Tanggung jawab pengangkutan udara dari
I.Pendahuluan
A.Latar Belakang
Perkembangan didalam pengangkutan udara sekarang ini sudah sangatlah pesat,hal itu
dapat dirasakan dari semakin mudahnya untuk pergi ke lain tempat,mengirim barang ke
daerah yang jauh sekalipun dalam waktu yang relatif singkat.Kemudahan-kemudahan yang
tersebut tentu tidak akan pernah terlepas dari masalah-masalah yang muncul dalam dunia
penerbangan.Diantara sekian banyak masalah,ada satu hal yang paling penting untuk ditelaah
lebih dalam adalah pertanggung jawaban yang diberikan oleh pihak-pihak terkait dalam hal
ini pengangkut dan pemerintah sendiri sebagai pemgang otoritas tertinggi atas wilayah
udara,karena dalam sebuah masalah tentu ada pihak yang harus bertanggung jawab.
Berdasarkan hal-hal diatas maka akan dibahas mengenai hal-hal yang ada didalam
pertanggung jawaban pengangkutan udara.
B.Rumusan Masalah
1.Apa sebenarnya Pertanggung jawaban pengangkutan udara itu?
2. Apa pentingnya pertanggung jawaban didalam pengangkutan?
II.Tinjauan Pustaka
Hukum pengangkutan udara adalah salah satu bagian dari hukum pengangkutan
secara umum,definisi hikum pengangkutan udara atau hukum penerbangan dapat ditafsirkan
sebagai hukum yang mengatur pengangkutan melalui udara,termasuk dinas-dinas bantuan
didarat,pegawai-pegawai,dan alat-alat penerbangan serta orang-orang dan barang-barang
yang diangkut melaui udara.
Hukum udara sendiri meliputi norma-norma hukum publik internasional yang
mengatur tentang objek udara,misalnya tentang wilayah udara dan kedaulatan udara.
Hukum udara terbagi terbagi menjadi dua,yaitu hukum udara sipil dan hukum udara
militer.hukum udara militer tidak akan dibahas dalam makalah ini karena,ketentuan militer
berbeda,dengan kata lain aturan penerbangan sipil yang akan dibahas tidak berlaku untuk
penerbangan militer.
Tanggung jawab pengangkut yang diatur dalam UURI No.1 Tahun 2009 mengacu
pada konvensi internasional,hukum nasional,buku-buku para ahli dibidang hukum udara
nasional,internasional maupun praktik hukum dibidang penerbangan,karena itu untuk
mengetahui dengan baik tanggung jawab pengangkut yang diatur dalam UURI No.1 Tahun
2009 perlu mempelajari konvensi internasional maupun hukum nasional tersebut,namun
sesuai judul awal maka akan dilihat pertanggung jawaban dari sudut hukum nasional
Indonesia sendiri.
Sumber – sumber hukum udara di Indonesia,Indonesia sendiri berpedoman pada
Undang-undang,Peraturan-peraturan,Perjanjian Internasional dan Persetujuan pengangkutan
udara.
Aturan udara nasional diatur dalam Bab X UURI NO.1 Tahun 2009.Menurut bab ini
angkutan udara nasional terdiri atas sembilan bagian,masing-masing bagian pertama dari
pasal 83 sampai pasal 107,bagian kedia dari pasal 108 sampai pasal 121,bagian ketiga dari
pasal 122 sampai dengan125,bagian keempat dari pasa; 126 sampai 130,bagian kelima dari
pasal 131 sampai 134,bagian keenam dari pasal 134 sampai 135,bagian ketujuh pasal 136
sampai 139,bagian kedelapan dari pasal 140 sampai pasal 186,dan bagian kesembiln dari
pasal 187 sampai 191 UURI No. 1 Tahun 2009.
Dalam bab I diuraikan kebijakan baru angkutan udara nasional berdasarkan UURI No
1 tahun 2009 sejak orde lama,orde baru sampai era reformasi,yang meliputi modal angkutan
udara niaga,kepimilikan pesawat,jaminan bank,sumber daya manusia,tarif penumpang,tarif
jasa kebandarudaraan,dan penegakan hukum.
Dalam bab II diuraikan kebijakan orde lama,orde baru,dan era reformasi,modal
angkutan udara niaga;komposisi saham ;kepemilikan pesawat udara;jaminan
bank;SDM;kerjasama antar perusahaan penerbangan;tarif penumpang yang meliputi tarif
kelas ekonomi,tarif batas atas,tarif batas bawah,tarif non-ekonomi,mekanis penetapan besaran
tarif pelayanan kebandarudaraan,mekanisme penetapan tarif penumpang kelas ekonomi,dan
tarif lainnya.Sedangkan dalam Bab III diuraikan larangan pesawat udara asing terbang dalam
negeri,angkutan udara niaga berjadwal,jejaring rute penerbangan,wajib angkut penumpang
cacat,lanjut usia,anak-anak dan atau orang sakit,angkutan barang khusus,bahan dan atau
barang berbahaya,tarif jasa pendaratan,penempatan dan penyimpanan pesawat udara
penerbangan dalam negri,angkutan udara niaga tidak berjadwal,angkututan udara bukan
niaga,angkutan udara perintis.
