PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP

PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Biologi

Oleh WARTINI

1102554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed

NIP.196705271992031001

Pembimbing II,

Dr. TaufikRahman, M. Pd

NIP. 196201151987031002

Penguji I,

Dr. Sri Anggraeni, M. S

NIP. 195801261987032001

Penguji II,

Dr. Mimin Nurjhani. K. M.Pd

NIP. 196509291991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi FPMIPA UPI

Dr. H. Riandi, M. Si NIP. 196305011988031002


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, dengan populasi penelitian siswa kelas VIII SMPN 2 Subang tahun pelajaran 2013-2014. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas meliputi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi perbedaan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran praktikum verifikasi. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah the static

group pretest-postest design. Instrumen pengumpul data adalah tes

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Analisis data menggunakan t-test dan uji korelasi. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan penguasaan konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Sig.= 0,000; p < 0,05), demikian pula pada keterampilan proses sains siswa (Sig =0,017; p < 0,05). Korelasi penguasaan konsep dengan keterampilan proses menunjukan hubungan linier signifikan (Sig=0,00; p < 0,05) yang tergolong kategori sedang (r=0,594). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing lebih efektif daripada pembelajaran praktikum verifikasi dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa, Antara peningkatan penguasaan konsep dengan keterampilan proses sains terdapat korelasi linier.

Kata kunci: Praktikum, Inkuiri terbimbing, Verifikasi, Penguasaan konsep, Keterampilan proses sains, Fotosintesis


(4)

ABSTRACT

This study was a quasi-experimental, with eighth grade students study population SMP 2 Subang 2013-2014 school year. The study sample consisted of two classes include experimental class and control class. The purpose of this study was to obtain information differences mastery of concepts and science process skills among students who use the lab-based learning through guided inquiry with students who use the learning lab verification. The research design in this study is the static group pretest-posttest design. Data collection instrument is a test mastery of concepts and science process skills of students. Data analysis using a t-test and correlation test. Based on the results of data analysis, it was found that there were significant differences in students 'mastery of concepts between the experimental class and control class (Sig. = 0.000, p <0.05), as well as the students' science process skills (Sig = 0.017, p <0.05) . Correlation mastery of concepts with process skills showed a significant linear relationship (Sig = 0.00, p <0.05) were classified as medium category (r = 0.594). It shows that lab-based learning through guided inquiry learning is more effective than lab verification to improve the mastery of concepts and science process skills of students, between the increase in the mastery of concepts with science process skills there is a linear correlation. Key words: Practical, guided inquiry, Verification, Mastery concepts, science process skills, Photosynthesis.


(5)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……….... v

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….... 8

C. Pertanyaan penelitian .. ………... 8

D. Batasan masalah ………... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian ………. ……….. 10

G. Asumsi Penelitian... 10

H. Hipotesis ... 11

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI, PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SMP PADA KEGIATAN PRAKTIKUM FOTOSINTESIS A. Pembelajaran Inkuiri... 1.Karakteristik Pembelajaran inkuiri... 2.Jenis-jenis Pembelajaran inkuiri... 3.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri ... 12 15 18 21 B. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 22

C. Pembelajaran Berbasis Praktikum... 1. Bentuk –bentuk Praktikum... 2.Tahapan Praktikum...

24 25 26


(6)

E.Penguasaan Konsep...

F.Keterampilan Proses Sains... 30

G.Pembelajaran Konsep Fotosintesis... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian 1.Jenis Penelitian... 2.Design Penelitian... 40 40 B. Populasi dan Sampel... 41

C. Definisi Operasional... 41

D. Instrumen Penelitian... 42

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 43

F. Prosedur Penelitian... 1. Tahap Persiapan... 2. Tahap Pelaksanaan... 3. Tahap Akhir... 45 45 52 54 G. Teknik Pengumpulan Data... 55

H. Teknik Analiasis Data... 56

I. Teknik Pengolahan Data... 56

1. Menghitung Nilai Penguasaan Konsep... 56

2. Menghitung Rerata Skor... 56

3. Uji Persyaratan Analaisis... 56

4. Normalized –Gain... 57

5. Uji Perbedaan Rata-rata... 58

6. Analisis Korelasi... 58

7. Analisis Tanggapan Siswa... 59

8. Penarikan Kesimpulan... 59


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penguasaan Konsep Siswa

1. Analisis Hasil Uji Statistik Penguasaan Konsep... 61

a.Tes Awal Penguasaan Konsep... 62

b.Tes Akhir Penguasaan Konsep... 63

2. Analisis skor rata-rata penguasaan konsep pada tiap ranah kognitif... 72

3. Analisis Skor Rata-rata Penguasaan Konsep pada Tiap sub Konsep... 78

B. Keterampilan Proses Sains 81 1. Analisis Hasil Uji Statistik Keterampilan Proses Sains... 81

a.Tes awal Keterampilan Proses Sains... 82

b. Tes Akhir .Keterampilan Proses Sains... 83

2. Analisis Skor Rata-Rata Tes awal dan Tes akhir Tiap Aspek Keterampilan ProsesSains... 88

C. Hubungan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains... 94

D.Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 96

E. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 1.Kesimpulan... 101

2.Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ………... 104


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri ... 18

2.2. Perbedaan Karakter Jenis Laboratorium Berbasis Inkuiri... 20

2.3. Karakeristik Inkuiri Terbimbing... 24

2.4. Indikator Keterampilan proses sains 33 2.5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Konsep Fotosintesis... 34

3.1 . Design Penelitian... 41

3.2 . Kisi-kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep... 44

3.3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains... 45

3.4. Hasil Analisis Signifikansi Soal Penguasaan Konsep... 47

3.5. Hasil Analisis Signifikansi Soal Keterampilan Proses Sains... 48

3.6. Interval Reliabilitas... 49

3.7. Interval Daya Pembeda... 50

3.8. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep... 50

3.9. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Proses Sains... 51

3.10. Interval Tingkat Kesukaran ... 51

3.11. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan Konsep.. 52

3.12. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Keterampilan Proses Sains... 52

3.13. Teknik Pengumpulan Data... 55

3.14. Kriteria N-Gain ternormalisasi... 57

3.15. Interpretasi Koefisien Korelasi... 58

3.16. Interpretasi Tanggapan Siswa... 59

4.1. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Data Tes Awal vi


(9)

Penguasaan Konsep... 62 4.2. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Data Tes Akhir

Penguasaan Konsep... 63 4.3. Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Penguasaan Konsep

pada Tiap Ranah Kognitif... 72 4.4. Skor rata-rata Tes Akhir Penguasaan Konsep pada tiap Sub

Konsep... 78 4.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Data tes awal

Keterampilan Proses sains... 82 4.6. Rekapitulasi Hasil analisis data Tes Akhir Keterampilan

proses sains... 84 4.7. Skor rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir tiap Aspek KPS.... 88 4.8. Hubungan Penguasaan Konsep dengan Keterampilan Proses

Sains... 96 4.9. Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 Proses Fotosintesis... 36 4.1 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Awal dan

Tes Akhir Penguasaan Konsep Siswa...

61 4.2 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Gain Kelas Eksperimen

dan Kontrol Penguasaan konsep Pada Tiap Ranah Kognitif... 73 4.3 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Gain kelas

Eksperi-men dan Kontrol Penguasaan Konsep pada Tiap Sub Konsep... 79 4.4 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Rata-Rata Tes Awal

dan Tes Akhir Ketrampilan Proses Sains Siswa... 81 4.5 Perbandingan nilai Gain kelas Eksperimen dan Kontrol

Pada Setiap Aspek KPS... 89 4.6 Diagram Batang Tanggapan Siswa terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

A. Instrumen Penelitian

A.1. Silabus Pembelajan IPA ... 110

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 113

A.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 119

A.4. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep... 132

A.5. Instrumen Soal Penguasaan Konsep... 159

A.6. Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses Sains... 164

A.7. Instrumen Soal Keterampilan Proses Sains... 194

A.8. Judgement Instrumen Penelitian... 199

A.9. Analisis Soal Penguasaan Konsep... 201

A.10. Analisis Soal Keterampilan Proses Sains... 202

A.11. Lembar Kerja Siswa... 204

A.12. Contoh Laporan siswa... 217

A.13. Kisi-kisi dan Angket Siswa... 230

A.14. Contoh jawaban Angket Siswa... 232

A.15. Dokumentasi Foto Pembelajaran Praktikum Melalui Inkuiri Terbimbing 234 B.Analisis Data Penelitian B.1. Hasil Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen... 240

