LAYANAN BK TERHADAP KERERLAMBATAN PSESRT (1)

DASAR LOGIKA PENULISAN ILMIAH
LAYANAN BK TERHADAP KERERLAMBATAN
PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR

ARTIKEL
“Artikel ini Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Dasar logika Dan
Penulisan Ilmiah”

OLEH:
BERRU AMALIANITA
(15006116)

BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

LAYANAN BK TERHADAP KERERLAMBATAN
PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR

Oleh:

Berru Amalianita
(15006116)

ABSTRAK
Setiap individu itu unik, memilki sisi kognitif, bahasa, dan motorik yang
berbeda antara individu satu dengan lainnya. Kenyataan yang ditemui di
lapangan (disekolah, masyarakat) ada sebagian peserta didik yang
memiliki tempo dan irama belajar yang cenderung lambat dari peserta
didik lainya. Kondisi keterlambatan itu membuat dirinya tertinggal
dibandingkan dengan anak lain dalam mengikut alur belajar yang cepat.
Peserta didik yang lambat dalam belajar belum ditangani oleh Guru
Mata Pelajaran. Beberapa guru hanya melepaskan tanggung jawabnya
untuk mengajar namun tidak memahami sejauh mana peserta didik
sudah memahami materi pelajaran yang sudah diberikan. Jika kondisi
ini dibiarkan maka siswa akan selalu tertinggal dalam proses belajar
mengingat kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam proses belajar,
yang akhirnya akan memperoleh nilai rendah. Tertarik dengan masalah
keterlambatan dalam belajar, makan membahas masalah tersebut dengan
judul, Layanan BK Terhadap Keterlambatan peserta didik Dalam Belajar.
Fokus pembahasan antara lain: Pengertian Keterlambatan Belajar

,faktor-faktor keterlambatan, ciri-ciri anak lambat belajar, Faktor- faktor
apa yang menyebabkan keterlambatan belajar peserta didik, Layanan
yang diberikan untuk penangan anak dalam proses belajar yang lamat
atau tertinggal, Upaya guru BK dalam mencegah keterlambatan proses
belajar peserta didik. Pokok-pokok pemahasan ini yang perlu dikaji
dalam membantu perkembangan dan proses belajar peserta didik.
Kata kunci: Keterlamabatan Belajar, Layanan BK

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa hal anak lambat belajar mengalami keterlambatan
atau hambatan dalam berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial
tetapi masih lebih baik dibandingkan anak berkebutuhan khusus seperti
tunagrahita karena mereka membutuhkan waktu lama dan mengulangulang untuk penugasan materi dan dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik maupun non akademik yang membutuhkan layanan Bimbingan
dan Konseling dan tutor sebaya, namun kita temui juga anak yang
berkebutuhan khusus memiliki performa yang lebih bagus dari anak
normal lainnya.
Peter & Yeni (dalam Abu,Ahmadi 2004:35) Pendidikan merupakan
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik bagi perannya dimasa yang

akan datang. Pendidikan dapat dianggap sebagai proses pengubahan cara
berfikir atau bertingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan, dan
pelatihan yang berbekal pada pendidikan. Selanjutnya Dalyono (2005:35)
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang tepat bagi anak
untuk menuntut ilmu. Di dalam belajar di sekolah seorang anak tidak lepas
dengan adanya kegaitan proses pendidikan. Seperti yang diungkapkan
Dalyono (2005:40) “Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
inti dalam pendidikan”. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk
terjadinya tingkah laku dalamm diri pelajar, dan sudah menjadi harapan
semua pihak agar stiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang
dialami oleh peserta didik.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 3 Ayat 1 yang berbunyi
“setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. dan Undang- Undang
No. 20 Tahun 2003 “Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pada bagian
kesebelas yang membahas tentang pendidikan khusu dan pendidikan
layanan khusus”. Telah memberikan jaminan sepenuhnya kepada semua
anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Oleh karena
itu setiap anak berhak mendapat pendidikan baik disekolah reguler

maupaun non reguler sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
Diantara anak yang mengikuti proses pemebelajaran diskolah reguler
terdapat anak yang mengalami kesulitan belajar yang sering sekali
diidentikan dengan anak yang lambat belajar (slow leaner) yang
diindikasikan dengan perstasi yang rendah.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dilembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik
pendidikan itu dilingkungan keluarga, skolah maupun lingkungan
masyrakat dimana anak tersebut berada (M.Surya & M.Yamin, 1980:1)
Selama ini terkadang beberapa pendidik sering keliru menyikapi potensi
dan perilaku anak yang lamban belajar. Dalam kegiatan pembelajaran
disekolah, Pendidik dihadapkan pada karakteristik peserta didik. Secara
garis besar pendidik dihadapakan pada tiga jenis peserta didik meliputi (1)
Peserta didik yang dapat dengan cepat memahami materi pelajaran yang
diajarkan tanpa mengalami kesulitan; (2) Peserta didik yang berada pada
taraf sedang; (3) Peserta didik yang mengalami keterlambatan untuk
memahami perlajaran. Hal ini berarti bahwa aktivitas belajar bagi setiap
individu tidak selamanya dapat berlangsung dengan wajar, keadaan
tersebut dipengaruhi oleh cepat lambatnya daya tangkap terhadap suatu
pelajaran.