Dalam bab IV diuraikan angkutan udara niaga berjadwal niaga berjadwal luar
negeri;tarif jasa pelayanan penumpang pesawat udara penerbangan luar negeri,tarif jasa
pelayanan penerbangan internasional;tarif jasa pendaratan,penempatan dan penyimpanan
pesawat udara internasional;angkutan udara niaga internasional;angkutan udara tidak
berjadwal luar negeri,perjanjian bermuda 1946;dan perjanjian angkutan udara
bilateral.Sedangkan dalam Bab V diuraikan kegiatan usaha penunjang angkutan udara;agen
perjalanan umum;dan perwakilan perusahaan penerbangan asing;usaha pengujian peralatan
penunjang pelayanan darat pesawat udara;ekspedisi muatan pesawat udara;usaha jasa
pengurusan transportasi;pelaksanaan angkutan udara dan Bab VI diuraikan asuransi
penerbangan dan dana kecelakaan pesawat.
Dawalm Bab VII diuraikan konsep tanggung jawab hukum yang terdiri dari tanggung
jawab hukum berdasarkan kesalahan,kesalahan,tanggung jawab praduga bersalah,tanggung
jawab hukum tanpa bersalah,ajaran hukum,tanggung jawab hukum dalam hukum
internasional dan tanggung jawab hukum nasional.Sedangkan dalam Bab VIII diuraikan
kepemilikan pesawat udara,cape town convention of 2001 yang terdiri dari objek
perjanjian,kepentingan internasional,perjanjian bersyarat dan sewa guna usaha,pelaksanaan
pengadaan pesawat udara,pendaftaran pesawat udara,pendaftaran pesawat udara dan
penghapusannya;kuasa memohon penghapusan dan ekspor.
Sesuai undang-undang yang ada diatas maka yang akan dibahas dibawah adalah
mengacu pada UU RI No.1 Tahun 2009 lebih spesifik lagi adalah di dalam Bab VI sampai
dengan Bab VII yang didalamnya terdapat hal-hal yang berkaitan dengan pertanggung
jawaban oleh pihak-pihak yang terkait di dalam pengangkutan udara.
III.Pembahasan
Sebelum memasuki pembahsan mengenai pembahasan tentang pertanggung jawaban
dalam dunia pengangkutan udara,ada baiknya memahami terlebih dahulu mengenai arti dari
tanggung jawab.Pengertian dari tanggung jawab sangatlah luas,namun demikian menurut
Peter Salim dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar,masing-masing tanggung
jawab dalam arti accountability,responsibility,dan liability.Demikian pula menurut Henry
Campbell Black.
Tanggung jawab dalam arti accountability biasanya berkaitan dengan keuangan atau
pembukuan,dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
pembayaran.Tanggung jawab dalam arti responsibility dapat diartikan sebagai “ikut memikul
beban” akibat suatu perbuatan atau juga dapat diartikan kewajiban memperbaiki kesalahan
yang pernah terjadi.Sedangkan tanggung jawab dalam arti Liability didalam kamus besar
Indonesia dapat pula berarti menanggung segala sesuatu yang terjadi akibat dari perbuatan
yang dilakukan atau perbuatan orang lain yang bertindak untuk dan atau atas namanya.
Tanggung jawah hukum pengangkut berdasarkan hukum nasional diatur dalam
Staatsblad 1939 nomor 100,KUHPerdata,UU no 83 tahun 1958,UU no 15 tahun
1992,Peraturan Pemerintah no 40 tahun 1995 dan UU no 1 tahun 2009.
a) KUHPerdata, menurut pasal 1367 tanggung jawab hukum kepada orang yang
menderita kerugian tidak hanya terbatas perbuatan sendiri,melainkan juga
perbuatan karyawan,pegawai,agen,perwakilannya yang bertindak untuk dan
atas namanya apabila menimbulkan kerugian pada orang lainmsepanjang
orang tersebut bertindak sesusai dengan tugas dan kewajiban yang diberikan
padanya.Tanggung jawab pengangkut berdasarkan kesalahan juga terdapat
dalam pasal 28 ayat (2) huruf a. Undang-undang No. 13 tahun 1992.
b) Ordonasi Pengangkutan Udara Stb.1939-100,terdiri dari 5 bab dan 40 pasal
mengatur tentang tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan dalam
negeri.Stb.1939 nomor 100 tidak berlaku untuk transportasi tanpa
bayaran,transportasi perdana yang dimaksudkan untuk percobaan,penerbangan
luar biasa yang menyimpang dari normal,transportasi pos melalui
udara,transportasi dengan pesawat udara militer,polisi dan bea cukai.