B.2. Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 241

B.3. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen... 242

B.4. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol... 243

B.5. Skor Mentah Tes Awal Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen... 244

B.6. Skor Mentah Tes Awal Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 248

B.7. Skor Mentah Tes Akhir Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen... 252

B.8. Skor Mentah Tes Akhir Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 256

B.9. Skor Mentah Penguasaan Konsep Aspek Kognitif kelas eksperimen . 260

B.10. Skor Mentah Penguasaan Konsep tiap Aspek Kognitif Kelas Kontrol.. 264

B.11. Skor Mentah Penguasaan Sub Konsep Kelas Eksperimen... 268

B.12. Skor Mentah Penguasaan Sub Konsep Kelas Kontrol... 272 B.13. Skor Mentah Tes Awal Keterampilan Proses Sains pada Kelas


(12)

Kontrol... 278 B.15. Skor Mentah Tes Akhir KPS kelas Eksperimen... 280 B.16. Skor Mentah Tes Akhir KPS kelas Eksperimen... 282 B.17. Skor Mentah Keterampilan Proses Sains tiap indikator pada Kelas

Eksperimen... 284 B.18. Skor Mentah Keterampilan Proses Sains tiap indikator pada Kelas

Kontrol... 286 B.19. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal

Penguasaan Konsep ... 288 B.20. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal Penguasaan Konsep

... 289 B.21. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal

Keterampilan Proses Sains ... 290 B.22. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal Keterampilan Proses

Sains ... 291 B.23. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes akhir Penguasaan

Konsep... 292 B.24. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata tes akhir Penguasaan

Konsep... 293 B.25. Hasil Uji Normalitas dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Awal

Keterampilan proses sains ... 294 B.26. Hasil Uji t dan dan Uji Perbedaan Rata-rata Tes Akhir Keterampilan Proses

Sains ... 295 B.27. Hasil Uji korelasi antara Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses

Sains... 296 B.28. Hasil Uji Regresi Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains 297

C.Surat Penelitian

C.1. Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis... 298 C.2. Surat Permohonan Izin Penelitian... 299 C.3. Surat Keterangan Penelitian... 300


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk menumbuh-kan kemampuan berpikir (BNSP, 2006) Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Biologi sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan sains. Sebagaimana diketahui bahwa sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Carin dan Evans dalam Rustaman et al. (2003) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu: kontent atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Kemudian sains sebagai sikap artinya dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur dan objektif. Sains sebagai teknologi bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pembelajaran sains didasarkan pada teori belajar konstruktivis yang berpandangan bahwa belajar merupakan kegiatan membangun pengetahuan yang dilakukan sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya (Ramsey, 1993; dalam Rustaman, 2005)

Menurut pandangan konstruktivis dalam pembelajaran biologi se-yogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses belajar berlangsung siswa harus terlibat langsung dalam kegiatan nyata (Rustaman et al., 2003). Salah satu metode yang cocok dengan pandangan konstruktivis untuk pembelajaran


(14)

biologi adalah metode eksperimen (praktikum). Sebagaimana dikemu-kakan oleh Solomon (dalam Widodo & Nurhayati, 2005) Bahwa prak-tikum penting bagi pelajaran sains tidaklah banyak yang menyangkalnya. Baik guru maupun siswa pada dasarnya menaruh harapan yang tinggi terhadap praktikum. Guru berharap dengan praktikum anak akan lebih paham konsep yang dipelajari, terbangkitkan motivasinya untuk belajar sains, berkembang keterampilan sainsnya, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Di pihak siswa, mereka juga berharap bisa menikmati pengalaman penga-laman baru untuk mengamati, mencoba, menggunakan alat, dan bereks-perimen. Seperti dikemukakan oleh Hayat (2010) bahwa pada pembe-lajaran berbasis praktikum siswa lebih diarahkan pada eksperimental

learning, diskusi dengan teman, yang selanjutnya akan diperoleh ide dan

konsep baru. Dengan demikian mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir (hands on dan minds on). Hal tersebut sangatlah sesuai karena didalam kegiatan praktikum siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan proses sains untuk meme-cahkan masalah-masalah realistis, sehingga dapat menumbuhkan keber-maknaan dalam belajar, meningkatkan pemahaman dan retensi, serta membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains siswa dan kemampuan melakukan riset (Spiro & Knisley, 2008).

Pembelajaran sains dewasa ini masih kurang memberi wawasan berpikir dan kurang mengembangkan kemampuan kerja ilmiah (Wulan, 2008). Padahal pembelajaran sains semestinya dapat mengembangkan ke-mampuan memecahkan masalah-masalah lingkungan dan wawasan ber-pikir untuk kehidupan masa depan yang baik (Rutherford & Ahlgren, 1990; Rustaman, 2006; dalamWulan, 2008). Di kalangan siswa menengah, telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran biologi (IPA) meru-pakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat dan motivasi untuk mempelajari biologi, juga penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnya keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep pada proses


(15)

3

kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung, pembelajaran pun lebih bersifat berpusat pada guru. Guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual.

Permasalahan berikutnya dalam pembelajaran biologi, sedikit se-kali guru-guru biologi yang memasukkan metoda ilmiah dalam tujuan pembelajarannya dan mereka umumnya kurang percaya diri melaksanakan pembelajaran biologi berbasis inkuiri. Hal ini sesuai dengan hasil pene-litian Anggraeni et al. (2009) yang menyatakan bahwa pada umumnya mahasiswa calon guru biologi masih lemah dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran biologi yang memenuhi kriteria hakikat biologi sebagai sains. Pada umumnya guru belum sepenuhnya bisa melaksanakan kegiatan praktikum dengan berbagai alasan sehingga pembelajaran biologi masih cenderung berpusat pada guru. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa praktikum relatif jarang dilakukan. Hal tersebut didukung oleh beberapa pendapat (Berry, Gunstone, Loughran & Mulhall, 2001; Harlen, 1999; Hodson, 1993; Hofstein & Lunetta, 2004; dalam Widodo & Ramdhaningsih, 2006). Bahwa kalaupun ada dilakukan praktikum hasil yang diperoleh ternyata belum maksimal baik untuk tujuan peningkatan hasil belajar siswa maupun untuk tujuan mengenalkan siswa tentang tujuan sains. Sesuai dengan hasil penelitian Wulan (2007) bahwa sebagian besar (93,30%) calon guru biologi ditemukan hanya menggunakan praktikum verifikasi, hanya sebagian kecil (6,74%) calon guru yang menggunakan strategi discoveri inquiry dalam rencana pelajaran mereka.

Guru kurang terbiasa menerapkan inkuiri dalam pembelajaran ka-rena: a) waktu pembelajaran kurang sesuai dengan alokasi waktu pada rencana pembelajaran; b) siswa masih kaku dalam melakukan penyelidikan karena belum terbiasa; c) kurangnya pengamat pada saat pembelajaran sehingga pengamatan dirasakan kurang maksimal (Lawson, 1996; Limba, 2004; Rustaman, 2006; dalam Tresnawati, 2009). Sementara menurut Lazarowitz & Penso (1992) bahwa konsep-konsep biologi yang


(16)

sulit dan abstrak apabila disampaikan secara verbal tanpa disertai dengan kegiatan pembelajaran konkret akan semakin sulit bagi siswa.

Dengan demikian diperlukan suatu cara yang efektif dalam me-ngembangkan penguasaan konsep dan keterampilan dasar berdasarkan pa-da tujuan pembelajaran biologi. Seorang pendidik perlu menerapkan sebu-ah metode yang mengarsebu-ahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengem-bangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan dalam menganalisis data, berpikir secara logis dan sistematis. Guru perlu membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan terse-but melalui strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang mendu-kung siswa untuk belajar secara aktif. Salah satu strategi pembelajaran yang banyak direkomendasikan oleh banyak ahli adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan pesrta didik untuk mengalami belajar

“menemukan”bukan belajar“menerima”. Kesempatan belajar menemukan dikembangkan antara lain dalam bentuk strategi pembelajaran berbasis inkuiri (Lawson, 1995; dalam Tresnawati, 2009). Dengan kegiatan inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif untuk merumuskan masalah, melakukan penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan data, serta mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Ibrahim, 2007). Kegitan laboratorium merupakan salah satu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerja ilmiah (Rustaman et al., 2005; Widodo & Ramdhaningsih, 2006)

Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund & Trowbridge, 1973) bahwa Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang ter-jadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan de-ngan yang ditemukan orang lain. Menurut Hamalik (2003) Pengajaran


(17)

ber-5

dasarkan inkuiri, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah, me-ngumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta meng-aplikasikan hasil belajarnya.