Peserta didik yang mengalami keterlambatan dalam proses belajar
kerap mendapat perlakuan yang tidak baik dari teman-temannya maupun
guru, karena mereka sering diolok-olok oleh teman-temannya terkadang
juga menjadi sasaran kemarahan pendidik yang kurang sabar kerena
kurang memahami kemampuan peserta didik tersebut. Anak-anak
demikian dalam sebagian masyarakat awam sering kali diberi labael anak
keterbelakang mental, bodoh, oon, dan sebutan lainnya. Dalam dunia
pendidikan, peserta didik dengan karakteristik seperti yang disebutkan
diatas dikenal sebagai anak lamban belajar atau slow leaner. Dari segi
fisik peserta didik tersebut tidak menunjukkan ciri yang berbeda dengan
temannya yang lain. Akan tetapi belum tentu sama jika dilihat dari segi
psikologi peserta didik, karean segi psikologis setiap peserta didik
berbeda.
Beberapa pendidik memperlakukan peserta didiknya kurang tepat
dengan kemampuan peserta didik. Perlakuan yang sama anatar perserta
didik satu dengan lainnya tanpa melihat potensi dan gaya belajar masingmasing akan berdampak kurang meratanya pemahaman peserta didik
dalam pembelajaran. Perbedaan tingkat kecerdasanlah yang membutuhkan
penekanan yang berbeda untuk mencapai titik maksimal dalam belajar.
Keterlambatan belajar merupakan bagian terkecil dari masalah kesulitan

belajar peserta didik.
2. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas dapat kita ketahui apa saja faktorfaktor

yang mempengaruhi

keterlambatan peserta didik.

Seperti

diantaranya:
a. Kemampuan yang lemah dalam memahami pembelajaran
b. Tingkat kecerdasan yang rendah, seperti IQ
c. Dan dari segi psikologisnya, seperti pengaruh lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat.
d. Genetik

3. Fokus Masalah
Dari indentifikasi masalah diatas, fokus permasalahan yang akan dibahas
dalam artike ini adalah “ bagimana pelayanan bimbingan dan konseling

terhadap keterlambatan peserta didik dalam proses belajarnya”.
4. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka ada beberapa masalah yang
penulis bahas dalam artikel ini, yaitu :
a. Apa itu keterlambatan belajar?
b. Apa Faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan belajar
peserta didik ?

c. Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar?
d. Mengenal Latar Belakang Siswa?
e. Konsep Bimbingan dan Konseling?
f. Apa saja Jenis-Jenis layanan BK ?
g. Bagaimana Upaya guru BK dalam mencegah keterlambatan
proses belajar peserta didik?
h. Bagaimana upaya guru sekolah dalam mencegah keterlambatan
belajar peserta didik?
5. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara umum tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa faktor-faktor, penyebab
serta upaya guru BK atau Koselor dalam mengahadapi keterlamabatan

belajar peserta didik. dan bertujuan untuk melengkapi tugas.
6. Manfaat
Dari hasil penulisan artikel ini diharapkan dapat berguna :

a. Sebagai pengetahuan tentang apa itu keterambatan belajar dan
faktor-faktor penyebab keterlambatan belajar.
b. Sebagai pengetahuan bagimana guru dan orang tua meyikapi
anak yang mengalami keterlambatan belajar.
c. Sebagai informasi bagimana peran guru BK dan Konselor
dalam mengentaskan masalah tersebut.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Identifikasi Keterlambatan Belajar
Menurut Chaplin (dalam Anuur, Rahman 2005:468) Slow learning
yaitu suatu istilah nonteknis yang dengan berbagai cara dikenakan pada

anak-anak yang sedikit terbelakang secara mental, atau yang berkembang
lebih lambat daripada kecepatan normal.

Sejalan dengan hal terebut


Burton (dalam Nana,Sudjana.2008:34) memberikan definisi Slow learning
yaitu adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal
materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran
selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang. Menurut Abu,
Ahmadi (1991:47) juga mengemukakan, “Individu yang lambat belajar
pada hakikatnya merupakan individu yang memiliki intelegensi di bawah
normal”. Selanjutnya Menurut Fransley dan R.Gulliford (dalam Muhibbin
Syah 2012:185) mendefinisikan murid lambat belajar karena murid-murid
kemampuan atau kondisi-kondisi yang lain yang terbatas yang
mengakibatkan keterlambatan pendidikan, memerlukan bentuk pendidikan
kusus ,keseluruhan atau sebagian bersama dengan yang diberikan pada
sekolah-sekolah. Selanjutnya Alisuf, Sabri (1996:88) menjelaskan berkait
dengan anak lambat belajar membuat suatu klasifikasi bahwa IQ anak
lambat belajar berkisar 70 sampai 90. Murid seperti ini tidak di golongkan
sebagai murid yang memiliki keterlambatan mental, karena dia dapat
mencapai hsil belajar yang cukup memadai kendatipun pada tingkat yang
lebih rendah dari pada murid-murid yang memiliki kemampuan normal
atau sedang.


