REGULASI PADA DRONE DI INDONESIA

REGULASI PADA DRONE DI INDONESIA
Fariz Zikrulhaq Yulfinov
Universitas Mercu Buana , Program Pasca Sarjana , Magister Teknik Elektro
Dosen : DR Ir Iwan krisnadi MBA

1 ABSTRAK
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang biasa disebut dengan drone sedang berkembang
dengan pesatnya, regulator diseluruh dunia saling bersaing untuk mengikuti penggunaan,
kemampuan dan teknologi baru ini. Penggunaan drone ini mencakup berbagai sektor, mulai
dari pengiriman barang, monitoring, hingga untuk sekadar pembuatan video. Bebasnya drone
untuk digunakan oleh setiap orang menjadikan area udara akan menjadi ramai yang dapat
mengakibatkan kecelakaan udara, selain itu dapat disalah gunakan untuk melanggar privasi
hingga transportasi material berbahaya. Dengan adanya regulasi yang berhubungan dengan
penggunaan drone bertujuan untuk dapat mencegah serta mengurangi dampak terhadap
lingkungan.
Kata

kunci:

uav,


drone,

2 PENDAHULUAN
Pada tahun 1903, Ford Model A diberitakan
sebagai yang terbaru dan terbaik didunia
sehingga menarik minat gloval untuk
mendesain dan membuat mesin yang lebih
baik, cepat dan kompleks dari yang pernah
beroperasi didarat. Kemudian pada abad ke
21, dimana menciptakan mesin yang dapat
berjalan disekitar atmosfer menjadi daya
tarik terkini. Namun sekarang, publik saling
bersaing dalam memberikan ide bahwa
untuk mengendalikan mesin diudara tidak
lagi memerlukan pilot. Drone disebut juga
"Remote piloted Aircraft" (RPA), terutama
drone domestik yang digunakan untuk
penggunaan perorangan menjadi fenomena
baru. Surveillance, alat investigasi yang
disebut sebagai "membosankan, kotor atau

berbahaya" dapat dengan mudah dilakukan
menggunakan drone dilangit.

regulasi,

kecelakaan,

privasi

Diikuti dengan perkiraan peningkatan
penggunaan drone dalam beberapa tahun
ke depan, Kongres tampaknya memiliki dua
masalah, yaitu kemanan dan privasi.
Kongres
menyampaikan
masalah
keamanannya
ke
Federal
Aviation

Administration (FAA) melalui Modernisasi
FAA dan Undang-Undang Reformasi
2012.10. Masalah keamanan dan privasi ini
akan menghasilkan regulasi yang ditujukan
kepada dua tipe pengguna drone: penegak
hukum dan warga sipil.
Dengan
adanya
regulasi
tersebut,
diharapkan dapat menghindari adanya
dampak-dampak negatif dari adanya drone.
Regulasi terhadap drone ini berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 90
Tahun
2015
tentang
Pengendalian
Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak
yang terbit pada tanggal 12 Mei 2015.


7 PEMBAHASAN
3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah yang ada, tujuan penelitian yang
akan dibahas pada makalah ini yaitu ingin
membahas mengenai regulasi drone yang
telah berlaku di Indonesia.

4 MANFAAT
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar
pengguna atau pemilik drone dapat
mengetahui lebih dalam mengenai regulasi
terhadap drone.

5 METODOLOGI
Metode dalam penelitian ini mengacu pada
pengumpulan bahan hukum melalui
metode
pengumpulan

data
dan
berdasarkan penelitian dengan metode
pengembangan.

6 PERMASALAHAN
Beberapa permasalahan yang muncul dari
topik penelitian ini dan yang akan dibahas
yaitu:
1. Peraturan drone internasional apa
yang sudah berlaku?
2. Strategi apa yang diambil oleh negara
berkembang
mengenai
regulasi
drone?

7.1 REGULASI DRONE INTERNASIONAL
Regulasi tiap wilayah didunia sangat
berbeda satu dengan lainnya, akan tetapi

elemen dari regulasi itu sendiri sebagian
besar sama. Contoh dari regulasi drone
standar nasional harus memiliki empat
elemen:
1.

Lisensi Pilot

2.

Registrasi pesawat terbang

3.

Daerah terlarang

4.

Asuransi


Persyaratan keempat elemen ini bervariasi
berdasarkan berat drone, ketinggian,
penggunaan dan tingkatan lisensi pilot.
Persyaratan lisensi, pendaftaran dan
asuransi umumnya tidak berlaku untuk
drone kecil yang digunakan untuk rekreasi.
Akan tetapi untuk pemakaian drone
komersial, lisensi pilot sudah menjadi
standar bagi negara-negara yang tidak
memiliki prosedur lisensi spesifik untuk
drone.
Wilayah udara biasanya dibatasi disekitar
bandara atau tempat lain yang penting, dan
penggunaan
drone
didaerah
padat
penduduk seringkali dilarang atau sangat
terbatas.
Visual Line of Sight (VLOS) sering

dibutuhkan untuk semua pengguna,
membatasi jarak horizontal dan vertikal
operasi drone dan juga kondisi meteorologi
dan keadaan penerangan saat beroperasi.