Trowbridge & Bybee (dalam Wulan, 2007) membagi inquiry ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah discovery learning dalam hal ini guru menentukan masalah dan proses kerja. Tingkatan selanjutnya adalah

guided inquiry. Guided inquiry mensyaratkan guru mengajukan masalah.

Siswa diminta untuk menentukan proses dan pemecahan masalah. Tingkatan ketiga yang merupakan inquiry tertinggi yaitu open inquiry. Guru hanya menyediakan konteks untuk memecahkan masalah. Siswa mengidentifikasi masalah tersebut untuk dipecahkan.

Hasil penelitian Koksal & Berberoqlu (2012), bahwa inkuiri ter-bimbing menunjukkan efek positif pada kognitif serta karakteristik afektif siswa Turki. Pemahaman konsep dan ketrampilan proses sains siswa kelas eksperimen terjadi peningkatan dibandingkan kelas kontrol. Demikian pula dengan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen lebih baik di bandingkan ke-las kontrol. Kemudian hasil penelitian Martineau et al. (2013) bahwa dengan model inkuiri terbimbing, dimana siswa berkolaborasi untuk merancang dan menjalankan eksperimen mereka sendiri, ternyata dengan pengalaman tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kepercayaan diri siswa terhadap illmu pengetahuan. Dengan model ini terjadi peningkatan keterampilan siswa. Demikian pula pendapat Brickman

et al. (2009) berdasarkan penelitiannya mengemukakan bahwa literasi

sains dan keterampilan proses sain siswa pada kelas laboratorium inkuiri secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas laboratorium tradisional. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ketpichainarong et

al. (2009) bahwa hasil belajar siswa pada konsep bioteknologi meningkat

dengan praktikum enzim selulase berbasis inkuiri yaitu dilihat dari hasil tes pemahaman konsep dan pemetaan konsep, siswa mendapatkan pengetahuan konten yang meningkat secara signifikan pada reaksi enzim


(18)

sampai aplikasinya, selain itu dari laporan siswa mengungkapkan mereka memiliki perkembangan pada kemampuan berpikir kritis, keterampilan proses ilmiah dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tentang enzim selulase untuk aplikasi industri. Sesuai pula dengan hasil penelitian Gautreu & Binn (2012), bahwa pengetahuan ekologi pada pendidikan lingkungan untuk kelompok pengajaran berbasis inkuiri mencapai gain terbesar dibandingkan dengan kelompok pengajaran tradisional. Kemudian sesuai pula dengan hasil penelitian Kızılaslan et al. (2012) yang menganalisis penelitian yang berkaitan dengan pengajaran berbasis inkuiri bahwa dari 23 makalah dan 17 tesis yang diterbitkan 10 tahun terakhir, temuan penelitian menunjukan bahwa pengajaran berbasis inkuiri merupa-kan area penelitian baru di Turki dan sebagian besar dipraktemerupa-kan dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan teknologi tingkat dasar.

Keterampilan Proses Sain (science process skill) dapat diartikan Keterampilan-keterampilan yang dapat menggambarkan kebiasaan seorang ilmuwan (Padilla, 1990) Keterampilan ini dapat dipelajari dan dimiliki oleh siswa melalui suatu kegiatan pembelajaran. Pendekatan konsep yang didampingi dengan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains dimaksudkan agar siswa mengalami berinteraksi dengan obyek, geja-la ageja-lam atau peristiwa ageja-lam, baik secara geja-langsung ataupun dengan ageja-lat ban-tu yang ada. Setelah faktanya didapatkan, siswa diajak mendata dan me-ngelompokkannya, mencatatnya dalam bentuk tampilan yang komunikatif (tabel, diagram, bagan, grafik) agar dapat dimaknai dengan cara mengin-terpretasikannya, menemukan keteraturan atau polanya untuk selanjutnya membuat dugaan berupa prediksi dan hipotesis. Pengujian prediksi dan hipotesis dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, bahkan dapat laksanakan di luar jam pelajaran. Pembelajaran yang demikianlah yang di-maksudkan dengan pembelajaran yang hands-on dan minds-on (Rustaman, 2010). Karenanya Semiawan (1988) mendefinisikan pendekatan kete-rampilan proses sebagai pengembangan sistem belajar yang mengaktifkan siswa dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan


(19)

7

pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.

Salah satu konsep dalam pembelajaran biologi SMP kelas delapan pada konsep fotosintesis dengan tuntuntan Standar Kompetensi memaha-mi sistem dalam kehidupan tumbuhan, dan Kompetensi Dasarnya mendes-kripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau. Dengan salah satu indikatornya siswa dapat melakukan percobaan dan melaporkan hasil percobaan fotosintesis (BSNP, 2006). Namun pada kenyataannya berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian, setelah proses pembelajaran tidak semua siswa bisa memahami konsep fotosintesis. Hanya sebagian siswa saja yang bisa mendeskripsikannya, sehingga hasil ulangan harian rata-rata hanya 27-29 % siswa yang mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh guru dalam membelajarkan konsep fotosintesis masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau praktikum yang kurang mengaktifkan siswa, dimana kegiatan KBM masih berpusat pada guru dan siswa kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran konsep fotosintesis menghendaki siswa mampu melakukan percobaan fotosintesis untuk membuktikan hasil fotosintesis dan dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Siswa dituntut mampu menguji bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen dan amilum, mampu membuat kesimpulan tentang fotosintesis, dan membuat laporannya. Untuk memahami hal tersebut diperlukan pembelajaran yang konkret, oleh karena itu untuk mencapai kompetensi dasar maka pembelajaran konsep fotosintesis akan lebih tepat dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing. Sebagaimana diungkapkan oleh Villani (1992) bahwa Permasalahan-permasalahan sains yang di alami oleh siswa, seharusnya dipecahkan dengan cara melakukan kegiatan eksperimen laboratorium. Siswa dapat memecahkan permasalahan sains dengan cara menghubungkan hasil


(20)

observasi atau eksperimen dengan konstruksi teoritis yang dimilikinya sehingga siswa dapat membangun struktur konsepnya dengan baik.

Permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini adalah bagaimana melatih siswa mengorientasi dan merumuskan masalah, melakukan penyelidikan, mengatasi kesulitan serta merefleksikan hasil pe-nyelidikan dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri ter-bimbing dan verifikasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menga-dakan penelitian mengenai penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi pada konsep fotosintesis terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi pada konsep fotosintesis terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains

siswa SMP.?”

C. Pertanyaan Penelitian

Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, secara terperinci perma-salahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian

se-bagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang

meng-gunakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis praktikum verifikasi?

2. Bagaimana perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbim-bing dengan pembelajaran berbasis praktikum verifikasi?

3. Bagaimana keterkaitan antara penguasaan konsep dengan keterampilan proses sains siswa?


(21)

9

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis?

D. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang diteliti dibatasi sebagai berikut:

1. Penguasaan konsep yang diukur adalah penguasaan ranah kognitif taksonomi Bloom revisi (Anderson dan Krathwohl, 2001) yang puti jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi) secara test tertulis.

2. Keterampilan Proses Sains yang diukur pada penelitian ini dibatasi pada tujuh keterampilan proses yaitu: kemampuan kasikan, menafsirkan, memprediksi, mengajukan pertanyaan, canakan percobaan, mengajukan hipotesis, menerapkan konsep (Rustaman, et al.; 2003).

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi pada konsep fotosintesis terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP. Tujuan penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi tentang perbedaan penguasaan konsep siswa, perbedaan keterampilan proses sains, antara siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis praktikum verifikasi.