Murid lambat belajar bisa mengikuti pembelajaran sebagaimana kelas
reguler biasa (tanpa harus memerlukan adanya peralatan yang khusus),
hanya program belajarnya mungkin agak sedikit disesuaikan ,terutama
berkaitan dengan metode dan rentang waktunya. Masalah pokok yang
dialami murid-murid yang lambat belajar adalah keterlambatan dalam
belajar

akibat

dari

keterbatasan

kemampuan

yang

dimilikinya.

Penyesuaian diri menjadi masalah akibat keadaan emosi yang kurang

terkendali sehingga sering terjadi perselisihan dengan teman-temannya.

Kemudian Menurut Sutratinah (2001: 40),

Anak lamban belajar

adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam
perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah temanteman
seusianya) disertai kekurang mampuan untuk belajar dan untuk
menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab
anak lamban belajar antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat
yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional.Dalam keadaan
di mana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah
yang disebut dengan “keterlambatan belajar”. Keterlambatan belajar yang
dimaksud disini ialah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau
menyerap pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada
waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atai ditugaskan oleh
seorang guru. Dalam definisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar,
disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan
dimana anak didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana
mestinya. Dengan kata lain ia mengalami kesulitan untuk menyerap
pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya sendiri, dari
sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya.
Dalam hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negatif
terhadap hasil belajarnya. Jika kadang kita beranggapan bahwa hasil

belajar yang baik itu diperoleh oleh anak didik yang memiliki inteligensi
di atas rata-rata, namun sebenarnya terkadang bukan inteligensi yang
menjadi satu-satunya tolak ukur prestasi belajar. Justru terkadang
kesulitan belajar ini juga turut berperan dalam mempengaruhi hasil
belajar anak didik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan belajar
Istilah siswa lamban belajar dan berprestasi rendah mengandung
pengertian yang tidak jauh berbeda, dua - duanya saling berkaitan satu
sama lain. Siswa lamban belajar dan berprestasi rendah adalah siswa yang
kurang mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah
ditentukan karena ada factor tertentu yang mempengaruhinya Para ahli
seperti Cooney Davis & Henderson telah (dalam Dalyono, 2005) )
mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab keterlambatan

belajar

tersebut, di antaranya:
a. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab keterlambatan belajar siswa ini
berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun
bagian-bagian tubuh lain (dalam Dalyono, 2005:20). Para guru harus
menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah
kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses,
menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah
disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari
otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswaakan mengalami
kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita
karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.

Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di
samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik
pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan
menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan
untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan
hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan
pendengaran ataupun penglihatan yang kurang baik, sebaiknya
menempati tempat di bagian depan. Untuk para orang tua, terutama
ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya. Makanan yang
dapat membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih
di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.

b. Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika
orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap kegiatanbelajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang
menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak
adalah gambaran orangtuanya (dalam Dalyono, 2005:23) . Oleh karena
itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajaryang berkait dengan
sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang
mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh,
orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah
bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan kemauan anaknya
unutuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalauia tidak
menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan “ Ah Bapak saya tidak
bisa juga.” Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan

sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang
mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur,
masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum,
orangtua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka
ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat
merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab
kesulitan belajar siswa.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu
mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di
sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan
membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan
bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup
seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik,
yang

berkemampuan

kurang

dapat

dikembangkan

menjadi

berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru,dan masyarakat,
secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkankesulitan bagi
siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para
siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, disamping perannya
dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat
menentukan.
c. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab keterlambatan belajar
siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi)
siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh (dalam Dalyono,
2005:26). Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran
tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu.Jika hal
ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yangsangat

berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan
kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri,siswa
yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikann ya
sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat
menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata
pelajaran dengan baikakan menyenangi mata pelajaran tersebut.
Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata
pelajaran biasanya tidak atau kurangberhasil mempelajari mata
pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utamayang sangat menentukan
bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga
mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang
diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat
belajar, namun dapat juga menyebabkan mereka tidak menyukai guru
mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si siswa lalu membenci
sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal
seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa
tersebut. Peran guru memang sangat menentukan.
Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu
mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia
hanya mampu mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya
harus menghargai kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya
melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai usaha kerasnya.
Dengan cara seperti ini,diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi.
Intinya, tindakan seorangguru dapat mempengaruhi perasaan dan
emosi siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa

menjadi lebih baik, namun dapatjuga menjadikan seorang siswa
menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.
d. Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa
ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat
kecerdasan siswa (dalam Dlayono, 2005: 27). Para guru harus
meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda.
Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, adayang sangat
lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan
dan bernalar.
Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab
kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang
perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki
pengetahuan prasyarat. Ketika sedang belajar matematika atau IPA,
ada siswa SLTP yang tidak dapat menentukan hasil 1/2 + 1/3, (–5) + 9,
ataupun 1 : ½. Siswa seperti itu, tentunya akan mengalami kesulitan
karena