Hal-hal yang penting didalam pengangkutan udara dalam hal pertanggung jawaban:
1) Dokumen transportasi,dokumen pengangkutan terdiri dari tiket
penumpang,tiket bagasi,surat muatan udara.
2) Tiket penumpang,hal yang wajib diberikan oleh perusahaan kepada
penumpang yang memuat tempat dan tanggal pemberian,tempat
keberangkatan dan tujuan,pendaratan yang direncanakan,tempat-tempat
pendaratan antara dengan hak perusahaan penerbangan untuk mengubah
tempat pendaratan asal tidak mengubah tempat pendaratan asal tidak
menpengaruhi tujuan pengangkutan,nama dan alamat
pengangkut,pemberitahuan bahwa pengangkuta tersebut berlaku ketentuan
ordonasi pengangkutan udara Stb.1939-100.
3) Tiket bagasi
4) Airway bill
Hak dan Kewajiban Pihak Pengangkut Khususnya Pengangkut Udara Serta
Hak dan Kewajiban Pihak Pemakai Jasa
1. Hak dan Kewajiban Pihak Pengangkut Khususnya Pengangkut Udara
Timbulnya kewajiban antara kedua belah pihak dalam hal ini pemakai jasa angkutan
dan pengusaha angkutan udara adalah, didahului dengan adanya perjanjian yang dilakukan
dan disetujui sebelumnya, walaupun perjanjian yang disepakati bersama im bersifat standar
dalam arti berasal dari pihak pengusaha angkutan yang sudah dirumuskan sedemikian rupa
sehingga para pemakai jasa tinggal menyetujuinya baik secara diam-diam maupun secara
terang-terangan. Mengenai hak, dan kewajiban pihak pengangkut ketentuannya sudah diatur
di dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU), selain itu terdapat pula dalam ketentuan
khusus lainnya den tidak menyimpang dari ketentuan undang-undang.
Hak pengangkut yang terdapat pula dalam Ordonansi Pengangkutan Udara
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Di dalam pasal 7 ayat (1), disebutkan bahwa pengangkut berhak untuk meminta
kepada pengirim barang atau untuk membuat surat muatan udara.
2. Di dalam pasal 9, disebutkan bahwa pengangkut berhak meminta kepada pengirim
barang untuk membuat surat muatan udara, jika ada beberapa barang.
3. Pengangkut juga berhak menolak pengangkutan penumpang jika ternyata identitas
penumpang tidak jelas.
4. Hak pengangkut yang dicantumkan dalam tiket penumpang yaitu hak untuk
menyelenggarakan angkutan kepada perusahaan pengangkutan lain, serta pengubah
tempat-tempat pemberhentian yang telah disetujui, semuanya tetap ada ditangan
pengangkut udara.
5. Hak untuk pembayaran kepada penumpang atau pengirim barang atas barang yang
telah diangkutnya serta mengadakan peraturan yang perlu untuk pengangkutan dalam
batas-batas yang dicantumkan Undang-undang.
Kewajiban pengangkutan udara dalam Ordonansi Pengangkutan Udara adalah
sebagai berikut :
1. Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah muatan barangbarang diterimanya ( Pasal 8 ayat 2 ).
2. Bila pengangkut tidak mungkin melaksanakan perintah-perintah dari pengirim,
pengangkut harus segera memberitahukan Kepada pengirim ( Pasal 15 ayat 3 )
Sedangkan kewajiban-kewajiban pengangkut pada umumnya antara lain adalah :
1. Mengangkut penumpang atau barang-barang ketempat tujuan yang telah ditentukan.
2. Menjaga keselamatan, keamanan penumpang, bagasi barang dengan sebaik-baiknya.
3. Memberi tiket untuk pengangkutan penumpang dan tiket bagasi.
4. Menjamin pengangkutan tepat pada, waktunya.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan penerbangan yang berlaku
Hak dan Kewajiban Pihak Pemakai Jasa Adapun hak dari pemakai jasa angkutan
penumpang udara pada umumnya adalah :
1. Penumpang atau pemakai jasa angkutan dapat naik pesawat terbang atau udara sampai
ke tujuan yang dikehendaki.
2. Penumpang atau ahli waris dapat menuntut ganti rugi apabila is mendapat kerugian
yang diakibatkan kecelakaan pesawat terbang dalam penerbangan, dan kelalaian
pengangkutan.