Dari variasi komponen peraturan diseluruh
negara, terdapat enam pendekatan luas
terhadap peraturan drone ini, yaitu:

institusi yang berwenang dan pemerintah
daerah yang wilayahnya akan dipotret,
difilmkan, atau dipetakan.

1. Larangan langsung: Negara tidak
mengizinkan pesawat drone sama
sekali untuk penggunaan komersial.

Poin tersebut masuk dalam item yang
dicetak tebal dalam lampiran bahwa sistem
pesawat udara tanpa awak mempunyai

batasan penggunaan berdasarkan peralatan
yang dibawanya.

2. Larangan yang efektif: Negara
memiliki proses formal untuk lisensi
pesawat drone, tapi persyaratannya
tidak mungkin terpenuhi.
3. Kebutuhan akan VLOS yang konstan:
Sebuah pesawat tak berawak harus
dioperasikan didalam VLOS pilot,
sehingga membatasi jarak.
4. Penggunaan diluar VLOS: Dengan
pembatasan tertentu dan level pilot,
memungkinkan
pengecualian
terhadap persyaratan VLOS yang
konstan.
5. Permisif:
Negara-negara
telah

memberlakukan undang-undang yang
relatif
tidak
terbatas
untuk
penggunaan drone komersial. Negaranegara ini memiliki badan peraturan
yang dapat memberi pedoman
operasional
atau
diperlukannya
lisensi, registrasi dan asuransi yang
mengikuti prosedur yang sesuai.
6. Wait-and-see:
Negara
yang
memberlakukan sedikit undangundang yang terkait dengan drone
dan memantai hasil dari regulasi
negara lain.

7.2 REGULASI DRONE DI INDONESIA

Indonesia dalam lampiran peraturan salah
satu butir poin tertulis, drone digunakan
untuk kepentingan pemotretan, film, dan
pemetaan harus melampirkan surat izin dari

Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No 180 Tahun 2015, yang telah
secara sah menggantikan Peraturan
Menteri sebelumnya yaitu Peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia
No 90 Tahun 2015 per tanggal 18
November 2015.
Peraturan Menteri (PM) ini pada dasarnya
membahas
mengenai
pengoperasian
pesawat tanpa awak di Ruang Udara
(airspace) yang dilayani Indonesia. PM ini
tidak membahas sama sekali teknis
pengoperasian drone, melainkan hanya
proses yang harus dilalui apabila seseorang
hendak menerbangkan drone-nya.
Beberapa hal penting dari PM yang harus
diketahui oleh Operator drone:

Izin Operasi untuk mengoperasikan drone
secara legal dibutuhkan ketika:
1.
Lokasi pengoperasian berada di
dalam ruang udara yang dilayani Indonesia
(controlled airspace)
2.
Lokasi pengoperasian berada di luar
ruang udara yang dilayani Indonesia
(uncontrolled airspace) namun ketinggian
terbang > 150 meter.

Izin Operasi yang diperlukan dapat diajukan
dengan cara:



Ruang Udara Indonesia dapat dilihat pada
gambar berikut:



Mengajukan
Surat
Permohonan
Rekomendasi ke regulator.
Setelah menerima Surat Rekomendasi
dari regulator, mengajukan Surat
Permohonan
Izin
Operasi
ke
Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara (Dirjenhubud).
Setelah menerima Izin Operasi dari
Dirjenhubud,
operator
wajib
berkoordinasi dengan regulator lokal
setiap
hendak
melaksanakan
penerbangan.

Sementara regulator yang ada di Indonesia
ada 2, yaitu:


Apabila lokasi berada di ruang udara
sipil, baik ATZ, CTR, ataupun TMA,



maka regulator yang dimaksud adalah
LPPNPI Airnav.
Apabila lokasi berada di ruang udara
terbatas (restricted) atau terlarang
(prohibited), maka regulator yang
dimaksud adalah TNI AU.

PM 180 Tahun 2015 diperkuat dengan PM
47 Tahun 2016 yang mengatur mengenai
sanksi apabila operator tidak mematuhi PM.
Sanksi mencakup peringatan, pembekuan
izin, pencabutan izin, hingga denda
administratif dengan cakupan 1,001 hingga
3,000 Penalty Unit (PU) atau setara dengan
Rp 101,000,000 hingga Rp 300,000,000.

1.
Jones,
Therese.
"International
Commercial Drone Regulation and Drone
Delivery Services". 2017.
2.
Reid, Melanie. "Grounding Drones:
Big Brother's Tool Box Needs Regulation
Not Elimination". Richmond Journal of Law
and Technology Vol.20, Issue 3, 2014.

8 PENUTUP
8.1 KESIMPULAN
Dengan adanya regulasi yang diatur Pada
Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No 180 Tahun 2015 terhadap
penggunaan drone, dapat mengurangi
adanya pelanggaran-pelanggaran maupun
kecelakaan
yang
diakibatkan
oleh
operasional drone.

8.2 SARAN
Usulan dan saran mengenai ruang lingkup
dari regulasi yaitu:
1.
Prosedur
mudah.

9 DAFTAR PUSTAKA

Izin

Operasional

yang

2.
Pengawasan penyelenggaraan Izin
Operasional.