2. Menganalisis keterkaitan antara penguasaan konsep dengan pilan proses sains siswa. 3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap


(22)

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut;

1. Bagi Guru

a. Memperoleh informasi tentang penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi sehingga bisa diterapkan dalam pembelajaran konsep lain yang sesuai

b. Memperoleh informasi tentang keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verfifikasi, dengan demikian maka selain penguasaan konsep, aspek keterampilan proses sains merupakan hal yang sangat penting di terapkan dalam pembelajaran sains. c. Memberikan pengalaman tentang pembelajaran berbasis praktikum

melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan pembelajaran yang memudahkan siswa dalam pengu-asaan konsep

b. Melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains

3. Bagi Peneliti Lain

Memberikan informasi bagaimana melaksanakan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan verifikasi, sehingga bisa memberikan bahan refleksi untuk bahan pertimbangan ketika akan melakukan penelitian yang relevan.

G. Asumsi Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa:

1. Srategi inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri ( Gulo, 2002).


(23)

11

2. Tugas guru pada inkuiri terbimbing adalah menyediakan lingkungan pembelajaran aktif yang membuat siswa dapat mengeksplorasi dan mengkonstruk pengetahuannya melalui interaksi dengan sesama teman-nya serta dengan guruteman-nya (Douglas & Chiu, 2009).

3. Menurut Spiro & Knisely (2007) bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mengembangkan keterampilan proses diantaranya mati, memprediksi, membuat hipotesis, merancang percobaan, kan percobaan, berkomunikasi, menginterpretasikan grafik, dan rapkan konsep.

4. Pendekatan laboratorium verifikasi dimulai dengan pembahasan latar belakang teoritis dan matematis sebelum kegiatan percobaan dalam laboratorium diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan ini biasanya disertai dengan perintah-perintah yang harus diikuti secara bertahap dalam pengumpulan data penyelidikan data yang terkumpul digunakan untuk membuktikan teori yang telah diperoleh secara teoritik (Abraham,1982; dalam Budiman, 2010).

H. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam pene-litian ini dirumuskan sebagai berikut:

Penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran berbasis praktikum verifikasi.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing dan praktikum verifikasi terhadap penguasaan konsep dan keterampilan Proses sains siswa. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Kuasi Eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak un-tuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis Praktikum melalui inkuiri terbimbing, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan kon-sep dan Keterampilan Proses sain siswa.

2. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the

static group pretest-postest Design (Fraenkel & Wallen, 2006). Static group pretest-postest Desain (Fraenkel & Wallen, 2006) artinya

pengam-bilan kelompok secara acak, terdapat kelompok pembanding, masing-masing kelompok diberi tes awal, dan tes akhir dengan perlakuan yang berbeda. The static group pretest-postest Design dijelaskan pada Tabel 3.1.


(25)

41

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Nama Kelas Pretest Perlakuan Postest

eksperimen O1 X1 O2

kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 : Pretest O2 : Posttest

X1 : Pembelajaran berbasis praktikum melalui melaui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis (kelas eksperimen)

X2 : Pembelajaran berbasis praktikum verifikasi pada konsep fotosisntesis (kelas kontrol)

B.Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Subang, semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri atas sembilan kelas. SMPN 2 Subang merupakan sekolah yang me-miliki siswa dengan kemampuan yang bervariasi dari kemampuan tinggi, sedang, dan rendah oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa siswanya. Pemi-lihan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster Random

sampling. Pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan semua kelas

memiliki kemampuan yang homogen. Pengambilan sampel dengan teknik

cluster random sampling yaitu mengambil dua kelas dari sembilan

rom-bongan belajar. Satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol.

C.Definisi Operasional

1. Pembelajaran Berbasis Praktikum melalui Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing merupakan kegiatan praktikum yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan proses fotosintesis. Siswa melakukan kegiatan praktikum untuk menguji adanya amilum dan oksigen pada tumbuhan percobaan. Dengan menggunakan lembar kerja siswa yang berisi pertanyaan pengarah yang mengarahkan siswa untuk bisa merumuskan masalah, membuat hipotesis, menyusun langkah-langkah percobaan.Pembelajaran berbasis


(26)

praktikum melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis dilaksanakan dua kali pertemuan yang meliputi: Percobaan Sach dan Percobaan Ingenhousz.

2. Pembelajaran Berbasis Praktikum Verifikasi

Pembelajaran berbasis praktikum verifikasi merupakan kegiatan praktikum yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan proses fotosintesis. Siswa melakukan kegiatan praktikum untuk menguji adanya amilum dan oksigen pada tumbuhan percobaan dengan menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru berupa buku resep dengan langkah-langkah percobaan yang sudah terinci dengan jelas. Pembelajaran berbasis praktikum verifikasi pada konsep fotosintesis dilaksanakan dua kali pertemuan yang meliputi: Perco-baan Sach dan PercoPerco-baan Ingenhousz.

3. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep adalah skor tes formatif siswa yang dijaring melalui tes pilihan ganda pada konsep fotosintesis dengan kemampuan yang di uji pada ranah kognitif Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001), level C1 (mengingat:konseptual dan faktual), C2 (mengerti: konseptual dan faktual), C3 (mengaplikasi: konseptual dan faktual), C4 (menganalisis: konseptual dan faktual) dan C5 (mengevaluasi: konseptual dan faktual).

4. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains siswa adalah skor tes keterampilan proses sains siswa yang dijaring melalui tes pilihan ganda pada konsep fotosintesis yang meliputi tujuh indikator yaitu: mengkomunikasikan, menafsirkan, memprediksi, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, mengajukan hipotesis, menerapkan konsep.

D.Instrumen Penelitian

1. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep terdiri dari tes awal dan tes akhir dengan instrumen tes tertulis bentuk soal pilihan ganda, yang digunakan untuk


(27)

43

mengukur penguasaan konsep siswa sebelum dan setelah proses pembe-lajaran. Instrumen disusun oleh peneliti berdasarkan ranah kognitif Bloom revisi dengan jenjang C1 (mengingat:konseptual dan faktual), C2 (memahami: konseptual dan faktual), C3 (menerapkan: konseptual dan faktual), C4 (menganalisis: konseptual dan faktual), dan C5 (mengeva-luasi: konseptual dan faktual). Instrumen tes di judgement dan di uji coba. Instrumen tes yang digunakan terdapat pada lampiran A.5.

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains siswa terdiri dari tes awal dan tes akhir, dengan instrumen tes tertulis bentuk soal pilihan ganda. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah pembelajaran. Instrumen tes disusun oleh peneliti berdasarkan Indikator Keterampilan proses sains menurut Rustaman et al. (2003) yang meliputi tujuh keterampilan; mengkomunikasikan, menafsirkan, mempre-diksi, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, mengajukan hipotesis, menerapkan konsep. Instrumen tes di judgement dan di uji coba. Instrumen tes yang digunakan terdapat pada lampiran A.7.

3. Angket

Angket yang digunakan berupa sebuah daftar pertanyaan yang dibuat dalam bentuk daftar cocok (check list) dan harus diisi oleh siswa. Angket ini terdiri atas pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” terdiri dari 20 item yang diberikan setelah selesai pembelajaran. Angket diberikan kepada siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing, dengan tujuan untuk memperoleh tanggapan siswa mengenai manfaat, kendala dan kesulitan yang dialami dalam pembe-lajaran berbasis praktikum inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis. Angket yang digunakan terdapat pada lampiran A.13.

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.

Pada penelitian ini menggunakan instrumen tes tertulis penguasaan konsep dengan jumlah soal 25 soal pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen tes penelitian da-pat dilihat pada Tabel 3.2.


(28)

Tabel 3.2.Kisi-Kisi Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Instrumen tes keterampilan proses sains berjumlah 10 dengan bentuk soal pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen tes soal keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel 3.3.