Sedangkan kewajiban pemakai jasa angkutan penumpang pada umumnya
adalah sebagai berikut :
1. Penumpang wajib membayar biaya angkutan udara atau tiket.
2. Penumpang wajib memberitahu kepada pengangkut mengenai barang-barang yang
dibawainya.
3. Penumpang berkewajiban mentaati peraturan-peraturan pengangkutan udara serta
syarat-syarat perjanjian pengangkutan
Contoh kasus :
Kasus terjadi ketika saya menaiki pesawat sriwijaya air,dimana saya mempunyai
barang di dalam bagasi pesawat berupa 1 buah koper.Ketika sampai ditujuan saya mendapati
bahwa koper saya telah rusak dan kehilangan sepasang sepatu yang ada di dalam koper,saya
lalu melakukan komplain ke pihak sriwijaya air,namun pihak sriwijaya air tidak mau
memberikan ganti rugi terkait hilangnya sepatu saya,mereka beralasan tidak bisa memberikan
ganti kerugian karena tidak mengetahui isi dari bagasi saya,karena memang tidak diinfokan
isi dari koper.padahal saya meiliki tanda bagasi yang berarti menjalankan kewajiban atau
bukti bahwa telah melakukan memasukan bagasi sesuai aturan yang ada,dapat dilihat
dibawah ini :
Menurut Pasal 150 UU No. 1/09 Dokumen pengangkutan dalam pengangkutan udara
terdiri dari : (Pasal 150 UU No. 1/09)
a. tiket penumpang pesawat udara;
b. pas masuk pesawat udara (boarding pass);
c. tanda pengenal bagasi (baggage identification/claim tag); dan
d. surat muatan udara (airway bill).
Jadi hal tersebut sudah bisa dijadikan dasar agar pihak sriwijaya air sebagai
pengangkut untuk menjaga barang bagasi sebaik-baiknya sesuai dalam ordonasi angkutan
udara tentang kewajiban pengangkut,namun dari pihak sriwijawa air sendiri menggunakan
(mungkin) pendapat yang berdasar dari ordonasi angkutan udara bahwa tidak bisa dilakukan
ganti rugi karena tidak diketahui sebenarnya apa isi dari bagasi tersebut.setelah dilihat dari
dua sudut pandang tersebut,didapatkan memang tidak ada yang bisa disalahkan atau
dibenarkan satu sama lain,karena itu akan kembali lagi pada realita dunia penerbangan
Indonesia yang dalam memasukan bagasi memang tidak dilakukan pendataan terhadap isi
dari bagasi,sehingga tidak bisa dijadikan dasar untuk meminta ganti rugi kehilangan barang
di bagasi pesawat.terkecuali,yang hilang adalah benda seperti koper yang biasanya dilabeli
stiker/tanda diluarnya,namun tidak termasuk pada barang-barang yang ada di dalam koper
tersebut.
IV.Kesimpulan
Dari hal-hal telah diketahui diatas,sangat jelas bahwa setiap pihak memiliki hak dan
kewajibannya masing-masing yang semuanya haruslah dijaga.Semua hal tersebut kini telah
diatur dalam aturan hukum yang mengikat kepada semua pihak,maka dari itu semua pihak
haruslah bertindak sesuai dengan aturan yang telah ada agar tidak ada yang merasa,baik itu
pengguna pengangkutan udara maupun pihak pengangkut.
Selain itu setelah melihat contoh kasus diatas,sangat dirasakan bahwa undang-undang
mengenai pengangkutan udara Indonesia belumlah dapat memberikan keadilan yang
jelas,masih banyak yang harus dibenahi khususnya dalam hal pertanggung jawaban,ini sudah
sangat mendesak karena tidak bisa dipungkiri dunia penerbangan Indonesia tengah
berkembang pesat,jadi mau tidak mau kita akan menghadapi banyak masalah-masalah baru
yang belum ada aturannya atau yang sudah diatur tapi belum dirasa bisa mencakup masalah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Suherman.E .Tanggung Djawab Pengangkut dalam Hukum Udara Indonesia.1962.Bandung.