materi

terebut

menjadi

pengetahuan

prasyarat

untuk

mempelajari matematika atau pun IPA SLTP. Untuk menghindari hal
tersebut, Bapak atau Ibu Guru hendaknya mengecek dan membantu
siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut sehingga mereka
dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.
e. Faktor Kependidikan
faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini
berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum
(dalam Dalyono, 2005:30). Guru yang selalu meremehkan siswa, guru

yang tidak bisa memotivasi siswa untukbelajar lebih giat, guru yang
membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak
pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yangmembiarkan para
siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh darifaktor-faktor
penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak
berhasilan siswa tersebut.
Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah
seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami
kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat
belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya,
setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu
siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal
yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada
yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang
ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang.
Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan
penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan
pemecahannya.
Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung
pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai
contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau
pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat
optik atau alat elektronik tertentudan mereka diharuskan duduk di
bangku depan. Namun para siswa yang mengalami kesulitan belajar
karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan
kacamata

seperti

yang

dibutuhkan

siswa A namun

mereka

membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman
sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering
membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan
temannya. Setelah diselidiki ternyata kurang mendapat perhatian orang
tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah seharusnya para guru lebih
memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi, kesabaran,
ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam
menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat
menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan
pelajaran khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih
penting dan sangat menentukan adalah peran guru pemandu, kepala
sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di dalam
menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor
kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan
tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat
bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini,
diharapkan

para

guru

akan

mengetahui,

selanjutnya

dapat

menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM terutama ketika ia
sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya, mudahmudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa akan berhasil dengan gemilang.

3. Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Seperti telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami
keterlambatan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara
wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam

belajar, sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh
orang lain, guru, ataupun orang tua. Menurut Abu Ahmadi (2004:94-96)
Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik
dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut : a) menunjukkan prestasi
belajar yang rendah, dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok
anak didik di kelas, b) hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang dilakukan. Padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan
keras, tetapi nilainya selalu rendah, c) anak didik lambat dalam
mengerjakan tugas-tugas belajar, d) anak didik menunjukkan sikap yang
kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura, berdusta, mudah
tersinggung, dan sebagainya, e) menunjukkan tingkah laku yang
berlainan, seperti mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung,
cemberut, kurang gembira, dansebagainya. Sejalan dengan penjelasan
diatas Moh. Surya (dalam Hallen A, 2005:120), Mengemukakan selain
indikator gejala

kesulitan belajar

di atas ada satu gejala yang di

tunjukkan anak didik adalah menunjukkan gejala emosional yang kurang
wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Sejalan dengan pernyataan
diatas Syaiful Bahari (2011:235) mengemukakan ciri-ciri siswa lamban
belajar dilihat dari proses belajar yang dilakukannya adalah

sebagai

berikut:
a. Lamban mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi dalam
lingkungannya.
b. Kurang bersemangat untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal
yang baru dalam lingkungannya.
c. Siswa lamban belajar tidak banyak mengajukan pertanyaanpertanyaan

d. Siswa lamban belajar kurang memperlihatkan perhatiannya
terhadap apa dan bagaimana tugas itu dapat diselesaikan dengan
baik.
e. Dalam belajarnya banyak menggunakan ingatan (hafalan)
daripada logika (reasoning).
f. Tidak mampu menggunakan cara-cara tertentu dalam mempelajari
ilmu pengetahuan.
g. Siswa lamban belajar kurang lancar berbicara, tidak jelas, dan
gagap.
h. Siswa lamban belajar sangat bergantung pada guru dan orang
tuanya, terutama dalam membuktikan kebenaran pengetahuan
yang sedang dipelajarinya.
i. Siswa lamban belajar sulit memahami konsep abstrak.
j. Siswa lamban belajar sulit memindahkan kecakapan tertentu yang
telah dikuasainya kedalam kecakapan lainnya sekalipun dalam
mata pelajaran yang sama, seperti kecakapan mengali dan
membagi.
k. Siswa lamban belajar lebih sering berbuat salah.
l. Mengalami kesulitan membuat generalisasi pengetahuan secara
terurai, bahkan tidak mampu menarik kesimpulan.
m. Memiliki daya ingatan yang lemah, mudah lupa dan gampang
menghilang.

n. Mengalami kesulitan saat menuliskan pengetahuan dalam bentuk
karangan-karangan lainnya, sekalipun menggunakan kata dan
kalimat yang sederhana.
o. Siswa lamban belajar lemah dalam mengerjakan tugas-tugas
latihan di sekolah dan dirumah.
Sejalan dengan pendapat diatas Dalyono (2005:50) ,mengemukakan
“ciri-ciri siswa lambat belajar dilihat dari kepribadiannya adalah Siswa
yang mengalami kesulitan belajar pada umummnya berkaitan erat dengan
masalah-masalah emosional, agresif, takut, malu-malu dan nakal”.
Kadang siswa yang mengalami kesulitan belajar itu menunjukan
ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnyam yang
diakibatkan kegagalan belajar di sekolah. Jika kegagalan itu bertambah
banyak maka akan mengakibatkan kelesuan konsentrasi dalam belajar.
Senada dengan pendapat tersebut, Mulyati (2007:40) mengemukakan
Istilah siswa lamban belajar dan berprestasi rendah mengandung
pengertian yang tidak jauh berbeda, dua-duanya saling berkaitan satu
sama lain. Siswa lamban belajar dan berprestasi rendah adalah siswa yang
kurang mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah
ditentukan karena ada factor tertentu yang mempengaruhinya.Siswa yang
lamban belajar dan berprestasi rendah dapat pula di akibatkan oleh faktor
IQ. Menurut penelitian Binet dan Simon anak yang lemah mental
memiliki IQ antara 50 sampai 69 tergolong anak yang lamban belajar.
Mereka itu sangat sulit dididik. Jika memungkinkan untuk dididik mereka
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami pelajaran
kendatipun pada akhirnya prestasi yang dicapainya tidak semaksimal
siswa yang lainnya.

4. Memahami Latar Belakang Siswa
Menurut Bimo, Walgito (2004: 200) Untuk memberikan bantuan dan
bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat
belajar, perlu dipahami berbagai hal yang melatar belakanginya. Untuk
kepentingan tersebut berbagai usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Studi Dokumentasi, yaitu mempelajari catatan-catatan pribadi.
b. Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap
Dalam rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik,
sebagai upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara
lain disamping mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :(1)Home visit (kunjungan
rumah), yakni mengadakan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik
untuk memahami situasi dan kondisi keluarga, dan lingkungannya. (2)
Tes psikologi, untuk memahami kemampuan psikisnya. (3) Wawancara
dengan orang tua atau temannya.(4) Observasi terhadap kegiatan peserta
didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompok untuk
memahami hubungan sosial dengan teman-temannya.Dari berbagai usaha
yang dilakukan di atas akan diperoleh data yang dapat menggambarkan
latar belakang peserta didik. Perlu disadari bahwa tidak semua data yang
diperoleh relevan dengan masalah, sehingga perlu dilakukan seleksi data.
Seleksi data ini perlu dilakukan untuk memilah dan memilih data yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan dipecahkan, dengan data
yang kurang atau tidak menunjang atau tidak berkaitan dengan masalah
yang dihadapi

5. Konsep Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (1997:32) Bimbingan adalah:
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.Kalimat tersebut
telah secara langsung memuat pengertian dan tujuan pokok
bimbingan dan konseling disekolah.

Selanjutnya definisi dari Year Book Of Education (dalam Sutirna
2013:2) mengemukakan bahwa “Guidance is a process of helping
individual throught their own effort to discover develop their
potentialosties both for personal happiness and sosial usefulness”.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa: bimbingan adalah proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri
yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum
kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Jones (1963:25) memberikan
pengertian bimbingan adalah sebagai berikut:
Guidance is the assistance given to individuals in making
intelligent choices and adjustments in their lives. The ability is
not innate it must be developed. The fundamental purpose of
guidance is to develop in each individual up to teh limit of his
capacity, the ability to slove his own probelems and to make
his own adjusment
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar
peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan
diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan
dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan,

baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sarat
dengan nilai dan norma-norma, maupun fisik, dan menerima berbagai
kondisi lingkungan

itu secara positif dan dinamis pula. Selanjutnya

Harmin (dalam Dewa, Ketut Sukardi 2002:170) memberikan pendapatnya
tentang bimbingan sebagai berikut:
Guidance seeks to have each idividuals become familiar with a
wide range of information about himself, his abilities, his
pervious development in the various areas of living, and his
plans or ambitions for the future. Guidance than seeks to help
him become acquanted with the various problems of social,
vocational, and recrational adjusment with the faces. On the
basis of those two types of informations and the assistance of
counselor,each pupil is helped to face his probelems and makes
plans foe their solution..
Pengenalan lingkungan itu, yang meliputi lingkungan rumah,
lingkungan sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar, serta
“lingkungan yang lebih luas, diharapkan menunjang proses penyesuaian
diri peserta didik dengan lingkungan itu, serta dapat memanfaatkan
sebesar-besarnya

untuk

pengembangan

diri

secara

mantap

dan

berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa
depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan
mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang
menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya
atau keluarga dan juga kemasyarakatan. Selanjutnya Crow and Crow
(1951:6)menyampaikan pandangannya tentang pengertian bimbingan
adalah “Rathers guidance is assistance made available by competent
counselor to an idiviudal of any age to help him direct his own life,
develop his own decisions, and carry his burdons”. Jika kita perhatikan
pengertian dari Crow and Crow cenderung penekannya kepada proses
bimbingannya, yaitu pemberian bantuan dari seorang konselor kepada

