MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM BISNIS DAN EKO

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
“ HUKUM ITU, KEPENTINGAN ORANG BERPUNYA: TEORI
KARL MARX “

OLEH :

NAMA : NUR FAHRIN SAPUTRA MT
NIM

: 1733111050

KELAS : A/PAGI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
MARET 2018

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI
A. PENGANTAR
B. SUBSTANSI-SUBSTANSI TEORI KARL MARX
C. INTEGRASI SUBSTANSI TEORI KARL MARX DALAM
NORMA DAN PRAKTEK HUKUM MASA KINI
1. TINJAUAN HUKUM POSITIF
2. TINJAUAN SOSIOLOGIS
3. CONTOH-CONTOH KASUS YANG RELEVAN DARI
ASPEK HUKUM POSITIF DAN SOSIOLOGIS SERTA
UPAYA PENYELESAIANNYA
D. PANDANGAN PENULIS TENTANG SUBSTANSI TEORI
KARL MARX : HUKUM ITU, KEPENTINGAN ORANG
BERPUNYA
E. KESIMPULAN
F. DAFTAR PUSTAKA

A. PENGANTAR
Menurut Marx, hukum adalah alat legitimasi dari
kelas ekonomi tertentu. Faktanya hukum melayani
kepentingan “orang berpunya”. Karl Marx berupaya

menganalisis
kapitalis

proses-proses

sebagai

kompleks

ekonomi
krisis

yang

menghancurkan sistem kapitalis itu sendiri

dalam
akan
yang


kemudian akan melahirkan masyarakat sosialis.
Dilingkungan Frankfurter Schule,kritik dipakai sebagai nama
teori mazhab ini “teorikritis” , membidik masalah positivisme
ilmu-ilmu sosial sebagai sasaran kritik. Yaitu, anggapan bahwa
ilmu-ilmu sosial bebas nilai terlepas dari praktek sosial dan
moralitas,

dapat dipakai untuk prediksi, bersifat objektif dan

sebagainya.
Kritik bertolak dari sebuah kebutuhan untuk perubahan
menuju yang lebih baik. Ada situasi negatif, ada kepentingan
untuk seluruh mengatasi situasi itu. Menurut Marx, sejarah
manusia merupakan sejarah dari pertentangan kelas. Dizaman
feodal, terjadi pertentangan antara kelas bangsawan dengan kelas
petani. Dizaman perbudakan, muncul pertentangan antara pemilik
budak dengan budaknya. Sedangkan dizaman kapitalisme, kelas
pemilik modal melawan buruhnya.

Pertentangan kelas itu baru berhenti pada saat tercipta nya

masyarakat komunis, dimana kelas buruh berkuasa. Semua orang
adalah buruh sekaligus majikan. Hasilnya, tidak ada pertentangan
kelas di masyarakat.
B. SUBSTANSI-SUBSTANSI TEORI KARL MARX
1. Siapapun yang menguasai ekonomi , maka akan
menguasai manusia.
2. Ekonomi merupakan struktur bawah yang memberi
bentuk dan corak pada semua yang ada pada struktur atas.
3. Oleh karena itu, hukum, ajaran agama, sistem politik,
corak budaya, bahkan struktur masyrakat, sebenarnya
tidak lain adalah cerminan belaka dari sistem ekonomi
yang ada dibaliknya.
4. Hukum tidak lepas dari ekonomi. Marx menyatakan
bahwa hukum adalah alat legitimasi dari kelas ekonomi
tertentu.
5. Marx mempertanyakan ‘mengapa peraturan di bidang
perburuhan cenderung menggelisahkan buruh ?” Marx
berpendapat, hal itu terjadi karena hukum telah dikuasai
oleh pemilik modal.
6. Isu utama dari hukum bukanlah keadilan, itu hanyalah

omong kosong belaka
7. Bagaimana mungkin hukum berbicara keadilan, jika
hukum itu hanya untuk dan sudah dikuasai dan sudah
dikuasai orang berpunya.