Prof.Dr.H.K. Martono,S.H.,LLM dan Ahmad Sudiro,S.H.,M.H.,M.M : Hukum Angkutan
Udara berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009.Rajawali Press.2010.Jakarta.
https://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-pengangkutan/pengangkutanudara-dengan-asuransi/
http://nobyta-hukumudaraindonesia.blogspot.com/
Makalah Hukum Pengangkutan
Mengenai Tanggung Jawab Pengangkutan Udara di Indonesia
Dosen : Retno Wulansari
Disusun Oleh :
FEBRIAN BAMARDI
11 410 222
Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia
A.Latar Belakang
Perkembangan didalam pengangkutan udara sekarang ini sudah sangatlah pesat,hal itu
dapat dirasakan dari semakin mudahnya untuk pergi ke lain tempat,mengirim barang ke
daerah yang jauh sekalipun dalam waktu yang relatif singkat.Kemudahan-kemudahan yang
tersebut tentu tidak akan pernah terlepas dari masalah-masalah yang muncul dalam dunia
penerbangan.Diantara sekian banyak masalah,ada satu hal yang paling penting untuk ditelaah
lebih dalam adalah pertanggung jawaban yang diberikan oleh pihak-pihak terkait dalam hal
ini pengangkut dan pemerintah sendiri sebagai pemgang otoritas tertinggi atas wilayah
udara,karena dalam sebuah masalah tentu ada pihak yang harus bertanggung jawab.
Berdasarkan hal-hal diatas maka akan dibahas mengenai hal-hal yang ada didalam
pertanggung jawaban pengangkutan udara.
B.Rumusan Masalah
1.Apa sebenarnya Pertanggung jawaban pengangkutan udara itu?
2. Apa pentingnya pertanggung jawaban didalam pengangkutan?
II.Tinjauan Pustaka
Hukum pengangkutan udara adalah salah satu bagian dari hukum pengangkutan
secara umum,definisi hikum pengangkutan udara atau hukum penerbangan dapat ditafsirkan
sebagai hukum yang mengatur pengangkutan melalui udara,termasuk dinas-dinas bantuan
didarat,pegawai-pegawai,dan alat-alat penerbangan serta orang-orang dan barang-barang
yang diangkut melaui udara.
Hukum udara sendiri meliputi norma-norma hukum publik internasional yang
mengatur tentang objek udara,misalnya tentang wilayah udara dan kedaulatan udara.
Hukum udara terbagi terbagi menjadi dua,yaitu hukum udara sipil dan hukum udara
militer.hukum udara militer tidak akan dibahas dalam makalah ini karena,ketentuan militer
berbeda,dengan kata lain aturan penerbangan sipil yang akan dibahas tidak berlaku untuk
penerbangan militer.
Tanggung jawab pengangkut yang diatur dalam UURI No.1 Tahun 2009 mengacu
pada konvensi internasional,hukum nasional,buku-buku para ahli dibidang hukum udara
nasional,internasional maupun praktik hukum dibidang penerbangan,karena itu untuk
mengetahui dengan baik tanggung jawab pengangkut yang diatur dalam UURI No.1 Tahun
2009 perlu mempelajari konvensi internasional maupun hukum nasional tersebut,namun
sesuai judul awal maka akan dilihat pertanggung jawaban dari sudut hukum nasional
Indonesia sendiri.
Sumber – sumber hukum udara di Indonesia,Indonesia sendiri berpedoman pada
Undang-undang,Peraturan-peraturan,Perjanjian Internasional dan Persetujuan pengangkutan
udara.
Aturan udara nasional diatur dalam Bab X UURI NO.1 Tahun 2009.Menurut bab ini
angkutan udara nasional terdiri atas sembilan bagian,masing-masing bagian pertama dari
pasal 83 sampai pasal 107,bagian kedia dari pasal 108 sampai pasal 121,bagian ketiga dari
pasal 122 sampai dengan125,bagian keempat dari pasa; 126 sampai 130,bagian kelima dari
pasal 131 sampai 134,bagian keenam dari pasal 134 sampai 135,bagian ketujuh pasal 136
sampai 139,bagian kedelapan dari pasal 140 sampai pasal 186,dan bagian kesembiln dari
pasal 187 sampai 191 UURI No. 1 Tahun 2009.
Dalam bab I diuraikan kebijakan baru angkutan udara nasional berdasarkan UURI No
1 tahun 2009 sejak orde lama,orde baru sampai era reformasi,yang meliputi modal angkutan
udara niaga,kepimilikan pesawat,jaminan bank,sumber daya manusia,tarif penumpang,tarif
jasa kebandarudaraan,dan penegakan hukum.
Dalam bab II diuraikan kebijakan orde lama,orde baru,dan era reformasi,modal
angkutan udara niaga;komposisi saham ;kepemilikan pesawat udara;jaminan
bank;SDM;kerjasama antar perusahaan penerbangan;tarif penumpang yang meliputi tarif
kelas ekonomi,tarif batas atas,tarif batas bawah,tarif non-ekonomi,mekanis penetapan besaran
tarif pelayanan kebandarudaraan,mekanisme penetapan tarif penumpang kelas ekonomi,dan
tarif lainnya.Sedangkan dalam Bab III diuraikan larangan pesawat udara asing terbang dalam
negeri,angkutan udara niaga berjadwal,jejaring rute penerbangan,wajib angkut penumpang
cacat,lanjut usia,anak-anak dan atau orang sakit,angkutan barang khusus,bahan dan atau
barang berbahaya,tarif jasa pendaratan,penempatan dan penyimpanan pesawat udara
penerbangan dalam negri,angkutan udara niaga tidak berjadwal,angkututan udara bukan
niaga,angkutan udara perintis.