individu secara langsung mengarahkan tentang kehidupan, membangun
keputusan dan beban karir. Dari pengertian ini jelas untuk memperoleh
hasil yang optimal diperlukan bagimana seorang pembimbing dengan
kata lain tidak sembarang orang untuk dapat memberikan layanan
bimbingan minimal telah mengikuti diklat bimbingan dan koseling atau
pernah mendapat mata kuliah bimbingan dan konseling ketika duduk
diperguruan tinggi.
Makan bimbingan selalu berdampingan dengan makan konseling atau
dengan kata lain bahwa makna dari bimbingan dan konseling tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu akan diuraikan beberapa pengertian konseling
dari pendapat para pakar pendidikan untuk memperkuat dan memperlajari
bimbingan dan konseling yang lebih mendalam. Jones (dalam Bimo
Walgito. 2010:7) meyampaikan pengertian konseling sebagai berikut:
“Counseling is talking over a problem with some one. Usually but nkt
alaways, one of the two has facts or experience or abilities not possessed
to the sam degree by the other. The process of counseling involves a
clearing up of the problem by duscussion”.
Jones mengatakan bahwa konseling itu membeicarakan masalah
seseorang dengan berdiskusi dalam prosesnya, hal ini dapat dilakukan
secara individual atau kelompok, jika dilakukan secara individual dimana
masalahnya sangat rahasia dan kelompok masalahnya yang umum (bukan
rahasia). Senada dengan pernyataan diatas Wrenn (dalam Bimo Wlgito,
2010:7) mengemukakan pengertian konseling sebagai berikut:
Counseling is personal and dynamic relationship between two
people who apporach a mutually defined problem with matual
consideration for each other to the end that the younger, or less
mature, or more troubled of the two is adided to a self determined
resolutionof his problem”.

Definsi ini mengatakan bahwa konseling adalah hubunga pribadi dan
dinamis antara dua orang yang bermasalah dengan tujuan agar diketahui
permasalahannya sehingga ditemukan solusinya. Sherter dan Stone
(dalam Juntika Nurhisan, A 2004 :6) menyampaikan pengertian konseling
adalah “Counseling is an interaction process which facilitates meaningful
understanding of self and environment and result in the estabilishment
and or clarification of goals an values of future behavior”. Pengertian
diatas memberikan arti yang sangat sederhana dimana dikatakan bahawa
konseling itu merupakan proses interaksi dalam rangka memberikan
pengertian diri dan lingkungannya dan dampaknya atau akibatnya
membentuk tujuan dan perilaku untuk masa depannya.
Selanjutnya Pietrofesa (dalam Juntika, A 2004:6) menunjukkan ciriciri konseling yang profesional, yaitu: (1) koseling merupakan sutau
hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah
dilatih untuk pekerjannya itu (2) dalam hubungan yang bersifat
profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru, (3)
hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien
dan konselor. Dari beberapa pengertian konseling diatas beragam sesuai
dengan sudut pandanganya masing-masing, namun dalam hal ini terdapat
satu kesamaan dan makna konseling, yaitu pemecahan masalah (problem
solving). Dalam proses konseling ada tujuan secara langsung yang
tertentu, yaitu pemecahan masalah yang dihadapi klien. Proses konseling
pada dasarnya dilakukan secara individu (between two pesons), yaitu
antara klien dan konselor, pemecahan masalah dalam proses konsling itu
dijalankan denga interview atau diskusi anatara klien dan konselor yang
saling berhdapan muka (face to face). Dengan perkembangan jaman yang

semakin canggih teknologi, maka tidak menutup kemungkinan dalam
proses konseling dapat menggunakan tekonologi informatika komputer
melalu jaringan jarak jauh, yaitu internet, Hand Phone Jaringan Sosial dan
sebagainya.
:Prayitno dan Erman Amti (2004:105) Mengemukakan:
Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara koseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien.

Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha
membantu konseli atau klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan
atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling diatas dapat dipahami bahwa
konseling adalah usaha membantu koseli atau klien scara tatap muka
dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri
terhadap berbagai persoalan atau masalah khusu. Dengan kata lain,
teratasinya masalah yang dihadapi oleh konselor atau klien.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa upaya bimbingan dan
konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri
sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan
dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan
peranan yang diinginkannya di masa depan. Secara lebih khusus, kawasan
bimbingan dan konseling yang mencakup seluruh upaya tersebut meliputi

bidang pengembangan pribadi, bidang pengembangan hubungan sosial,
bidang pengembangan kegiatan belajar, bidang pengembangan persiapan
karir. Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama
dengan tujuan pendidikan, sebagaimana UU No.2 tentang sistem
pendidikan nasional yang berisi tentang:
terwujudnya manusia indonesia seutuhnya yang cerdas, yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasamani ada dan rohani, kepribadian yang menatap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyraktan dan
kebangsaan.
Upaya

bimbingan

dan

konseling

yang

dimaksud

diatas

diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi individu peserta
didik secara optimal. Dengan memanfaatkan berbagai cara dan sarana,
beradasarkan norma-norma yang berlaku, dan mengikuti kaidah-kaidah
profesional.
6.