No Tujuan Pembe lajaran

Dimensi Penge-tahuan

Dimensi Kognitif dan Nomor Soal Instrumen

Jum- lah Soal Meng-ingat (C1) Mema hami (C2) Menga-plikasi (C3) Menga-nalisisis (C4) Menge valuasi (C5)

PG IS ES

1 Mendefinis ikan pengertian Fotosintesi s

Faktual 3 3

Konseptual 2 (1,2) 1 (21) 2 Menunjukka n tempat terjadinya Fotosintesis pada daun

Faktual 1

(4)

1

(6,) 5 6

Konseptual 2 (3,5) 1 (7) 3 Menuliskan Reaksi fotosintesis

Faktual 1

(10) 2 2

Konseptual 1

(18)

4 Percobaan Sachfaktual 1

(15) 3 3

konseptual 2 (11,12 ) 5 Percobaan Ingenhousz faktual 1 (16) 2 (8,19) 1

(9) 6 6

konseptual 1 (17) 1 (20) 6 Menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaru hi fotosintesis .

faktual 6 6

Konseptual 2 (13,24 ) 1 (25) 2 (13,14)

prosedural 1

(22)


(29)

45

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains

No. Jenis KPS Indikator Soal Jumlah

Soal

Nomor Soal 1 Mengkomunikasikan Menghubungkan hasil

pengamatan dari tabel ke grafik

1

1 2. Menafsirkan

(Interpretasi)

Menyimpulkan hasil percobaan dari grafik

1 2

Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

1 3

3. Prediksi Membaca grafik 1 4

Membaca tabel 1 5

4 Mengajukan pertanyaan

Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana

1 6

5. Merencanakan percobaan / penyelidikan

Menentukan variabel atau faktor-faktor penentu

1 7

6. Mengajukan hipotesis

Menyusun hipotesis 1 8

Mengajukan hipotesis 1 9

7. Menerapkan konsep Menggunakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dalam situasi baru

1 10

JUMLAH 10 10

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu :

1. Tahap Persiapan

Berikut ini kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan: a. Menyusun proposal penelitian yang kemudian diseminarkan.

b. Menentukan subjek yang akan dijadikan penelitian berdasrakan teknik

cluster random sampling .

c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Perangkat pembelajarannya meliputi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (Lembar Kegiatan Siswa) pembe-lajaran fotosintesis. Instrumen penelitiannya meliputi, soal untuk mengungkap penguasaan konsep siswa, soal untuk mengukur keterampilan proses sains siswa, dan angket siswa.


(30)

d. Melakukan judgement perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian kepada dosen ahli, untuk memperoleh informasi tentang kesesuaian instrumen yang dibuat sebagai alat tes yang akan digunakan dalam penelitian. Judgement dilaksanakan pada bulan juni tahun 2013, hasil

judgement digunakan untukuntuk merevisi soal sebelum di ujicobakan.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian pada siswa.

Instrumen sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba un-tuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Sebuah instrumen dikatakan memilki validitas empiris apabila sudah diuji dari penga-laman (Arikunto, 2002:66) dan suatu tes dikatakan mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2002:86). Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX tahun ajaran 2012-2013, dan uji coba ulang dilakukan pada siswa kelas IX tahun ajaran 2013-2014.

f. Melakukan analisis kualitas instrumen pengusaan konsep dan kete-rampilan proses sains siswa meliputi, validitas, reliabilitas, daya pem-beda dan tingkat kesukaran soal.

Soal yang telah diuji cobakan sebelumnya sudah diberikan peni-laian oleh tim ahli (judgement), berjumlah 40 butir soal untuk penguasaan konsep dan 20 butir soal untuk keterampilan proses sains, yang kemudian berdasarkan hasil analisis soal yang digunakan untuk penguasaan konsep berjumlah 25 butir soal dan soal yang digunakan untuk keterampilan proses sain berjumlah 10 butir soal. Langkah-langkah untuk menganalisis soal yang dapat menjamin keterukuran instrumen tes adalah sebagai berikut :

1) Validitas tes

Sebuah tes dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bemtuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:


(31)

47

r

xy

∑ ∑

√[ ∑ ][ ∑ ]

rxy = Koefisien korelasi tiap item N = Banyaknyasubjek uji coba ∑X =Jumlah skor item

∑Y =Jumlah skor total ∑X2

= Jumlah kuadrat skor iten ∑Y2

= Jumlah kuadrat skor total

∑XY= Jumlah perkalian skor item dan skor total

( Arikunto, 2006)

Hasil r xy dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan α 5 % jika

r

xy

>

r

tabel maka alat ukur dikatakan valid. Untuk mengukur validitas tes

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dilakukan uji korelasi

spearman rho, jika nilai signifikansi korelasi ≤ 0,05 maka terdapat kesesuaian yang signifikan (Sugiyono, 2007). Berdasarkan analisis dengan menggunakan program anates, skor korelasi validitas diinterpretasikan dengan nilai signifikansi korelasi. Soal Penguasaan konsep memiliki 40 butir soal, hasil analisis menunjukan bahwa 25 butir soal (62,5%) kategori signifikan (valid), dan 15 soal (37,5%) tidak signifikan (tidak valid). Maka soal-soal yang valid dan mewakili jenjang yang hendak diukur yaitu berjumlah 25 soal dan digunakan sebagai instrumen tes untuk penelitian. Distribusi tingkat tingkat kesukaran, dan informasi lain lebih lanjut terdapat pada lampiran A.9. Hasil analisis signifikansi soal penguasaan konsep seperti tertera pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Analisis Signifikansi Soal Penguasaan Konsep

No Signifikansi Korelasi

No Soal Jumlah

Soal

Persentase (%) 1 Signifikansi 1.2.5,6,8,9,10,11,12,13,21,22,25,

26,27,29,30,31,32,33,34,35,37,38, 40

25 62,5 %

2 Tidak signifikan

3,4,7,14,15,16,17,18,19,20,23,24, 28,36,39.

15 37,5%

Total 40 100%

Soal keterampilam proses sain memiliki 20 butir soal, hasil analisis menunjukan bahwa 13 butir soal (65%) kategori signifikan (Valid), dan 7 soal (35%) tidak signifikan (tidak valid). Dari soal yang valid, dipilih


(32)

10 soal yang memiliki keterwakilan aspek indikator keterampilan proses sain yang kemudian digunakan sebagai instrumen tes untuk penelitian. Distribusi tingkat tingkat kesukaran, dan informasi lain lebih lanjut terdapat pada lampiran A.10. Hasil analisis signifikansi instrumen tes keterampilan proses sains tertera pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hasil Analisis Signifikansi soal Keterampilan Proses Sains

No Signifikansi Korelasi

No Soal Jumlah

Soal

Persentase

1 Signifikansi 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,14,16,20 13 65 % 2 Tidak

signifikan

1,9,13,15,17,18,19. 7 35%

Total 20 100%

2) Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan hasil ketetapan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2006). Untuk menentukan nilai reli-abilitas menggunakan rumus K-R 20 yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson dengan rumus sebagai berikut :

keterangan:

r

11 = reliabilitas tes keseluruhan

p = proporsi siwa yang menjawab benar q = jumlah siswa yang menjawab salah (q=1-p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item


(33)

49

Interpretasi tingkat reliabilitas dijelaskan pada tabel 3.4 .

Tabel 3.6. Interval Reliabilitas (r 11)

No Interval r 11 Kriteria

1 0,00 ≤ r 11 ≤ 0,20 Sangat rendah

2 0,20 ≤ r 11 ≤ 0,40 Rendah

3 0,40 ≤ r 11 ≤ 0,60 Cukup

4 0,60 ≤ r 11 ≤ 0,80 Tinggi

5 0,80 ≤ r 11 ≤ 0,10 Sangat Tinggi

(Arikunto, 2006)

Berdasarkan hasil analisis tes dengan menggunakan program Anates versi 9, soal penguasaan konsep memiliki nilai reliabilitas 0,80 sehingga dapat diartikan bahwa soal penguasaan konsep yang diujicobakan memiliki tingkat reliabilitas tinggi, demikian pula untuk soal keterampilan proses sains (KPS) hasil analisis menunjukan nilai reliabilitas 0,77 sehingga soal KPS memilki tingkat reliabi- litas yang tinggi. Informasi lebih lanjut mengenai hasil analisis tertera pada lampiran A.9 dan A10.

3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah (Arikunto 2002). Perhitungan daya pembeda menggunakan rumus :

Keterangan :

DP = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah ynag menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


(34)

Interpretasi daya pembeda dijelaskan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Interval Daya Pembeda

No Interval Daya Pembeda Kriteria

1 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek

2 0,20 ≤ DP ≤ 0,40 cukup

3 0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik

4 0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Baik sekali

Daya Pembeda soal penguasaan konsep berdasarkan hasil analisis soal uji coba penguasaan konsep dengan meggunakan Anates IV versi 9, menunjukan bahwa terdapat 8 butir soal (20%) dengan kriteria jelek, 9 butir soal (22,5 %) kriteria cukup, 18 butir soal (45 %) kriteria soal baik, dan 5 butir soal (12,5%) kriteria soal baik sekali. Hasil analisis daya pembeda soal penguasaan konsep di jelaskan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep

No kriteria No Soal Jumlah Persentase (%) 1 jelek 15,16,18,19,20,23,28,36 8 20 % 2 cukup 3,4,5,7,14,17,25,35,39. 9 22,5 % 3 baik 1,2,8,9,10,11,12,13,21,22,26,30,

31,32,33,37,38,40,

18 45 %

4 baik sekali 6,25,27,29,34 5 12,5 %

Total 40 100%

Daya pembeda soal keterampilan proses sains berdasarkan hasil analisis soal uji coba keterampilan proses sains, menunjukkan terdapat 8 butir soal (40%), 12 butir soal (60 %) kriteria cukup, hasil analisis daya pembeda soal keterampilan proses sains dijelaskan pada Tabel 3.9.