Dalam bab IV diuraikan angkutan udara niaga berjadwal niaga berjadwal luar
negeri;tarif jasa pelayanan penumpang pesawat udara penerbangan luar negeri,tarif jasa
pelayanan penerbangan internasional;tarif jasa pendaratan,penempatan dan penyimpanan
pesawat udara internasional;angkutan udara niaga internasional;angkutan udara tidak
berjadwal luar negeri,perjanjian bermuda 1946;dan perjanjian angkutan udara
bilateral.Sedangkan dalam Bab V diuraikan kegiatan usaha penunjang angkutan udara;agen
perjalanan umum;dan perwakilan perusahaan penerbangan asing;usaha pengujian peralatan
penunjang pelayanan darat pesawat udara;ekspedisi muatan pesawat udara;usaha jasa
pengurusan transportasi;pelaksanaan angkutan udara dan Bab VI diuraikan asuransi
penerbangan dan dana kecelakaan pesawat.
Dawalm Bab VII diuraikan konsep tanggung jawab hukum yang terdiri dari tanggung
jawab hukum berdasarkan kesalahan,kesalahan,tanggung jawab praduga bersalah,tanggung
jawab hukum tanpa bersalah,ajaran hukum,tanggung jawab hukum dalam hukum
internasional dan tanggung jawab hukum nasional.Sedangkan dalam Bab VIII diuraikan
kepemilikan pesawat udara,cape town convention of 2001 yang terdiri dari objek
perjanjian,kepentingan internasional,perjanjian bersyarat dan sewa guna usaha,pelaksanaan
pengadaan pesawat udara,pendaftaran pesawat udara,pendaftaran pesawat udara dan
penghapusannya;kuasa memohon penghapusan dan ekspor.
Sesuai undang-undang yang ada diatas maka yang akan dibahas dibawah adalah
mengacu pada UU RI No.1 Tahun 2009 lebih spesifik lagi adalah di dalam Bab VI sampai
dengan Bab VII yang didalamnya terdapat hal-hal yang berkaitan dengan pertanggung
jawaban oleh pihak-pihak yang terkait di dalam pengangkutan udara.
III.Pembahasan
Sebelum memasuki pembahsan mengenai pembahasan tentang pertanggung jawaban
dalam dunia pengangkutan udara,ada baiknya memahami terlebih dahulu mengenai arti dari
tanggung jawab.Pengertian dari tanggung jawab sangatlah luas,namun demikian menurut
Peter Salim dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok besar,masing-masing tanggung
jawab dalam arti accountability,responsibility,dan liability.Demikian pula menurut Henry
Campbell Black.
Tanggung jawab dalam arti accountability biasanya berkaitan dengan keuangan atau
pembukuan,dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
pembayaran.Tanggung jawab dalam arti responsibility dapat diartikan sebagai “ikut memikul
beban” akibat suatu perbuatan atau juga dapat diartikan kewajiban memperbaiki kesalahan
yang pernah terjadi.Sedangkan tanggung jawab dalam arti Liability didalam kamus besar
Indonesia dapat pula berarti menanggung segala sesuatu yang terjadi akibat dari perbuatan
yang dilakukan atau perbuatan orang lain yang bertindak untuk dan atau atas namanya.
Tanggung jawah hukum pengangkut berdasarkan hukum nasional diatur dalam
Staatsblad 1939 nomor 100,KUHPerdata,UU no 83 tahun 1958,UU no 15 tahun
1992,Peraturan Pemerintah no 40 tahun 1995 dan UU no 1 tahun 2009.
a) KUHPerdata, menurut pasal 1367 tanggung jawab hukum kepada orang yang
menderita kerugian tidak hanya terbatas perbuatan sendiri,melainkan juga
perbuatan karyawan,pegawai,agen,perwakilannya yang bertindak untuk dan
atas namanya apabila menimbulkan kerugian pada orang lainmsepanjang
orang tersebut bertindak sesusai dengan tugas dan kewajiban yang diberikan
padanya.Tanggung jawab pengangkut berdasarkan kesalahan juga terdapat
dalam pasal 28 ayat (2) huruf a. Undang-undang No. 13 tahun 1992.
b) Ordonasi Pengangkutan Udara Stb.1939-100,terdiri dari 5 bab dan 40 pasal
mengatur tentang tanggung jawab hukum perusahaan penerbangan dalam
negeri.Stb.1939 nomor 100 tidak berlaku untuk transportasi tanpa
bayaran,transportasi perdana yang dimaksudkan untuk percobaan,penerbangan
luar biasa yang menyimpang dari normal,transportasi pos melalui
udara,transportasi dengan pesawat udara militer,polisi dan bea cukai.