Layanan Bimingan dan Koseling
a. Pengertia Layanan BK
Prayitno, (1997:35) mengatakan pengertian layanan bimbingan dan
konseling bahwa:
Layanan BK adalah Suatu kegiatan bimbingan dan konseling
disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui
kontak langsung dengan sasaran layanan (klien) dan secara
langsung berkenaan dengan permasalahan atau pun
kepentingan tertentu yang dirasankan oleh sasaran layanna itu.
Kegiatan yang merupakan layanan itu mengembangkan fungsi
tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif
layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung
dirasakan oleh sasaran (klien) yang mendapatkan layanan
tersebut.
Layanan bimbingan dan konseling sangat membantu dalam konselor
dalam mengentaskan masalah keliennya, tentunya konselor tidak dapat

begitu saja memberikan layanan kepada kliennya, layana dapat
dilaksanakan apabila telah melakukan pengamatan atau pengukuran
dengan asesmen BK Tes maupun Non-Tes. Setalah mendapatkan hasil
dari penggunaan instrumen BK tersebut, Konselor selanjutnya mengamati
dan menganalisi bagian mana yang harus segera diberi pelayanan.
b. Jenis Layanan Dan Kegiatan Bimbingan Dan Konseling

a) Layanan Orientasi
Layanan ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik
memahami lingkungannya yang baru dimasuki sehingga lebih
mudah dan lebih lancar berperan di lingkungan tersebut.
(Prayitno&Erman Amti, 2009:255).

b) Layanan Informasi
Layanan ini dimaksudkan agar peserta didik menerima dan
memahami informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan.(Prayitno&Erman Amti,
2009:259).

c) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Merupakan

layanan

yang

memungkinkan

peserta

didik

memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat dalam
berbagai kegiatan yang sesuai dengan potensi, bakat minat serta
kondisi pribadinya. (Prayitno&Erman Amti, 2009:272).

d) Layanan Penguasaan Konten
Dimaksutkan agar peserta didik mengembangkan diri dengan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang sesuai
dengan kemampuanya serta berbagai aspek belajar lainya.
(Prayitno & Erman Amti, 2009:279)

e) Layanan Konseling Perorangan

Dengan layanan ini, maka memungkinkan peserta didik
mendapatkan layanan langsung antar pribadi dan pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pemecahan atau penyelesaian
permasalahan pribadi yang dihadapi. (Prayitno & Erman Amti,
2009: 288).

f) Layanan Bimingan Kelompok
Layanan ini memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan
nara sumber atau membahas bersama-sama suatu topik yang
berguna untuk perkembangan mereka baik sebagai individu
maupun anggota kelompok. (Prayitno & Erman Amti, 2009: 306).

g) Layanan Konseling Kelompok
Layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan peserta
didik memproleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.
( Prayitno & Erman Amti, 2009: 307).

c. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan koseling memiliki sejumlah fungsi Prayitno &
Erman Amti (2009:196) mengemukakan fungsi layanan bimbingan
dan konseling sebagai berikut:
1. Fungsi Pemahaman,Yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang
akan menghasilkan pemahaman peserta didik mengenai dirinya
sendiri, lingkungan (keluarga dan sekolah), dan lingkungan yang
lebih luas (misal: informasi pendidikan, informasi pekerjaan,
infromasi sosial budaya).

2. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
mencegah atau menghindarkan peserta didik dari berbagai
masalah yang mungkin timbul, yang dapat menggagu atau
mengahambat proses pembelajaran.
3. Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
mengentaskan peserta didik dari permasalahan yang dialaminya.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan
dan konseling untuk memelihara dan mengembangkan berbagai
potensi dan kondisi peserta didik, demi perkembangn dirinya
secara mantap dan berkelanjutan.
Selanjutnya Sutrina (2013:21) mengemukakan fungsi layanan
bimbingan dan konseling sebagai berikut: (1) Fungsi Pemahaman,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (konseli) dan lingkungan
(pendidikan, pekerjaan, dan noram agama). (2) Fungsi Fasilitas,
memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai dan
perkembangan yang optimal. (3) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi
bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri. (4) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu konseli dalam memilih karir dan hal
lainya. (5) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelakasana
pendidikan. (6) Fungsi Pencegahan atau Preventif, yaitu fungsi yang
berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi

dan berupaya untuk

mencegahnya. (7) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan
konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki
kekeliuran dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak. (8) Fungsi
Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat

kuratif. (9) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bibmingan dan
konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercapai dalam dirinya.
(10) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.

7. Teknik Bimbingan yang dapat diterapkan pada anak lambat belajar
Menurut Hallen, A (40:2005) mengemukakan Program Layanan
Bimbingan Konseling yang dikembangkan bagi siswa lambat belajar
mengacu pada keadaan individu sebagai manusia seutuhnya sehingga
menyentuh semua dimensi perkembangan kepribadian secara utuh. Teknik
yang dimaksudkan untuk menangani siswa tersebut akan mengarah pada
unsur-unsur yang berhubungan dengan :
a. Pengembangan ranah kognitif atau intelektual
Pada pengembangan ini guru diharapkan menyediakan rentangan
pengalaman belajar yang luas serta dapat diamati atau nyata.
Pengelolahan bahan dan tugas ajar secara khusus yang di dasarkan
pada kurikulum yang ada merupakan hal yang harus dilakukan guru
dalam memberikan pelayanan optimal bagi siswa lambat belajar.
( Menurut Hallen, A 41:2005).
b. Pengembangan ranah afektif
Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan harapan anak yang
ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya di dalam sikap
kehidupan berkelompok. (Menurut Hallen,A 42:2005).
c.