(35)

51

Tabel 3.9. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Keterampilan Proses Sains

NO Kriteria No Soal Jumlah Persentase(%) 1 cukup 1,2,4,8,13,15,17,19 8 40 %

2 baik 3,5,6,7,9,10,11,12,14,16,18,20, 12 60%

Total 20 100 %

4) Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran bertujuan untu mengukur seberapa jauh derajat kesukaran suatu soal. Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2002). Perhitungan tingkat kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut;

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS= jumlah seluruh siswa peserta tes

Interpretasi tingkat kesukaran dijelaskan pada Tabel 3.10.berikut; Tabel 3.10. Interval Tingkat Kesukaran

No Interval Daya Pembeda Kriteria

1 0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar

2 0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

3 0,70 ≤ P ≤ 0,100 Mudah

( Arikunto, 2006)

Tingkat kesukaran soal berdasarkan hasil analisis soal uji coba penguasaan konsep dengan meggunakan Anates IV versi 9, menunjukan bahwa terdapat 7 butir soal (17,5%) dengan kriteria sukar, 25 butir soal (62,5 %) kriteria sedang, 8 butir soal (20 %) kriteria soal mudah. Hasil analisis tingkat kesukaran untuk instrumen tes dijelaskan pada Tabel 3.11.


(36)

Tabel 3.11.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan Konsep

No Kriteria No Soal Jumlah Persentase (%) 1 Sukar 3,15,17,18,19,23,28 7 17,5 % 2 Sedang 1,4,6,7,9,11,12,13,14,16,20,21,24,25

27,29,30,31,32,34,36,37,38,39,40.

25 62,5%

3 Mudah 3,5,8,10,22,26,33,35 8 20 %

Total 20 100 %

Tingkat kesukaran soal keterampilan proses sain berdasarkan hasil analisis soal uji coba tes keterampilan proses sains dengan meggunakan Anates IV

versi 9, menunjukan bahwa terdapat 2 butir soal (10%) kriteria sukar, 10

butir soal (50%) kriteria sedang, 8 butir soal (40%) kriteria soal mudah. Hasil analisis Tingkat kesukaran untuk instrumen tes keterampilan proses sains dijelaskan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Keterampilan Proses Sains

NO Kriteria No Soal Jumlah Persentase (%)

1 Sukar 8,13 2 10%

2 Sedang 1,3,5,6,9,10,12,15,16,18 10 50% 3 Mudah 2,4,7,11,14,17,19,20, 8 40 %

Total 20 100 %

Berdasarkan hasil analisis soal, beberapa soal direvisi dan dilakukan uji coba ulang. Informasi lebih jelas tentang hasil analisis soal terdapat pada lam-piran A.10.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap penelitian meliputi:

a. Memberikan tes awal (pretest ) penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Memberikan pengarahan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

melakukan praktikum fotosintesis yang mencakup pemberian tugas kepada siswa untuk menutup daun selama dua hari sebelum praktikum 1.


(37)

53

dilaksanakan. Kemudian menugaskan siswa membawa tanaman Hydrilla

sp untuk bahan praktikum 2.

c. Melaksanakan pembelajaran berbasis praktikum inkuiri terbimbing di kelas eksperimen dan praktikum verifikasi pada kelas kontrol. Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol dijabarkan sebagai berikut:

1) Kelas eksperimen

a) Pembelajaran konsep fotosintesis dengan pembelajaran berbasis praktikum inkuiri terbimbing

b) Sebelum melaksanakan praktikum siswa terlebih dahulu menyusun rumusan masalah, menentukan variabel, menyusun hipotesis dan merancang percobaan dengan menyusun langkah kerja Siswa Dengan bimbingan guru dan panduan berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

c) Siswa melakukan praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengolah data, berdiskusi membahas hasil temuannya selama praktikum, membuat kesimpulan, kemudian membuat laporan praktikum. d) Siswa mempresentasikan hasil Praktikum Fotosintesis.

e) Pembahasan dan penguatan konsep tentang fotosintesis 2) Kelas kontrol

a) Pembelajaran konsep fotosintesis dengan pembelajaran berbasis praktikum verifikasi

b) Siswa melakukan praktikum verifikasi dengan panduan Lembar Kegiatan Siswa bersifat buku resep.

c) Siswa melakukan praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengolah data, berdiskusi membahas hasil temuannya selama praktikum, membuat kesimpulan, kemudian membuat laporan praktikum. d) Siswa mempresentasikan hasil Praktikum Fotosintesis


(38)

d. Melakukan observasi pada saat pembelajaran fotosintesis berlangsung dan setelah kegiatan berakhir dilakukan oleh observer

e. Memberikan tes akhir (post test) penguasaan konsep dan tes keterampilan proses sains kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah selesai pembelajaran.

f. Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen untuk memperoleh tanggapan siswa setelah implementasi pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing.

g. Pada pelaksanaan penelitian, Lembar Kegiatan Siswa yang digunakan, masih terdapat kelemahan yaitu bahwa pertanyaan dalam Lembar Kerja kurang mencerminkan Inkuiri terbimbing, Hal ini disebabkan oleh keterbatasan peneliti, yaitu merupakan hal yang baru dilakukan peneliti menyusun Lembar Kegiatan Siswa yang berorientasi inkuiri.

3. Tahap akhir

Tahap akhir ini meliputi:

a. Data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian tentang penguasaan konsep siswa dan Keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fotosinte-sis berbafotosinte-sis praktikum melalui inkuiri terbimbing dari kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian diolah dan dilakukan analisis/ pembahasan. b. Melakukan penarikan kesimpulan dari pengolahan dan analisis/

pembaha-san data tentang penguasaan konsep dan Keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fotosintesis berbasis praktikum melalui inkuiri ter-bimbing.


(39)

55

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dijabarkan dalam Tabel 3.13. Tabel 3.13. Teknik Pengumpulan Data

No. Teknik Instrumen Jenis Data Keterangan

1. Tes

penguasaan konsep

Soal tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban yang menilai penguasaan konsep siswa pada Pembelajaran Fotosintesis berbasis praktikum inkuiri ter-bimbing.

Informasi mengenai penguasaan konsep siswa pada pembe-lajaran fotosintesis.

 Pelaksanaan di awal dan diak-hir pembelajar-an.

Tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol 2. Tes

keterampilan proses sains

Soal tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban yang menilai keterampilan proses sains siswa pada Pembelajaran Foto-sintesis berbasis prak-tikum inkuiri terbimbing.

Informasi menge-nai keterampilan proses sains siswa pada Pembelajaran

Fotosintesis.

Pelaksanaan di awal dan diak-hir pembelajar-an

 Tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol 3. Angket Lembar angket yang

memuat pertanyaan tentang pembelajaran Fotosintesis berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing de-ngan alternatif jawaban Ya dan Tidak.

Sikap siswa pada pembelajaran ber-basis praktikum melalui inkuiri ter-bimbing pada kon-sep fotosintesis

Pelaksanaan diakhir pembela-jaran setelah tes penguasaan konsep dan keterampilan proses sains

Angket

diberikan kepada kelas eksperimen, karena tujuannya untuk

memperoleh tanggapan tentang pembelajaran berbasis

praktikum melalui inkuiri terbimbing


(40)

H. Teknik Analisis Data

Setelah selesai penelitian dan pengambilan data, maka data yang

terkumpul meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Pengolahan data penguasaan konsep, kemampuan berpikir ilmiah, angket siswa dengan uji statistik menggunakan software statistical package for social science (SPSS) versi 20. Pengolahan data hasil angket siswa diolah dengan analisis deskriptif.

I. Teknik Pengolahan Data

1. Menghitung nilai Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains

Menghitung nilai keterampilan penguasaan konsep dan keteram-pilan proses sains. Penghitungan nilai ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi angka yang sama dari skala 0-100. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

2. Menghitung rerata skor

Menghitung rerata total skor dari pretes dan postes dengan meng-gunakanrumus:

∑ Keterangan :

Me = mean (rata-rata)

∑Xi= jumlah x ke i sampai ke n n =jumlah individu

(Sugiyono, 2007 )

3. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis dilakukan untuk menentukan penelitian parametrik atau non parametrik, Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa statistik parametrik digunakan apabila data yang digunakan berdis-tribusi normal dan statistika nonparametrik digunakan apabila data yang digunakan tidak normal. Seperti diungkapkan oleh Kerlinger dan


(41)

57

Tuckman (Purwanto, 2010:282) bahwa bila asumsi terpenuhi maka sta-tistika yang digunakan adalah stasta-tistika parametrika, sedang bila asumsi tidak terpenuhi maka pengolahan data menggunakan statistika non parametrik. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal pada hasil belajar siswa meliputi: penguasaan konsep dan keterampilan proses sains. Pengujian normalitas data dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20 dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Sedangkan untuk uji homogenitas varians data dilakukan dengan Levene test.

4. Normalized Gain (N-Gain)

Normalized–Gain (N-Gain) digunakan untuk mengetahui

pening-katan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada konsep fotosintesis antara kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Skor N-Gain (Meltzer, 2002) dihitung dengan rumus :

Keterangan :

S post = skor postes S pre = sor pretes

S maks = skor maksimum

dengan kriteria nilai N- Gain sebagai berikut Tabel 3.14.Kriteria N-Gain Ternormalisasi

Perolehan N-Gain Kriteria N-Gain > 0,70 Tinggi 0,30≤ N-Gain≤ 0,70 Sedang N-Gain < 0,30 Rendah


(42)

5. Uji Perbedaan rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan sebagai uji hipotesis, untuk mengetahui nilai signifikan terkait pengaruh pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran praktikum verifikasi. Uji perbedaan rata-rata dapat meng-gunakan hasil tes akhir atau N- Gain sebagai data uji hipotesis, dengan melihat analisis data tes awal, jika data tidak menunjukan perbedaan signifikan maka analisis yang digunakan data tes akhir dan jika data tes awal menun-jukkan perbedaan signifikan maka analisis yang digunakan menggunakan data N- Gain. Uji hipotesis menggunakan uji t (t-test) melalui independent samples t-test dengan menggunakan SPSS 20.

6. Analisis korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan Penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Untuk teknik perhitungan korelasi dengan menggunakan program SPSS. Menurut Sugiyono (2007), analisis korelasi ganda (multiple correlation) bertu juan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antara dua bel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu varia-bel dependen. Interpretasi nilai korelasi menurut Sugiyono (2008;231) dijelaskan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 .Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0.199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat


(43)

59

7. Analisis Tanggapan Siswa

Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis dianalisis secara deskriptif dari hasil angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab “Ya” dan jumlah siswa yang menjawab “Tidak” untuk setiap pertanyaan pada angket. Langkah selanjutnya yaitu dengan dilakukan perhitungan persentase jawaban siswa untuk setiap pertanyaan dengan rumus sebagai berikut:

Selanjutnya, hasil dari perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel aturan Koentja-raningrat (Suhartini, 2007) dijelaskan pada tabel 3.16.

Tabel 3.16. Interpretasi Tanggapan Siswa

Persentase Kategori

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil 26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar 76%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

8. Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan dilakukan setelah semua data terkumpul kemudian di analisis melalui uji statistik. Berdasarkan hasil uji statistik, di dukung dengan hasil analisis angket, maka dibuat kesimpulan tentang penerapan pembelajaran berbasis praktikum melalui inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP.


(44)

J. Skema Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Praktikum melalui Inkuiri terbimbing & praktikum

Verifikasi

Penguasaan konsep dan Keterampilan Proses Sains

Konsep fotosintesis

Pembuatan rancangan pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian

Uji coba, Revisi

Penentuan sampel

Kelas kontrol Kelas

eksperimen Pretes Pretes

Pembelajaran konsep fotosintesis berbasis praktikum verifikasi Pembelajaran konsep fotosintesis berbasis

praktikum melalui inkuiri terbimbing

Angket tanggapan

siswa Postes Postes


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, W. T. G. (2008). Perbandingan Pembelajaran berbasis inkuiri melalui metode

eksperimen dan metode demonstrasi pada topik alat indera di SMA. SPs. UPI.

Bandung. Tidak diterbitkan.

Anderson, L. W. & Krathwohl D.R. (2001). Ataxonomy for Learning ,Teaching and Assessing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives’. New York. Addison Wesley Longman, Inc.

Angraeni, S. (2006). Pengembangan Model perkuliahan Biologi umum berdasarkan

Pembelajaran Inkuiri pada Mahasiswa calon guru Biologi. Draf Disertasi Doktor:

SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Anggraeni, S. (2009). Kemampuan Melakukan Inkuiri Bebas dan Dampaknya terhadap

Sikap Ilmiah dari Calon Guru Biologi. FPMIPA-UPI.

Arfianty, H. (2012). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri untuk

Mening-katkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Koloid Siswa.

SPs. UPI.Bandung. Tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek . Edisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP.(2006). Standar Kompetensi dan Komptetensi Dasar IPA., Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Brickman, P. et al. (2009). Effects of Inquiry-based Learningon Students’ Science Literacy Skills and Confidence, International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, Georgia Southern University [online] tersedia: http:// digitalcommons. georgia southern. edu/ cgi/ viewcontent.cgi? article=1182&context=ij-sotl diakses tgl 11 maret 2014

Budiman, R. (2010). Pengaruh Kegiatan Praktikum Berbasis Inkuiri terhadap Perolehan

Hasil Belajar Siswa. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Campbell, N.A. & Reece,J.B. (2008). Biology. jilid 1 Edisi kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Cook, Thomas. D & Donald, T. Campbell, 1979, Quasi Experimentation Design &

Analy-sis for Field Settings. Houghton Mifflin Company: Boston

Dahar, R.W. (1989). Teori- teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dirgantara, Y. (2008). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk

Mening-katan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan


(2)

Douglas, E. P. dan Chiu, C. C. (2009). Work in progres – Use of Guided Inquiry as an Active Learning Technique in engineering.Texas: 39 th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference.[online] tersedia http://fie-conference.org/fie2009/papers/1105.pdf diakses tanggal 11 Maret 2014.

Erwati, W. (2013) . Pembelajaran Inkuiri Pada Topik Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis. SPs.UPI. Bandung. Tidak diterbitkan

Fauziah, E. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Internet

dan Textbook untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Inkuiri Siswa SMA Pada Konsep Bioteknologi. Tesis. SPs.UPI. Bandung. Tidak diterbitkan

Fraenkel & Wallen. (2007). How to Design and Evaluate Reasearch in Education. 6th edition. McGraw Hill Companies inc.

Gautreu, T. B. & Binn, C. I. (2012). Investigating student attitudes and achievements in an environmental place-based inquiry in secondary classrooms. International Journal of Environmental & Science Education. 7 ( 2), April 2012, 167-195

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Penerbit Grasindo.

Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Haury, D. L. (1993). Teaching Science Through Inquiry. [online] tersedia http:/ /www. inform.umd.edu/UMS+State/UMDProjects/MCTP/Essays/ScienceInquiry.txt.

diakses tgl 23 maret 2014.

Hayat, M. S. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Invertebrata untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah siswa. Tesis. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Herdiani, A. (2013) Pengaruh Pembelajaran inquiry Lesson terhadap Peningkatan

Kemampuan Literasi sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Fotosintesis.

Skripsi UPI tidak diterbitkan.

Holil, A. (2008). Teori Permudah Pemahaman Konsep Pembelajaran dengan Inkuiri [online]. Tersedia: http; //marsaja. word-press.com//2008/04/14/strategi-inkuiri-model-teknik-bertanya/[diakses tanggal 3 agustus 2013]

Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran Inkuiri. [online] tersedia: http://k picenter.org/ index.php? option =com_ content&task=view&id=38& mid=41. Diakses 14 desember 2013.

Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains/IPA. Bandung: Pusat Pengembangan Guru IPA.

Insan. (2008). Pembelajaran Berbasis Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis. SPs

UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Jalaludin, D. (2009).Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan


(3)

Dinamis dan Kecakapan Ilmiah Siswa SMA. Tesis. SPs UPI Bandung. Tidak

diterbitkan

Joyce, B. Weil, M. & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. Model-Model

Pembela-jaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ketpichainarong, W. (2010). Enhanced Learning of Biotechnology Students by an Inquiry-based Cellulase Laboratory. International Journal of Environmental and Science Education. 5, ( 2) , pages 169-187.

Kimball, J. W. (1992). Biologi. Jakarta Erlangga.

Kızılaslan, A. ,Sözbilir, M., & Yaşar, D. M. (2012). Inquiry based teaching in Turkey: A

content analysis of research reports. International Journal of Environmental & Science Education.7, (4), 599-617.

Koksal, E. A. & Berberoqlu, G. (2012). The Effect of Guided-Inquiry Instruction on 6th Grade Turkish Students' Achievement, Science Process Skills, and Attitudes Toward Science, International Journal of Science Education Publishing models and article dates explained Version of record first published: [online] http: //www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500693.2012.721942?journalCode=tsed2 0#preview. Diakses tanggal 3 Agustus 2013

Lakitan, B. (2008) .Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, Jakarta : Raja Grafindo Persada Larmer, J. & Mergendoller, J. R. (2010). Giving Students Meaningful Work. [online]

tersedia:http://www.ascd.org/publications/educational_leadership/sept10/vol68/nu m01/Seven_Essentials_for_Project-Based_Learning.aspx. Diakses11 januari 2014 Lazarowitz, R. & Penso, S. (1992).”High Students difficulties in Learning in Biology

Concepts.” Journal Biological Education. 26 (3), 215-223

Limba, A. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk

Mening-katkan Keterampilan Proses Sains,Penguasaan Konsep dan Semangat berkreativitas Siswa SMP pada Konsep Perpindahan Kalor. Tesis.SPs UPI

Bandung. Tidak diterbitkan

Linda, F. (2008). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi Peningkatan

Penguasaan konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Organisasi Kehidupan.Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Malik, A. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri dengan menggunakan Virtual

Labora-torium dan Real LaboraLabora-torium untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpkir Kritis Siswa SMA pada Topik Listrik Dinamis. SPs. UPI. Bandung.Tidak diterbitkan

Martineau, C. et al. (2013). A guided inquiry methodology to achieve authentic science in a large undergraduate biology course, Journal of Biology education.[online] tersedia;http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00219266.2013.764345#prev iewPublishing models and article dates explained Version of record first published: 05 Feb 2013. Diakses 19 Januari2013


(4)

Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physic : American Journal of Physic.70 (12),1259-1268.

Mutia, P. (2013). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Praktikum terhadap Keterampilan

Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi. Tesis. SPs

UPI Bandung Tidak diterbitkan

Noperman, F. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis

Inkuiri pada Topik Keanekaragaman Tumbuhan untuk Meningkatkan Penalaran dan Siswa Kelas X. Tesis. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan

NRC. (1996). National Science Education Standars. Washington, DC: National Academy Press

Nulhakim, L. (2004). Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama ilmiah siswa SMA

pada kegiatan Praktikum dengan model Pembagian Tugas (Model wheather dan Dunleavy tipe 2). Tesis. SPs UPI Bandung tidak diterbitkan.

Nurhayati, N. (2008). Pelajaran IPA-Biologi Bilingual untuk SMP/MTs. Kls VIII. Bandung. Yrama Widya

Nurmalia. (2012). Analisis Kemampuan Merencanakan Pembelajaran Inkuiri Pada Guru

Guru Biologi SMA di Kota Bandung. Tesis. SPs UPI Bandung tidak diterbitkan

Oktavianti, E. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan

Multipel Representasi pada Tofik Fluida Statis untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Oktian, Y. (2005). Implementasi Contextual Teaching and learning dalam pembelajaran

rangkaian listrik untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP.

SPs. UPI.Bandung. Tidak diterbitkan

Padilla, M. J. (1990). The Science Process Skills [online] tersedia: http://www.narst.org/ publication / research/skill.cfm. diakses 10 Januari 2013

Purwanto, M.N. (2009). Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common Text Book (Edisi Revisi). Jakarta: JICA IMSTEP.

Rustaman, N. (2005). Perkembangan Penelitian Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan

Sains. FPMIPA UPI

Rustaman, N. Y. (2010). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. FPMIPA UPI.

Salisbury, F. B. dan Ross, C. W. (1995). Fisiologi Tumbuhan. Bandung : InstitutTeknologi Bandung.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta


(5)

Semiawan, C. (1988), Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia)

Setiawan, E. J.(2012). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri

Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa SMP. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa SMK pada konsep hasil kali kelarutan. Tesis. SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan

Spiro, M. D. & Knisely, K. I. (2008).”Alternation of Generation and Experimental Design: A Guided-Inquiry Lab Exploring The Nature of The herll Developmental Mutantof Ceratopterisrichardii (C-Fern)“CBE-life Sciences Education 7(1), 82-88

Stiggins, R. J. (1994). Student-CenteredClassroomAssesment. NewYork, Mac Millan College Publishing Company.

Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Suhartini. (2007). Penilaian Produk Praktikum Menggunakan Peer Assessment Berbasis

Gender pada Konsep Sistem Reproduksi Tumbuhan. Skripsi S1 Pada FPMIPA UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Sund, R. B. & Trowbridge, L. W. (1973). Teaching Science by Inquiry in The Secondary

School. Columbus: Charles E.Merill Publishing Company.

Susanti, R. (2010). Pengembangan Program Pembelajaran Fotosintesis dan Respirasi Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains (kgs) Calon Guru Biologi. Lembaga Penelitian UPI .

Syafriani, S. (2013). Penerapan Pembelajaran Berbasis Pengalaman dengan Pendekatan

Inkuiri pada Materi Cahaya untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. SPs. UPI. Bandung. Tidak diterbitkan

Tangkas, I. M. (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing

terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3 Amlapura. Tesis. Program Studi Pendidikan Sains, Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Tekkaya, C., Ozkan, O., & Sungur, S. (2001). Biology Concepts Perceived as Difficult by Turkish High School Students. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Digersi

21:145-150 [online] Tersedia: www.efdegri.hacettepe.edu.tr/200121 CEREN TEKKAYA.pdf . Diakses 6 Maret 2014

Tim Penyusun Kamus. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.Balai Pustaka

Tresnawati, C. (2009). Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Sistem Pernafasan untuk meningkatkan Kemampuan Konseptual dan Prosedural dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. SPs.UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Villani, A. (1992).”Conceptual Change in Science and Science Education.Science Education. 76 (2), 223-237.


(6)

Wenning, C. J. (2005). Level of inquiry: Hierarchies of Pedagogical Practices and inquiry

Process. Journal of Physic Teacher Education. 2 (3), 3-11.

Widodo, A. & Nurhayati, L. (2005). Tahapan pembelajaran yang konstruktivis:

Bagaimanakahpembelajaran sains di sekolah?. Paper disajikan dalam Seminar

Nasional Pendidikan IPA, Bandung.

Widodo, A. & Ramdhaningsih, V. (2006). Analisis kegiatan praktikum biologi dengan menggunakan video. Metalogika. 9(2), 146-158.

Wulan, A. R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performace Assesment kepada Calon

Guru Biologi.Disertasi pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wulan, A. R. (2008). Skenario Baru bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sain diIndonesia.[online]tersediahttp://file.upi.edu/Direktori/SPS/Prodi.Pendidikan_IPA/1 97404171999032-Ana_RatnaWulan/Skenario_baru_asesmen_kinerja.pdf diakses 26 februari 2014.

Wulanningsih, S., Prayitno, B.E, & Probosari, R. M. (2012). Pengaruh Model Pem-belajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Kemampuan Akademik Siswa SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi. 4. (2), 33-43.

Wulansari, S. T. (2011). Penggunaan Laboratorium Nyata, Virtual,dan Kombinasi

Nyata-Virtual Pada Kegiatan Praktikum Kultur Jaringan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis. SPs. UPI


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA SMP.

0 3 39

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA MATERI FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMP.

0 0 15

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

4 7 40

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP FOTOSINTESIS DI SMA KELAS XII.

0 3 31

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA SUBKONSEP DIFUSI OSMOSIS.

3 13 47

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS X PADA KONSEP INSEKTA.

0 3 38

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

0 0 34

PENERAPAN ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI CAHAYA SISWA SMP.

5 9 32

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11