Hal-hal yang penting didalam pengangkutan udara dalam hal pertanggung jawaban:
1) Dokumen transportasi,dokumen pengangkutan terdiri dari tiket
penumpang,tiket bagasi,surat muatan udara.
2) Tiket penumpang,hal yang wajib diberikan oleh perusahaan kepada
penumpang yang memuat tempat dan tanggal pemberian,tempat
keberangkatan dan tujuan,pendaratan yang direncanakan,tempat-tempat
pendaratan antara dengan hak perusahaan penerbangan untuk mengubah
tempat pendaratan asal tidak mengubah tempat pendaratan asal tidak
menpengaruhi tujuan pengangkutan,nama dan alamat
pengangkut,pemberitahuan bahwa pengangkuta tersebut berlaku ketentuan
ordonasi pengangkutan udara Stb.1939-100.
3) Tiket bagasi
4) Airway bill
Hak dan Kewajiban Pihak Pengangkut Khususnya Pengangkut Udara Serta
Hak dan Kewajiban Pihak Pemakai Jasa
1. Hak dan Kewajiban Pihak Pengangkut Khususnya Pengangkut Udara
Timbulnya kewajiban antara kedua belah pihak dalam hal ini pemakai jasa angkutan
dan pengusaha angkutan udara adalah, didahului dengan adanya perjanjian yang dilakukan
dan disetujui sebelumnya, walaupun perjanjian yang disepakati bersama im bersifat standar
dalam arti berasal dari pihak pengusaha angkutan yang sudah dirumuskan sedemikian rupa
sehingga para pemakai jasa tinggal menyetujuinya baik secara diam-diam maupun secara
terang-terangan. Mengenai hak, dan kewajiban pihak pengangkut ketentuannya sudah diatur
di dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU), selain itu terdapat pula dalam ketentuan
khusus lainnya den tidak menyimpang dari ketentuan undang-undang.
Hak pengangkut yang terdapat pula dalam Ordonansi Pengangkutan Udara
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Di dalam pasal 7 ayat (1), disebutkan bahwa pengangkut berhak untuk meminta
kepada pengirim barang atau untuk membuat surat muatan udara.
2. Di dalam pasal 9, disebutkan bahwa pengangkut berhak meminta kepada pengirim
barang untuk membuat surat muatan udara, jika ada beberapa barang.
3. Pengangkut juga berhak menolak pengangkutan penumpang jika ternyata identitas
penumpang tidak jelas.
4. Hak pengangkut yang dicantumkan dalam tiket penumpang yaitu hak untuk
menyelenggarakan angkutan kepada perusahaan pengangkutan lain, serta pengubah
tempat-tempat pemberhentian yang telah disetujui, semuanya tetap ada ditangan
pengangkut udara.
5. Hak untuk pembayaran kepada penumpang atau pengirim barang atas barang yang
telah diangkutnya serta mengadakan peraturan yang perlu untuk pengangkutan dalam
batas-batas yang dicantumkan Undang-undang.
Kewajiban pengangkutan udara dalam Ordonansi Pengangkutan Udara adalah
sebagai berikut :
1. Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah muatan barangbarang diterimanya ( Pasal 8 ayat 2 ).
2. Bila pengangkut tidak mungkin melaksanakan perintah-perintah dari pengirim,
pengangkut harus segera memberitahukan Kepada pengirim ( Pasal 15 ayat 3 )
Sedangkan kewajiban-kewajiban pengangkut pada umumnya antara lain adalah :
1. Mengangkut penumpang atau barang-barang ketempat tujuan yang telah ditentukan.
2. Menjaga keselamatan, keamanan penumpang, bagasi barang dengan sebaik-baiknya.
3. Memberi tiket untuk pengangkutan penumpang dan tiket bagasi.
4. Menjamin pengangkutan tepat pada, waktunya.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan penerbangan yang berlaku
Hak dan Kewajiban Pihak Pemakai Jasa Adapun hak dari pemakai jasa angkutan
penumpang udara pada umumnya adalah :
1. Penumpang atau pemakai jasa angkutan dapat naik pesawat terbang atau udara sampai
ke tujuan yang dikehendaki.
2. Penumpang atau ahli waris dapat menuntut ganti rugi apabila is mendapat kerugian
yang diakibatkan kecelakaan pesawat terbang dalam penerbangan, dan kelalaian
pengangkutan.