Pengembangan ranah fisik
Pembimbing diharapkan memberikan layanan yang dapat memberikan
kemungkinan siswa memperoleh pengalaman memadukan pola
perkembangan berikir dengan perkembangannya dan memberikan

peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya. (Menurut Hallen, A
43:2005).
d. Pengembangan ranah intuitif
Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam pemunculan
wawasan dan tindakan kreatif. Mengingat fungsinya itu, maka layanan
bagi siswa yang lambat belajar perlu memperdulikan pengembangan
pengalaman yang mendorong dia untuk berimajenasi dan berkreasi
(dalam tingkat yang sederhana). (Menurut Hallen, A 44:2005).
e. Pengembangan ranah masyarakat
Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu siswa
memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota
kelompok,serta mampu berpartisipasi dalam proses kelompok
memperluas

perasaan

keanggotaan

masyarakat.

Memperluas

identifikasi diri dari masyarakat terbatas ke arah identifikasi terhadap
masyarakat luas. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan merancang
kegiatan-kegiatan kelompok khusus. (Menurut Hallen, A 45:2005).

Selain itu, Menurut Heru, Mugiarso (58:2006) ada beberapa strategi yang
bisa dilakukan oleh seorang konselor atau guru antara lain:
1. Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi
a) Mengubah cara mengajar dan jumlah materi yang akan
diajarkanSiswa

yang

mengalami

masalah

perhatian

dapat

ketinggalan jika materi yang diberikan terlalu cepat atau jika

beban menumpuk dengan materi yang kompleks. Oleh akrena itu,
akan berguna bagi mereka untuk :
1) Memperlambat laju presentasi materi
2) Menjaga agar siswa tetap terlibat dengan memberi pertanyaan
pada saat materi diberikan.
3) Gunakan perangkat visul seperti membuat bagan/skema garis
besar materi untuk memberikan gambaran pada siswa
mengenai langkah-langkah atau bagian-bagian yang diajarkan.
b) Adakan pertemuan dengan siswa.
Siswa mungkin tidak menyadari peranan perhatian dalam proses
pengajaran. Mereka juga tidak menyadari kalau perhatian
merupakan bidang kesulitan tertentu bagi mereka. Dalam
pertemuan ini seorang kita memberikan penjelasan dengan cara
yang tanpa memberikan hukuman dan tanpa encaman akan sangat
berguna bagi siswa.
c) Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran.
Karena tanpa disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari
siswa. Dengan membawa mereka dekat dengan kita secara fisik
secara rafia akan membawa si anak lebih dekat lepada proses
pengajaran.
d) Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.

Biasakan siswa tahu kalau anda melihatnya ketika sedang
memperhatikan. Menggunakan kontak mata ketika pembelajaran
berlangsung itu sangat penting. Cobalah berikan penghargaan atas
kehadirannya. Bias juga dengan penghargaan verbal yang
dilakukan dengan tenang, dan lembut.
e) Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan
tugas.
Siswa mungkin merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila
mereka dihukum karena tidak menyelesaikan tugas secepat orang
lain. Membuat penyesuaian dan jumlah tugas yang harus
diselesaikan maupun waktu yang disediakan untuk menyelesaikan
tugas berdasar kemampuan individu mengkin akan sangat
membantu dan mendorong bagi sebagaian siswa.
f) Ajarkan self-monitoring of attention.
Melatih siswa untuk memonitor perhatian mereka sendiri sewaktuwaktu dengan menggunakan timer atau alarm jam. Mengajarkan
mereka untuk mencatat berbagai interval apakah mereka
memberikan perhatian atau tidak pada saat pengajaran. Catatan ini
akan membantu menciptakan perhatian yang lebih besar bagi
kebutuhan dalam memfokuskan perhatian juga bias berguna dalam
strategi

untuk

memperkokoh

keterampilan

“attention skill”.

2. Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat

memperhatikan

a) Ajarkan menggunakan highlighting atau menggaris bawahi dengan
penanda, untuk membantu memancing ingatan. Mereka harus
diberi tahu cara memilih tajuk bacaan, nkalimat dan istilah kunci
untuk diberi garis bawah atau tanda dengan highlighter. Kemudian
mereview dari bacaan yang sudah digaris bahawahi tadi.
b) Perbolehkan menggunakan alat bantu memori (memory aid). Yang
mana alat-alat itu bias berfungsi bagi mereka sebagai alat
pengingat dan bias jadi juga sebagai alat pengajaran.
c) Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk
mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran. Misalnya
dengan membagi tugas-tugas kelas dan rumah atau dengan
memberikan tes kemampuan penguasaan lebih sering.
d) Ajarkan siswa untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya
dengan memberikan tes langsung setelah pelajaran disampaikan.

3. Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi
a) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning”.
b) Ini berguna untuk untuk mengetahui apakan siswa memahami arti
bacaan mereka atau arti suatu pertanyaan mengenai materi baru.
Pengertian dapat diperkokoh dengan menggunakan contoh, analogi
atau kontras.
c) Menunda ujian akhir dan penilaian.