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi. Jakarta: Gramedia. Indra, Sastrawat. (2011). Akuntansi Forensik dalam Kasus Century. [Online].

Tersedia: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/02/19/akuntansi-forensik-dalam-kasus-century-341211.html. [5 April 2014].

Indriantoro, N., Supomo, B. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Komisi Pemberantasan Korupsi. (2011). Laporan Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.


(6)

Natalia, Desca Lidya. (2014). Jaksa bacakan kronologi kasus Bank Century.

[Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/422624/jaksa-bacakan-kronologi-kasus-bank-century. [5 April 2014].

Sudjoko Efferin, et al. (2008). Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Tuanakotta, Thedorus M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatis, Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.

Trimanto, Setyo Wardoyo. (2011). Jurnal: Pengaruh Pengalaman dan Pertimbangan Auditor Terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit Yang Dikumpulkan. Universitas Maranatha Bandung.

Yoswandi, H. (2008). Skripsi: “Pengaruh Kualitas Akuntan Forensik terhadap

Kompetensi Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud”. Universitas Padjajaran Bandung.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan

1 14 158

Pengaruh kompetensi, reputasi audit dan profesionalisme akuntan publik terhadap kualitas audit

2 9 152

Pengaruh Pengalaman Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung)

4 53 32

pengaruh Pengalaman Kerja Dan Profesionalisme Auditor Terhadap KUalitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Bandung)

0 2 1

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP KUALITAS PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publ

1 3 19

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor

0 4 19

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi

0 3 19

PENGARUH PENGAN DAN PROFESIONALISME AKUNTAN FORENSIK TERHADAP KUALITAS BUKTI AUDIT GUNA MENGUNGKAP FRAUD - repository UPI S PEA 1006674 Title

1 1 3

PENGARUH PENGALAMAN, KESADARAN ETIS, SITUASI AUDIT, FRAUD RISK ASSESSMENT, PROFESIONALISME TERHADAP SKEPTISISME AUDITOR - Unika Repository

0 0 12

Kuesioner tentang Pengaruh Pengalaman, Kesadaran Etis, Situasi Audit, Fraud Risk Assessment, dan Profesionalisme terhadap Skeptisisme auditor

0 2 26