Sedangkan kewajiban pemakai jasa angkutan penumpang pada umumnya
adalah sebagai berikut :
1. Penumpang wajib membayar biaya angkutan udara atau tiket.
2. Penumpang wajib memberitahu kepada pengangkut mengenai barang-barang yang
dibawainya.
3. Penumpang berkewajiban mentaati peraturan-peraturan pengangkutan udara serta
syarat-syarat perjanjian pengangkutan
Contoh kasus :
Kasus terjadi ketika saya menaiki pesawat sriwijaya air,dimana saya mempunyai
barang di dalam bagasi pesawat berupa 1 buah koper.Ketika sampai ditujuan saya mendapati
bahwa koper saya telah rusak dan kehilangan sepasang sepatu yang ada di dalam koper,saya
lalu melakukan komplain ke pihak sriwijaya air,namun pihak sriwijaya air tidak mau
memberikan ganti rugi terkait hilangnya sepatu saya,mereka beralasan tidak bisa memberikan
ganti kerugian karena tidak mengetahui isi dari bagasi saya,karena memang tidak diinfokan
isi dari koper.padahal saya meiliki tanda bagasi yang berarti menjalankan kewajiban atau
bukti bahwa telah melakukan memasukan bagasi sesuai aturan yang ada,dapat dilihat
dibawah ini :
Menurut Pasal 150 UU No. 1/09 Dokumen pengangkutan dalam pengangkutan udara
terdiri dari : (Pasal 150 UU No. 1/09)
a. tiket penumpang pesawat udara;
b. pas masuk pesawat udara (boarding pass);
c. tanda pengenal bagasi (baggage identification/claim tag); dan
d. surat muatan udara (airway bill).
Jadi hal tersebut sudah bisa dijadikan dasar agar pihak sriwijaya air sebagai
pengangkut untuk menjaga barang bagasi sebaik-baiknya sesuai dalam ordonasi angkutan
udara tentang kewajiban pengangkut,namun dari pihak sriwijawa air sendiri menggunakan
(mungkin) pendapat yang berdasar dari ordonasi angkutan udara bahwa tidak bisa dilakukan
ganti rugi karena tidak diketahui sebenarnya apa isi dari bagasi tersebut.setelah dilihat dari
dua sudut pandang tersebut,didapatkan memang tidak ada yang bisa disalahkan atau
dibenarkan satu sama lain,karena itu akan kembali lagi pada realita dunia penerbangan
Indonesia yang dalam memasukan bagasi memang tidak dilakukan pendataan terhadap isi
dari bagasi,sehingga tidak bisa dijadikan dasar untuk meminta ganti rugi kehilangan barang
di bagasi pesawat.terkecuali,yang hilang adalah benda seperti koper yang biasanya dilabeli
stiker/tanda diluarnya,namun tidak termasuk pada barang-barang yang ada di dalam koper
tersebut.
IV.Kesimpulan
Dari hal-hal telah diketahui diatas,sangat jelas bahwa setiap pihak memiliki hak dan
kewajibannya masing-masing yang semuanya haruslah dijaga.Semua hal tersebut kini telah
diatur dalam aturan hukum yang mengikat kepada semua pihak,maka dari itu semua pihak
haruslah bertindak sesuai dengan aturan yang telah ada agar tidak ada yang merasa,baik itu
pengguna pengangkutan udara maupun pihak pengangkut.
Selain itu setelah melihat contoh kasus diatas,sangat dirasakan bahwa undang-undang
mengenai pengangkutan udara Indonesia belumlah dapat memberikan keadilan yang
jelas,masih banyak yang harus dibenahi khususnya dalam hal pertanggung jawaban,ini sudah
sangat mendesak karena tidak bisa dipungkiri dunia penerbangan Indonesia tengah
berkembang pesat,jadi mau tidak mau kita akan menghadapi banyak masalah-masalah baru
yang belum ada aturannya atau yang sudah diatur tapi belum dirasa bisa mencakup masalah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Suherman.E .Tanggung Djawab Pengangkut dalam Hukum Udara Indonesia.1962.Bandung.
Prof.Dr.H.K. Martono,S.H.,LLM dan Ahmad Sudiro,S.H.,M.H.,M.M : Hukum Angkutan
Udara berdasarkan UU RI No.1 Tahun 2009.Rajawali Press.2010.Jakarta.
https://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-pengangkutan/pengangkutanudara-dengan-asuransi/
http://nobyta-hukumudaraindonesia.blogspot.com/
Makalah Hukum Pengangkutan
Mengenai Tanggung Jawab Pengangkutan Udara di Indonesia
Dosen : Retno Wulansari
Disusun Oleh :
FEBRIAN BAMARDI
11 410 222
Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia