Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan

(1)

PENGARUH ETIKA, PROFESIONALISME DAN

PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN

PEMBERIAN OPINI AKUNTAN PUBLIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Yulfa Zailia

NIM: 108082000009

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Yulfa Zailia

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Januari 1991

3. Alamat : Jl. Akasia Gg. Musholla Rt/Rw. 002/012 No. 23 Pamulang Timur

4. Telpon : 08568346875

5. E-mail : yulfazailia20@yahoo.com

II. PENDIDIKAN

1. SD (1996-2002) : MIS Asy-Syifa Pamulang Timur 2. SMP (2002-2005) : SMP Muhammadiyah 22 Pamulang 3. SMA (2005-2008) : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang 4. S1 (2008-2013) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III.PENGALAMAN ORGANISASI

1. PRAMUKA MI Asy-Syifa Pamulang Timur sebagai Anggota (2000-2001)

2. Keputrian SMP Muhammadiyah 22 Pamulang (2002-2004) 3. Ekskul Majalah Sekolah “La’tahzan” sebagai Sekertaris (2006

-2007)

4. Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Koordinator Divisi Pemberdayaan Ekonomi (2009-2010)


(6)

vi IV.LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. M. Zaini Muhdi

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Maret 1963

3. Pekerjaan : PNS

4. Ibu : Aliyah Achfas

5. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Oktober 1965

6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Adik : Syiva Fahlefi

8. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Agustus 1996 9. Alamat : Jl. Akasia Gg. Musholla Rt/Rw.


(7)

vii

INFLUENCE OF ETHICS, PROFESSOINALISM AND AUDIT

EXPERIENCE TO THE ACCURACY OF PUBLIC ACCOUNTANT OPINION

ABSTRACT

This study examines the influence of ethic, professionalism, audit experience to the accuracy of public accountant opinion. Respondents in this study are auditors who worked for the Public Accounting Firm in Jakarta. The number of auditor in this study were 72 auditors from 14 Public Accounting Firm in Jakarta. The method of determining the sample is by using convenience sampling method, while the data processing methods used by researcher are the multiple regression analysis.

The result shows that ethics did not have significantly influence to the accuracy of audit opinion, whereas professionalism and audit experience had significantly influence to the accuracy of audit opinion.


(8)

viii

PENGARUH ETIKA, PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AKUNTAN PUBLIK

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh etika, profesionalisme, dan pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini audit. Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. Jumlah auditor yang menjadi sampel penelitian ini adalah 72 responden dari 14 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah convenience sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit, sedangkan profesionalisme dan pengalaman audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim. Assalammualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Penyususnan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu dan bapak, tercinta yang telah menjadi penyemangat dan selalu memberikan dukungan, baik doa maupun finansial serta kasih sayang yang berlimpah kepada penulis untuk tetap semangat serta adikku yang telah memberikan doa, motivasi dan perhatian kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..

4. Ibu Dr. Rini, SE., Ak., M.Si, selaku Ketua jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.


(10)

x

7. Ibu Putriesti Mandasari, SE., MSi selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan ilmu serta semangatnya yang sangat berharga untuk penulis selama proses menyusun skripsi.

8. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmunya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu. 9. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas

bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan.

10.Sahabat-sahabatku tercinta Mardiana Febiyeansyah dan Afrianty Arini, terima kasih untuk semangat dan do’anya.

11.Sahabat-sahabatku, “The U” Siti Zakiah, Tania Kautsarrahmelia, Tisha Kartika Fitriyani, Tri Suryanti dan Yuni Ersa Syaiful. Terima kasih untuk canda tawa dan suka duka yang kalian bagi bersama selama ini. Sukses mulia buat kita semua yaa!

12.Teman-teman seperjuanganku Akuntansi A, B, C, D, dan E angkatan 2008, khususnya Amelia Yulfa dan Latifah Alfi Hidayati. Terima kasih atas kebersamaannya yang menyenangkan, ilmu dan pengalaman, serta semangat yang banyak kalian bagi kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 21 Agustus 2013


(11)

xii DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Teori yang BerkenaandenganVariabel yang Diambil ... 10

1. Basis Teori ... 10

2. Teori Audit ... 11

a. Definisi Audit ... 11

b. Standar Auditing ... 13

c. Jenis-jenis Audit ... 15

d. Jenis-jenis Auditor ... 17


(12)

xiii

3. PemberianOpini Audit ... 19

4. Etika ... 23

5. Profesionalisme ... 28

6. Pengalaman ... 34

B. TinjauanPenelitianTerdahulu ... 35

C. KerangkaBerfikir ... 40

D. Hipotesis ... 42

1. Etika terhadap Ketepaan Pemberian Opini Akuntan Publik ... 42

2. Profesionalisme terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik ... 42

3. Pengalaman Audit terhadapKetepatanPemberian OpiniAkuntanPublik ... 43

4. Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. SampelPenelitian... 46

C. Metode Pengumpulan Data ... 47

D. Metode Analisis Data ... 47

1. Statistik Deskriptif ... 47

2. Uji Kualitas Data ... 47

3. Uji Asumsi Klasik ... 48

4. Analisis Data ... 51

E. Definisi Operasional danPengukuranVariabel ... 53

1. Variabel Independen ... 53

a. Etika ... 53

b. Profesionalisme ... 53

c. Pengalaman Audit ... 54


(13)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Sekilas Umum Gambaran Objek Penelitian ... 59

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

2. Karakteristik Profil Responden ... 61

B. Hasil Uji Instrumen Pengukuran Variabel Penelitian ... 65

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 65

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 66

a. Hasil Uji Validitas ... 66

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 68

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69

a. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

b. Hasil Uji Normalitas ... 70

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

4. Hasil Uji Hipotesis ... 74

a. Uji Koefisien Determinasi ... 74

b. Hasil Uji Statistik t ... 75

c. Hasil Uji Statistik F ... 79

BAB V PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Implikasi ... 83

C. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(14)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 PenelitianTerdahulu ... 35

3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 55

4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 60

4.2 Daftar Distribusi Sampel Penelitian ... 60

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 61

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Usia ... 62

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Jabatan Kerja ... 63

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Pendidikan Terakhir ... 63

4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasar Pengalaman Kerja ... 64

4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 65

4.9 Hasil Uji Validitas VariabelEtika ... 66

4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme ... 67

4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Audit ... 67

4.12 Hasil Uji Validitas Variabel KetepatanPemberianOpini ... 68

4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 68

4.14 Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

4.15 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov ... 71

4.16 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas ... 73

4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 74

4.18 Hasil Uji Statistik t ... 75


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 40 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 70 4.2 Grafik Scatterplot ... 72


(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Surat Penelitian Skripsi ... 90

2. Surat Keterangan Dari KAP ... 93

3. Kuesioner Penelitian ... 97

4. Daftar Jawaban Responden ... 105


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu akuntan publik.

Laporan keuangan yang biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik. Dalam perkembangannya pihak-pihak luar perusahaan juga memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan. Ada dua kepentingan yang berbeda, disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar dan dari pihak luar perusahaan, ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan (Sabrina dan Januarti, 2012).


(18)

2 Terkait dengan keperluan banyak pihak maka untuk menjalankan proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu entitas diperlukan para akuntan publik yang handal untuk menghasilkan opini yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka pemberian opini audit seorang akuntan publik dalam menjalankan profesinya harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada peningkatan hasil auditnya, yaitu dengan memberikan opini audit yang semakin akurat. Dengan adanya opini audit ini semua pihak yang berkepentingan diantaranya bagi pelaku pasar modal, laporan keuangan adalah pintu untuk melihat isi perusahaan publik. Hitam putih perusahaan publik dapat dilihat dengan detail melalui laporan keuangan yang disajikannya (Gusti dan Ali, 2008).

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal keuangan auditan.

Terjadinya kegagalan audit sering dihubungkan sebagai salah satu penyebab krisis ekonomi yang dimulai di tahun 1997 di Indonesia. Buruknya praktik akuntansi di Indonesia ditengarai ikut mendorong memburuknya krisis ekonomi yang terjadi (ADB, 2003 dalam Justiana, 2010). Menurut media


(19)

3 massa, integritas dan tanggung jawab auditor Indonesia dipertanyakan, khususnya pada pengauditan bank. Bank yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dalam laporan keuangannya justru mengalami kebangkrutan (Bisnis Indonesia, 1999 dalam Justiana, 2010). Bertolak dari kasus-kasus diatas dan kemudian dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus mempunyai tanggung jawab yang paling besar. Karena peran pentingnya dalam masyarakat bisnis, akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggung jawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. Bagaimanapun situasi kontekstual ini memerlukan perhatian dalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme akuntan, termasuk di dalamnya melalui suatu penelitian terhadap etika seorang akuntan.

Penelitian etika (akuntan) di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun, penelitian ini masih terbatas pada aspek kognitif akuntan (khususnya berkaitan dengan pengambilan keputusan etis). The American Heritage Directory

manyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997 dalam Gusti dan Ali, 2008).

Sony Keraf (1991) dalam Suraida (2005) bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu system nilai tentang bagaimana sesorang harus hidup sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau petunjuki konkrit


(20)

4 tentang bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Faktor lain yang mempengaruhi opini audit adalah profesionalisme. Surya dan Alwani (2007), ada dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan pekerjaan profesionalnya, yaitu pertama, menjaga kerahasiaan informasi yang diperolah dalam melaksanakan tugasnya. Informasi yang diperoleh akuntan publik selama ia menjalankan pekerjaannya tidak boleh diungkapkan oleh pihak ketiga, kecuali atas ijin kliennya. Namun jika hukum atau negara menghendaki akuntan publik mengungkapkan informasi yang diperolehnya selama penugasannya, akuntan publik berkewajiban untuk mengungkapkan informasi tersebut tanpa harus mendapatkan persetujuan dari kliennya. Tanggung jawab yang kedua yaitu menjaga mutu profesionalnya. Setiap akuntan publik harus bisa mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau pekerjaan lain pada saat yang bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan obyektivitas atau ketidakkonsistenan dalam pekerjaannya.

Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus memiliki


(21)

5 Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006) gambaran tentang profesionalisme tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi.

Faktor lain yang mempengaruhi opini audit dijelaskan oleh Sabrina dan Januarti (2012) pengalaman audit ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Pengalaman seorang auditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan seperti siklus persediaan dan pergudangan, hal ini disebabkan karena auditor berpengalaman lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman.

. Literatur psikologi dan auditing menunjukkan bahwa efek dilusi dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan. Kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Herliansyah dan Ilyas (2006), yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman.


(22)

6 Salah satu pengaruh keputusan yang dibuat auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil simpulan bahwa proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Profesionalisme merupakan hal yang melekat pada diri auditor, sehingga profesionalisme merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki. Variabel penelitian ini meliputi etika, profesionalisme, dan pengalaman auditor. Penelitian ini mengevaluasi hubungan antara etika, profesionalisme, dan pengalaman auditor.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor. Dengan menggunakan beberapa variabel yang berbeda dengan penelitian terdahulu diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi opini auditor. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berjudul : Pengaruh Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah etika berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik?


(23)

7 2. Apakah profesionalisme berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan

pemberian opini akuntan publik?

3. Apakah pengalaman audit berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik?

4. Apakah secara bersama-sama etika, profesionalisme, dan pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah penulis jabarkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan etika terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

b. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan profesinalisme terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

c. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

d. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh signifikan etika, profesionalisme, dan pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.


(24)

8 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan menfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Auditor

Auditor diharapkan melakukan pengambilan keputusan secara profesional dengan pengalaman yang dimiliki bardasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sehingga auditor dapat menghasilkan kinerja yang baik.

b. Bagi Pemakai Jasa Akuntansi

Agar klien auditor dapat mengerti hal-hal yang berhubungan dengan etika, profesionalisme, dan pengalaman audit terhadap opini auditor. Selain itu, diharapkan kepada klien auditor dapat terus mempertahankan keberlangsungan usahanya sesuai dengan aturan bisnis yang legal dan tidak melakukan manipulasi bisnis yang dapat merugikan pihak-pihak lain seperti stakeholder, investor, pemegang saham, dan lainnya.

c. Pembaca

Pembaca memperoleh tambahan informasi yang menambah wacana pengetahuan khususnya dibidang auditing serta untuk menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian dalam penelitian. d. Penulis

Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi program strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan


(25)

9 Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk menambah wawasan yang lebih mendalam mengenai Pengaruh Etika, Profesionalisme, dan Pengalaman audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.


(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Basis Teori

Konsep yang mendasari teori tentang ketepatan pemberian opini merujuk kepada teori akuntansi keprilakuan khususnya teori atribusi. Teori atribusi merupakan teori yang dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan, et al., 2005).Sedangkan dalam kompasiana.com

disebutkan bahwa atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri.

Teori lain yang juga mendukung penelitian ini adalah teori peran (role theory). Teori peran membahas bagaimana orang memposisikan dirinya dan bagaimana tindakan yang dipilih saat melakukan interaksi dengan orang lain dalam suatu organisasi (Praptapa, 2009). Teori peran


(27)

11 merupakan interaksi antara peran sosial (social role), norma (norms), dan identitas (identity) atas orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi.

Peran sosial adalah kaitan dari hak, tugas dan tanggungjawab, dan perilaku yang tepat dari orang-orang yang memiliki posisi tertentu dalam konteks sosial. Norma adalah perilaku yang dianggap tepat dan diharapkan dalam suatu peran tertentu. Sedangkan identitas adalah berkaitan dengan bagaimana seseorang menetapkan siapa dirinya dan bagaimana ia akan bertindak pada suatu situasi tertentu (Praptapa, 2009).

2. Teori Audit a. Definisi Audit

Hakekat mengenai auditing menurut Arens et. al. (2010) adalah sebagai berikut:

“The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between information and established criteria. Auditing should be done by a competent and independent person”.

Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.

Menurut Mulyadi (2010) auditing dijelaskan sebagai berikut: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.


(28)

12 Menurut Sukrisno Agoes (2009), pengertian auditingadalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut Rahayu dan Suhayati (2010), pengertian auditing adalah:

Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditingharus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut (Singgih dan Bawono, 2010).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.


(29)

13 b. Standar Auditing

Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pula pertimbangan atas kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan serta bukti audit.

Standar auditing menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SA Seksi 150 berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

Berikut standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah Standar Umum, Standar Pekerja Lapangan dan Standar Pelaporan (Arens, et. al., 2008) sebagai berikut:

1) Standar Umum

a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.


(30)

14 b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3) Standar Pelaporan

a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan


(31)

15 dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d) Laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan keuangan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

c. Jenis-Jenis Audit

Menurut Arens, et.al. (2008) akuntan publik melakukan tiga jenis utama audit, Audit Operasional, Audit Ketaatan dan Audit Laporan Keuangan.

1) Audit Operasional ( Operational audit)

Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak


(32)

16 terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya. 2) Audit Ketaatan (Compliance audit)

Audit ketaatan (compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena menajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini seringkali dilakukan oleh auditor yang telah bekerja pada unit organisasi itu.

3) Audit Laporan Keuangan ( Financial statement audit)

Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kreteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Generally Accepted Accounting

Principal-GAAP). Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai GAAP, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.


(33)

17 d. Jenis-Jenis Auditor

Menurut Arens et. al (2008) dalam profesi auditor digolongkan menjadi empat jenis, jenis-jenis tersebut adalah Kantor Akuntan Publik, Auditor Kantor Pemerintahan, Auditor Pajak, dan Auditor Internal. Adapun pengertian dari setiap jenis auditor akan dijelaskan berikut ini.

1) Kantor Akuntan Publik (auditor eksternal)

Kantor akuntan publik seringkali disebut auditor eksternal atau auditor independen untuk membedakan dirinya dengan auditor internal. Kantor akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang semua sahamnya diperdagangkan dengan maksud untuk mengeluarkan pendapat atas kewajaran atas laporan keuangan. Disini akuntan berfungsi sebagai pihak yang independen dan bertindak sebagai penyaksi terhadap penyajian manajemen itu. 2) Audit Kantor Pemerintahan

Merupakan suatu badan netral yang berada dalam lingkup legislative pemerintah. Seorang auditor pada pemerintahan (General Accounting Office-GAO) adalah seorang auditor bekerja bagi GAO. Di Indonesia auditor pemerintah ini bekerja dibawah Departemen Keuangan khususnya di Badan Pengawas Keuangan (BPK). Auditor pemerintah biasanya bekerja untuk melakukan


(34)

18 pengawasan terhadap penggunaan uang negara oleh seluruh aparatur pemerintah.

3) Auditor Pajak

Auditor pajak adalah auditor yang bertanggung jawab untuk menegakkan undang-undang perpajakkan, tanggung jawab yang diemban adalah mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah memetuhi undang-undang perpajakkan yang berlaku.

4) Auditor Internal

Auditor internal adalah mereka yang bekerja dibidang akuntan disuatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan-pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Auditor bertanggung jawab langsung kepada presiden direktur, pimpinan tertinggi perusahaan, atau bahkan komite audit dari dewan direksi.

e. Tujuan Audit

Tujuan audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha serta arus kas apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan


(35)

19 menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan (Boynton, et. al., 2006).

Tujuan spesifik audit ditentukan berdasarkan asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Laporan keuangan meliputi asersi manajemen yang bersifat eskplisit maupun implisit. Auditing Standards Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 326.03) telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:

1) Keberadaan dan keterjadian (existence and ocurance) 2) Kelengkapan (completeness)

3) Hak dan kewajiban (right and obligation)

4) Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) 5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) 3. Pemberian Opini Audit

Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit. Bagian yang terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Menurut standar professional akuntan public (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima (5) jenis opini auditor, yaitu Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian, Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, Pendapat Wajar dengan Pengecualian, Pendapat Tidak Wajar, dan tidak Memberikan Pendapat.


(36)

20 1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapt diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui (SA 411 paragraf 04), apakah :

a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum

b) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan

c) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan penafsirannya.

d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas.

e) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.


(37)

21 2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas

(Unqualified Opinion with Explanatory Language)

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahsa penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor indepanden lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragraph untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.

b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan. 3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila :

a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan

b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material


(38)

22 tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapar berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.

Bentuk dari penyimpangan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum yaitu menyangkut resiko atau ketidakpastian dan pertimbangan materialitas. Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang menyangkut resiko atau ketidakpastian umumnya dikelompokkan kedalam satu diantara tiga golongan :

a) Pengungkapan yang tidak memadai, jika auditor berkesimpulan bahwa hal yang berkaitan dengan resiko atau ketidakpastian tidak diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.

b) Ketidaktepatan prinsip akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berkaitan dengan kontijensi atau estimasi hasil peristiwa masa dan tipe tertentu menjelaskan situasi yang disalamnya ketidakmampuan untul membuat estimasi yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan prinsip akuntansi yang digunakan, dan jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi yang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan secara material, ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.


(39)

23 4) Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai denga prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alas an pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraph terpisah sebelum paragrap pendapat.

5) Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion or No Opinion)

Pernyataan auditor tidak memberiakan pendapat ini layak diberikan apabila :

a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu.

b) Auditor tidak independen terhadap klien. 4. Etika

a) Pengertian Etika

Etika dalam bahasa Yunani (Suraida, 2005) terdiri dari dua kata yaitu: etos berarti kebiasaan atau adat, dan ethiokos bararti perasaan batin atau kecenderungan batin mendorong manusia dalam bertingkah laku. “Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi


(40)

24 tertentu”. Etika (ethics) menurut Arens, et. al. (2008) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.

Sebagai seorang auditor, tuntutan kepercayaan masyarakat atas mutu audit yang diberikan sangat tinggi, oleh karena itu etika merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh auditor dalam melakukan tugasnya sebagai pemberi opini atas laporan keuangan. Etika yang tinggi akan tercermin pada sikap, tindakan dan perilaku oleh auditor itu sendiri. Auditor dengan etika yang baik dalam memperoleh informasi mengenai laporan keuangan klien pasti sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Pengembangan kesadaran etis atau moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997 dalam Sabrina dan Juniarti, 2012)

Secara umum bagi kehidupan profesi, kode etik profesi adalah serangkaian norma temlis yang mengatur perilaku anggota profesi dm menetapkan prinsip-prinsip yang mendasar yang harus dipatuhi agar pelaksanaan kinerja profesionalnya dapat mencapai tujuan penugasannya. Bagi profesi akuntan, kode etik diperlukan sebagai panduan dan aturan terhadap seluruh anggota baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di dunia usaha, di instansi pemerintah, maupun di dunia pendidikan dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya.

Untuk kalangan profesional, dimana pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian


(41)

25 asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat. Dalam kerangka inilah IAI merumuskan suatu kode etik yang meliputi mukadimah dan enam prinsip etika yang harus dipodomani oleh semua anggota, serta aturan etika dan interpretasi aturan etika yang wajib dipatuhi oleh masing-masing anggota kompartemen.

b) Prinsip Etika

Prinsip-prinsip etika menurut Joseph Institute For Advancement of Ethics (Arens, et. al. 2008) yang merupakan sebuah organisasi nirlaba bagi pengembangan kualitas etika masyarakat, yaitu Dapat dipercaya, penghargaan, pertanggungjawaban, kelayakan, perhatian, dan kewarganegaraan.

1) Dapat dipercaya (trustworthiness)

Mencakup kejujuran, reliabilitas dan loyalitas. Kejujuran menuntun itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadara yang tinggi, dalam situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.


(42)

26 2) Penghargaan (respect)

Mencakup gagasan seperti kepantasan (civility), kesopansantunan (courtesy), ehormatan, toleransi, dan penerimaan. Seseorang yang terhormat akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh pertimbangan dan menerima perbedaan keyakinan pribadi tanpa berprasangka buruk.

3) Pertanggungjawaban (responsibility)

Berarti beranggung jawab atas tindakan seseorang serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik mungkin dan member teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk melakukan perbaikan.

4) Kelayakan (fairness)

Kelayakan dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang seksama pula.

5) Perhatian (caring)

Berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain dan mecakup tindakan yang mempehatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan perbuatan baik.

6) Kewarganegaraan (citizenship)

Kewarganegaraan termasuk kepatuhan pada undang-undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara agar


(43)

27 proses dalam masyarakat berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan di Amerika Serikat, dan melindungi sumber daya alam yang ada.

c) Dilema Etika

Arens, et. al. (2008) mendefinisikan dilema etika sebagai:

“Situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilemma etika dalam karier bisnis mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilemma etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat."

Seorang auditor biasanya menghadapi dilema ketika menajemen menginginkan opini audit yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Karena auditor juga terikat oleh etika serta profesionalismenya yang melarang auditor untuk melakukan hal tersebut. Dengan menegakkan etika profesionalismenya, seorang auditor akan tetap pada jalur yang benar sehingga proses audit yang dilakukan dapat memberikan opini audit yang sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya (Singleton, 2009).

Dalam tahun-tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka kerja formal untuk membantu orang-orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka kerja seperti itu adalah untuk membantu orang-orang mengidentifikasikan isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri. Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi


(44)

28 suatu pendekatan yang relative sederhana untuk menyelesaikan dilema etika (Arens, et. al., 2008), yaitu :

1) Memperoleh fakta yang relevan.

2) Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.

3) Mementukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilemma atika tersebut dan bagimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.

4) Mengidentifikasi berbagai alternative yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan dilemma tersebut.

5) Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif.

6) Memutuskan tindakan yang tepat. 5. Profesionalisme

a) Pengertian Profesionalisme

Lee (1995) dalam Ikhsan (2007) istilah professional digunakan untuk menunjukkan pengorganisasian pekerjaan dalam bentuk institusi, dimana praktisi memiliki komitmen secara jelas untuk melayani kepentingan publik dan menawarkan pada klien pelayanan yang berhubungan dengan intelektualitas dan ilmu pengetahuan.

Dalam penelitiannya, Ikhsan (2007) mengemukakan bahwa profesi harus didasari oleh professional dan keahlian, professional memerlukan extensive training dan training tersebut dalam akademik atau teoritical, misal job training dan pengalaman. Sedangkan keahlian


(45)

29 atau special knowledge dibutuhkan pengakuan dalam bentuk sertifikasi. Seorang yang profesional di dalam melakukan suatu profesi biasanya akan memiliki motivasi yang tinggi. Sejalan dengan ha1 tersebut, Soekmadidjaja (1989) dalam Ikhsan (2007) berpendapat bahwa karakter yang dimiliki oleh para profesional adalah dorongan sangat tinggi untuk berprestasi, mempunyai keyakinan dan keberanian untuk menampilkan prestasi terbaiknya, serta memiliki jiwa kreatif dan inovatif.

Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikhsan dan Ishak, 2005), antara lain :

1) Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi.

2) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan.

3) Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya.

4) Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.


(46)

30 b) Konsep Profesionalisme

Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting, tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Selama beberapa dekade yang lalu banyak sekali penelitian empiris yang dilakukan terhadap profesionalisme dalam organisasi. Beberapa penelitian empiris yang dilakukan terhadap profesionalisme membuktikan profesionalisme merupakan konstruk yang bersifat multidimensional.

Menurut Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu :

1) Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang di harapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.


(47)

31 2) Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

3) Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesioanal.

4) Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5) Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran professional.


(48)

32 c) Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional

IAI berwenang menetapkan standar (yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-komite yang dibentuk oleh IAI. Ada empat bidang utama dimana IAI berwenang menetapkan standar dan memuat aturan yang bisa meningkatkan perilaku profesioanal seorang auditor.

1) Standar auditing.

Komite Standar Profesional Akuntan Publik (Komite SPAP) IAI bertanggung jawab untuk menerbitkan standar auditing. Standar ini disebut sebagai Pernyataan Standar Auditing atau PSA (sebelumnya disebut sebagai NPA dan PNPA). Di Amerika Serikat pernyataan ini disebut sebagai SAS (Statement on Auditing Standard) yang dikeluarkan oleh Auditing Standard Boards (ASB). Pada tanggal 10 November 1993 dan 1 Agustus 1994 pengurus pusat IAI telah mensahkan sejumlah pernyataan standar auditing (sebelumnya disebut sebagai norma pemeriksaan akuntan-NPA). Penyempurnaan ini terutama sekali bersumber pada SAS dengan penyesuaian terhadap kondisi Indonesia dan standar auditing internasional.


(49)

33 2) Standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan.

Komite SPAP IAI dan Compilation and Review Standards Committee bertanggung jawab untuk mengeluarkan pernyataan mengenai pertanggungjawaban akuntan publik sehubungan dengan laporan keuangan suatu perusahaan yang tidak diaudit. Pernyataan ini di Amerika Serikat disebut Statements on Standards for Accounting and Review Services (SSARS) dan di Indonesia disebut Pernyataan Standard Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). PSAR 1 disahkan pada 1 Agustus 1994 menggantikan pernyataan NPA sebelumnya mengenai hal yang sama. Bidang ini mencakup dua jenis jasa, pertama, untuk situasi dimana akuntan membantu kliennya menyusun laporan keuangan tanpa memberikan jaminan mengenai isinya (jasa kompilasi). Kedua, untuk situasi dimana akuntan melakukan prosedur-prosedur pengajuan pertanyaan dan analitis tertentu, sehinggga dapat memberikan suatu keyakinan terbatas bahwa tidak diperlukan perubahan apapun terhadap laporan keuangan bersangkutan (jasa review).

3) Standar atestasi lainnya.

Tahun 1986, AICPA menerbitkan Statement on Standards for Atestation Engagements. IAI sendiri mengeluarkan beberapa pernyataan standar atestasi pada 1 Agustus 1994 pernyataan ini mempunyai fungsi ganda, pertama, sebagai kerangka yang harus diikuti oleh badan penetapan standar yang ada dalam IAI untuk


(50)

34 mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi yang spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi bila tidak terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu. Komite Kode Etik IAI di Indonesia dan Committee on Professional Ethics di Amerika Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan publik yang meliputi standar teknis. Standar auditing, standar atestasi, serta standar jasa akuntansi dan review dijadikan satu menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

6. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.

Haynes et al. (1998) dalam Koroy (2005) membahas hasil ini berkaitan dengan insentif yang bertentangan (conflicting incentives) yang dihadapi auditor yang semakin berpengalaman itu. Di satu pihak, auditor diharuskan untuk dapat mempertahankan klien yang menuntut auditor untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan klien. Di pihak lain, auditor juga harus mencegah kerugian di masa datang yang diakibatkan adanya tuntutan atau litigasi hukum dan hilangnya reputasi.


(51)

35 Dalam memandang pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan auditor menghadapi preferensi klien, lebih cenderung mengaitkannya dengan faktor eksternal dari diri auditor, yaitu insentif kontekstual. Hal yang juga penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan dengan karakteristik individual auditor yang berpengalaman itu. Jadi, efek pengalaman dalam hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik diri auditor itu.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelotian-penelitian terdahulu mengenai topic yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam table 2.1 berikut: Table 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti dan Tahun

Judul Hasil Penelitian (Kesimpulan)

Perbedaan dengan Penelitian Tedahulu 1. Ida

Suraida (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit terhadap Skeptisme Profesional dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan resiko audit berpengaruh terhadap skeptisme profesional dan ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun simultan. Variabel yang digunakan sekarang adalah Etika, Pengalaman Audit, Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik.


(52)

36 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti

dan Tahun Judul

Hasil Penelitian (Kesimpulan) Perbedaan dengan Penelitian Tedahulu 2. Arum

(2007) Pengaruh Persuasi atas Preferensi Klien dan Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan (judgement) Auditor dalam Mengevaluasi Bukti Audit (Survey terhadap auditor yang bekerka pada KAP di Kota Bandung) Keyakinan atas preferensi klien dan pengalaman audit berpengaruh positif terhadap pertimbangan auditor mengevaluasi bukti audit baik secara parsial maupun simultan. Variable yang digunakan sekarang adalah Pengalaman Audit.

3. Gusti dan Ali (2008). Hubungan skeptisisme professional auditor dan situasi audit, etika, pengalaman serta keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan public. Hasil penelitian ditemukan bahwa antara skeptisisme professional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan public terdapat hubungan yang signifikan. Variabel yang digunakan sekarang adalah Etika, Pengalaman, Ketepatan pemberian Opini Auditor.


(53)

37 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti

dan Tahun Judul

Hasil Penelitian (Kesimpulan) Perbedaan dengan Penelitian Tedahulu 4. Sukriah, et.

al. (2009)

Pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Variable yang digunakan sekarang adalah Pengalaman Kerja.

5. Herawaty dan Susanto (2009) Pengaruh profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan public. Profesionalisme , pengetahuan mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor. Variable yang digunakan sekarang adalah Profesionalisme, Etika Profesi.


(54)

38 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti

dan Tahun Judul

Hasil Penelitian (Kesimpulan) Perbedaan dengan Penelitian Tedahulu 6. Singgih dan

Bawono (2010)

Pengaruh independensi, pengalaman, due professional care

dan akuntabilitas terhadap kualitas audit (studi pada auditor di KAP

Big Four di Indonesia) Independensi, pengalaman, due professional dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan secara simultan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Variable yang digunakan sekarang adalah Pengalaman Audit.

7. Sabrina K. dan Indira Juniarti (2012) Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisme Profesional Auditor (Studi Kasus Pada KAP Big four di Jakarta) Penelitian ini menbuktikan situasi audit berpengaruh positif dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisme professional auditor. Variable yang digunakan sekarang adalah Pengalaman, Etika, Ketepatan Pemberian Opini.


(55)

39 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti

dan Tahun Judul

Hasil Penelitian (Kesimpulan) Perbedaan dengan Penelitian Tedahulu 8. Hendra

Gunawan (2012) Pengaruh profesionalisme auditor dan tingkat materialitas terhadap ketepatan pemberian opini (survey pada kantor akuntan publik di kota Bandung) Terdapat pengaruh signifikan positif antara profesionalis me auditor dan tingkat materialitas terhadap ketepatan pemberian opini baik secara simultan maupun parsial. Variable yang digunakan sekarang adalah profesionalisme, ketepatan Pemberian Opini.


(56)

40 C. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1.

Bersambung pada halaman berikutnya

Pengaruh Etika, Profesionalismen dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik

Teori Atribusi, Teori Peran, dan Teori Auditing

Variabel Independen Variabel Dependen

Etika (X1)

Profesionalisme

(X2)

Pengalaman Audit

(X3)

Semakin Kompleksnya Tugas Audit dan Adanya Tuntutan untuk Meningkatkan untuk Meningkatkan Ketepatan

Pemberian Opini Akuntan Publik

Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik


(57)

41 Gambar 2.1 (Lanjutan)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran Model Analisis:

Regresi Berganda

Uji Kualitas Data: 1. Validitas 2. Reliabilitas

Uji Asumsi Klasik: 1. Multikolonieritas 2. Heteroskedastisitas 3. Normalitas

Uji Hipotesis: 1. Uji R2 2. Uji t 3. Uji F

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(58)

42 D. Hipotesis

1. Etika terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) dan Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa etika berpengaruh positif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.

Berdasarkan hal tersebut, maka keterkaitan antara etika dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H1: Etika berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

2. Profesionalisme terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik

Sebagai profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan. Seseorang yang professional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan bahwa seorang professional memiliki kepintaran, pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktifitas yang dilakukan (Gunawan, 2012).


(59)

43 Wahyudi dan mardiyah (2006), menyatakan bahwa sebagai profesional, akuntan publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Penelitian juga dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa auditor professional dalam mendeteksi kekeliruan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka keterkaitan antara profesionalisme dengan ketepatan pemberian opini audit dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H2: Profesionalisme berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

mm

3. Pengalaman terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit dan mampu membuat judgement yang relative lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya.


(60)

44 Aji (2009) dalam Singgih dan Bawono (2010) menyatakan bahwa semakin banyak tugas yang dikerjakan, akan semakin mengasah keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan perlakuan khusus yang banyak dujumpai dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya. Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang jika melakukan pekerjan yang sama secara terus menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami berbagai hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan berhati-hati menyelesaikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Herliansyah dan Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik.

Berdasarkan hal tersebut, maka keterkaitan antara pengalaman dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H3: Pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.

4. Etika, Profesionalisme dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005), Wahyudi dan Mardiyah (2006), Herawati dan Susanto (2009), Singgih dan


(61)

45 Bawono (2010), Gunawan (2012), serta Sabrina dan Januarti (2012), maka diduga bahwa etika, profesionalisme dan pengalaman audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H: Etika, profesionalisme dan pengalaman audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik.


(62)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2012 dengan objek penelitian auditor Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini difokuskan kepada Pengaruh Etika, Profesionalisme, dan Pengalaman Audit terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik dalam proses pemeriksaan Laporan Keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu melakukan pengujian pengaruh antara tiga variabel independen, yaitu Etika, Profesionalisme, dan Pengalaman Audit. Sedangkan sebagai variabel dependen, yaitu Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik yang berada di DKI Jakarta.

B. Sampel Penelitian

Penelitian ini mengambil objek auditor yang bertugas di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Jakarta. Metode sampling yang digunakan adalah

convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah.


(63)

47 C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data primer, sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dikirimkan kepada para auditor yang terdaftar di KAP yang tersebar di wilayah Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan analisis data.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoris, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan kecermatan suatu instrumen untuk mengukur suatu konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau


(64)

48 valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada kuesioner tersebut. Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2009).

b. Uji Realibilitas

Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Suatu konstuk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0, 60 (Ghozali, 2009)

3. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi


(65)

49 dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004).

Penilitian ini juga menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang memiliki kriteria untuk normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (a) tertentu (dalam penelitian ini digunakan a sebesar 0,05). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi.

2) Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2009). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009). Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka

tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien korelasi antar variabel independen


(66)

50 haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Ghozali, 2009).

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali, 2009).

Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

Penelitian ini juga menggunakan uji Glejser untuk menguji heteroskedastisitas. Kriteria dari uji Glejser adalah apabila nilai t-statistik dari seluruh variabel masing-masing memiliki nilai p value > 0.005, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian variabel tersebut tidak mengalami masalah heteroskedastisitas dan data tersebut dapat dikatakan bersifat homoskedastisitas.


(67)

51 4. Analisis Data

a. Analisis Regresi Berganda

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3 + e

Keterangan:

Y = Ketepatan pemberian opini akuntan publik α = Konstanta

β1,..3 = Koefisien regresi X1 = Etika

X2 = Profesionalisme

X3 = Pengalaman Audit

e = error terms

b. Analisis Koefisien Determinan

Untuk mengetahui besarnya atau kecilnya persentase pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel berikut (Y) dipergunakan koefisien determinan dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien Determinan r = Koefisien korelasi


(68)

52 c. Uji Hipotesis

1) Uji t

Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual. Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh signifikan dari variabel masing-masing independen terhadap variabel dependen, maka nilai signifikannya dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima. Demikian pula sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Bila Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009).

2) Uji F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam variabel model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5 %.


(69)

53 Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika Probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak 2) Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini merupakan variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut dioperasionalkan sebagai berikut:

1) Variabel Independen a) Etika (X1)

Variabel etika ini diukur menggunakan pertanyaan-pertanyaan tentang kesadaran etis dan kepedulian pada etika profesi. Instrument pengukuran variabel ini menggunakan instrument pengukuran variabel yang digunakan oleh Justiana (2010). Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).

b) Profesionalisme (X2)

Variabel profesionalisme ini diukur dengan pertanyaan-pertanyaan seberapa besar seorang auditor menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalamannya dalam melaksanakan proses pengauditan; seberapa teguh seorang auditor pada profesinya jika mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih


(70)

54 besar; seorang auditor bekerja keras untuk membantu KAP dimana dia

bekerja; selalu berpartisipasi dalam pertemuan eksternal auditor. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen yang

digunakan oleh Syamsiah (2010). Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).

c) Pengalaman (X3)