8. Aturan hukum hanya berisi kekuatan muatan-muatan
kepentingan pemilik modal.
9. Aslinya hukum itu wujud aspirasi dan kepentingan kelas
“orang berpunya”.
10.
Hukum hanyalah alat penindasan dan penyebab
penderitaan.
11.
Ditangan

penguasa

yang

berselingkuh


dengan

pemilik modal, hukum akhirnya tampil sebagai the iron
boxing and the velvet glove (tinju besi berselubung kain
beludru). Iron boxing merupakan realitas hukum,
sementara kiasan velvet glove adalah selubung penutup
kebohongan dari hukum.
C. INTEGRASI SUBSTANSI TEORI KARL MARX
DALAM NORMA DAN PRAKTEK HUKUM MASA
KINI
1. TINJAUAN HUKUM POSITIF
Dalam hukum positif, jika kita kaji teori Karl Marx terhadap
norma dan praktek hukum masa kini terutama di Indonesia tentu
pasti kita temukan. Apalagi negara kita adalah negara hukum,
semua perkara apa saja selalu dikaitkan dengan hukum.
Sebagai contoh praktek peradilan hukum yang ada di
indonesia. Nah, dalam praktek hukumnya tidak akan kita jumpai
bahwa ada hukum lebih berpihak kepada ‘orang yang berpunya’ ,
semua didasarkan pada keadilan. Tidak ada satupun undangundang atau peraturan-peraturan yang berisi bahwa hukum lebih

berpihak pada ‘orang yang berpunya’ atau yang memiliki jabatan,

kekuasaan, popularitas, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang
perlu yang perlu kita garisbawahi disini adalah mungkin ada
segelintir oknum-oknum ataupun pihak-pihak yang secara tidak
langsung terlibat dalam masalah hukum yang mana dalam segi
moralnya pasti mereka lebih memilih atau berpihak kepada orang
yang berpunya daripada orang yang tidak berpunya baik dari segi
ekonomi, jabatan, kepopuleran, kekuasaan dan sebaginya. Pasti
mereka lebih memihak kepada pihak pertama ini dibandingkan
dengan pihak kedua. Dan kalau memilih pasti pihak pertama ini
yang menang.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa teori Karl Marx yang
menyatakan bahwa hukum itu, kepentingan orang berpunya ,
dalam praktek hukum positifnya dan norma masa kini tentu tidak
ada. Akan tetapi dalam segi moralnya pasti ada seperti contoh
yang saya paparkan diparagraf sebelumnya.

2. TINJAUAN SOSIOLOGIS
Pesatnya pertumbuhan ekonomi saat ini banyak membawa

perubahan yang dahsyat pada kehidupan sehari-hari, secara tidak
sadar masyarakat berada ditengah-tengah arus globalisasi.
Kapitalisme sebagai fase perkembangan masyarakat khususnya
negara-negara Barat yang banyak menganut sistem kapitalisme,

memunculkan pertentangan antara kaum pemilik modal (borjuis)
dengan kelas buruh (proleta).
Indonesia tak terkecuali, mulai dari Kemerdekaan RI sampai
pada reformasi 1998 perlawanan terus dilakukan oleh kaum
buruh khususnya di kota-kota besar indonesia seperti jakarta,
surabaya. Perampasan upah, hak-hak buruh, serta sistem kerja
kontrak dan outsourching dinilai sebagai upaya kaum borjuis
menengguk keuntungan sebesar-besarnya dengan memeras
tenaga mereka. Ketika para pemilik modal (borjuis) mengalami
penuruna pendapatan misalnya akibat dari krisis ekonomi global,
jalan utama pasti akan melakukan PHK terhadap karyawan.
Karyawan akan melakukan demo, karena penghidupan mereka
berasal dari gaji/upah kaum borjuis.
Misalnya yang terjadi di surabaya : sebanyak empat
perusahaan di Surabaya merumahkan sekitar 5.700 karyawan

akibat krisis keuangan global. Keempat perusahaan itu adalah PT
Propindo Megatama atau seamaster dijalan Mayjend Sungkono,
Pabrik gelas di Sidotopo, PT Lestari Mega Makmur di jalan
Mastrip, dan PT Rezeki Mitra Harum di kawasan Kanjeran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, substansi teori Karl Marx
pada poin ke-8 yang menyatakan bahwa “Aturan hukum hanya
berisi kekuatan muatan-muatan kepentingan pemilik modal” ,
Jika dari aspek sosiologis yang ada di Indonesia ternyata memang
adanya dan sudah terjadi. Seperti yang dilakukan oleh mereka

kaum borjuis terhadap kaum buruh yang ada di kota-kota besar
seperti jakarta dan surabaya.
3. CONTOH-CONTOH KASUS YANG RELEVAN
DARI ASPEK HUKUM POSITIF DAN
SOSIOLOGIS SERTA UPAYA
PENYELESAIANNYA.