Variabel pengalaman audit ini diukur berdasarkan jangka waktu (tahun)/berapa lama seorang auditor bekerja. Instrumen pengukuran

variabel ini menggunakan instrumen yang digunakan oleh Sari (2011), semua item pertanyaan diukur menggunakan skala likert 1

(sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju). 2) Variabel Dependen

a. Ketepatan pemberian Opini Akuntan publik

Variabel ketepatan pemberian opini akuntan publik ini diukur melalui pemberian opini yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam macam-macam opini yaitu, Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion), Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (unqualified opinion with explanatory language), Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion), Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion), dan Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer of opinion or no opinion). Instrumen pengukuran ketepatan pemberian opini akuntan publik ini menggunakan instrumen yang


(71)

55 digunakan oleh Sari (2011) dan menggunakan skala likert, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator No. Butir

Pertanyaan

Skala Pengukuran Etika

(X1)

1. Menurut anda, etika profesi menjadi salah satu penentu kesuksesan auditor.

1

Skala interval 2. Kepedulian pada etika

profesi adalah sangat baik untuk dilaksanakan.

2 3. Nilai nilai yang Anda

yakini dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi auditor memiliki banyak kesamaan.

3

4. Aturan-aturan yang ada dalam etika profesi yang dikeluarkan oleh Institusi Akuntan Publik Indonesia telah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan

Publik.

4

5. Kepedulian terhadap etika profesi dapat memberikan yang terbaik dalam

melakukan setiap pekerjaan audit.

5

6. Menurut Anda, auditor adalah profesi terbaik dibanding dengan profesi lainnya

6


(72)

56 Table 3.1 (Lanjutan)

Variabel Indikator No. Butir

Pertanyaan

Skala Pengukuran 7. Dalam situasi saat ini,

apabila ada sedikit perubahan yang tidak berkenan dihati Anda dapat mempengaruhi kepedulian Anda pada etika profesi.

7

Profesionalisme (X2)

1. Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan.

8

Skala Interval

2. Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai auditor meskipun saya mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih besar.

9

3. Saya mau bekerja keras diatas batas normal untuk membantu KAP dimana saya bekerja.

10

4. Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan para eksternal auditor.

11 5. Saya merasa terlalu riskan

untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang.

12


(1)

135 OUTPUT UJI HIPOTESIS

(UJI STATISTIK t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) .223 4.929

Etika .179 .104 .210

Profesionalisme .550 .177 .397

Pengalaman Audit .315 .093 .442

a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini

Coefficientsa

Model t Sig.

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 (Constant) .045 .964

Etika 1.715 .095 .946 1.057

Profesionalisme 3.111 .004 .872 1.147

Pengalaman Audit 3.380 .002 .829 1.207


(2)

136 Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanJenisKelamin

Statistics JenisKelamin

N Valid 41

Missing 0

Mean 1.24

Std. Error of Mean .068

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .435

Variance .189

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Sum 51

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 31 75.6 75.6 75.6

Perempuan 10 24.4 24.4 100.0


(3)

137 Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanUsia

Statistics Usia

N Valid 41

Missing 0

Mean 1.59

Std. Error of Mean .140

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .894

Variance .799

Range 3

Minimum 1

Maximum 4

Sum 65

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20 - 25 tahun 25 61.0 61.0 61.0

26 - 30 tahun 11 26.8 26.8 87.8

31 - 35 tahun 2 4.9 4.9 92.7

36 - 40 tahun 3 7.3 7.3 100.0


(4)

138 Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanJabatanKerja

Statistics JabatanKerja

N Valid 41

Missing 0

Mean 4.49

Std. Error of Mean .079

Median 4.00

Mode 4

Std. Deviation .506

Variance .256

Range 1

Minimum 4

Maximum 5

Sum 184

JabatanKerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Auditor Senior 21 51.2 51.2 51.2

Auditor Junior 20 48.8 48.8 100.0


(5)

139 Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanPendidikanTerakhir

Statistics PendidikanTerakhir

N Valid 41

Missing 0

Mean 1.98

Std. Error of Mean .043

Median 2.00

Mode 2

Std. Deviation .273

Variance .074

Range 2

Minimum 1

Maximum 3

Sum 81

PendidikanTerakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid D3 2 4.9 4.9 4.9

S1 38 92.7 92.7 97.6

S2 1 2.4 2.4 100.0


(6)

140 Output UjiDeskriptifRespondenBerdasarkanPengalamanKerja

Statistics PengalamanKerja

N Valid 41

Missing 0

Mean 1.93

Std. Error of Mean .118

Median 2.00

Mode 2

Std. Deviation .755

Variance .570

Range 2

Minimum 1

Maximum 3

Sum 79

PengalamanKerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <1 tahun 13 31.7 31.7 31.7

1 - 3 tahun 18 43.9 43.9 75.6

>3 tahun 10 24.4 24.4 100.0


Dokumen yang terkait

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, PENGETAHUAN, DAN PENGALAMAN, TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pengetahuan, Dan Pengalaman, Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

1 7 17

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI, PENGETAHUAN, DAN PENGALAMAN, TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pengetahuan, Dan Pengalaman, Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

0 3 12

PENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman Kerja, Independensi dan Keahlian Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di

0 4 14

PENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman Kerja, Independensi dan Keahlian Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di

0 4 20

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi

0 3 19

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, ETIKA, PENGALAMAN DAN KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor, Etika, Pengalaman Dan Keahlian Audit Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik Di Kota Surakarta.

0 1 12

Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit.

0 0 1

Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit.

0 1 99

PENGARUH ETIKA, PENGALAMAN DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT

0 1 15

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA, GENDER DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

1 1 16